STUDI KELAYAKAN HUTAN WANAGAMA I SEBAGAI

STUDI KELAYAKAN HUTAN WANAGAMA I SEBAGAI KAWASAN

RESTORASI RUSA JAWA (Rusa timorensis)
Fikri Al-Mubarok
Abstrak
Restorasi atau Rusa Jawa (Rusa timorensis) di Hutan Wanagama I sebagai aksi
konservasi satwa liar yang dilakukan oleh Fakultas Kehutanan UGM. Hal ini dilakukan
untuk mengembalikan keberadaan Rusa Jawa yang dulu pernah ada di kawasan
Wanagama namun hilang. Untuk mengetahui kelayakan Hutan Wanagama I sebagai
lokasi restorasi Rusa Jawa yaitu dengan mengaplikasikan prinsip pengelolaan satwa liar
yang terdiri dari tiga aspek, yaitu aspek populasi, aspek habitat, dan aspek sosial. Dari
aspek populasi yaitu dengan mengetahui ukuran populasi sekarang lalu dibandingkan
dengan ukuran populasi pada saat pertama kali dilepasliarkan. Dari aspek habitat yaitu
dengan mengetahui unsur habitat yang tersedia di Wanagama, habitat terdiri dari empat
unsur yaitu ketersediaan pakan, air, ruang, dan pelindung. Sedangkan dari aspek sosial
yaitu dengan mengetahui persepsi masyarakat sekitar terhadap adanya program restorasi
Rusa Jawa tersebut. Untuk mengetahui estimasi populasi Rusa Jawa di Wanagama yaitu
dengan menggunakan metode pellet count dengan petak ukur sebesar 20 x 100 m yang
dibuat minimal tiga plot dan diletakkan secara purposif dan didata ada berapa jumlah
onggokan kotoran rusa dalam waktu 14 hari. Untuk mengetahui unsur ketersediaan
pakan yaitu dengan mengetahui produktifitas jenis tumbuhan yang jadi pakan rusa di

Wanagama. Jenis tumbuhan yang jadi pakan rusa diketahui dari epidermis daun yang
ditemukan pada kotorannya. Dari unsur ketersediaan air, ruang, dan pelindung yaitu
dengan membandingkan kebutuhan Rusa Jawa dengan kondisi yang tersedia di
lapangan. Untuk mengetahui aspek sosial yaitu dengan mewawancara masyarakat
sekitar Wanagama untuk mengetahui persepsinya terhadap Rusa yang ada di
Wanagama. Berdasarkan hasil penelitian dari ketiga aspek tersebut dapat disimpulkan
bawha Wanagama layak untuk dijadikan sebagai lokasi restorasi Rusa Jawa.
Kata kunci: Restorasi, Rusa Jawa, pupolasi, habitat, sosial, Wanagama I.

1. Pendahuluan
Pembangunan Hutan Wanagama
pada tahun 1964 didasari oleh kesadaran
akan pentingnya konservasi Hutan. Hutan
Wanagama merupakan hutan hasil
reboisasi dengan mengubah kawasan
yang dulunya adalah bukit gundul

berbatu, gersang dan tidak ditumbuhi oleh
vegetasi kini menjadi hutan yang
heterogen dan memiliki ekosistem yang

kompleks. hal ini semua bisa terjadi
karena dengan adanya usaha reboisasi
yang maksimal dari Fakultas kehutanan
Universitas Gadjah Mada. Perubahan

18

ekosistem yang ada menjadi gagasan
pertama untuk melakukan restorasi rusa
jawa di Hutan Wanagama I, dan restorasi
diawali dengan membuat penangkaran
Rusa Jawa di Bunder, Gading, Gunung
Kidul. Upaya penangkaran ini dimulai
dari tahun 1999. Awalnya Rusa Jawa di
Hutan Wanagama berjumlah 6 ekor dan
pada saat ini terus bertambah jumlahnya.
Restorasi ini sangat penting
mengingat bahwa Rusa Jawa (Rusa
timorensis) saat ini memiliki status
konservasi menurut IUCN redlist adalah

vulnerable “rentan”. Hal ini terjadi
dikarenakan
semakin
menurunnya
populasi rusa jawa ditambah lagi dengan
adanya perburuan dan deforestasi atau
semakin sempitnya habitat rusa jawa.
Selain itu juga Rusa Jawa (Rusa
timorensis) merupakan salah satu satwa
liar yang dilindungi undang-undang di
Indonesia berdasarkan SK Mentri
Kehutanan RI No. 301/Kpts-II/1991,
yang merupakan tindak lanjut dari
Ordonasi Perlindungan Binatang Liar
Tahun 1931 nomor 134 dan 266
(Palguna, 1998). Rusa Jawa juga
dilindungi berdasarkan PP No. 7 Tahun
1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan
Satwa karena termasuk dalam Non
APPENDIX CITES.

