BAB I V OPSI docx

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Penyediaan makanan di masyarakat akan sangat berpengaruh terhadap kondisi
kesehatannya. Seluruh masyarakat membutuhkan makanan yang sehat dan bergizi, khususnya
bagi anak-anak yang sedang berada dalam masa pertumbuhan dan perkembangan. Mereka
membutuhkan makanan yang sehat dan bergizi sehingga dapat tumbuh serta berkembang
dengan baik. Salah satu contoh makanan yang bergizi dalam membantu perkembangan dan
pertumbuhan anak-anak adalah bakpao.
Bakpao adalah makanan tradisional masyarakat Tionghoa. Bakpao terbuat dari tepung
terigu dengan berbagai bahan isian seperti daging ayam, kacang hijau, coklat, dan lain
sebagainya. Di kalangan masyarakat umum, bakpao sudah sangat terkenal. Hal ini
dikarenakan harga bakpao yang murah sehingga terjangkau oleh masyarakat menengah ke
bawah. Selain itu, bakpao juga merupakan makanan yang sangat sehat untuk dikonsumsi.
Proses pembuatan bakpao yang melalui proses pengukusan dan tanpa bahan pengawet juga
memberi dampak yang baik dalam bidang kesehatan bagi masyarakat.
Mayoritas penggemar bakpao adalah siswa-siswi pelajar, baik SD, SMP, maupun
SMA. Mereka berpendapat bahwa bakpao merupakan jajanan sehat yang dapat mengatasi rasa
lapar di sekolah. Bakpao yang kaya akan nilai protein dan karbohidrat tentu sangat diperlukan
oleh siswa saat menimba ilmu pengetahuan. Selain itu, mereka juga tertarik untuk membeli
bakpao karena harga bakpao yang murah dan memiliki bentuk sederhana sehingga tidak sulit

untuk dibawa. Namun, kurangnya inovasi dalam bahan baku pembuatan bakpao membuat
masyarakat mulai meninggalkan makanan sehat ini. Oleh karena itu, perlu adanya variasi
serta inovasi penggunaan bahan baku dalam pembuatan bakpao.
Tanaman suweg (Amorphophallus campanulatus) merupakan salah satu bentuk
inovasi baru dalam hal bahan baku yang dapat dimanfaatkan dalam pembuatan
bakpao.Tanaman jenis umbi-umbian ini tergabung kedalam marga Amorphophallus (Sutomo,
2008). Tanaman suweg memiliki dua jenis yang berbeda yaitu jenis varietas A. campanulatus
var. hortensis Backer yang beracun dan jenis varietas A. campanulatus var. Sylvestris yang
aman untuk dikonsumsi. Tanaman ini banyak tumbuh di sekitar daerah Kubutambahan,
tepatnya di Desa Bengkala, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng. Tanaman ini hidup di
sepanjang 341 Ha di Desa Bengkala. Melimpahnya ketersedian tanaman umbi suweg di Desa
Bengkala tentu dapat dioptimalkan oleh masyarakat sekitar. Namun, banyak masyarakat
1

belum mengetahui potensi yang dimiliki tanaman suweg. Mayoritas masyarakat memandang
tanaman ini sebagai tanaman liar yang hidup di sekitar hutan atau perkebunan mereka.
Jika ditelusuri lebih lanjut, tanaman suweg memiliki banyak potensi di dalamnya.
Bagian tanaman umbi suweg yang dapat dimanfaatkan adalah umbinya. Umbi suweg yang
memiliki berat sekitar 5 kilogram kaya akan kandungan yang sehat dan bergizi. Menurut
Utami (2008), umbi segar suweg mengandung protein sebesar 3,25%, dan karbohidrat sebesar

23,18%. Selain itu, umbi suweg sangat bagus untuk mencegah penyakit Diabetes Mellitus,
karena mengandung kadar gula dan lemak yang rendah. Hal ini dapat dijadikan sebagai acuan
untuk memanfaatkan umbi suweg oleh masyarakat. Dalam memanfaatkan umbi suweg
menjadi bahan baku utama bakpao, diperlukan adanya jiwa kewirausahaan yang nantinya
dapat mengoptimalkan pemanfaatan umbi tanaman suweg.
Kewirausahaan (entrepreneurship) merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan
sikap dan proses yang dilakukan oleh wirausahawan dalam merintis dan mengembangkan
suatu usaha. Menurut Hadi (2011), seorang wirausahawan adalah orang yang memiliki ide-ide
baru yang dihasilkan dari suatu kreativitas. Kreativitas inilah yang akan membawa
wirausahawan untuk berinovasi terhadap usahanya.
Jiwa kewirausahaan (entrepreneurship) seharusnya dikembangkan pada jiwa generasi
muda, terutama sejak mereka menduduki bangku SMA. Jiwa kewirausahaan akan sangat
membantu mereka. Hal ini dapat dijadikan bekal bagi mereka untuk berwirausaha di masa
depan. Selain itu, hal ini juga dapat membantu meringankan beban orang tuanya. Salah satu
sekolah

yang

memberikan


pembekalan

mengenai

jiwa-jiwa

kewirausahawan

(entrepreneurship) bagi siswanya adalah SMAN Bali Mandara.
SMAN Bali Mandara merupakan sebuah sekolah layanan khusus yang berdiri sejak
tahun 2011. Sekolah yang berada di Desa Kubutambahan, Kecamatan Kubutambahan,
Buleleng ini menyediakan beasiswa kepada 75 orang anak pada setiap tahunnya. Sekolah ini
merupakan salah satu sekolah yang menyediakan asrama bagi seluruh siswanya sehingga
mereka menjadi lebih mudah mengembangkan jiwa kewirausahaan. Selain itu, sekolah ini
memiliki program yang bernama pathway to leadership. Pathway to leadership merupakan
sebuah program yang bertujuan untuk memberikan pembekalan kepada siswa terutama untuk
menjadi pemimpin di masa depan. Di dalam program tersebut, terdapat program
kewirausahaan (entrepreneurship) yang memberikan kesempatan bagi siswanya untuk
berwirausaha. Dengan adanya jiwa entrepreneurship di SMAN Bali Mandara, potensi dari
umbi suweg dapat semakin dikembangkan dengan menjadikannya inovasi baru sebagai bahan

baku utama pembuatan bakpao.

2

Beranjak dari pemaparan latar belakang di atas, penulis merasa tertarik untuk
membuat karya dengan judul “Implementasi Kegiatan Entrepreneurship Siswa Smanbara
melalui Usaha“Baksumi” Bakpao Suweg Mini Aneka Rasa yang Murah, Bergizi dan
Berkualitas.” Pembuatan karya tulis ini bertujuan untuk mengetahui potensi tanaman suweg
untuk dikembangkan lebih lanjut sehingga dapat membantu perekonomian masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis berinisiatif untuk merumuskan beberapa
masalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah potensi SMAN Bali Mandara sebagai sentra produksi“Baksumi” Bakpao
Suweg Mini aneka rasa yang bergizi dan berkualitas?
2. Bagaimanakah teknik produksi “Baksumi” Bakpao Suweg Mini aneka rasa yang bergizi
dan berkualitas?
3. Bagaimanakah

analisis


kelayakan

dan

strategi

pemasaran

yang

tepat

untuk

pengembangan usaha “Baksumi” Bakpao Suweg Mini?
4. Bagaimanakah dampak ekonomis usaha “Baksumi” Bakpao Suweg Mini terhadap warga
sekolah di sekitar SMAN Bali Mandara?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujan dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mendeskripsikan potensi SMAN Bali Mandara sebagai sentra produksi
“Baksumi” Bakpao Suweg Mini aneka rasa yang bergizi dan berkualitas.
2. Untuk mendeskripsikan teknik produksi “Baksumi” Bakpao Suweg Mini aneka rasa yang
bergizi dan berkualitas.
3. Untuk menganalisis kelayakan dan strategi pemasaran yang tepat untuk pengembangan
usaha “Baksumi” Bakpao Suweg Mini.
4. Untuk mendeskripsikan dampak ekonomis usaha “Baksumi” Bakpao Suweg Mini
terhadap warga sekolah di sekitar SMAN Bali Mandara.

