ANALISIS SOSIOLOGIS FAKTOR FAKTOR PENYEB

ANALISIS SOSIOLOGIS
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERCERAIAN
Studi Kasus Cerai Gugat Di Kecamatan Banguntapan
Tahun 2009- 2011
Azis Muslim
Staf Penyelengggara Syariah
Kantor Kementrian Agama Kabupaten Bantul
Dhifla Najih
Dosen FAI-UCY
Abstract
This study intends to examine the reasons and sociological factors of the
principal / applicant on the terms of divorce divorce data for 2009-2001
from the Religious Bantul . This study is important because of sociological
factors are the basis for the judge's decision . The approach used in the
data analysis in this study is a Sociological Approach . That is the approach
by looking at the phenomenon of social or cultural events as a way to
understand the laws that apply in the community . Authors use this
approach to describe the fact of the causes of divorce that the wife sued the
husband . The results of each table as much as possible linked to the
results of other studies ( with sample and a somewhat similar approach )
and also associated with the theory or the broader proposition . This

research priority survey questionnaire as an instrument of data that comes
with documentation and in-depth interviews. In conclusion, Community
District Banguntapan in conducting contested divorce is driven by several
factors including the most dominant irresponsible husband in economic
terms , but it also leaves the obligation , polygamy is not healthy ( stealth )
, persecution , and disturbance third parties that are not expected and wife
moral crisis . This research expands what was found by the Rahmi Ledia
menyimpulan that : The factors that most divorces are due to forced
marriages, forced marriages, often quarreled, economic difficulties.
Kata kunci: analisis sosiologis, factor, factor penyebab, cerai gugat
A. Pendahuluan
Dalam arus modernisasi yang terjadi di Indonesia di mana
perkembangan peradaban ilmu pengetahuan dan teknologi memacu laju
perkembangan di segala bidang. Konsekwensinya terjadi berkembang pula
problematika di dalam keluarga. Perubahan sosial telah menimbulkan
pemahaman akan hak-hak istri yang semakin komprehensif termasuk
kesadaran hukum tentang perceraian bagi istri. Ketika istri tidak merasa
nyaman berhubungan dengan suaminya yang menimbulkan berbeagai
konsekwensi sehingga ia merasa berhak meminta keadilan dan hakhaknya melalui gugatan cerai.
M. Anshary MK. menerangkan, jika seorang istri berkeinginan


Azis M uslim da n Dhifla N a jih

melepaskan diri dari ikatan perkawinan dengan suaminya karena suatu
sebab yang bukan kesalahan suami, maka suami berhak memperoleh
khulu’ dari istrinya.1 Ibnu Qasim al Ghazi menerangkan, khulu, adalah
Talak yang diucapkan suami kepada istri, dan istri bersedia membayar
atau memberi sesuatu kepada suami2 Zahry Hamid, menerangkan bahwa;
Dengan khulu’,maka perceraian terjadi , dan kedudukan khulu’ sebagai
talak ba’in bagi istri, sehingga walaupun suami bersedia menyerahkan
kembali ‘iwadl yang telah di terimanya, namun suami tidak berhak
merujuk istrinya, hanya dapat hidup bersama dengan akad perkawinan
baru, dengan rukun dan syarat sebagaimana lazimnya akad perkawinan. 3
Sayyid Sabiq menjelaskan beberapa orang istri boleh mengkhulu’
suaminya dengan beberapa sebab diantaranya: Suami cacat badan,
berakhlak buruk, tidak memenuhi kewajiban terhadap istrinya, sedangkan
istri khawatir akan melanggar hukum Allah. Dalam keadaan seperti ini
istri tidak wajib mengawini.4 Ahmad Azhar Basyir, menerangkan istri
boleh memisahkan diri dari suami bila dalam keadaan mendesak, misal :
dianiaya, tidak diperhatikan hak-haknya.5