Rusa Jawa (Rusa timorensis)
merupakan salah satu satwa endemik
Indonesia yang dapat dijumpai di hampir
seluruh wilayah Kepulauan Indonesia,
kecuali di Sumatra, Kalimantan dan Irian.
Akan tetapi pada dewasa ini sudah dapat
dijumpai rusa jawa di sumatera,
kalimantan, dan irian karena species ini
sudah disebarkan dan didatangkan dari
jawa sejak puluhan tahun lalu (Anonim,
1978, Rusa Indonesia). Meskipun begitu

masih diperlukannya upaya suatu usaha
untuk menyelamatkan rusa jawa yang
sudah rentan tersebut. Salah satu kegiatan
yang dapat dilakukan adalah upaya
restorasi rusa jawa.
Dalam kegiatan restorasi, berhasil
atau tidaknya diperlukan adanya tinjauan
mengenai 3 aspek penting yaitu populasi,

habitat, dan sosial masyarakat. Aspek
populasi ditinjau dari jumlah individu
yang ada disuatu kawasan restorasi.
populasi adalah kelompok individuindividu yang memiliki kesamaan genetik
dan berada bersama-sama dalam tempat
dan waktu yang sama (Mc Naughton dan
Wolf,1990).
Keberhasilan restorasi rusa jawa
di Wanagama tidak terlepas dari besarnya
jumlah populasi yang ada akan tetapi juga
Aspek habitat yang terkait ruang,
ketersedian pakan, cover / naungan selain
itu juga terdiri dari komponen-komponen
yang terkait mulai dari kondisi fisik
seperti jenis vegetasi yang ada, sebaran
vegetasi yang ada, suhu, iklim mikro,
kelembapan, tutupan tajuk, kerapatan
starata, perlindungan terhadap habitat,
ketersediaan air dan yang terpenting
adalah ketersediaan pakan bagi Rusa

Jawa. Dan masing masing komponen
tersebut memiliki fungsi tersendiri dan
saling terkait dalam menopang kehidupan
rusa jawa.
Faktor
ketersediaan
pakan
merupakan salah satu hal yang sangat
diperlukan dan menjadi kebutuhan dasar
bagi setiap mahluk hidup tidak hanya
untuk makhluk hidup yang tidak
direstorasi tapi juga makhluk hidup yang
direstorasi. Pakan akan digunakan sebagai
sumber energi utama bagi tubuh dan
sangat berguna sebagai bahan bakar tubuh

19

sehingga dalam melakukan setiap
aktivitasnya ada energi yang mengalir

dari hasil pembakaran bahan makanan
tersebut. Ketersediaan Pakan sangat
penting karena untuk mendukung
pergerakan,perkembangbiakan,
metabolisme dan reproduksu, akibat dari
Kekurangan pakan dapat menyebabkan
satwa menjadi lemah, pertumbuhan
terganggu dan rentan terhadap penyakit
dan gangguan di sekitarnya sehingga
mengganggu proses perkembangbiakan,
pertumbuhan, dan yang terlebih parah
lagi menyebabkan kematian dari satwa
tersebut.
Aspek
lain
yang
harus
diperhatikan adalah kondisi sosial
masyarakat
di

sekitar
kawasan
Wanagama 1, kondisi masyarakat di
wanagama 1 tergolong dalam lapisan
sosial bawah dengan tingkat pendidikan
yang masih rendah dengan mata
pencaharian sebagai petani tadah hujan.
Tingkatan emosional yang kuat
antara pengelola kawasan hutan dengan
masyarakat sekitar merupakan suatu
potensi besar untuk upaya pemberdayaan
masyarakat
dalam
mendukung
pengelolaan kawasan. Dengan adanya
dukungan dan partisipasi yang besar dari
masyarkat sekitar mampu mendukung
upaya perbaikan habitat sehingga dapat
tercapainya suatu restorasi yang baik dan
sesuai

dengan
tujuannya.
Hutan
Wanagama I seluas 599,7 Ha yang terdiri
atas beberapa petak yang memiliki
kondisi
fisik
yang
berbeda-beda.
Perubahan ekosistem yang ada di Hutan
pendidikan Wanagama I menjadi suatu
gagasan utama dalam restorasi rusa yang
ada, dan hal ini akan mempengaruhi
keberadaan yang restorasi rusa jawa yang

ada di wanagama. Kelayakan suatu
kawasan restorasi dapat ditinjau dari
aspek populasi, habitat, dan kondisi
masyarakat sekitar. Oleh sebab itu
dibutuhkan informasi terbaru untuk

melihat
keberhasilan
pengelolaan
restorasi di hutan Wanagama dengan
melihat dari ketersediaan pakan, jumlah
populasi dan daya dukung sosial
masyarakat untuk pengolahan Rusa Jawa
lebih baik. Tujuan dari penelitian ini yaitu
untuk mengetahui kelayakan Hutan
Pendidikan Wangama I sebagai kawasan
restorasi rusa jawa yang ditinjau dari
populasi, habitat dan persepsi masyarakat.
Penelitian ini diharapkan mampu
memberi informasi mengenai kelayakan
wanagaman menjadi kawasan restorasi
rusa jawa yang dilihat dari perkiraan
jumlah populasi, kondisi habitat dari Rusa
Jawa dan persepsi masyarakat yang ada
sehingga hasil penelitian bisa menjadi
pertimbangan