1.4 Manfaat Penelitian
Penulisan karya tulis in diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

1. Bagi Pembaca
Dapat mengetahui informasi baru mengenai potensi dan kan tanaman umbi suweg agar
dapat dikembangkan dan diproduksi lebih lanjut.

3

2. Bagi Masyarakat

Masyarakat dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan membuka berbagai
lapangan pekerjaan.

3. Bagi Pemerintah
Dapat dijadikan pertimbangan dalam mengambil kebijakan terkait pengembangan
produksi Baksumi aneka rasa yang bergizi dan sehat di lingkungan masyarakat.

4

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Tentang Tanaman Suweg (Amorphophallus campanulatus)
Suweg dengan nama latin Amorphophallus campanulatus merupakan salah satu jenis
umbi-umbian yang sangat berkembang didaerah kering. Tanaman suweg tumbuh subur
didataran rendah hingga ketinggian 800 m di atas permukaan laut dengan kisaran suhu
idealnya adalah 25-35oC dengan curah hujan 1000-1500 mm/tahun. Tanaman ini lebih cocok
ditanam pada lahan yang agak terlindungi. Tanah yang cocok untuk menanam tanaman suweg
yaitu campuran antara tanah humus, lempung dan pasir (Sutomo, 2008). Salah satunya yaitu
seperti Desa Bengkala, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng.
Tanaman Suweg merupakan tumbuhan herba yang menahun. Jenis varietas suweg

yang sering ditemukan di Bali yaitu A. campanulatus var. hortensis Backer yang mempunyai
tangkai daun halus dan batang yang berwana coklat kasar. Sedangkan jenis varietas A.
campanulatus var. Sylvestris memiliki batang halus dan berwarna belang antara putih dan
hijau. Umbi suweg jenis inilah yang tidak beracun jika dikonsumsi. Berikut adalah klasifikasi
ilmiah suweg (Ardhiyanti, 2008).
Divisi

: Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae
Kelas

: Monocotyledoneae

Bangsa

: Arales

Suku


: Araceae

Marga

: Amorphophallus

Jenis

: A. campanulatus.
Gambar 2.1 Tanaman Suweg
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Tanaman suweg memiliki batang yang berbentuk tegak, lunak halus dan berwarna
hijau belang-belang putih. Batang tunggal tanaman suweg memecah menjadi tiga batang
sekunder dan akan memecah lagi menjadi tangkai daun (Sutomo, 2008). Pada setiap
pertemuan batang akan tumbuh bintil berwarna cokelat kehitam-hitaman sebagai alat
perkembangbiakan suweg.
Tanaman suweg memiliki tinggi yang dapat mencapai 1,5 meter tergantung dari umur
dan kesuburan tanah. Umbi suweg yang telah masak beratnya bisa mencapai 3-5 kg. Suweg
berkembang biak dengan pemisahan anakan atau memotong tunas anakan yang tersebar

5

dipermukaan umbi. Tanaman suweg akan menghasilkan umbi siap panen ketika memasuki
memasuki usia 18 bulan. Masa panen suweg sebaiknya dilakukan saat batang suweg sudah
membusuk dan memasuki masa istirahat karena kandungan pati di dalam suweg sudah
maksimal.
Selain mempunyai tangkai daun yang kasar dan berwarna gelap, suweg varietas
hortensis memiliki umbi yang sangat gatal jika dikonsumsi. Oleh karena itu, jenis suweg ini
belum dimanfaatkan dan masih merupakan tumbuhan liar. Varietas sylvestris menghasilkan
umbi yang tidak gatal, sehingga jenis ini banyak di pekarangan dan dimanfaatkan sebagai
pangan (Kriswidarti dalam Faridah, 2005).
Menurut Lazenby (1998), timbulnya rasa gatal terutama disebabkan oleh raphide yang
tidak terbungkus atau dikelilingi oleh semacam getah, sehingga dapat melakukan kontak
secara langsung dengan lidah, bibir, dan langit-langit mulut ketika dikunyah. Kandungan
kalsium oksalat tersebut dapat dikurangi dengan perlakuan perendaman dalam air beberapa
lama juga dengan pemanasan (pemasakan) yang intensif (Sakai, 1993). Sifat kimia kalsium
oksalat yang dapat dilarutkan dengan asam kuat sehingga terdekomposisi menjadi asam
oksalat (Schumm, 1978) menjadi dasar penelitian Kurdi (2002) yang hasilnya menyatakan
bahwa perendaman irisan umbi suweg dalam larutan asam klorida 0,25% selama 4 menit lalu
dilanjutkan dengan perendaman dalam larutan kalsium karbonat 1% selama 5 menit, dinilai

efektif mereduksi kandungan kalsium oksalat pada umbi.
Menurut Utami (2008), umbi segar suweg mengandung air sebesar 72,14%, abu
sebesar 1,10%, protein sebesar 3,25%, lemak sebesar 0,33%, dan karbohidrat sebesar 23,18%.
Tepung suweg mengandung kadar dietary fiber yang tinggi, yaitu sebesar 15,10% dengan
persentase serat larut sebesar 5,21% dan persentase serat tak larut sebesar 9,89%. Umbi
suweg juga mengandung beberapa zat seperti asam betulinat, stigmasterol, lupeol dan lainnya
yang kemungkinan berhubungan dengan penggunaan hancuran umbi suweg sebagai obat di
beberapa tempat (Sakai, 1993).

2.2 Kajian Tepung Suweg
Suweg

(Amorphophallus

campanulatus)

merupakan bahan baku yang dapat dimanfaatkan
menjadi tepung. Hal ini disebabkan karena kadar air
yang terkandung dalam umbi suweg setelah berubah
menjadi bentuk tepung. Kadar air dalam tepung
suweg pada umumnya sebesar 12% dan dapat
terbilang cukup kecil apabila dibandingkan dengan
6

Gambar 2.2 Tepung Suweg
Sumber: Dokumentasi Pribadi

kadar air dalam tepung terigu. Kadar air yang cukup rendah menyebabkan tepung suweg
dapat disimpan dalam waktu yang lama tanpa mengalami kerusakan.
Pada umumnya, komponen terbesar dalam tepung suweg adalah karbohidrat.
Kandungan kadar karbohidrat dalam tepung suweg sebesar 77,81%. Jumlah karbohidrat
dalam tepung suweg merupakan jumlah karbohidrat non serat (selulosa dan lignin). Selain
mengandung karbohidrat, tepung suweg juga mengandung beberapa serat kasar. Kadar serat
kasar dalam tepung suweg sebesar 6,63% dengan jenis serat pangan seperti hemiselulosa,
pektin, dan hidrokoloid, larut sehingga tidak terhitung (Utami, 2008).
Dari segi warna, tepung umbi suweg memiliki tingkat kecerahan yang sangat rendah
karena bahan baku yang berwarna selain putih. Selain itu, reaksi pencoklatan yang terjadi
setelah mengeringkan juga berpengaruh terhadap indikator warna pada tepung umbi suweg.