Kamal Muhtar menyatakan masalah dalam rumah tangga seringkali
memposiskan istri menjadi pihak yang teraniaya, tertindas akan hak-haknya.
Untuk mendapatkan hak-haknya istri bisa menggugat suami dengan cara,
pertama;6 Khulu’ yaitu suami menceraikan terhadap istrinya dengan ‘iwadl
(Imbalan) sejumlah harta yang diterima oleh suami dari istrinya atau orang
lain, dengan ucapan tertentu. Kedua, Rafa’, yaitu perceraian atas inisiatif istri
karena suami tidak memenuhi kewajiban-kewajibannya. Jika istri merasa
teraniaya atau tidak terpenuhi hak-haknya atau tekanan hidup yang menimpanya,
maka istri berhak mengadukannya kepada Hakim, dalam hal ini mengajukan
gugatan cerai dan mayoritas para istri menggugat cerai dengan cara rafa’.
Dalam menyelesaikan perkara cerai gugat, istri dapat meminta hakim
untuk mendapatkan haknya. Al-Qur’’an menjelaskan bagi orang untuk
menyelesaikan persengketaan antara suami istri, Di sebutkan dalam Al Qur’an
Surat An Nisa’ 35 :

            
7

          


Pengadilan Agama menerima gugatan perceraian yang disebut cerai
gugat, hal ini atas inisiatif istri bukan karena ditalak suaminya. Sedangkan
cerai talak adalah perceraian atas kehendak suami dan bukan atas inisiatif
istri. Dalam undang-undang ada perbedaan proses antara cerai talak
dengan cerai gugat. Karena dengan adanya perbedaan itu maka dalam
perceraian yang dilaksanakan di pengadilan perlu diketahui lebih
mendalam.

24

J urna l U lum uddin V olum e 3 , N om or 2 , J uni 2 0 1 3

Ana lisis Sosiologis Fa k t or-Fa k tor Pe nye ba b Pe rc e ra ia n

Setelah penulis mengadakan observasi awal di Kantor Urusan
Agama Kecamatan Banguntapan tahun 2009 - 2011, tercatat kasus cerai
gugat lebih banyak dibanding cerai talak,untuk cerai gugat pada tahun
2009 sebanyak 68 perkara, tahun 2010 sebanyak 56 perkara, tahun 2011
98 perkara, sedangkan cerai talak pada tahun2009 sebanyak 46 perkara ,
tahun 2010 sebanyak 34 perkara dan tahun2011 sebanyak 37 perkara.

Permasalahan dalam cerai gugat ini sangat menarik untuk diteliti, karena
sebenarnya antara suami dan istri mempunyai peran yang sama didalam
segala sesuatu yang bisa dipertukarkan dan mempunyai hak dan
kewajiban yang sama sesuai dengan qodratnya. bermacam- macam alasan
mengapa sampai terjadi perceraian.
Penelitian ini bermaksud mengkaji alasan dan faktor sosiologis dari
sisi pelaku/pemohon gugatan cerai talak berdasarakan data tahun 20092001 dari Pengadilan Agama Kabupaten Bantul. Penelitian ini menjadi
penting karena factor-faktor sosiologis inilah yang menjadi dasar dalam
keputusan hakim. Edy Yarkaran, menerangkan bahwa : Pengadilan
Agama Yogyakarta didalam memutuskan perkara tidak hanya berdasarkan
pada satu alasan saja, namun juga melihat asas maslahat dan
mafsadatnya.8
Azas kemaslahatan bukanlah aturan yang normative semata namun
juga mempertimbangkan kekuatan hokum secara sosiologis. Dasar-dasar
sosiologis harus diperdalam dulu sebagai dasar keputusan hakim.
Maslahah merupakan kombinasi nass dengan peristiwa hokum secara
spesifik. Apabila nass dan aturan perundangan ternyata tidak memiliki
landasan secara spesifik, kemaslahatan dapat menjadi sumber hokum
utama dalam keputusan hakim.
B. Metodologi Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif
kulaitatif, yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan
informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala
menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.9Penelitian ini adalah
untuk mengetahui faktor-faktor dominan pnyebab terjadinya perceraian
di wilayah Kecamatan Banguntapan.
Populasi adalah pihak-pihak istri yang melakukan cerai gugat dari
Kecamatan Banguntapan di Pengadilan Agama Bantul tahun
2009,2010,2011 sejumlah 222 perkara, dengan rincian sebagai berikut :
Tahun 2009 sebanyak 68 perkara, tahun 2010 sebanyak 56 perkara, tahun
2011 sebanyak 98 perkara.10 Pegnmabilan sampelSedangkan teknik
sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling yaitu
pengambilan sampel secara tidak acak11. Dalam hal ini sampel dipilih
berdasarkan pertimbangan tujuan penelitian, Sampel yang diambil dalam

