HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DEN

HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN
DENGAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA SISWA
KELAS XI SMA NEGERI 1TANJUNG MORAWA
TAHUN PELAJARAN 2016-2017
PROPOSAL
Oleh
SILVIA SIBURIAN
153306010117

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
MEDAN 2016

KATA PENGANTAR
Tiada kata yang lebih mulia selain ucapan syukur kepada Tuhan yang Mahakuasa
atas berkat dan rahmat-Nya sehingga peneliti mampu menyelesaikan penyusunan
proposal penelitian dengan judul “Hubungan Kemampuan Membaca Pemahaman Dengan
Kemampuan Menulis Teks Berita Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Tanjung Morawa Tahun
Pelajaran 2016-2017”.
Penyusunan proposal ini untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan

pendidikan program Strata 1 ( S1 ) dengan gelar sarjana Pendidikan ( S.Pd ) dari Program
Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Kependidikan UNPRI Medan.
Walaupun demikian, dalam laporan proposal penelitian ini, peneliti menyadarai
masih belum sempurna. Oleh karena itu, peneliti sangat mengharapkan saran dan kritikan
yang dapat memperbaiki prosal ini.
Semoga tulisan ini bermanfaat untuk kita semua yang membacanya.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat,
terutama dalam teknologi percetakan maka semakin banyak informasi yang tersimpan di dalam
buku. Pada semua jenjang pendidikan, kemampuan membaca menjadi skala prioritas yang harus
dikuasai siswa. Dengan membaca siswa akan memperoleh berbagai informasi yang sebelumnya
belum pernah didapatkan. Semakin banyak membaca semakin banyak pula informasi yang
diperoleh. Oleh karena itu, membaca merupakan jendela dunia, siapa pun yang membuka jendela

tersebut dapat melihat dan mengetahui segala sesuatu yang terjadi. Baik peristiwa yang terjadi
pada masa lampau, sekarang, bahkan yang akan datang.
Banyak manfaat yang diperoleh dari kegiatan membaca. Oleh karena itu, sepantasnyalah
siswa harus melakukannya atas dasar kebutuhan, bukan karena suatu paksaan. Jika siswa
membaca atas dasar kebutuhan, maka ia akan mendapatkan segala informasi yang ia inginkan.
Namun sebaliknya, jika siswa membaca atas dasar paksaan, maka informasi yang ia peroleh
tidak akan maksimal.
Membaca merupakan kemampuan yang kompleks. Membaca bukanlah kegiatan memandangi
lambang-lambang yang tertulis semata. Bermacam-macam kemampuan dikerahkan oleh seorang
pembaca, agar dia mampu memahami materi yang dibacanya. Pembaca berupaya agar lambang-

lambang yang dilihatnya itu menjadi lambang-lambang yang bermakna baginya.
Kegiatan membaca juga merupakan aktivitas berbahasa yang bersifat aktif reseptif. Dikatakan
aktif, karena di dalam kegiatan membaca sesungguhnya terjadi interaksi antara pembaca dan
penulisnya, dan dikatakan reseptif, karena si pembaca bertindak selaku penerima pesan dalam
suatu korelasi komunikasi antara penulis dan pembaca yang bersifat langsung.
Bagi siswa, membaca tidak hanya berperan dalam menguasai bidang studi yang dipelajarinya
saja. Namun membaca juga berperan dalam mengetahui berbagai macam kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang. Melalui membaca, kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi dapat diketahui dan dipahami sebelum dapat diaplikasikan.

