Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam

1

Tradisi Tahlilan Diperkotaan Modern: Tanah Abang Jakarta Pusat
Makalah ini diajukan sebagai tugas pada mata kuliah tradisi sosial keagamaan di Asia
Tenggara
Dosen : Bapak Drs. Saidun Derani, M.A

Knowledge, Piety, Integrity
Mohamad Syauqi Hadzami
1112022000052

Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam
Konsentrasi Asia Tenggara
Fakultas Adab dan Humaniora
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta
2014
BAB I

Tradisi Tahlilan Di Perkotaan Modern: Tanah Abang Jakarta Pusat | 1


2

DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN................................................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG........................................................................................ 2
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................... 2
C. TUJUAN N PENELITIAN DAN MANFAAT PENELITIAN......................... 2
D. METODE PENELITIAN.................................................................................... 2
1. Jenis penelitian dan pendekatan Penelitian.................................................... 2
1.1 Jenis Penelitian dan Penelitian................................................................. 2
2. Teknik Pengumpulan Data............................................................................. 2
2.1 Wawancara.............................................................................................. 2
2.2 Pengamatan............................................................................................. 3
3. Lokasi Penelitian............................................................................................ 3
BAB III
PEMBAHASAN................................................................................................................... 4
I. KAJIAN TERORITIS
A. Pengertian Tradisi dan Tahlilan........................................................................ 4
1. Pengertian Tradisi.......................................................................................... 4

2. Pengertian Tahlilan........................................................................................ 5
3. Tahlilan Dalam Perspektif Al-Que‟an........................................................... 7
B. Masyarakat Perkotaan dan modernisasi............................................................ 9
1. Pengertian Modernisasi.................................................................................. 9
2. Karakteristik Masyarakat Modern................................................................. 10
II. GAMBARAN UMUM MASYARAKAT TANAH ABANG................................... 11
A. Letak Geografis................................................................................................. 11
B. Keadaan Pendidikan..........................................................................................12
C. Kondisi Budaya................................................................................................. 12
D. Kehidupan Beragama........................................................................................ 13
III. ACARA TAHLILAN PADA MASYARAKAT TANAH ABANG......................... 14
A. Bacaan dan Praktek Tahlilan............................................................................ 14
B. Tradisi Tahlilan dalam Pandangan Masyarakat Tanah Abang......................... 16
BAB III
PENUTUP............................................................................................................................. 18
KESIMPULAN..................................................................................................................... 18

Tradisi Tahlilan Di Perkotaan Modern: Tanah Abang Jakarta Pusat | 2

3


PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Setiap individu dibekali kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Dalam
memenuhi segala kebutuhannya manusia pasti dan selalu membutuhkan kehaditan orang lain.
Manusia adalah jenis makhluk yang hidup secara kolektif. Tetapi, berbeda dengan binatang
yang mendasarkan segala tingkah akunya pada naluri, maka segala tingkah laku manusia
tercipta denga cara belajar. Segala tingkah laku manusia merupakan hasil belajar sehingga
pola-pola tidakan dapat berubah dengan cepat sesuai proses belajar manusia itu. Namun,
kecepatan perubahan itu tidak sama cepat pada berbagai kelompok manusia di muka bumi
ini.
Masyarakat merupakan kumpulan individu yang berinteraksi, mereka saling
membutuhkan untuk memenuhi segala kebutuhannya. Dengan kemampuan akal budinya
manusia menciptakan berbagai pola tingkah laku, ide dan materi budaya dalam usaha
adaptasinya. Kebudayaan sendiri dapat dirumuskan sebagai “seperangkat kepercayaan”.
Nilai-nilai dan cara berlaku (kebiasaan) yang dipelajari, umumnya dimiliki bersama oleh para
warga dari suatu masyarakat.1 Kebudayaan itu sendiri diartikan sebagai suatu keseluruhan,
terbentuk dari sejumlah besar kebudayaan, yang masing-masing adalah karakteristik bagi
sekelompok individu-individu tertentu.

Berbekal akal pikiran, kemampuan belajar dan beradaptasi. Manusia mampu
menghasilkan dan memiliki keberagaman pola kedubayaan. Pola-pola kebudayaan itu tidak
sama antara satu daerah dangan daerah lain. Oleh karena itu, pola-pola kebudayaan itu tidak
memilik unsur besar yang sama sehingga dapat dikelompokan ke dalam unsur-unsur
kebudayaan universal. Unur-unsur kebudayaan universal itu dapat dijumpai diseluruh bangsa
di dunia ini. Unsur-unsur kebudayaan universal itu adalah:
1. Sistem peralatan dan perlengkapan hidup
2. Sistem mata pencarian hidup
3. Sistem kemasyarakatan
4. Bahasa
5. Kesenian
1

T.O Ihromi, (ed) Pokok-Pokok Antropologi Budaya (Jakarta: PT Gramedia, 1980). Hlm. 22

Tradisi Tahlilan Di Perkotaan Modern: Tanah Abang Jakarta Pusat | 3

4

6. Sistem pengetahuan

7. Sistem religi2
Usnsur-unsur kebudayaan universal itu merupakan isi dari kebuayaan umat manusia
pada umumnya. Hal itu berarti bahwa setiap kebudayaan yang ada selalu mengandung
ketujuh unsur tersebut dengan bentuk yang berbeda-beda baik masyarakat maju perkotaan,
masyarakat pedesaan, sampai masyarakat primitif sekalipun.
B. RUMUSAN MASALAH
Pembahasan pokok masalah dari makalah ini adalah; bagaimanakah cara tradisi
tahlilan malam Jumat pada warga Tanah Abang Jakarta Pusat dapat menimbulkan kekuatan
religius dalam keberagaman dimasyarakat Tanah Abang guna memfiltersiasi dampak negatif
arus modernisasi.
C. TUJUAN PENELITIAN DAN MANFAT PENELITIAN

Sesuai rumusan masalah tersebut diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui tentang pengertian tradisi tahlilan pada masyarakat Tanah Abang, kegunan dan
motivasi tahlilan dalam kehidupan masyarakat Tanah Abang, hikmah dan manfaat tahlilan
dalam perilaku keberagaman Tanah Abang.

D. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian
1.1 Jenis Penelitian

Jenis pene;itian ini adalah penelitian sosial yang dilakukan dilapangan yang
menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriktif analisis yang
mengambil di Kelurahan Kampung Bali Kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat.
2. Teknik Pengumpulan Data
2.1 Wawancara
Wawancara ialah tanya jawab dengan berhadapan muka untuk mendapatkan
keterangan secara lisan dari seorang responden3. Wawancara dimaksudkan untuk
memperoleh informasi secara langsung dari responden atau informasi melalui
2
3

Koentjraningrat, Beberapa Pokok Antropologi Sosial (Jakarta: Dian Rakyat, 1992). Hlm 7
Sutrisno Hadi, Metodologi Research 2 (Jogjakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM, 1981),

hlm 129

Tradisi Tahlilan Di Perkotaan Modern: Tanah Abang Jakarta Pusat | 4

5


tanya-jawab. Wawancara disini dilakukan secara mendalam dan terfokus, agar
tidak meluas kepermasalahan yang lain, maka untuk itu digunakan pedoman
wawancara
2.2 Pengamatan
Pengamatan merupakan secara sistematik terhadap fenomena-fenomena yang
terselidiki.4 Teknik pengamatan ini dimaksudkan agar peneliti dapat melihat
langsung aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh objek dan dapat menarik
kesumpilan hal tersebut. Teknik ini berguna untuk memperoleh data untuk
kelengkapan hasil penelitian.
3.

Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang ditentukan oleh penulis berada di Jalan Haji Hasbi
Kelurahan Kampung Bali Kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat. Maka penulis
mengunjungi tempat-tempat kegiatan acara tahlilan dilakukan.

BAB II
PEMBAHASAN
4


Koentjroningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: Gramedia 1985), hlm 129

Tradisi Tahlilan Di Perkotaan Modern: Tanah Abang Jakarta Pusat | 5

6

I.

KAJIAN TEORITIS

A. Pengertian Tradisi dan Tahlilan

1. Pengertian Tradisi
Setiap kelompok manusia yang hidup memiliki “warisan” tradisi yang berfungsi
sebagai struktur sosialnya, istilah tradisi yang telah menjadi bahasa Indonesia, dipahami
sebagai suatu yang turun-temurun dari nenek moyang.5
Tradisi merupakan pewaris norma-norma, kaidah-kaidah, dan kebiasaan-kebiasaan.
Tradisi tersebut bukalah suatu yang tidak dapat diubah. Tradisi justru dipadukan dengan
aneka ragam perbuatan manusia dan diangkat dalam keseluruhannya. Karena manuisa yang
membuat tradisi, maka manusia yang dapat menerimanya, menolak dan mengubahnya. 6

Tradisi dalam kamus antropologi sama dengan adat istiadat yakni kebiasaan yang
bersifat magis religius dari kehidupan suatu penduduk asli yang meliputi mengunci nilai-nilai
budaya, norma-norma, aturan-aturan dan hukum yang saling berkaitan dan kemudian menjadi
suatu s istem atau peraturan yang sudah menatap segala konsepsi sistem budaya dari suatu
kebudayaan untuk mengatur tindakan sosial.7
Tradisi dipahami sebagai suatu kebiasan masyarakat yang memiliki pijakan sejarah
masa lampau dalam bidang adat, bahasa tata kemasyarakatan, keyakinan dan sebagainya,
maupun proses penerusan yang terjadi tanpa dipertanyakan sama sekali khusus masyarakat
tertutup dimana hal-hal yang telah lazim dianggap benar dan lebih baik diambil alih begitu
saja. Memang tidak ada kehidupan manusia tanpa sesuatu tradisi. Bahsa daerah yang dipakai
dengan sendirinya tetapi bila tradisi diambil alih sebagai harga mati tanpa pernah
dipertayakan maka kinipun menjadi tertutup dan tanpa garis bentuk yang jelas seakan-akan
hubungan dengan masa depanpun menjadi terselubung, trasidisi menjadi tujuan dalam dirinya
sendiri.
Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tradisi merupakan segala
sesuatu yang telah dilakukan dari zaman dahulu sampai zaman sekarang, adapaun baikburuk, dari tradisi itu masyarakar yang menilainya.
5

W.J.S Poewadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka 1995), hlm 1088
Van Person, Sosiologi Kebudayan, (Jakarta: Konisius, 1979), hlm 11

7
Ariono dan Aminuddi Siregar, Kamus Antropologi, (Jakarta: Akademika Presindo, 1985), hlm 4

6

Tradisi Tahlilan Di Perkotaan Modern: Tanah Abang Jakarta Pusat | 6

7

Tradsi banyak mempunyai fungsi dan kekuatan dalam masyarakat setempat baik
dibidang spiritual maupun materil. Karena dalam kehidupan masyarakat upaya manusia
menciptakan rasa aman, tentram dan sejahtera merupakan simbolisasi dalam rantai kehidupan
agar tercipta tidakan-tindakan sosial yang teratur dalam masyarakatnya. Tradisi keagaman
sebagai unsur dalam masyarakat dapat memberi peran positif dalam menciptakan rasa aman,
tentram, dan kesejahteraan selama masyarakat dan individu itu meyakini kebenarannya
secara mutlak.
Keyakinan masyarakat pada suatu tradisi menjadikan masyarakat itu mempunyai
identitas sosial dan norma-norma yang menjadikan sebagai pijakan stiap individu-individu
guna mengatur suatu tidakan-tindakan sosial agar terbentuk citra pribadi aga menumbuhkan
kesatuan pada masyarakat akan ketergantungan salah satu anggota masyarakat dengan

anggota lainnya.
Banyak teori yang dikemukakan oleh para ahli untuk menjelaskan asal mula segala
bentuk religi di dunia ini. Secara umum, teori tentang religi dapat dibagi kedalam tiga bagian
besar, yaitu dalam pendekatan orientasi kepada sikap manusia terhadap alam ghaib dan teoriteori yang berorientasi kepada upacara religi. Dalam penelitan ini yang menjadi landasan
teori adalah teori tantang upacara religi karena fokus penelitian ini adalah tentang proses
pelaksaannya suatu upacara religi. Namun, hal ini tidak terlepas dari suatu keyakinan dalam
masyarakat yang mendasari tindakan dan menyebabkan mereka berkelakuan serba religi.
Dalam membahas prosesi upacara nanti, juga akan dianalisa tentang komponen penting
dalam situs atau upacara religi yang dapat ditemui dalam upacara tersebut.8
2. Pengertian Tahlilan
Pengertian tahlilan menurut bahasa berasal dari bahasa Arab yang yaitu dari kata “alhailalata” yang berarti mengucapkan “laa ilaaha illallah” seperti basmalah berarti mambaca
bismilah, hamdalah menucapkan alhamdulillah dan seterusnya. Adapun bentuk kata kerjanya
ialah (hallala yuhallilu) yang berarti membaca atau mengucapkan “laa ilaahaillallah, bentuk
maksudnya ialah ”Tahlilan Attahlilu” yang berarti membaca ucapan “laa ilaahaillallah”.9