dalam
upaya
pengembangan hutan wanagama sebagai
hutan kawasan restorasi Rasa Jawa.
2. Metode
2.1. Pengambilan data
Lokasi yang digunakan untuk
pelaksanaan penelitian adalah di petak 5,
6,7,13,14, dan 16 di Hutan Pendidikan
Wanagama I, Kabupaten Gunung Kidul,
Yogyakarta Pelaksanaannya yaitu pada
tanggal 6-8 desember 2013 dan tangggal
20-22 desember 2013. Alat yang
digunakan di lapangan yaitu Peta
Wanagama, GPS Kompas, roll meter,
plastik,
label,
tally
sheet,
density board, quisioner guide,
tabung okuler dan alat tulis. Sedangkan
bahannya yaitu kotoran rusa, habitat rusa,
dan masyarakat sekitar. Untuk analisis
20

kotoran alat yang digunakan yaitu tabung
reaksi, gelas ukur,
spiritus, pengaduk,
pinset, pipet, deckglass,
kaca
preparat kecil, blender, timbangan, oven
dried dan mikroskop. Sedangkan
bahannya yaitu, larutan asam nitrat
(NHO3) 10%, potassium kromat 10%,
larutan gliserin, kuteks transparan,
aquades, kotoran rusa7, dan koleksi
beberapa jenis daun pakan rusa dari
lokasi penelitian.
Untuk mengetahui karakteristik
habitat Rusa Jawa, di gunakan metode
dengan melakukan pengamatan terhadap
beberapa variable. Variabel-variabel yang
diukur adalah penutupan tajuk, penutupan
tumbuhan bawah, kepadatan semak,
kepadatan belukar, kepadatan tiang,
kepadatan pohon, dan jarak dari sumber
air serta komposisi vegetasi penyusun di
lokasi penelitian. Estimasi populasi Rusa
Jawa digunakan metode Pellet Count.
Metode ini merupakan salah satu metode
estimasi satwa tidak langsung yang
digunakan untuk mengidentifikasi satwa
yang tidak mudah dijumpai secara
langsung di lapangan.Objek pengamatan
dalam metode ini adalah kotoran satwa
yang terdapat pada plot-plot sampel di
lokasi penelitian dalam satuan waktu
tertentu.Plot-plot sampel yang digunakan
dalam penelitian ini berukuran 20 x 100
m yang dibuat sebanyak tiga plot sampel.
Dalam penggunaan metode ini, sejumlah
plot sampel diletakkan secara purposif
dalam satu wilayah pengamatan, yaitu
pada tempat-tempat yang terdapat tandatanda keberadaan Rusa Jawa seperti
kotoran, bulu, dll.Pada pengamatan
pertama dilakukan pembersihan kotoran
Rusa Jawa yang terdapat pada plot-plot
pengamatan.
Selanjutnya
pada

pengamatan berikutnya (sesuai waktu
yang telah ditentukan yaitu tujuh hari)
dilakukan
penghitungan
terhadap
kotoran-kotoran baru yang terdapat di
dalam plot-plot pengamatan.

20
100
Gambar 1. Plot Pengamatan Populasi Rusa

Untuk mengetahui komposisi
jenis tumbuhan pakan Rusa Jawa
dilakukan dengan membuat petak ukur
dengan ukuran 1x1 m untuk rumput dan
2x2 m untuk tumbuhan bawah yang
diletakkan pada lima tempat berbeda
secara purposif. Misalnya, pada area yang
memiliki
prosentase
rumput
dan
tumbuhan bawah yang cukup tinggi dan
disekitarnya
terdapat
tanda-tanda
keberadaan Rusa Jawa (adanya kotoran
Rusa Jawa) serta dapat mewakili seluruh
kawasan.Pada tiap-tiap petak ukur
dilakukan panen rumput yang kemudian
dipilah-pilah per jenis.Setelah diambil
sampel kemudian dilakukan penimbangan
per jenis.Untuk mengetahui bahwa jenis
tumbuhan tersebut merupakan pakan
Rusa Jawa maka dapat dilakukan
pencocokan dengan hasil analisis kotoran
yang diambil dari pengamatan estimasi
populasi. Produktivitas Pakan Rusa Jawa
(Rusa timorensis).
Sama halnya
dengan cara
mengetahui komposisi jenis tumbuhan
pakan Rusa Jawa, untuk mengetahui
produksi biomasa atau produktivitas
pakan dapat diketahui dengan membuat
petak ukur ukuran 1x1 m untuk rumput
dan 2x2 m untuk tumbuhan bawah yang
diletakkan pada lima tempat berbeda

21

secara purposif. Pada tiap-tiap petak ukur
dilakukan panen rumput yang kemudian
dipilah-pilah per jenis. Setelah diambil
sampel kemudian dilakukan penimbangan
per jenis. Selang waktu 7 hari, panen
rumput dan tumbuhan bawah dilakukan
kembali untuk diketahui produktifitas
pakan rusa.

lingkaran. Dari titik pusat tersebut
dihitung jumlah kotak yang tertutup oleh
vegetasi. Untuk kepadatan semak
digunakan kotak dari ketinggian 0-30 cm,
untuk belukar dari ketinggian 30-100 cm,
untuk tiang dari ketinggian 100-200 cm,
dan untuk pohon dari ketinggian 200-300
cm.

