PERLUNYA MENDISAIN ULANG INSTITUSI NEGARA (Ditinjau dari Keuangan Negara)

Baharuddin Aritonang – PERLUNYA MENDISAIN ULANG INSTITUSI NEGARA Ditinjau dari Keuangan Negara

PERLUNYA MENDISAIN ULANG INSTITUSI NEGARA
(Ditinjau dari Keuangan Negara)
Oleh:

BAHARUDDIN ARITONANG
Anggota DPR dan BP MPR (Periode Tahun 1999 – 2004). Kini anggota BPK

ABSTRAK
Usai iklan Komisi Yudisial, muncul lagi iklan Komisi Kejaksaan. Setelah itu, akan
muncul pula iklan yang membuka pendaftaran untuk calon anggota Komisi
Kepolisian. Dari sisi pemasukan iklan yang mendapatkannya, sangat menguntungkan. Terutama bagi yang kemudian terjaring menjadi salah seorang anggota
Komisi ini. Tidak sedikit yang gajinya berada sedikit di atas gaji anggota DPR yang
menyusun undang-undang, termasuk undang-undang yang melahirkan komisi ini.
Tapi dari segi mekanisme penyelenggaraan negara dan yang lebih berat lagi, dari
sisi beban keuangan negara agaknya perlu kita pikir ulang. Jika kemudian komisikomisi ini digabung dengan pejabat (tinggi) negara, ditambah dengan beban negara
yang rutin berupa gaji pegawai negeri sipil, setengah sipil, sampai anggota
TNI/Polri? Dan baru sekarang BPK berusaha menghitungnya. Apakah mungkin hal
ini seperti yang terjadi di berbagai daerah, yang APBD nya habis untuk membayar
gaji pejabat pemerintah, para anggota DPRD, dan keseluruhan pegawai negeri di

daerah itu. Apabila ditanya, yang mana untuk bagian rakyat? sulit untuk
menjawabnya. Maksudnya tentu bukan untuk bagikan langsung kepada rakyat
daerah setempat, akan tetapi, yang akan menjadi fasilitas umum, katakanlah untuk
Sekolah Dasar yang sudah banyak yang ambruk, jalan raya, membangun pasar, dan
berbagai fasilitas sosial dan fasilitas umum lainnya. Gambarannya akan menjadi
tragis.
Key Words: Komisi Yudisial, Institusi Negara.

seorang anggota Komisi ini. Tidak sedikit

Pendahuluan
Yudisial,

yang gajinya berada sedikit di atas gaji

muncul lagi iklan Komisi Kejaksaan.

anggota DPR yang menyusun undang-

Setelah itu, akan muncul pula iklan yang


undang, termasuk undang-undang yang

membuka

melahirkan komisi ini.

Usai

iklan

Komisi

pendaftaran

untuk

calon

anggota Komisi Kepolisian. Dari sisi


Tapi

dari

segi

mekanisme

pemasukan iklan yang mendapatkannya,

penyelenggaraan negara dan yang lebih

sangat me-nguntungkan. Terutama bagi

berat lagi, dari

yang kemudian terjaring menjadi salah

negara agaknya perlu kita pikir ulang. Jika


Lex Jurnalica/ Vol. 3 /No. 1 /April 2005

sisi beban keuangan

31

Baharuddin Aritonang – PERLUNYA MENDISAIN ULANG INSTITUSI NEGARA Ditinjau dari Keuangan Negara

kemudian komisi-komisi ini digabung

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan

dengan pejabat (tinggi) negara, ditambah

Pertimbangan Agung (DPA), Presiden,

dengan beban negara yang rutin berupa

Mahkamah Agung (MA), dan Badan


gaji pegawai negeri sipil, setengah sipil,

Pemeriksa Keuangan ( BPK). Tapi dengan

sampai anggota TNI/Polri? Dan baru

perubahan UUD‟45 penyebutan ini sudah

sekarang

mengalami perubahan sejalan dengan

Badan

pemeriksa

keuangan

(BPK) berusaha menghitungnya. Apakah


pencabutan

mungkin hal ini seperti yang terjadi di

memberi nama seperti itu. Kini hanya

berbagai daerah, yang APBD nya habis

dikenal lembaga-lembaga negara, walau

untuk membayar gaji pejabat pemerintah,

pemberlakuannya (khususnya protokoler

para anggota DPRD, dan keseluruhan

dan gaji) tampaknya masih mengikuti

pegawai negeri di daerah itu.


gaya lama. Lembaga-lembaga negara ini

Ketetapan

MPR

yang

Apabila ditanya, yang mana untuk

adalah Majelis Permusyawaratan Rakyat

bagian rakyat? sulit untuk menjawabnya.

(MPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD),

Maksudnya tentu bukan untuk bagikan

Dewan


langsung kepada rakyat daerah setempat,

Presiden/Wakil

akan tetapi, yang akan menjadi fasilitas

Konstitusi

umum, katakanlah untuk Sekolah Dasar

(MA), Komisi Yudisial (KY), dan Badan

yang sudah banyak yang ambruk, jalan

Pemeriksa Keuangan (BPK).

raya, membangun pasar, dan berbagai
fasilitas


sosial

dan

fasilitas

lainnya.

Gambarannya

akan

Perwakilan

Rakyat

Presiden,

(MK),


(DPR),

Mahkamah

Mahkamah

Agung

Keunikan KY yang ingin saya

umum

bahas di sini. Tugasnya sebenarnya adalah

menjadi

“hanya” yang berkaitan dengan hakim.

tragis.


Saya masih ingat tatkala membahas hal ini

Lembaga Tinggi Negara

di PAH I BP MPR: Mengapa

Dari segi pembagian kekuasaan
negara,
Dasar

berdasarkan
1945

Undang

sebenarnya

Undang

kita

sudah

mengenal lembaga tinggi negara. Dulu ada
satu lembaga tertinggi negara, yakni
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
Lantas lima lembaga tinggi negara, yakni

harus

masuk di UUD? Apakah tidak cukup
hanya di undang-undang?. Bahkan dengan
bercanda dapat saya katakan, „apa karena
disini banyak ahli hukum, sehingga porsi
hukum lebih besar.?” Tapi, Itulah yang
dinamakan dengan

demokrasi, saling

memberi dan saling menerima. Maka

Lex Jurnalica/ Vol. 3 /No. 1 /April 2005

32

Baharuddin Aritonang – PERLUNYA MENDISAIN ULANG INSTITUSI NEGARA Ditinjau dari Keuangan Negara

jadilah Komisi Yudisial mendapat tempat

yang telah disepakati itu. Termasuk

di UUD‟45. Tentang yang namanya KPU.

mereka-mereka yang terpilih menjadi

Sebenarnya di UUD‟45 hanya menyebut

anggota. Banyak yang merasa bagai

nama umum (dengan huruf kecil) dan baru

senator, sebagaimana senator di negara-

disebut secara khusus (dengan huruf besar

negara dengan bikameral sistem. Meski

) didalam Undang-undang No. 12 Tahun

ditegaskan berdomisili di daerah, mereka

2003 tentang Pemilihan Umum. Dalam

sepanjang tahun berada di Jakarta. Baru ke

benak kami, sifatnya hanya ad hoc, ya

daerah apabila ada kunjungan kerja.

ketika Pemilu ada.
Pelaksanaan
lembaga

negara

tugas
ini

lembaga-

agaknya

Komisi-komisi

masih

Sebenarnya,

jika

seluruh

mengikuti jejak pendahulunya, kecuali

lembaga-lembaga negara ini berfungsi

yang

nyata-nyata

telah

mengalami

optimal, maka penyelenggaraan negara

Diantaranya

pemilihan

niscaya akan berjalan dengan baik. Karena

Presiden/Wapres secara langsung oleh

yang namanya Presiden (dan Wakil

rakyat, sehingga tugas MPR untuk hal ini

Presiden) itu kan hanya terlihat sekotak

tidak ada lagi kecuali dalam situasi

didalam gambar kelembagaan negara ini.

tertentu. Tentang Mahkamah Konstitusi

Padahal,

tampaknya langsung menempati posisinya

organisasi dan penyelenggaraannya (yang

yang pas, yang barangkali memang telah

kita

terasa kebutuhannya sejak lama, dan

pemerintahan) justru jauh lebih dominan

barangkali juga jauh dari riak politik.

ketimbang

perubahan.

