Makalah Dasar dasar Manajemen Delegasi W

MAKALAH
Delegasi, Wewenang dan
Disentralisasi
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar-dasar Manajeman yang
dibimbing oleh
Siti Masrohatin, MM.

Disusun oleh:
1. Azimatun Nikmah

(083143051)

2. Nanis Karisma

(083143046)

3. Mudrikatul Hasanah

(083143032)

4. Albi Muhammad Akbar

5. Aulia Multazam

(083143018)
(083143041)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
JURUSAN PERBANKAN SYARI’AH
1

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) JEMBER
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang Maha pemurah lagi Maha penyayang.
Dengan rahmat dan hidayah serta karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
untuk mata kuliah Dasar-dasar Manajamen ini dengan baik walaupun kurang sempurna.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang benderang
yakni Addinul Islam.
Dan tak lupa juga ribuan terima kasih kami kepada Ibu Siti Masrohatin selaku dosen
pembimbing untuk mata kuliah Dasar-dasar Manajaman serta teman-teman yang membantu

pembuatan makalah ini hingga selesai.
Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya
bagi mahasiswa/i di IAIN JEMBER dan dapat dijadikan sebagai sarana untuk meningkatkan
pembelajaran.
Yang Maha sempurna memang Allah SWT semata, tetapi kita sebagai hambaNya
wajib untuk berusaha menjadi yang lebih baik, maka dari itu dengan senang hati kami
menanti kritik dan saran yang bersifat membangun dengan tercapainya kebaikan. Akhir
kalam, semoga Rahmat, Hidayah, serta Inayah-Nya senantiasa tercurahkan kepada kita.
Amin ya rabbal alamin.

Jember, 10 Oktober 2015

Penyusun

2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................II
DAFTAR ISI........................................................................................................III

BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................
A. Latar belakang masalah.............................................................................1
B. Fokus Penulisan.........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................
A. Pengertian Delegasi ...................................................................................2
B. Pengertian Wewenang ..............................................................................7
C. Pengertian Sentralisasi dan Disentralisasi.................................................12
BAB III PENUTUP.............................................................................................
Kesimpulan............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................

3

BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Dalam suatu perusahaan sudah sering di jumpai yang namanya wewenang,delegasi dan
disentralisasi, ketiganya memang sangat di butuhkan perusahaan, seorang menejer sebuah
perusahaan atau organisasi dituntut kemampuannya untuk mengola perusahaan atau organisasi

dengan baik agar tujuan tercapai efektif, untuk mewujudkannya diperlukan kemampuan dalam
mendelegasikan wewenang kepada setiap organ di perusahaan atau organisasi.
Tentunya dalam mendelegasikan wewenang maupun disentralisasi kekuasaan manajer
harus memahami terlebih dahulu rentang konsep atau teori mengenai delegasi, wewenang dan
disentralisasi
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian delegasi?
2. Apa saja unsur delegasi ?
3. Apa pengertian wewenang dan disentralisasi ?
C. Tujuan Penulisan
1. Agar mahasiswa mengetahui pengertian delegasi, wewenang dan disentralisasi
2. Agar mahasiswa mengetahuai unsur-unsur delegasi
3. Agar mahasiswa mengetahui pengertian wewenang dan disentralisasi

