Laporan TB PKM Kebumen 1 1
LAPORAN KEGIATAN
UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT (UKM)
3.1.5 PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR
DAN TIDAK MENULAR
PEMBERANTASAN PENYAKIT TUBERKULOSIS
PUSKESMAS KEBUMEN I TRIWULAN TAHUN 2016
Disusun Oleh:
dr. Nur Jiwo Wicaksono
dr. Louis Hadiyanto
Pembimbing:
dr. Rahmi Asfiyatul Jannah
PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA
UPTD UNIT PUSKESMAS KEBUMEN I
KABUPATEN KEBUMEN
2016
BAB I
LATAR BELAKANG
Tuberkulosis (TB) pada umumnya disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis namun dapat juga disebabkan oleh bakteri-bakteri lain seperti
Mycobacterium bovis atau Mycobacterium africanum. Tuberkulosis sampai saat
ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat di dunia. Menurut
laporan WHO diperkirakan terdapat 8,6 juta kasus TB pada tahun 2012 dimana
1,1 juta orang diantaranya adalah pasien TB dengan HIV positif, 450.000 orang
menderita Tuberculosis Multi Drugs Resistance (TBMDR) dan 170.000 orang
diantaranya meninggal dunia.
Pengobatan kasus TB merupakan salah satu strategi utama dalam
pengendalian TB. Pada tahun 1994 WHO meluncurkan sebuah strategi
pengendalian TB yang diimplementasikan secara internasional, yaitu DOTS
(Direct Observed Treatment Short-course). Lima elemen strategi DOTS meliputi
(1) Komitmen politis yang berkesinambungan; (2) Akses terhadap pemeriksaan
mikroskopis dahak yang berkualitas; (3) Kemoterapi standar jangka pendek untuk
semua kasus TB dengan manajemen kasus yang tepat, termasuk pengawasan
langsung pengobatan; (4) Keteraturan penyediaan obat yang dijamin kualitasnya;
(5) Sistem pencatatan dan pelaporan yang memungkinkan penilaian hasil pada
semua pasien dan penilaian kinerja keseluruhan program.
Pengobatan TB dilakukan dengan beberapa prinsip, antara lain
pemberian OAT harus dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah
cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. OAT tunggal
(monoterapi) tidak dibenarkan untuk digunakan. Pemakaian OAT-Kombinasi
Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan. Untuk
menjamin kepatuhan pasien menelan obat, pengawasan langsung (DOTS)
dilakukan oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).
Terdapat beberapa indikator pada TB yang terdiri dari variabel kualitatif
dan kuantitatif. Variabel kualitatif terdiri dari komitmen politis, pemeriksaan
2
mikroskopis untuk deteksi kasus, kemoterapi standar jangka pendek TB,
penguatan sistem kesehatan, pelibatan semua pemberi pelayanan kesehatan,
pemberdayaan pasien dan komunitas, mengatasi tantangan TB/HIV, MDR-TB
dan tantangan lainnya. Sedangkan variabel kuantitatif terdiri dari angka
penjaringan suspek, Case Detection Rate (CDR), angka konversi, angka
kesembuhan (cure rate), angka keberhasilan (Success Rate), dan angka kesalahan
laboratorium.
Pada tahun 2012 di Indonesia ditemukan kasus baru TB BTA (+)
sebanyak 202.301 kasus. Angka penemuan kasus (Case Detection Rate = CDR)
mengalami peningkatan yang signifikan dari 21% menjadi 82,38% pada tahun
2010 hingga 2012. Begitu juga dengan angka keberhasilan (Success Rate = SR)
yang menunjukkan peningkatan dari tahun 2010 yaitu 87% menjadi 90,2% pada
tahun 2012. Angka keberhasilan ini telah memenuhi target WHO yaitu minimal
85%.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2010,
angka kejadian TB Paru di Provinsi Jawa Tengah sebesar 107/100.000 penduduk.