8

Koenjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi, (Jakarta: UI Press, 1988), hlm 58
Abdullah al-Kaff Thohir, Status Tahlilan Dalam Al-Qur’an dan Hadist (Surabaya: Perguruan TinggiI
Islam “al Ustadz Umar Baradja”, 1997), hlm 7
9

Tradisi Tahlilan Di Perkotaan Modern: Tanah Abang Jakarta Pusat | 7

8

Tahlilan secara terimologi artinya mengagungkan Allah dengan mengucapkan laa
ilahaillallah. Sedangkan

secara terminologi, tahlilan adalah rangkaian dari tiga pokok

perilaku utama yang sangat mulia.
Tahlilan merupakan salah satu bagian dari bentuk sikap dalam konteks sosial
keagamaan. Istilah tahlilan seringkali dikaitkan dengan acara selametan ataupun ta‟ziah,
karena ketiga hal tersebut merupakan kegiatan sosial dan keberagaman yang diyakini orang
banyak dan mempunyai faedah-faedah bila dilaksanakan.
Banyak masyarakat Islam di Indonesia yang meyakini tradisi tahililan adalah suatu
acara yang akan menambah keimanan mereka dan solidaritas masyarakat akan semakin erat
karena Islam mempunyai banyak dimensi dalam memahami ajaran agamanya, keberagaman
inilah yang menimbulkan fenomena-fenomena sosial dalam masyarakat. Penulis sangat
berhati-hati dalam menjelaskan tulisan ini agar tidak terjadi kontradiktif dalam memahami
tradisi-tradisi di masyarakat tersebut.
Tradsisi tahlilan yang masih dilaksanakan disetiap lapisan masyarakat di Indonesia
adalah trasdisi turun-temurun yang merupakan suatu kompleks ide-ide, gagasan, nilai-nilai
dan juga kompleks aktivitas manusia. Tradisi tahlilan merupakan apresiasi keimanan yang
bertujuan pendekatan manusia kepada tuhannya, karena iman bisa berada pada tingkat
keabstrakan yang sangat tinggi, yang sangat sulit ditangkap hubugammya dengan perilaku.
Untuk memahami antara iman yang abstrak dan tingkah laku atau amal perbuatan yang
konkret itu ialah melalui ibadah.10
Seperti keterangan di atas, isi pembacaan tahlilan adalah mencakup semuanya seperti
membaca ayat Al-Qur‟an (Yaa Siin dan sebagainya) kemudian membaca laa ilahaillallah,
tasbih, tahmid dan takbir kemudian terkadang membaca riwayat Nabi Muhammad Sholollahu
„alaihi wasallam, setelah itu berdoa bersama-sama pada Allah SWT, untuk roh Anbiya, (para
Nabi-nabi), Ulama-ulama dan semua saudara-saudara Muslim-muslimat yang telah
meninggal dunia agar diampuni dosa-dosa dan kesalahannya, dinaikan derajat mereka di
surga dan rahmat Allah SWT agar selalu mengiringi mereka. Kemudian berdoa kepada Ilahi
agar amalan-amalan, rahasia ilmu, dan kelebihan agama yangdikaruniakan oleh Allah SWT
pada mereka waktu masih hidup. Setelah itu dikeluarkan hidangan-hidangan menurut
kemauan dan selera masing-masing, untuk para hadirin. Tujuan hidangan ini tidak lain tidak
Muhyidin Abos Somad, Tradisi Dalam Pandangan Al-Qur’an dan As-Sunnah, (Kajian Kitab Kuning):
Surabaya PP. Nurul Islam 2005, hlm 7
10

Tradisi Tahlilan Di Perkotaan Modern: Tanah Abang Jakarta Pusat | 8

9

bukan agar menyemarakan serta menggembirakan pada hadirin serta tidak ada paksaan dalam
hal ini.
Dalam peraktik tradisi tahlilan merupakan ritual dzikir yang bertujuan untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT agar mendatangkan manfaat-manfaat bagi kehidupan
atas dasar keyakinan yang kuat sehingga treadisi tahlilan ini tidak hanya sekedar kumpul saja
akan tetapi memang memberikan suatu konstribusi spiritual

bagi siapa saja yang

meyakininya.
Penulis tidak bisa memungkiri bahwa di Indonesia memiliki ajaran-ajaran tarekat
yang berkembang pesat sejak dahulu ketika Islam masuk ke Indonesia, karena setiap inti dari
ajaran tarekat itu adalah praktek tentang dzikir kepada Allah SWT. Dzikir adalah kunci dan
sekaligus menempati sisi yang amat penting dalam tradisi tarekat, karena pengikut tarekat
meyakini dengan membaca dzikir atau wirid asma Allah merupakan acara dalam
bembersihan diri untuk mencapai sifat Allah, yakni bersifat dengan sifat-sifat-Nya yang
mulia sehingga dapat mencapai derajat insan kamil.11

