Pengaruh penggunaan tepung buah mengkudu (morinda citrifolia) dalam ransum terhadap performan ayam broiler jantan

(Morinda citrifolia) DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMAN AYAM BROILER JANTAN

Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Peternakan di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan / Program Studi Peternakan

Oleh : Abdul Rahmad

H0505005

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2012

commit to user

commit to user

Puji Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “Pengaruh Penggunaan Tepung Buah Mengkudu (Morinda citrifolia) Dalam Ransum Terhadap Performan Ayam Broiler

jantan” sebagai persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Peternakan di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa selama pelaksanaan penelitian hingga selesainya skripsi ini telah mendapat bimbingan, pengarahan, nasihat dan bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Yth :

1. Bapak Dr. sc. agr. Adi Ratriyanto, S. Pt, MP selaku pembimbing utama dan dosen penguji atas segala bimbingan dan nasehatnya.

2. Bapak drh. Sunarto, M. Si selaku pembimbing pendamping dan dosen penguji atas segala bimbingan dan nasehatnya.

3. Ibu. Ir. Susi Dwi Widyawati, MS selaku dosen penguji atas pengarahan dan nasehatnya.

4. Ayah, adik dan teman-taman khususnya angkatan 2005 Peternakan yang tercinta atas bantuan dan doanya.

5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu sampai terselesaikannya penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi kita semua.

Surakarta, 19 Juli 2012

Penulis

commit to user

A. Konsumsi Ransum ............................................................................ 21

B. Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) ....................................... 22

C. Konversi Ransum .............................................................................. 23

D. Feed Cost per Gain ........................................................................... 24

V. KESIMPULAN ...................................................................................... 26 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 27 LAMPIRAN .................................................................................................

29

commit to user

1. Kandungan bioaktif buah mengkudu dan manfaatnya ...............

2. Kebutuhan nutrien untuk ayam broiler ......................................

13

3. Kandungan nutrien bahan pakan untuk ransum perlakuan dalam bahan kering (BK) ...........................................................

14

4. Susunan ransum basal fase starter dan fase finisher (% As-fed)

14

5. Kandungan nutrien ransum basal fase starter dan fase finisher (%) dalam bahan kering (BK) ....................................................

14

6. Program pemberian vaksin selama penelitian ............................

16

7. Program pemberian vitamin dan obat selama penelitian ...........

17

8. Rerata konsumsi ransum ayam broiler jantan selama penelitian (gram/ekor/hari) .........................................................................

21

9. Rerata pertambahan bobot badan harian ayam broiler jantan selama penelitian (gram/ekor/hari) ............................................

22

10. Rerata konversi ransum ayam broiler jantan selama penelitian ..

23

11. Rerata feed cost per gain ayam broiler jantan selama penelitian

(Rp/kg) ........................................................................................

24

commit to user

1. Analisis variansi konsumsi ransum ayam broiler jantan selama penelitian (gram/ekor/hari)..........................................................

30

2. Analisis variansi pertambahan bobot badan harian ayam broiler jantan selama penelitian (gram/ekor/hari) ...................................

32

3. Analisis variansi konversi ransum ayam broiler jantan selama penelitian .....................................................................................

34

4. Feed cost per gain ayam broiler jantan selama penelitian .........

36

5. Denah kandang ayam broiler jantan ...........................................

37

6. Data suhu dalam ruangan dan suhu luar ruangan selama penelitian ....................................................................................