CDR per Kabupaten atau Kota yang capaiannya di bawah rata-rata sebanyak 18
kabupaten. Kesadaran penderita untuk minum obat secara teratur mengalami
peningkatan dilihat dari capaian kesembuhan melalui program DOTS sebesar
90,57%. Pada tahun 2013, Angka penemuan kasus baru (CDR) di Provinsi Jawa
Tengah sebesar 58,46%, di bawah target nasional sebesar 60%.
Di Kabupaten Kebumen, cakupan CDR mengalami peningkatan dari
tahun 2010-2014, walaupun belum memenuhi target kabupaten yaitu 70%. Pada
tahun 2014 terjadi kenaikan CDR menjadi 60,06%. Sedangkan untuk wilayah
kerja Puskesmas Kebumen I berdasarkan data yang didapat dari petugas Program
Penanggulangan Tuberkulosis (P2TB), cakupan CDR di tahun 2014 sebesar 46%,
Angka Kesembuhan 82%. Keduanya masih di bawah target nasional.
3
BAB II
PERMASALAHAN
Tuberkulosis masih menjadi permasalahan kesehatan di dunia. Target
nasional untuk penanggulangan TB memang telah tercapai, namun hal tersebut
tidak dapat menggambarkan kondisi penanggulangan TB pada masing-masing
daerah-daerah di Indonesia. Berikut merupakan jumlah pasien TB berdasarkan
tipe, konversi, dan kesembuhan, dan pengobatan lengkap pada tahun 2016 di
triwulan I di wilayah kerja Puskesmas Kebumen I.
No
Indikator
Triwulan
I (2016)
III
74
Total
I (2015)
IV
Suspek TB
46
39
209
Paru
2. TB Baru
5
3
3
4
17
BTA (+)
3. TB Kambuh
0
0
0
0
0
4. TB Pindahan
1
0
1
4
6
5. TB Anak
0
0
0
1
1
6. TB BTA (-),
2
0
0
3
5
Rontgen (+)
7. TB Semua
6
4
8
23
Tipe
8. TB Paru Baru
4
4
2
14
BTA (+)
Konversi (+)
9. TB Paru Baru
3
0
0
5
BTA (+)
Sembuh
10. TB Paru Baru
5
0
0
7
BTA (+)
Sembuh dan
Lengkap
Tabel 1. Profil penderita TB Puskesmas Kebumen 1 Triwulan I Tahun 2015 dan
1.
2016
4
Berdasarkan data di atas, maka dapat dilakukan penghitungan dan
analisis indikator-indikator program TB sebagai berikut.
1. Angka penjaringan suspek
Merupakan
jumlah suspek yang diperiksa dahaknya di antara 100.000
penduduk pada suatu wilayah tertentu dalam 1 tahun. Angka ini digunakan
untuk mengetahui akses pelayanan dan upaya penemuan pasien dalam wilayah
tertentu, dengan memperhatikan kecenderungan dari waktu ke waktu (triwulan/
tahunan). Rumus yang digunakan adalah:
Jumlah suspek yang
diperiksa
Jumlah penduduk
x 100.000
Angka penjaringan suspek di Puskesmas Kebumen I tahun 2015:
209
42.36
5
x 100.000 = 493,33
2. Proporsi pasien TB BTA positif di antara suspek
Merupakan persentase pasien TB BTA positif yang ditemukan di antara
seluruh suspek yang diperiksa dahaknya. Angka ini menggambarkan mutu dari
proses penemuan sampai diagnosis pasien, serta kepekaan menetapkan kriteria
suspek. Rumus yang dipakai adalah:
Jumlah pasien TB BTA positif yang
ditemukan
Jumlah seluruh suspek TB yang diperiksa
x 100%
Proporsi pasien TB TBA (+) di antara suspek di Puskesmas Kebumen I tahun
2015:
17
20
9
x 100% = 8,1%
Jika < 5% : penjaringan suspek terlalu longgar, atau negatif palsu
5
Jika > 15%: penjaringan suspek terlalu ketat, atau positif palsu
3. Proporsi pasien TB paru BTA positif di antara semua pasien TB paru
tercatat/ sudah diobati
Merupakan persentase pasien TB BTA positif diantara semua pasien TB semua