J urna l U lumuddin Volume 3 , N om or 2 , J uni 2 0 1 3

25

Azis M uslim da n Dhifla N a jih


penelitian ini sebanyak 30 responden diambil dari masing-masing
kalurahan 3 responden, khusus untuk Kalurahan Banguntapan 9
responden karena
penduduk Kecamatan Banguntapan kebanyakan
berdomisili di kelurahan Banguntapan.
1. Pendekatan
a.Pengumpulan Data
Penelitian ini mengutamakan kuesioner sebagai instrumen data.
Ada dua cara pengumpulan data tambahan yang digunakan dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1) Penggunaan bahan dokumen
Adalah mencari data mengenai hal atau variabel yang berupa catatan,
data monografi kecamatan dan data-data cerai gugat di Kantor Urusan
Agama Kecamatan Banguntapan dan data perceraian di Pengadilan
Agama Bantul, hal ini penulis gunakan sebagai salah satu metode
pendukung dalam memperoleh data yang diperlukan tentang faktorfaktor.dominan penyebab terjadinya perceraian di Kec . Banguntapan.
2) Wawancara
Interview merupakan alat pengumpulan data informasi langsung
tentang beberapa jenis data sosial baik yang terpendam (laten) maupun

yang tidak terpendam.12 Metode interview ini penulis gunakan untuk
mencari informasi. Metode ini merupakan metode pendukung dalam
memperoleh data dengan responden pelaku, hakim, KUA, tokoh
masyarakat.
2. Analisis Data
Dalam analisis data ini penulis menggunakan analisis
deskriptif, yaitu mendeskripsikan pengetahuan hukum perkawinan
pelaku cerai gugat dan faktor penyebab perceraian yang bertempat
tinggal diwilayah Kecamatan Banguntapan, dengan analisis kualitatif
yaitu dengan memaknai data yang berpedoman teori-teori tentang
kesadaran hukum, tetapi juga dimungkinkan menggunakan analisis
kwantitatif dengan tabel kalkulasi frekwensi.
Pendekatan yang digunakan dalam analisis data dalam penelitian
ini adalah Pendekatan Sosiologis. Yaitu pendekatan dengan melihat
fenomena masyarakat atau peristiwa sosial budaya sebagai jalan untuk
memahami hukum yang berlaku dalam masyarakat.13Pendekatan ini
penyusun gunakan untuk mendeskripsikan fakta berupa faktor penyebab
perceraian sehingga istri menggugat suami. Hasil setiap tabel sedapat
mungkin dihubungkan dengan hasil penelitian lain (dengan sampel dan
pendekatan yang agak sama) dan juga dihubungkan dengan teori atau

proposisi yang lebih luas.14
C. Kasus-kasus
Putusan
Cerai
Banguntapan Tahun 2009 - 2011
26

Gugat

di

Kecamatan

J urna l U lum uddin V olum e 3 , N om or 2 , J uni 2 0 1 3

Ana lisis Sosiologis Fa k t or-Fa k tor Pe nye ba b Pe rc e ra ia n

Menurut data di Kantor Urusan Agama Banguntapan yang diputus
oleh PengadilanAgama Bantul, jumlah cerai gugat dengan cerai talak
sebagai manapenjelasan berikut :