3. Tahlilan Dalam Perspektif Al-Qu‟an
Di muka telah dijelaskan bahwa tahlilan beasal dari kata bahasa Arab yaitu hailatayuhalilu—wa hailatan yang mempunyai arti membaca tahlil atau kalimat laailahaillallah.
Pada dasarnya kata tahlil bersumber dari hadist Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Jabir yang
berbunyi “sebaik-baiknya bacaan dzikir adalah mengucapkan laailahaillallah dan kalimat
tahlil itu terangkum dalam dua kalimah syahadat yang termasuk dalam rukun Islam.
Awal mulanya adanya tahlilan atau majelis sudah ada sejak masa Nabi SAW, sebab
syatiat Islam diturunkan dan dianjurkam memperbanyak dzikir kepada Allah SWT, baik
secara sendiri-sendiri ataupun secara berjamah. Dzikir yang dilakukan secara berjamaah
itulah yang disebut dengan majelis dzikir dengan nama majelis tahlil atau tahlilan. Di dalam
Al-Qur‟an terdapat banyak ayat yang menganjurkan umat Islam memperbanyak dzikir yaiutu,
bertasbih, takbir, dan tahlil kepada Allah SWT, firman Allah itu adalah:
Artinya: “Hai orang-orang yanb beriman, bedzikirlah kepada Allah sabanyak-banyaknya
dan bertasbihlah memuji-Nya pagi dan petang” (Q.S al-Ahzab: 41-42)
11

Amsal Bakhtiar, Tarekat Qodariyah; pelopor Aliran-Aliran Tarekat Di Dunia, Refleksi, Vol VI, No.
2004, Jakarta

Tradisi Tahlilan Di Perkotaan Modern: Tanah Abang Jakarta Pusat | 9

10

Dan didalam firman Allah yang lainnya adalah:
Artinya: “Apabila kamu telah selesai mengerjakan shalat, berdzikirlah kepada Allah disaat
kamu sendiri, duduk atau diwaktu kamu berbaring” (Q.S an-Nisa: 103)
Berdasarkan ayat diatas bahwa manusia dituntut oleh Allah agar selalu mengingatnya
mengingat Allah SWT.
Sebuah acara dzikir dan doa bersama, majelis dzikir dan sejumlah orang berkumpul
bersama-sama untuk memujat kepada Allah SWT dengan berdzikir kepada-Nya. Majelis
tahlilan orang yang berkumpul bersama dan memujat kepada Allah dengan menucapkan
kalimat tahlil, tasbih, tahmid, takbir asmaul husna, shalwat pada Nabi dan Al-Qur‟an. Dengan
demikian jelas bahwa majelis tahlil sama dengan majelis dzikir namun yang berbeda hanya
nama atau istilah sedangkan hakikatnya tetap sama saja.12
Sebagian kecil kalangan umat Islam di Indonesia menilai bahwa acara tersebut adalah
bid‟ah karena tidak ada contohnya pada waktu zama Nabi Muhammad SAW, anggapan itu
sangat keliru dan hanyalah warisan paham yang seat. Bila dilihat bacaan tahlil tidak ada
satupun huruf yang menyimpang dari syariat Islam. Sedangkan membaca dzikir atau tahlil
sangan dianjurkan oleh syariat Islam, baik secara sendiri maupun secara berjamaah, karena
merupakan ibadah lisan kepada Allah SWT. Sebagaimana firman Allah:
Aryinya: “Dan dzikirlah kepadaku niscaya Aku ingat kepadamu, dan bersyukurlah kepadaku
dan janganlah kamu menjadi orang kafir” (Q.S al-Baqarah: 152)
Mayoritas ulama Ahlussunnah Wal Jama‟ah berpendapat bahwa boleh mengadakan
acara dzikir dan doa bersama kepada orang Islam yang telah meninggal dunia, sebab doa dan
hadiah pahala bermanfaat bagi mayit. Pendapat ini berdasarkan dalil-dalil sebagai berikut:
1. Allah menganjurkan mendoakan pada sema Muslim baik yang hidup ataupun yang
telah meninggal dunia, maka diperbolehakan mengadakan acara doa memohonkan
ampun kepada Allah bagi orang yang telah meninggal dunia. Firman Allah yang
berbunyi:
Artinya: “Dan mohonlah ampun kepada Allah untuk dosamu dan dosa-dosa orang
mukmin laki-laki dan permpuan yang hidup atau yang telah meninggal dunia” (Q.S
Muhammad: 19) ayat tersebut menganjurkan kepada orang Islam untuk memohon
12

Tohir Abdullah Al-Kaff, Status Tahlilan dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist, Teladan, Surabaya, hlm 4

Tradisi Tahlilan Di Perkotaan Modern: Tanah Abang Jakarta Pusat | 10

11

ampun atas dosa-dosa sendri dan dosa-dosa orang mukmin dan mukminat baik yang
sudah hidup maupun yang telah meninggal dunia, baik dilakukan bersama-sama
maupun dilakukan dengan sendiri.
2. Allah memuji kepada orang-orang mukmin yang mendoakan kepada sesama muslim
baik yang masih hidup maupun yang telah meniggal dunia. Firmal Allah yang
berbunyi:
Artinya : “Dan orang-orang yang datang setelah mereka, mereka berdoa „Ya Allah,
ampunilah dosa-dosa kami dan dosa-dosa saudara kami yang telah mendahului kami
dengan keimanan (meninggal) jangan jadikan hati kami benci (tidak mau
mendoakan) kepada orang-orang yang beriman. Wahai tuhanku sesungguhnya
Engkau maha arif dan bijaksana” (Q.S al-Haysr: 10)
Ayat tersebut menujukan bahwa diperbolehkan mendoakan orang Islam yang telah
meniggal dunia. Adapun acara tidak terikat dengan cara-cara tertentu dan tidak
menyimpang dengan syariat agama Islam.

B. Masyarakat Perkotaan dan Modernisasi

1.

Pemgertian Modernisasi
Secara harfiah istilah modern mengacu kepada lawan dari istilah anciment atau

traditional. Modernisasi adalah perubahan nilai-nilai, perubahan cita-cita dan oriantasi
kembali aspirasi, modernisasi berarti mengembangkan rasionalitas dan cara-cara berfiir yang
baru masuknya cara-cara itu kedalam setiap bidang kegiatan manusia, modernisasi tentu saja
perubahan yang dinamis tetapi implikasinya mencakup tidak hanya luntur tradisionalisme
adanya kekuatan akan perubahan tatapi juga meliputi usaha mewujudkan perubahanperubahan.13
Proses modernisasi mencakup proses yang sangat luas, menurut Neil. J. Smeler,
istilah modernisasi ialah suatu konsep sekeluarga dengan istilah „pembangunan ekonomi‟,
tetapi tidak luas jangkauannya menunjukan bahwa perubahan-perubahan teknik ekonomi dan

