Pengaruh Suhu Lingkungan Terhadap Kinerj

PENGARUH SUHU LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA PEKERJA
Nurma Fauziah (1602144085)
Program Studi Desain Produk, Fakultas Industri Kreatif , Universitas Telkom
nurma.fauziah3@g mail.com

Abstrak
Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan suatu organisasi adalah kinerja karyawannya. Kinerja
karyawan merupakan suatu tindakan yang dilakukan karyawan dalam melaksanakan pekerjaan yang diberikan
perusahaan. Usaha untuk meningkatkan kinerja karyawan, diantaranya adalah dengan memperhatikan stres kerja.
Stres merupakan suatu kondisi keadaan seseorang mengalami ketegangan karena adanya kondisi yang
mempengaruhinya, kondisi tersebut dapat diperoleh dari dalam diri seseorang maupun lingkungan diluar diri
seseorang. Selain itu faktor lingkungan fisik juga berpengaruh pada kinerja pekerja.
Kata Kunci : Lingkungan kerja, produktifitas, kinerja

1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan suatu organisasi adalah kinerja karyawannya. Kinerja
karyawan merupakan suatu tindakan yang dilakukan karyawan dalam melaksanakan pekerjaan yang diberikan
perusahaan. Usaha untuk meningkatkan kinerja karyawan, diantaranya adalah dengan memperhatikan stres kerja.
Stres merupakan suatu kondisi keadaan seseorang mengalami ketegangan karena adanya kondisi yang
mempengaruhinya, kondisi tersebut dapat diperoleh dari dalam diri seseorang maupun lingkungan diluar diri

seseorang. Selain itu faktor lingkungan fisik juga berpengaruh pada kinerja pekerja.Lingkungan kerja fisik
merupakan segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan
tugas-tugas yang diembannya. Lingkungan kerja fisik yang kondusif akan memberikan rasa aman dan
memungkinkan para karyawan untuk dapat bekerja lebih optimal. Jika s eorang pegawai menyenangi lingkungan
kerja dimana dia bekerja, maka karyawan tersebut akan betah berada di tempat kerjanya untuk melakukan segala
aktivitas sehingga waktu kerja dipergunakan secara efektif dan prestasi kerja karyawan tersebut juga akan
meningkat. Peningkatan suhu dapat menghasilkan kenaikan prestasi kerja, namun disisi lain dapat pula
menurunkan prestasi kerja. Kenaikan suhu pada batas tertentu dapat menimbulkan semangat yang akan
merangsang prestasi kerja, tetapi setelah melewati ambang batas tertentu kenaikan suhu ini sudah mulai
mengganggu suhu tubuh yang dapat mengakibatkan terganggunya prestasi kerja.
Pada dasarnya manusia memiliki kemampuan secara aktif untuk dapat beradaptasi dengan berbagai
kondisi iklim. Misalnya saja kita dapat memakai pakaian kulit buatan/jaket bulu untuk mengatur isolasi termal
ketika kita merasa dingin, apabila kita merasa panas kita dapat memakai penyejuk ruangan (AC). Yang
terpenting adalah mengkondisikan ruangan kerja agar setiap pekerja didalamnya dapat merasa nyaman bekerja
tanpa merasakan gangguan panas atau dingin.

1.2 Tujuan
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh suhu lingkungan terhadap kinerja para pekerja.

1.3 Identifikasi Masalah





Apakah temperatur di lingkungan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan perusahaan ?
Apakah suhu yang panas dapat menurunkan produktivitas pekerja dan suhu yang terlalu dingin juga
dapat menurunkan produktivitas pekerja, dan bagaimana men etapkan suhu ruangan kerja yang pas agar
dapat meningkatkan produktivitas pekerja ?
Apa akibatnya bila bekerja dikondisi ekstrem ?

