PERLUNYA MENDISAIN ULANG INSTITUSI NEGARA (Ditinjau dari Keuangan Negara)
Baharuddin Aritonang – PERLUNYA MENDISAIN ULANG INSTITUSI NEGARA Ditinjau dari Keuangan Negara
PERLUNYA MENDISAIN ULANG INSTITUSI NEGARA
(Ditinjau dari Keuangan Negara)
Oleh:
BAHARUDDIN ARITONANG
Anggota DPR dan BP MPR (Periode Tahun 1999 – 2004). Kini anggota BPK
ABSTRAK
Usai iklan Komisi Yudisial, muncul lagi iklan Komisi Kejaksaan. Setelah itu, akan
muncul pula iklan yang membuka pendaftaran untuk calon anggota Komisi
Kepolisian. Dari sisi pemasukan iklan yang mendapatkannya, sangat menguntungkan. Terutama bagi yang kemudian terjaring menjadi salah seorang anggota
Komisi ini. Tidak sedikit yang gajinya berada sedikit di atas gaji anggota DPR yang
menyusun undang-undang, termasuk undang-undang yang melahirkan komisi ini.
Tapi dari segi mekanisme penyelenggaraan negara dan yang lebih berat lagi, dari
sisi beban keuangan negara agaknya perlu kita pikir ulang. Jika kemudian komisikomisi ini digabung dengan pejabat (tinggi) negara, ditambah dengan beban negara
yang rutin berupa gaji pegawai negeri sipil, setengah sipil, sampai anggota
TNI/Polri? Dan baru sekarang BPK berusaha menghitungnya. Apakah mungkin hal
ini seperti yang terjadi di berbagai daerah, yang APBD nya habis untuk membayar
gaji pejabat pemerintah, para anggota DPRD, dan keseluruhan pegawai negeri di
daerah itu. Apabila ditanya, yang mana untuk bagian rakyat? sulit untuk
menjawabnya. Maksudnya tentu bukan untuk bagikan langsung kepada rakyat
daerah setempat, akan tetapi, yang akan menjadi fasilitas umum, katakanlah untuk
Sekolah Dasar yang sudah banyak yang ambruk, jalan raya, membangun pasar, dan
berbagai fasilitas sosial dan fasilitas umum lainnya. Gambarannya akan menjadi
tragis.
Key Words: Komisi Yudisial, Institusi Negara.
seorang anggota Komisi ini. Tidak sedikit
Pendahuluan
Yudisial,
yang gajinya berada sedikit di atas gaji
muncul lagi iklan Komisi Kejaksaan.
anggota DPR yang menyusun undang-
Setelah itu, akan muncul pula iklan yang
undang, termasuk undang-undang yang
membuka
melahirkan komisi ini.
Usai
iklan
Komisi
pendaftaran
untuk
calon
anggota Komisi Kepolisian. Dari sisi
Tapi
dari
segi
mekanisme
pemasukan iklan yang mendapatkannya,
penyelenggaraan negara dan yang lebih
sangat me-nguntungkan. Terutama bagi
berat lagi, dari
yang kemudian terjaring menjadi salah
negara agaknya perlu kita pikir ulang. Jika
Lex Jurnalica/ Vol. 3 /No. 1 /April 2005
sisi beban keuangan
31
Baharuddin Aritonang – PERLUNYA MENDISAIN ULANG INSTITUSI NEGARA Ditinjau dari Keuangan Negara
kemudian komisi-komisi ini digabung
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan
dengan pejabat (tinggi) negara, ditambah
Pertimbangan Agung (DPA), Presiden,
dengan beban negara yang rutin berupa
Mahkamah Agung (MA), dan Badan
gaji pegawai negeri sipil, setengah sipil,
Pemeriksa Keuangan ( BPK). Tapi dengan
sampai anggota TNI/Polri? Dan baru
perubahan UUD‟45 penyebutan ini sudah
sekarang
mengalami perubahan sejalan dengan
Badan
pemeriksa
keuangan
(BPK) berusaha menghitungnya. Apakah
pencabutan
mungkin hal ini seperti yang terjadi di
memberi nama seperti itu. Kini hanya
berbagai daerah, yang APBD nya habis
dikenal lembaga-lembaga negara, walau
untuk membayar gaji pejabat pemerintah,
pemberlakuannya (khususnya protokoler
para anggota DPRD, dan keseluruhan
dan gaji) tampaknya masih mengikuti
pegawai negeri di daerah itu.
gaya lama. Lembaga-lembaga negara ini
Ketetapan
MPR
yang
Apabila ditanya, yang mana untuk
adalah Majelis Permusyawaratan Rakyat
bagian rakyat? sulit untuk menjawabnya.
(MPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD),
Maksudnya tentu bukan untuk bagikan
Dewan
langsung kepada rakyat daerah setempat,
Presiden/Wakil
akan tetapi, yang akan menjadi fasilitas
Konstitusi
umum, katakanlah untuk Sekolah Dasar
(MA), Komisi Yudisial (KY), dan Badan
yang sudah banyak yang ambruk, jalan
Pemeriksa Keuangan (BPK).
raya, membangun pasar, dan berbagai
fasilitas
sosial
dan
fasilitas
lainnya.
