TM LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI UMUM T (1)

LAPORAN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI UMUM
TEKNIK ENUMERASI LANGSUNG

NAMA
NIM
KELOMPOK
KELAS
ASISTEN

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017

Nama
NIM
Kelas
Kelompo
k

Tanggal Praktikum
Praktikum 3.4

Jumat, 28 April 2017
TEKNIK ENUMERASI LANGSUNG

PRELAB

1. Bagaimana cara menghitung mikroba secara langsung menggunakan haemocytometer?
Sebutkan dan jelaskan tahapannya!
Haemocytometer memiliki 5 ruang hitung, dimana pada setiap ruang terdapat 16
kotak akan tetapi ruang hitung di bagian tengah terdapat 25 kotak. Sel yang mati yang
berada pada batas luar sebelah atas dan berada di sebelah kanan tidak dihitung. Sedangkan
sel yang berada pada batas kiri ikut dihitung (Gunasekaran, 2007). Untuk menghitung
mikroba pada hemocytometer pertama dibersihkan kaca slide demgam air mengalir
kemudian dibersihkan dengan tisu. Pembersihan ruang hitung bisa juga dilakukan dengan
alcohol. Setelah itu, diletakkan gelas penutup diatas slide kemudian di jepit dengan penjepit
kanan dan kiri. Disiapkan suspensi mikroba yang akan dihitung. Kemudian geser mikroba
sebanyak 2 tetes kemudian di teteskan pada tepi gelas penutup. Suspense akan menyebar ke
ruang hitung. Dibiarkan beberapa saat agar mikroba stabil. Diletakkan haemocytometer

pada meja mikroskop dan dihitung jumlah sel (Harmita, 2008).
Pada perhitungan menggunakan rumus (Gunasekaran, 2007).
jumlah sel rata−ratatiap petak × 1000× faktor pengenceran
Jumlah sel / ml¿
2
luas petak ( m m ) ×ked a laman petak (mm)
2. Apakah yang harus dilakukan, jika mikroba yang terlihat di Haemocytometer terlalu
banyak? Jelaskan
Jika mikroba yang diamati dalam haemocytometer terlalu banyak maka memerlukan
perlakuan pengenceran sebelum ditumbuhkan pada media agar. Sehingga, setelah inkubasi
akan terbentuk pertumbuhan koloni pada cawan dengan jumlah yang dapat dihitung atau
tidak terlalu banyak. Dimana jumlah yang terbaik antara 30 sampai 300. Pengenceran
dilakukan secara desimal yaitu 1:10, 1:100, 1:1000 dan seterusnya. Faktor pengenceran
pada pengenceran desimal dapat dihitung dengan rumus tingkat pengenceran dikalikan

Nama
NIM
Kelas
Kelompo
k

dengan jumlah yang ditumbuhkan. Sedangkan jumlah koloni dapat dihitung dengan rumus
jumlah koloni dikalikan dengan 1/faktor pengenceran (Cheesbrough, 2010).
3. Sebutkan ukuran kotak dalam haemocytometer dan tuliskan rumus yang digunakan untuk
menghitung mikroba menggunakan haemocytometer
Haemocytometer adalah alat uang digunakan untuk menghitung koloni mikroba yang
berupa slide kaca tebal berbentuk persegi panjang. Ruang hitung yang dipakai adalah ruang
hitung yang memiliki garis improved Neubauer. Luas kotak pada ruang hitung secara
keseluruhan adalah 9mm2. Ruang hitung tersebut dibagi lagi menjadi 9 kotak besar, jadi
masing-masing memiliki luas 1mm2. 9 ruang bidang tersebut masih dibagi lagi menjadi 16
bidang sedang dengan luas masing-masing bidang adalah ¼ mm2 x ¼ mm2. Untuk bidang
besar yang letaknya di tengah, bidang dibagi menjadi 25 kotak kecil dan kemudian 1
bidang tersebut dibagi lagi menjadi 16 kotak kecil. Sehingga, jumlah kotak secara
keseluruhan ada 400 kotak. Pada perhitungan menggunakan rumus (Harmita, 2007).
jumlah sel rata−ratatiap petak × 1000× faktor pengenceran
Jumlah sel / ml¿
2
luas petak ( m m ) × kedalaman petak (mm)

Nama
NIM

Kelas
Kelompo
k
DIAGRAM ALIR

Penggunaan Haemocytometer
Haemositometer
Suspensi kultur
S. cerevisiae

Dibilas dengan aquades dan alkohol
Dikeringkan dengan tissue

Digojog
Diambil 5-10 μl

Diteteskan kultur tepat pada petak haemocytometer
Ditutup dengan kaca penutup dengan kemiringan 450
Diletakkan pada meja mikroskop
Diamati dengan perbesaran paling rendah untuk menemukan petak perhitungan pertama

Diamati dengan perbesaran lebih tinggi untuk menentukan fokus
Dihitung jumlah tiap kotak
Dilakukan perhitungan dengan rumus
Hasil