2. Dasar Teori
2.1 Pengertian Ergonomi
Istilah “ergonomi” berasal dari bahasa latin yaitu ergon dan nomos dan dapat didefinisikan sebagai
studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi,
engineering, manajemen dan desain atau perancangan (Nurmianto, 2008). Menurut Sutalaksana (1979), egonomi
adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan
dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada
sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman, dan
nyaman . Ergonomi berkenaan berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan
kenyamanan manusia ditempat kerja, di rumah, dan di tempat rekreasi. Ergonomi disebut juga sebagai Human

Factors. Ergonomi juga digunakan oleh beberapa ahli pada bidangnya misalnya: ahli anatomi, arsitektur ,
perancangan produk, fisika, fisioterapi, terapi pekerjaan, psikologi, dan teknik industri (definisi ini berdasar pada
International Ergonomics Association). Ergonomic dapat berperan pula sebagai desain pekerjaan pada suatu
organisasi, misalnya: penentuan jumlah jam istirahat, pemilihan jadwal pergantian waktu kerja, meningkatkan
variasi pekerjaan. Ergonomi dapat pulaberperan sebagai desain perangkat lunak karena dengan semakin
banyaknya pekerjaan yang berkaitan dengan komputer.

2.2 Pengertian Kinerja
Istilah kinerja digunakan untuk mengukur hasil yang telah dicapai sehubungan dengan kegiatan atau
aktivitas perusahaan, apakah kinerja perusahaan telah baik atau perlu adanya evaluasi-evaluasi kebelakang
mengenai hasil yang dicapai. Beberapa pengertian kinerja dari beberapa ahli yaitu: Dalam kamus umum Bahasa
Indonesia menyatakan bahwa kinerja adalah apa yang dicapai atau prestasi kerja yang terlihat . Selain itu kinerja
adalah gambaran mengenai tingakat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dan mewujudkan
sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusa skema strategis (strategic planning)
suatu organisasi. Secara umum dapat juga dikatakan bahwa kinerja. Pendapat lainnya menyatakan bahwa kinerja
adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam organisasi, sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tuuan organisasi b ersangkutan
secara legal, dan tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika. Dengan demikian kinerja
seseorang juga menentukan kinerja organisasi yang harus berpedoaman kepada aturan -aturan yang berlaku
secara umum (yang keluarkan oleh pemerintahan, organisasi profesi dan organisasi lainya yang berkaitan).


2.3 Pengertian Lingkungan Kerja
Pembangunan dan pengembangan berarti perubahan yang dinamis, suatu akseleratif yang diharapkan
berdampak positif. Salah satu aspek dalam pembangunan adalah terciptanya lingkungan kerja yang kondusif.
Lingkungan kerja adalah faktor-faktor diluar manusia baik fisik mau pun non fisik dalam sesuatu organisasi.
Beberapa pengertian lingkungan kerja dapat diuraikan dari beberapa ahli, yaitu: lingkungan kerja dengan
kepuasan kerja terdapat hubungan yang positif dan lingkungan kerja mempengaruhi prestasi kerja suatu
organisasi. Pembentukan lingkungan kerja yang terkait dengan kemampuan manusia dan prestasi kerja
dipengaruhi oleh faktor fisik, kimia, biologis, fisiologis, mental, dan sosial ekonomi . Secara genetis, setiap
individu mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan pola prilaku tertentu untuk
menanggulangi masalah lingkungan. Namun demikian, pembentukan lingkungan kerja yang mendukung pretasi
kerja akan menimbulakan kepuasan kerja bagi pekerja dalam suatu organisasi. Lingkungan kerja sangat
berpengaruh terhadap pekerjaan yang dilakukan karyawan. Sehingga setiap perusahaan haruslah mengusahakan
lingkungan kerja yang sedemikian rupa agar memberikan pengaruh positif terhadap pekerjaan yang dilakukan
karyawan. Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang berada di sekitar para pekerja dan yang dapat
mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas -tugas yang diembankan kepada karyawan. Selain itu
kemungkinan ada hal-hal yang berada disekitar pekerja yang dianggap tidak berpengaruh terhadap para
karyawan dalam melaksanakan tugastugas yang dibebankan. Tetapi pada suatu saat ternyata dapat dibuktikan
bahwa hal itu dapat berpengaruh cukup besar. Berbagai kebijakan dan kegiatan personalia yang dijalan kan
perusahaan akan memberikan suatu lingkungan kerja yang menyenangkan atau tidak menyenankan bagi