4

BAB II
Pembahasan
A. DELEGASI
1. Pengertian Delegasi

Satu prinsip organisasi adalah delegasi kekuasaan. Seorang manajer mempunyai tugas
tertentu, tetapi karena ia adalah orang yang mencapai hasil melalui bawahannya dank arena
seorang manajer itu mempunyai waktu, pengetahuan, dan perhatian yang terbatas, tidak mungkin
dia sendiri yang melaksanakan tugasnya, sungguhpun ia harus bertanggung jawab akan
pelaksanaan tugas itu sebaik-baiknya.
Seorang manajemen harus mendelegasi sebagian tugasnya kepada bawahannya.
Pembicaraan di muka tentang departementasi sesungguhnya erat hubungannya dengan
pendegelasi tugas ini. Seorang manajer yang mengadakan departementasi berarti membagi
kegiatan-kegiatannya atas beberapa kegiatan yang lebih kecil. Kegiatan yang dibagi-baginya
ditugaskan untuk di kerjakan oleh bawahannya. Begitu seorang manajer telah menugaskan
bawahan-bawahannya untuk mengerakan kegiatan yang telah di perinci, maka pada saat itu ia
mendeleger.
Seorang manajer mendelegasi tugasnya kepada bawahnya, maka ia juga harus
mendeleger kekuasannya. Seorang oleh bawahannya. Begitu seorang manajer telah menugaskan
bawahan-bawahannya untuk mengerakan kegiatan yang telah di perinci, maka pada saat itu ia
mendeleger. Seorang manajer mendelegasi tugasnya kepada bawahnya, maka ia juga harus
mendeleger kekuasannya. Seorang yang diserahi tugas untuk melaksanakan suatu tugas tertentu
bertanggung jawab dalam pelaksanaan tugas itu. Pertanggung jawaban itu hanya dapat di penuhi
sebaik-baiknya bila kepadanya didelegasikan kekuasaan untuk memutuskan segala sesuatu yang
berhubungan dengan fungsinya. Jadi, jelas delegasi tugas adalah anak kembar siam dengan

delegasi kekuasaan.
2. Alasan-alasan Pendelegasian
Pertama, pendelegasian memungkinkan manajer dapat mencapai lebih dari bila mereka
menangani setiap tugas sendiri. Delegasi dari atasan kebawahan merupakan proses agar bias

5

efisien. Delegasi dibutuhkan karena manajer tidak selalu mempunyai semua pengetahuan yang
dibutuhkan untuk membuat keputusan. Agar organisasi dapat menggunakan sumber dayanya
lebih efisien maka pelaksanaan tugas-tugas tertentu didelegasikan pada tingkatan organisasi yang
serendah mungkin.1
3. Unsur-unsur Delegasi
Delegasi kita artikan kegiatan seorang manajer untuk menugaskan bawahannya untuk
mengerjakan bagian dari pada tugas manajer yang bersangkutan dan pada waktu yang
bersamaanmemberikan kekuasaan kepada bawahannya sehingga bawahan tersebut dapat
melaksanakan tugas sebaik-baiknya atau dapat mempertanggung jawabkan hal-hal yang di
delegasikan kepadanya.
Dalam proses delegasi terdapat 3 unsur yaitu:
A. Tugas
B. Kekuasaan

C. Pertanggung jawaban

Pada tahap pertama, seorang manajer dalam proses delegasi, memberi tugas dan
kekuasaan kepada bawaannya.
Tugas adalah pekerjaan-pekerjaan yang harus di lakukan oleh seseorang pada jabatan
tertentu, sedangkan kekuasaan adalah hak atau wewenang untuk memutuskan segala sesuatu
yang berhubungan dengan fungsinya.
Pada tahap kedua, bahawahan memberikan pertanggung jawaban kepada orang yang
mendeleger tugas dan kekuasan di pakai
Dari uraian unsure di atas, jelas bahwa kekuasaan dan tugas dapat didelegasikan,
sedangkan pertanggung jawaban tidak dapat didelegasikan. Dengan perkataan lain, seorang
pemimpin yang mendelgasikan tugas dan kekuasannya kepada bawahannya tidak berarti
mendelegasikan pertanggung jawabannya, melainkan ia tetap bertanggug jawab akan
pelaksanaan tugasnya dengan sebaik-baiknya.

1

Hani Handoko., Menejemen Edisi 2., (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2008) hlm 213