tipe. Indikator ini menggambarkan prioritas penemuan pasien TB yang menular
di antara seluruh pasien TB paru yang diobati. Rumus yang digunakan adalah:
Jumlah pasien TB BTA (+) baru &
kambuh
Jumlah seluruh pasien TB (semua Tipe)
x 100%
Proporsi pasien TB paru BTA (+) di antara semua pasien TB paru
tercatat/sudah diobati di Puskesmas Kebumen I tahun 2015:
7
2
3
x 100% = 30,4%
Bila angka ini kurang dari 65%, artinya mutu diagnosis rendah dan kurang
memberikan prioritas untuk menemukan pasien yang menular (pasien BTA
Positif)
4. Angka penemuan kasus (Case detection rate = CDR)
Merupakan persentase jumlah pasien baru BTA positif yang ditemukan
dibanding jumlah pasien baru TB BTA positif yang diperkirakan ada
dalam wilayah tersebut. Rumus yang digunakan adalah:
Jumlah pasien baru TB BTA positif yang dilaporkan
Perkiraan jumlah (insidens) pasien baru TB BTA
Positif
x 100%
Perkiraan jumlah pasien baru TB BTA positif diperoleh dari perhitungan
insidens kasus TB paru BTA(+) dikali jumlah penduduk, yaitu 110 per 100.000
penduduk, sehingga didapatkan angka 46.
110
100.00
0
x 42.365 = 46,6
Angka penemuan kasus di Puskesmas Kebumen I tahun 2015:
6
1
7
4
6
x 100% = 36,9%%
Target CDR dalam Program Nasional TB minimal 70%.
5. Proporsi Pasien TB Anak Diantara Seluruh Pasien TB
Adalah persentase pasien TB anak (
UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT (UKM)
3.1.5 PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR
DAN TIDAK MENULAR
PEMBERANTASAN PENYAKIT TUBERKULOSIS
PUSKESMAS KEBUMEN I TRIWULAN TAHUN 2016
Disusun Oleh:
dr. Nur Jiwo Wicaksono
dr. Louis Hadiyanto
Pembimbing:
dr. Rahmi Asfiyatul Jannah
PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA
UPTD UNIT PUSKESMAS KEBUMEN I
KABUPATEN KEBUMEN
2016
BAB I
LATAR BELAKANG
Tuberkulosis (TB) pada umumnya disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis namun dapat juga disebabkan oleh bakteri-bakteri lain seperti
Mycobacterium bovis atau Mycobacterium africanum. Tuberkulosis sampai saat
ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat di dunia. Menurut
laporan WHO diperkirakan terdapat 8,6 juta kasus TB pada tahun 2012 dimana
1,1 juta orang diantaranya adalah pasien TB dengan HIV positif, 450.000 orang
menderita Tuberculosis Multi Drugs Resistance (TBMDR) dan 170.000 orang
diantaranya meninggal dunia.
Pengobatan kasus TB merupakan salah satu strategi utama dalam
pengendalian TB. Pada tahun 1994 WHO meluncurkan sebuah strategi
pengendalian TB yang diimplementasikan secara internasional, yaitu DOTS
(Direct Observed Treatment Short-course). Lima elemen strategi DOTS meliputi
(1) Komitmen politis yang berkesinambungan; (2) Akses terhadap pemeriksaan
mikroskopis dahak yang berkualitas; (3) Kemoterapi standar jangka pendek untuk
semua kasus TB dengan manajemen kasus yang tepat, termasuk pengawasan
langsung pengobatan; (4) Keteraturan penyediaan obat yang dijamin kualitasnya;
(5) Sistem pencatatan dan pelaporan yang memungkinkan penilaian hasil pada
semua pasien dan penilaian kinerja keseluruhan program.