TABEL I
RASIO JUMLAH PERCERAIAN TAHUN 2009 – 2011
Tahun
Perkawinan
Cerai Talak
2009
787
46
2010
771
34
2011
758
37
Sumber : Data Buku Pendaftaran Cerai Gugat

Cerai Gugat
68
56
98


Dari data di atas dapat diketahui bahwa tingkat cerai gugat di
KantorUrusan Agama Kecamatan Banguntapan sangat tinggi.
TABEL IV
TINGKAT PENDIDIKAN RESPONDEN
No
Variasi Pendidikan Jumlah Persentase
1
2
3
4
5

SD / yang sederajat
8
26.6
SLTP / yang sederajat
11
36.6
SLTA / yang sederajat
3
10
Akademi / PT
1
3.33
Tidak lulus SD
7
23.3
Total
30
100
Sumber : Hasil Angket terhadap 30 Responden

Dari data di atas dapat diketahui tingkat pendidikan responden
yang paling banyak di bangku SLTP atau sederajat sebanyak 11 (36.6%)
responden, dan diikuti SD atau yang sederajat sebanyak 8 (26.6%)
responden, dan yang tidak lulus SD masing-masing 7 (23.3%) responden,
dan terakhir tingkat SLTA sebanyak 3 (10%) responden dan Akademi/PT
sebanyak 1 (3.33%).
TABEL V
PEKERJAAN RESPONDEN
No.
Jenis Pekerjaan
Jumlah
Persentase
1.
Tani
2
6.66
2.
Pegawai / Karyawan /
20
66.6
3.
Buruh
4
13.3
4.
Dagang / Wiraswasta
1
3.33
5.
TNI / POLRI
3
10
Tidak tetap
TOTAL
30
100
Sumber : Hasil Angket terhadap 30 Responden
Dari data di atas diketahui frekuensi terbanyak sebagai karyawan
atau buruh terdapat 20 (66%) responden, diikuti wiraswata terdapat 4

J urna l U lumuddin Volume 3 , N om or 2 , J uni 2 0 1 3

27

Azis M uslim da n Dhifla N a jih

(13.3%) responden, setelah itu baru diikuti tidak mempunyai pekerjaan
tetap sebesar 3 (10%) responden.Dan seterusnya Tani sebanyak 2 (6.66%)
dan terakhir TNI / POLRI sebanyak 1 (3.33%).
D. Faktor-faktor yang Menyebabkan Tingginya Angka Cerai
Gugat di Kecamatan Banguntapan
Dapat diketahui, cerai gugat yang berada di Kantor Urusan Agama
Kecamatan Banguntapan tahun 2009 - 2011 sebanyak 222 pasangan
perceraian.Penulis dapat menjumpai langsung dengan para responden.
Dari hasil salinan putusan perceraian terhadap 30 responden, dapat
dilihat penyebab cerai gugat sebagaimana penjelasan berikut :
TABEL VI
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERCERAIAN

No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Penyebab Perceraian
Meninggalkan kewajiban
tidak memenuhi ekonomi
Meninggalkan kewajiban
karena kawin paksa
Meninggalkan kewajiban
karena tidak ada tanggung
jawab istri
Istri
mengalami
krisi
akhlak
Istri mengalami krisis
moral karena cemburu
Suami mengalami krisis
moral karena poligami
tidak sehat
Terus menerus berselisih
karena cacat biologis
Terus menerus berselisih
karena gangguan pihak
ketiga
Terus menerus berselisih
karena
tidak
ada
keharmonisan
Terus menerus berselisih
karena politis
Kawin di bawah umur
Penganiayaan
Dihukum pidana

Jawaban
Responden
A
B
C

Persentase (%)
A

B

C

30

-

-

-

-

100

5

-

25

16.6

-

83.3

20

10

-

66.6

33.3

-

15

5

10

50

16.6

33.3

5

10

15

16.6

33.3

50

2

8

20

6.66

26.6

66.6

29

1

-

96.6

3.3

-

30

-

-

100

-

-

30

-

-

100

-

-

-

20

10

3.3

66.6

33.3

26
3
-

4
5
-

22
30

86.6
10
-

13.3
16.6
--

73.3
100

Sumber : Data salinan Putusan Perceraian PA Bantul dari 30
responden.
Dari data di atas dapat diketahui faktor peceraian atas gugatan istri
yang disebabkan faktor terbesar terjadinya perceraian disebabkan oleh
28