Gambarannya
akan
Perwakilan
Rakyat
Presiden,
(MK),
(DPR),
Mahkamah
Mahkamah
Agung
Keunikan KY yang ingin saya
umum
bahas di sini. Tugasnya sebenarnya adalah
menjadi
“hanya” yang berkaitan dengan hakim.
tragis.
Saya masih ingat tatkala membahas hal ini
Lembaga Tinggi Negara
di PAH I BP MPR: Mengapa
Dari segi pembagian kekuasaan
negara,
Dasar
berdasarkan
1945
Undang
sebenarnya
Undang
kita
sudah
mengenal lembaga tinggi negara. Dulu ada
satu lembaga tertinggi negara, yakni
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
Lantas lima lembaga tinggi negara, yakni
harus
masuk di UUD? Apakah tidak cukup
hanya di undang-undang?. Bahkan dengan
bercanda dapat saya katakan, „apa karena
disini banyak ahli hukum, sehingga porsi
hukum lebih besar.?” Tapi, Itulah yang
dinamakan dengan
demokrasi, saling
memberi dan saling menerima. Maka
Lex Jurnalica/ Vol. 3 /No. 1 /April 2005
32
Baharuddin Aritonang – PERLUNYA MENDISAIN ULANG INSTITUSI NEGARA Ditinjau dari Keuangan Negara
jadilah Komisi Yudisial mendapat tempat
yang telah disepakati itu. Termasuk
di UUD‟45. Tentang yang namanya KPU.
mereka-mereka yang terpilih menjadi
Sebenarnya di UUD‟45 hanya menyebut
anggota. Banyak yang merasa bagai
nama umum (dengan huruf kecil) dan baru
senator, sebagaimana senator di negara-
disebut secara khusus (dengan huruf besar
negara dengan bikameral sistem. Meski
) didalam Undang-undang No. 12 Tahun
ditegaskan berdomisili di daerah, mereka
2003 tentang Pemilihan Umum. Dalam
sepanjang tahun berada di Jakarta. Baru ke
benak kami, sifatnya hanya ad hoc, ya
daerah apabila ada kunjungan kerja.
ketika Pemilu ada.
Pelaksanaan
lembaga
negara
tugas
ini
lembaga-
agaknya
Komisi-komisi
masih
Sebenarnya,
jika
seluruh
mengikuti jejak pendahulunya, kecuali
lembaga-lembaga negara ini berfungsi
yang
nyata-nyata
telah
mengalami
optimal, maka penyelenggaraan negara
Diantaranya
pemilihan
niscaya akan berjalan dengan baik. Karena
Presiden/Wapres secara langsung oleh
yang namanya Presiden (dan Wakil
rakyat, sehingga tugas MPR untuk hal ini
Presiden) itu kan hanya terlihat sekotak
tidak ada lagi kecuali dalam situasi
didalam gambar kelembagaan negara ini.
tertentu. Tentang Mahkamah Konstitusi
Padahal,
tampaknya langsung menempati posisinya
organisasi dan penyelenggaraannya (yang
yang pas, yang barangkali memang telah
kita
terasa kebutuhannya sejak lama, dan
pemerintahan) justru jauh lebih dominan
barangkali juga jauh dari riak politik.
ketimbang
perubahan.
dalam
kenal
kenyataannnya,
sebagai
baik
penyelenggara
lembaga-lembaga
negara
Yang agaknya masih bergejolak
lainnya. Fungsi apa yang tak ada didalam
terus adalah Dewan Perwakilan Daerah
pemerintah, mulai dari penegak hukum,
(DPD). Salahsatu topik yang alot dalam
fungsi legislasi (bukankah undang-undang
perubahan UUD‟45 waktu itu
memang
kita ditetapkan bersama antara Presiden
adalah pembentukan lembaga negara yang
dengan DPR), fungsi budget (ya, pada
baru
yang
dasarnya rancangan APBN juga berasal
terbentuk tak lebih dari hasil kompromi.
dari pemerintah), sampai fungsi kontrol
Lagi pula persepsi terhadap lembaga
serta audit (apabila sifatnya internal), dan
negara inipun agaknya masih jauh dari apa
sebagainya.
ini.
Akhirnya
lembaga
Lex Jurnalica/ Vol. 3 /No. 1 /April 2005
Bahkan
sebagian
besar
33
Baharuddin Aritonang – PERLUNYA MENDISAIN ULANG INSTITUSI NEGARA Ditinjau dari Keuangan Negara
pelaksana di lembaga-lembaga negara itu
dinamis, bukan seperti DPA dulu). Yang
juga bagian dari pemerintahan (lihat
paling saya ingat adalah Komnas Hak
misalnya
Asasi
Sekretariat
Jenderal
(dan
karyawan) di lembaga-lembaga negara).
Manusia,
yang
akhirnya
kita
lengkapi dengan TAP MPR, dan kini
Tapi memang ketika memasuki
materi Hak Asasi Manusia malah menjadi
masa reformasi, saya menyadari sendiri,
bagian dari konstitusi kita. Menyusul
gempuran
lembaga-lembaga
kemudian berbagai macam komisi yang
negara ini amat gencar. Bukan hanya dari
namanya mungkin kurang akrab bagi kita .
dalam negeri, juga dari luar negeri. Bahwa
Diantaranya KPPU (yang akhir-akhir ini
salah satu penyebab Colaps-nya negara
menjadi populer karena mengangkat kasus
kita, karena penyelenggaraan negara (oleh
penjualan tanker Pertamina. Entah sampai
lembaga-lembaga negara) tidak berfungsi
dimana
optimal. Pengelolaan negara tidak lagi
Nasional (Keppres No. 15 Tahun 2000),
dapat
kepada
Komisi Ombudsman (Keppres No. 44
lembaga-lembaga negara yang formal.
