Perkembangan Siklus Anggaran Pemerintah id

Universitas Indonesia
Fakultas Ekonomi
Program Studi MAKSI - PPAk

STATEMENT OF AUTHORSHIP

Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa tugas terlampir adalah murni hasil
pekerjaan saya sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang saya gunakan tanpa menyebutkan
sumbernya.
Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas pada
mata ajaran lain, kecuali saya menyatakan dengan jelas bahwa saya menggunakannya.
Saya memahami bahwa tugas yang saya kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau
dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.

Nama Mahasiswa
Nomor Mahasiswa
Kelas
Mata Ajar
Judul Tugas

:

:
:
:
:

Tiurma Juliani Pardede

Hari, Tanggal
Nama Pengajar
Tanda Tangan

: Kamis, 28 Mei 2015
: M. Yusuf John S. ST. Ak., M.H.
:

1406659865
AKP 14-2P
Akuntansi Pemerintahan
Siklus Anggaran Pemerintah Daerah


1

MAKALAH
AKUNTANSI PEMERINTAHAN

SIKLUS ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH
Nama Mahasiswa
Nomor Mahasiswa
Kelas

: Tiurma Juliani Pardede
: 1406659865
: AKP 14-2P

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI
JAKARTA
MEI, 2015

2


DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Ruang Lingkup
1.3. Tujuan dan Manfaat

4
4
4
4

BAB II LANDASAN TEORI
II.1 Definisi APBD
II.2 Siklus Anggaran Daerah
II.3 Dasar Hukum
II.4 Keterkaitan Siklus Anggaran Antar Periode

5
5

5
13
19

BAB III SIKLUS ANGGARAN DI PEMERINTAH DAERAH
III.1 Perkembangan Pergantian Periode Tahun Anggaran di Indonesia
dan kaitannya dengan siklus APBD
III.2 Perkembangan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional di Indonesia
III.3 Siklus Anggaran di Era Pasca Kemerdekaan Menurut UU ICW
III.4 Siklus Anggaran di Era Orde Lama
III.5 Siklus Anggaran di Era Orde Baru
III.6 Siklus Anggaran di Era Reformasi – sekarang

20
20
20
21
21
21
21


BAB IV KESIMPULAN

39

DAFTAR PUSTAKA

40

3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6

444

Gambaran Populasi Tahun 2003 s.d 2013
Gross Domestic Product

Gross Domestic Product Growth
Gross Domestic Product Per Capita
Inflation Rate
Unemployment Rate

4
5
6
8
9
10

3

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menurut Mardiasmo (2005:61), “Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan
instrumen kebijakan yang utama bagi pemerintah daerah. Sebagai instrumen kebijakan,
anggaran daerah menduduki posisi sentral dalam upaya pengembangan kapabilitas dan

efektivitas. Anggaran daerah digunakan sebagai alat untuk menentukan besar pendapatan
dan pengeluaran, membantu pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan. Proses
penyusunan APBD sebelum otonomi daerah berbeda dengan setelah era otonomi daerah.
Penyusunan APBD sebelum otonomi daerah tidak melibatkan masyarakat secara langsung
terhadap program atau kegiatan yang akan dilaksanakan sehingga aspirasi masyarakat
kurang mendapat perhatian.
Penyusunan APBD lebih memerhatikan petunjuk- petunjuk dari pusat yang lebih bersifat
sektoral. Setelah era otonomi daerah, penyusunan APBD lebih mengutamakan nuansa
masyarakat yang benar-benar dibutuhkan dalam rangka memecahkan masalah yang
diidentifikasi bersama dengan potensi lokal yang dimiliki. Pada dasarnya siklus anggaran
daerah (APBD) terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,
pertanggungjawaban, dan pemeriksaan. Penulis berusaha mengupas mengenai siklus
anggaran daerah dari pasal-pasal dalam peraturan perundang-undangan yang terkait untuk
meningkatkan pemahaman mengenai perkembangan siklus anggaran di Pemerintah Daerah.
.
1.2. Ruang Lingkup
Dalam makalah ini, penulis hanya akan menjelaskan perkembangan siklus anggaran yang
terjadi di Pemerintah Daerah, mulai dari tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, pertanggungjawaban, dan pemeriksaan. Dalam makalah ini akan dibahas
perbandingan siklus anggaran di Pemerintah Daerah sesuai dengan perkembangan

peraturan-peraturan yang terkait.
1.3. Tujuan dan Manfaat
Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah
Akuntansi Pemerintahan pada program studi Magister Akuntansi. Dengan penyusunan
makalah ini diharapkan akan dapat meningkatkan wawasan pada umumnya dan pemahaman
terhadap proses dan siklus anggaran di Pemerintah Daerah pada khususnya serta dapat
memberikan umpan balik terhadap upaya-upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam
rangka peningkatan/perbaikan proses penganggaran yang telah ada.

4

BAB II
LANDASAN TEORI
II.1 Definisi APBD
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan pemerintah daerah
di Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. APBD ditetapkan dengan
Peraturan Daerah. Tahun Anggaran APBD meliputi masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari
sampai dengan 31 Desember.
Dengan kata lain, APBD adalah undang-undang yang merupakan kesepakatan antara Pemerintah
dan DPRD. Pasal 23 Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan
undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Pasal 1 menyatakan bahwa
APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah. Secara fisik, APBD ini berwujud dokumen yang berisi UndangUndang tentang APBD.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 tahun 2006 dan perubahannya menyatakan bahwa
APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui
bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.
II.2 Siklus Anggaran Daerah
Siklus anggaran daerah adalah masa atau jangka waktu mulai anggaran daerah disusun sampai
dengan saat perhitungan anggaran disahkan dengan undang-undang. Menurut Harjono
Sumosudirdjo, tahap-tahap siklus anggaran Indonesia yaitu penyusunan anggaran oleh
Pemerintah, pengolahan anggaran di DPR yang berakhir dengan pengesahan anggaran dengan
undang-undang, pelaksanaan anggaran oleh Pemerintah, pengawasan-pengawasan atas
pelaksanaan anggaran, serta pengesahan perhitungan anggaran dengan undang-undang. Namun
penulis mengelompokkan siklus anggaran daerah terdiri dari lima tahap yaitu perencanaan,
pelaksanaan, penatausahaan, pertanggungjawaban, dan pemeriksaan.
1.
Perencanaan

Tahap perencanaan ini secara garis besar dimulai dari penyusunan RPJP daerah; RPJMD;
RKPD; penyusunan rancangan kebijakan umum APBD (KUA) dan PPAS,
penandatanganan nota kesepakatan KUA dan PPAS; pedoman penyusunan RKA SKPD;
penyusunan dan penyempurnaan RKA SKPD; penyusunan Raperda tentang APBD;
sosialisasi Raperda tentang APBD; penyebarluasan Raperda tentang APBD; penyampaian
Raperda tentang APBD, Raperkada tentang penjabaran APBD, nota keuangan, dan
lampirannya kepada DPRD; pengambilan keputusan bersama DPRD dan kepala daerah;
penyusunan Raperkada tentang penjabaran APBD; penyampaian Raperkada tentang
penjabaran APBD untuk memperoleh pengesahan; evaluasi Raperda dan Raperkada
tersebut; hasil evaluasi itu dituangkan dalam keputusan Mendagri; penyempurnaan hasil
evaluasi tersebut; penetapan Raperda tentang APBD dan raperkada tentang penjabaran

5

APBD; serta penyampaian Perda tentang APBD dan Perkada tentang penjabaran APBD
kepada Mendagri/Gubernur.
Kurun waktu RPJP Daerah sesuai dengan kurun waktu RPJP Nasional. Sedangkan
periodisasi RPJM Daerah tidak dapat mengikuti periodisasi RPJM Nasional dikarenakan
pemilihan Kepala Daerah tidak dilaksanakan secara bersamaan waktunya sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005. Di samping itu,
Kepala Daerah paling lambat 3 (tiga) bulan setelah dilantik menetapkan RPJM Daerah
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional. Pemerintah Daerah mempunyai jadual penyusunan
anggaran yang disusun oleh Bappeda dengan tetap berpedoman pada Permendagri tersebut.
Namun dalam pelaksanaannya pemerintah daerah sering kali mundur dari jadual yang telah
diatur oleh peraturan perundang-undangan. Hal ini sering kali disebabkan oleh pembahasan
perubahan APBD Tahun berjalan yaitu APBD tahun sebelumnya sehingga melebihi waktu
yang telah diatur dalam Permendagri No. 13 tahun 2006 dan perubahannya. Penyebabnya
adalah karena setiap SKPD mengajukan perubahan kegiatan yang melebihi anggaran
daerah yang tersedia, selain itu adanya ketidaksesuaian antara program dan kegiatan
perubahan yang tidak sesuai dengan pos anggaran yang ada, apakah masuk di SiLPA, Dana
Otonomi Khusus, Dana Perimbangan, dll.
2.

