Karya Tulis Mineral Optik dan Petrografi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga saya selaku penyusun dapat menyelesaikan karya tulis
ilmiah ini tepat pada waktunya. Karya tulis ini disusun berdasarkan hasil penelitian dan
beberapa percobaan yang telah dilakukan.
Pada kesempatan ini penyusun menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung
telah membantu dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini hingga selesai.
Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan karya tulis
ilmiah ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu penyusun selalu terbuka
terhadap segala kritik dan saran yang dapat berguna untuk menyempurnakan karya tulis
ilmiah ini.
Akhir kata, penyusun berharap agar laporan ini bermanfaat bagi para pembaca.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR


BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Batuan
2.2 Batuan Beku
2.3 Mineral Felsik
2.4 Mikroskop Polarisasi
2.5 Identifikasi Mineral Pada Pengamatan Nikol Sejajar
2.6 Identifikasi Mineral Pada Posisi Nikol Silang
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mineral Optik adalah Ilmu pengetahuan mineralogi menitik beratkan pada studi
tentang pengamatan dan pendeskripsian minera-mineral penyusun batuan yang
merupakan litologi dari permukaan bumi.
Dengan kemampuan mata manusia yang terbatas maka untuk pengamatan
mineral penyusun batuan lebih lanjut harus menggunakan alat yaitu mikroskop. Yang
dimaksud di sini adalah mikroskop polarisasi yang berbeda dengan mikroskop biasa,
dimana mikroskop biasa hanya memperbesar benda yang diamati. Mikroskop polarisasi
menggunakan cahaya yang dibelokkan atau terbias, bukan cahaya terpantul.
Selain itu, perbedaannya pada beberapa komponen khusus yang hanya terdapat
pada mikroskop ini, antara lain keping analisator, polarisator, kompensator, dan lensa
amici bertrand. Jenis/tipe dari mikroskop ini cukup beragam, ada beberapa tipe yang
biasa digunakan misalnya tipe Olympus, Bausch & Lomb, dan Reichert.
Mikroskop yang dipergunakan untuk pengamatan sayatan tipis dari batuan, pada
prinsipnya sama dengan mikroskop yang biasa dipergunakan dalam pengamatan
biologi. Keutamaan dari mikroskop ini adalah cahaya (sinar) yang dipergunakan harus
sinar terpolarisasi. Karena dengan sinar itu beberapa sifat dari kristal akan nampak jelas
sekali. Salah satu factor yang paling penting adalah warna dari setiap mineral, karena
setiap mineral mempunyai warna yang khusus.
Untuk mencapai daya guna yang maksimal dari mikroskop polarisasi maka
perlu difahami benar bagian-bagiannya serta fungsinya di dalam penelitian. Setiap

bagian adalah sangat peka dan karenanya haruslah dijaga baik-baik. Kalau mikroskop
tidak dipergunakan sebaiknya ditutup dengan kerudung plastik. Bagian-bagian optik
haruslah selalu dilindungi dari debu, minyak dan kotoran lainnya. Perlu kiranya diingat

bahwa butir debu yang betapapun kecilnyaakan dapat dibesarkan berlipat ganda
sehingga akan mengganggu jalannya pengamatan
Mikroskop Polarisasi adalah sebuah mikroskop yang menggunakan cahaya
lampu sebagai pengganti cahaya matahari sebagaimana yang digunakan pada
mikroskop konvensional. Pada mikroskop konvensional, sumber cahaya masih berasal
dari sinar matahari yang dipantulkan dengan suatu cermin datar ataupun cekung yang
terdapat dibawah kondensor. Cermin ini akan mengarahkan cahaya dari luar kedalam
kondensor.
Mikroskop polarisasi menggunakan cahaya terpolarisasi guna menganalisa
struktur yang birefringent. Birefringence – suatu property spesimen yang transparan
dengan 2 indeks refraktif yang berbeda pada orientasi yang berbeda untuk membedakan
cahaya terpolarisasi ke dalam kedua komponen. Cahaya terpolarisasi, hanya
berfluktuasi/bergerak di satu dataran karena polar hanya meneruskan cahaya pada
dataran tersebut.
Mineral felsik adalah adalah mineral primer atau mineral utama pembentuk
batuan beku, berwarna cerah atau terang, tersusun oleh unsur-unsur Al, Ca, K, dan Na.