38

7. Hasil Analisis Bahan Pakan ........................................................

39

commit to user

(Morinda citrifolia) DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMAN AYAM BROILER JANTAN ABDUL RAHMAD H0505005 RINGKASAN

Broiler merupakan jenis ayam komersial dengan tingkat pertumbuhan yang sangat cepat. Pakan dengan kualitas dan kuantitas yang baik diperlukan untuk mengimbangi pertumbuhan yang cepat, sehingga merupakan salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan usaha peternakan. Peningkatan produksi ternak melalui perbaikan kualitas dan efisiensi penggunaan ransum perlu dilakukan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian suatu bahan imbuhan atau suplemen, salah satunya adalah buah mengkudu. Buah mengkudu digunakan sebagai pakan suplemen dimaksudkan untuk memacu pertumbuhan dan meningkatkan efisiensi ransum dengan mengurangi mikroorganisme pengganggu atau meningkatkan populasi mikroba menguntungkan yang ada di dalam saluran pencernaan ayam, sehingga efisiensi penggunaan ransum akan meningkat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan tepung buah mengkudu terhadap performan ayam broiler jantan. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cendono RT. 02/ RW. 07, Sugihan, Bendosari, Sukoharjo selama 5 minggu mulai tanggal 28 September sampai 1 November 2011. Penelitian ini menggunakan 100 ekor ayam broiler jantan strain Lohmann.

Rancangan yang digunakan dalam penelitian adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan, masing-masing perlakuan terdiri dari lima ulangan. Ransum terdiri dari jagung kuning, bekatul, bungkil kedelai, tepung ikan, premix, dan tepung buah mengkudu. Keempat perlakuan tersebut adalah P0 (0 % tepung buah mengkudu), P1 (1 % tepung buah mengkudu), P2 (2 % tepung buah mengkudu) dan P3 (3 % tepung buah mengkudu).

commit to user

konversi ransum dan feed cost per gain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi ransum berkisar antara 110,55 - 111,33 gram/ekor/hari, pertambahan bobot badan harian berkisar antara 48,51 - 50,85 gram/ekor/hari, konversi ransum berkisar antara 2,18 – 2,27, feed cost per gain berkisar antara Rp. 10878,86/kg - Rp. 12756,94/kg. Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa konsumsi ransum, pertambahan bobot badan harian dan konversi ransum tidak dipengaruhi oleh perlakuan. Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa penggunaan tepung buah mengkudu dalam ransum sampai level 3 % tidak mempengaruhi performan ayam broiler jantan tetapi meningkatkan biaya ransum.

Kata kunci: ayam broiler, ransum, buah mengkudu, performan.

commit to user

IN RATION ON PERFORMANCE OF MALE BROILERS

Abdul Rahmad H0505005 SUMMARY

Broiler is commercial chicken which has very fast growth. Feed with enough quality and quantity is needed to balance the growth. Feed is an important factor that determined a success of poultry farm. Improved livestock production through quality and efficiency of ration needs to be done. One effort is with the provision of supplement, one of them is noni fruit. Noni fruit is used as feed supplement is intended to improve growth and improve efficiency by reducing ration or increasing confounding microorganisms that benefit the microbial population in the digestive tract, making efficient use of the ration.

The research aimed to know effect of the using of noni fruit powders on performance of male broilers. The research was carried out at Cendono village RT. 02/ RW. 07, Sugihan, Bendosari, Sukoharjo for five weeks started on September 28 until November 1, 2011. This research used 100 male broilers strain Lohmann.

The experiment used Completely Randomized Design (CRD) with four treatments and five replicates. Ration consisting of yellow corn, rice bran, soybean meal, fish meal, premix, and noni fruit powders. The four treatments ware P0 (0 % noni fruit powders), P1 (1 % noni fruit powders), P2 (2 % noni fruit powders) and P3 (3 % noni fruit powders). The parameters were feed consumption, daily weight gain, feed conversion ratio and feed cost per gain.

Result of the experiment for feed consumption from 110,55 - 111,33 gram/head/day, daily weight gain from 48,51 - 50,85 gram/head/day, feed conversion ratio from 2,18 – 2,27, feed cost per gain from Rp. 10878,86/kg – Rp. 12756,94/kg. Analyses of variance showed that feed consumption, daily

commit to user

results, it can be concluded that the use of noni fruit powder in the ration up to the level of 3 % did not affect the performance of male broiler but increase the cost of ration.