Pelaksanaan APBD
Tahap pelaksanaan APBD meliputi kepala SKPD menyusun rancangan DPA-SKPD;
Kepala SKPD menyerahkan rancangan DPA-SKPD kepada PPKD; Tim anggaran
pemerintah daerah (TAPD) melakukan verifikasi rancangan DPA-SKPD dengan kepala
SKPD; serta bila dalam 30 hari kerja Mendagri/Gubernur tidak mengesahkan Raperkada
tentang penjabaran APBD, kepala daerah menetapkan menjadi Perkada.
Dalam hal terjadi perubahan anggaran siklusnya meliputi penyampaian Rancangan
kebijakan umum perubahan APBD dan PPAS perubahan APBD kepada DPRD; Rancangan
kebijakan umum perubahan APBD dan PPAS perubahan APBD setelah dibahas, disepakati
menjadi kebijakan umum perubahan APBD serta PPA perubahan APBD; Kebijakan umum
perubahan APBD serta PPA perubahan APBD yang telah disepakati dituangkan ke dalam
nota kesepakatan yang ditandatangani kepala daerah dengan pimpinan DPRD; TAPD
menyiapkan rancangan surat edaran kepala daerah perihal pedoman penyusunan RKASKPD; RKA-SKPD yang memuat program dan kegiatan baru dan DPPA-SKPD yang akan
dianggarkan dalam perubahan APBD disampaikan kepada PPKD untuk dibahas oleh
TAPD; RKA-SKPD yang telah disempurnakan disampaikan kepada PPKD untuk dibahas
lebih lanjut oleh TAPD; Rancangan Perda tentang perubahan APBD disampaikan kepada
kepala daerah; Sosialisasi Rancangan Perda tentang perubahan APBD; Penyebarluasan
Raperda tersebut; Kepala daerah menyampaikan raperda tentang perubahan APBD &
Iampirannya kepada DPRD; Pembahasan Raperda antara kepala daerah dan pimpinan
DPRD; Pengambilan keputusan DPRD untuk menyetujui Raperda tersebut; evaluasi
Raperda tentang perubahan APBD dan Raperkada tentang penjabaran perubahan APBD;
Gubernur bersama DPRD melakukan penyempurnaan keduanya; serta Gubernur/Bupati
menetapkan Raperda dan Raperkada tersebut.
6

Dalam hal terjadi Pergeseran antar rincian obyek belanja & antar obyek belanja dilakukan
dengan cara mengubah perkada tentang penjabaran APBD sebagai dasar pelaksanaan,
untuk selanjutnya dianggarkan dalam raperda tentang perubahan APBD. Pergeseran
anggaran antar unit organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis belanja dapat dilakukan
dengan cara merubah Perda tentang APBD.
Dalam keadaan darurat, Pemda dapat melakukan pengeluaran yang belum tersedia
anggarannya, yang selanjutnya diusulkan dalam rancangan perubahan APBD. Bila keadaan
darurat setelah ditetapkannya perubahan APBD, Pemda dapat melakukan pengeluaran yang
belum tersedia anggarannya, dan pengeluaran tersebut disampaikan dalam LRA.
Pendanaan Keadaan Luar Biasa, RKA-SKPD dan DPPA-SKPD digunakan sebagai dasar
penyusunan Raperda tentang perubahan ke-2 APBD.
Tabel 1. Penetapan Perda Penetapan APBD, Perubahan APBD, dan Hasil Evaluasi
Mendagri (Yang ditetapkan dengan Perda No. .... tanggal ....)
TA 2013
No

Pemerintah Daerah

Penetapan
APBD

Perubahan
APBD

TA 2014
Hasil
Evaluasi
Mendagri

Penetapan
APBD

Perubahan
APBD

Hasil
Evaluasi
Mendagri

1

Prov. Aceh

1 Tahun
903-3580
6 Tahun 2013
2013 tgl 04- tgl 28-10-2013 Tahun 2014 tgl
09 Sept 2014
04-2013

-

-

-

2

Prov. Sumatera
Utara

4 Tahun
2012 tgl 2812-2012

903-3436
Tahun 2014 tgl
27 Agust 2014

-

-

-

3

Prov. Sumatera
Barat

15 Tahun
903-3228
4 Tahun 2013
2012 tgl 31- tgl 31-10-2013 Tahun 2014 tgl
01 Juli 2014
12-2012

-

-

-

4

Prov. Riau

1 Tahun
903-3277
14 Tahun 2013
2013 tgl 03- tgl 22-11-2013 Tahun 2014 tgl
21 Juli 2014
01-2013

-

-

-

5

Prov. Jambi

12 Tahun
903-3370
12 Tahun 2013
2012 tgl 27- tgl 22-08-2013 Tahun 2014 tgl
22 Agust 2014
12-2012

-

-

-

6

Prov. Sumatera
Selatan

18 Tahun
903-3278
07 Tahun 2013
2012 tgl 31- tgl 21-10-2013 Tahun 2014 tgl
21 Juli 2014
12-2012

-

-

-

7

Prov. Bengkulu

-

-

-

-

903-3325
10 Tahun 9 Tahun 2013
2012 tgl 17- tgl 06-09-2013 Tahun 2014 tgl
14 Agust 2014

7

12-2012

8

Prov. Lampung

18 Tahun
2012 tgl 2812-2012

903-3346
Tahun 2014 tgl
21 Agust 2014

-

-

-

9

Prov. Kepulauan
Bangka Belitung

8 Tahun
903-3369
5 Tahun 2013
2012 tgl 28- tgl 20-10-2013 Tahun 2014 tgl
22 Agust 2014
12-2012

-

-

-

10

Prov. Kepulauan
Riau

7 Tahun
903-3581
7 Tahun 2013
2012 tgl 27- tgl 21-10-2013 Tahun 2014 tgl
09 Sept 2014
12-2012

-

-

-

11

Prov. DKI Jakarta

1 Tahun
2013 tgl 2502-2013

903-3512
Tahun 2014 tgl
03 Sept 2014

-

-

-

12

Prov. Jawa Barat

19 Tahun
903-3332
06 Tahun 2013
2012 tgl 17- tgl 11-10-2013 Tahun 2014 tgl
14 Agust 2014
12-2012

-

-

-

13

09 Tahun
903-3274
16 Tahun 2013
Prov. Jawa Tengah 2012 tgl 13- tgl 18-10-2013 Tahun 2014 tgl
18 Juli 2014
12-2012

-

-

-

14

Prov. D.I.
Yogyakarta

10 Tahun
903-3277
9 Tahun 2013
2012 tgl 21- tgl 18-10-2013 Tahun 2014 tgl
21 Juli 2014
12-2012

-

-

-

15

-

-

13 Tahun
10 Tahun
903-3309
7 Tahun 2013
11 Tahun 2014
Prov. Jawa Timur 2012 tgl 14- tgl 1-10-2013 Tahun 2014 tgl 2013 tgl 09- tgl 03-09-2014
04 Agust 2014
12-2012
12-2013