2.3 Kajian Bakpao Secara Umum
Bakpao merupakan makanan tradisional Tionghoa. Bakpao berarti baozi yang berisi
daging. Baozi sendiri dapat diisi dengan bahan lainnya seperti daging ayam, sayur-sayuran,
serikaya, selai kacang kedelai, kacang azuki, kacang hijau dan sebagainya. Kulit bakpao
dibuat dari adonan tepung terigu yang setelah diberi isian, dibiarkan sampai mengembang lalu
dikukus dan matang (Anonim, 2011).
Cara pembuatan bakpao masih tergolong tradisional. Bakpao diolah dengan cara
dikukus menggunakan kukusan. Hal ini dikarenakan bakpao memerlukan panas uap air. Panas
uap air membuat bakpao menjadi lembut dan nikmat. Penilaian kualitas mutu roti yang baik
menurut Anonim (2001) adalah sebagai berikut.

1. Eksternal
Volume roti lebih besar, makin lembut rotinya

jika

ditekan dengan tangan. Roti yang bagus juga

memiliki warna kulit

kuning kecoklatan, hasil pembakaran yang rata dan
bentuk roti simetris. Selain itu, patahan atau

sobekan

roti yang baik pada pinggiran-pinggiran atau ujung

roti

terbuka bagian atasnya dengan kerak roti tipis dan tidak mudah

2. Internal
Aspek internal dalam roti biasanya berupa

pecah.

Gambar 2.3 Produk Bakpao
Sumber: Dokumentasi Pribadi

butiran remah roti panjang, seragam, dinding
selnya tipis, tidak kasar dan tidak tebal. Roti yang baik juga memiliki tekstur halus, lembut
dan elastis dengan warna remang terang. Selain itu, aroma khas dari gandum dan yeast
mempengaruhi rasa manis, gurih yang dapat diterima dipasaran.
7

Selain itu, dalam pembuatan bakpao diperlukan bahan-bahan tambahan seperti ragi,
susu, mentega, gula, dan sebagainya. Bahan tersebut digunakan untuk mengembangkan
adonan, memudahkan pembentukan gluten dan memberikan aroma pada roti. Ada tiga macam
yeast yang bisa dipakai untuk pembuatan roti: Compressed yeast (ragi basah). Cara
pemakaian ragia ini yaitu dengan dicampur dengan tepung. Selain itu ada Coral yeast (ragi
butiran) dengan merendam dalam air hangat dan disimpan ditemapat yang dingin dan kering.
Instant yeast (ragi dadak) dengan dicampur dengan tepung.
Susu dalam pembuatan roti berfungsi untuk meningkatkan kualitas penyerapan dalam
adonan. Kasein dari susu mempertahankan sifat penahan air dari adonan. Susu juga
memberikan kontribusi terhadap nilai gizi, membantu pengembangan adonan, membantu
proses pembentukan krim dan memperbaiki tekstur roti. Selain itu, juga susu memperbaiki
warna kulit dan rasa roti serta memperkuat gluten karena keberadaan kandungan kalsium pada
susu.
Mentega mempunyai berbagai kegunaan dalam pengolahan makanan. Adanya lemak
dalam makanan membuat masakan menjadi enak. Shortening adalah suatu istilah komersil
yang digunakan untuk memberi maksud yang mana minyak atau lemak. Bahan ini banyak
digunakan dalam biskuit, pie, pizza, puding, krim dan mayonase.
Gula mengandung molekul sukrosa yang dapat dipecah menjadi satu molekul glukosa
dan satu molekul fruktosa dengan cara pemanasan yang biasa disebut gula karamel sebagai
bahan pemanis campuran makanan. Proses pemecahan atau pelelehan gula untuk pembuatan
bahan pangan diikuti dengan proses dehidrasi dan polimerisasi serta beberapa jenis asam akan
timbul (Winarno, 1997).

2.4 Konsep Kewirausahaan (Entrepreneurship)
Kewirausahaan atau dalam bahasa Perancis disebut entrepreneurship secara harfiah
memiliki pengertian sebagai perantara. Selain itu entrepreneurship dapat diartikan juga
sebagai semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau
kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan serta menerapkan cara kerja,
teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan
pelayanan yang lebih baik dan memperoleh keuntungan yang lebih besar (Chretella, 2012).
Hisrich dkk. (2008: 10) mendefinisikan bahwa kewirausahaan adalah proses
penciptaan sesuatu yang baru pada nilai menggunakan waktu dan upaya yang diperlukan,
menanggung resiko keuangan, fisik, serta resiko sosial yang mengiringi, menerima moneter
yang dihasilkan, serta kepuasan dan kebebasan pribadi. Sedangkan menurut Hadi (2011),
seorang wirausahawan harus memiliki ide-ide baru yang dihasilkan dari suatu kreativitas.
8

Kreativitas inilah yang akan membawa wirausahawan untuk berinovasi terhadap usahanya.
Generasi muda sekarang harus dituntut memiliki keterampilan. Semakin banyak keterampilan
yang diperoleh dan dikuasai maka akan semakin banyak pula peluang untuk membuka
lapangan pekerjaan yang nantinya akan memiliki manfaat bagi banyak pihak.
Berdasarkan Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Nomor
961/KEP/M/XI/1885, kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan
seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari,
menciptakan, serta menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan
efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik atau memperoleh keuntungan
yang lebih besar.
Kewirausahaan dapat didefinisikan sebagai usaha pengambilan resiko untuk
menjalankan usaha sendiri dengan memanfaatkan peluang-peluang untuk menciptakan usaha
baru atau dengan pendekatan yang inovatif sehingga usaha yang dikelola berkembang
menjadi besar dan mandiri dalam menghadapi tantangan-tantangan persaingan (Nasrullah
Yusuf, 2006).

2.5 SMA Negeri Bali Mandara
SMA Negeri Bali Mandara adalah sekolah berasrama dengan layanan khusus bagi
siswa dengan rata-rata ekonomi golongan ke bawah. Sebagai sekolah dengan layanan khusus
di Bali, SMA Negeri Bali Mandara berdiri dengan berbagai fasilitas yang berbeda dari
sekolah-sekolah lain di seluruh Provinsi Bali. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari siswa yang
tingga di asrama dengan mendapat beasiswa penuh, berbasis kurikulum Nasional dan
Internasional (IGCSE, A level, AS level), dan memiliki program pathway to leadership.
Penggalian bakat dan pengembangan potensi siswa-siswi sekolah ini dikembangkan
dalam program pathway to leadership. Program ini terdiri dari entrepreneurship, outreach,
dan eco-school. Melalui program tersebut, didukung dengan misi “Creating future leaders
with strong moral values, life skills, and awareness of environmental and global isssues”,
SMA Negeri Bali Mandara diharapkan mampu mewujudkan visi sekolah yakni “To develop a
premier network of Indonesia boarding school in nurturing glabally conscious leaders”
Salah satu misi sekolah yaitu pembekalan life skills, diwujudkan dengan
pengaplikasian program entrepreneurship. Entrepreneurship telah dikembangkan melalui
program koperasi sekolah serta produksi dan penjualan berbagai jenis makanan ringan dengan
jangka waktu berkala. Jenis kegiatan lainnya adalah budidaya jamur, pembuatan kompos, dan
berkebun.