Key word: broiler, rations, noni fruit powder, performance.

commit to user

(Morinda citrifolia) DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMAN AYAM BROILER JANTAN

Jurusan / Program Studi Peternakan

Oleh : Abdul Rahmad

H 0505005

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan tepung buah mengkudu terhadap performan ayam broiler jantan. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cendono RT.02/RW.07, Sugihan, Bendosari, Sukoharjo selama 5 minggu mulai tanggal 28 September sampai 1 November 2011. Penelitian ini menggunakan 100 ekor ayam broiler

jantan strain Lohmann. Rancangan yang digunakan dalam penelitian adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)

dengan empat perlakuan, masing-masing perlakuan terdiri dari lima ulangan. Ransum terdiri dari jagung kuning, bekatul, bungkil kedelai, tepung ikan, premix, dan tepung buah

mengkudu. Keempat perlakuan tersebut adalah P0 (0% tepung buah mengkudu), P1 (1% tepung buah mengkudu), P2 (2% tepung buah mengkudu) dan P3 (3% tepung buah

mengkudu). Peubah yang diamati adalah konsumsi ransum, pertambahan bobot badan

harian, konversi ransum dan feed cost per gain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi ransum berkisar antara 110,55 - 111,33 gram/ekor/hari, pertambahan bobot badan harian berkisar antara 48,51 - 50,85 gram/ekor/hari, konversi ransum berkisar antara 2,18 – 2,27, feed cost per gain berkisar

antara Rp. 10878,86/kg - Rp. 12756,94/kg. Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa konsumsi ransum, pertambahan bobot badan harian dan konversi ransum tidak dipengaruhi oleh perlakuan. Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa penggunaan tepung buah

mengkudu dalam ransum sampai level 3% tidak mempengaruhi performan ayam broiler

jantan tetapi meningkatkan biaya ransum.

Kata kunci: ayam broiler, ransum, buah mengkudu, performan.

1) Mahasiswa Jurusan/Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas

Maret Surakarta dengan NIM : H0505005

2) Dosen Pembimbing Utama Skripsi Jurusan/Program Studi Peternakan Fakultas

Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

3) Dosen Pembimbing Pendamping Skripsi Jurusan/Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

ABSTRACT

The research aimed to know effect of the using of noni fruit powders on performance of male broilers. The research was carried out at Cendono village RT.02/RW.07, Sugihan, Bendosari, Sukoharjo for five weeks started on September

28 until November 1, 2011. This research used 100 male broilers strain Lohmann. The experiment used Completely Randomized Design (CRD) with four treatments and five replicates. Ration consisting of yellow corn, rice bran, soybean meal, fish meal, premix, and noni fruit powders. The four treatments ware P0 (0% noni fruit powders), P1 (1% noni fruit powders), P2 (2% noni fruit powders) and P3 (3% noni fruit powders). The parameters were feed consumption, daily weight gain, feed conversion ratio and feed cost per gain. Result of the experiment for feed consumption from 110,55 - 111,33 gram/head/day, daily weight gain from 48,51 - 50,85 gram/head/day, feed conversion ratio from 2,18 – 2,27, feed cost per gain from Rp. 10878,86/kg – Rp. 12756,94/kg. Analyses of variance showed that feed consumption, daily weight gain and feed conversion ratio is not affected by treatment. From these results, it can be concluded that the use of noni fruit powder in the ration up to the level of

3% did not affect the performance of male broiler but increase the cost of ration.

Key word: broiler, rations, noni fruit powder, performance.

1) 1 Student of Animal Sciences, Agriculture Faculty, Sebelas Maret University 2) Lecture of Animal Sciences, Agriculture Faculty, Sebelas Maret University 3) Lecture of Animal Sciences, Agriculture Faculty, Sebelas Maret University

commit to user

A. Latar Belakang

Broiler merupakan jenis ayam komersial dengan tingkat pertumbuhan yang sangat cepat dibandingkan dengan ayam petelur dan pejantan. Kemampuan pertumbuhan yang cepat ini berpotensi untuk memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat. Ransum dengan kualitas yang baik dan kuantitas yang cukup diperlukan untuk mengimbangi pertumbuhan yang cepat tersebut (Mugiyono, 1997 cit. Setiawan, 2006).