-

Prov. Banten

9 Tahun
903-3509
7 Tahun 2013
2012 tgl 17- tgl 23-10-2013 Tahun 2014 tgl
02 Sept 2014
12-2012

-

-

-

17

Prov. Bali

11 Tahun
903-3305
7 Tahun 2013
2012 tgl 28- tgl 25-10-2013 Tahun 2014 tgl
25 Juli 2014
12-2012

-

-

-

18

Prov. Nusa
Tenggara Barat

9 Tahun
903-3262
04 Tahun 2013
2012 tgl 28- tgl 04-10-2013 Tahun 2014 tgl
11 Juli 2014
12-2012

-

7 Tahun 2014
tgl 15-08-2014

-

19

Prov. Nusa

05 Tahun 2013

-

-

-

16

10 Tahun

903-3319
Tahun 2014 tgl

8

Tenggara Timur

11 Agust 2014
2012 tgl 28tgl 17-10-2013
12-2012

20

Prov. Kalimantan
Barat

9 Tahun
903-3747
07 Tahun 2013
2012 tgl 28- tgl 07-11-2013 Tahun 2014 tgl
26 Sept 2014
12-2012

21

Prov. Kalimantan
Tengah

22

-

-

-

903-3344
14 Tahun
75 Tahun
12 Tahun 2013 Tahun 2014 tgl
2012 tgl 14- tgl 30-08-2013 21 Agust 2014 2013 tgl 1212-2012
12-2013

-

-

Prov. Kalimantan
Selatan

17 Tahun
903-3321
8 Tahun 2013
2012 tgl 18- tgl 23-09-2013 Tahun 2014 tgl
11 Agust 2014
12-2012

-

-

-

23

Prov. Kalimantan
Timur

16 Tahun
903-3637
07 Tahun 2013
2012 tgl 27- tgl 01-10-2013 Tahun 2014 tgl
16 Sept 2014
12-2012

-

-

-

24

Prov. Kalimantan
Utara

25

-

-

903-3258
Tahun 2014 tgl
08 Juli 2014

-

-

-

Prov. Sulawesi
Utara

5 Tahun
2012 tgl 2812-2012

-

903-3582
Tahun 2014 tgl
09 Sept 2014

-

-

-

26

Prov. Sulawesi
Tengah

12 Tahun
903-3306
06 Tahun 2013
2012 tgl 26- tgl 22-10-2013 Tahun 2014 tgl
25 Juli 2014
12-2012

-

-

-

27

Prov. Sulawesi
Selatan

10 Tahun 09 Tahun 2013 903-3345
2012 tgl 31- tgl 06-11-2013 Tahun 2014 tgl
21 Sept 2014
12-2012

-

7 Tahun 2014
tgl 23-09-2014

-

28

Prov. Sulawesi
Tenggara

13 Tahun
903-3307
08 Tahun 2013
2012 tgl 29- tgl 17-10-2013 Tahun 2014 tgl
25 Juli 2014
12-2012

-

-

-

29

Prov. Gorontalo

09 Tahun
903-3237
09 Tahun 2013
2012 tgl 13- tgl 11-10-2013 Tahun 2014 tgl
03 Juli 2014
12-2012

-

-

-

30

Prov. Sulawesi
Barat

9 tahun
2012 tgl 31
-12- 2012

-

903-3320
Tahun 2014 tgl
11 Agust 2014

-

-

-

31

Prov. Maluku

8 Tahun

-

903-3508

-

-

9

Tahun 2014 tgl
02 Sept 2014

2012 tgl 2212-2012
Prov. Maluku
Utara

1 Tahun
2013 tgl 0301-2013

903-3748
Tahun 2014 tgl
26 Sept 2014

-

-

-

33

Prov. Papua

1 Tahun
903-3570
10 Tahun 2013
2013 tgl 07- tgl 27-09-2013 Tahun 2014 tgl
08 Sept 2014
1-2013

-

-

-

34

Prov. Papua Barat

1 Tahun
903-3671
3 Tahun 2013
2013 tgl 11- tgl 11-11-2013 Tahun 2014 tgl
16 Sept 2014
1-2013

-

-

-

32

-

3.

Penatausahaan
Dalam tahap penatausahaan APBD, Bendahara penerimaan/pengeluaran pada SKPD wajib
mempertanggungjawabkan
secara
fungsional
kepada
PPKD.
Bendahara
penerimaan/pengeluaran pembantu wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban
penerimaan kepada bendahara penerimaan/pengeluaran. Kepala SKPD menyampaikan
laporan akhir realisasi pelaksanaan kegiatan fisik dan non-fisik dan keuangan kepada
PPKD. PPKD menyusun laporan keuangan pemerintah daerah dengan cara
menggabungkan laporan-laporan keuangan SKPD.

4.

Pertanggungjawaban
Dalam tahap pertanggungjawaban APBD, LRA dan prognosis untuk 6 bulan berikutnya,
disiapkan oleh PPK-SKPD dan disampaikan kepada pejabat pengguna anggaran untuk
ditetapkan. Lalu Pejabat pengguna anggaran menyampaikan laporan realisasi semester
pertama APBD SKPD serta prognosis untuk 6 bulan berikutnya kepada PPKD. PPKD
menyusun LRA semester I APBD dengan cara menggabungkan seluruh LRA semester I
APBD SKPD dan disampaikan kepada Sekda. Sekda menyampaikan LRA semester I
APBD dan prognosis untuk 6 bulan berikutnya kepada kepala daerah untuk ditetapkan.
LRA semester I APBD dan prognosis untuk 6 bulan berikutnya disampaikan kepada
DPRD. Lalu dilakukan persetujuan bersama terhadap raperda tentang pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD oleh DPRD. Steleah itu dilakukan evaluasi Raperda dan Raperkada
tersebut. Hasil evaluasi disampaikan oleh Mendagri/Gubernur kepada Gubernur/Bupati.
Gubernur/Bupati bersama DPRD wajib melakukan penyempurnaan. Diakhiri dengan
penetapan Raperda dan Raperkada tersebut.

5.

Pemeriksaan
Laporan yang diberikan atas pelaksanaan anggaran diperiksa (diaudit) oleh pemeriksa
eksternal yaitu Badan Pemeriksa Keuangan.
Terhadap 456 LKPD Tahun 2013, BPK memberikan opini WTP atas 153 LKPD, opini
WDP atas 276 LKPD, opini TW atas 9 LKPD, dan opini TMP atas 18 LKPD. Sedangkan
10

atas 1 LKPD Tahun 2012, BPK memberikan opini TMP. Hasil pemeriksaan keuangan atas
LKPD disajikan dalam 3 bagian, yaitu : opini, hasil pemeriksaan SPI, dan hasil
pemeriksaan kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan.
Tabel 2. DAFTAR OPINI BPK ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH
DAERAH TAHUN 2009 S.D TAHUN 2013
sumber : www.bpk.go.id
No

Pemerintah Daerah

Opini TA
2009

Opini TA
2010

Opini TA
2011

Opini TA
2012

Opini TA
2013

1

Prov. Aceh

WDP

WDP

WDP

WDP

WDP

2

Prov. Sumatera Utara

WDP

WDP

WDP

WDP

WDP

3

Prov. Sumatera Barat

TMP

WDP

WDP

WTP-DPP

WTP

4

Prov. Riau

WDP

WTP

WDP

WTP-DPP

WTP-DPP

5

Prov. Jambi

WDP

WDP

WDP

WTP-DPP

WTP-DPP

6

Prov. Sumatera Selatan

WDP

WDP

WDP

WDP

WDP

7

Prov. Bengkulu

WDP

WDP

WTP

WTP

WTP

8

Prov. Lampung

WDP

WDP

WTP-DPP

WTP

WDP

9

Prov. Kepulauan
Bangka Belitung

WDP

WDP

WDP

WDP

WDP

10

Prov. Kepulauan Riau

WDP

WTP

WTP

WTP

WTP

11

Prov. DKI Jakarta

WDP

WDP

WTP-DPP

WTP-DPP

WDP

12

Prov. Jawa Barat

WDP

WDP

WTP

WTP

WTP

13

Prov. Jawa Tengah

WDP

WDP

WTP-DPP

WTP

WTP-DPP

14

Prov. D.I. Yogyakarta

WDP

WTP-DPP

WTP-DPP

WTP

WTP

15

Prov. Jawa Timur

WDP

WTP

WTP-DPP

WTP

WTP-DPP

16

Prov. Banten

WDP

WDP

WDP

WDP

TMP

17

Prov. Bali

WDP

WDP

WDP

WDP

WTP
11

18

Prov. Nusa Tenggara
Barat

WDP

TMP

WTP

WTP

WTP

19

Prov. Nusa Tenggara
Timur

WDP

WDP

WDP

WDP

WDP

20

Prov. Kalimantan
Barat

WDP

WDP

WDP

WTP-DPP

?