J urna l U lum uddin V olum e 3 , N om or 2 , J uni 2 0 1 3

Ana lisis Sosiologis Fa k t or-Fa k tor Pe nye ba b Pe rc e ra ia n

istri tidak terpenuhi haknya, dimana responden mengaku sebanyak 30
(100%) responden. Selain itu, penyebab perceraian karena tidakada
pemenuhan kebutuhan ekonomi sebanyak 30 (100%) responden dan
sisanya ada pemenuhan, itupun dalam keadaan tidak menentu dan juga
penyebab meninggalkan kewajiban karena kawin paksa, hal ini dialami 5
(16.6%) responden dari 30 (100%) responden.
Di dalam mengarungi kehidupan rumah tangga ternyata istri
mengalami krisis akhlak.Hal ini dirasakan 15 (50%) responden dan
kadangkala 5 (16.6%) responden.Selain itu juga istri mengalami cemburu
yang berlebihan, sehingga tidak proporsional.Hal ini dialami 5 (16.6%)
responden dan ada juga yang tidak menentu 10 (33.3%) responden.Tidak
terjadi perceraian disebabkan krisis moral karena poligami tidak sehat, hal
ini sesuai jawaban 2 (6.66%) responden.
Perselisihan di dalam berumah tangga hal yang wajar asalkan
sesuai koridor atau sewajarnya, apabila tidak pada koridor, maka akan
terjadi perceraian. Adapun perselisihan yang tidak proporsional ini sering
terjadi karena ada faktor gangguan pihak ketiga.Hal ini dialami 30 (100%)
responden dan juga kadang kala 1 (3.33%) responden, sisanya tidak.Selain
itu juga karena tidak ada keharmonisan dianatra keduanya.Hal ini dialami
30 (100%) responden. Selain factor gangguan pihak ketiga dan tidak ada
keharmonisan, ada juga penyebab perselisihan yaitu masalah cacat
biologis dan politis.Dari jawaban responden dalam masalah cacat biologis
29 (96.6%) dan politis tidak ada responden yang mengalaminya.
Perkawinan di bawah umur menyebabkan terjadinya perceraian,
hal ini atas jawaban 26 (86.6%) responden dan sisanya 4 (13.3%). Selain
itu juga factor penganiayaan, hal ini sering apabila percekcokan yang tidak
bisa dihindari.Hal ini dialami 3 (10%) responden, juga tidak menentu
dialami 5 (16.6%) responden dan sisanya tidak. Alasan lain berupa Suami
dihukum pidana atau dipenjara juga menyebabkan perceraian. Hal ini
dibuktikan dengan 30 (100%) responden yang memilih tidak ada, dan juga
karena tidak terjadi pada suami responden. Artinya dimana seorang suami
harus berperilaku sesuai dengan hokum merupakan dambaan bagi istri.15
Indikator perilaku hukum merupakan petunjuk akan adanya
tingkat pengetahuan yang tinggi. Buktinya adalah bahwa yang
bersangkutan patuh atau taat pada hukum. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa tinggi rendahnya tingkat kesadaran hukum akan dapat
dilihat dari derajat kepatuhan hukum yang terwujud dalam pola perilaku
manusia yang nyata. Kalau hukum ditaati, maka hal itu merupakan suatu
petunjuk penting bahwa hukum tersebut adalah efektif (dalam arti
mencapai tujuannya). Adapun dasar-dasar kepatuhan di dalam perilaku
hukum yaitu :
1) Indoctrination