Ransum merupakan salah satu faktor penting yang akan menentukan keberhasilan usaha peternakan. Menurut Rasyaf (1994), ransum merupakan biaya produksi terbesar dalam peternakan broiler. Peternak harus dapat menekan biaya ransum apabila ingin meningkatkan efisiensi produksi, karena

60 sampai 70 persen dari total biaya produksi untuk ransum. Peningkatan produksi ternak melalui perbaikan kualitas ransum dan efisiensi penggunaan ransum perlu dilakukan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian suatu bahan imbuhan atau suplemen.

Pakan suplemen adalah suatu zat khusus yang ditambahkan pada ransum dalam jumlah sedikit dengan tujuan untuk melengkapi nutrien dalam ransum tersebut (Julendra, 2005). Salah satu pakan suplemen yang dapat digunakan adalah buah mengkudu (Morinda citrifolia). Mengkudu sudah dimanfaatkan sejak jaman dahulu. Mengkudu merupakan tanaman asli dari Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Mengkudu tumbuh hampir diseluruh kepulauan di Indonesia, umumnya tumbuh liar di tepi pantai, pinggir hutan, ladang, pinggir jalan, dan pinggir kampung. Tanaman ini sengaja ditanam sebagai batas kepemilikan tanah dan untuk kebutuhan obat keluarga. Menurut data statistik tahun 2003 tanaman mengkudu dibudidayakan di 15 propinsi seluas 23 hektar dengan produksi sekitar 1.910 ton dan meningkat menjadi 73 hektar pada tahun 2004 dengan produksi sebesar 3.509 ton (Djauhariya dan Rosman, 2005).

commit to user

antrakuinon dan saponin yang berfungsi meningkatkan permeabilitas dinding sel usus, sehingga dapat meningkatkan penyerapan nutrien. Pada kadar rendah (0,25 %) saponin dapat meningkatkan transportasi nutrien antar sel, tetapi pada kadar yang tinggi dapat membunuh sel (Kusumawardani, 2008). Menurut Hidayati (2006), mengkudu mengandung zat aktif enzim proxeronase dan alkaloid proxeronine , kedua zat ini akan membentuk zat aktif xeronine di dalam tubuh. Proxeronine merupakan prekursor atau zat pembentuk xeronine yang merupakan zat yang sangat diperlukan oleh makhluk hidup. Xeronine adalah sejenis alkaloid yang dihasilkan oleh tubuh manusia atau hewan untuk menggerakan enzim-enzim supaya berfungsi lebih sempurna, tetapi jumlahnya sangat sedikit. Zat tersebut dibawa oleh darah menuju sel-sel tubuh, sehingga sel-sel bekerja lebih aktif dan terjadi perbaikan struktur maupun fungsi. Kandungan kimia yang terdapat dalam tepung buah mengkudu adalah: protein kasar: 7,71 %, lemak kasar: 4,24 %, serat kasar: 19,71 %, abu: 6,3 %, Ca: 4,02 %, dan P: 1,05 % (Kusumawardani, 2008).

Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa buah mengkudu memiliki banyak khasiat, antara lain: memperlancar sistim pernafasan, memperlancar pencernaan, penyerapan nutrien dan metabolisme makanan, meningkatkan kinerja kelenjar tubuh, memicu perkembangan kekebalan tubuh, menekan pertumbuhan bakteri dan bahkan menghambat perkembangan sel tumor. Selain itu mengkudu juga bermanfaat untuk ternak, antara lain meningkatkan pertumbuhan dan kekebalan tubuh pada ayam broiler (Rahayu dan Hidayati, 2004). Dari kajian diatas, maka peneliti tertarik untuk memanfaatkan buah mengkudu dalam ransum ayam broiler jantan.