U
2x2

1x1

B

T

Gambar 2. Plot Pengamatan Pakan Rusa

Untuk pengamatan penutupan
tajuk dan tumbuhan bawah dilakukan
dengan metode Protocol Sampling, yang
dilakukan dengan membuat petak ukur
lingkaran berdiameter 22,6 m. Kemudian
dilakukan pengamatan di lima titik pada
arah timur-barat dan di lima titik pada
arah utara-selatan. Pengamatan penutupan
tajuk dan tumbuhan bawah secara vertikal
dilakukan menggunakan tabung okuler.
Prosentase penutupan tajuk dan tumbuhan
bawah dihitung dengan membandingkan
jumlah titik yang tajuk atau tumbuhan
bawahnya memotong persilangan benang
pada tabung okuler dengan jumlah titik
pengamatan.
Pengamatan secara horisontal
dilakukan dengan cara mengukur
kepadatan semak, belukar, tiang, dan
pohon. Kepadatan semak, belukar, tiang,
dan pohon tersebut diukur menggunakan
Density Board yang diletakkan pada
empat arah mata angin yaitu utara,
selatan, barat, dan timur yang dilihat dari
jarak 11,3 m atau di titik pusat petak ukur

S
Gambar 3. Petak Ukur Protocol Sampling

Kepadatan pohon (200-300 cm)

Kepadatan tiang (100-200 cm)

Kepadatan belukar (30-10 cm)
Kepadatan semak (0-30 cm)
Gambar 4. Density Board
Untuk pengamatan komposisi
vegetasi dilakukan dengan metode
Kuadran
sampling,
metode
ini
merupakan metode sampling tanpa petak
contoh yang paling efisien karena
pelaksanaannya di lapangan memerlukan

22

waktu yang lebih sedikit, mudah, dan
tidak memerlukan faktor koreksi dalam
menduga kerapatan individu tumbuhan.
Pembagian areal sekitar titik contoh
menjadi empat kuadran yang berukuran
sama. Hal ini dapat dilakukan dengan
kompas atau bila suatu seri garis rintis
digunakan kuadran-kuadran tersebut
dapat dibentuk dengan menggunakan
garis rintis itu sendiri dan suatu garis
yang tegak lurus terhadap gads rintis
tersebut melatui titik contoh.
Di dalam metode ini di setiap titik
pengukuran dibuat garis absis dan ordinat
khayalan, sehingga di setiap titik
pengukuran terdapat empat buah kuadran.
Pilih satu pohon di setiap kuadran yang
letaknya paling dekat dengan titik
pengukuran dan ukur jarak dari masingmasing pohon tersebut ke titik
pengukuran. Pengukuran dimensi pohon
hanya dilakukan terhadap keempat pohon
yang terpilih.

ditemukan, dicatat kode dan posisinya
dengan GPS. Setelah pengumpulan
kotoran rusa dari lapangan, kotoran rusa
tersebut harus dijemur di bawah terik
matahari untuk menghindari pertumbuhan
cendawan atau jamur sehingga tidak
membusuk dan rusak. Demikian juga
dengan penyimpanan kotoran rusa harus
diperhatikan, jagan sampai rusak atau
wadahnya lembab.
Untuk
mengetahui
persepsi
masyarakat sekitar terhadap restorasi
Rusa Jawa di hutan Wanagama I
dilakukan wawancara terstruktur pada
masyarakat yang tinggal disekitar hutan
maupun masyarakat yang melakukan
aktivitas di hutan Wanagama I. Data ini
kemudian dianalisis secara deskriptif
untuk
menggambarkan
persepsi
masyarakat terhadap restorasi Rusa Jawa
di hutan Wanagama I sehingga dapat
diketahui
bagaimana
kepedulian
masyarakat
terhadap
satwa
dan
habitatnya.
2.2. Analisis data

Gambar 5. Desain Kuadran Sampling

Kotoran rusa yang didapatkan di
lapangan
dapat dianalisis
dengan
serangkaian percobaan kimiawi untuk
menentukan kandungan epidermis dari
tumbuhan yang menjadi pakannya.
Metode pengambilan sample kotoran
dilakukan dengan pembuatan transek
lurus sepanjang 100 m dengan lebar 20 m
(Gambar 1). Sepanjang bidang transek ini
peneliti mengambil kotoran yang
ditemukan sepanjang perjalanan dalam
transek. Untuk setiap kotoran yang

Analisis data untuk mengetahui
kelayakan habitat Rusa Jawa di
Wanagama yaitu menggunakan analisis
deskriptif.
Komposisi jenis rumput dan
semak diketahui dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
Wa
x 100%
INP =
Wt
Dengan :
INP = Indeks Nilai Penting
Wa = Berat kering jenis A
Wt = Berat kering total

23

Produksi
biomasa
atau
produktivitas pakan yang berupa rumput
dan semak dihitung dengan formula
sebagai berikut :
P
L