9

Melalui pelaksanaan kegiatan tersebut, siswa mampu mengembangkan jiwa
kewirausahaannya sejak dini yang akan dijadikan sebagai bekal hidup di masa depan.
Kontribusi dari kegiatan wirausaha tersebut bukan hanya bermanfaat bagi siswa tetapi juga
bagi masyarakat. Apabila siswa dapat mengaplikasikan jiwa kewirausahaannya di masyarakat,
maka hal tersebut akan memberikan peluang kerja bagi orang lain sebagai salah satu upaya
dalam menanggulangi masalah pengangguran.

10

BAB III
METODOLOGI
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif yaitu
penggambaran temuan variabel di lapangan dari hasil observasi, pemasaran, analisis
keuntungan dan profit usaha.

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari tanggal 25 Maret sampai dengan 25 Juli 2013, yang
berlangsung selama 17 mingggu di SMAN Bali Mandara, Kecamatan Kubutambahan,
Kabupaten Buleleng. Adapun rancangan kegiatan penelitian ini disajikan pada Tabel 3.1.
No
1.
2.
3.

4.

5.

6.
7.
8.
9.

Kegiatan

Feb.
Maret
April
Mei
Juni
Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
kekekekeke3
4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

Perenacanaan kegiatan dan
persiapan instrumen penelitian.
Telaah pustaka tentang umbi
suweg.
Konsultasi mengenai instrumen
penelitian dengan pembina.
Wawancara dengan narasumber,
observasi umbi suweg di Desa
Bengkala, Kecamatan
Kubutambahan, Kabupaten
Buleleng dan pembuatan tepung
dari umbi suweg.
Proses pengolahan umbi suweg
menjadi Baksumi di SMAN
Bali Mandara.
Proses pemasaran Baksumi
kepada masyarakat, khususnya
anak-anak di lingkungan Desa
Kubutambahan.
Proses auditing laba dari
pemasaran Baksumi .
Analisis data.
Pembuatan Karya Tulis Ilmiah.
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian

3.3 Objek Penelitian
11

Objek dalam penelitian ini adalah potensi usaha Baksumi dalam menyediakan
makanan sehat dan bergizi di masyarakat khususnya bagi anak-anak.

3.4 Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat, khususnya anak-anak yang menyukai
dan mengkonsumsi bakpao.

3.5 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang dimulai dari penyiapan alat dan bahan disajikan seperti
bagan berikut.
Persiapan alat dan bahan (selain umbi suweg)
Pengambilan tanaman umbi suweg
Pengupasan, pencucian, dan pemotongan umbi suweg

Perendaman dengan air garam selama 2 jam

Pemarutan umbi suweg

Penjemuran dan penumbukan umbi suweg kering menjadi tepung suweg

Pembuatan bakpao

Pemasaran di lingkungan sekitar Desa Kubutambahan

Proses auditing laba

Analisis data
Pembuatan karya tulis ilmiah

Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian

3.6 Instrumen Penelitian
12

1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah baskom, pisau, gunting, panci,
kompor gas, gas, parutan, nampan, kertas roti, lap, plastik kemasan, timbangan, baskom
besar (wadah untuk mencuci umbi suweg).

2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi suweg, tepung terigu,
ragi instant, mentega, garam, gula pasir, susu, vanili, air, meises coklat, kacang tanah
goreng, gula merah,

3.7 Prosedur Penelitian
Dalam prosedur penelitian, terdapat tiga hal yang dilaksanakaan antara lain 1)
pembuatan tepung umbi suweg, 2) penentuan perbandingan bahan baku, 3) penentuan teknik
pemasaran Baksumi.

1. Pembuatan Tepung Umbi Suweg
Tepung berbahan baku umbi suweg (Amorphophallus campanulatus) merupakan
bahan baku utama dari pembuatan Baksumi. Berikut adalah cara untuk memperoleh tepung
berbahan baku umbi suweg.
1) Umbi suweg yang telah diperoleh langsung dikupas dan dicuci bersih pada air
mengalir. Untuk mempermudah dalam perendaman, umbi suweg dipotong-potong
terlebih dahulu menggunakan pisau menjadi potongan lebih kecil.
2) Potongan umbi suweg selanjutnya direndam dalam air garam selama satu hari penuh.
Perendaman ini bertujuan untuk menghilangkan lendir dan kadar asam oksalat umbi
yang menyebabkan rasa gatal. Proses ini juga bertujuan untuk mempertahankan warna
dari umbi suweg itu sendiri.
3) Potongan umbi suweg yang telah direndam selanjutnya dicuci kembali dengan air
mengalir untuk mengurangi rasa asin yang ditimbulkan saat perendaman. Proses
selanjutnya adalah pemarutan potongan umbi suweg untuk mempermudah dalam
proses pengeringan umbi suweg.
4) Hasil parutan suweg selanjutnya dijemur di bawah sinar matahari langsung selama 2
hari berturut-turut atau lebih, hingga kering sempurna.
5) Parutan suweg yang telah kering kemudian ditumbuk hingga hancur. Selanjutnya
hancuran suweg diayak menggunakan penyaring tepung untuk memperoleh tekstur
tepung yang lebih halus.

2. Penentuan Perbandingan Bahan Baku
13

Bahan baku utama yang digunakan dalam pembuatan Baksumi adalah tepung umbi
suweg. Untuk mendapatkan nilai perbandingan yang tepat antara tepung terigu dengan
tepung umbi suweg, penulis melakukan eksperimen sebanyak tiga kali. Adapun nilai
perbandingan antara tepung terigu dan tepung umbi suweg yang diuji dalam eksperimen
secara berkelanjutan adalah 2:3, 1:2, dan 2:1. Hasil dari percobaan penentuan nilai
perbandingan terbaik antara tepung terigu dan tepung umbi suweg akan tersaji pada Tabel
3.2 berikut.
Tabel 3.2 Data Hasil Percobaan Penentuan Nilai Perbandingan Tepung
Terigu dan Tepung Umbi Suweg
No
1
2
3

Nilai
Perbandingan
1:2
3:2
2:1

Aroma
S
TS

Rasa
E TE

Warna
CP C

L

Tekstur
K LN

KR

Keterangan.
S = Sedap, TS = Tidak Sedap, E = Enak, TE = Tidak Enak, CP = Cokelat Pekat
C = Cokelat, L = Lembut, K = Kasar, LN = Lunak, KR = Keras.

3. Penentuan Teknik Pemasaran “Baksumi” Bakpao Suweg Mini
Baksumi aneka rasa ini diproduksi setiap harinya. Baksumi aneka rasa yang telah
diproduksi selanjutnya akan dipasarkan di SMAN Bali Mandara di Desa Kubutambahan.
Pemasaran ini akan dilaksanakan selama lima hari atau lima kali produksi. Banyaknya
jumlah bakpao yang berhasil dijual selanjutnya akan di cacat dalam tabel penjualan. Tabel
penjualan tersebut akan tersaji dalam Tabel 3.3.
Tabel 3.3Tabel Data Penjualan“Baksumi” Bakpao Suweg Mini Aneka Rasa
No.
1
2
3
4
5

Produksi
ke-

Jumlah
(buah)

Terjual
(buah)

Tidak
terjual
(buah)

Besar
Penjuala
n

Besar
Kerugian

1
2
3
4
5
Total

3.8 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini
adalah sebagai berikut.
14

1. Literatur
Literatur yang digunakan meliputi jurnal, laporan-laporan, artikel, dan buku-buku
yang berkaitan dengan hal yang dikaji yaitu tanaman umbi suweg (Amorphophallus
campanulatus ), cara pembuatan tepung umbi suweg, cara pembuatan bakpao secara umum
dan kewirausahaan.