13

Sufyan Raji Abdullah, Bid’ahkan Tahlilan dan Keselamatan Kematian?, Jakarta: 2006, Putra Grafika,

hlm 35

Tradisi Tahlilan Di Perkotaan Modern: Tanah Abang Jakarta Pusat | 11

12

ekologi berlangasung dalam keselurhan jaringan sosial dan kebudayaan. Dalam suatu Negara
yang baru akan timbul perubahan-perubahan besar.14
Lain halnya yang dikemukakan oleh Cak Nur, yang mengartikan bahwa modernisasi
sebagai rasionalisasi yang ditopang oleh dimensi-dimensi moral dengan berpijak pada prinsip
iman kepada Tuhan Yang Maha Esa dan baginya perombakan pola pikir dan tata kerja lama
yang tidak akilah (non-rasional) dan menggantinya dengan pola pikir dan tatakerja baru yang
akallah (rasional) harus di depankan dengan memajukan penemuan-penemuan mutakhir
dibidang ilmu pengetahuan dan sains teknologi.15
Jadi bagi Cak Nur modernisasi itu bukan mengambil apa yang datang dari barat dan
gaya hidupnya, tetapi cara berpikir dan tatakerja yang rasional yang perlu dicontoh dan
dikedepankan.
Bagaimanapun devinisi modernisasi, bukan berarti gaya hidup barat adalah modern,
melainkan suatu perubahan yang didasarkan atas penyimbangan kebebasan dan rasionalitas.
Karena dalam masyarakat perubahan sosial merupakan suatu keharusan dan sikap mental dari
setiap masyarakat itu pula yang menanggapi hal-hal yang baru itu boleh menjadi panutan
ataupun diabaikan saja
2. Karakteristik Masyarakat Modern.
Istilah modernisasi seringkali dipakai oleh masyarakat, namu tanpa ada suatu batasan
yang jelas, sebab modernisasi mencakup dalam bidang yang sangat luas. Dalam pengertian
modernisasi mencakup dalam suatu transformasi total kehidupan bersama yang berifat
tradisional atau pro modern dalam arti teknologi serta organisasi-organisasi sosial kearah
pola-pola ekonomis dan prakris yang menjadi cirinya negara barat yang stabil.
Dalam bidang ilmu pengetahuan sosial, modernisasi diartikan sebagai suatu sikap
yang mempunyai cenderung untuk mendahulukan suatu yang baru dari pada yang berisfat
tradisi atau suatu sikap pikiran yang hendak menyesuaikan dengan soal-soal yang sudah
menatap mejadi adat kepada kebutuhan baru.
Modernisasi merupakan proses perubahan sosial dimana masyarakat yang sedang
memperbaharui dirinya berusaha mendapat ciri-ciri masyarakat modern yang mencakup
14

Myron Weiner (ed), Modernisasi Dinamika Pertmbuhan, Yogyakarta: Gajah Mada University press,
1984, hlm 60
15
Nurcholis Madjid. Islam Kemodernan dan Keindonesiaan, Bandung: Mizan, 1998, hlm 84

Tradisi Tahlilan Di Perkotaan Modern: Tanah Abang Jakarta Pusat | 12

13

lingkungan intern antara lain seperti sikap, nilai dan perasaan sedangkan yang mencakup
ekstern antara lain masalh lingkugan urbanisasi, pendidikan politik, komunikasi dan industri.
Cakupan dari proses modernisasi ini sangat luas, bahkan batasannya tidak dapt
ditetapkan secara mutlak. Modernisasi sebagai suatu konsep dalam bidang ilmu sosial dapat
diartikan sebagaii suatu sikap pikiran yang mempunyai kecendrungan untuk mendahulukan
sesuatu dari pada yang berifat tradisi. Serta suatu pikiran yang hendak menyesuaikan dengan
soal-soal yang menetap dan manjadi kebutuhan baru.
II. GAMBARAN UMUM MASYARAKAT TANAH ABANG

A. Letak Geografis
Walaupun pada awalnya wilayah Tanah Abang ini merupakan tanah yang menjadi
tempat tinggal bagi kebanyakan etnis Betawi, tetapi karena perkembangan zaman semakin
maju, banyak lahan-lahan asli dijual dan dijadikan pertokoan, jalan raya serta pusat-pusat
grosir. Seperti kita ketahui, tanah abang yang sekarang ini berberubah menjadi tampat-tempat
pusat grosir berbagai maca pakaian, dan telah menjadi pusat grosir pakaian terbesar se-Asia
Tenggara, dan kebanyakan penduduk asli setempat pindah ke daerah-daerah pinggiran
Jakarta, seperti Parung, Depok, Bekasi dsb.
Dengan dibangunnya pusat-pusat pertokoan dan perdagangan maka semakin menarik
perhatian orang-orang desa yang berdatangan tertarik untuk mengadu nasib di Tanah Abang.
Walaupun mereka pada awalnya dateng sendri, namun setelah mereka mendapat pekerjaan
dan hidup mapan, mereka mengajak sanak saudaranya untuk bekerja dan tinggal didaerah ini.
Dengan demikian Tanah Abang bukan lagi dihuni oleh mayoritas etnis Betawi saja, akan
tetapi para pendatang. Hal ini membuat daerah Tanah Abang padat akan penduduk yang
sangat kompleks dari berbagai suku, bahasa, dan agama.
Adapun alat transportasi yang digunakan untuk mencapai Tanah Abang sangatlah
mudah karea tersedia angkutan-angukat dan menjadi jantungnya Ibukota, dengan tersedianya
sarana dan prasarana transportasi yang memadai seperti busway, metromini, mikrolet dan
sebagainya, sehingga memudahkan para pendatang untuk mengujungi wilayah ini.
B. Keadaan Pendidikan