6


Wewenang manajer mendelegasikan seleuruh tugasnya dan kekuasannya kepada bawahannya,
sebagaimana hanya tidak mungkin seorang manajer tidak mendelegasi sedikitnya atau banyak
tugas dan kekuasannya kepada bawahnnya.
3. Tugas-tugas yang didelegasikan
Telah dibatasi di muka tadi bahwa tugas adalah pekerjaan yang harus dilakukan oleh
seorang pada suatu jabatan tertentu. Timbul pertanyaan, manakah dari keseluruhan tugas-tugas
yang dapat didelegasikan?
a) Dari sudut proses
Dari sudut proses kita ketahui bahwa tuas-tugas manajer dan fingsi-fungsi manajer itu adalah
planning, organizing, assembling, directing, dan controlling.
Fungsi seorang manajer diperas menjadi 3fungsi, yaitu perencaan,pelasaan dan pengawasan.
Mendasarkan diri atas tiga terminology tersebut, menurut mereka delegasi di mulai dengan
mendelegasikan sebagai tugas pelaksaan dan sedikit-dikitnya sebagai dari tugas perencanaan
kepada bawahannya.
Para bawahan yang menerima delegasi tugas dan kekuasaan selanjutnya mendelegasikan
tugas dan kekuasaan itu kepada bawahannya. Pada keadaan ini, manajer terdahulu lebih
banyak ;agi mendelegasikan perencanaan, pelaksaan, dan semakin banyak ia memusatkan
perhatiannya dalam pengawasannya.
Jadi, berpegang kepada tiga tugas pimpinan tesebut di atas, pendelegasian tugas di mulai dari

tugas pelaksaan, pada taraf berikutna bila perusahan semakin meluas aktivitasnya, maka
sebagian dari tugas perencaan dapat didelegasikan kepada bawahan. Tugas pemimpin yang
termasuk perencanaan semakin dikurangi dan semakin banyak perhatiannya dipusatkan pada
pelaksanaan tugas atau pengawasan.
b) Dari sudut bidang
Tugas-tugas seorang manajer bila kita tinjau dari sudut bidang dapat kita golongkan atau
tugas-tugas adalah :
a. Produksi
b. Personalia
c. Keuangan
7

d. Tata usaha
e. Statistik
f. Marketing
Telah di uraikan di muka, sebagian dari masing-masing tugas manajer dapat didelegasikan
kepada bawahan, demikian halnya dengan fungsi produksi. Biasanya, karena fungsi produksi
adalah fungsi pelaksaan, fungsi tersebut merupakan tugas yang pertama di deleger kepada
bawahan, yakni kepada kepala bagian produksi.
Sebagian dari kegiatan atau tugas personalia sebaiknya tidak didelegasikan, misalnya

pengembangan pimpinan, perubahan-perubahan gaji dan bonus, perubahan tingkat upah,
perubahan perjanjian perburuhan, pemecahan keluhan-keluhan pegawai.
Fungsi keuangan merupakan fungsi yang cenderung untuk tidak didelegasikan, bahkan
sekalipun perusahaan melakukan aktivitasnya di sesuatu daerah yang luas. Hal ini terutama di
sebabkan bahwa pada umumnya tujuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan sehingga
dengan tidak didelegasikannya fungsi keuangan tersebut terhindarlah kemungkinan
penyelewengan, dan juga memudahkan pengawasan penguasaan akan faktor produksi tersebut.
Fungsi tata buku dan statistic cenderung untuk tidak didelegasikan dari kantor pusat
perusahaan kepada cabang-cabangnya dengan maksud agar sewaktu-waktu top manajer dapat
dengan cepat mengadakan kontrol atau mendapatkan laporan.
Fungsi marketing dapat diperinci atas beberapa fungsi kecil, yakni penjualan, riset pasar,
advertensi, ekspor, dan pembelian. Fungsi penjualan sesungguhnya merupakan fungsi yang
cendrung untuk didelegasi bukan saja oleh pemimpin kepada bawahannya, tetapi oleh kantor
pusat kepada cabang-cabangnya di daerah-daerah. Tugas mendistribusikan atau penjualan
biasanya harus didelegasikan bila suatu perusahaan mempunyai daerah penjualan melewati
daerah kantor pusat perusahaan.

Fungsi pembelian cenderung untuk didelegasikan dalam hal-hal sebagai berikut.
a. Maslah pembelian berbeda-beda antara bagian daerah yang lain dari suatu perusahaan
b. Pembelian dalam jumlah nilai kecil