Nama
NIM
Kelas
Kelompo
k

TINJAUAN PUSTAKA
Kultur Saccharomyces cerevisiae
Mikroorganisme ini termasuk pada kingdom jamur dengan spesialisasi khamir dengan
nama dagang ragi yang telah digunakan pada pembuatan tape singkong maupun tape ketan
dan pembuatan wine (minuman beralkohol) yang ditambahkan pada bahan tersebut dalam
kondisi anaerob membentuk etanol pada hasil reaksi yang memberikan sifat rasa asam
Saccharomyces cereviceae dapat diproduksi menjadi ragi, baik untuk pembuatan roti
ataupun minuman beralkohol. Pada pembuatan roti digunakan S. Cereviceae yang memiliki
sifat antara lain menghasilkan CO2 yang tinggi serta mampu menghasilkan tekstur roti yang

baik. Sementara pada proses fermentasi alkohol memiliki sifat antara lain penghasil etanol
yang tinggi. Pada fermentasi menggunakan kultur murni diperlukan penyiapan inokulum
secara khusus dan dibutuhkan biaya yang relatif tinggi (Restu, 2009).

(Restu, 2009).

(Restu, 2009).

(Restu, 2009).

Nama
NIM
Kelas
Kelompo
k

(Restu, 2009).

Nama
NIM

Kelas
Kelompo
k
PERTANYAAN

1. Tuliskan hasil pengamatan jumlah sel menggunakan Haemacytometer (Data Kelas)
(Data ini adalah data 25 kotak besar)
a. Saccaharomyces cerevisiae umur 24 jam pengenceran 10-1
2

3

1

0

1

1


2

3

6

4

1

3

1

3

2

0


4

4

3

3

2

2

1

2

2

Perhitungan:


yang teramati
∑ sel rata−rata= jumlah total mikroorganisme
jumlah kotak
=2,24
∑ sel rata−rata= 56
25
sel
∑ sel rata−rata x 1000 x fp
∑ ml = luas petak(mm ¿ ¿ 2) x kedalaman(mm) ¿
2,24 ×1000 ×10−1
¿
0,02 ×0,1

¿ 112.000 sel/ml
¿ 1,12× 105 sel /ml

Nama
NIM
Kelas
Kelompo

k

b. Saccaharomyces cerevisiae umur 48 jam pengenceran 10-1 (Tukar Data)
39

0

0

0

0

31

42

69

81

85

51

47

50

103

63

43

58

59

86

87

23

52

42

72

77

Perhitungan:

yang teramati
∑ sel rata−rata= jumlah total mikroorganisme
jumlah kotak
=50,04
∑ sel rata−rata= 1260
25
sel
∑ sel rata−rata x 1000 x fp
∑ ml = luas petak(mm ¿ ¿ 2) x kedalaman(mm) ¿
¿

50,04 ×1000 ×10−1
0,02 ×0,1

¿ 252.000

sel
ml

¿ 2,52 ×105

sel
ml

Nama
NIM
Kelas
Kelompo
k

 S. cerevisiae 24 jam
FP = 10–1
Rata-rata jumlah sel:
¿

56
25

= 2,24
Jumlah sel dalam bahan/ml:

∑ sel
ml

=

∑ sel rata−rata x 1000 x fp

luas petak ( mm 2 ) x kedalaman(mm)
2,24 x 1000 x 10−1
=
2. Hitunglah
rata-rata
0,02
x 0,01jumlah sel serta jumlah sel dalam bahan/ml.

= 112.000 sel/ml
= 112 x 103 sel/ml
 S. cerevisiae 48 jam
FP = 10-1
Rata-rata jumlah sel:
1260

= 25
= 50,4
Jumlah sel dalam bahan/ml =

∑ sel
ml

=

∑ sel rata−rata x 1000 x fp

luas petak ( mm 2 ) x kedalaman(mm)
50,4 x 1000 x 10−1
=
0,04 x 0,01

= 252.000sel/ml
= 252 x 103 sel/ml

Nama
NIM
Kelas
Kelompo
k

3. Bahas data yang anda peroleh.
Dari data hasil pengamatan yang telah diperoleh, jumlah sel
per ml untuk kultur S. cerevisiae 48 jam adalah 252 x 103 sel/ml.
Hasil ini didapatkan dari penghitungan sel tiap kotaknya
menggunakan mikroskop perbesaran 400x, seharusnya memakai
perbasaran 40x terlebih dahulu namun media tersebut tidak terlihat
jadi sukar untuk dihitung, maka praktikan langsung memakai
perbesaran 400x sebab media tersebut tampak jelas di mikroskop
sehigga mudah sekali untuk dihitung. Jumlah sel secara
keseluruhan dari 25 petak adalah 1.260 sel dengan rata rata jumlah
sel tiap petak adalah 50,4. Hasil ini kemudian dimasukkan ke dalam
rumus penghitungan jumlah sel per ml, yaitu rata-rata jumlah sel
dikalikan 1000 dikalikan faktor pengenceran yaitu sebesar 1 karena
dilakukan pengenceran terlebih dahulu dengan perbandingan kultur
: pepton adalah 1 : 9. Kemudian hasil tersebut dibagi dengan luas