dalam

kenal

kenyataannnya,

sebagai

baik

penyelenggara

lembaga-lembaga

negara

Yang agaknya masih bergejolak

lainnya. Fungsi apa yang tak ada didalam

terus adalah Dewan Perwakilan Daerah

pemerintah, mulai dari penegak hukum,

(DPD). Salahsatu topik yang alot dalam

fungsi legislasi (bukankah undang-undang

perubahan UUD‟45 waktu itu

memang

kita ditetapkan bersama antara Presiden

adalah pembentukan lembaga negara yang

dengan DPR), fungsi budget (ya, pada

baru

yang

dasarnya rancangan APBN juga berasal

terbentuk tak lebih dari hasil kompromi.

dari pemerintah), sampai fungsi kontrol

Lagi pula persepsi terhadap lembaga

serta audit (apabila sifatnya internal), dan

negara inipun agaknya masih jauh dari apa

sebagainya.

ini.

Akhirnya

lembaga

Lex Jurnalica/ Vol. 3 /No. 1 /April 2005

Bahkan

sebagian

besar

33

Baharuddin Aritonang – PERLUNYA MENDISAIN ULANG INSTITUSI NEGARA Ditinjau dari Keuangan Negara

pelaksana di lembaga-lembaga negara itu

dinamis, bukan seperti DPA dulu). Yang

juga bagian dari pemerintahan (lihat

paling saya ingat adalah Komnas Hak

misalnya

Asasi

Sekretariat

Jenderal

(dan

karyawan) di lembaga-lembaga negara).

Manusia,

yang

akhirnya

kita

lengkapi dengan TAP MPR, dan kini

Tapi memang ketika memasuki

materi Hak Asasi Manusia malah menjadi

masa reformasi, saya menyadari sendiri,

bagian dari konstitusi kita. Menyusul

gempuran

lembaga-lembaga

kemudian berbagai macam komisi yang

negara ini amat gencar. Bukan hanya dari

namanya mungkin kurang akrab bagi kita .

dalam negeri, juga dari luar negeri. Bahwa

Diantaranya KPPU (yang akhir-akhir ini

salah satu penyebab Colaps-nya negara

menjadi populer karena mengangkat kasus

kita, karena penyelenggaraan negara (oleh

penjualan tanker Pertamina. Entah sampai

lembaga-lembaga negara) tidak berfungsi

dimana

optimal. Pengelolaan negara tidak lagi

Nasional (Keppres No. 15 Tahun 2000),

dapat

kepada

Komisi Ombudsman (Keppres No. 44

lembaga-lembaga negara yang formal.

Tahun 2000), Komisi Perlindungan Anak

Perlu

Indonesia (Keppres No.77 Tahun 2003),

terhadap

diharapkan

sepenuhnya

dibangun

masyarakat
Negara”.

lembaga-lembaga

yang

bersifat

“setengah

Bukan

hanya

mengisi

kekosongan,

akan

tetapi

juga

Komisi

ujungnya),

Nasional

Komisi

Anti

Hukum

Kekerasan

Terhadap perempuan (Keppres No. 181
Tahun 1998), dan sebagainya.
Lain

mengimbangi jalannya lembaga formal.

lagi

yang

dibentuk

Lembaga ini berfungsi untuk melengkapi

berdasarkan Undang-undang. Yang paling

lembaga formal. Ini mungkin yang disebut

populer adalah Komisi Pemberantasan

Emmy Hafild dengan State Auxiliary

Tindak Pidana Korupsi yang umum

Bodies (lihat Kompas 21 April 2005).

dikenal dengan KPK (berdasar UU No. 30

Itulah saya lihat penyebab dan

Tahun 2002), Komisi Kepolisian (UU

awal mula munculnya lembaga-lembaga

No.2 Tahun 2002), Komisi Penyiaran

sejenis. Meski ada yang lahir untuk

Indonesia (UU No.32 Tahun 2002),

membantu

Komisi Kejaksaan (UU No.16 Tahun

lembaga formal dibidang

tertentu, katakanlah misalnya Presiden

2004),

(karena

Kebenaran dan Keadilan , dan mungkin

itu

membentuk

muncul
penasehat

ide

perlunya

Presiden

yang

Komisi

Rekonsiliasi

untuk

saja masih akan ada yang lain.