8

4. Delegasi yang Efektif
Salah satu hal yang amat penting dalam maslahah delegasi ialah bagaimana supaya delegasi
itu efektif. Untuk mencapai hal tersebut ada beberapa hal yang dapat dipedomani
Pertama:unsure delegasi harus lengkap dan jelas.seorang manajer yang mendelegasikan harus
memperhatiak ketiga unsur delegasi dan memberi penjelasan akan masing-masing unsur delegasi
terebut.
Kedua:manajer harus mendelegasi kepada orang yang tepat. Tepat tidaknya seseorang untuk
menerima delegasi dapat di ketetahui bila ia sudah memnuhi kualifikasi fisik dan psikis sebagai
dibutuhkan oleh jabatannya.
Ketiga:manajer yang mendelegasi harus memberikan peralatan yang cukup dan
mengusahakan keadaan sekitar yang efisien. Untuk dapat melaksanakan tugas dengan baik,
perlulah seseorang itu mempunyai peralatan yang cukup, selanjutnya keadaan sekitar tempat
dimana seseorang melaksanakan tugasnya mempengaruhi berhasil tidaknya seseorang dalam
melaksanakan tugasnya.
Keempat:manajer yang mendeleger harus memberikan insentif. Agar sesorang mau
melaksanakan tugas sebaik-baiknya, maka keadaanya harus di beriinsentif atau perangsang.2
Prinsip-prinsip klasik yang dapat dijadikan dasar untuk delegasi yang efektif adalah:
1. Prinsip Saklar. Dalam proses pendelegasian harus ada garis wewenang yang jelas
mengalirsetingkat demi setingkat dari tingkatan paling atas kebawah. Dalam proses pembuatan
garis wewenang dibutuhkan delegasi penuh, yang berarti bahwa semua tugas organisasi yang
diperlukan harus dibagi habis.
2. Prinsip Kesatuan Perintah. Prinsip ini menyatakan bahwa setiap bawahan dalam organisasi
harus melapor hanya kepada atasan. Disamping itu bawahan dapat menghindari tanggung jawab
atas pelaksanaan tugas yang jelek dengan alas an banyaknya tugas dari atasan lain.
3. Tanggung Jawab, Wewenang, dan akuntabilitas. Prinsip ini menyatakan bahwa (a) agar
organisasi dapat menggunakan sumber dengan dayanya lebih efisien. (b)konsekuensi wajar
peranan tersebut adalah bahwa setiap individu dalam organisasi untuk melaksanakan tugas yang
dilimpahkan kepadanya dengan efektif. (c)bagian penting dari delegasi tanggung jawab dan
2

Manulang, Teori Manajeman (Medan,Grafida Persada, 1998) hlm 113

9

wewenang adalah akuntabilitas penerimaan tanggung jawab dan wewenang berarti individu juga
setuju untuk menerima tuntutan pertanggung jawaban pelaksanaan tugas.

B. WEWENANG
1. Pengertian Wewenang
Wewenang dapat diperbandingkan dengan sistem syaraf dalam tubuh manusia. Tanpa otak
dan syaraf, tubuh manusia tidak dapat berfungsi. Tanpa suatu sistem wewenang, suatu organisasi
jugaa tidak dapat berfungsi. Wewenang (authority) adalah hak untuk melakukan sesuatu atau
memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar tercapai tujuan
tertentu. Sebagai contoh, seorang manajer suatu organisasi mempunyai hak untuk memberi
perintah dan tugas, serta menilai pelaksanaan kerja karyawwan dibawahnya. Wewenang ini
merupakan hasil delegasi atau pelimpahan wewenang dari posisi atasan ke bawahan dalam
organisasi.3
Delegasi wewenang merupakan suatu proses yang membasis fungsi pengorganisasian.
Max Weber mendefinisikan wewenang sebagai kekuasaan riil. Menurut Henry Fayol wewenang
sebagai kebenaran untuk memberi perintah-perintah dan kekuasaan untuk memastikan ketaatan.
Ada dua macan teori tentang wewenang yaitu teori wewenang Formal (Formal Authority
Theory)dan teori Penerimaan.
Teori wewenang formal mengatakan bahwa wewenang itu berasaldari atasan diberikan
kepada bawahan secara sah. Teori ini sesuai dengan definisi Weber bahwa wewenang tersebut
adalah sah karena diberi dari yang berwenang (dari atasan).
Teori penerimaan mengatakan bahwa para karyawan memberikan wewenangnya kepada
manajer. Jadi dari bawah ke atas. Di sini para bahawah menerima perintah atasan secara
sukarela.
2. Jenis-jenis wewenang yang dapat didefinisikan menurut Weber dan Peabody yaitu
 Wewenang Jabatan (Positional Authority). Weweanag ini berdasar pada jabatan
organisasional. Para bawahan menerima wewenang yang dipunyai manajer karena
mereka mengetahui bahwa manajer tersebut adalah pejabat yabg sah dari organisasi
mereka.
 Wewenang Fungsional (Functional Authority). Wewenang ini berdasar pada keahlian.
3