Nama
NIM
Kelas
Kelompo
k
tiap petak kecil dikalikan kedalaman petak. Luas petak kecil adalah
1
1
sebesar 0,04 mm2 didapat dari 25 x 16 = 400 , dan kedalaman standar
dari petak adalah 0,1 mm. Sehingga didapatkan hasil jumlah sel per
ml untuk kultur S. cerevisiae 48 jam dengan faktor pengenceran 1
adalah sebesar 252 x 103 sel/ml.
Dari data hasil pengamatan tuker data yang telah diperoleh,
jumlah sel per ml untuk kultur S. cerevisiae 24 jam adalah 112 x
103 sel/ml. Hasil ini didapatkan dari penghitungan sel tiap kotaknya
menggunakan mikroskop perbesaran 400x, seharusnya memakai
perbesaran 40x terlebih dahulu namun media tersebut tidak terlihat
jadi sukar untuk dihitung, maka praktikan langsung memakai
perbesaran 400x sebab media tersebut tampak jelas di mikroskop
sehigga mudah sekali untuk dihitung. Jumlah sel secara
keseluruhan dari 25 petak adalah 56 sel dengan rata-rata jumlah
sel tiap petak adalah 2,24. Hasil ini kemudian dimasukkan ke dalam
rumus penghitungan jumlah sel per ml, yaitu rata-rata jumlah sel
dikalikan 1000 dikalikan faktor pengenceran yaitu sebesar 10 -1
karena
dilakukan
pengenceran
terlebih
dahulu
dengan
perbandingan kultur : pepton adalah 1 : 9. Kemudian hasil tersebut
dibagi dengan luas tiap petak kecil dikalikan kedalaman petak. Luas
1
1
petak kecil adalah sebesar 0,04 mm2 didapat dari 25 x 16 = 400 , dan
kedalaman standar dari petak adalah 0,1 mm. Sehingga didapatkan
hasil jumlah sel per ml untuk kultur S. cerevisiae 24 jam dengan
faktor pengenceran 10-1 adalah sebesar 112 x 103 sel/ml.
Dari percobaan serta pembahasan data diatas, didapatkan
bahwa jumlah sel per ml kultur S. cerevisiae pengenceran 10-1 48
jam lebih sedikit dari pada yang 24 jam. Hal ini tidak sesuai dengan
literatur mungkin dikarenakan waktu inkubasi terlalu lama dari S.
cerevisiae , tidak memperhatikan suhu serta pHnya optimalnya
pada media yang tetap adalah + 20 jam, dan humen error.
Kesalahan praktikum juga dapat dijadikan karena praktikan kurang
aseptis diri dan lingkungan atau kerusakan kultur dan lain lain

Nama
NIM
Kelas
Kelompo
k
(Copper,
2007).
Seharusnya
kelompok
kami
melakukan
-2
pengenceran dengan 10 akan tetapi tidak tau kenapa kultur kami
ada yang salah, maka dari itu akhirnya kelompok kami meminjam
haeocytometer kelompok lain dengan melakukan perhitungan
sendiri.
4. Tuliskan kesimpulan yang anda peroleh pada praktikum ini!
Teknik enumerasi langsung ini merupakan teknik yang digunakan
untuk menghitung jumlah sel mikroba secara langsung menggunakan
haemocytometer dengan bantuan mikroskop. Prinsip dari teknik
enumerasi langsung pada praktikum ini adalah menghitung jumlah sel
dengan menggunakan mikroskop dengan bantuan haemocytometer.
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui dan menghitung
jumlah sel yeast yang telah diinkubasi selama 24 jam dan 48 jam,
sehingga dapat diketahui jumlah sel Saccaharomyces cerevisiae per ml.
Dalam haemocytometer terdapat 9 kotak besar dan 1 kotak besar
terdiri dari 25 kotak sedang dan 1 kotak sedang terdiri dari 16 kotak
kecil.
Dari data hasil percobaan diatas, dapat disimpulkan bahwa kultur
Saccaharomyces cerevisiae yang berumur 24 jam menghasilkan
jumlah sel sebanyak 112 x 103 sel per ml lebih sedikit dari kultur
Saccaharomyces cerevisiae yang berumur 48 jam yang hanya
menghasilkan jumlah sel sebanyak 252 x 103 sel per ml.

5. Sebutkan kelebihan dan kelemahan dalam penghitungan mikroba menggunakan
haemocytometer!
Menurut (Adds, 2008) kelemahan dan kelebihan menggunakan
teknik enumerasi langsung sebagai berikut
Kelebihan :
1. Mudah dilakukan
2. Hemat biaya

Nama
NIM
Kelas
Kelompo
k
3. Hasil yang diperoleh mudah langsung didapat setelah dimasukkan
dalam rumus
4. Dapat digunakan apabila data yang diinginkan
harus cepat
diperoleh
Kekurangan :
1. Hasil yang didapatkan kurang akurat karena setiap pengamatan
memiliki daya hitung berbeda dan juga cara menghitung yang
berbeda tiap orang maka hasil yang didapatkan bersifat subyektif.
2. Tidak dapat membedakan sel yang mati karena semua yang
terlihat akan dihitung.
3. Alat yang digunakan mudah rusak sehingga menggunakannya
harus berhati hati dalam melakukan praktikum.