B. Rumusan Masalah

Broiler memiliki pertumbuhan yang sangat cepat. Sifat ini sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat. Pertumbuhan yang cepat dapat maksimal jika didukung oleh faktor lingkungan, salah satunya adalah ransum. Peternak harus menekan biaya ransum apabila ingin

commit to user

produksi adalah untuk ransum. Peningkatan produksi ternak melalui perbaikan kualitas ransum dan efisiensi penggunaan ransum perlu dilakukan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian suatu bahan imbuhan atau suplemen.

Menurut Kusumawardani (2008), pakan suplemen dimaksudkan untuk memacu pertumbuhan dan meningkatkan efisiensi ransum dengan mengurangi mikroorganisme pengganggu atau meningkatkan populasi mikroba yang menguntungkan, yang ada di dalam saluran pencernaan ayam, sehingga efisiensi penggunaan ransum akan meningkat.

Salah satu bahan suplemen yang dapat digunakan sebagai penyusun ransum adalah mengkudu. Mengkudu memiliki banyak manfaat, diantaranya adalah memperlancar sistem pernafasan, memperlancar pencernaan, penyerapan nutrien dan metabolisme makanan, memicu perkembangan kekebalan tubuh dan menekan pertumbuhan bakteri.

Senyawa bioaktif yang terkandung dalam buah mengkudu sangat bermanfaat dalam meningkatkan produktivitas ternak, termasuk pada unggas. Senyawa bioaktif mengkudu berperan membantu usus dalam proses penyerapan nutrien dalam proses metabolisme tubuh ternak. Dengan meningkatnya efisiensi penyerapan nutrien maka akan lebih banyak nutrien yang dapat dimanfaatkan oleh tubuh untuk proses produksi.

Berdasarkan hal diatas diharapkan mengkudu dapat digunakan sebagai salah satu penyusun ransum ayam broiler jantan.

C. Tujuan Penelitian

Mengetahui pengaruh penggunaan tepung buah mengkudu dalam ransum terhadap performan ayam broiler jantan.

commit to user

A. Ayam Broiler

Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa - bangsa ayam yang memiliki produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Ayam broiler baru populer di Indonesia sejak tahun 1980- an, hingga kini ayam broiler telah dikenal masyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihan (Cahyono, 1995 cit. Setiawan, 2006). Ayam broiler merupakan ayam ras yang pertumbuhan badannya sangat cepat dengan perolehan timbangan bobot badan yang tinggi dalam waktu yang pendek yaitu umur 5 – 6 minggu bobot badan mencapai 1,3 - 1,8/kg, mempunyai kemampuan merubah makanan menjadi daging dengan sangat hemat artinya dari jumlah makanan yang sedikit dapat diperoleh penambahan bobot badan yang tinggi (Rasyaf, 1995).

Menurut Rasyaf (1993), dalam beternak ayam broiler dikenal dua masa pemeliharaan yaitu masa pemeliharaan awal dan akhir. Masa pemeliharaan awal merupakan masa sampai saat anak ayam broiler itu sudah kuat untuk hidup layak yaitu sejak anak ayam berusia 1 hari – 4 minggu dan masa pemeliharaan akhir merupakan saat terakhir kehidupan ayam broiler. Pada akhir periode ayam broiler siap dijual atau siap dipotong. Masa akhir ini bila anak ayam berumur lebih dari 4 minggu.

Pada ayam broiler kebutuhan protein dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu kebutuhan untuk masa awal dan kebutuhan masa akhir. Kebutuhan protein pada masa awal (0 - 4 minggu) di daerah troips sebesar 23 %, sedangkan untuk masa akhir (4 minggu sampai dengan ayam dijual) sebesar

20 - 21 % (Rasyaf, 1993). Pemeliharaan fase starter dianjurkan untuk diberi ransum yang mengandung protein tinggi dan energi rendah, sebab pada fase ini DOC lebih suka menyimpan energi dalam bentuk protein. Pada pemeliharaan fase finisher energi disimpan dalam bentuk lemak sehingga ransum yang diberikan dianjurkan memiliki kandungan protein rendah dan energi tinggi (Irawan, 1996 cit. Setiawan, 2006).