=

p
l

Dengan :
P =

Produksi biomasa seluruh
kawasan
Luas seluruh kawasan
Produksi biomasa seluruh
plot sampel
Luas seluruh plot sampel

L =
p =
l

=

Produktivitas tumbuhan bawah
dihitung menggunakan rumus sebagai
berikut :
Produksi biomasa
seluruh kawasan (ratarata tiap petak ukur
Produktivitas =
permanen)
Interval waktu
pengamatan
Analisis data estimasi populasi
Rusa Jawa dengan metode Pellet Count
yaitu menggunakan formula :
P

=

A.p
t .d . a

Dengan :
P
A
p
t
d

a

=
=
=
=
=

Estimasi populasi
Luas area pengamatan
Jumlah onggokan
Waktu
Rerata defakasi (rerata
devikasi Rusa Jawa yaitu
13 kali per hari)
= Total area plot sampling

3. Hasil
Hutan wanagama memiliki luas
kawasan sekitar 599.7 Ha, dan terbagi
dalam kebeberapa petak, pada penelitian
kali ini hanya petak 5, petak 6, petak 7,
petak 13, petak 14, petak 16 dan petak 18.
Dari ketujuh petak yang dijadikan sebagai
lokasi penelitian, pada minggu kedua
hanya ditemukan 5 onggokan kotoran
rusa dan berasal dari petak 7 dan 1
onggokan dari petak 6 saja. Dalam
pengambilan data dengan metode pellet
count yang digunakan, estimasi populasi
dapat diketahui dengan cara mengalikan
luasan petak penelitian dengan jumlah
onggokan kotoran rusa yang ditemukan
pada minggu kedua emudian dibagi
interval pengamatan dikali defakasi ratarata rusa perhari dan luasan plot sample.
Dari hasil perhitungan diperoleh hasil
estimasi populasi rusa di Wanagama I
sebanyak 5 ekor. Tabel berikut
menunjukkan jumlah onggokan yang
ditemukan di masing-masing petak
penelitian di Wanagama.
Tabel 1. Jumlah onggokkan kotoran rusa
Jumlah onggokan

Jumlah pellet

Petak

minggu ke dua

count

5

0

3

6

1

3

7

5

3

13

0

3

14

0

3

16

0

3

18

0

3

Jumlah

6

21

24

Dari onggokan kotoran yang ada
ditemukan pada minggu
pertama
sebanyak 5 onggokan kotoran pada petak
6, dan pada minggu kedua ditemukan 6
onggokan kotoran masing-masing 5
dipetak 7 dan 1 di petak 6. Jadi jika
dimasukkan ke rumus estimasi populasi
rusa yaitu terdapat 5 individu rusa di
Wanagama.
Produktivitas pakan dihitung dari
biomassa atau berat kering dari setiap
jenis rumput dan tumbuhan bawah dibagi
dengan 14 hari. Untuk produktivitas
rumput yang jadi pakan rusa yaitu sebesar
2390.426 kg/hari atau 872.505 ton/ha/thn,
sedangkan produktivitas tumbuhan bawah
yang jadi pakan rusa yaitu sebesar 64.297
kg/hari atau 23.468 ton/ha/thn. Pada
analisis produktivitas ini juga dihitung
INP yang diperoleh dari biomassa tiap
jenis dibagi dengan biomassa total semua
jenis berdasarkan hasil penelitian
diperoleh nilai INP terbesar adalah
kolonjono dengan INP sebesar 50.53 %
dan alang-alang dengan INP sebesar
11.561%.
Untuk data kelindungan, dari hasil
analisis deskriptif, hutan Wanagama I
menyediakan
pelindung
berupa
penutupan tajuk dan tumbuhan bawah
serta semak belukar yang mampu
melindungi rusa dari cuaca dan predator.
Dari hasil penghitungan kepadatan pohon
bahwa semua petak wanagama memiliki
karakter dan kelayakan yang sesuai
dengan kelayakan habitat rusa dan ini
juga
mampu
dibuktikan
dengan
ditemukannya kembali kotoiran rusa
jawa. Kepadatan semak yang ada di
semua petak wanagama menunjukan nilai
yang positif sehingga dari aspek
kepadatan semak yang dibutuhkan dapat

dikatakan bahwa wanagama layak
menjadi tempat restorasi walaupun
dengan nilai kerapatan tererndah pada
petak 16 yakni 1.67%. Tutupan tajuk dan
tutupan tumbuhan bawah keduanya diatas
50%, hal ini memenuhi kebutuhan
pelindung bagi rusa. Termasuk untuk
struktur vegetasi di Wanagama yang
memiliki rata-rata diameter pohon pada
tingkat semai dan sapihan, terlihat dari
data bahwa struktur vegetasi di
Wanagama didominasi oleh kelas S
sampai kelas C, struktur hutan yang
seperti ini sesuai untuk tempat
berlindungnya rusa. Sedangkan dilihat
dari aspek ketersedian air, di lokasi
penelitian sangat mendukung untuk
habitat rusa, karena Wanagama dilalui
aliran sungai Oyo yang merupakan salah
satu sumber air yang mengalir sepanjang
tahun sehingga dapat dimanfaatkan
sebagai tempat minum oleh Rusa Jawa
walaupun musim kemarau panjang.
Untuk kebutuhan ruang, Rusa Jawa
memerlukan 6 ha/individu. Ruang yang
dibutuhkan rusa jawa di Wanagama I
dapat dihitung dari luas Wanagama dibagi
dengan estimasi jumlah individu Rusa
Jawa yang ditemukan. Dari hasil estimasi
rusa yang ada di Wanagama ditemukan 5
individu.
Ruang = Luas home range yang
dibutuhkan x Estimasi jumlah
individu
= 6 Ha x 5 individu = 30 Ha
Luas Wanagama sebesar 599.7 Ha
hal ini menunjukan bahwa Wanagama
masih mempunyai ruang yang luas dan
layak untuk ditinggali oleh rusa, dan juga
layak untuk menambah jumlah individu
rusa jawa.