6. Jika pada pengamatan sel menggunakan haemocytometer diperoleh data sebagai berikut,
hitunglah jumlah sel yeast per ml bahan!
No. Petak
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Jumlah sel
46
59
37
53
41
52
35
48
54
63
42

No. petak
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.

Jumlah sel
25
28
69
44
52
40
51
62
39
57
51

Nama
NIM
Kelas
Kelompo
k
12.
13.

50
49

25.

Rumus jumlah sel/ml =

60

jumlah sel rata−rata x 1000 x FP
luat petak x kedalaman petak

(Riska,

2010).
1

FP = 10 = 10–1
Rata-rata jumlah sel:
=

46+59+ 37+53+41+52+35+ 48+54+ 64+ 42+ 50+49+25+ 28+69+44 +52+40+51+ 62+39+ 57+51+
25
1207
¿
25

= 48,28
1

1

Luas petak = 25 x 16 = 400 = 0,04 mm2
Kedalaman petak = 0,1 m
Jumlah sel dalam bahan/ml =

∑ sel
ml

=

∑ sel rata−rata x 1000 x fp

luas petak ( mm 2 ) x kedalaman(mm)
48,28 x 1000 x 10−1
= 4 x 10−2 x 10−1

= 12,07 x 105 sel/ml
= 1207 x 103
KESIMPULAN
Teknik enumerasi langsung ini merupakan teknik yang
digunakan untuk menghitung jumlah sel mikroba secara langsung
menggunakan haemocytometer dengan bantuan mikroskop. Prinsip
dari teknik enumerasi langsung pada praktikum ini adalah
menghitung jumlah sel dengan menggunakan mikroskop dengan

Nama
NIM
Kelas
Kelompo
k
bantuan haemocytometer. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk
mengetahui dan menghitung jumlah sel yeast yang telah diinkubasi
selama 24 jam dan 48 jam, sehingga dapat diketahui jumlah sel
Saccaharomyces cerevisiae per ml. Dalam haemocytometer terdapat
9 kotak besar dan 1 kotak besar terdiri dari 25 kotak sedang dan 1
kotak sedang terdiri dari 16 kotak kecil.
Dari data hasil percobaan diatas, dapat disimpulkan bahwa
kultur
Saccaharomyces
cerevisiae yang
berumur
24
jam
3
menghasilkan jumlah sel sebanyak 251 x 10 sel per ml lebih sedikit
dari kultur Saccaharomyces cerevisiae yang berumur 48 jam yang
hanya menghasilkan jumlah sel sebanyak 250 x 10 3 sel per ml. Dari
percobaan serta pembahasan data diatas, didapatkan bahwa jumlah
sel per ml kultur S. cerevisiae pengenceran 10-1 48 jam lebih sedikit
dari pada yang 24 jam. Hal ini tidak sesuai dengan literatur mungkin
dikarenakan waktu inkubasi terlalu lama dari S. cerevisiae , tidak
memperhatikan suhu serta pHnya optimalnya pada media yang
tetap adalah + 20 jam, dan humen error . Seharusnya kelompok
kami melakukan pengenceran dengan 10-2 akan tetapi tidak tau
kenapa kultur kami ada yang salah, maka dari itu akhirnya kelompok
kami meminjam haeocytometer kelompok lain dengan melakukan
perhitungan sendiri.

Nama
NIM
Kelas
Kelompo
k

Komponen Penilaian :
Jenis Penilaian
Diagram Alir
Data Hasil Pengamatan
Pembahasan laporan
Kesimpulan
TOTAL

Nilai
Maksimal
10
10
70
10
100

Nilai yang
diperoleh

Kompetensi Mahasiswa dan Nilai Maksimal Tiap Kompetensi
Bisa
No
Kompetensi
1.
Mampu membuat preparat untuk enumerasi
langsung
2.

Mampu menentukan petak yang digunakan pada
pembacaan haemocytometer

3.

Mampu
menghitung
jumlah
menggunakan haemocytometer

4.