Lex Jurnalica/ Vol. 3 /No. 1 /April 2005

34

Baharuddin Aritonang – PERLUNYA MENDISAIN ULANG INSTITUSI NEGARA Ditinjau dari Keuangan Negara

Indonesia

Tumpang Tindih
Barangkali

terawasi?.

Bukankah

ada

untuk mengawasi pemerintahaan (yang

kebutuhan pendamping lembaga formal

dalam hal ini Kementerian Komunikasi

atau

dalam

dan Informasi) masih ada Komisi I DPR

mengisi

memang

tidak

kekosongan

di

penyelenggaraan

negara

dan

RI. Bahkan masih ada DPD. Kalau masih

penyelenggaraan

pemerintahan.

Tapi

kurang, bukankah masyarakat sendiri bisa

kadarnya tentulah amat kecil, terutama

mengawasinya, baik langsung maupun

kalau lembaga-lembaga formal itu dapat

melalui mediamassa.
Komisi Kejaksaan dan Komisi

kita fungsikan secara optimal.
Jika tidak, maka niscaya akan

Kepolisian tentu akan sama saja. Jaksa

dalam

Agungnya toh juga berfungsi mengawasi

penyelenggaraan negara. Dalam bidang

seluruh jaksa. Sedang jaksa agungnya

hukum

misalnya

adanya

sendiri diawasi dan bertanggungjawab

lembaga

negara

dibidang

kekuasaan

kepada presiden. Sama halnya dengan

(Mahkamah

Agung,

terjadi

tumpang

kehakiman

tindih

disamping

kepolisian,

oleh

kapolri

Mahkamah Konstitusi, dan dilengkapi lagi

bertanggungjawab

dengan

bukankah

Sementara masukan kepada presiden bisa

dibidang pemerintahan juga ada Menteri

dari yang bersangkutan atau dari para

Hukum dan HAM, ada pula Badan

penasehatnya

Pembinaan Hukum Nasional, BPHN,

keseluruhan pemerintahan ini diawasi oleh

setingkat

DPR (dan DPD) sebagai representasi dari

Komisi

Yudisial),

lembaga

pemerintah

non

yang

presiden.

lain.

Secara

rakyat. Di DPR sendiri ada komisi I dan

departemen.
Sama

kepada

yang

halnya

dengan

Komisi

komisi III yang mengawasi kepolisian dan

Penyiaran Indonesia, yang dipemerintahan

kejaksaan.

telah

difungsikan?.

dibentuk

Lembaga

Informasi

Kenapa

tidak

semua

itu

Nasional dan Menteri Negara Komunikasi

Demikian pula dengan komisi-

dan Informasi, yang kemudian sekarang

komisi lainnya. Termasuk komisi-komisi

menjadi

yang menjadi pemberitaan pers setiap hari,

setingkat

Departemen,

yakni

Kementeriaan Komunikasi dan Informasi.

komisi yang rame ing koran.

Kalaulah komisi itu menjadi bagian dari

dasarnya

kementerian

memfungsikan yang ada, apakah itu

ini

apa

penyiaran

di

adalah

Lex Jurnalica/ Vol. 3 /No. 1 /April 2005

bagaimana

Prinsip
kita

35

Baharuddin Aritonang – PERLUNYA MENDISAIN ULANG INSTITUSI NEGARA Ditinjau dari Keuangan Negara

kelembagaan negara maupun lembaga

butuh gaji rutin. Belum lagi fasilitas yang

pemerintahan.

mereka terima. Di Setneg sekarang sudah

Atau

barangkali

kita

membangun lembaga yang sepenuhnya

kabur

pemisahan

fasilitas

bagi

para

milik masyarakat. Karena komisi-komisi

pejabat negara. Ada pimpinan dan anggota

ini juga susah kita klasifikasi, milik

dari komisi ini yang mendapat fasilitas

masyarakat atau bagian dari pemerintah.

yang sama dengan pejabat (tinggi) negara

Karena kenyataannnya di biayai oleh

yang dibentuk berdasar konsitusi. Kalau

pemerintah.

jumlah itu semua digabung dengan gaji
pegawai negeri sipil dan militer, ditambah
gaji pejabat (tinggi) negara seperti MPR,

Keuangan Negara
Dalam hal ini, jika mungkin

DPD, DPR, Presiden (beserta Kabinetnya

diketahui masyarakat, bisa juga menjadi

),

kaget. Buktinya ketika gaji di Komisi

Agung, Badan Pemeriksa Keuangan dan

Pemberantasan

saja

Komisi Yudisial, tentu akan bertambah

Korupsi

(KPK)