21

Prov. Kalimantan
Tengah

TW

WDP

WDP

TMP

WDP

22

Prov. Kalimantan
Selatan

WDP

WDP

WDP

WDP

WTP

23

Prov. Kalimantan
Timur

TW

WDP

WDP

WTP

WDP

24

Prov. Kalimantan
Utara

-

-

-

-

?

25

Prov. Sulawesi Utara

WTP

WTP

WDP

WTP-DPP

WDP

26

Prov. Sulawesi Tengah

TMP

WDP

WDP

WTP-DPP

WDP

27

Prov. Sulawesi Selatan

WDP

WTP

WTP

WTP

WTP

28

Prov. Sulawesi
Tenggara

TMP

WDP

WDP

WDP

WTP

29

Prov. Gorontalo

WDP

WDP

WDP

WDP

WTP

30

Prov. Sulawesi Barat

WDP

WDP

WDP

WDP

WDP

31

Prov. Maluku

TMP

TMPTMP

TMP

TMP

WDP

32

Prov. Maluku Utara

TW

TMP

TMP

TMP

TMP

33

Prov. Papua

WDP

TMP

TMP

TMP

WDP

34

Prov. Papua Barat

TMP

TMP

TMP

TMP

TMP

12

Gambar 1. Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah
II.3 Dasar Hukum
Dasar hukum pengelolaan keuangan daerah antara lain :
1.
Staatblad Tahun 1925 No. 448 (UU Perbendaharaan Indonesia) pengaturan tentang cara
pengurusan dan pertanggungjawaban keuangan RI
2.
UU No. 22 tahun 1948 tentang Penetapan aturan-aturan pokok mengenai pemerintahan
sendiri di daerah-daerah yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri
3.
UU No. 1 tahun 1957 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah
4.
UU No. 18 tahun 1965 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah
5.
UU No. 9 tahun 1968 tentang Perubahan Pasal 7 Indische Comptabiliteitswet. (STBL.
1925 No. 448) sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 DRT. 1954 (Lembaran Negara
Tahun 1954 No. 6)
6.
UU No. 5 tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah
7.
PP No. 5 tahun 1975 tentang Pengurusan, Pertanggungjawaban, dan Pengawasan
Keuangan Daerah
8.
UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
9.
UU No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Daerah
10. PP No. 105 tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah
11. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 29 tahun 2002 tentang Pedoman pengurusan,
pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah serta tata cara penyusunan APBD,
pelaksanaan tata usaha keuangan daerah dan penyusunan perhitungan APBD
12. UU No 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara
13. UU No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
14. UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara
15. UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
13

16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.

UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Surat Edaran Mendagri No. 050/2020/ SJ/2005 tentang Petunjuk Penyusunan Dokumen
RPJP Daerah dan RPJM Daerah
PP No. 56 tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah
PP No. 58 tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan daerah
Permendagri No. 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
UU No. 15 tahun 2006 tentang Badan Pemeriksaan Keuangan
Permendagri No. 59 tahun 2007 tentang Perubahan atas Pemendagri No. 13 tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
Permendagri No. 54 tahun 2010 tentang Pelaksanaan PP No. 8 tahun 2008 tentang
tahapan, tata cara penyusunan, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan rencana
pembangunan daerah
Permendagri No. 21 tahun 2011 tentang Perubahan kedua atas Pemendagri No. 13 tahun
2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
Permendagri No. 26 tahun 2006 tentang pedoman penyusunan APBD TA 2007
Permendagri No. 30 tahun 2007 tentang pedoman penyusunan APBD TA 2008
Permendagri No. 32 tahun 2008 tentang pedoman penyusunan APBD TA 2009
Permendagri No. 25 tahun 2009 tentang pedoman penyusunan APBD TA 2010
Permendagri No. 37 tahun 2010 tentang pedoman penyusunan APBD TA 2011
Permendagri No. 22 tahun 2011 tentang pedoman penyusunan APBD TA 2012
Permendagri No. 37 tahun 2012 tentang pedoman penyusunan APBD TA 2013
Permendagri No. 27 tahun 2013 tentang pedoman penyusunan APBD TA 2014
Permendagri No. 37 tahun 2014 tentang pedoman penyusunan APBD TA 2015

Berikut adalah pasal-pasal yang berhubungan dengan siklus anggaran daerah :
TAHAP PERENCANAAN
1.
Tahun dinas anggaran berlaku dari tanggal 1 April sampai dengan tanggal 31 Maret tahun
berikutnya (Staatblad Tahun 1925 No. 448 pasal 7; UU No. 9 tahun 1968 Pasal 1-2;).
2.
Tahun anggaran Daerah adalah sama dengan tahun anggaran negara (UU No. 5 tahun 1974
pasal 64 ayat 1; PP No. 5 tahun 1975 Pasal 11; PP No. 105 tahun 2000 pasal 6).
3.
Tahun Anggaran meliputi masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan
tanggal 31 Desember (UU No 17 tahun 2003 pasal 4; UU No. 1 tahun 2004 pasal 11; UU
No. 32 tahun 2004 Pasal 179; PP No. 58 tahun 2005 pasal 19; Permendagri No. 13 tahun
2006 pasal 21).
4.
Dengan Peraturan Daerah, tiap tahun, selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah ditetapkan
Anggaran Pendapatan dan Belanja APBN untuk tahun anggaran tertentu, ditetapkan APBD
(PP No. 5 tahun 1975 Pasal 8; UU No. 5 tahun 1974 Pasal 64 ayat 2).
5.
Dengan Peraturan Daerah, tiap tahun, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah
ditetapkan APBN untuk tahun anggaran tertentu, ditetapkan perhitungan atas APBD tahun
anggaran sebelumnya (UU No. 5 tahun 1974 Pasal 64 ayat 3; PP No. 5 tahun 1975 Pasal 35
ayat 1).
6.
Perhitungan APBD ditetapkan dengan Peraturan Daerah selambat-lambatnya tiga bulan
setelah berakhirnya tahun anggaran yang bersangkutan (UU No. 22 tahun 1999 pasal 86:3;
UU No. 25 tahun 1999 pasal 20:3).
7.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah selambatlambatnya satu bulan setelah ditetapkannya Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (UU
14

8.

9.

10.
11.
12.
13.