Tahun 2000), Komisi Perlindungan Anak
Perlu
Indonesia (Keppres No.77 Tahun 2003),
terhadap
diharapkan
sepenuhnya
dibangun
masyarakat
Negara”.
lembaga-lembaga
yang
bersifat
“setengah
Bukan
hanya
mengisi
kekosongan,
akan
tetapi
juga
Komisi
ujungnya),
Nasional
Komisi
Anti
Hukum
Kekerasan
Terhadap perempuan (Keppres No. 181
Tahun 1998), dan sebagainya.
Lain
mengimbangi jalannya lembaga formal.
lagi
yang
dibentuk
Lembaga ini berfungsi untuk melengkapi
berdasarkan Undang-undang. Yang paling
lembaga formal. Ini mungkin yang disebut
populer adalah Komisi Pemberantasan
Emmy Hafild dengan State Auxiliary
Tindak Pidana Korupsi yang umum
Bodies (lihat Kompas 21 April 2005).
dikenal dengan KPK (berdasar UU No. 30
Itulah saya lihat penyebab dan
Tahun 2002), Komisi Kepolisian (UU
awal mula munculnya lembaga-lembaga
No.2 Tahun 2002), Komisi Penyiaran
sejenis. Meski ada yang lahir untuk
Indonesia (UU No.32 Tahun 2002),
membantu
Komisi Kejaksaan (UU No.16 Tahun
lembaga formal dibidang
tertentu, katakanlah misalnya Presiden
2004),
(karena
Kebenaran dan Keadilan , dan mungkin
itu
membentuk
muncul
penasehat
ide
perlunya
Presiden
yang
Komisi
Rekonsiliasi
untuk
saja masih akan ada yang lain.
Lex Jurnalica/ Vol. 3 /No. 1 /April 2005
34
Baharuddin Aritonang – PERLUNYA MENDISAIN ULANG INSTITUSI NEGARA Ditinjau dari Keuangan Negara
Indonesia
Tumpang Tindih
Barangkali
terawasi?.
Bukankah
ada
untuk mengawasi pemerintahaan (yang
kebutuhan pendamping lembaga formal
dalam hal ini Kementerian Komunikasi
atau
dalam
dan Informasi) masih ada Komisi I DPR
mengisi
memang
tidak
kekosongan
di
penyelenggaraan
negara
dan
RI. Bahkan masih ada DPD. Kalau masih
penyelenggaraan
pemerintahan.
Tapi
kurang, bukankah masyarakat sendiri bisa
kadarnya tentulah amat kecil, terutama
mengawasinya, baik langsung maupun
kalau lembaga-lembaga formal itu dapat
melalui mediamassa.
Komisi Kejaksaan dan Komisi
kita fungsikan secara optimal.
Jika tidak, maka niscaya akan
Kepolisian tentu akan sama saja. Jaksa
dalam
Agungnya toh juga berfungsi mengawasi
penyelenggaraan negara. Dalam bidang
seluruh jaksa. Sedang jaksa agungnya
hukum
misalnya
adanya
sendiri diawasi dan bertanggungjawab
lembaga
negara
dibidang
kekuasaan
kepada presiden. Sama halnya dengan
(Mahkamah
Agung,
terjadi
tumpang
kehakiman
tindih
disamping
kepolisian,
oleh
kapolri
Mahkamah Konstitusi, dan dilengkapi lagi
bertanggungjawab
dengan
bukankah
Sementara masukan kepada presiden bisa
dibidang pemerintahan juga ada Menteri
dari yang bersangkutan atau dari para
Hukum dan HAM, ada pula Badan
penasehatnya
Pembinaan Hukum Nasional, BPHN,
keseluruhan pemerintahan ini diawasi oleh
setingkat
DPR (dan DPD) sebagai representasi dari
Komisi
Yudisial),
lembaga
pemerintah
non
yang
presiden.
lain.
Secara
rakyat. Di DPR sendiri ada komisi I dan
departemen.
Sama
kepada
yang
halnya
dengan
Komisi
komisi III yang mengawasi kepolisian dan
Penyiaran Indonesia, yang dipemerintahan
kejaksaan.
telah
difungsikan?.
dibentuk
Lembaga
Informasi
Kenapa
tidak
semua
itu
Nasional dan Menteri Negara Komunikasi
Demikian pula dengan komisi-
dan Informasi, yang kemudian sekarang
komisi lainnya. Termasuk komisi-komisi
menjadi
yang menjadi pemberitaan pers setiap hari,
setingkat
Departemen,
yakni
Kementeriaan Komunikasi dan Informasi.
komisi yang rame ing koran.