25

Tabel 4. Kepadatan Pohon
petak 5 (%)
6.25
28.25
20.00
45.00
70.00
14.75
52.25
13.00
34.75
0.50
41.25
49.75
31.00
30.50
31.00
31.22

petak 6(%)
57.5
57.0
57.0
65.3
48.0
10.0
38.0
28.3
0.0
0.0
53.3
56.3
19.8
34.8
59.5
38.97

petak 7 (%)
70.00
0.00
0.00
0.00
0.00
19.50
0.00
0.00
24.75
12.50
11.75
0.00
53.50
7.50
0.00
13.3

petak 13 (%)
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

petak 14 (%)
0
0
0
0
5
0
0
83
35.25
8.25
27
15.25
2.5
15.75
0
12.8

petak 16 (%)
0
0.2425
0.0075
0.0325
0.125
0
0
0.22
0.0725
0.2375
0.05
0
0
0
0
0.07

petak 18 (%)
20
0
0
0
0
0
0
0
0
7.5
0
0
7.5
0
0
2.33

petak 13 (%)
58.3
85.83
87.5
100
100
71.7
41.7
76.7
71.7
71.7
87.5
33.3
58.3
69.2
50.83
70.95

petak 14 (%)
57.5
40.83
83.33
45.83
50
45.83
40.83
57.5
67.5
75
100
66.67
80.83
85.83
58.33
63.72

petak 16 (%)
88.33
69.17
77.5
80
100
1.67
64.17
71.67
98.33
65
79.17
54.17
100
100
100
76.61

petak 18 (%)
93.33
66.67
63.33
71.67
47.5
75
57.5
77.5
69.17
75
39.17
80
70.83
78.33
33.33
66.56

Tabel 5. Kepadatan Semak
petak 5 (%)
46.5
33.5
87.5
90
79.75
77.75
82.25
83
74.25
32.25
94.5
94.25
81
90.5
71
74.53

petak 6 (%)
92.5
92.5
91.7
58.3
77.5
82.5
72.5
62.5
99.2
99.2
67.5
50.0
74.2
75.8
58.3
76.94

petak 7 (%)
48.33
75.83
86.67
50.00
71.67
51.67
42.50
54.17
31.67
81.67
30.83
50.83
80.00
58.33
40.00
56.94

Tabel 6. Rerata diameter
KelasS

KelasA

KelasB

KelasC

KelasD

KelasE

KelasF

KelasG

KelasH

0.47619

0.504762

0.419048

0.580952

0.361905

0.295238

0.114286

0.057143

0.047619

26

Tabel 7. Rerata Tutupan Tajuk Tumbuhan
Bawah
Tutupan tajuk

Tutupan bawah

54.857143 %

64.190476 %

Hasil pengambilan data sosial
mengenai persepsi masyarakat tentang
restorasi rusa jawa melalui kuisioner
diketahui bahwa 87%
masyarakat
mengetahui keneradaan restorasi rusa di
wanagama baik secara langsung atau dari
orang lain, besarnya kegiatan masyarakat
yang berinteraksi langsung dengan hutan
wanagama adalah 46 % bertani, 31%
merumput
dan
selebihnya
tidak
berinteraksi langsung dengan kawasan.
90% masyarakat setuju dengan adanya
restorasi, dan 57% masyarakat lahannya
pernah dirusak oleh rusa jawa. 61%
masyarakat mengetahui bahwa rusa
adalah salah satu hewan yang dilindungi
sehingga 94% masyarakat tidak pernah
memburunya.
70%
persen
dari
Masyarakat khawatir akan peningkatan
jumlah rusa, akan tetapi 80% masyarakat
bersedia untuk bekerja sama dalam
pengolahan restorasi rusa. Secara
keseluruhan pertanyaan, yang mendukung
itu sekitar 73% dan yang tidak
mendukung sebesar 27%.
4. Pembahasan
Dalam mengetahui apakan Hutan
Wanagama layak dijadikan sebagai lokasi
restorasi Rusa Jawa yaitu dengan
mengetahui kelayakan dari tiga aspek.
Tiga
aspek tersebut yaitu populasi,
habitat, dan sosial. Berdasarkan data
populasi yang didapatkan di lapangan
yaitu diketahui jumlah individu rusa yaitu
5 ekor, padahal sudah diketahui awal