Pengobatan TB dilakukan dengan beberapa prinsip, antara lain
pemberian OAT harus dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah
cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. OAT tunggal
(monoterapi) tidak dibenarkan untuk digunakan. Pemakaian OAT-Kombinasi
Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan. Untuk
menjamin kepatuhan pasien menelan obat, pengawasan langsung (DOTS)
dilakukan oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).
Terdapat beberapa indikator pada TB yang terdiri dari variabel kualitatif
dan kuantitatif. Variabel kualitatif terdiri dari komitmen politis, pemeriksaan
2
mikroskopis untuk deteksi kasus, kemoterapi standar jangka pendek TB,
penguatan sistem kesehatan, pelibatan semua pemberi pelayanan kesehatan,
pemberdayaan pasien dan komunitas, mengatasi tantangan TB/HIV, MDR-TB
dan tantangan lainnya. Sedangkan variabel kuantitatif terdiri dari angka
penjaringan suspek, Case Detection Rate (CDR), angka konversi, angka
kesembuhan (cure rate), angka keberhasilan (Success Rate), dan angka kesalahan
laboratorium.
Pada tahun 2012 di Indonesia ditemukan kasus baru TB BTA (+)
sebanyak 202.301 kasus. Angka penemuan kasus (Case Detection Rate = CDR)
mengalami peningkatan yang signifikan dari 21% menjadi 82,38% pada tahun
2010 hingga 2012. Begitu juga dengan angka keberhasilan (Success Rate = SR)
yang menunjukkan peningkatan dari tahun 2010 yaitu 87% menjadi 90,2% pada
tahun 2012. Angka keberhasilan ini telah memenuhi target WHO yaitu minimal
85%.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2010,
angka kejadian TB Paru di Provinsi Jawa Tengah sebesar 107/100.000 penduduk.
CDR per Kabupaten atau Kota yang capaiannya di bawah rata-rata sebanyak 18
kabupaten. Kesadaran penderita untuk minum obat secara teratur mengalami
peningkatan dilihat dari capaian kesembuhan melalui program DOTS sebesar
90,57%. Pada tahun 2013, Angka penemuan kasus baru (CDR) di Provinsi Jawa
Tengah sebesar 58,46%, di bawah target nasional sebesar 60%.
Di Kabupaten Kebumen, cakupan CDR mengalami peningkatan dari
tahun 2010-2014, walaupun belum memenuhi target kabupaten yaitu 70%. Pada
tahun 2014 terjadi kenaikan CDR menjadi 60,06%. Sedangkan untuk wilayah
kerja Puskesmas Kebumen I berdasarkan data yang didapat dari petugas Program
Penanggulangan Tuberkulosis (P2TB), cakupan CDR di tahun 2014 sebesar 46%,
Angka Kesembuhan 82%. Keduanya masih di bawah target nasional.
3
BAB II
PERMASALAHAN
Tuberkulosis masih menjadi permasalahan kesehatan di dunia. Target
nasional untuk penanggulangan TB memang telah tercapai, namun hal tersebut
tidak dapat menggambarkan kondisi penanggulangan TB pada masing-masing
daerah-daerah di Indonesia. Berikut merupakan jumlah pasien TB berdasarkan
tipe, konversi, dan kesembuhan, dan pengobatan lengkap pada tahun 2016 di
triwulan I di wilayah kerja Puskesmas Kebumen I.
No
Indikator
Triwulan
I (2016)
III
74
Total
I (2015)
IV
Suspek TB
46
39
209
Paru
2. TB Baru
5
3
3
4
17
BTA (+)
3. TB Kambuh
0
0
0
0
0
4. TB Pindahan
1
0
1
4
6
5. TB Anak
0
0
0
1
1
6. TB BTA (-),
2
0
0
3
5
Rontgen (+)
7. TB Semua
6
4
8
23
Tipe
8. TB Paru Baru
4
4
2
14
BTA (+)
Konversi (+)
9. TB Paru Baru
3
0
0
5
BTA (+)
Sembuh
10. TB Paru Baru
5
0
0
7
BTA (+)
Sembuh dan
Lengkap
Tabel 1. Profil penderita TB Puskesmas Kebumen 1 Triwulan I Tahun 2015 dan
1.