Kalaulah komisi itu menjadi bagian dari
dasarnya
kementerian
memfungsikan yang ada, apakah itu
ini
apa
penyiaran
di
adalah
Lex Jurnalica/ Vol. 3 /No. 1 /April 2005
bagaimana
Prinsip
kita
35
Baharuddin Aritonang – PERLUNYA MENDISAIN ULANG INSTITUSI NEGARA Ditinjau dari Keuangan Negara
kelembagaan negara maupun lembaga
butuh gaji rutin. Belum lagi fasilitas yang
pemerintahan.
mereka terima. Di Setneg sekarang sudah
Atau
barangkali
kita
membangun lembaga yang sepenuhnya
kabur
pemisahan
fasilitas
bagi
para
milik masyarakat. Karena komisi-komisi
pejabat negara. Ada pimpinan dan anggota
ini juga susah kita klasifikasi, milik
dari komisi ini yang mendapat fasilitas
masyarakat atau bagian dari pemerintah.
yang sama dengan pejabat (tinggi) negara
Karena kenyataannnya di biayai oleh
yang dibentuk berdasar konsitusi. Kalau
pemerintah.
jumlah itu semua digabung dengan gaji
pegawai negeri sipil dan militer, ditambah
gaji pejabat (tinggi) negara seperti MPR,
Keuangan Negara
Dalam hal ini, jika mungkin
DPD, DPR, Presiden (beserta Kabinetnya
diketahui masyarakat, bisa juga menjadi
),
kaget. Buktinya ketika gaji di Komisi
Agung, Badan Pemeriksa Keuangan dan
Pemberantasan
saja
Komisi Yudisial, tentu akan bertambah
Korupsi
(KPK)
Mahkamah
Konstitusi,
Mahkamah
terungkap
sudah
berita.
terus. Apalagi kalau dilengkapi pula
Bagaimana
tidak. Gaji pimpinannnya
dengan lembaga lain, katakanlah Dewan
sekitar 36 juta rupiah. Gaji mereka jauh
Gubernur Bank Indonesia , yang segera
lebih
yang
akan dibebani dengan Dewan Supervisi .
membentuknya. Untuk karyawan saja
Dan masih banyak yang lainnya, yang
paling rendah Rp. 3 juta. Begitu juga KPI,
pada
yang gajinya konon sekitar Rp. 30 juta.
keuangan negara.
tinggi
dari
menjadi
gaji
DPR
akhirnya
kami,
yang
paling
rendah
menjadi
beban
Jika pembentukan komisi ini
Sedang KPPU sekitar Rp.20 juta . Hasil
pantauan
akan
masih
berjalan
terus,
saya
khawatir
Komnas HAM, sekitar Rp13 juta. Kalau
kebutuhan dana untuk penyelenggaraan
dibuat rata-rata Komisi-komisi itu bergaji
negara
akan
menggelembung
terus.
Rp.20 juta sebulan.
Apalagi
jika
kecenderungannya
juga
Kalau
komisi
kejaksaan
dan
meningkat terus karena tuntutan kenaikan
komisi kepolisian terbentuk, hemat saya,
gaji.
gajinya tidak jauh dari itu. Anehnya,
berbagai daerah, APBN kita digerogoti
diantara
oleh
komisi
itu
ada
pula
yang
Bisa-bisa
kebutuhan
seperti
para
yang
dialami
pejabat
atau
membentuk Penasehat, yang tentu pula
Lex Jurnalica/ Vol. 3 /No. 1 /April 2005
36
Baharuddin Aritonang – PERLUNYA MENDISAIN ULANG INSTITUSI NEGARA Ditinjau dari Keuangan Negara
penyelenggara negara lainnya. Sudah tak
ada lagi yang dapat dibagi untuk rakyat.
Karena itu, hemat saya, sudah
perlu
adanya
disain
ulang
terhadap
institusi negara. Para pimpinan negara
perlu bertemu untuk merembugkan hal ini.
Undang-Undang No.2 Tahun 2002 tentang
Komisi Kepolisian.
Undang-Undang
Tahun
2002
tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi.
Undang-Undang
Tentu saja dengan dipimpin langsung oleh
tentang
kepala negara, yang dalam hal ini tak lain
Indonesia.
dari pada Presiden. Didalam pertemuan
No.30
Undang-Undang
No.32
Tahun
Komisi
No.16
2002
Penyiaran
Tahun
2004
ini, tentu diikutkan semua pimpinan
tentang Komisi Kejaksaan.
lembaga negara, dari Ketua MPR, ketua
Keppres No.181 Tahun 1998 tentang
DPR, Ketua DPD, Ketua BPK, Ketua
Komisi Nasional Anti Kekerasan
Mahkamah Agung, dan Ketua Mahkamah
Terhadap Perempuan.
Konstitusi. Bisa kita bayangkan, bila dari
keseluruhan
digunakan
APBN
sepertiganya
untuk membayar hutang,
sepertiganya dibagi ke daerah, dan hanya
tinggal sepertiganya
lagi APBN murni.
Keppres No.15 Tahun 2000 tentang
Komisi Hukum Nasional.
Keppres No.44 Tahun 2000 tentang
Komisi Ombudsman.
Keppres No.77 Tahun 2003 tentang
Jika yang sepertiga ini pun habis untuk
Komisi
penyelenggara
Indonesia.
negara,
juga
penyelenggara pemerintahan
(termasuk
Perlindungan
Anak
didalamnya komisi-komisi tadi) tentu tak
ada yang dapat dikelola lagi. Bukankah
tragis?.