No. 22 tahun 1999 pasal 86:1;UU No. 25 tahun 1999 pasal 20:1; Keputusan Menteri
Dalam Negeri No. 29 tahun 2002 pasal 23).
Pemerintah Daerah menyampaikan kebijakan umum APBD dan rancangan PPAS tahun
anggaran berikutnya sejalan dengan Rencana Kerja Pemerintah Daerah, sebagai landasan
penyusunan RAPBD kepada DPRD selambat-lambatnya pertengahan Juni tahun berjalan
(UU No 17 tahun 2003 pasal 18:1; PP No. 58 tahun 2005 pasal 34:3; Permendagri No. 13
tahun 2006 pasal 86:1; Permendagri No. 59 tahun 2007 pasal 87:1; Permendagri No. 21
tahun 2011 pasal 87:2).
Pemerintah Daerah mengajukan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD, disertai
penjelasan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPRD pada minggu pertama
bulan Oktober tahun sebelumnya (UU No 17 tahun 2003 pasal 20:1; PP No. 58 tahun 2005
Pasal 43; Permendagri No. 13 tahun 2006 pasal 104:1; Permendagri No. 59 tahun 2007
pasal 104:1).
Pengambilan keputusan oleh DPRD mengenai Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD
dilakukan selambat-lambatnya satu bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan
dilaksanakan (UU No 17 tahun 2003 pasal 20:4).
Penyusunan RKPD diselesaikan selambat-lambatnya akhir bulan Mei tahun anggaran
sebelumnya (PP No. 58 tahun 2005 pasal 33:2; Permendagri No. 13 tahun 2006 pasal 82:2;
Permendagri No. 54 tahun 2010 pasal 128:2).
Pembahasan prioritas dan plafon anggaran sementara dilakukan paling lambat minggu
kedua bulan Juli tahun anggaran sebelumnya (PP No. 58 tahun 2005 pasal 35:2).
Berdasarkan KUA yang telah disepakati, pemerintah daerah menyusun rancangan PPAS.
Kepala daerah menyampaikan rancangan PPAS yang telah disusun kepada DPRD untuk
dibahas paling lambat minggu kedua bulan Juli tahun anggaran berjalan oleh TAPD
bersama panitia anggaran DPRD (Permendagri No. 13 tahun 2006 pasal 87:1, 3).

14.

Rancangan peraturan daerah provinsi tentang APBD yang telah disetujui bersama DPRD dan
rancangan peraturan gubernur tentang penjabaran APBD sebelum ditetapkan oleh gubernur paling
lambat 3 (tiga) hari kerja disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri untuk dievaluasi ( PP No. 58
tahun 2005 pasal 47:1; Permendagri No. 13 tahun 2006 pasal 110:1; Permendagri No. 59
tahun 2007 pasal 110:1; UU No. 32 tahun 2004 pasal 185:1).

15.

Apabila Menteri Dalam Negeri/Gubernur menyatakan hasil evaluasi rancangan peraturan
daerah tentang APBD dan rancangan peraturan gubernur/bupati/walikota tentang
penjabaran APBD bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan perundangundangan yang lebih tinggi, gubernur/bupati/walikota bersama DPRD melakukan
penyempurnaan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari terhitung sejak diterimanya hasil
evaluasi (UU No. 32 tahun 2004 pasal 185:4 dan pasal 186:4; PP No. 58 tahun 2005 pasal
47:5 & pasal 48:5; Permendagri No. 13 tahun 2006 pasal 110:7; pasal 111:7; Permendagri
No. 59 tahun 2007 pasal 110:7).
Rancangan peraturan daerah kabupaten/kota tentang APBD yang telah disetujui bersama
DPRD dan rancangan peraturan bupati/walikota tentang penjabaran APBD sebelum
ditetapkan oleh bupati/walikota paling lambat 3 (tiga) hari kerja disampaikan kepada
gubernur untuk dievaluasi (UU No. 32 tahun 2004 pasal 186:1; PP No. 58 tahun 2005 pasal
48:1; Permendagri No. 13 tahun 2006 pasal 111:1).
Hasil evaluasi Raperda Provinsi tentang APBD disampaikan oleh Menteri Dalam
Negeri/gubernur kepada Gubernur/bupati/walikota selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari
terhitung sejak diterimanya rancangan dimaksud (UU No. 32 tahun 2004 pasal 185:2 dan

16.

17.

15

18.

19.

20.

21.

22.
23.
24.

25.

pasal 186:2; PP No. 58 tahun 2005 pasal 48:2; Permendagri No. 13 tahun 2006 pasal
110:5; Permendagri No. 59 tahun 2007 pasal 110:3).
Hasil evaluasi Raperda Provinsi tentang APBD disampaikan oleh Menteri Dalam
Negeri/gubernur kepada Gubernur/bupati/walikota selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari
terhitung sejak diterimanya rancangan dimaksud (UU No. 32 tahun 2004 pasal 185:2 dan
pasal 186:2; PP No. 58 tahun 2005 pasal 48:2; Permendagri No. 13 tahun 2006 pasal
110:5; Permendagri No. 59 tahun 2007 pasal 110:3).
Keputusan pimpinan DPRD (sebagai dasar penetapan peraturan daerah tentang APBD)
disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri untuk APBD provinsi dan kepada gubernur
untuk APBD kabupaten/kota, paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah keputusan tersebut
ditetapkan (PP No. 58 tahun 2005 pasal 52:5; Permendagri No. 13 tahun 2006 pasal 114:3
dan 6).
Penetapan rancangan peraturan daerah tentang APBD dan peraturan kepala daerah tentang
penjabaran APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan selambat-lambatnya
tanggal 31 Desember tahun anggaran sebelumnya (PP No. 58 tahun 2005 pasal 53:2;
Permendagri No. 13 tahun 2006 pasal 116:2; Permendagri No. 59 tahun 2007 pasal
116:2).
Kepala daerah menyampaikan peraturan daerah tentang APBD dan peraturan kepala daerah
tentang penjabaran APBD kepada Menteri Dalam Negeri bagi provinsi dan gubernur bagi
kabupaten/kota selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah ditetapkan (PP No. 58
tahun 2005 pasal 53:3; Permendagri No. 13 tahun 2006 pasal 116:4; Permendagri No. 59
tahun 2007 pasal 116:4).
PPKD paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah Perda APBD ditetapkan, memberitahukan
kepada semua kepala SKPD agar menyusun dan menyampaikan rancangan DPA-SKPD
(PP No. 58 tahun 2005 pasal 55:1; Permendagri No. 13 tahun 2006 pasal 123:1).
Kepala SKPD menyerahkan rancangan DPA-SKPD yang telah disusunnya kepada PPKD
paling lambat 6 (enam) hari kerja setelah pemberitahuan disampaikan (PP No. 58 tahun
2005 pasal 55:3; Permendagri No. 13 tahun 2006 pasal 123:3).
Rancangan KUA yang telah disusun, disampaikan oleh sekretaris daerah selaku
koordinator pengelola keuangan daerah kepada kepala daerah, paling lambat pada awal
bulan Juni (Permendagri No. 13 tahun 2006 pasal 83:1, pasal 85:1-2; Permendagri No. 59
tahun 2007 pasal 84:2).
TAPD menyiapkan rancangan surat edaran kepala daerah tentang pedoman penyusunan
RKA-SKPD sebagai acuan kepala SKPD dalam menyusun RKA-SKPD yang diterbitkan
paling lambat awal bulan Agustus tahun anggaran berjalan (Permendagri No. 13 tahun
2006 pasal 88:1, 89:3; Permendagri No. 59 tahun 2007 pasal 89:3).

TAHAP PELAKSANAAN
1.
Perubahan APBD ditetapkan dengan Peraturan Daerah selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan
sebelum berakhirnya tahun anggaran (UU No. 22 tahun 1999 pasal 86:2; UU No. 25 tahun
1999 pasal 20:2; PP No. 105 tahun 2000 pasal 23:2; Keputusan Menteri Dalam Negeri No.
29 tahun 2002 pasal 28:4).
2.
Pengambilan keputusan mengenai rancangan Perda tentang perubahan APBD dilakukan oleh
DPRD paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan berakhir ( UU No.
32 tahun 2004 Pasal 183:3; Permendagri No. 13 tahun 2006 pasal 172:5).
3.
Untuk memperoleh pengesahan rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD beserta
lampirannya disampaikan paling lambat 15 (lima belas) hari terhitung sejak DPRD tidak
16

rnengambil keputusan bersama dengan kepala daerah terhadap rancangan Perda tentang APBD
(UU No. 32 tahun 2004 pasal 187:3).

4.
5.
6.
7.