Mineral felsik dibagi menjadi tiga, yaitu felspar, felspatoid (foid) dan kuarsa. Di dalam
batuan, apabila mineral foid ada maka kuarsa tidak muncul dan sebaliknya.
Selanjutnya, felspar dibagi lagi menjadi alkali felspar dan plagioklas.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud mineral felsik
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan mikroskop polarisasi
3. Mengetahui cara pengaplikasian mikroskop terhadap mineral felsik

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Batuan
A. Batuan pembentuk litosfer

Pada lithosfer terdapat tiga jenis batuan yaitu:
a. Batuan beku
b. Batuan sedimen
c. Batuan metamorf


B. Awal Mula Batuan

1. Semua batuan pada mulanya dari magma
2. Magma adalah benda cair, panas, pijar yang bersuhu diatas 1000˚C
3. Lava adalah magma yang sudah muncul ke permukaan
4. Lahar adalah lava yang bercampur dengan gas, meterial piroklastik, air, tanah
tumbuhan

Magma keluar di permukaan bumi antara lain melalui puncak gunung berapi. Gunung
berapi ada di daratan ada pula yang di lautan. Magma yang sudah mencapai permukaan
bumi akan membeku. Magma yang membeku kemudian menjadi batuan beku. Batuan
beku muka bumi selama beribu-ribu tahun lamanya dapat hancur terurai selama terkena
panas, hujan, serta aktivitas tumbuhan dan hewan. Selanjutnya hancuran batuan
tersebut tersangkut oleh air, angin atau hewan ke tempat lain untuk diendapkan.
Hancuran batuan yang diendapkan disebut batuan endapan atau batuan sedimen. Baik
batuan sedimen atau beku dapat berubah bentuk dalam waktu yang sangat lama karena
adanya perubahan temperatur dan tekanan. Batuan yang berubah bentuk disebut batuan
malihan atau batuan metamorf.
C. Jenis-Jenis Batuan
1. Batuan Beku

Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") yaitu batuan yang
terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras. Pembekuan magma menjadi
batuan beku dapat terjadi pada saat sebelum magma keluar dari dapurnya, ditengah
perjalanan, dan ketika sudah berada diatas permukaan bumi. Dengan atau tanpa proses

kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas
permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Lebih dari 700 tipe batuan beku telah
berhasil dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di bawah permukaan kerak bumi.
Batuan beku yang membeku sebelum magma keluar dan terjadi pada saat lapisan dalam
disebut batuan plutonik, jika membeku di tengah perjalanan disebut batuan korok atau
porforik. Adapun jika magma telah keluar dan membeku di permukaan bumi, disebut
batuan beku luar atau efusi / vulkanik.
Berdasarkan teksturnya batuan beku dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Batuan beku plutonik
2. Batuan beku vulkanik

Perbedaan antara keduanya bisa dilihat dari besar mineral penyusun batuannya. Batuan
beku plutonik umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang relatif lebih lambat
sehingga mineral-mineral penyusunnya relatif besar. Sedangkan batuan beku vulkanik
umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang sangat cepat (misalnya akibat

letusan gunung api) sehingga mineral penyusunnya lebih kecil.

2. Batuan Endapan atau Batuan Sedimen

Batuan Sedimen ini merupakan batuan yang terbentuk oleh proses geomorfologi dan
dipengaruhi oleh lamanya waktu. Batuan sedimen secara umum dibedakan menjadi 2
jenis :
Klasifikasi sediment klastik dibedakan berdasarkan atas ukuran butirnya, yaitu sebagai
berikut :


Ludit (psepit) termasuk berbutir kasar mulai dari gravel (krikil) halus hingga
bongkah (boulder) dengan ukuran diameternya 2-256mm



Arenit (samit) termasuk berbutir sedang, dengan ukuran diameternya 0,062mm, mulai dari pasir halus hingga pasir kasar.




Lutit (pelit) termasuk berbutir halus, ukuran diameternya 0,04-0,06mm, mulai
dari lempung higga debu kasar.