***
DAFTAR PUSTAKA
Undang Undang Dasar 1945
Undang-undang No. 12 Tahun 2003
tentang Pemilihan Umum
Lex Jurnalica/ Vol. 3 /No. 1 /April 2005
37
PERLUNYA MENDISAIN ULANG INSTITUSI NEGARA
(Ditinjau dari Keuangan Negara)
Oleh:
BAHARUDDIN ARITONANG
Anggota DPR dan BP MPR (Periode Tahun 1999 – 2004). Kini anggota BPK
ABSTRAK
Usai iklan Komisi Yudisial, muncul lagi iklan Komisi Kejaksaan. Setelah itu, akan
muncul pula iklan yang membuka pendaftaran untuk calon anggota Komisi
Kepolisian. Dari sisi pemasukan iklan yang mendapatkannya, sangat menguntungkan. Terutama bagi yang kemudian terjaring menjadi salah seorang anggota
Komisi ini. Tidak sedikit yang gajinya berada sedikit di atas gaji anggota DPR yang
menyusun undang-undang, termasuk undang-undang yang melahirkan komisi ini.
Tapi dari segi mekanisme penyelenggaraan negara dan yang lebih berat lagi, dari
sisi beban keuangan negara agaknya perlu kita pikir ulang. Jika kemudian komisikomisi ini digabung dengan pejabat (tinggi) negara, ditambah dengan beban negara
yang rutin berupa gaji pegawai negeri sipil, setengah sipil, sampai anggota
TNI/Polri? Dan baru sekarang BPK berusaha menghitungnya. Apakah mungkin hal
ini seperti yang terjadi di berbagai daerah, yang APBD nya habis untuk membayar
gaji pejabat pemerintah, para anggota DPRD, dan keseluruhan pegawai negeri di
daerah itu. Apabila ditanya, yang mana untuk bagian rakyat? sulit untuk
menjawabnya. Maksudnya tentu bukan untuk bagikan langsung kepada rakyat
daerah setempat, akan tetapi, yang akan menjadi fasilitas umum, katakanlah untuk
Sekolah Dasar yang sudah banyak yang ambruk, jalan raya, membangun pasar, dan
berbagai fasilitas sosial dan fasilitas umum lainnya. Gambarannya akan menjadi
tragis.
Key Words: Komisi Yudisial, Institusi Negara.
seorang anggota Komisi ini. Tidak sedikit
Pendahuluan
Yudisial,
yang gajinya berada sedikit di atas gaji
muncul lagi iklan Komisi Kejaksaan.
anggota DPR yang menyusun undang-
Setelah itu, akan muncul pula iklan yang
undang, termasuk undang-undang yang
membuka
melahirkan komisi ini.
Usai
iklan
Komisi
pendaftaran
untuk
calon
anggota Komisi Kepolisian. Dari sisi
Tapi
dari
segi
mekanisme
pemasukan iklan yang mendapatkannya,
penyelenggaraan negara dan yang lebih
sangat me-nguntungkan. Terutama bagi
berat lagi, dari
yang kemudian terjaring menjadi salah
negara agaknya perlu kita pikir ulang. Jika
Lex Jurnalica/ Vol. 3 /No. 1 /April 2005
sisi beban keuangan
31
Baharuddin Aritonang – PERLUNYA MENDISAIN ULANG INSTITUSI NEGARA Ditinjau dari Keuangan Negara
kemudian komisi-komisi ini digabung
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan
dengan pejabat (tinggi) negara, ditambah
Pertimbangan Agung (DPA), Presiden,
dengan beban negara yang rutin berupa
Mahkamah Agung (MA), dan Badan
gaji pegawai negeri sipil, setengah sipil,
Pemeriksa Keuangan ( BPK). Tapi dengan
sampai anggota TNI/Polri? Dan baru
perubahan UUD‟45 penyebutan ini sudah
sekarang
mengalami perubahan sejalan dengan
Badan
pemeriksa
keuangan
(BPK) berusaha menghitungnya. Apakah
pencabutan
mungkin hal ini seperti yang terjadi di
memberi nama seperti itu. Kini hanya
berbagai daerah, yang APBD nya habis
dikenal lembaga-lembaga negara, walau
untuk membayar gaji pejabat pemerintah,
pemberlakuannya (khususnya protokoler
para anggota DPRD, dan keseluruhan
dan gaji) tampaknya masih mengikuti
pegawai negeri di daerah itu.
gaya lama. Lembaga-lembaga negara ini
Ketetapan
MPR
yang
Apabila ditanya, yang mana untuk
adalah Majelis Permusyawaratan Rakyat
bagian rakyat? sulit untuk menjawabnya.
(MPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD),
Maksudnya tentu bukan untuk bagikan
Dewan
langsung kepada rakyat daerah setempat,
Presiden/Wakil
akan tetapi, yang akan menjadi fasilitas
Konstitusi
umum, katakanlah untuk Sekolah Dasar
(MA), Komisi Yudisial (KY), dan Badan
yang sudah banyak yang ambruk, jalan
Pemeriksa Keuangan (BPK).
raya, membangun pasar, dan berbagai
fasilitas
sosial
dan
fasilitas
lainnya.
Gambarannya
akan
Perwakilan
Rakyat
Presiden,
(MK),
(DPR),
Mahkamah
Mahkamah
Agung
Keunikan KY yang ingin saya
umum
bahas di sini. Tugasnya sebenarnya adalah
menjadi
“hanya” yang berkaitan dengan hakim.
tragis.