pelepasliaran rusa di Wanagama yaitu
sebanyak 20 ekor, jika ditinjau dari segi
kelayakan sudah tentu tidak layak karena
terjadi pengurangan ukuran populasi.
Namun jika dikaitkan dengan keterangan
masyarakat sekitar, hal itu tidak sesuai
karena
masyarakat
masih
sering
menemukan rusa dalam jumlah yang
berkelompok pada tempat-tempat yang
berbeda, di samping itu masyarakat juga
sering
mengetahui
tanda-tanda
keberadaan rusa dari tanaman warga yang
dimakan ataupun dari jejak kaki dan
kotoran yang ditemukan di tanah. Jumlah
rusa seharusnnya lebih banyak karena
menurut informasi masyarakat juga saat
ini
rusa
telah
tersebar
hingga
ngelanggeran. Hal ini dapat disebabkan
oleh ketidak telitian pengambil data, atau
rusa memang sudah menyebar keluar
kawasan. Meskipun bisa saja terjadi
pengurangan populasi akibat perburuan,
namun berdasarkan data tidak banyak
yang melakukan perburuan rusa di
Wanagama. Maka dari aspek populasi
dapat diketahui bahwa Wanagama masih
dapat dikatakan layak sebagai lokasi
restorasi Rusa Jawa.
Dari aspek habitat, semua unsur
habitat
yaitu
ketersediaan
pakan,
ketersediaan
ruang,
ketersediaan
pelindung, dan ketersediaan air semuanya
memenuhi kebutuhan rusa untuk dapat
menempati dan hidup di lokasi
Wanagama. Dari unsur pakan, menurut
Garsetiasih, (2007) kebutuhan pakan
satu individu rusa jawa rata-rata per hari
mencapai 6 kg, sedangkan dari hasil
perhitungan didapat produktivitas pakan
mencapai 2390.426 kg/hari, sedangkan
produktivitas tumbuhan bawah yang jadi
pakan rusa yaitu sebesar 64.297 kg/hari.

27

Hal tersebut cukup untuk kebutuhan
pakan 5 ekor rusa setiao hari. Dari
analisis kotoran, pakan yang menjadi
preferensi rusa yaitu kolonjono karena
ditemukan paling sering yaitu sebanyak 8
ulangan. Dan kolonjono merupakan
pakan yang produktivitasnya paling tinggi
yaitu sebesar 2014.278 kg/hari. Hal ini
sangat memenuhi kebutuhan pakan rusa
di Wanagama.
Berdasarkan teori, Rusa Jawa
selain membutuhkan padang rumput juga
membutuhkan
semak-semak
untuk
berlindung, pepohonan untuk berteduh,
dan adanya persediaan air untuk
mencukupi kebutuhan minum. Rusa juga
memanfaatkan kawasan dengan kerapatan
tumbuhan yang relatif tinggi seperti di
sekitar sungai atau anak sungai
(Djuwantoko, 2003). Dilihat dari data,
Wanagama memiliki kerapatan semak
dan tumbuhan bawah yang tinggi, data
struktur
vegetasi
yang
diambil
menggunakan
metode
kuadran
menunjukkan
bahwa
Wanagama
didominasi oleh kelas S hingga kelas C
yang merupakan kelas diameter untuk
semak dan tingkatan sapihan. Hal ini
sesuai dengan
yang diungkapkan
Alikodra (1990), bahwa kerapatan
vegetasi
berkaitan
erat
dengan
kemudahan penglihatan pemangsa dan
mangsanya. Semakin padat dan rapat
vegetasi di suatu kawasan, maka
kemungkinan rusa untuk terlihat dari
pemangsa akan semakin kecil. Sedangkan
untuk penutupan tajuk yaitu diatas 50%
cukup untuk digunakan rusa untuk
berlindung dari panas.
Dari unsur air dan ruang, telah
diketahui bahwa Sungai Oyo yang
melintas
di
Wanagama
mengalir

sepanjang tahun dan wanagama memiliki
lahan seluas 599,7 ha yang cukup untuk
menampung 5 ekor rusa. Semua unsur
habitat dari mulai pakan (food), ruang
(space), pelindung (cover), dan air
(water) sangat mendukung untuk
kelangsungan hidup rusa di Wanagama.
Aspek ketiga yang diperlukan
dalam pengelolaan satwa liar yaitu aspek
sosial. Dalam pendeskripsian aspek sosial
ini yaitu dengan mengetahui persepsi
masyarakat sekitar Wanagama terhadap
keberadaan Rusa Jawa di Wanagama.
Pengamilan data untuk mengetahui
persepsi masyarakat tersebut yaitu dengan
metode quisioner guide atau wawancara.
Wawancara dilakukan pada 30 responden
di desa yang paling dekat dengan tiap
petak di Wanagama. Angka 30 tersebut
berdasarkan pada jumlah data yang dapat
diolah di statistik, meskipun analisisnya
deskriptif namun untuk kesahihan sebuah
data maka acuannya pada sifat statistik.
Tiap responden pun diberi 30 pertanyaan
yang berpotensi untuk menguak persepsi
responden terhadap keberadaan rusa di
Wanagama agar dapat dilihatat hasilnya
apakah dari masyarakat mendukung
adanya program restorasi rusa di
Wanagama.
Pertanyaan-pertanyaan
tersebut dibagi menjadi dua kategori yaitu
pertanyaan utama dan pertanyaan
pelengkap. Dari hasil wawancara setelah
dianalisis, persentase pertanyaan yang
menunjukkan dukungan masyarakat yaitu
sebesar 73% dan yang menunjukkan tidak
mendukung sebesar 27%. Angka tersebut
terlihat cukup signifikan perbedaannya
antara yang mendukung dan yang tidak
mendukung. Dapat disimpulkan bahwa
dari aspek sosial restorasi rusa di
Wanagama layak.