2016
4
Berdasarkan data di atas, maka dapat dilakukan penghitungan dan
analisis indikator-indikator program TB sebagai berikut.
1. Angka penjaringan suspek
Merupakan
jumlah suspek yang diperiksa dahaknya di antara 100.000
penduduk pada suatu wilayah tertentu dalam 1 tahun. Angka ini digunakan
untuk mengetahui akses pelayanan dan upaya penemuan pasien dalam wilayah
tertentu, dengan memperhatikan kecenderungan dari waktu ke waktu (triwulan/
tahunan). Rumus yang digunakan adalah:
Jumlah suspek yang
diperiksa
Jumlah penduduk
x 100.000
Angka penjaringan suspek di Puskesmas Kebumen I tahun 2015:
209
42.36
5
x 100.000 = 493,33
2. Proporsi pasien TB BTA positif di antara suspek
Merupakan persentase pasien TB BTA positif yang ditemukan di antara
seluruh suspek yang diperiksa dahaknya. Angka ini menggambarkan mutu dari
proses penemuan sampai diagnosis pasien, serta kepekaan menetapkan kriteria
suspek. Rumus yang dipakai adalah:
Jumlah pasien TB BTA positif yang
ditemukan
Jumlah seluruh suspek TB yang diperiksa
x 100%
Proporsi pasien TB TBA (+) di antara suspek di Puskesmas Kebumen I tahun
2015:
17
20
9
x 100% = 8,1%
Jika < 5% : penjaringan suspek terlalu longgar, atau negatif palsu
5
Jika > 15%: penjaringan suspek terlalu ketat, atau positif palsu
3. Proporsi pasien TB paru BTA positif di antara semua pasien TB paru
tercatat/ sudah diobati
Merupakan persentase pasien TB BTA positif diantara semua pasien TB semua
tipe. Indikator ini menggambarkan prioritas penemuan pasien TB yang menular
di antara seluruh pasien TB paru yang diobati. Rumus yang digunakan adalah:
Jumlah pasien TB BTA (+) baru &
kambuh
Jumlah seluruh pasien TB (semua Tipe)
x 100%
Proporsi pasien TB paru BTA (+) di antara semua pasien TB paru
tercatat/sudah diobati di Puskesmas Kebumen I tahun 2015:
7
2
3
x 100% = 30,4%
Bila angka ini kurang dari 65%, artinya mutu diagnosis rendah dan kurang
memberikan prioritas untuk menemukan pasien yang menular (pasien BTA
Positif)
4. Angka penemuan kasus (Case detection rate = CDR)
Merupakan persentase jumlah pasien baru BTA positif yang ditemukan
dibanding jumlah pasien baru TB BTA positif yang diperkirakan ada
dalam wilayah tersebut. Rumus yang digunakan adalah:
Jumlah pasien baru TB BTA positif yang dilaporkan
Perkiraan jumlah (insidens) pasien baru TB BTA
Positif
x 100%
Perkiraan jumlah pasien baru TB BTA positif diperoleh dari perhitungan
insidens kasus TB paru BTA(+) dikali jumlah penduduk, yaitu 110 per 100.000
penduduk, sehingga didapatkan angka 46.
110
100.00
0
x 42.365 = 46,6
Angka penemuan kasus di Puskesmas Kebumen I tahun 2015:
6
1
7
4
6
x 100% = 36,9%%
Target CDR dalam Program Nasional TB minimal 70%.
5. Proporsi Pasien TB Anak Diantara Seluruh Pasien TB
Adalah persentase pasien TB anak (