J urna l U lumuddin Volume 3 , N om or 2 , J uni 2 0 1 3

29

Azis M uslim da n Dhifla N a jih

Sebab pertama mengapa warga masyarakat mematuhi kaidahkaidah adalah karena dia diberi indoktrinasi untuk berbuatdemikian.Sejak
kecil manusia telah dididik agar mematuhi kaidah kaidahyang belaku
dalam masyarakat.
2) Habituation
Oleh karena sejak kecil mengalami proses sosialisasi, makalama
kelamaan menjadi suatu kebiasaan untuk mematuhi kaidah kaidahyang
berlaku. Memang pada mulanya sukar sekaliuntuk mematuhi kaidahkaidah tadi yang seolah-olah mengekang kebebasan. Akan tetapi apabila
hal itu setiap hari ditemui, makalama kelamaan menjadi suatu kebiasaan
untuk mematuhinya terutama apabila manusia sudah mulai mengulangi
perbuatan perbuatannya dengan bentuk dan cara yang sama.
3) Utility
Pada dasarnya manusia mempunyai suatu kecenderungan untuk
hidup pantas dan teratur. Akan tetapi apa yang pantas dan teratur untuk
seeorang belum tentu pantas dan teratur bagi orang lain. Oleh karena itu
diperlukan suatu patokan tentang kepantasan dan keteraturan
tersebut.Patokan-patokan tadi merupakan pedoman-pedoman atau
takaran-takaran tentang tingkah laku dan dinamakan kaidah.
4) Group Identification
Salah satu sebab mengapa seseorang patuh pada kaidah-kaidah
adalah karena kepatuhan tersebut merupakan salah satu sarana untuk
mengadakan identifikasi dengan kelompok.Seseorang mematuhi kaidahkaidah yang berlaku dalam kelompoknya bukan karena dia menganggap
kelompoknya lebih dominan dari kelompok-kelompok lainnya, akan tetapi
justru karena ingin mengadakan identifikasi dengan kelompoknya
tadi.Bahkan kadang-kadang seseorang mematuhi kaidah-kaidah kelompok
lain karena ingin mengadakan identifikasi dengan kelompok lain
tersebut.16
Dari keempat indikator di atas menunjukkan pada tingkatantingkatan pengetahuan hukum tertentu di dalam perwujudannya. Apabila
seseorang hanya mengetahui hukum, maka dapat dikatakan bahwa tingkat
pengetahuan hukum masih rendah, kalau dia telah berperilaku sesuai
dengan hukum, maka pengetahuan hukumnya tinggi.
D. Kesimpulan
Dari uraian dan Analisis Faktor-faktor Dominan Penyebab
Perceraian dalam Studi Kasus Cerai Gugat di Kecamatan Banguntapan
Tahun 2009- 2011, penyusun dapat menyimpulkan sebagai berikut :
1. Perceraian menurut pandangan hukum Islam merupakan perbuatan
yang halal tetapi dibenci Allah. Hal ini disadari oleh istri disebabkan
karena perceraian bertentangan dengan tujuan pernikahan, ialah