Contoh sediment klastik adalah breksi, konglomerat, batu pasir, lempung, serpih
dan kaolin.

a. Sedimen klastik yang terbentuk oleh proses mekanik
Batuan sediment klastik terbentuk melalui proses pengendapan dari material-material
yang mengalami proses transportasi. Besar butir dari batuan sediment klastik bervariasi
dari mulai ukuran lempung sampai ukuran bongkah. Biasanya batuan tersebut menjadi
batuan penyimpan hidrokarbon (reservoir rocks) atau bisa juga menjadi batuan induk
sebagai penghasil hidrokarbon (source rocks). Contoh sediment klastik adalah breksi,
konglomerat, batu pasir, lempung, serpih dan kaolin
b. Sedimen non-klastik yang terbentuk karena proses kimiawi
Batuan sedimen kimia terbentuk melalui proses presipitasi dari larutan. Biasanya
batuan tersebut menjadi batuan pelindung (seal rocks) hidrokarbon dari migrasi.
Contohnya anhidrit dan batu. Batuan sedimen ini biasanya mengandung mineral seperti
kalsit, dolomit, kuarsa sekunder, gypsum dan chert.


Batuan sedimen terbentuk melalui tiga cara utama : pelapukan batuan lain (clastic);
pengendapan (deposition) karena aktivitas biogenik; dan pengendapan (precipitation)
dari larutan.
Batuan endapan meliputi 75% dari permukaan bumi. Batuan sedimen memiliki ciri
yang mudah dikenal, yaitu sebagai berikut :


Batuan endapan biasanya berlapis-lapis



Mengandung sisa-sisa jasad atau bekasnya, seperti terdapatnya cangkang
binatang koral dan serat-serat kayu.



Adanya keseragaman yang nyata dari bagian-bagian berbentuk bulat yang
menyusunnya.


Penamaan batuan sedimen berdasarkan butir

1. Penamaan batuan sedimen biasanya berdasarkan besar butir penyusun batuan
tersebut Penamaan tersebut adalah :
2. Breksi adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih besar dari 2 mm
dengan bentuk butitan yang bersudut.

3. Konglomerat adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih besar dari 2 mm
dengan bentuk butiran yang membudar.
4. Batu pasir adalah batuan sedimen dengan ukuran butir antara 2 mm sampai 1/16
mm
5. Batu lanau adalah batuan sedimen dengan ukuran butir antara 1/16 mm sampai
1/256 mm
6. Batu lempung adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih kecil dari 1/256
3. Batuan metamorfosis atau Batuan metamorf (methamorphic rock)

yaitu batuan yang berasal dari batuan induk yang mengalami perubahan tekstur dan
komposisi mineral sebagai akibat perubahan kondisi fisik disebabkan oleh tekanan dan
temperatur.batuan sebelumnya akan berubah tekstur dan strukturnya sehingga
membentuk batuan baru dengan tekstur dan struktur yang baru pula. Contoh batuan

tersebut adalah batu sabak atau slate yang merupakan perubahan batu lempung. Apabila
semua batuan-batuan yang sebelumnya terpanaskan dan meleleh maka akan
membentuk magma yang kemudian mengalami proses pendinginan kembali dan
menjadi batuan-batuan baru lagi. Beberapa contoh batuan metamorf adalah Gneis, batu
sabak, batu garnet, dan pualam.
Batuan metamorf menyusun sebagian besar dari kerak Bumi.Mereka terbentuk jauh
dibawah permukaan bumi oleh tegasan yang besar dari batuan diatasnya serta tekanan
dan suhu tinggi. Mereka juga terbentuk oleh intrusi batu lebur, disebut magma, ke
dalam batuan padat dan terbentuk terutama pada kontak antara magma dan batuan yang
bersuhu tinggi.
Ciri-ciri batuan ini :



Adanya perlapisan,



Silang siur atau struktur gelembur gelombang klastik.

2.2 Batuan Beku
Batuan beku adalah jenis batuan yang terbentuk dari proses pendinginan magma
gunung berapi yang mengeras dengan atau tanpa proses kritalisasi yang berada bawah
permukaan bumi yang disebut sebagai batuan instrusif ataupun di atas permukaan bumi
disebut sebagai batuan ekstrutif. igneus (dibaca ignis) adalah bahasa latin dari batuan
beku yang berati api.

Batuan beku instrusif (biasa disebut instrusi atau plutonik) adalah batuan beku yang
berubah menjadi kristal dari sebuah lelehan magma dibawah permukaan Bumi. Magma
yang membeku di bawah tanah sebelum mereka mencapai permukaan bumi disebut
dengan nama pluton. Nama Pluto diambil dari nama Dewa Romawi dunia bawah tanah.

Sedangkan batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang terjadi pada proses
keluarnya magma ke permukaan bumi kemudian menjadi lava atau meledak secara
dahsyat di atmosfer dan jatuh kembali ke bumi sebagai batuan.

Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik
di mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan dapat terjadi karena salah
satu dari proses-proses berikut ini : penurunan tekanan, kenaikan temperatur, atau
perubahan komposisi.
Terdapat 700 lebih tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, dan sebagian besar
batuan beku tersebut terbentuk di bawah permukaan kerak bumi.
Beberapa ahli geologis seperti Turner dan Verhoogen tahun 1960, F.F Groun Tahun
1947, Takeda Tahun 1970, mendefenisikan magma sebagai cairan silikat kental pijar
yang terbentuk secara alami, memiliki temperatur yang sangat tinggi yaitu antara 1.500
sampai dengan 2.500 derajat celcius serta memiliki sifat yang dapat bergerak dan
terletak di kerak bumi bagian bawah. Dalam magma teredapat bahan-bahan yang
terlarut di dalamnya yang bersifat volatile / gas (antara lain air, co2, chlorine, fluorine,
iro, sulphur dan bahan lainnya) yang magma dapat bergerak, dan non-volatile / non gas
yang merupakan pembentuk mineral yang umumnya terdapat pada batuan beku. Dalam
perjalanan menuju bumi magma mengalami penurunan suhu, sehingga mineral-mineral
pun akan terbentuk. Peristiwa ini disebut dengan peristiwa penghabluran.
STRUKTUR BATUAN BEKU
Sebagian besar struktur batuan beku hanya dapat dilihat di lapangan saja, berikut
dibawah beberapa struktur batuan beku.

- Pillow lava atau lava bantal
yaitu struktur paling khas dari batuan vulkanik bawah laut, membentuk struktur seperti
bantal.
- Skoria
yaitu struktur yang sama dengan struktur vesikuler tetapi lubang-lubangnya besar dan
menunjukkan arah yang tidak teratur.
Amigdaloidal, yaitu struktur dimana lubang-lubang gas telah terisi oleh mineralmineral sekunder, biasanya mineral silikat atau karbonat.
- Xenolitis
yaitu struktur yang memperlihatkan adanya fragmen/pecahan batuan lain yang masuk
dalam batuan yang mengintrusi.
Pada umumnya batuan beku tanpa struktur (masif), sedangkan struktur-struktur yang
ada pada batuan beku dibentuk oleh kekar (joint) atau rekahan (fracture) dan
pembekuan magma, misalnya: columnar joint (kekar tiang), dan sheeting joint (kekar
berlembar).
- Joint struktur
merupakan struktur yang ditandai adanya kekar-kekar yang tersusun secara teratur
tegak lurus arah aliran. Sedangkan struktur yang dapat dilihat pada contoh-contoh
batuan (hand speciment sample), yaitu:
- Masif
yaitu jika tidak menunjukkan adanya sifat aliran, jejak gas (tidak menunjukkan adanya
lubang-lubang) dan tidak menunjukkan adanya fragmen lain yang tertanam dalam
tubuh batuan beku.
- Vesikuler

yaitu struktur yang berlubang-lubang yang disebabkan oleh keluarnya gas pada waktu
pembekuan magma. Lubang-lubang tersebut menunjukkan arah yang teratur.
KOMPOSISI MINERAL PADA BATUAN BEKU
Cara menentukan kandungan mineral pada batuan beku, dapat dilakukan dengan
menggunakan indeks warna dari batuan kristal. Berdasarkan warna mineral sebagai
penyusun batuan beku dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu mineral Felsik dan
Mineral Mafik.
- Mineral felsik, merupakan mineral yang berwarna terang, terutama terdiri dari mineral
kwarsa, feldspar, feldspatoid dan muskovit.
- Mineral mafik, merupakan mineral yang berwarna gelap, terutama biotit, piroksen,
amphibol dan olivin.
Berdasarkan cara terjadinya, kadungan SiO2 dan indeks warna batuan beku dapat
diklasifikan. Sehingga dapat ditentukan nama batuan yang berbeda-beda meskipun
dalam jenis batuan yang sama.
Menurut Rosenbusch (1877-1976) Klasifikasi batuan beku berdasarkan cara terjadinya
dapat dibagi menjadi sebagai berikut :
- Effusive rock, merupakan batuan beku yang terbentuk di permukaan.
- Dike rock, merupakan batuan beku yang terbentuk dekat permukaan.
- Deep seated rock, merupakan batuan beku yang jauh di dalam bumi. Oleh W.T. Huang
(1962), jenis batuan ini disebut plutonik, sedang batuan effusive disebut batuan
vulkanik.
Klasifikasi batuan beku berdasarkan kandungan SiO2 (C.L. Hugnes, 1962), antara lain :
- Batuan beku asam, batuan beku yang memiliki kandungan SiO2 lebih dari 66%.
Contohnya adalah riolit.
- Batuan beku intermediate, batuan beku yang memiliki kandungan SiO2 antara 52% –
66%. Contohnya adalah dasit.
- Batuan beku basa, batuan beku yang memiliki kandungan SiO2 antara 45% – 52%.
Contohnya adalah andesit.
- Batuan beku ultra basa, batuan beku yang memiliki kandungan SiO2 kurang dari