2. Penelusuran Data dan Informasi Melalui Internet
Penelusuran data dan informasi melalui internet digunakan untuk mengetahui lebih
lanjut tentang umbi suweg (Amorphophallus campanulatus ), cara pembuatan tepung umbi
suweg, cara pembuatan bakpao secara umum, teknik-teknik pemasaran, dan ilmu-ilmu
kewirausahaan.

3. Observasi
Observasi adalah pengamatan secara langsung yang dilakukan oleh peneliti mengenai
suatu kegiatan. Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mencari umbi suweg
(Amorphophallus campanulatus) kualitas baik dan harga terjangkau di wilayah Desa
Bengkala, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng yang terkenal memiliki
tanaman suweg yang melimpah. Observasi juga dilakukan di SMAN Bali Mandara.
Pengamatan dilakukan untuk mencari tahu potensi pengembangan usaha Baksumi. Selain
itu, observasi juga dilakukan dalam tahap pemasaran Baksumi aneka rasa untuk
mengetahui bagaimana potensi penjualan dari Baksumi aneka rasa di masyarakat.

4. Eksperimen
Teknik eksperimen ini dilakukan oleh penulis untuk menentukan perbandingan bahan
baku yang baik dalam pembuatan Baksumi aneka rasa. Perbandingan bahan baku tersebut
adalah perbandingan antara tepung terigu dengan tepung umbi suweg.

3.9 Langkah-langkah Penelitian
Langkah-langkah penyusunan karya tulis dapat dilakukan sebagai berikut.

1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan dilakukan perumusan masalah berdasarkan latar belakang,
sehingga dapat dicarikan data dan informasi terkait dengan tanaman umbi suweg
(Amorphophallus campanulatus), teknik pembuatan tepung umbi suweg, bakpao, dan
kewirausahaan.

2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan dilakukan pencarian data dan penelusuran informasi yang
terkait dengan tanaman umbi suweg (Amorphophallus campanulatus), teknik pembuatan
tepung umbi suweg, bakpao, dan kewirausahaan.

3. Tahap Akhir
15

Pada tahap akhir dilakukan penyusunan karya tulis yang disertai bimbingan dari guru
pembimbing dan revisi karya tulis. Karya tulis disusun berdasarkan data dan informasi
yang terkumpul dari tahapan di atas.

3.10 Metode Analisis Data
Data yang diperoleh baik berupa kajian pustaka seperti jurnal, penelusuran data dan
informasi melalui internet, serta observasi, dikumpulkan kemudian dianalisis menggunakan
metode deskriptif argumentatif. Analisis ini dilakukan dengan mencari keterkaitan dari datadata tersebut sesuai dengan materi yang dikaji dan masalah yang dirumuskan.

16

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Penentuan Perbandingan Bahan Baku
Penentuan nilai perbandingan bahan baku Baksumi sangatlah penting untuk
menunjang kelayakan suatu produk. Dalam menentukan nilai perbandingan terbaik, dilakukan
eksperimen terhadap tiga sampel perbandingan yang diujikan. Ketiga nilai perbandingan
antara tepung terigu dan tepung umbi suweg secara berturut-turut adalah 1:2, 3:2, dan 2:1.
Sampel-sampel tersebut diuji dari segi warna, aroma, rasa, dan tekstur. Adapun hasil yang
didapatkan tersaji pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Data Hasil Penentuan Nilai Perbandingan Tepung
Suweg
Aroma
Rasa
Warna
Nilai
No
Perbandingan S
TS E TE CP C
1
1:2
x
x
x
2
3:2
x
x
x
3
2:1
x
x
x

Terigu dan Tepung Umbi

L
x
x

Tekstur
K LN
x

KR
x
x

x

Keterangan:
S = Sedap, TS = Tidak Sedap, E = Enak, TE = Tidak Enak, CP = Cokelat Pekat
C = Cokelat, L = Lembut, K = Kasar, LN = Lunak, KR = Keras.
Berdasarkan hasil percobaan, dapat dilihat bahwa nilai perbandingan tepung terigu dan
tepung umbi suweg 1:2 memiliki aroma yang tidak sedap, rasa yang tidak enak, warna yang
coklat gelap, dan tekstur yang kasar serta keras. Pada nilai perbandingan tepung terigu dan
tepung umbi suweg 3:2, didapatkan hasil bahwa aroma bakpao tidak sedap. Selain itu rasa
dari bakao tidak enak, warna coklat, dan tekstur bakpao lembut namun masih keras.
Perbandingan yang menunjukan kualitas bakpao terbaik adalah nilai perbandingan 2:1.
Bakpao yang dihasilkan pada nilai perbandingan ini memiliki aroma yang sedap, rasa yang
enak, warna yang kecoklatan, dan tekstur bakpao yang lembut serta lunak. Bakpao dengan
nilai perbandingan tepung terigu dan tepung umbi suweg 2:1 selanjutnya akan diproduksi dan
dipasarkan di SMAN Bali Mandara sebagai bentuk implementasi dari kegiatan
entrepreneurship siswa SMAN Bali Mandara.

4.1.2 Pemasaran “Baksumi” Bakpao Suweg Mini Aneka Rasa
Baksumi perharinya diproduksi sebesar 1 kilogram. Baksumi yang telah diproduksi
selanjutnya dipasarkan di kawasan SMAN Bali Mandara di Desa Kubutambahan. Adapun
hasil dari pemasaran tersaji dalam Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Tabel Data Penjualan “Baksumi” Bakpao Suweg Mini Aneka Rasa
17

No
1
2
3
4
5

Produks
i ke-

Jumlah
(buah)

Terjual
(buah)

96
94
96
96
92
474

92
94
94
96
90
466

1
2
3
4
5
Total

Tidak
terjual
(buah)
4
0
2
0
2
8

Besar
Penjualan
Rp 46.000,Rp 47.000,Rp 47.000,Rp 48.000,Rp 45.000,Rp 233.000,-

Besar
Kerugian
Rp 2.000,Rp 1.000,Rp 1.000,Rp 4.000,-

Merujuk Tabel 4.2, dapat diintepretasikan bahwa pada hari pertama produksi Baksumi,
didapatkan jumlah bakpao sebanyak 96 buah, terjual sebanyak 92 buah, dan tidak terjual
sebanyak 4 buah. Besar penjualan pada produksi ini sebesar Rp 46.000,- dan nilai kerugian
sebesar Rp 2.000,-. Pada hari dan produksi kedua, didapatkan jumlah Baksumi sebanyak 94
buah dan terjual seluruhnya. Besar penjualan pada produksi ini sebesar Rp 47.000,-.
Selanjutnya, pada produksi ketiga didapatkan jumlah Baksumi yang berhasil di produksi
sebanyak 96 buah. Baksumi ini berhasil terjual sejumlah 94 buah dan tidak terjual sebanyak 2
buah. Besar penjualan pada produksi ketiga sebesar Rp 47.000,- dan nilai kerugian sebesar Rp
1.000,-. Pada produksi berikutnya yaitu produksi keempat, jumlah Baksumi yang berhasil
diproduksi sebanyak 96 buah. Baksumi yang berhasil terjual sebanyak 96 buah dan nilai
penjualan sebesar Rp 48.000,-. Pada produksi terakhir atau kelima, didapatkan jumlah
Baksumi sebanyak 92 buah. Baksumi yang berhasil terjual sebanyak 90 buah dan yang tidak
terjual sebanyak 2 buah. Besar nilai penjualan pada produksi ini sebesar Rp 45.000,- dan nilai
kerugian sebesar Rp 1.000,-.
Berdasarkan tabel 4.2, dapat dilihat bahwa dalam lima kali produksi, didapatkan
jumlah Baksumi total sebanyak 474 buah, dimana yang terjual sebanyak 466 buah dan yang
tidak terjual sebanyak 8 buah. Selain itu, nilai penjualan total untuk lima kali produksi sebesar
Rp 233.000,- dan nilai kerugian total sebesar Rp 4.000,-. Walau hanya dipasarkan di SMAN
Bali Mandara, produk Baksumi telah banyak diminati oleh siswa Smanbara sehingga disetiap
produksinya selalu mengalami keberhasilan.