30

J urna l U lum uddin V olum e 3 , N om or 2 , J uni 2 0 1 3

Ana lisis Sosiologis Fa k t or-Fa k tor Pe nye ba b Pe rc e ra ia n

untuk membentuk rumah tangga yang bahagia selamanya. Dan lagi
perceraian itu mempunyai dampak negative terhadap bekas suami
istri, karena itu perceraian hanya diizinkan kalau dalam keadaan
terpaksa.
Bagi pasangan suami istri walaupun perceraian diperbolehkan dalam
Islam, akan tetapi Islam juga memandang bahwa perceraian
merupakan jalan terakhir setelah berbagai cara lain yang ditempuh
keduabelah pihak tidak dapat mengembalikan keutuhan rumah tangga
yang tidak dapat terlepas dari konflik. Dalam hadis juga dijelaskan
bahwa perceraian (talak) adalah suatu perbuatan yang halal, akan
tetapi dibenci Allah.
2. Masyarakat Kecamatan Banguntapan dalam melakukan cerai gugat
didorong beberapa faktor, diantaranya yang paling dominan suami
tidak bertanggung jawab
dalam hal ekonomi, selain itu juga
meninggalkan kewajiban, poligami tidak sehat (sembunyi-sembunyi),
penganiayaan, dan gangguan pihak ketiga yang tidak diharapkan dan
istri mengalami krisis moral. Penelitan ini memperluas apa yang
ditemukan oleh Ledia Rahmi yang menyimpulan bahwa : Faktor-faktor
perceraian yang paling banyak adalah karena dipaksa kawin, terpaksa
kawin, sering bertengkar, kesulitan ekonomi.17
Penelitian masih terbatas pada factor atau alasan yang melatari
penggugat cerai talak. Identifikasi kesadaran hokum masih memerlukan
beberapa variable lain. Soerjono Soekanto dan Mustafa Abdullah menyatakan
bahwa pengetahuan hukum yang dimiliki seseorang memiliki indikatorindikator sebagai berikut; 18
1. Pengetahuan hukum
Indikator ini menerangkan bahwa seseorang mengetahui, perilakuperilaku tertentu yang diatur oleh hukum.
2. Pemahaman hukum
Indikator ini menerangkan bahwa menerangkan warga masyarakat
mempunyai pengetahuan dan pemahaman mengenai aturan aturan
tertentu, terutama dari segi isinya.
3. Sikap hukum
Indikator ini menerangkan bahwa seseorang mempunyai kecenderungan untuk mengadakan penilaian tertentu terhadap hukum.
4. Perilaku hukum
Indikator ini menerangkan bahwa, seseorang berperilaku hukum yang
berlaku.
Catatan Akhir
1 M. Anshary MK, Hukum Perkawinan Di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2010), h. 69
2 Ibnu Qasim al Ghazi, Fathul Qarib, Terjemah Imron Abu Amar, (Menara
Kudus, tt), h. 56

J urna l U lumuddin Volume 3 , N om or 2 , J uni 2 0 1 3

31

Azis M uslim da n Dhifla N a jih

3 Zahry Hamid, Pokok-Pokok Hukum Perkawinan Islam dan UU Perkawinan Di
Indonesia, (Yogyakarta: Bina Cipta), tt, h. 89,
4As Sayid Sabiq, Sunnah Fiqh, Terjemahan M. Th.ib, (Bandung: Al-Maarif,
1997),h. 101
5 Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam, (Yogyakarta:UII Press, 2010)
h. 72.
6Kamal Mukhtar, Asas-asas Hukum Islam tentang Perkawinan, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1974), hal 181
7 Depag RI. Al Qur’an Dan Terjemahnya, (Surabaya: Mekar, tt.), hal. 109
8 Edy Yarkaran, Skripsi Perceraian Karena Suami Melalaikan Kewajiban
(
Studi Kasus Terhadap Putusan Pengadilan Agama Yogyakarta Tahun 2003-2003, UCY
2006
9 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT. Asdi Mahasatya,
2005), h. 234
10 Pengadilan Agama Bantul, 2012
11Ibid. H. 75
12 Winarno Soerakhmad, Pengantar Ilmu Dasar Metode dan Teknik, (Bandung:
CV. Tarsito, 1994), h. 225
13 Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, PT. Rajawali Pers. Jakarta,
Cet. IX, h. 45
14 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai, (Jakarta:
LP3ES, 1989), h. 279
15Zainudin Ali, Sosiologi Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, tt.), h. 100.
16Ibid, hlm. 351 – 352.
17Ledia Rahmi, Cerai Gugat Istri Terhadap Suami Karena Tidak Memberi
Nafkah, (Studi Kasus Terhadap Putusan Pengadilan Agama Yogyakarta Tahun 20012003 ), Skripsi UCY, 2004
18 Soekanto dan Abdullah, Sosiologi …, h. 228-229