Persetujuan DPRD terhadap rancangan peraturan daerah, selambat-lambatnya 3 (tiga)
bulan sebelum berakhirnya tahun anggaran (PP No. 58 tahun 2005 Pasal 83:2).
Persetujuan DPRD terhadap rancangan peraturan daerah, selambat-lambatnya 3 (tiga)
bulan sebelum berakhirnya tahun anggaran (PP No. 58 tahun 2005 Pasal 83:2).
Persetujuan DPRD terhadap rancangan peraturan daerah, selambat-lambatnya 3 (tiga)
bulan sebelum berakhirnya tahun anggaran (PP No. 58 tahun 2005 Pasal 83:2).
Paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah pembatalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
173 ayat (4) dan Pasal 174 ayat (4), kepala daerah harus memberhentikan pelaksanaan
peraturan daerah dan selanjutnya DPRD bersama kepala daerah mencabut peraturan
daerah dimaksud (Permendagri No. 13 tahun 2006 pasal 175:1).

TAHAP PENATAUSAHAAN
1.
Bendahara penerimaan dilarang menyimpan uang, cek, atau surat berharga yang dalam
penguasaannya lebih dari 1 (satu) hari kerja dan/atau atas nama pribadi pada bank atau giro
pos (Staatblad Tahun 1925 No. 448 pasal 90:3).
2.
Bendahara penerimaan pada SKPD wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban
penerimaan kepada PPKD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya (Staatblad Tahun
1925 No. 448 pasal 91:2).
3.
PPTK mengajukan SPP-LS melalui pejabat penatausahaan keuangan pada SKPD kepada
pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah
diterimanya tagihan dari pihak ketiga (Staatblad Tahun 1925 No. 448 pasal 92:2).
4.
Penerbitan SP2D oleh Kuasa BUD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), paling lama 2
(dua) hari kerja sejak SPM diterima (Staatblad Tahun 1925 No. 448 pasal 94:2).
TAHAP PERTANGGUNGJAWABAN
1.
Perhitungan anggaran yang ditetapkan oleh Kepala Daerah bersama-sama DPRD lengkap
dengan lampiran-lampirannya dikirimkan kepada pejabat yang berwenang selambatlambatnya 1 (satu) bulan setelah selesai ditetapkan PP No. 5 tahun 1975 Pasal 37.
2.
Kepala Daerah wajib menyampaikan laporan atas penyelen-garaan Pemerintahan Daerah
kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri dengan tembusan kepada Gubernur bagi
Kepala Daerah Kabupaten dan Kepala Daerah Kota, sekurang-kurangnya sekali dalam satu
tahun, atau jika dipandang perlu oleh Kepala Daerah atau apabila diminta oleh Presiden
(UU No. 22 tahun 1999 pasal 44:3).
3.
Kepala Daerah wajib menyampaikan pertanggungjawaban kepada DPRD pada setiap akhir
tahun anggaran (UU No. 22 tahun 1999 pasal 45:1).
4.
Pemerintah Daerah menyampaikan laporan triwulanan pelaksanaan APBD kepada DPRD
paling lama 1 (satu) bulan setelah berakhirnya triwulan yang bersangkutan (PP No. 105
tahun 2000 pasal 37:1-2).
5.
Peraturan Daerah tentang APBD, Perubahan APBD, dan Perhitungan APBD Propinsi
disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah paling lambat 15 (lima
belas) hari setelah ditetapkan (PP No. 105 tahun 2000 pasal 41:1).
6.
Peraturan Daerah tentang APBD, Perubahan APBD, dan Perhitungan APBD
Kabupaten/Kota disampaikan kepada Gubernur paling lambat 15 (lima belas) hari setelah
ditetapkan (PP No. 105 tahun 2000 pasal 41:2).
17

7.

8.

9.
10.

Gubernur/Bupati/Walikota menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan keuangan yang
telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan
setelah tahun anggaran berakhir (UU No 17 tahun 2003 pasal 31:1; UU No. 32 tahun 2004
pasal 184:1; PP No. 58 tahun 2005 pasal 101).
Laporan Realisasi Semester Pertama APBD dan prognosis untuk 6 (enam) bulan
berikutnya disampaikan kepada DPRD (dan Menteri Dalam Negeri) selambat-lambatnya
pada akhir Juli tahun anggaran yang bersangkutan, untuk dibahas bersama antara DPRD
dan Pemerintah Daerah (UU No 17 tahun 2003 pasal 27:2; UU No 17 tahun 2003 pasal
28:2; PP No. 58 tahun 2005 pasal 80:1-2; Permendagri No. 21 tahun 2011 pasal 293:1).
Laporan keuangan disampaikan kepada kepala daerah melalui PPKD selambat-lambatnya
2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir (UU No. 1 tahun 2004 pasal 56:2 b; PP No.
58 tahun 2005 pasal 99:3).
Laporan Keuangan pelaksanaan APBD disampaikan gubernur/bupati/walikota kepada
Badan Pemeriksa Keuangan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir
(UU No. 1 tahun 2004 pasal 56:3; PP No. 58 tahun 2005 pasal 102:1).

TAHAP PEMERIKSAAN
1.
Dalam rangka pengawasan keuangan daerah Propinsi, Peraturan Daerah tentang APBD,
Perubahan APBD dan perhitungan APBD serta keputusan Kepala Daerah tentang
Penjabaran APBD, Perubahan APBD dan perhitungan beserta lampirannya disampaikan
kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri paling lambat 15 (lima belas) hari setelah
ditetapkan (Kepmendagri No. 29 tahun 2002 pasal 100:1).
2.
Dalam rangka pengawasan keuangan Daerah Kabupaten/Kota, Peraturan Daerah. dan atan
Keputusan Bupati/Walikota tentang APBD, Perubahan APBD dan Perhitungan APBD
beserta lampirannya disampaikan kepada Gubernur selaku Wakil Pemerintah paling lambat
15 (lima belas) hari setelah ditetapkan (Kepmendagri No. 29 tahun 2002 pasal 101:1).
3.
Laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah daerah disampaikan oleh
BPK kepada DPRD selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah menerima laporan
keuangan dari pemerintah daerah (UU No. 15 tahun 2004 pasal 17:2; PP No. 58 tahun
2005 pasal 102:3).
4.
Ikhtisar hasil pemeriksaan semester disampaikan kepada lembaga perwakilan selambatlambatnya 3 (tiga) bulan sesudah berakhirnya semester yang bersangkutan (UU No. 15
tahun 2004 pasal 18:1).
5.
Ikhtisar hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan pula kepada
Presiden/gubernur/bupati/walikota selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sesudah berakhirnya
semester yang bersangkutan (UU No. 15 tahun 2004 pasal 18:2).
6.
Jawaban atau penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada BPK
selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari setelah laporan hasil pemeriksaan diterima (UU
No. 15 tahun 2004 pasal 20:3).
7.
Apabila dalam pemeriksaan ditemukan unsur pidana, BPK melaporkan hal tersebut
kepada instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang –
undangan paling lama 1 (satu) bulan sejak diketahui adanya unsur pidana tersebut (UU
No. 15 tahun 2006 pasal 8:3).

18

II.4 Keterkaitan Siklus Anggaran Antar Periode
Letak siklus APBD saling beririsan pada satu tahun anggaran, misalnya, pada tahun anggaran
2008 terdapat sebagian siklus APBD tahun anggaran 2007 (tahap pertanggungjawaban dan
pemeriksaan APBD), sebagian siklus APBD tahun anggaran 2008 (tahap pelaksanaan dan
penatausahaan), dan sebagian siklus APBD tahun anggaran 2009 (tahap perencanaan).

19

BAB III
SIKLUS ANGGARAN DI PEMERINTAH DAERAH
III.1 Perkembangan Pergantian Periode Tahun Anggaran di Indonesia dan kaitannya
dengan siklus APBD
a.

b.

c.

d.