45%. Contohnya adalah basalt.
Klasifikasi batuan beku berdasarkan indeks warna menurut S.J. Shand, 1943, antara
lain :
- Batuan beku Leucoctaris rock, jika mengandung kurang dari 30% mineral mafik.
- Batuan beku Mesococtik rock, jika mengandung 30% – 60% mineral mafik.
- Batuan beku Melanocractik rock, jika mengandung lebih dari 60% mineral mafik.
Sedangkan klasifikasi batuan beku berdasarkan indeks warna menurut S.J. Ellis (1948)
antara lain sebagai berikut :
Batuan beku Holofelsic, batuan beku dengan indeks warna kurang dari 10%.
Batuan beku Felsic, batuan beku dengan indeks warna 10% sampai 40%.
Batuan beku Mafelsic, batuan beku dengan indeks warna 40% sampai 70%.
Batuan Beku Mafik, batuan beku dengan indeks warna lebih dari 70%.
TEKSTUR PADA BATUAN BEKU
Tekstur batuan beku secara umum ditentukan oleh tiga hal utama, yaitu kritalinitas,
Granularitas dan Bentuk Kristal. Mari kita bahas ketiga hal penting tersebut satu
persatu.
1. Kristalinitas
Kristalinitas merupakan derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu
terbentuknya batuan tersebut. Kristalinitas dalam fungsinya digunakan untuk
menunjukkan berapa banyak yang berbentuk kristal dan yang tidak berbentuk kristal,
selain itu juga dapat mencerminkan kecepatan pembekuan magma. Apabila magma
dalam pembekuannya berlangsung lambat maka kristalnya kasar. Sedangkan jika
pembekuannya berlangsung cepat maka kristalnya akan halus, akan tetapi jika
pendinginannya berlangsung dengan cepat sekali maka kristalnya berbentuk amorf.
Dalam pembentukannnya dikenal tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu:
- Holokristalin, Holokristalin adalah batuan beku dimana semuanya tersusun oleh
kristal. Tekstur holokristalin adalah karakteristik batuan plutonik, yaitu mikrokristalin
yang telah membeku di dekat permukaan.
- Hipokristalin, Hipokristalin adalah apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas

dan sebagian lagi terdiri dari massa kristal.
- Holohialin, Holohialin adalah batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas.
Tekstur holohialin banyak terbentuk sebagai lava (obsidian), dike dan sill, atau sebagai
fasies yang lebih kecil dari tubuh batuan.
2, Granularitas
Granularitas dapat diartikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan beku. Pada
umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu:
a. Fanerik atau fanerokristalin, Besar kristal-kristal dari golongan ini dapat dibedakan
satu sama lain secara megaskopis dengan kasat mata. Kristal-kristal jenis fanerik ini
dapat dibedakan menjadi:
- Halus (fine), apabila ukuran diameter butir kurang dari 1 mm.
- Sedang (medium), apabila ukuran diameter butir antara 1 – 5 mm.
- Kasar (coarse), apabila ukuran diameter butir antara 5 – 30 mm.
- Sangat kasar (very coarse), apabila ukuran diameter butir lebih dari 30 mm.
b. Afanitik, Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak bisa dibedakan dengan kasat
mata sehingga diperlukan bantuan mikroskop. Batuan dengan tekstur afanitik dapat
tersusun oleh kristal, gelas atau keduanya. Dalam analisis mikroskopis dibedakan
menjadi tiga yaitu :
- Mikrokristalin, Jika mineral-mineral pada batuan beku bisa diamati dengan bantuan
mikroskop dengan ukuran butiran sekitar 0,1 – 0,01 mm.
- Kriptokristalin, jika mineral-mineral dalam batuan beku terlalu kecil untuk diamati
meskipun dengan bantuan mikroskop. Ukuran butiran berkisar antara 0,01 – 0,002 mm.
- Amorf/glassy/hyaline, apabila batuan beku tersusun oleh gelas.
3. Bentuk Kristal
Bentuk kristal merupakan sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat batuan
secara keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal tiga bentuk kristal,
yaitu:
- Euhedral, jika batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristal.
- Subhedral, jika sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi.