Mampu menghitung jumlah mikroba per ml bahan
TOTAL

Tidak

mikroba

100

Nama
NIM
Kelas
Kelompo
k

ANALISA PROSEDUR
Pada praktkum enumerasi langsung ini langkah pertama yang harus
dilakukan adalah mempersiapkan alat dan bahan . Alat yang dibutuhkan
adalah kertas label, bunsen, korek, rak tabung, tabung reaksi, pipet tetes,
gelas beaker 500 ml, tisu, mikroskop, pupilcam, laptop, proyektor,
haemocytometer, cover glass haemocytometer, mikropipet 1 ml, mikrotip
1 ml dan vortex. Fungsi dari haemocytometer adalah sebagai alat untuk
menghitung jumlah sel dengan menggunakan bantuan mikroskop. Bahan
yang dibutuhkan adalah alkohol 70%, pepton steril di dalam tabung reaksi,
kultur S. cerevisiae 24 jam, kultur S. cerevisiae 48 jam, dan aquades.
Setelah alat dan bahan siap, kemudian melakukan aseptis lingkungan
dengan cara menyemprotkan alkohol 70% ke permukaan meja kerja dan
dibersihkan dengan menggunakan tisu secara searah, selanjutnya aseptis
diri dengan cara menyemprotkan alkohol 70% ke telapak tangan dan ke
punggung tangan dan selanjutnya diratakan. Setelah melakukan aseptis,
kemudian dilanjutkan dengan pengenceran 1 kultur S. cerevisiae 24 jam,
mula-mula tabung reaksi yang berisi broth tempat menumbuhkan kultur
digojog terlebih dahulu dengan menggunakan vortex hingga terbentuk

Nama
NIM
Kelas
Kelompo
k
pusaran air di dalam tabung reaksi, tujuan dari divortex supaya kultur
dapat tersebar atau tercampur secara merata ke seluruh larutan karena
pada tabung reaksi tempat penumbuhan S. cerevisiae selalu terdapat
endapan kultur dibawah tabung reaksi, sebelum diambil S. cerevisiae
divortex terlebih dahulu lalu diambil larutannya sebanyak 1 ml, caranya
yaitu nyalakan bunsen dengan menggunakan korek, pegang tabung reaksi
berisi kultur yang telah divortex di tangan kiri dan mikropipet yang telah
disterilisasi dengan menggunakan alkohol dan pada ujungnya telah
terpasang mikrotip 1 ml di tangan kanan, kemudian membuka sumbat
kapas tabung reaksi dengan cara menjepit sumbat menggunakan jari
kelingking dan jari manis tangan kanan lalu ditarik, setelah sumbat kapas
dilepaskan, mulut tabung reaksi dipanasi sebentar pada atas api bunsen,
kemudian tombol pada ujung atas mikropipet ditekan separuh dan
mikropipet dimasukan ke dalam tabung reaksi kultur hingga seperempat
mikrotip, tombol kemudian dilepaskan dan mikropipet dikeluarkan, mulut
tabung reaksi dipanaskan sebentar sekali lagi dan selanjutnya ditutup
kembali dengan menggunakan sumbat kapas dan diletakkan di rak
tabung. Tabung reaksi lain yang berisi pepton dengan label 1 dipegang
dengan menggunakan tangan kanan, sumbat kapas penutupnya dibuka,
mulut tabung reaksi dipanaskan sebentar di atas bunsen, mikropipet
selanjutnya dimasukkan setengah tabung reaksi, tombol pada ujung atas
ditekan penuh hingga semua cairan di dalam mikrotip keluar, mikropipet
dikeluarkan dari tabung reaksi, mulut tabung reaksi dipanaskan sebentar
sekali lagi kemudian ditutup dengan menggunakan sumbat kapas dan
diletakkan di rak tabung sehingga didapatkan S. cerevisiae 24 jam dengan
pengenceran 10-1, mikrotip pada ujung mikropipet dilepaskan dan
dipisahkan di dalam gelas beker.
Setelah itu, hasil pengenceran S. cerevisiae 24 jam (FP1) divortex
terlebih dahulu sebelum diambil sebanyak 1 ml untuk digunakan
mengencerkan larutan S. cerevisiae 24 jam (FP 1). Kemudian
mengencerkan S. cerevisiae 24 jam (FP 1), caranya dengan mengambil 1
ml dari larutan 24 jam (FP 1) lalu larutan tersebut perlakuan nya sama
saat mengencerkan larutan 24 jam (FP 1) yaitu nyalakan bunsen dengan
menggunakan korek, memegang tabung reaksi berisi larutan 24 jam (FP 1)