Berdasarkan Staatblad Tahun 1925 No. 448 pasal 7; UU No. 9 tahun 1968 Pasal 1-2; dan
PP No. 36 tahun 1972 pasal 11, tahun dinas anggaran dimulai sejak tanggal 1 April sampai
dengan tanggal 31 Maret tahun berikutnya. Jadi sepertinya hal ini berlaku sampai dengan
berakhirnya tahun anggaran 1972. Lamanya satu siklus anggaran pusat saat itu yaitu 60
bulan.
Berdasarkan UU No 17 tahun 2003 pasal 4; UU No. 1 tahun 2004 pasal 11; UU No. 32
tahun 2004 Pasal 179; PP No. 58 tahun 2005 pasal 19; dan Permendagri No. 13 tahun 2006
pasal 21, tahun anggaran APBD meliputi masa 1 (satu) tahun mulai tanggal 1 Januari
sampai dengan tanggal 31 Desember. Ketentuan ini berlaku setelah periode tahun anggaran
1972.
Berdasarkan UU No. 2 Tahun 2000, terjadi perubahan periode tahun anggaran di tahun
2000, sehingga APBN Tahun 2000 berlaku selama 9 (sembilan) bulan yaitu sejak bulan
April sampai dengan Desember 2000. Berdasarkan UU No. 5 tahun 1974 pasal 64 ayat 1;
PP No. 5 tahun 1975 Pasal 11; dan PP No. 105 tahun 2000 pasal 6, Tahun anggaran Daerah
adalah sama dengan tahun anggaran negara. Dengan demikian APBD tahun 2000 juga
berlaku sejak bulan April sampai dengan Desember 2000.
Tahun 2001 s.d. sekarang tahun anggaran yaitu dimulai tanggal 1 Januari sampai dengan
31 Desember. Penulis menyimpulkan lama satu siklus APBD kurang lebih ada tiga tahun
atau 30 bulan (UU No. 17 tahun 2003, Permendagri No. 13 tahun 2006 dan perubahannya,
dan UU No. 15 tahun 2004).

III.2 Perkembangan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional di Indonesia
1. Tahun 1947 dimulai suatu perencanaan beberapa sektor ekonomi dan diberi nama Plan
Produksi Tiga Tahun RI untuk tahun 1948-1950, yang ditujukan terhadap bidang-bidang
pertanian, peternakan, perindustrian dan kehutanan. Dan juga beberapa program lainnya
seperti :
a. Pembentukan Planning Board (Badan Perancang Ekonomi) 19 Januari 1947. Badan ini
dibentuk atas usul dari Menteri Kemakmuran AK. Gani yang bertugas membuat rencana
pembangunan ekonomi untuk jangka waktu 2 sampai 3 tahun yang akhirnya disepakati
Rencana Pembangunan Sepuluh Tahun.
b. Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera) 1948. Program ini bertujuan
untuk mengurangi beban negara dalam bidang ekonomi, selain meningkatkan efisiensi.
Rasionalisasi meliputi penyempurnaan administrasi negara, angkatan perang, dan aparat
ekonomi.
c. Rencana Kasimo (Kasimo Plan) Program ini disusun oleh Menteri Urusan Bahan
Makanan I.J.Kasimo. Program ini berupa Rencana Produksi Tiga tahun (1948-1950)
mengenai usaha swasembada pangan untuk meningkatkan kehidupan rakyat dengan
meningkatkan produksi bahan pangan.

20

2. Tahun 1952 dimulai usaha-usaha perencanaan yang lebih bersifat menyeluruh, biarpun intinya
adalah tetap sektor publik.
3. Tahun 1956-1960 telah berhasil disusun suatu Rencana Pembangunan Lima Tahun. Masa
kerja kabinet pada masa liberal yang sangat singkat dan program yang silih berganti
menimbulkan ketidakstabilan politik dan ekonomi.
4. Tahun 1961-1969 berhasil disusun Rencana Pembangunan Nasional Semesta Berencana
Dalam rapat pleno kelima tanggal 3 Desember 1960.
5. Tahun 1961-1969 berhasil disusun Rencana Pembangunan Nasional Semesta Berencana
Delapan Tahun 1961-1969.
6. Rencana Pembangunan Lima Tahun (REPELITA) mulai April tahun 1969 (Repelita I) sampai
tahun 1999 (Repelita VI).
7. Tahapan selanjutnya setelah Pelita yaitu Undang-undang No. 25 Tahun 2000 tentang Program
Pembangunan Nasional (Propenas) Tahun 2000-2004.
8. Pada era reformasi berlaku Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional merupakan landasan hukum pelaksanaan perencanaan pembangunan
nasional di Indonesia.
III.3 Siklus Anggaran di Era Pasca Kemerdekaan Menurut UU ICW
Berdasarkan Staatblad Tahun 1925 No. 448 (UU Perbendaharaan Indonesia) pengaturan tentang
cara pengurusan dan pertanggungjawaban keuangan RI, dapat disimpulkan bahwa lamanya satu
siklus APBN yaitu 60 bulan (lima tahun). Penulis tidak dapat memastikan apakah lama siklus ini
sama dengan siklus anggaran daerah saat itu.
III.4 Siklus Anggaran di Era Orde Lama
Mengenai lamanya satu siklus APBD di era Orde Lama, tidak dapat diketahui karena
keterbatasan informasi.
III.5 Siklus Anggaran Orde Baru
Mengenai lamanya satu siklus APBD di era Orde Baru, tidak dapat diketahui karena
keterbatasan informasi. Informasi mengenai siklus APBD secara jelas diketahui setelah
zaman otonomi daerah.
III.6 Siklus Anggaran Era Reformasi – Sekarang
Lamanya siklus APBD di era reformasi s.d. sekarang yaitu 30 bulan. Berdasarkan UU No. 54
tahun 2010, tahapan kegiatan dalam siklus APBD adalah sebagai berikut:
1.

RPJPD disusun oleh Bappeda dengan tahapan sebagai berikut (pasal 21:2) :
persiapan penyusunan RPJPD;
penyusunan rancangan awal RPJPD;
pelaksanaan musrenbang RPJPD;
perumusan rancangan akhir RPJPD; dan
penetapan RPJPD.
RPJMD disusun dengan tahapan sebagai berikut (pasal 52:2) :
a. persiapan penyusunan RPJMD;
b. penyusunan rancangan awal RPJMD;
c. penyusunan rancangan RPJMD;
a.
b.
c.
d.
e.

2.

21

3.

4.

5.

6.

7.

d. pelaksanaan musrenbang RPJMD;
e. perumusan rancangan akhir RPJMD; dan
f. penetapan Peraturan Daerah tentang RPJMD
Renstra SKPD disusun dengan tahapan sebagai berikut (pasal 89:2) :
a. persiapan penyusunan Renstra SKPD;
b. penyusunan rancangan Renstra SKPD;
c. penyusunan rancangan akhir Renstra SKPD; dan
d. penetapan Renstra SKPD
RKPD disusun dengan tahapan sebagai berikut (pasal 101:2) :
a. persiapan penyusunan RKPD;
b. penyusunan rancangan awal RKPD;
c. penyusunan rancangan RKPD;
d. pelaksanaan musrenbang RKPD;
e. perumusan rancangan akhir RKPD; dan
f. penetapan RKPD.
Renja SKPD disusun dengan tahapan sebagai berikut (pasal 137:2) :
a. persiapan penyusunan RenjaSKPD;
b. penyusunan rancangan Renja SKPD;
c. pelaksanaan forum SKPD; dan
d. penetapan Renja SKPD.
Perubahan RPJPD dan RPJMD hanya dapat dilakukan apabila (pasal 282:1) :
a. hasil pengendalian dan evaluasi menunjukkan bahwa proses perumusan, tidak sesuai
dengan tahapan dan tatacara penyusunan rencana pembangunan daerah yang diatur
dalam Peraturan Menteri ini;
b. hasil pengendalian dan evaluasi menunjukkan bahwa substansi yang dirumuskan, tidak
sesuai dengan Peraturan Menteri ini;
c. terjadi perubahan yang mendasar; dan/atau
d. merugikan kepentingan nasional.
Perubahan RKPD dalam hal tidak sesuai dengan Perkembangan keadaan dalam tahun
berjalan, seperti (pasal 285:1-2) :
a. perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi kerangka ekonomi daerah dan kerangka
pendanaan, prioritas dan sasaran pembangunan, rencana program dan kegiatan prioritas
daerah;
b. keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun anggaran sebelumnya harus
digunakan untuk tahun berjalan; dan/atau
c. keadaan darurat dan keadaan luar biasa sebagaimana ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan

Agenda kerja penyusunan RKPD menurut lampiran A.XXII Permendagri No. 13 tahun 2006
NO
1

URAIAN
Penyusunan RKPD

WAKTU
Akhir bulan Mei

KET

PIHAK YANG TERLIBAT
Kepala daerah, TAPD, kepala
SKPD, sekretaris daerah,
panitia anggaran DPRD,
Mendagri

DOKUMEN YANG
DIHASILKAN
KUA, PPAS, Nota
kesepakatan KUA dan
PPAS, RKA SKPD,
ringkasan
APBD,
Ranc. PerKaDa tentang

22

penjabaran
APBD,
nota keuangan APBD,
Ranc. Perda tentang
APBD,
Rekapitulasi
belanja
daerah,
RaPerKaDa
tentang
penjabaran APBD, dsb
2

Penyampaian
Awal bulan Juni
Rancangan
KUA
kepada Kepala Daerah

1 bulan

3

Penyampaian
Pertengahan bulan 3 minggu
Rancangan KUA dari Juni
Kepala Daerah kepada
DPRD

Kepala daerah, TAPD, kepala
SKPD, sekretaris daerah,
panitia anggaran DPRD,

4

KUA disepakati antara Minggu
pertama
Kepala Daerah dengan bulan Juni
DPRD

Kepala daerah, TAPD, kepala KUA,
Nota
SKPD, sekretaris daerah, kesepakatan
KUA
panitia anggaran DPRD,
antara Pemda dengan
DPRD

5

Penyusunan
Rancangan PPAS

6

Penyampaian
Minggu
Rancangan PPAS ke bulan Juli
DPRD

7

PPAS
disepakati Akhir bulan Juli
antara Kepala Daerah
dengan DPRD

Kepala daerah, TAPD, kepala PPAS,
Nota
SKPD, sekretaris daerah, kesepakatan
PPAS
panitia anggaran DPRD,
antara Pemda dengan
DPRD

8

Penetapan Pedoman Awal
Penyusunan
RKA- Agustus
SKPD oleh Kepala
Daerah

Kepala daerah, TAPD, kepala Pedoman Penyusunan
SKPD, sekretaris daerah
RKA-SKPD
oleh
Kepala Daerah

9

Penyampaian Raperda Minggu
pertama 2 bulan
APBD kepada DPRD bulan Oktober

1 minggu

kedua 3 minggu

bulan 1 minggu

10 Pengambilan
Paling lama 1
Keputusan
bersama (satu)
bulan
DPRD dan Kepala sebelum
tahun
Daerah
terhadap anggaran
yang
RAPBD
bersangkutan
(awal
bulan
Desember)

Kepala daerah, TAPD, kepala Rancangan KUA
SKPD, sekretaris daerah

Kepala daerah, TAPD, kepala Rancangan PPAS
SKPD, sekretaris daerah
Kepala daerah, TAPD, kepala
SKPD, sekretaris daerah

Kepala daerah, TAPD, kepala
SKPD, sekretaris daerah,
panitia anggaran DPRD
Kepala daerah, TAPD, kepala BA persetuj. Bersama
SKPD, sekretaris daerah, KaDa dan DPRD
panitia anggaran DPRD
tentang Raperda APBD

23

11 Penetapan
evaluasi

hasil 15 (lima belas) hari
keja (pertengahan
bulan Desember)

Kepala daerah, TAPD, kepala Hasil Evaluasi Raperda
SKPD, sekretaris daerah
tentang
APBD,
RaPerKaDa
tentang
penjabaran APBD

12 Penetapan
Perda Akhir
Desember
tentang APBD dan (31 Desember)
Raper KDH tentang
penjabaran APBD bila
sesuai hasil evaluasi

Kepala daerah, TAPD, kepala
SKPD, sekretaris daerah

13 Penyempurnaan sesuai 7 hari kerja
hasil evaluasi

Akhir
Kepala daerah, TAPD, kepala
bulan
SKPD, sekretaris daerah
Desember

14 Pembatalan berasarkan
hasil evaluasi

7
hari Kepala daerah, TAPD, kepala
kerja
SKPD, sekretaris daerah
setelah
hasil
evaluasi
dari
Menteri
Dalam
Negeri/Gu
benur

15 Penghentian
dan 7 hari kerja
pencabutan
pelaksanaan
Perda
tentang
APBD
bersama DPRD

Awal
bulan
Januari

Kepala daerah, TAPD, kepala
SKPD, sekretaris daerah,
pimpinan DPRD

16 Penetapan keputusan 3 hari kerja setelah
pimpinan
DPRD keputusan
tentang
ditetapkan
penyempurnaan Perda
APBD
dan
penyampaian
hasil
penyempurnaan
berdasarkan
hasil
evaluasi

Kepala daerah, TAPD, kepala
SKPD, sekretaris daerah,
pimpinan DPRD

17 Penetapan
Perda Akhir
Desember
APBD dan Peraturan (31 Desember)
Kepala Daerah tentang
Penjabaran APBD

Kepala daerah, TAPD, kepala Perda APBD
dan
SKPD, sekretaris daerah, Peraturan
Kepala
pimpinan DPRD
Daerah
tentang
Penjabaran APBD

18 Penyampaian
Perda 7 hari kerja
APBD dan Peraturan
Kepala Daerah tentang
Penjabaran
APBD
kepada Menteri Dalam

Kepala daerah, TAPD, kepala
SKPD, sekretaris daerah,
panitia anggaran DPRD,
Mendagri

24

Negeri/Gubernur

Agenda kerja pelaksanaan APBD menurut lampiran B.V Permendagri No. 13 tahun 2006
NO

URAIAN

WAKTU

KETERA
NGAN

A

PELAKSANAAN
APBD

1

Pemberitahuan
3 hari setelah Perda
menyusun DPA SKPD APBD ditetapkan

2

Penyerahan
6 hari kerja
Rancangan
DPA
SKPD dan Rancangan
anggaran kas dari
SKPD kepada PPKD

3

Verifikasi
dan 15
hari
kerja Minggu
pengesahan rancangan setelah ditetapkan ke-2 bulan
DPA
SKPD
dan Perda APBD
Januari
rancangan anggaran
kas

4

Penyampaian
DPA 7 hari kerja
SKPD dan anggaran
kas
yang
telah
disahkan ke SKPD

B

DPAL SKPD

1

Kepala
SKPD Pertengahan bulan
menyampaikan
Desember
laporan akhir realisasi
pelaksanaan kegiatan
fisik dan non fisik
maupun
keuangan
kepada PPKD untuk
pengesahan menjadi
DPAL SKPD tahun
anggaran berikutnya

PIHAK YANG TERLIBAT

DOKUMEN YANG
DIHASILKAN

PPKD, TAPD, kepala SKPD, DPA SKPD, anggaran
satuan kerja pengawasan kas
Pemda
daerah, BPK, DPRD
Prov/kab/kota, DPAL
SKPD, surat penagihan
piutang daerah

Minggu
ke-3 bulan
Januari

PPKD, TAPD, kepala SKPD, DPA SKPD, DPAL
DPRD
SKPD, surat penagihan
piutang
daerah
(SPPD), register SPPD

25

Agenda kerja perubahan APBD menurut lampiran C.XI Permendagri No. 13 tahun 2006
NO

URAIAN

WAKTU

KET

PIHAK YANG TERLIBAT

DOKUMEN YANG
DIHASILKAN

1

Penyampaian
Minggu
pertama
rancangan perubahan bulan Agustus
KUA
dan
PPAS
kepada DPRD

Kepala