karyawan atau- orang-orang dalam perusahaan. Hal ini akan memberikan pengaruh pada kepusan kerja karywan
pada perusahaan tersebut . Dapat ditarik kesimpulan bahwa lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang berada
disekitar karyawan yang mempengaruhi dirinya dalam menjalankan dan menyelesaikan tugas -tugas yang
diberikan kepadanya dalam suatu wilayah. Sehingga penelit ian lingkungan kerja lebih diarahkan kepada
bagaimana pegawai mendapatkan rasa aman, nyaman, tentram, puas dalam menyelesaikan pekerjaan dalam
ruang kerjanya .

3. Pembahasan
Lingkungan kerja fisik yang kondusif akan memberikan rasa aman dan memungkinkan para karyawan
untuk dapat bekerja lebih optimal. Jika seorang pegawai menyenangi lingkungan kerja dimana dia bekerja, maka
karyawan tersebut akan betah berada di tempat kerjanya untuk melakukan segala aktivitas sehing ga waktu kerja
dipergunakan secara efektif dan prestasi kerja karyawan tersebut juga akan meningkat.
Faktor-faktor lingkungan fisik ini mencakup suhu, udara, kebisingan, dan penerangan ditempat kerja.
Faktor-faktor fisik inilah yang akan sangat mempengaruhi kinerja dari karyawan yang ada berada ditempat kerja
tersebut. Salah satu faktor yang akan dibahas kali ini adalah masalah suhu atau temperatur lingkungan kerja.
Peningkatan suhu dapat menghasilkan kenaikan prestasi kerja, namun disisi lain dapat pula me nurunkan
prestasi kerja. Kenaikan suhu pada batas tertentu dapat menimbulkan semangat yang akan merangsang prestasi
kerja, tetapi setelah melewati ambang batas tertentu kenaikan suhu ini sudah mulai mengganggu suhu tubuh
yang dapat mengakibatkan terganggunya prestasi kerja.
Pada dasarnya manusia memiliki kemampuan secara aktif untuk dapat beradaptasi dengan berbagai kondisi

iklim. Misalnya saja kita dapat memakai pakaian kulit buatan/jaket bulu untuk mengatur isolasi termal ketika
kita merasa dingin, apabila kita merasa panas kita dapat memakai penyejuk ruangan (AC). Yang terpenting
adalah mengkondisikan ruangan kerja agar setiap pekerja didalamnya dapat merasa nyaman bekerja tanpa
merasakan gangguan panas atau dingin.
Kondisi ekstrem pada lingkungan kerja s ebaiknya dihindari, karena tekanan/terpaan panas yang mengenai
tubuh manusia dapat mengakibatkan berbagai permasalahan kesehatan hingga kematian. Kematian tersebut
diakibatkan oleh berbagai penyakit yang diakibatkan oleh terpaan panas pada tubuh. Berbagai penyakit tersebut
meliputi:










Heat Rash merupakan gejala awal dari yang berpotensi menimbulkan penyakit akibat tekanan panas.
Penyakit ini berkaitan dengan panas, kondisi lembab dimana keringat tidak mampu menguap dari kulit