Tradisi Tahlilan Di Perkotaan Modern: Tanah Abang Jakarta Pusat | 13

14

Dunia pendidikan di Tanah Abang sangat berkembang pesat semua jenjang, mulai
dari tingkat dasar sampai keperguruan tinggi. Bagi masyarakat pada umumnya, pendidikan
keagaman lebih diutmakan dari pada pendidikan umum. Penekanan pada pendidikan agama
Islam ini merupakan salah satu manifestasi dari pengaruh agama Islam yang cukup kuat
dalam kehidupan sehari-hari orang Betawi.
Banyak warga Tanah Abang asli terutama yang telah dewasa maupun yang sudah
lajut usia, walaupun mereka tidak panadai membaca dan menulis latin, namun mereka pandai
membaca Al-Qur‟an. Berbeda dengan keadaan sekarang ini, mereka sudah terbuka dalam
menerapkan pendidikan pada anak-anak mereka. Disamping mereka mewajibkan anakanaknya untuk sekolah agama, mereka juga menyekolahkan anak-anak mereka di sekolahsekolah umum bahkan samapai ke perguruan tinggi. Hal ini sejalan dengan proses kemajuan
zaman yang semakin menuntut orang untuk maju dan semakin berkembang bukan hanya
agama tetapi juga ilmu pengetahuan.
C. Kondisi Budaya
Kebudayaan manusia itu (masyarakat) bagaikan suatu mesin atau organisme, dimana
seiap onderdil berinterealisasi satu sama lain merupakan suatu keastuan utuh, hal ini antara
lain mencerminkan terhadap satu inovasi atau satu ide pembaharuan.
Masyarakat Tanah Abang adalah masyarakat yang majemuk, masyarakat yang
mempunyai latar belakang sejarah yang berbeda tetapi bila diusut degan teliti, masyarakat
Tanah Abang adalah masyarakat asli Betawi karena bahasa yang dipakai oleh mereka seharihari adalah bahasa Betawi. Seperti diketahui masyarakat Betawi mayoritas agama Islam dan
sangat meyakini agamanya. Melihat latar belakang yang demikan sama, maka adat istiadat
dan kebudayaan memiliki kesamaan. Misalnya, di Betawi, ketika menyelengarakan upacara
pernikahan/khitanan, sebelum mereka menentukan hari yang baik untuk perayaan, biasanya
ada hari-hari tertentu untuk satu keluarga dilarang mengadakan sesuatu, baik hendak
berbergian ataupun acara-acara lainnya.
Tradisi lain yang juga banyak dilakukan oleh orang Islam di Tanah Abang adalah bagi
orang yang akan berangkat menunaikan ibadah haji, mereka mengadakan acara Walimatush
Saffar.16 Upacara yang penuh dengan nuansa keagamaan ini biasanya dilakukan minimal

16

Pertemuan yang dilakukan oleh orang yang akan berangkat haji, dimana orang tersebut meminta
maaf kepada sanak familinya.

Tradisi Tahlilan Di Perkotaan Modern: Tanah Abang Jakarta Pusat | 14

15

tujuh hari sebelum calon haji memasuki asrama haji. Acara ini diawali dengan pembacaan
surah al-fatihah yang kemudian dirangkai dengan pembacaan ratib al-Hadad. Upacara ini
juga diisi dengan ceramah agama yang biasanya berupa nasehat yang disampaikan oleh
mereka yang mau berangkat berhaji. Acara ini dilakukan agar orang yang berangkat haji
diberi kesehatan, kakuatan, serta keselamatan dalam perjalanan pergi ke tanah suci sampai
kembali ke tanah air.
D. Kehidupan Beragama
Sejak dilahirkan manusia hidup disuatu lingkungan tertentu yang menjadi wadah bgi
kehidupannya. Lingkungan tersebut termasuk kondisi dan benda yang mengitari manusia dan
mempengaruhi seluruh kehidupan manusia. Dengan begitu dapatlah dikatakan bahwa
lingkingan tersebut merupakan sesuatu yang ada disekeliling manusia, baik yang bersifat
material maupun immaterial dan juga yang hidup maupun yang tidak hidup. Semua itu
mempengaruhi kehidupan manusia dan dipengaruhi oleh manusia.17
Seperti yang telah dikemukakan diatas bahwa masyarakat Tanah Abang adalah
masyarakat yang majemuk dan multi etnis. Dimana berbagai etnis, bahasa dan agama yang
mendiami wilayah tersebut. Masyarakat Tanah Abang pada umumnya beragama Islam, akan
tetapi mereka tetap menjaga kerukunan antar umat beragama. Hal ini terbukti jika pada harihari besar Islam seperti perayaan Idul Fitri dan Idul Adha, ada sebagian warga non-Muslim
datang dan berkunjung keruma-rumah orang Islam untuk mengucaokan lebaran.
Selain itu mereka juga taat dalam menjalankan ibadahnya. Hal ini dapat terlihat pada
saat shalat Jumat yang jamaahnya berlimpah. Masjid dan musholla terpelihara dengan baik.
Ketaatan masyarakat Tanah Abang dalam menjalankan aamanya ini juga terlihat pada
banyaknya kegiatan-kegiatan yang diselengarakan dimasjid-masjid maupun di musholla.
Aktivitas keagamaan juga masih banyk dilakukan yaitu tradisi tahlilan yang menjadi
objek penelitian ini. Pengaruh acara tersebut dalam perilaku masyarakat, yang dilakukan pada
malam Jumat ataupun dalam acara-aara yang dilaksanakan di rumah-rumah warga. Jadi dapat
dikatakan bahwa masyarakat Tanah Abang merupakan masyarakat yang agamis, karena
masih memegang tradisi atau adat istiadat yang masih dilandasi oleh ajaran Islam.

17

Soejono Soekanto, Teori Sosiologi: Tentang Pribadi Masyarakat, Jakarta: Ghalia Imdonesia. 1984,

hlm 1

Tradisi Tahlilan Di Perkotaan Modern: Tanah Abang Jakarta Pusat | 15

16

III.