Menurut DP. Tampubolon (1987:5) membaca merupakan satu dari empat kemampuan bahasa
pokok, dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan.
Adapun menurut Henri Guntur Tarigan (1979:1) kemampuan bahasa pokok atau keterampilan
berbahasa dalam kurikulum di sekolah mencakup empat segi, yaitu :
a.
Keterampilan menyimak/mendengarkan (Listening Skills)
b.
Keterampilan berbicara (Speaking Skills)
c.
Keterampilan membaca (Reading Skills)
d.
Keterampilan Menulis (Writing Skills)
Empat keterampilan berbahasa tersebut memiliki keterkaitan yang sangat erat satu sama lain, dan
saling berkorelasi. Seorang bayi pada tahap awal, ia hanya dapat mendengar, dan menyimak apa
yang di katakan orang di sekitarnya. Kemudian karena seringnya mendengar dan menyimak
secara berangsur ia akan menirukan suara atau kata-kata yang didengarnya dengan belajar
berbicara. Setelah memasuki usia sekolah, ia akan belajar membaca mulai dari mengenal huruf
sampai merangkai huruf-huruf tersebut menjadi sebuah kata bahkan menjadi sebuah kalimat.
Kemudian ia akan mulai belajar menulis huruf, kata, dan kalimat.
Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan suatu kegiatan yang

mempunyai hubungan dengan proses berpikir serta keterampilan ekspresi dalam bentuk tulisan
walaupun menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa, tetapi dalam proses
pembelajaran bahasa tidak mungkin dipisahkan dengan keterampilan berbahasa yang lain seperti
mendengarkan, berbicara an membaca. Keempat keterampilan berbahasa itu terdapat saling
melengkapi.
Sebagaimana dalam kurikulum 2004 (KBK) yang kemudian disempurnakan dengan kurikulum
2006 (KTSP) mata pelajaran bahasa Inggris di Sekolah Menengah Atas (SMA) disebutkan
bahwa salah satu tujuan pengajaran bahasa Inggris adalah mengembangkan kemampuan dalam
bahasa tersebut, dalam bentuk lisan dan tulis.

Kemampuan berkomunikasi meliputi mendengarkan (listening), berbicara (speaking), membaca
(reading), dan menulis (writing).
Berkomunikasi secara lisan dan tulis dengan menggunakan ragam bahasa yang sesuai secara
lancar dan akurat dalam wacana interaksional dan atau monolog yang melibatkan wacana
berbentuk, deskriptif, naratif, argumentatif, dan persuasif variasi ungkapan makna interpersonal,
ideasional, dan tekstual sederhana (Depdiknas, 2004:8).
Pengajaran keterampilan menulis bahasa Indonesia untuk siswa SMA diarahkan ke pencapaian
kompetensi yang dapat terlibat dalam kemampuan siswa mengungkapkan berbagai makna
dengan langkah-langkah retorika yang benar di dalam teks tertulis tentang suatu topik berkaitan
dengan pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari (kontekstual), dengan penekanan ciri-ciri

ragam bahasa tulis. Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang
terpadu, yang ditujukan untuk menghasilkan sesuatu yang disebut tulisan. Menurut Akhadiah,
dkk (1988:2) bahasa menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematik serta
mengungkapkannya secara tersurat. Dalam proses pembelajaran keterampilan ini bisa
diwujudkan dalam bentuk materi menulis teks berita dengan berbagai indikatornya.
Oleh karena itu, pembelajaran keterampilan menulis bahasa Indonesia yang diberikan pada siswa
kelas XI di SMK sebagai Malnu Kananga Menes salah satu keterampilan berbahasa yang harus
dikembangkan di sekolah, dengan tujuan untuk memberikan bekal pada siswa dalam hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sebagai anggota
keluarga dan masyarakat. Para siswa memposisikan diri sebagai diri sendiri yang memerlukan
sesuatu bekal untuk kehidupannya nanti. Siswa perlu mengerti apa makna belajar keterampilan
menulis bahasa Inggris bagi dirinya, apa manfaatnya dan bagaimana usaha mereka mencapainya
sehingga mereka sadar bahwa apa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti.
Keterampilan berbahasa berkorelasi dengan proses-proses berpikir yang mendasari bahasa.
sehingga ada sebuah ungkapan, “bahasa seseorang mencerminkan pikirannya”. Semakin terampil
seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas jalan pikirannya.
Kegiatan membaca perlu dibiasakan sejak dini, yakni mulai dari anak mengenal huruf.
Jadikanlah kegiatan membaca sebagai suatu kebutuhan dan menjadi hal yang menyenangkan
bagi siswa. Membaca dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja asalkan ada keinginan,
semangat, dan motivasi. Jika hal ini terwujud, diharapkan membaca dapat menjadi bagian dari

kehidupan yang tidak dapat dipisahkan seperti sebuah slogan yang mengatakan “tiada hari tanpa
membaca”.