Mahkamah

Konstitusi,

Mahkamah

terungkap

sudah

berita.

terus. Apalagi kalau dilengkapi pula

Bagaimana

tidak. Gaji pimpinannnya

dengan lembaga lain, katakanlah Dewan

sekitar 36 juta rupiah. Gaji mereka jauh

Gubernur Bank Indonesia , yang segera

lebih

yang

akan dibebani dengan Dewan Supervisi .

membentuknya. Untuk karyawan saja

Dan masih banyak yang lainnya, yang

paling rendah Rp. 3 juta. Begitu juga KPI,

pada

yang gajinya konon sekitar Rp. 30 juta.

keuangan negara.

tinggi

dari

menjadi

gaji

DPR

akhirnya

kami,

yang

paling

rendah

menjadi

beban

Jika pembentukan komisi ini

Sedang KPPU sekitar Rp.20 juta . Hasil
pantauan

akan

masih

berjalan

terus,

saya

khawatir

Komnas HAM, sekitar Rp13 juta. Kalau

kebutuhan dana untuk penyelenggaraan

dibuat rata-rata Komisi-komisi itu bergaji

negara

akan

menggelembung

terus.

Rp.20 juta sebulan.

Apalagi

jika

kecenderungannya

juga

Kalau

komisi

kejaksaan

dan

meningkat terus karena tuntutan kenaikan

komisi kepolisian terbentuk, hemat saya,

gaji.

gajinya tidak jauh dari itu. Anehnya,

berbagai daerah, APBN kita digerogoti

diantara

oleh

komisi

itu

ada

pula

yang

Bisa-bisa

kebutuhan

seperti

para

yang

dialami

pejabat

atau

membentuk Penasehat, yang tentu pula

Lex Jurnalica/ Vol. 3 /No. 1 /April 2005

36

Baharuddin Aritonang – PERLUNYA MENDISAIN ULANG INSTITUSI NEGARA Ditinjau dari Keuangan Negara

penyelenggara negara lainnya. Sudah tak
ada lagi yang dapat dibagi untuk rakyat.
Karena itu, hemat saya, sudah
perlu

adanya

disain

ulang

terhadap

institusi negara. Para pimpinan negara
perlu bertemu untuk merembugkan hal ini.

Undang-Undang No.2 Tahun 2002 tentang
Komisi Kepolisian.
Undang-Undang

Tahun

2002

tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi.
Undang-Undang

Tentu saja dengan dipimpin langsung oleh

tentang

kepala negara, yang dalam hal ini tak lain

Indonesia.

dari pada Presiden. Didalam pertemuan

No.30

Undang-Undang

No.32

Tahun

Komisi

No.16

2002

Penyiaran

Tahun

2004

ini, tentu diikutkan semua pimpinan

tentang Komisi Kejaksaan.

lembaga negara, dari Ketua MPR, ketua

Keppres No.181 Tahun 1998 tentang

DPR, Ketua DPD, Ketua BPK, Ketua

Komisi Nasional Anti Kekerasan

Mahkamah Agung, dan Ketua Mahkamah

Terhadap Perempuan.

Konstitusi. Bisa kita bayangkan, bila dari
keseluruhan
digunakan

APBN

sepertiganya

untuk membayar hutang,

sepertiganya dibagi ke daerah, dan hanya
tinggal sepertiganya

lagi APBN murni.

Keppres No.15 Tahun 2000 tentang
Komisi Hukum Nasional.
Keppres No.44 Tahun 2000 tentang
Komisi Ombudsman.
Keppres No.77 Tahun 2003 tentang

Jika yang sepertiga ini pun habis untuk

Komisi

penyelenggara

Indonesia.

negara,

juga

penyelenggara pemerintahan

(termasuk

Perlindungan

Anak

didalamnya komisi-komisi tadi) tentu tak
ada yang dapat dikelola lagi. Bukankah
tragis?.
***

DAFTAR PUSTAKA
Undang Undang Dasar 1945
Undang-undang No. 12 Tahun 2003
tentang Pemilihan Umum

Lex Jurnalica/ Vol. 3 /No. 1 /April 2005

37