Hani Handoko., Menejemen Edisi 2., (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2008) hlm 213

10

 Wewenang Personal (Personal Authority). Wewenang ini merupakan wewenang pribadi
berdasarkan pada sifat-sifat pribadi seseorang.
Delegasi wewenang adalah proses pemberian wewenang dan tanggung jawab dari
pimpinan kepada bawahannya. Setiap delegasi tentu melibatkan tiga hal utama yakni Wewenang
(authbority), Tanggung Jawab (responsibility) dan Penanggung Jawaban atas Pelaporan
(accountability).
Ada dua pandangan yang saling berlawanan mengenai sumber wewenang, yaitu teori
formal (atau sering disebut pandangan klasik) dan teori penerimaan. Pandangan wewenang
formal menyebutkan bahwa wewenang adalah dianugerahkan; wewenang ada karena seseorang
diberi atau dilimpahi atau diwarisi hal tersebut. Pandangan ini menganggap bahwa wewenang
berasal dari tingkat masyarakat yang sangat tinggi dan kemudian secara hukum diturunkan dari
tingkat ke tingkat. Jadi, pandangan ini menelusuri sumber tertinggi dari wewenang keatas sampai
sumber terakhir, dimana untuk organisasi perusahaan adalah pemilik atau pemegang saham.
Pandangan teori penerimaan (acceotance theory of authority) menyanggah pendapat
bahwa wewenang dapat dianugerahkan. Teori penerimaan (aliran perilaku) berpendapat bahwa
wewenang seseorang timbul hanya bila hal itu diterima oleh kelompok atau individu kepada
siapa wewenang tersebut dijalankan. Pandangan ini menyatakan kunci dasar wewenang ada
dalam yang dipengaruhi (influencee) bukan yang mempengaruhi (influencer). Jadi, wewenang
itu ada atau tidak tergantung pada penerima (receiver), yang memutuskan untuk menerima atau
menolak. Chester Barnard menyatakan dan mendukung pandangan ini ketika dia menulis : “Bila
suatu komunikasi direktif diterima seseorang kepada siapa hal itu ditujukan wewenang untuknya
tercipta atau ditegaskan”.
Barnard menulis pula bahwa seseorang akan bersedia menerima komunikasi yang bersifat
kewenangan hanya bila empat kondisi berikut dipenuhi secara simultan yaitu (a) dia dapat
memahami komunikasi tersebut, (b) pada saat keputusannya dibuat dia percaya bahwa hal itu
tidak menyimpang dari tujuan organisasi, (c) dia yakin bahwa hal itu tidak bertentangan dengan
kepentingan pribadinya sebagai suatu keseluruhan, dan (d) dia mampu secara mental dan phisik
untuk mengikutinya.
Barnard menyebut kondisi kerjasama dimana ada penerimaan wewenang dengan sebutan
“zone of indifference, dan Herbert A. Simon menyebut dengan “area of acceptance”.
11

Perbedaan tekanan pada kedua pandangan diatas dapat digambarkan seperti terlihat dalam
gambar

Penyedia

Pandangan

formal

tentang

wewenang

yang menekankan peranan penyelia.

(supervisor)

Pandangan peneriaan tentang wewenang
karyawan

yang menekankan peranan karyawan.