dan pakaian. Penyakit ini mungkin terjadi pada sebgaian kecil area kulit atau bagian tubuh. Meskipun
telah diobati pada area yang sakit produksi keringat tidak akan kembali normal untuk 4 sampai 6
minggu.
Heat Syncope adalah ganggunan induksi panas yang lebih serius. Ciri dari gangguan in i adalah pening
dan pingsan akibat berada dalam lingkungan panas pada waktu yang cukup lama.
Heat Cramp merupakan penyakit yang menimbulkan gejala seperti rasa nyeri dan kejang pada kakai,
tangan dan abdomen banyak mengeluarkan keringat. Hal ini disebabkan karena ketidak seimbangan
cairan dan garam selama melakukan kerja fisik yang berat di lingkungan yang panas.
Heat Exhaustion merupakan penyakit yang diakibatkan oleh berkurangnya cairan tubuh atau volume
darah. Kondisi ini terjadi jika jumlah air yang dikeluarkan seperti keringat melebihi dari air yang
diminum selama terkena panas. Gejalanya adalah keringat sangat banyak, kulit pucat, lemah, pening,
mual, pernapasan pendek dan cepat, pusing dan pingsan. Suhu tubuh antara (37°C – 40°C).
Heat Stroke merupakan penyakit gangguan panas yang mengancam nyawa yang terkait dengan
pekerjaan pada kondisi sangat panas dan lembab. Penyakit ini dapat menyebabkan koma dan kematian.
Gejala dari penyakit ini adalah detak jantung cepat, suhu tubuh tinggi 40 o C atau lebih, panas, kulit
kering dan tampak kebiruan atau kemerahan, tidak ada keringat di tubuh korban, pening, menggigil,
mual, pusing, kebingungan mental dan pingsan.
Multiorgan-dysfunction Syndrome Continuum merupakan rangkaian sindrom/gangguan yang terjadi
pada lebih dari satu/ sebagian anggota tubuh akibat heat stroke, trauma dan lainnya.


Berikut akan ditunjukkan kondisi-kondisi manusia dimana suhu tubuhnya terlalu tinggi dan terlalu rendah.
Keadaan Kondisi Tubuh Saat Kondisi Panas:






37°C (98.6°F) – Suhu tubuh normal (36-37.5°C / 96.8-99.5°F).
38°C (100.4°F) – berkeringat, sangat tidak nyaman, sedikit lapar.
39°C (102.2°F) – Berkeringat, kulit merah dan basah, napas dan jantung bedenyut kencang, kelelahan,
merangsang kambuhnya epilepsi.
40°C (104°F) – Pingsang, dehidrasi, lemah, sakit kepala, muntah, pening dan berkeringat.






41°C (105.8°F) – Keadaan gawat. Pingsan, pening, bingung, sakit kepala, halusinasi, napas sesak,

mengantuk mata kabur, jantung berdebar.
42°C (107.6°F) – Pucat kulit memerah dan basah, koma, mata gelap, muntah dan terjadi gangguan
hebat. Tekanan darah menjadi tinggi/rendah dan detak jantung cepat.
43°C (109.4°F) – Umumnya meninggal, kerusakan otak, gangguan dan goncangan hebat terus menerus,
fungsi pernafasan kolaps.
44°C (111.2°F) or more – Hampir dipastikan meninggal namun ada beberapa pasien yang mampu
bertahan hingga diatas 46°C (114.8°F).

Keadaan Tubuh Saat Kondisi Dingin:










37°C (98.6°F) – Suhu tubuh normal (36-37.5°C / 96.8-99.5°F).

36°C (96.8°F) – Menggigil ringan hingga sedang.
35°C (95.0°F) – (Hipotermia suhu kurang dari 35°C / 95.0°F) – Menggigil keras, kulit menjadi
biru/keabuan. Jantung menjadi berdegup.
34°C (93.2°F) – Mengggil yang sanagat keras, jari kaku, kebiruan dan bingung. Terjadi perubahan
perilaku.
33°C (91.4°F) – Bingung sedang hingga parah, mengantuk, depresi, berhenti menggigil, denyut jantung
lemah, napas pendek dan tidak mampu merespon rangsangan.
32°C (89.6°F) – Kondisi gawat. Halusinasi, gangguan hebat, sangat bingung, tidur yang dalam dan
menuju koma, detak jantung rendah , tidak menggigil.
31°C (87.8°F) – Comatose, tidak sadar, tidak memiliki reflex, jantung sangat lamabat. Terjadi gangguan
irama jantung yangs serius.
28°C (82.4°F) – Jantung berhenti berdetak pasien menuju kematian.
24-26°C (75.2-78.8°F) or less – Terjadi kematian namun beberapa pasien ada yang mampu bertahan
hidup hinggan dibawah 24-26°C (75.2-78.8°F).