Saya masih ingat tatkala membahas hal ini
Lembaga Tinggi Negara
di PAH I BP MPR: Mengapa
Dari segi pembagian kekuasaan
negara,
Dasar
berdasarkan
1945
Undang
sebenarnya
Undang
kita
sudah
mengenal lembaga tinggi negara. Dulu ada
satu lembaga tertinggi negara, yakni
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
Lantas lima lembaga tinggi negara, yakni
harus
masuk di UUD? Apakah tidak cukup
hanya di undang-undang?. Bahkan dengan
bercanda dapat saya katakan, „apa karena
disini banyak ahli hukum, sehingga porsi
hukum lebih besar.?” Tapi, Itulah yang
dinamakan dengan
demokrasi, saling
memberi dan saling menerima. Maka
Lex Jurnalica/ Vol. 3 /No. 1 /April 2005
32
Baharuddin Aritonang – PERLUNYA MENDISAIN ULANG INSTITUSI NEGARA Ditinjau dari Keuangan Negara
jadilah Komisi Yudisial mendapat tempat
yang telah disepakati itu. Termasuk
di UUD‟45. Tentang yang namanya KPU.
mereka-mereka yang terpilih menjadi
Sebenarnya di UUD‟45 hanya menyebut
anggota. Banyak yang merasa bagai
nama umum (dengan huruf kecil) dan baru
senator, sebagaimana senator di negara-
disebut secara khusus (dengan huruf besar
negara dengan bikameral sistem. Meski
) didalam Undang-undang No. 12 Tahun
ditegaskan berdomisili di daerah, mereka
2003 tentang Pemilihan Umum. Dalam
sepanjang tahun berada di Jakarta. Baru ke
benak kami, sifatnya hanya ad hoc, ya
daerah apabila ada kunjungan kerja.
ketika Pemilu ada.
Pelaksanaan
lembaga
negara
tugas
ini
lembaga-
agaknya
Komisi-komisi
masih
Sebenarnya,
jika
seluruh
mengikuti jejak pendahulunya, kecuali
lembaga-lembaga negara ini berfungsi
yang
nyata-nyata
telah
mengalami
optimal, maka penyelenggaraan negara
Diantaranya
pemilihan
niscaya akan berjalan dengan baik. Karena
Presiden/Wapres secara langsung oleh
yang namanya Presiden (dan Wakil
rakyat, sehingga tugas MPR untuk hal ini
Presiden) itu kan hanya terlihat sekotak
tidak ada lagi kecuali dalam situasi
didalam gambar kelembagaan negara ini.
tertentu. Tentang Mahkamah Konstitusi
Padahal,
tampaknya langsung menempati posisinya
organisasi dan penyelenggaraannya (yang
yang pas, yang barangkali memang telah
kita
terasa kebutuhannya sejak lama, dan
pemerintahan) justru jauh lebih dominan
barangkali juga jauh dari riak politik.
ketimbang
perubahan.
dalam
kenal
kenyataannnya,
sebagai
baik
penyelenggara
lembaga-lembaga
negara
Yang agaknya masih bergejolak
lainnya. Fungsi apa yang tak ada didalam
terus adalah Dewan Perwakilan Daerah
pemerintah, mulai dari penegak hukum,
(DPD). Salahsatu topik yang alot dalam
fungsi legislasi (bukankah undang-undang
perubahan UUD‟45 waktu itu
memang
kita ditetapkan bersama antara Presiden
adalah pembentukan lembaga negara yang
dengan DPR), fungsi budget (ya, pada
baru
yang
dasarnya rancangan APBN juga berasal
terbentuk tak lebih dari hasil kompromi.
dari pemerintah), sampai fungsi kontrol
Lagi pula persepsi terhadap lembaga
serta audit (apabila sifatnya internal), dan
negara inipun agaknya masih jauh dari apa
sebagainya.
ini.
Akhirnya
lembaga
Lex Jurnalica/ Vol. 3 /No. 1 /April 2005
Bahkan
sebagian
besar
33
Baharuddin Aritonang – PERLUNYA MENDISAIN ULANG INSTITUSI NEGARA Ditinjau dari Keuangan Negara
pelaksana di lembaga-lembaga negara itu
dinamis, bukan seperti DPA dulu). Yang
juga bagian dari pemerintahan (lihat
paling saya ingat adalah Komnas Hak
misalnya
Asasi
Sekretariat
Jenderal
(dan
karyawan) di lembaga-lembaga negara).
Manusia,
yang
akhirnya
kita
lengkapi dengan TAP MPR, dan kini
Tapi memang ketika memasuki
materi Hak Asasi Manusia malah menjadi
masa reformasi, saya menyadari sendiri,
bagian dari konstitusi kita. Menyusul
gempuran
lembaga-lembaga
kemudian berbagai macam komisi yang
negara ini amat gencar. Bukan hanya dari
namanya mungkin kurang akrab bagi kita .
dalam negeri, juga dari luar negeri. Bahwa
Diantaranya KPPU (yang akhir-akhir ini
salah satu penyebab Colaps-nya negara
menjadi populer karena mengangkat kasus
kita, karena penyelenggaraan negara (oleh
penjualan tanker Pertamina. Entah sampai
lembaga-lembaga negara) tidak berfungsi
dimana
optimal. Pengelolaan negara tidak lagi
Nasional (Keppres No. 15 Tahun 2000),
dapat
kepada
Komisi Ombudsman (Keppres No. 44
lembaga-lembaga negara yang formal.