- Anhedral, jika mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli.
- Ditinjau dari pandangan tiga dimensi, dikenal empat bentuk kristal, yaitu:
- Equidimensional, jika bentuk kristal ketiga dimensinya sama panjang.
- Tabular, jika bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu dimensi yang lain.
- Prismitik, jika bentuk kristal satu dimensi lebih panjang dari dua dimensi yang lain.
- Irregular, jika bentuk kristal tidak teratur.
Hubungan Antar Kristal
Hubungan antar kristal atau disebut juga relasi diartikan sebagai hubungan antara
kristal atau mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu batuan. hubungan antar
kritak dapat dibagi menjadi beberapa jenis antara lain sebagai berikut :
- Equigranular, yaitu jika secara relatif ukuran kristalnya yang membentuk batuan
berukuran sama besar. Berdasarkan keidealan kristal-kristalnya, maka equigranular
dibagi menjadi tiga, yaitu:
- Panidiomorfik granular, yaitu jika sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari
mineral-mineral yang euhedral.
- Hipidiomorfik granular, yaitu jika sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari
mineral-mineral yang subhedral.
- Allotriomorfik granular, yaitu jika sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari
mineral-mineral yang anhedral.
- Inequigranular, yaitu jika ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk batuan tidak
sama besar. Mineral yang besar disebut fenokris dan yang lain disebut massa dasar atau
matrik yang bisa berupa mineral atau gelas.

2.3 Mineral Felsik
Kata "felsic" adalah istilah yang digunakan dalam geologi untuk merujuk pada
mineral silikat, magma, dan batuan yang diperkaya dalam elemen-elemen ringan
seperti silikon, oksigen, aluminium, natrium, dan kalium.

Mereka biasanya ringan dalam warna dan memiliki gravitasi spesifik kurang dari 3.
Batuan felsic paling umum adalah granit, tetapi yang lain termasuk kwarsa,
muskovit, orthoclase, dan natrium kaya feldspar splagi oklas. Dalam hal kimia, batu
felsic berada di sisi lain dari spektrum batu dari batuan mafik.
Dalam penggunaan modern, istilah asam batuan, meskipun kadang-kadang digunakan
sebagai sinonim, mengacu pada tinggi konten silika(lebih besar dari 63% beratSiO2)
batuan vulkanik, seperti riolit.

Istilah ini digunakan secara lebih luas dalam literatur geologi yang lebih tua. Hal ini
dianggap kuno sekarang, sebagai istilah "asam" dan "batuan dasar" didasarkan pada ide
yang salah, berasal dari abad ke-19, bahwa asam silikat adalah bentuk kepala silikon
terjadi di batuan.

Istilah "felsic" menggabungkan kata"felspar" dan "silika". Kesamaan dari felsic
panjang untuk Fels kata Jerman,yang berarti "batu", dan felsig, yang berarti "batu",
adalah murni kecelakaan, seperti feldspar adalah pinjaman dari Feldspat Jerman, yang
berasal dari Jerman Feld, yang berarti "lapangan".

* Klasifikasi batuan felsic
Sebuah fragmen vulkanik felsic lithic, seperti yang terlihat dalam mikroskop petrografi.
Kotak skala dalam milimeter. Agar batu harus diklasifikasikan sebagai felsic, umumnya
perlu mengandung mineral felsic> 75%, yaitu kwarsa, plagioklas orthoclase dan
batuan dengan mineral felsic lebih besar dari 90% juga dapat disebut leucocratic, yang
berarti 'cahaya berwarna'.

Felsite adalah istilah bidang petrologic digunakan untuk merujuk sangat halus atau
aphanitic, berwarna terang batuan vulkanik yang mungkin kemudian direklasifikasi
setelah analisis mikroskopis atau kimia lebih rinci.

Dalam beberapa kasus, batuan vulkanik felsic mungkin mengandung mineral mafik
fenokris, biasanya hornblende, piroksen atau mineral felspar, dan mungkin perlu diberi
nama setelah mineral phenocryst mereka, seperti 'hornblende-bantalan felsite'.