Nama
NIM
Kelas
Kelompo
k
yang telah divortex di tangan kiri dan mikropipet yang telah disterilisasi
dengan menggunakan alkohol dan pada ujungnya telah terpasang
mikrotip 1 ml di tangan kanan, kemudian membuka sumbat kapas tabung
reaksi dengan cara menjepit sumbat menggunakan jari kelingking dan jari
manis tangan kanan lalu ditarik, setelah sumbat kapas dilepaskan, mulut
tabung reaksi dipanasi sebentar pada atas api bunsen, kemudian tombol
pada ujung atas mikropipet ditekan separuh dan mikropipet dimasukan
kedalam tabung reaksi larutan 24 jam (FP 1) hingga seperempat mikrotip,
tombol kemudian dilepaskan dan mikropipet dikeluarkan, mulut tabung
reaksi dipanaskan sebentar sekali lagi dan selanjutnya ditutup kembali
dengan menggunakan sumbat kapas dan diletakkan di rak tabung. Tabung
reaksi lain yang berisi pepton dengan label 24 jam (FP 1) dipegang dengan
menggunakan tangan kanan, sumbat kapas penutupnya dibuka, mulut
tabung reaksi dipanaskan sebentar diatas bunsen, mikropipet selanjutnya
dimasukkan setengah tabung reaksi, tombol pada ujung atas ditekan
penuh hingga semua cairan didalam mikrotip keluar, mikropipet
dikeluarkan dari tabung reaksi, mulut tabung reaksi dipanaskan sebentar
sekali lagi kemudian ditutup dengan menggunakan sumbat kapas dan
diletakkan di rak tabung sehingga didapatkan S. cerevisiae 24 jam dengan
pengenceran 1, mikrotip pada ujung mikropipet dilepaskan dan dipisahkan
didalam gelas beker. Setelah itu, hasil pengenceran 24 jam 1 divortex
terlebih dahulu sebelum diamati pada alat haemocytometer gunanya
untuk agar larutan tersebut tercampur secara merata.
Kemudian lakukan pengenceran 48 jam 10-1, mula-mula tabung reaksi
yang berisi broth tempat menumbuhkan kultur digojog terlebih dahulu
dengan menggunakan vortex hingga terbentuk pusaran air didalam
tabung reaksi, tujuan dari divortex supaya kultur dapat tersebar atau
tercampur secara merata ke seluruh larutan karena pada tabung reaksi
tempat penumbuhan S. cerevisiae selalu terdapat endapan kultur di
bawah tabung reaksi, sebelum diambil S. cerevisiae divortex terlebih
dahulu lalu diambil larutannya sebanyak 1 ml, caranya yaitu nyalakan
bunsen dengan menggunakan korek, memegang tabung reaksi berisi
kultur yang telah divortex di tangan kiri dan mikropipet yang telah
disterilisasi dengan menggunakan alkohol dan pada ujungnya telah

Nama
NIM
Kelas
Kelompo
k
terpasang mikrotip 1 ml di tangan kanan, kemudian membuka sumbat
kapas tabung reaksi dengan cara menjepit sumbat menggunakan jari
kelingking dan jari manis tangan kanan lalu ditarik, setelah sumbat kapas
dilepaskan, mulut tabung reaksi dipanasi sebentar, kemudian tombol pada
ujung atas mikropipet ditekan separuh dan mikropipet dimasukan kedalam
tabung reaksi kultur hingga seperempat mikrotip, tombol kemudian
dilepaskan dan mikropipet dikeluarkan, mulut tabung reaksi dipanaskan
sebentar sekali lagi dan selanjutnya ditutup kembali dengan
menggunakan sumbat kapas dan diletakkan di rak tabung. Tabung reaksi
lain yang berisi pepton dengan label 10-1 dipegang dengan menggunakan
tangan kanan, sumbat kapas penutupnya dibuka, mulut tabung reaksi
dipanaskan sebentar diatas bunsen, mikropipet selanjutnya dimasukkan
setengah tabung reaksi, tombol pada ujung atas ditekan penuh hingga
semua cairan didalam mikrotip keluar, mikropipet dikeluarkan dari tabung
reaksi, mulut tabung reaksi dipanaskan sebentar sekali lagi kemudian
ditutup dengan menggunakan sumbat kapas dan diletakkan di rak tabung
sehingga didapatkan S. cerevisiae 48 jam dengan pengenceran 10-1,
mikrotip pada ujung mikropipet dilepaskan dan dipisahkan didalam gelas
beker. Setelah itu, hasil pengenceran 48 jam 10 -1 divortex terlebih dahulu
sebelum diamati pada alat haemocytometer gunanya untuk agar larutan
tersebut tercampur secara merata.
Hasil dari pengenceran selanjutnya dihitung sampel kulturnya dengan
menggunakan teknik enumerasi langsung menggunakan haemocytometer
yang diamati dibawah mikroskop. Pertama terlebih dahulu mensterilisasi
haemocytomer dan cover glassnya, cara yang dilakukan adalah
memegang haemocytomer dengan erat dan kuat namun tetap berhatihati, membilas haemocytometer dengan menggunakan aquades pada
kedua permukaannya, dibersihkan dengan menggunakan tisu secara
searah supaya tidak lecet dipermukaannya karena dapat mempengaruhi
hasil, menyemprotkan alkohol 70% ke haemocytometer pada kedua
permukaanya, alkohol disemprotkan untuk melarutkan zat-zat organik
seperti karbohidrat, lemak dan protein serta kultur yang mungkin masih
menempel pada permukaan haemocytometer, kembali dibersihkan
dengan menggunakan tisu kering baru secara searah dan kemudian