4.2 Pembahasan
4.2.1 Potensi SMAN Bali Mandara sebagai Sentra Produksi “Baksumi” Bakpao
Suweg Mini Aneka Rasa yang Bergizi dan Berkualitas
SMAN Bali Mandara merupakan sekolah layanan khusus berasrama yang terletak di
Jl. Raya Air Sanih, Desa Kubutambahan, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng,
Bali. SMAN Bali Mandara merupakan sekolah yang diperuntukkan bagi siswa dengan
18

golongan ekonomi menengah ke bawah dan telah menampung 225 orang yang terdiri dari 75
siswa setiap angkatannya. SMAN Bali Mandara menyediakan beberapa kegiatan yang dapat
membantu siswa mengembangkan kemampuannya, salah satunya dengan program
Entrepreneurship.
Berdasarkan observasi yang penulis lakukan, SMAN Bali Mandara memiliki potensi
sebagai sentra produksi Baksumi. Menurut Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan
(2010), indikator suatu daerah dikatakan dapat mengembangkan suatu usaha antara lain: 1)
ketersediaan bahan baku, 2) teknologi dan inovasi, 3) modal wirausaha, 4) tenaga kerja, serta
5) ketersediaan pangsa pasar.
1. Ketersediaan Bahan Baku
Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis, pohon umbi suweg ternyata cocok
untuk dikembangkan di kawasan SMAN Bali Mandara. Hal ini dibuktikan dengan
ditemukannya umbi suweg di kawasan lingkungan Smanbara. Sekolah dengan luas 10 hektar
yang belum termanfaatkan secara menyeluruh menyebabkan banyak tumbuhan liar yang
dapat ditemukan, salah satunya yaitu pohon umbi suweg. Menurut Komang Suarsana, seorang
Building Facilities Maintanance (BFM) di Smanbara, pohon umbi suweg banyak ditemukan
di daerah kering seperti Kabupaten Buleleng.
Tanaman umbi suweg juga banyak tumbuh di daerah

Bengkala, Kecamatan

Kubutambahan, Buleleng. Desa Bengkala yang letaknya dekat dengan Desa Kubutambahan
menjadi nilai lebih bagi Smanbara untuk dapat mengakses bahan baku lebih mudah. Di Desa
Bengkala terdapat kurang lebih 100 tanaman suweg yang hidup secara liar dan belum
dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Masyarakat dapat melakukan kerjasama dengan pihak
SMAN Bali Mandara untuk memanfaatkan tanaman suweg menjadi bahan baku utama
pembuatan Baksumi aneka rasa yang bergizi dan berkualitas.
2. Teknologi dan Inovasi
Teknologi merupakan salah satu sarana terpenting dalam menyebarluaskan informasi
mengenai produk yang telah diproduksi oleh siswa. Di Smanbara sendiri, telah tersedia
teknologi tersebut seperti sarana komputer dan akses internet yang dapat dimanfaatkan oleh
siswanya untuk mempromosikan lebih lanjut mengenai produk yang telah diproduksi.
Selain itu, produk Baksumi dengan bahan baku umbi suweg merupakan salah satu
inovasi dalam dunia pangan. Produk Baksumi aneka rasa belum pernah diproduksi dan
dipasarkan di masyarakat. Selain itu, Baksumi juga dapat menjadi pilihan bagi anak-anak
sebagai salah satu jajanan sehat mengingat saat ini banyak jajajan berbahaya yang beredar di
masyarakat. Ketersedian bahan baku yang banyak namun kurang termanfaatkan juga menjadi
faktor utama bagi siswa untuk mengembangkan produk Baksumi di SMAN Bali Mandara.
19

3. Modal Wirausaha
Modal merupakan hal yang sangat berperan dalam tahap awal produksi produk
Baksumi. SMAN Bali Mandara memiliki program Pathway to Leadership yang di dalamnya
terdapat sebuah program kewirausahaan atau Entrepreneurship. Program ini disediakan oleh
sekolah sehingga siswa dapat mengembangkan jiwa mereka dalam berwirausaha. Produksi
Baksumi yang dilakukan di SMAN Bali Mandara merupakan salah satu bentuk wirausaha
yang dilakukan untuk mewujudkan program Entrepreneurship. Usaha ini memerlukan dana
atau modal sebesar Rp 1.159.310,- yang seluruhnya diberikan oleh pihak SMAN Bali
Mandara untuk mewujudkan program entrepreneurship.
4. Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan pelaku produksi dalam suatu usaha. Pengembangan produk
Baksumi merupakan salah satu bentuk wirausaha pemanfaatan barang yang tidak memiliki
nilai ekonomis. Kapasitas siswa yang cukup banyak merupakan salah satu peluang tenaga
kerja yang dapat dimanfaatkan. Program sekolah yang tidak hanya menuntut siswa unggul
dalam bidang akademik juga menjadikan siswa untuk melakukan kegiatan non akademik,
salah satunya yaitu kewirausahaan. Siswa SMAN Bali Mandara yang diwajibkan untuk
mengikuti program entrepreneurship nantinya dapat ikut berpartisipasi langsung sebagai
produsen dari Baksumi di SMAN Bali Mandara.
5. Ketersediaan Pangsa Pasar
Produksi Baksumi di SMAN Bali Mandara dapat disalurkan langsung disekolah
melalui koperasi yang telah tersedia di sekolah. Kebutuhan akan jajanan yang cukup banyak
menjadikan Baksumi memiliki potensi untuk dikembangkan di SMAN Bali Mandara.
Berdasarkan observasi yang dilakukan di SMAN Bali mandara, diperoleh data mengenai
jumlah konsumsi bakpao yang tersaji pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3Daftar Jumlah Konsumsi Bakpao di SMAN Bali Mandara
No.
1
2