Tahun 2000), Komisi Perlindungan Anak
Perlu
Indonesia (Keppres No.77 Tahun 2003),
terhadap
diharapkan
sepenuhnya
dibangun
masyarakat
Negara”.
lembaga-lembaga
yang
bersifat
“setengah
Bukan
hanya
mengisi
kekosongan,
akan
tetapi
juga
Komisi
ujungnya),
Nasional
Komisi
Anti
Hukum
Kekerasan
Terhadap perempuan (Keppres No. 181
Tahun 1998), dan sebagainya.
Lain
mengimbangi jalannya lembaga formal.
lagi
yang
dibentuk
Lembaga ini berfungsi untuk melengkapi
berdasarkan Undang-undang. Yang paling
lembaga formal. Ini mungkin yang disebut
populer adalah Komisi Pemberantasan
Emmy Hafild dengan State Auxiliary
Tindak Pidana Korupsi yang umum
Bodies (lihat Kompas 21 April 2005).
dikenal dengan KPK (berdasar UU No. 30
Itulah saya lihat penyebab dan
Tahun 2002), Komisi Kepolisian (UU
awal mula munculnya lembaga-lembaga
No.2 Tahun 2002), Komisi Penyiaran
sejenis. Meski ada yang lahir untuk
Indonesia (UU No.32 Tahun 2002),
membantu
Komisi Kejaksaan (UU No.16 Tahun
lembaga formal dibidang
tertentu, katakanlah misalnya Presiden
2004),
(karena
Kebenaran dan Keadilan , dan mungkin
itu
membentuk
muncul
penasehat
ide
perlunya
Presiden
yang
Komisi
Rekonsiliasi
untuk
saja masih akan ada yang lain.
Lex Jurnalica/ Vol. 3 /No. 1 /April 2005
34
Baharuddin Aritonang – PERLUNYA MENDISAIN ULANG INSTITUSI NEGARA Ditinjau dari Keuangan Negara
Indonesia
Tumpang Tindih
Barangkali
terawasi?.
Bukankah
ada
untuk mengawasi pemerintahaan (yang
kebutuhan pendamping lembaga formal
dalam hal ini Kementerian Komunikasi
atau
dalam
dan Informasi) masih ada Komisi I DPR
mengisi
memang
tidak
kekosongan
di
penyelenggaraan
negara
dan
RI. Bahkan masih ada DPD. Kalau masih
penyelenggaraan
pemerintahan.
Tapi
kurang, bukankah masyarakat sendiri bisa
kadarnya tentulah amat kecil, terutama
mengawasinya, baik langsung maupun
kalau lembaga-lembaga formal itu dapat
melalui mediamassa.
Komisi Kejaksaan dan Komisi
kita fungsikan secara optimal.
Jika tidak, maka niscaya akan
Kepolisian tentu akan sama saja. Jaksa
dalam
Agungnya toh juga berfungsi mengawasi
penyelenggaraan negara. Dalam bidang
seluruh jaksa. Sedang jaksa agungnya
hukum
misalnya
adanya
sendiri diawasi dan bertanggungjawab
lembaga
negara
dibidang
kekuasaan
kepada presiden. Sama halnya dengan
(Mahkamah
Agung,
terjadi
tumpang
kehakiman
tindih
disamping
kepolisian,
oleh
kapolri
Mahkamah Konstitusi, dan dilengkapi lagi
bertanggungjawab
dengan
bukankah
Sementara masukan kepada presiden bisa
dibidang pemerintahan juga ada Menteri
dari yang bersangkutan atau dari para
Hukum dan HAM, ada pula Badan
penasehatnya
Pembinaan Hukum Nasional, BPHN,
keseluruhan pemerintahan ini diawasi oleh
setingkat
DPR (dan DPD) sebagai representasi dari
Komisi
Yudisial),
lembaga
pemerintah
non
yang
presiden.
lain.
Secara
rakyat. Di DPR sendiri ada komisi I dan
departemen.
Sama
kepada
yang
halnya
dengan
Komisi
komisi III yang mengawasi kepolisian dan
Penyiaran Indonesia, yang dipemerintahan
kejaksaan.
telah
difungsikan?.
dibentuk
Lembaga
Informasi
Kenapa
tidak
semua
itu
Nasional dan Menteri Negara Komunikasi
Demikian pula dengan komisi-
dan Informasi, yang kemudian sekarang
komisi lainnya. Termasuk komisi-komisi
menjadi
yang menjadi pemberitaan pers setiap hari,
setingkat
Departemen,
yakni
Kementeriaan Komunikasi dan Informasi.
komisi yang rame ing koran.