ACARA TAHLILAN PADA MASYARAKAT TANAH ABANG

A. Bacaan dan Praktek Tahlilan
Pada dasarnya semua manusia baik primitif ataupun modern memiliki kesamaan
kecendrungan alamiah, yaitu kebutuhan akan ekspresi dan rasa kesucian. Hal ini tercermin
dalam individu manusia beragama yang selalu akan adanya kedekatan dengan sang pencipta.
Terreflesikan dalam kehidupan sehari-hari, yang berpijak pada ukuran-ukuran radikal suatu
agama, sehingga dalam kehidupan banyak simbol-simbol keagamaan dan emosi keagamaan
individu18
Tradisi tahlilan merupakan aplikasi dari ritual keagamaan yang sangat memperhatikan
nilai-nilai kemanusiaan dan keagamaan, tradisi tahilan ini memang suatu bentuk kesadaran
kolektif dalam sebuah masyarakat yang diyakini masyarakat Tanah Abang ataupun
masyarakat daerah secara turun-temurun. Tradisi tahlilan merupakan aktifitas masyarakat
yang dilaksanakan pada khusunya disaan warga mengalami musibah kematian umunya
ataupun acara-acara pada setiap menyambut hari Jumat sering terdengar di masjid-masjid
membacakan tahlilan dan maulid Nabi yang bertujuan untuk menumbuhkan rasa
keyakinannya yang tinggi terhadap ajaran Islam, karena acara tersebut mempunyai makna
yang dalam menyangkut pada dimensi agama Islam yaitu syariat dan hakikat, sebagaimana
dikutip dalam wawancara saya kepada al Ustadz Hasan Maulani, S.Pd sebagai tokoh
masyarakat di daerah Tanah Abang.
Beliau mengatakan, “apalagi mengadakan acara tahlilan dalam rangka mendoakan
yang meninggal, maka akan membantu atau mengirimkan pahala orang yang berada di alam
barzah sehingga dapat mengampuni dosa-dosanya yang dilakukan pada waktu hidupnya.
Apalagi bila dilaksanakan pada mala Jumat selain banyak hadist yang memperkuat tentang
bacaan-bacaan pada malam jumat selain menyambut penghulunya Hari atau sidul ayyam
masyarakat di Tanah Abang sudah turun-temurun melakukan acara tersebut. Tradisi tahlilan
ini juga membentuk solidaritas antar wrga untuk mengrangu rasa sedih, maka diadakan
pertemuan atau pertemuan untuk membaca tahlil, yang tidak lain membacakan doa-doa
pahalanya yang dihadiahkan kepada orang-orang yang telah meninggal dunia. Selin itu,

18

Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000. Cet. Ke 1, hlm 164-165

Tradisi Tahlilan Di Perkotaan Modern: Tanah Abang Jakarta Pusat | 16

17

untuk menghibur keluarga si mayyit juga memelihara hubungan silaturahmi agar tidak
putus”.19
Untuk lebih sempurna dalam melaksanakan tradisi tahlilan maka para jamaah
hendaknya memperhatikan adab-adab berdzikir, sebagaimana yang diterangkan sebagai
berikut:
1. Hendaknya duduk ditempat suci seperi duduk didalam sembahyang atau duduk
bersila.
2. Kedua telapak tangan ditaruh diatas kedua lutut.
3. Hendaknya menghadap kiblat jika ia berdzikir seorang diri dan jika berkelompok
atau berjamaah hendaknya berkeliling atau membentuk lingkaran.
4. Mengharuskan memakai wangi-wangian bahwasanya tempat duduk dalam
berdzikir tiada sunyi dari malaikat yang mendengarkannya.
5. Mengerjakan dengan hati dan perilaku ikhlas.
6. Melakukan ucapan dzikirnya degan benar dan mengikiuti kepada pimpinan
majelis dzikir.
7. Memakai pakaian bersih, suci serta mensucikan.
8. Suasana tempat dzikir harus tenang
9. Memejamkan kedua matanya agar tidak timbul rasa was-was.
10. Mengerti setiap bacaan yang dibaca pada waktu melakukan dzikir
11. Menetapkan pada hatinya tida yang maujud selain asma Allah agar tidak hadir
was-was syetan
12. Mengucapkan dzikir dengan keras (jahar) agar hatinya tidak berpaling kepada
selain Allah.20
Puji-pujian yang dibacakan pada waktu mengadakan acara tahlilan adalh sebagai
berikut:
1. Membaca tawasul kepada Nabi Muhammad SAW, para khalifaturrasyyidin, para
Syuhada, para Ulama dan para Wali-Wali Allah.
2. Membaca surat al-Ikhlas 3x
3. Membaca surah al-Falaq
4. Membaca surah an-Nas
19
20

Ustadz Hasan Maulnai, dalam wawancara dirumah beliau, 22 Nopember, 2014
Ibid

Tradisi Tahlilan Di Perkotaan Modern: Tanah Abang Jakarta Pusat | 17

18

5. Membaca surah al-Baqarah ayat 1-4
6. Membaca ayat kursi
7. Membaca akhir surat al-baqarah
8. Membaca kalimat tahlil
9. Membaca kalimat tahmid dan shalawat kepada Nabi
10. Membaca doa tahlil
Dzikir diatas adalah pembacaan isi dari acara tahlilan atau dzikir yang lazim
dilaksanakan disetiap warga yang melakukan acara tahlilan di Tanah Abang.
B. Tradisi Tahlilan dalam Pandangan Masyarakat Tanah Abang
Tradisi tahlilan merupakan suatu acara keagamaan yang umumnya dilakukan oleh
masyarakat berbagai tempat, yaitu dengan membaca Al-Qur‟an, sholawat istighfar, tahlil dan
dzikir yang lain yang pahalanya dihadiahkan kepada orang yang telah meninggal dunia. 21
Acara tahlilan memiliki status dalam syariat, bukan hanya dibenarkan bahkan Allah
SWT telah memuji bagi mereka yang mengamalkannya, pandangan Al-Qur‟an dan AlHadisttelah membenarkan tentang acar tersebut, karena dalam acara tahlilan adalah dzikir.
Menurut pandangan para ulama artinya ialah mengingat kepada Allah SWT adalah segala
sesuatu yang dilakukan oleh manusia untuk mengingat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya
disebut dzikir, misalnya sholat, bertasbih, bertahlil, memuji Allah dan Rasul-Nya,
menyebutkan sifat-sifat kebesaran-Nya, sifat-sifat keindahan-Nya, sifat-sifat kesempurnaan
yang telah dimiliki-Nya, membaca riwayat para utusan Allah dsb. Tak lain semuanya ini agar
kita mencintai dan dicintai Allah SWT dan Rasul-Nya.
Pandangan yang sama juga dilontarkan oleh tokoh masyarakat setempat yang
memberikan pengertian tentang hakekat tradisi tahlilan dimana isi pembacaan tahlilan adalah
mencakup semuanya seperti membaca surat Yaa Siin dsb, kemudian membaca laa
illahaillallah tasbih dan takbir. Setelah itu kita berdoa bersama kepada Allah SWT untuk rohroh anbiya, ulama-ulama dan semua saudara-saudara kita yang muslimin yang telah
meninggal duni agar diampuni dosa-dosanya.
Terdapat hadist yang menerangkan dari Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan Ahmad
ibn Hambal dan juga Abu Hurairah yang berbunyi “apabila meninggal anak cucu adam