Konsumen
Siswa
Guru dan Staff
Total/hari

Rata-rata/hari
305 buah
72 buah
377 buah

Dari data di atas, dapat dilihat bahwa banyak siswa, guru dan staff yang
mengkonsumsi bakpao setiap harinya. Mereka rata-rata mengkonsumsi 2 buah bakpao
perharinya.
Selain di Smanbara, produk Baksumi juga dapat disalurkan ke sekolah lain seperti
sekolah dasar (SD) di sekitar Kubutambahan. Hal ini disebabkan karena SMAN Bali
Mandara memiliki berbagai program yang dapat menumbuhkan kerjasama dengan sekolah
20

lain. Program entrepreneurship merupakan contoh program yang dapat memberikan akses
luas bagi siswanya untuk menjual produk Baksumi di SD sekitar Kubutambahan. Program
entrepreneurship juga didukung dengan adanya program community service yang merupakan
program layanan masyarakat untuk mendistribusikan produk Baksumi dikalangan masyarakat
dan anak-anak.
Indikator lain yang sangat mendukung produksi Baksumi yaitu pendistribusian produk
bakpao dan jajanan kering berbahaya yang marak di lingkungan masyarakat. Baksumi
memanfaatkan bahan baku yang memiliki khasiat bagai tubuh manusia yaitu sebagai
pencegah DiabetesMellitus dikarenakan kadar gula dan lemaknya yang rendah, sehingga
aman dikonsumsi oleh semua warga sekolah SMAN Bali Mandara. Selain disekolah-sekolah,
Baksumi juga dapat didistribusikan ke warung sehingga masyarakat umum dapat
mengkonsumsi Baksumi ini.
4.2.2 Teknik Produksi “Baksumi” Bakpao Suweg Mini Aneka Rasa yang Bergizi dan
Berkualitas.
Setiap produk yang akan didistribusikan memerlukan tahap awal yaitu proses
produksi. Kegiatan produksi adalah suatu pekerjaan atau kegiatan yang menghasilkan produk
barang atau jasa (Godam, 2006). Produk Baksumi memiliki beberapa bahan utama serta bahan
pendukung yang digunakan dalam proses produksinya. Masing-masing bahan tentunya
memiliki kegunaan atau fungsi tersendiri dalam penggunaanya. Berikut merupakan daftar
bahan-bahan adonan Baksumi yang tersaji dalam 4.4.

Tabel 4.4 Daftar Bahan Adonan “Baksumi” Bakpao Suweg Mini Aneka Rasa dan
Kegunaannya
No.
1
2

Nama Bahan
Tepung umbi suweg
Tepung terigu

3

Ragi instan

4

Mentega putih

5

Garam

6

Gula pasir

7
8
9

Vanili
Air
Susu bubuk

Kegunaan
Bahan utama pembuatan Baksumi
Mengikat dan mengabsorbsi air membentuk gluten Baksumi
Mengembangkan adonan, membangkitkan aroma dan rasa
dari Baksumi
Penghambat pembentukan gluten pada adonan Baksumi
Pembangkit rasa gurih, pengontrol aktivitas ragi dan sebagai
pengawet alami Baksumi
Sumber energi bagi ragi, pengawet dan pemberi rasa manis
pada Baksumi
Sebagai pewangi dalam pembuatan adonan Baksumi
Pelarut semua bahan menjadi adonan Baksumi
Memperkuat gluten dan penambah nilai gizi

21

Selain adanya bahan utama untuk pembuatan adonan, Baskumi juga menggunakan
beberapa bahan tambahan sebagai isiannya. Bahan isian yang berbeda akan menambah nilai
dan ketertarikan masyarakat untuk membeli Baksumi. Adapun bahan isian dalam Baksumi
yaitu, 1) meises coklat, 2) kacang tanah, 3) campuran kacang tanah dan coklat, 4) gula merah.
Setelah menentukan bahan-bahan yang akan digunakan dalam proses pembuatan
Baksumi, proses untuk memproduksi Baksumi pun dapat dilakukan. Proses produksi Baksumi
dibagi menjadi 3 tahap yaitu, tahap persiapan, tahap pemrosesan, dan proses pengemasan.
1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan pembuatan Baksumi, ada beberapa alat dan bahan yang harus
disiapkan, antara
a. Alat pembuatan bakpao dipersiapkan.
b. Umbi suweg (Amorphophallus campanulatus ) diproses menjadi tepung umbi suweg
yang halus dan berkualitas.
c. Sebanyak 300gram tepung umbi suweg disiapkan sebagai bahan baku utama.
d. 700 gram tepung terigu, 1ragi instan 11 gram,250gram gula pasir, 40 gram mentega
putih, susu bubuk,350 ml air,vanilibubuk dangaram dipersiapkan sebagai bahan
pendukung dalam pembuatan Baksumi aneka rasa.
e. Gula merah diiris secukupnya menjadi bagaian tipis sebagai salah satu isian dari
Baksumi aneka rasa.
f. Kacang tanah yang sudah dihancurkan ditambahkan dengan sedikit gula pasir
dipersiapkan sebagai salah satu isian dari Baksumi.
g. Meises coklat disiapkan sebagai isian dari Baksumi.

2. Tahap Pemrosesan
Tahap pemrosesan merupakan tahap terpenting dalam proses produksi Baksumi aneka
rasa. Tahap pemrosesan ini di bagi menjadi 5 tahap. Pada tahap pemrosesan ini, perbandingan
bahan baku tepung terigu dengan tepung umbi suweg adalah 2 untuk tepung terigu dan 1
untuk tepung umbi suweg (2:1) yang telah teruji sebelumnya.
a. Tahap pertama merupakan pembuatan adonan dari Baksumi aneka rasa.Adonan
Baksumi dibuat dengan mencampurkan bahan-bahan yang terdiri dari 664 gram tepung
terigu, 336 gram tepung umbi suweg, 250 gram gula pasir, 2 sdm susu bubuk, 1sachet
ragi instan, dan 1 sdt garam, dan vanili bubuksecukupnya ke dalam baskom adonan.
Setelah itu 350 ml air dimasukkan ke dalam baskom secara perlahan. Setelah bahan
tersebut dimasukkan dan dicampur rata, adonan dipisahkan ke dalam dua tempat agar
gampang untuk diuleni. Adonan diuleni lalu ditambahkan 20 gram mentega putih.
Adonan diulenikembali hingga benar-benar kalis dan tidak lengket. Adonan yang telah
jadi selanjutnya ditutup dengan lap basah yang bersih dan didiamkan selama 60 menit

22

hingga adonan mengembang sempurna. Setelah 60 menit, adonan B juga diuleni dan
ditambahkan dengan mentega sebesar 20 gram dan didiamkan selama 60 menit.
b. Setelah adonan mengembang, pukul dan uleni adonan hingga adonan mengempis serta
udara terbuang dari adonan. Setelah itu adonan dibentuk menjadi bulat besar lalu
ditutup dengan lap basah dan didiamkan kembali selama 15 menit.
c. Tahap ketiga merupakan tahap pengisian Baksumi dengan berbagai jenis bahan isian.
Setelah diisi dengan bahan isian, adonan Baksumi dibentuk dengan menggunakan pipa
setinggi 5 cm sehingga bentuk bakpao ini sangat unik dan kecil (mini). Adonan yang
dibentuk dengan pipa tidak lupa untuk diisi dengan bahan isian seperti kacang tanah
goreng, coklat, gula merah, dan kacang coklat di dalamnya. Setelah semua adonan
terbentuk, diamkan adonan selama 5 menit.
d. Tahap keempat adalah tahap pengukusan Baksumi. Tahap ini dimulai dengan
memanaskan alat pengukus dengan api sedang. Setelah itu, susun adonan di dalam alat
kukusan dengan memberi jarak agar tidak melekat satu sama lain. Tutup alat kukus
dengan kain lalu tutup kukusan. Tunggu bakpao hingga matang dan mengembang
sekitar 15 menit. Pada saat proses pengukusan, tidak diperbolehkan untuk membuka
tutup kukusan sebelum 10 menit pertama agar bakpao dapat mengembang dengan baik.
e. Pengulangan tahap keempat hingga seluruh adonan bakpao habis dikukus.