Kalaulah komisi itu menjadi bagian dari
dasarnya
kementerian
memfungsikan yang ada, apakah itu
ini
apa
penyiaran
di
adalah
Lex Jurnalica/ Vol. 3 /No. 1 /April 2005
bagaimana
Prinsip
kita
35
Baharuddin Aritonang – PERLUNYA MENDISAIN ULANG INSTITUSI NEGARA Ditinjau dari Keuangan Negara
kelembagaan negara maupun lembaga
butuh gaji rutin. Belum lagi fasilitas yang
pemerintahan.
mereka terima. Di Setneg sekarang sudah
Atau
barangkali
kita
membangun lembaga yang sepenuhnya
kabur
pemisahan
fasilitas
bagi
para
milik masyarakat. Karena komisi-komisi
pejabat negara. Ada pimpinan dan anggota
ini juga susah kita klasifikasi, milik
dari komisi ini yang mendapat fasilitas
masyarakat atau bagian dari pemerintah.
yang sama dengan pejabat (tinggi) negara
Karena kenyataannnya di biayai oleh
yang dibentuk berdasar konsitusi. Kalau
pemerintah.
jumlah itu semua digabung dengan gaji
pegawai negeri sipil dan militer, ditambah
gaji pejabat (tinggi) negara seperti MPR,
Keuangan Negara
Dalam hal ini, jika mungkin
DPD, DPR, Presiden (beserta Kabinetnya
diketahui masyarakat, bisa juga menjadi
),
kaget. Buktinya ketika gaji di Komisi
Agung, Badan Pemeriksa Keuangan dan
Pemberantasan
saja
Komisi Yudisial, tentu akan bertambah
Korupsi
(KPK)
Mahkamah
Konstitusi,
Mahkamah
terungkap
sudah
berita.
terus. Apalagi kalau dilengkapi pula
Bagaimana
tidak. Gaji pimpinannnya
dengan lembaga lain, katakanlah Dewan
sekitar 36 juta rupiah. Gaji mereka jauh
Gubernur Bank Indonesia , yang segera
lebih
yang
akan dibebani dengan Dewan Supervisi .
membentuknya. Untuk karyawan saja
Dan masih banyak yang lainnya, yang
paling rendah Rp. 3 juta. Begitu juga KPI,
pada
yang gajinya konon sekitar Rp. 30 juta.
keuangan negara.
tinggi
dari
menjadi
gaji
DPR
akhirnya
kami,
yang
paling
rendah
menjadi
beban
Jika pembentukan komisi ini
Sedang KPPU sekitar Rp.20 juta . Hasil
pantauan
akan
masih
berjalan
terus,
saya
khawatir
Komnas HAM, sekitar Rp13 juta. Kalau
kebutuhan dana untuk penyelenggaraan
dibuat rata-rata Komisi-komisi itu bergaji
negara
akan
menggelembung
terus.
Rp.20 juta sebulan.
Apalagi
jika
kecenderungannya
juga
Kalau
komisi
kejaksaan
dan
meningkat terus karena tuntutan kenaikan
komisi kepolisian terbentuk, hemat saya,
gaji.
gajinya tidak jauh dari itu. Anehnya,
berbagai daerah, APBN kita digerogoti
diantara
oleh
komisi
itu
ada
pula
yang
Bisa-bisa
kebutuhan
seperti
para
yang
dialami
pejabat
atau
membentuk Penasehat, yang tentu pula
Lex Jurnalica/ Vol. 3 /No. 1 /April 2005
36
Baharuddin Aritonang – PERLUNYA MENDISAIN ULANG INSTITUSI NEGARA Ditinjau dari Keuangan Negara
penyelenggara negara lainnya. Sudah tak
ada lagi yang dapat dibagi untuk rakyat.
Karena itu, hemat saya, sudah
perlu
adanya
disain
ulang
terhadap
institusi negara. Para pimpinan negara
perlu bertemu untuk merembugkan hal ini.
Undang-Undang No.2 Tahun 2002 tentang
Komisi Kepolisian.
Undang-Undang
Tahun
2002
tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi.
Undang-Undang
Tentu saja dengan dipimpin langsung oleh
tentang
kepala negara, yang dalam hal ini tak lain
Indonesia.
dari pada Presiden. Didalam pertemuan
No.30
Undang-Undang
No.32
Tahun
Komisi
No.16
2002
Penyiaran
Tahun
2004
ini, tentu diikutkan semua pimpinan
tentang Komisi Kejaksaan.
lembaga negara, dari Ketua MPR, ketua
Keppres No.181 Tahun 1998 tentang
DPR, Ketua DPD, Ketua BPK, Ketua
Komisi Nasional Anti Kekerasan
Mahkamah Agung, dan Ketua Mahkamah
Terhadap Perempuan.
Konstitusi. Bisa kita bayangkan, bila dari
keseluruhan
digunakan
APBN
sepertiganya
untuk membayar hutang,
sepertiganya dibagi ke daerah, dan hanya
tinggal sepertiganya
lagi APBN murni.
Keppres No.15 Tahun 2000 tentang
Komisi Hukum Nasional.
Keppres No.44 Tahun 2000 tentang
Komisi Ombudsman.
Keppres No.77 Tahun 2003 tentang
Jika yang sepertiga ini pun habis untuk
Komisi
penyelenggara
Indonesia.
negara,
juga
penyelenggara pemerintahan
(termasuk
Perlindungan
Anak
didalamnya komisi-komisi tadi) tentu tak
ada yang dapat dikelola lagi. Bukankah
tragis?.
***
DAFTAR PUSTAKA
Undang Undang Dasar 1945
Undang-undang No. 12 Tahun 2003
tentang Pemilihan Umum
Lex Jurnalica/ Vol. 3 /No. 1 /April 2005
37