Nama kimia dari batu felsic diberikan sesuai dengan klasifikasi dari Le Maitre TAS
(1975). Namun, ini hanya berlaku untuk batuan vulkanik. Jika batu dianalisis dan
ditemukan felsic tetapi metamorf dan tidak memiliki protolith vulkanik yang pasti, itu
mungkin cukup untuk hanya menyebutnya sebagai 'sekis felsic'. Ada contoh yang
sangat dikenal granit dicukur yang dapat keliru untuk riolit.

Untuk batuan felsic phaneritic, diagram QAPF harus digunakan, dan nama yang
diberikan sesuai dengan nomenklatur granit. Seringkali spesies mineral mafik termasuk
dalam nama untuk granit misalnya, hornblende, piroksen tonalite atau augite monzonit
megacrystic, karena "granit" istilah telah mengasumsikan puas dengan felspar dan
kuarsa.
Berikut ini adalah contoh dari mineral felsik:
1. Anorthit ( Ca Al2 Si2 O8 )
Anorthit mempunyai kandungan komposisi kimia kurang lebih 10% sodium dan
90% calcium. Dengan karakteristik fisik mineral anorthit adalah mempunyai warna
putih, abu-abu, dengan kilat kaca dan bersifat transclucent-opaque dengan belahan 1
arah, pecahan konkoidal dengan kekerasan 6-6,5 dan berat jenis 2,76 dan berasosiasi
dengan mineral biotit, augit, hornblende dan piroksen. Sedangkan sifat-sifat optik: tidak
berwarna (colorless) dengan bentuk kristal anhedra-subhedra, mempunyai belahan 1
arah pada {001}sempurna, {010}kurang sempurna dan tidak sempurna {110},
mempunyai relief sedang n > balsam, dengan warna interferensi abu-abu, putih atau
kuning pada orde 1 dan juga mempunyai kembaran albit.
2. Bitownite ( (Al,Si) Al Si2 O8 )

Bitonit mempunyai kandungan komposisi kimia kurang lebih 30-10% sodium
dan 70-90% calcium, mempunyai karakteristik fisik: berwarna putih, abu-abu bahkan
tidak berwarna (colorless), kilat kaca, cerat putih, bersifat transparan-opaque,
mempunyai belahan 1 arah, dan pecahan konkoidal dengan kekerasan 6-6,5 dan berat
jenis 2,74-2,76 dan berasosiasi dengan mineral biotit, hornblende dan piroksen.
Sedangkan sifat-sifat optik mineral bitonit: tidak berwarna (colorless) dengan
bentuk kristal subhedra-anhedra, relief rendah n > balsam, dengan belahan 1 arah
pada {001}sempurna, {010}kurang sempurna dan {110) tidak sempurna. Warna
interferensi abu-abu, putih atau kuning pada orde 1 dengan kembaran albit.
Keterdapatan pada gabbro, anorthosit atau basalt.

3. Labradorit ( (Al, Si) Al Si2 O8 )
Labradorit termasuk jenis dari plagioklas yang mempunyai warna kegelapgelapan, dan dapat menghasilkan warna yang terjadi karena warna tersebut memotong
bidang belahan yang disebut labradorescence. Labradorit biasanya mempunyai batas
intensitas warna bertipe biru dan violet-hijau, kuning dan orange. Selain itu warna yang
dihasilkan adalah hasil dari pertumbuhan kristal, pertumbuhan ini adalah hasil dari
kandungan susunan kimia yang serasi ketika pada temperatur yang tinggi, sedangkan
efek warna yang dihasilkan disebabkan karena sinar yang masuk pada lapisan dan
terefraksi kembali. Sinar refraksi ini sangat pelan dan bergabung dengan sinar-sinar lain
yang datang dan kemudian keluar, yang mana sinar-sinar tersebut mempunyai panjang
gelombang yang berbeda-beda. Panjang gelombang tersebut berhubungan dengan
panjang gelombang pada warna partikular seperti biru.
Labradorite mempunyai kandungan komposisi kimia kurang lebih 50-70%
calcium dan 50-30% sodium dan mempunyai kembaran albit. Karakteristik fisik
mineral labradorit: mempunyai wrana abu-abu sampai hitam keabu-abuan, dengan kilat
kaca dan bersifat transparan-transclucent. Mempunyai belahan 1 arah dengan pecahan
konkoidal dengan kekerasan 6-6,5 dan berat jenis 2,70-2,74 serta mempunyai cerat
putih. Labradorit berasosiasi dengan mineral biotit, piroksen dan hornblende.