Bagaimanapun juga pandangan kedua memberikan titik strategik bagi manajer. Untuk
menjadi efektif, manajer sangat tergantung pada penerimaan wewenangnya oleh bawahan.4
3. STRUKTUR LINI DAN STAF
a. Organisasi Lini
Semua organisasi mempunyai sejumlah fungsi-fungsi dasar yang harus dilaksanakan.
Sebagai contoh, organisasi perusahaan biasanya paling sedikit mempunyai tiga fungsi dasar –
produksi (manufacturing atau operasi), pemasaran (atau penjualan) dan keuangan. Fungsi-fungsi
dasar tersebut dilaksanakan oleh semua organisasi, baik manufacturer, pedagang eceran,
perusahaan jasa, ataupun organisasi “nonprofit”. Fungsi-fungsi ini biasanya disusun dalam suatu
organisasi lini dimana rantai perintah adalah jelas dan mengalir kebawah melalui tingkatantingkatan menejerial. Individu-individu dalam departemen-departemen melaksanakan kegiatankegiatan utama perusahaan – produksi, pemasaran dan keuangan. Setiap orang mempunyai
hubungan pelaporan hanya dengan satu atasan, sehingga ada kesatuan perintah.
4

Hani Handoko., Menejemen Edisi 2., (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2008)., Hlm.213.

12

b. Organisasi Lini dan Staf
Staf merupakan individu atau kelompok (terdiri para ahli) dalam struktur organisasi yang
fungsi utamanya memberikan saran dan pelayanan kepada fungsi lini. Karyawan staf atau staf
departemen tidak secara langsung terlibat dalam kegiatan utama organisasi atau departemen.
Sebagai contoh, staf spesialis pemeliharaan tidak menciptakan produk, menjual, dan mengelola
keuangan. Posisi staf ditambahkan untuk memberikan saran dan pelayanan departemendepartemen lini dan membantu mereka mencapai tujuan organisasi dengan lebih efektif.
Beberapa alasan mengapa organisasi perlu membedakan antara kegiatan-kegiatan lini dan
staf. Pertama, karena kegiatan-kegiatan lini mencerminkan pekerjaan pokok organisasi;
menejemen puncak harus secara khusus memperhatikan kebutuhan integritas dan departemendepartemen tersebut. Pembatasan pelaksanaan departemen lini dengan melimpahkan terlalu
banyak wewenang kepada staf dapat mengurangi moral dan efisiensi departemen bersangkutan.
Kedua, pengetatan yang harus dibuat organisasi dalam waktu krisis sangat ditentukan oleh
pilihan terhadap departemen lini atau staf. Sebagai contoh, suatu perusahaan yang sedang
menghadapi penurunan permintaan produknya (karena kondisi ekonomi yang tidak
menguntugkan) cenderung melakukan pengetatan terutama pada departemen lini. Tetapi bila
permintaan tetap kuat tetepi organisasi perlu menekan biaya, maka pengetatan lebih cenderung
dilakukan pada departemen staf.
Ada dua tipe staf, yaitu staf pribadi dan staf spesialis. Staf pribadi (personal staff) dibentuk
untuk memberikan saran, bantuan dan jasa kepada seseorang manajer (individual). Staf pribadi
kadang-kadang disebut sebagai “asisten” atau “asisten staf”, yang mempunyai tugas bermacammacam untuk atasan dan biasanya generalis.
Sedangkan staf spesialis memberikan saran, konsultasi, bantuan, dan melayani seluruh lini
dan unsur organisasi. Disebut staf “spesialis” karena fungsinya sempit dan membutuhkan
keahlian khusus.
c. Wewenang Lini, Staf dan Fungsional
Wewenang lini ( line authority) adalah wewenang dimana atasan melakukannya atas
bawahannya langsung. Ini diwujudkan dalam wewenang perintah dan secara langsung tercermin
sebagai rantai perintah, serta diturunkan kebawah melalui tingkatan organisasi.