NASA mempublikasikan sebuah studi tentang salah satu peyebab berkurangnya kemampuan fokus dan
kinerja karyawan. Dalam majalah EHS Magazine, dikutip sebuah Studi NASA terhadap kinerja para
operator telegraph key yang menunjukkan beberapa hasil yaitu:






Pada suhu 26°C, para operator membuat kesalahan 5 kali dalam satu jam dan 19 kesalahan setelah 3
jam
Pada suhu 32°C, para operator membuat 9 kesalahan per jam dan 27 kesalahan setelah 3 jam.
Pada suhu 35°C, para operator membuat 60 kesalahan per jam dan 138 kesalahan setelah 3 jam.

Walaupun kesalahan kesalahan operator tersebut tidak terlalu signifikan, namun lingkungan kerja dengan
suhu panas tadi akan menghasilkan kesalahan yang setara dengan jenis pekerjaan sejenis.

4. Kesimpulan dan Saran


Manusia pada dasarnya dapat beradaptasi dengan lingkungan namun ada batasnya. Apabila kondisi
lingkungan tidak mendukung (misal suhu ruangan terlalu panas atau dingin), maka karyawan akan
mengalami gangguan fisik seperti badan menggigil, berkeringat, jantu ng berdegup, dan lain-lain.
Kondisi karyawan tersebut akan membuat karyawan tidak dapat fokus melakukan pekerjaannya
sehingga berkemungkinan melakukan kesalahan. Pada Human Reliability, dilakukan analisa untuk
melakukan seberapa jauh keandalan sumber daya manusia dan perancangan sistem agar lingkungan
dapat disesuaikan dengan kondisi karyawan.







Temperatur atau Suhu Udara pada ruang kerja merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
konsumsi energi seseorang. Ukuran berapa lama waktu kerja yang ideal sesuai dengan kehandalan
seseorang dan konsumsi energinya. Beban kerja (fisik dan mental) seseorang menjadi salah faktor
utama yg dipertimbangkan dalam mengukur waktu kerja. Jadi faktor suhu saja tidak cukup untuk
mengukur waktu kerja optimal.
Ruangan kerja para pekerja harus dibuat senyaman mungkin agar para pekerja juga dapat
menyelesaikan tugasnya dengan maksimal. Untuk menentukan suhu ruangan yang pas, memang
tidaklah mudah karena semua itu juga bergantung pada kondisi tubuh masing -masing pekerja yang akan
bekerja di ruangan tersebut. Tetapi paling tidak, pihak perusahaan dapat melakukan beberapa percobaan
untuk mengetahui suhu ruangan yang paling pas agar operator di ruangan tersebut dapat berkerja secara
maksimal.
Untuk meningkatkan produktivitas kerja yang lebih baik, disarankan pimpinan juga memperhatikan
kepada faktor lain selain dari faktor-faktor lingkungan kerja, seperti faktor motivasi dan tersedianya
sumber daya manusia yang siap pakai.

Daftar Pustaka

https://aplikasiergonomi.wordpress.com, diakses tanggal 11 Desember 2015
https://ergonomi-teknikindustri.blogspot.com, diakses tanggal 11 Desember 2015
http://ergonomi-fit.blogspot.co.id, diaksestanggal 11 Desember 2015
Fieldman, Human Stress, Work and Job Satisfaction, terjemahan Ny. L. Mulyana, Jakarta, Penerbit: Pustaka
Binaman Presindo, 2003.
Badudu, Zain, Kamus Umum bahasa Indonesia, Jakarta, Penerbit: Pustaka Sinar Harapan, 2002
http://publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/ 1038/1/ 30407911.pdf, diakses tanggal 11 Desember
2015
http://dspace.library.uph.edu:8080/handle/123456789/ 475, diakses tanggal 11 Desember 2015