Karakteristik optik dari mineral labradorite: tidak berwarna (colorless) dengan
bentuk kristal euhedral-anhedral, dengan belahan 1 arah, sempurna {001}, kurang
sempurna{010}, dan tidak sempurna{110}. Berelief rendah, n > balsam. Warna
interferensi abu-abu atau putih pada orde 1, mempunyai kembaran albit, keterdapatan
pada batuan beku seperti auganit, basalt, gabbro dan olivin gabbro, labradorit juga
terbentuk pada batuan metamorf.

2.4 Mikroskop Polarisasi
Mikroskop Polarisasi adalah sebuah mikroskop yang menggunakan cahaya
lampu sebagai pengganti cahaya matahari sebagaimana yang digunakan pada
mikroskop konvensional. Pada mikroskop konvensional, sumber cahaya masih berasal
dari sinar matahari yang dipantulkan dengan suatu cermin datar ataupun cekung yang
terdapat dibawah kondensor. Cermin ini akan mengarahkan cahaya dari luar kedalam
kondensor.
Mikroskop polarisasi menggunakan cahaya terpolarisasi guna menganalisa
struktur yang birefringent. Birefringence – suatu property spesimen yang transparan
dengan 2 indeks refraktif yang berbeda pada orientasi yang berbeda untuk membedakan
cahaya terpolarisasi ke dalam kedua komponen. Cahaya terpolarisasi, hanya
berfluktuasi/bergerak di satu dataran karena polar hanya meneruskan cahaya pada
dataran tersebut.
Jika 2 polar diletakkan di atas yang lainnya, arahkan sinar ke atas dan putar
relative terhadap yang lain, akan ada 1 posisi dimana 2 dataran tertransmisi bertemu,
yang akan tampak cerah. Pada 90° terhadap orientasi ini, semua cahaya akan berhenti
(gelap).
Mineral Optik
Ilmu pengetahuan mineralogi menitik beratkan pada studi tentang pengamatan
dan pendeskripsian minera-mineral penyusun batuan yang merupakan litologi dari
permukaan bumi.

Dengan kemampuan mata manusia yang terbatas maka untuk pengamatan
mineral penyusun batuan lebih lanjut harus menggunakan alat yaitu mikroskop. Yang
dimaksud di sini adalah mikroskop polarisasi yang berbeda dengan mikroskop biasa,
dimana mikroskop biasa hanya memperbesar benda yang diamati. Mikroskop polarisasi
menggunakan cahaya yang dibelokkan atau terbias, bukan cahaya terpantul.
Selain itu, perbedaannya pada beberapa komponen khusus yang hanya terdapat
pada mikroskop ini, antara lain keping analisator, polarisator, kompensator, dan lensa
amici bertrand. Jenis/tipe dari mikroskop ini cukup beragam, ada beberapa tipe yang
biasa digunakan misalnya tipe Olympus, Bausch & Lomb, dan Reichert.
Mikroskop yang dipergunakan untuk pengamatan sayatan tipis dari batuan, pada
prinsipnya sama dengan mikroskop yang biasa dipergunakan dalam pengamatan
biologi. Keutamaan dari mikroskop ini adalah cahaya (sinar) yang dipergunakan harus
sinar terpolarisasi. Karena dengan sinar itu beberapa sifat dari kristal akan nampak jelas
sekali. Salah satu factor yang paling penting adalah warna dari setiap mineral, karena
setiap mineral mempunyai warna yang khusus.
Untuk mencapai daya guna yang maksimal dari mikroskop polarisasi maka
perlu difahami benar bagian-bagiannya serta fungsinya di dalam penelitian. Setiap
bagian adalah sangat peka dan karenanya haruslah dijaga baik-baik. Kalau mikroskop
tidak dipergunakan sebaiknya ditutup dengan kerudung plastik. Bagian-bagian optik
haruslah selalu dilindungi dari debu, minyak dan kotoran lainnya. Perlu kiranya diingat
bahwa butir debu yang betapapun kecilnyaakan dapat dibesarkan berlipat ganda
sehingga akan mengganggu jalannya pengamatan.
2.5 Identifikasi Mineral Pada Pengamatan Nikol Sejajar
Setiap mineral memiliki sistem kristalnya masing-masing: isometrik (sumbu a =
sumbu b = sumbu c; < =