13

Wewenang staf (staff authority) adalah hak yang dipunyai oleh satuan-satuan staf atau
spesialis untuk menyarankan, memberi rekomendasi, atau konsultasi kepada personalia lini. Ini
tidak memberikan wewenang kepada anggota staf untuk memerintah lini mengerjakan kegiatan
tertentu.
Weweang staf fungsional (functional staff authority) adalah hubungan terkuat yang dapat
dimiliki staf dengan satuan-satuan lini, bila dilimpahi wewenang fungsional oleh menejemen
puncak, seorang staf spesialis mempunyai hak untuk memerintah satuan lini sesuai kegiatan
fungsional dimana hal itu merupakan spesialis dari staf bersangkutan. Sebagai contoh, seorang
spesialis keamanan mungkin mempunyai wewenang untuk memerintah manajer laboratorium
penelitian untuk menutup laboratorium bila gas berbahaya mencapai tingkat tertentu, atau
departemen scheduling produksi mungkin diberi wewenang untuk menentukan pekertjaan
departemen produksi mana yang harus dikerjakan terlebih dahulu, dan sebagainya. Wewenang
fungsional dapat melanggar prinsip kesatuan perintah dan menyebabkan berbagai konflik
organisasi. Penggunaan yang berlebihan wewenang fungsional juga merusak intergritas
departemen lini yang bertanggungjawab atas hasil. Untuk itu, wewenang fungsional seharusnya
dilimpahkan kepada staf untuk dijalankan hanya bagi kejadian-kejadian khusus.
4. Sumber Konflik Lini-Staf
Beberapa faktor yang dapat menimbulkanberbagai konflik di antara departemen dan orangorang lini dan staf. Faktor-faktor tersebut meliputi:
1. Perbedaan umur dan pendidikan, orang-orang staf biasanya lebih muda dan lebih
berpendidikan daripada orang-orang staf, sehingga menimbulkan “generation gap”.
2. Perbedaan tugas, dimana orang lini lebih teknis dan generalis, sedang staf spesialis. Hal
ini menimbulkan kejadian-kejadian sebagai berikut :
- Karena staf sangat spesialis, mungkin menggunakan istilah-istilah dan bahasa yang
tidak dipahami orang lini.
- Orang lini mungkin merasa bahwa staf spesialis tidak sepenuhnya mengerti masalahmasalah lini dan menganggap saran mereka tidak dapat diterapkan atau dikerjakan.
3. Perbedaan sikap, ini tercermin pada :
- Orang staf cenderung memperluas wewenangnya dan cenderung memberikan
perintah-perintah kepada orang lini untuk membuktikan eksistensinya.
- Orang staf cenderung merasa yang paling berjasa untuk gagasan-gagasan yang
diimplementasikan oleh lini; sebaliknya, orang lini mungkin tidak menghargai
peranan staf dalam membantu pemecahan masalah-masalahnya.
14

-

Orang staf selalu merasa dibawah perintah orang lini; dilain pihak orang lini selalu
curiga bahwa orang staf ingin memperluas kekuasaannya.
4. Perbedaan posisi. Menejemen puncak mungkin tidak mengkomunikasikan secara jelas
luasnya wewenang staf dalam hubungannya dengan lini. Padahal organisasi departemen
staf ditempat kan relatif pada posisi tinggi dekat menejemen puncak. Departemen lini
dengan tingkatan lebih rendah cenderung tidak senang dengan hal tersebut.
Untuk menghapuskan konflik-konflik tersebut, menejemen puncak harus secara jelas
menyampaikan delegasi departemen-departemen staf. Lebih dari itu, supaya efektif,
departemen-departemen staf harus menyadari bahwa pekerjaan mereka adalah “to sell, not to
tell” –“menjual” kepada departemen-departemen lini gagasan-gagasan mereka, dan bukan
“memberitahu” mereka bagaimana menjalankan fungsi.
C. SENTRALISASI DAN DESENTRALISASI
1. Pengertian Senttralisasi dan Disentralisasi
Salah satu elemen yang utama yang mempengaruhi delegasi wewenang adalah desentralisasi.
Sentralilasi adalah pemusatan wewenang dan kekuasaan di manajemen tingkat atas.
Desentralisasi adalah penyebaran wewenang pembuatan keputusan ke tingkat-tingkat organisasi
yang lebih rendah. Tingkatan desentralisasi terletak pada kualitas penyebaran dan wewewnang
yang dimiliki para manajer, serta sifat-sifat keputusan yang mereka buat pada setiap tingkatan
organisasi. Tingkatan desentralisasi naik (meluas) apabila
1. Jumlah keputusan-keputusan yang dibuat kebawah di dalam birarki manajerial
meningkat.
2. Keputusa-keputusan penting yang dibuat ke bawah di dalam wewenang birarki
manejerial meningkat.
3. Jumlah fungsi yang dipengaruhi oleh keputusan-keputusan tingkat yang lebih rendah
meningkat.
Ketergantungan dari manajer tingkat yang lebih rendah meningkat.5
2. Sentralisasi versus Disentralisasi
Faktor penting yang menentukan efektifitas organisasi adalah derajat sentralisasi atau
desentralisasi wewenang. Bila delegasi biasanya berhubungan dengan seberapa jauh manajer
mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab kepada bawahan yang secara langsung,