Tentunya ini memerlukan ketekunan dan latihan yang berkesinambungan untuk melatih
kebiasaan membaca agar kemampuan membaca, khususnya membaca pemahaman dapat dicapai.
Kemampuan membaca ialah kecepatan membaca dan pemahaman isi secara keseluruhan (DP.
Tampubolon, 1991:7).
Keluhan tentang rendahnya kebiasaan membaca dan kemampuan membaca di tingkat Sekolah
Menengah Tingkat Atas (SMA), tidak bisa dikatakan sebagai kelalaian guru pada sekolah yang
bersangkutan. Namun hal ini harus dikembalikan lagi pada pembiasaan membaca ketika siswa
masih kecil. Peranan orang tualah yang lebih dominan dalam membentuk kebiasaan membaca
anak. Bagaimana mungkin seorang anak memiliki kebiasaan membaca yang tinggi sedangkan
orang tuanya tidak pernah memberikan contoh dan mengarahkan anaknya agar terbiasa
membaca. Karena seorang anak akan lebih tertarik dan termotivasi melakukan sesuatu kalau
disertai dengan pemberian contoh, bukan hanya sekedar teori atau memberi tahu saja. Ketika
anak memasuki usia sekolah, barulah guru memiliki peran dalam mengembangkan minat baca
yang kemudian dapat meningkatkan kebiasaan membaca siswa. Dengan demikian, orang tua dan
guru sama-sama memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk dan meningkatkan
kebiasaan membaca anak.
Kenyataan menunjukkan soal-soal Ujian Akhir Sekolah (UAS) sebagian besar menuntut

pemahaman siswa dalam mencari dan menentukan pikiran pokok, kalimat utama, membaca
grafik, alur/plot, amanat, setting, dan sebagainya. Tanpa kemampuan membaca pemahaman yang
tinggi, mustahil siswa dapat menjawab soal-soal tersebut. Di sinilah peran penting membaca
pemahaman untuk menentukan jawaban yang benar. Belum lagi dengan adanya standar nilai
kelulusan, hal ini memicu guru bahasa Indonesia khususnya untuk dapat mencapai target nilai
tersebut.
Atas dasar hal tersebut penulis mencoba mengadakan penelitian tentang hubungan kemampuan
membaca pemahaman dengan kemampuan menulis teks berita . Hasil penelitian tersebut dibahas
dalam sekripsi yang berjudul “ Hubungan Kemampuan Membaca Pemahaman Dengan
Kemampuan Menulis Teks Berita Siswa Kelas XI di SMA Negeri 1 Tanjung Morawa”.

1.2

Rumusan Masalah
a.

Adapun masalah yang akan dikemukakan dalam penelitian ini adalah :
Bagaimana kebiasaan membaca siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tanjung Morawa ?

b.


Hal apa saja yang dapat menghambat kebiasaan membaca pemahaman siswa kelas XI SMA

Negeri 1 Tanjung Morawa ?
c.
Hal apa yang dapat menunjang kebiasaan membaca siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tanjung
Morawa ?
d. Bagaimana kemampuan menulis teks berita siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tanjung Morawa ?
e.
Adakah korelasi antara kebiasaan membaca pemahaman dengan kemampuan menulis teks
berita siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tanjung Morawa ?
1.3

Tujuan
1.

Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah korelasi antara

kemampuan membaca pemahaman dengan kemampuan menulis teks berita siswa kelas XI SMA

Negeri 1 Tanjung Morawa.
2.
a.

Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus yang diinginkan oleh penulis adalah sebagai berikut:
Untuk memperoleh data tentang kebiasaan membaca siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tanjung

Morawa
b.
Untuk memperoleh data tentang kemampuan membaca pemahaman siswa kelas XI SMA
Negeri 1 Tanjung Morawa