Nama
NIM
Kelas
Kelompo
k
diletakkan ditisu bersih yang telah disediakan. Selanjutnya adalah
mensterilisasi cover glass haemocytometer dengan cara yang sama
seperti saat mensterilisasi haemocytometernya. Setelah disterilisasi
tabung reaksi 24 jam dengan pengenceran 1 dipegang ditangan kiri dan
pipet tetes dipegang ditangan kanan. Sumbat penutup tabung reaksi
dilepaskan dan mulut tabung reaksi selanjutnya dipanaskan sebentar
diatas api bunsen, pipet tetes kemudian dimasukkan untuk mengambil
sampel larutan kultur 24 jam dengan pengenceran 1, larutan yang berisi
sampel kultur selanjutnya diteteskan sebanyak 1 tetes pada 2 area
haemocytometer, kelebihan larutan dikembalikan ke dalam tabung reaksi,
mulut tabung reaksi dipanaskan kembali dan ditutup dengan memakai
sumbat kapas. Haemocytometer kemudian ditutup dengan menggunakan
cover glassnya, cara penutupannnya tidak langsung dari atas, melainkan
dari samping membentuk sudut 45° supaya tidak terdapat gelembung
udara yang terperangkap didalam haemocytometer yang dapat
mempengaruhi penghitungan. Setelah dipastikan tidak terdapat
gelembung udara, sampel kultur didalam haemocytometer selanjutnya
diamati dibawah mikroskop dengan 400x sebenarnya menggunakan
perbesaran 40x namun saat menggunakan perbesaran 40x kultur tersebut
tidak tampak jelas jadi tidak mudah untuk dihitung. Cara yang dilakukan
adalah pertama menancapkan kabel mikroskop ke stopkontak supaya
listrik mengalir ke mikroskop karena yang digunakan adalah mikroskop
elektrik yang menggunakan lampu sebagai sumber cahayanya. Setelah
ditancapkan, tombol on/of disamping mikroskop selanjutnya ditekan ke
arah on. Lampu mula-mula mati atau tidak menyala, untuk mengatur
terangnya yaitu dengan cara memutar searah jarum jam pengatur
terangnya cahaya disebelah mikroskop, meletakkan haemocytometer
pada meja preparat dengan cara membuka penjepitnya terlebih dahulu,
kemudian haemocytometer diletakkan dan penjepit preparat ditutupkan,
lensa obyektif diatur perbesaran 400x , meja preparat selanjutnya diatur
tinggi rendahnya dengan menggunakan pemutar kasar berupa silinder
besar pada samping mikroskop, kemudian obyek diamati melalui lensa
okuler dan ditentukan fokusnya dengan menggunakan pemutar halus
berupa silinder kecil setelah pemutar kasar. Ditentukan juga intensitas

Nama
NIM
Kelas
Kelompo
k
cahaya yang diinginkan serta titik dimana perhitungan sampel kultur akan
dimulai berupa pojok, batas-batas antar kotak kecil (16) adalah berupa 1
garis tipis, batas-batas antar kotak besar (25) adalah 3 garis tipis, dan
batas antara kotak besar dengan sisi luar adalah 3 garis tipis yang
setelahnya tidak terdapat garis vertikal maupun horizontal lagi. Untuk
menentukan pojokkan dapat diatur dengan menggunakan pengatur
vertikal horizontal yang terhubung ke meja preparat. Setelah dirasa pas,
kemudian pupil cam yang telah terhubung pada perangkat laptop dan
proyektor dipasangkan pada mikroskop dengan cara melepaskan salah
satu lensa okuler dan menggantikannya dengan menggunakan pupil cam
sehingga sampel kultur yang diamati dapat dihitung dengan mudah
melalui gambar yang dipancarkan oleh proyektor ke layar. Kemudian
penghitungan dimulai dengan cara menggeser vertikal horizontal
sehingga penghitungan kultur pada kotak mengular. Setelah selesai
menghitung, selanjutnya memasukkan data ke rumus penghitungan
sehingga didapatkan jumlah sel tiap ml-nya. Perhitungan dilakukan
dengan cara mengular agar memudahkan pendataan.
Untuk pengamatan sampel larutan 48 jam 10 -1, Pertama terlebih
dahulu mensterilisasi haemocytomer dan cover glassnya, cara yang
dilakukan adalah memegang haemocytometer dengan erat dan kuat
namun
tetap
berhati-hati,
membilas
haemocytometer
dengan
menggunakan aquades pada kedua permukaannya, dibersihkan dengan
menggunakan tisu secara searah supaya tidak lecet dipermukaannya
karena dapat mempengaruhi hasil, menyemprotkan alkohol 70% ke
haemocytometer pada kedua permukaanya, alkohol disemprotkan untuk
melarutkan zat-zat organik seperti karbohidrat, lemak dan protein serta
kultur yang mungkin masih menempel pada permukaan haemocytometer,
kembali dibersihkan dengan menggunakan tisu kering baru secara searah
dan kemudian diletakkan ditisu bersih yang telah disediakan. Selanjutnya
adalah mensterilisasi cover glass haemocytometer dengan cara yang
sama seperti saat mensterilisasi haemocytometernya. Setelah disterilisasi
tabung reaksi 48 jam dengan pengenceran 10 -1 dipegang ditangan kiri dan
pipet tetes dipegang ditangan kanan. Sumbat penutup tabung reaksi
dilepaskan dan mulut tabung reaksi selanjutnya dipanaskan sebentar