21

Ustadz Hasan Maulnai, dalam wawancara dirumah beliau, 22 Nopember, 2014

Tradisi Tahlilan Di Perkotaan Modern: Tanah Abang Jakarta Pusat | 18

19

maka akan terputuslah segala amal kecuali tiga perkara yaitu shodaqoh jariyah, ilmu yang
bermanfat dasn doa anak yang sholeh yang selalu mendoakan kedua orang tuanya”. Banyak
penafsiran tentang hal ini yang terputus dalam hadist ini adalah amalnya sendiri, sedang amal
orang lain tidak terputus, maka bila diadakan doa bersama seperti adanya acara tahlilan,
karena bakti anak yang soleh pada orang tua agar mendapat rahmat dari Allah maka
diundanglah para tetangga dan kiayi-kiayi yang mempunyai ilmu agamauntu mendoakan ahli
kubur agar paha-pahalanya diteriama dan dosa-dosanya diampuni oleh Allah SWT.22
Acara tahlilan sudah menjadi tradisi keagamaan yang kuat dan mempunyai hukum
boleh atau jaiz bila dilaksanakan, dan kegiatan ini bukan tidak ada dasarnya dalam A-Qur‟an
dan Hadist menyatakan bahwa ada kehidupan sesudah mati, sebelum seseorang dibangkitkan
utuk dimasukan ke dalam syurga atau dijerumuskan ke dalam neraka, kehidupan tersebut
dinamai kehidupan alam barzah. Seseorang yang hidup didalam alam tersebut dapat melihat
apa yang telah menantinya. Dan dengan diadakannya acara tahlilan ini maka orang yang
hidup mendoakan kepada ahli kuburnya agar Allah SWT memberikan ampunannya.

BAB III
22

Ustadz Hasan Maulnai, dalam wawancara dirumah beliau, 22 Nopember, 2014

Tradisi Tahlilan Di Perkotaan Modern: Tanah Abang Jakarta Pusat | 19

20

PENUTUP
KESIMPULAN
Dari uraian di atas pada sub-bab sebelumnya, maka penulis dapat mengambil
kesimpulan sebagai berikut:
Pada masyarakat Tanah Abang tradisi tahlilan merupakan suatu kegiatan keagamaan
yang telah lama dilakukan di masyarakat dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan
keagamaan di Tanah Abang. Disamping itu, tahlilan merupakan suatu alat mediasi
(perantara) yang paling memenuhi syarat yang bisa dipakai sebagai media komunikasi
keagaman baik interaksi dan integrasi masyarakat di Tanah Abang. Hal tersebut didasarkan
pada kenyataan di masyarakat.
Tahlilan pada malam Jumat ataupun ketika ada salah satu masyarakat yang meninggal
dunia merupakan sebuah tradisi yang memiliki dimensi ketuhanan (hablumminallah) yang
mampu memberikan siraman rohani, ketenangan, kesejukan hati, peningkatan keimanan dan
sekaligus juga memiliki dimensi sosial (hablumminannas) yang mampu menumbuhkan rasa
persaudaraan, interaksi sosial, dan kesatan umat Islam di masyarakat Muslim pada umumnya
dan di masyarakat Tanah Abang pada khusunya.
Walaupun berada di perkotaan besar, tradisi tahlilan ini memperngaruhi
masyarakatnya menjadi suatu masyarakat yang agamis karena sebagaimana kita ketahui
dampak negativ masyarakat kota sala satunya itu menjadikan kehidupan masyarakat yang
individualis hal ini kebanyakan masyarakat kota lebih meilih kepentingan materialistis atau
duniawi daripada antar hubungan dengan masyaraktnya.
Perdedaan pendapat tradisi tahlilan pada masyarakat Indonesia masih banyak
diperdebatkan, tetapi itu hanya perbedaan pendapat antara para ulama dielit atas saja. Tetapi
pada kenyataan yang ada di masyaakat Indonesia pada umumnya dan khususnya di
masyarakat Tanah Abang tradisi tahlilan ini sudah lama dikenal dan dijalankan di masyarakat
dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan masyarakat.

Tradisi Tahlilan Di Perkotaan Modern: Tanah Abang Jakarta Pusat | 20

21

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Sufyan Raji, Bid‟ahkan Tahlilan dan Keselamatan Kematian?, Jakarta: Putra
Grafika, 2006
Ariono dan Aminuddi Siregar, Kamus Antropologi, Jakarta: Akademika Presindo, 1985
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research 2, Jogjakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi
UGM, 1981
Ihromi, TO (ed). Pokok-Pokok Antropologi Budaya, Jakarta: PT Gramedia, 1980
Kahmad, Dadang, Sosiologi Agama, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000. Cet. Ke 1
Koentjraningrat, Beberapa Pokok Antropologi Sosial, Jakarta: Dian Rakyat, 1992
--------------------, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia 1985
--------------------, Sejarah Teori Antropologi, Jakarta: UI Press, 1988
Madjid, Nurcholis, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan, Bandung: Mizan, 1998
Muhyidin Abus Somad, Tradisi Dalam Pandangan Al-Qur‟an dan As-Sunnah, (Kajian Kitab
Kuning): Surabaya PP. Nurul Islam, 2005.
Poewadarminta , W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka 1995
Soekanto, Soejono, Teori Sosiologi: Tentang Pribadi Masyarakat, Jakarta: Ghalia Imdonesia.
1984
Thohir, Abdullah al-Kaff, Status Tahlilan Dalam Al-Qur‟an dan Hadist, Surabaya:
Yayasan Perguruan TinggiI Islam “al Ustadz Umar Baradja”, 1997
Van Person, Sosiologi Kebudayan, Jakarta: Konisius, 1979
Weiner, Myron, (ed), Modernisasi Dinamika Pertmbuhan, Yogyakarta: Gajah Mada
University press, 1984

Tradisi Tahlilan Di Perkotaan Modern: Tanah Abang Jakarta Pusat | 21

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24