28

Pihak wanagama dianjurkan agar
memberikan
penyuluhan
kepada
masyarakat tentang restorasi Rusa Jawa
sehingga masyarakat dapat berperan serta
membantu pengelola dalam mengelola
kegiatan restorasi. Pengelola disarankan
untuk melakukan monitoring berkala
demi mengetahui perkembangan populasi
Rusa Jawa karena Rusa Jawa telah
banyak keluar dari kawasan Wanagama,
selain itu masyarakatpun mengimbau
untuk diberikan pagar sehingga rusa tidak
merusak lahan mereka.
5. Kesimpulan
Hutan Wanagama I layak
dijadikan sebagai kawasan restorasi Rusa
Jawa ditinjau dari aspek populasi, aspek
habitat yang terdiri dari ketersediaan
pakan, ketersediaan air, ketersediaan
ruang, dan ketersediaan pelindung, serta
aspek sosial yang ditunjukkan oleh
sekitar 73% yang menyatakan adanya
dukungan masyarakat untuk keberadaan
restorasi Rusa Jawa.
Ucapan Terimakasih
Penelitian ini dapat terlaksana
karena adanya bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, pihak-pihak tersebut yaitu
semua dosen Laboratorium Satwa Liar
Fakultas Kehutanan UGM selaku
pembimbing berkontribusi besar terhadap
jalannya penelitian ini, para co.ass yang
telah menemani dan membimbing juga
baik
dalam penyusunan proposal
penelitian maupun di lapangan, dan juga
rekan-rekan satu kelompok yang telah
bekerjasama
dengan
baik
dalam
merealisasikan penelitian ini.

Daftar Pustaka
Alikodra, H.S. 1990. Pengelolaan Satwa
Liar Jilid I. Fakultas Kehutanan.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Anonim. 1978. Pedoman Pengelolaan
Satwa Langka. Direktorat Jenderal
Departemen Kehutanan. Direktorat
PPA. Bogor.
Dewi, A.S. 2006. Studi Tingkat Kerugian
Petani Oleh Rusa Jawa (Cervus
timorensis Mul. & Schl) Di Sekitar
Petak 5 Hutan Wanagama I
Kabupaten Gunung Kidul. Skripsi
tidak
dipublikasikan.
Fakultas
Kehutanan Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.
Djuwantoko. 2003. Pemanfaatan Rusa
Secara Lestari. Makalah Seminar.
Fakultas Kehutanan. Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.
Drajat, A.S. 2002. Potensi Biologi dan
Reproduksi Rusa sebagai Hewan
Ternak. Makalah Seminar Latih
Rusa. BKSDA - Biologi UAJY –
Fakultas Kehutanan – LSKHL.
Yogyakarta.
Garsetiasih. 1996. Studi Habitat Dan
Pemanfaatannya Bagi Rusa (Cervus
timorensis) Di Taman Wisata Alam
Pulau Menipo Nusa Tenggara
Timur. Tesis tidak dipublikasikan.
Program Pasca Sarjana Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.
Garsetiasih.
2007.
Daya
Dukung
Kawasan Hutan Batu Raden
sebagai Habitat
Penangkaran
Rusa. Pusat Litbang Hutan dan
Konservasi Alam.
Krebs, Charles J. 1978. Ecology. The
Eksperimental
Analysis
of
Distribution
and
Abundance.

29

Second
Edition.
Harper
International Edition. New York.
McNaughton dan Wolf. 1990. Ekologi
Umum. Edisi Kedua. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Palguna, H. 1998. Pola Perilaku Rusa
Jawa (Cervus timorensis russa,
Mul. & Schl.) di Beberapa
Penangkaran Milik Perhutani.
Tesis
tidak
dipublikasikan.
Yogyakarta: Program Studi Ilmu
Kehutanan Jurusan Ilmu-ilmu
Pertanian
Pasca
Sarjana
Universitas Gadjah Mada.

Purnomo, D.W. 2003. Studi Jenis Pakan
dan Tingkat Kesukaannya Pada
Rusa Jawa (Cervus timorensis
russa Mull & Schl) di Wanagama I
Gunung Kidul. Skripsi tidak
dipublikasikan.
Fakultas
Kehutanan Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.
Veevers-Carter.
1979.
Nature
Conservation
In
Indonesia.
Published by PT. INTERMASA.
Jakarta.

30