Nama
NIM
Kelas
Kelompo
k
diatas api bunsen, pipet tetes kemudian dimasukkan untuk mengambil
sampel larutan kultur 48 jam dengan pengenceran 10 -1, larutan yang berisi
sampel kultur selanjutnya diteteskan sebanyak 1 tetes pada 2 area
haemocytometer, kelebihan larutan dikembalikan ke dalam tabung reaksi,
mulut tabung reaksi dipanaskan kembali dan ditutup dengan memakai
sumbat kapas. Haemocytometer kemudian ditutup dengan menggunakan
cover glassnya, cara penutupannnya tidak langsung dari atas, melainkan
dari samping membentuk sudut 45° dengan harapan supaya tidak
terdapat gelembung udara yang terperangkap didalam haemocytometer
yang dapat mempengaruhi penghitungan. Setelah dipastikan tidak
terdapat gelembung udara, sampel kultur didalam haemocytometer
selanjutnya diamati dibawah mikroskop dengan 400x sebenarnya
menggunakan perbesaran 40x namun saat menggunakan perbesaran 40x
kultur tersebut tidak tampak jelas jadi tidak mudah untuk dihitung. Cara
yang dilakukan adalah pertama menancapkan kabel mikroskop ke
stopkontak supaya listrik mengalir ke mikroskop karena yang digunakan
adalah mikroskop elektrik yang menggunakan lampu sebagai sumber
cahayanya. Setelah ditancapkan, tombol on/of disamping mikroskop
selanjutnya ditekan ke arah on. Lampu mula-mula mati atau tidak
menyala, untuk mengatur terangnya yaitu dengan cara memutar searah
jarum jam pengatur terangnya cahaya di sebelah mikroskop, meletakkan
haemocytometer pada meja preparat dengan cara membuka penjepitnya
terlebih dahulu, kemudian haemocytometer diletakkan dan penjepit
preparat ditutupkan, lensa obyektif diatur perbesaran 400x, meja preparat
selanjutnya diatur tinggi rendahnya dengan menggunakan pemutar kasar
berupa silinder besar pada samping mikroskop, kemudian obyek diamati
melalui lensa okuler dan ditentukan fokusnya dengan menggunakan
pemutar halus berupa silinder kecil setelah pemutar kasar. Ditentukan
juga intensitas cahaya yang diinginkan serta titik dimana perhitungan
sampel kultur akan dimulai berupa pojok, batas-batas antar kotak kecil
(16) adalah berupa 1 garis tipis, batas-batas antar kotak besar (25) adalah
3 garis tipis, dan batas antara kotak besar dengan sisi luar adalah 3 garis
tipis yang setelahnya tidak terdapat garis vertikal maupun horizontal lagi.
Untuk menentukan pojokkan dapat diatur dengan menggunakan pengatur

Nama
NIM
Kelas
Kelompo
k
vertikal horizontal yang terhubung ke meja preparat. Setelah dirasa pas,
kemudian pupil cam yang telah terhubung pada perangkat laptop dan
proyektor dipasangkan pada mikroskop dengan cara melepaskan salah
satu lensa okuler dan menggantikannya dengan menggunakan pupil cam
sehingga sampel kultur yang diamati dapat dihitung dengan mudah
melalui gambar yang dipancarkan oleh proyektor ke layar. Kemudian
penghitungan dimulai dengan cara menggeser vertikal horizontal
sehingga penghitungan kultur pada kotak mengular. Setelah selesai
menghitung, selanjutnya memasukkan data ke rumus penghitungan
sehingga didapatkan jumlah sel tiap ml-nya. Perhitungan dilakukan
dengan cara mengular agar memudahkan pendataan.

DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN
Chenoweth, P. 2014. Animal Andrology. Boston: CAB International
Gobel, E . 2008. Mikrobiologi Umum dalam Praktek. Makasar: Universitas Hasanudin
Noor, F . 2014. Mengenal Hemasitometer dan Cara Penggunaannya Pengendalian:
Organisme Pengganggu Tanaman. Magelang: Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian
(STPP)
Pepper, I. 2014, Enviromental Microbiology thrid edition. London: Elsevier
Syahnen, R. 2012. Metabolism and Molecular Physiology of Saccharomyces Cerevisiae, 2nd
Edition. Boca Raton: CRC Press

DAFTAR PUSTAKA
Cheesbrough, M. 2010. District Laboratory Practice in Tropical Countries.
Cambridge: Cambridge University Press
Gunasekaran, P. 2007. Laboratory Manual in Microbiology. New Delhi: New
Age International (P) Limited
Harmita, 2008.
Kedokteran EGC

Buku

Ajar

Analisis

Hayati.

Jakarta:

Restu, H. 2009. Pengembangan Inokulum Yeast. Yogyakarta: Kanisius

Penerbit

Buku