3. Tahap Pengemasan
Tahap pengemasan merupakan salah satu tahap penting dalam sebuah kegiatan
produksi. Menurut Suharto (2006), pengemasan merupakan wadah atau kemasan suatu
produk. Ada beberapa alasan dalam mengemas suatu produk, antara lain 1) kemasan berfungsi
sebagai pelindung produk agar terlihat lebih bersih, 2) mencegah pertukaran produk dan
memperkenalkan produk secara lebih efektif, 3) dapat meningkatkan laba dengan menarik
minat konsumen untuk mengkonsumsi bakpao.
Dalam hal ini, Baksumi yang telah selesai dimasak dikemas dengan menggunakan
plastik kemasan. Ukuran plastik yang digunakan disesuaikan dengan bakpao yang diproduksi.
Palstik yang digunakan dalam pengemasan bakpao yaitu plastik PE yang disesuaikan dengan
ukuran bakpao.

4.2.3 Analisis

Kelayakan

dan

Strategi

Pemasaran

yang

Tepat

untuk

Pengembangan Usaha “Baksumi” Bakpao Suweg Mini Aneka Rasa yang
Bergizi dan Berkualitas
Analisis kelayakan usaha sangatlah penting dalam memulai suatu kegiatan usaha.
Analisi kelayakan merupakan suatu kegiatan analisi secara sistematis, cermat dan menyeluruh
mengenai segala faktor atau aspek yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan gagasan
23

suatu usaha. Hasil analisis ini akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil
keputusan untuk melanjutkan gagasan usaha tersebut. Adanya analisis kelayakan juga
diharapkan dapat menekan resiko kegagalan dalam memasarkan produk hasil usaha. Analisis
dalam pembuatan Baksumi aneka rasa adalah 1) kelayakan secara hukum, 2) kelayakan dari
aspek sosial ekonomi, 3) kelayakan finansial (keuangan), 4) kelayakan lingkungan.
1. Analisis Kelayakan Hukum
Indonesia merupakan negara hukum. Oleh karena itu, seluruh kegiatan yang dilakukan
oleh warga Indonesia di atur oleh hukum. Suatu kegiatan usaha tentu diatur dalam hukum
tersendiri. Dalam usaha Baksumi ini, ada bebearap undang-undang yang mengatur seperti 1)
Undang-undang RI No. 18 Tahun 2012 tentang Pangandan Undang-undang No. 11 Tahun
1962 tentang Hygiene untuk Usaha Bagi Umum. Berdasarkan Undang-undang Republik
Indonesia No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan, pasal 1 ayat 1 mengatakan bahwa “pangan
merupakan segala sesuatu yang berasal darii makanan atau sumber hayati produk pertanian,
perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun
tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia,
termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan
dalam proses penyiapan pengolahan dan/atau pembuatan makanan atau minuman”. Selain
itu, pada Undang-undang No. 11 tahun 1962 mengenai hygiene untuk usaha-usaha bagi umum
menimbang tentang pokok-pokok kesehatan. Pada pasal 2 ayat 2 menyebutkan bahwa
“Usaha-usaha bagi umum ialah usaha-usaha yang dilakukan oleh badan-badan pemerintah,
swasta maupun perseorangan yang menghasilkan sesuatu untuk atau yang langsung dapat
dipergunakan oleh umum.” Salah satu hygiene untuk usaha yang diatur oleh undang-undang
ini merupakan hygiene air, susu, minuman dan makanan untuk konsumsi bagi umum.
Berdasarkan undang-undang tersebut, usaha Baksumi aneka rasa dinyatakan layak
dalam segi hukum untuk dijalankan karena usaha Baksumi ini memenuhi peraturan hukum
yang ada. Selain itu Baksumi juga bentuk makanan yang sehat karena bakpao ini tidak
mengandung bahan pengawet, pewarna, dan penguat rasa yang berbahaya dilihat dari
komposisi bahan pembuat Baksumi.
2. Analisis Kelayakan Sosial Ekonomi
Sosial ekonomi merupakan bentuk kajian yang berpengaruh langsung kepada
masyarakat. Usaha Baksumi dilakukan untuk menambah jenis makanan sehat dan bergizi
yang dapat berkembang dimasyarakat khususnya bagi anak-anak yang sangat senang
mengkonsumsi makanan ringan. Selain itu, bahan baku yang digunakan dalam produksi
suweg merupakan bahan yang jarang dimanfaatkan sehingga produksi Baksumi dapat
membantu masyarakat dalam memanfaatkan umbi suweg. Produksi Baksumi merupakan salah
24

satu bentuk implementasi dari program entrepreneurship siswa SMAN Bali Mandara sebagai
wadah bagi siswanya untuk memperkenalkan suatu produk makanan Baksumi aneka rasa yang
bergizi dan berkualitas kepada masyarakat.
3. Anilisis Kelayakan Keuangan (Finansial)
Analisis kelayakan keuangan produksi Baksumi didasarkan pada hubungan antara
biaya modal dengan proses produksi Baksumi. Analisis kelayakan keuangan ini sangat
diperlukan untuk menganalisis apakah usaha Baksumi akan menghasilkan laba dan layak
untuk dilanjutkan. Adapun aspek-aspek kelayakan keuangan

yang dianalisis pada usaha

Baksumi aneka rasa yaitu, a) perhitungan biaya produksi Baksumi, b) perhitungan penjualan
bakpao, c)perhitungan Break Even Point dan d) perhitungan Return of Investment.
a) Perhitungan Modal dan Biaya Produksi “Baksumi” Bakpao Suweg Mini Aneka Rasa
Biaya produksi atau modal usaha merupakan biaya awal untuk membangun suatu
bentuk usaha. Biaya produksi meliputi upah pekerjaan, pembayaran bunga, sewa, serta
pembelian bahan baku (Miller dan Meiners, 2000). Biaya produksi menurut Arshad (1993),
biaya produksi dapat dibedakan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel
(variable cost). Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah atau tidak tergantung terhadap
perubahan hasil produksi. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang tergantung terhadap
hasil produksi (output). Berdasarkan penjelasan di atas, biaya produksi dalam pembuatan
Baksumi yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap terdiri dari biaya penyusutan
peralatan produksi dan biaya variabel meliputi biaya pengadaan bahan baku produksi.
1) Biaya Peralatan Produksi “Baksumi” Bakpao Suweg Mini Aneka Rasa
Perlatan produksi merupakan segala sesuatu yang digunakan untuk memproduksi
barang. Dalam pembuatan Baksumi diperlukan beberapa alat yang tersaji pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Alat Produksi Baksumi Bakpao Suweg Mini Aneka Rasa.
No
.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Jenis Peralatan

Jumlah

Parutan
2 buah
Pisau
2 buah
Baskom Besar
1 buah
Gas
1 buah
Timbangan
1 buah
Kompor gas 1 tungku
1 buah
Panci Kukus diameter 30 cm
1 buah
Nampan
2 buah
Baskom
2 buah
Kertas roti
32 gulung
Plastik kemasan 10x10
12 pack
Lap
2 buah
Gunting kecil
1 buah
Total Biaya
25

Harga/unit
Rp 10.000,Rp 10.000,Rp 10.000,Rp 85.000,Rp 95.000,Rp 150.000,Rp 80.000,Rp 8.000,Rp 4.000,Rp 700,Rp 4.000,Rp 4.000,Rp 2.500,-

Harga Beli
Rp 20.000,Rp 20.000,Rp 10.000,Rp 85.000,Rp 95.000,Rp 150.000,Rp