Daftar Pustaka
Abdullah Tri Wahyuni. Peradilan Agama di Indonesia. Yogyakarta:
Penerbit Pustaka Pelajar, 2004,.
Abdul Manan dan M. Fauzan, Pokok-pokok Hukum Islam Perdata
Wewenang Peradilan Agama, Jakarta : Penerbit Raja Grafindo
Persada, 2001.
Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam, Yogyakarta: UII Press.
A. Mukti Arto. Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama,
Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar, 2011.
As Sayid Sabiq, Sunnah Fiqh, Penerjemah M. Thaib, Bandung :Penerbit Al
Maarif, 1997.
Abdul Manan dan M. Fauzan, Pokok-pokok Hukum Islam Perdata
Wewenang Peradilan Agama, Jakarta: Penerbit Raja Grafindo
Persada, 2001.
Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Daerah
Istimewa
Yogyakarta, Keluarga Sakinah, Yogyakarta: Penerbit
Badan Penasihatan Pembinaan Pelestarian Perkawinan (BP4)
Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011.
Citra Umbara, 2011, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
1974 Tentang
Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam,
Bandung: Penerbit Citra Umbara, tt.

32

J urna l U lum uddin V olum e 3 , N om or 2 , J uni 2 0 1 3

Ana lisis Sosiologis Fa k t or-Fa k tor Pe nye ba b Pe rc e ra ia n

Dedi Junaedi, Bimbingan Perkawinan Membina Keluarga Sakinah
Menurut
Al-Qur’an dan As-Sunnah, Jakarta: Penerbit
Akademika Pressindo (AKAPRES), 2000.
Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
dan Penyelenggaraan Haji, Modul Pendidikan Agama Dalam
Keluarga,
Jakarta; Departemen Agama RI Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2001.
Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
dan Penyelenggaraan Haji, Pembinaan Keluarga Pra Sakinah
dan Sakinah I,
Jakarta: Penerbit Departemen Agama RI
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat
Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2001.
Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, Surabaya: Mekar, tt.
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji
Direktorat Urusan Agama, Bimbingan Keluarga Sejahtera Bagi
Calon Pengantin dan Keluarga Baru, Jakarta: Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji Direktorat Urusan
Agama Islam, 1997.
Kamal Mukhtar, Asas-asas Hukum Islam tentang Perkawinan, Jakarta:
Bulan Bintang, 1974.
M. Anshary, Hukum Perkawinan di Indonesia, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2010.
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Pelatihan Survai, Penerbit
Jakarta: LP3ES, 1989.
Nur Ahmad Ghozali dan Kusnanto, Menikahlah Engkau Akan Bahagia
(Kumpulan Khutbah & Nasihat Penikahan), Yogyakarta: Bidang
Urusan Agama Kanwil Kementerian Agama Provinsi DIY, 2010.
Otje Salman, Kesadaran Hukum Masyarakat Terhadap Hukum Waris,
Bandung: Penerbit Alumni, 1993.
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji
Direktorat Urusan Agama, Petunjuk Teknis Pembinaan Gerakan
Keluarga Sakinah, Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam dan Urusan Haji Direktorat Urusan Agama
Islam, 2003.
Kamal Muktar, Asas-asas Hukum Islami Tentang Perkawinan, Jakarta:
Penerbit Bulan Bintang, 1974.
Pustaka Pelajar, Undang-undang Penghapusan Kekerasan Dalam
Rumah Tangga, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
Rifka Annisa WCC, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
2004 Penghapusan
Kekerasan
Dalam
Rumah
Tangga,
Yogyakarta, Rifka Annisa, 2004.
Roihan A. Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2010.
J urna l U lumuddin Volume 3 , N om or 2 , J uni 2 0 1 3

33

Azis M uslim da n Dhifla N a jih

Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, Jakarta: Penerbit Intermasa,
2003.
Soerjono Soekanto dan Mustafa Abdullah, Sosiologi Hukum dalam
Masyarakat, Jakarta: Penerbit Rajawali, 1980.
Sarwono, Hukum Acara Perdata, Jakarta: Penerbit Sinar Grafika, 2011.
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006.

34

J urna l U lum uddin V olum e 3 , N om or 2 , J uni 2 0 1 3