5

Hani Handoko., Menejemen Edisi 2., (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2008) hlm 215

15

desentralisasi adalah konsep yang lebih luas dan berhubungan dengan seberapa jauh manajemen
puncak mendelegasikan wewenang kebawah.
Sentralisasi adalahpemusatan kekuasaan dan wewenang pada tingkatan atas suatu organisasi.
Desentralisasi adalah penyebaran secara meluas kekuasaan dan pembuatan keputusan
ketingkatan organisasi yang lebih rendah.
Keuntungan desentralisasi adalah sama dengan keuntungan delegasi, yaitu megurangi
beban manajer puncak, meningkatkan latihan, dan membuat lebih fleksibel dan lebih cepat dalam
pembuatan keputusan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Derajat Desentralisasi
Desentralisasi mempunyai nilai hanya bila dapat membantu organisasi mencapai
tujuannya dengan efisien. Penentuan derajat desentralisasi sangat dipengaruhi oleh faktor- factor
sebagai berikut:
1. filsafat manajemen. Banyak manajer puncak yang sangat otokratik dan menginginkan
pengawasan pusat yang kuat.
2. ukuran dan tingkat pertumbuhan organisasi. Organisasi tidak mungkin efisien bila semua
wewenang pembuat keputusan ada pada satu atau beberapa manajer puncak saja.
3. strategi dan lingkungan organisasi. Strategi organisasi akan mempengaruhi tipe pasar,
lingkungan teknologi, dan persaingan yang harus dihadapinya. Dan akan mempengaruhi derajat
desentralisasi.
4. penyebaran geografis organisasi. Semakin menyebar satuan organisasi secara geografis,
organisasi akan cenderung melakukan desentralisasi.
5. tersedianya peralatan pengawasan yang efektif. Organisasi yang kekurangan peralatan yang
efektif akan cenderung melakukan sentralisasi bila manajemen tidak dapat dengan mudah
memonitor pelaksanaan kerja bawahannya.
6. kualitas manajer. Desentralisasi memerlukan banyak manajer yang berkualits, karena mereka
harus membuat keputusan sendiri.
7. keaneka-ragaman produk dan jasa. Dengan tawaran ini organisasi akan cenderung melakukan
desentralisasi, dan sebaliknya.

16

8. karakteristik-karateristik organisasi lainnya, seperti biaya dan risiko yang berhubungan
dengan pembuatan keputusan, sejarah pembuatan organisasi, kemampuan manajemen bawah,
dan sebagainya.6

BAB III
Penutup
6

Hani Handoko., Menejemen Edisi 2., (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2008) hlm 216

17

Kesimpulan
Dalam mendelegasikan wewenang maupun disentralisasi kekuasaan manajer harus
memahami terlebih dahulu rentang konsep atau teori mengenai delegasi, wewenang dan
disentralisasi, dalam setiap perusahaan seorang manajer harus mampu mendelegasi tugasnya
kepada bawahnya atau yang disebut Delegasi wewenang proses pemberian wewenang dan
tanggung jawab dari pimpinan kepada bawahannya, seorang manajer juga harus mampu
melakukan penyebaran wewenang pembuatan keputusan ke tingkat-tingkat organisasi yang lebih
rendah. Tingkatan desentralisasi terletak pada kualitas penyebaran dan wewewnang yang
dimiliki para manajer, serta sifat-sifat keputusan yang mereka buat pada setiap tingkatan
organisasi.

DAFTAR PUSTAKA
Handoko Hani., Menejemen Edisi 2, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2008)
18

Subardi Agus, Manajeman Pengantar (Yogyakarta: STIM YKPN, 1997)
Manulang, Teori Manajeman (Medan,Grafida Persada, 1998)

19