commit to user

Ransum merupakan kumpulan bahan-bahan pakan yang layak dimakan ayam broiler dan telah disususn mengikuti aturan tertentu. Aturan itu meliputi nilai kebutuhan nutrien bagi ayam broiler dan nilai kandungan nutrien dari bahan pakan yang digunakan. Penyamaan kandungan nutrien yang ada di dalam bahan pakan dengan kebutuhan nutrien yang dibutuhkan ayam broiler dinamakan teknik penyusunan ransum (Rasyaf, 1993). Ditambahkan Parakkasi (1986), ransum yang sempurna merupakan kombinasi beberapa bahan pakan yang apabila dikonsumsi secara normal dapat dicerna oleh ternak dalam perbandingan jumlah, bentuk sedemikian rupa sehingga fungsi-fungsi fisiologis dalam tubuh dapat berjalan secara normal.

Ransum ayam broiler di Indonesia kebanyakan dibagi atas dua macam sesuai dengan masa pemeliharaannya, yaitu ransum untuk ayam broiler masa awal (starter) dan ransum untuk ayam broiler masa akhir (finisher). Kedua ransum itu tampaknya sama, tetapi kandungan gizinya berbeda. Untuk itu perlu diperhatikan umur ayam yang dipelihara. Anak ayam berumur kurang dari 4 minggu diberi ransum masa awal, sedangkan bila berumur 4 minggu lebih diberi ransum masa akhir (Rasyaf, 1994).

Penyusunan ransum yang tepat sesuai dengan kebutuhan tiap-tiap periode pertumbuhan dan produksi dipengaruhi oleh nutrien bahan-bahan pakan yang dipergunakan. Untuk memilih bahan-bahan pakan yang akan dipergunakan dalam ransum, harus diketahui lebih dahulu kandungan nutrien dalam bahan-bahan pakan tersebut. Dengan demikian kekurangan salah satu nutrien dapat ditutupi dengan mempergunakan bahan-bahan pakan yang mengandung nutrien tersebut (Rasyaf, 1994).

commit to user

Klasifikasi tanaman mengkudu (Morinda citrifolia) adalah sebagai berikut : Filum

: Angiospermae

Sub filum

Nama binominal : Morinda citrifolia Morinda citrifolia mempunyai nama daerah diantaranya adalah untuk daerah Sumatra lengkudu, bangkudu, bakudu, pamarai, mangkudu dan beteu. Untuk daerah Jawa disebut kudu, cengkudu, kemudu dan pace. Di daerah Nusa Tenggara mengkudu biasa disebut tibah, wungkudu, ai kombo, manakudu dan bakudu. Sedangkan di Sulawesi disebut baja, noni dan di Kalimantan di kenal dengan nama mangkudu, wangkudu dan labanau (Afrilin, 2009).

Mengkudu berperawakan perdu atau bentuk pohon kecil, tingginya

3 – 8 m, banyak bercabang, kulit batangnya berwarna coklat, cabang- cabangnya kaku, kasar tapi mudah patah. Daunnya bertangkai, berwarna hijau tua, duduk daun bersilang, berhadapan, bentuknya bulat telur, lebar, sampai berbentuk elips, panjang daun 10 – 40 cm, lebar 5 – 17 cm, helaian daun tebal, mengkilap, tepi daun rata, ujungnya meruncing, pangkal daun menyempit, tulang daun menyirip. Bunga berbentuk bonggol, keluar dari ketiak daun. Pada satu bonggol tumbuh lebih dari 90 mahkota bunga berwarna putih, berbentuk tabung seperti terompet yang tumbuh secara bertahap 1 – 3 mahkota bunga setiap 3 hari. Bonggol tersebut merupakan bakal buah. Buahnya berupa buah buni majemuk, yang berkumpul menjadi satu, bertangkai pendek, bentuk bulat lonjong, panjangnya 5 – 10 cm. Permukaan buah tidak rata, terbagi kedalam sel-sel poligonal yang berbintik-bintik dan berkutil. Buah muda berwarna hijau, makin tua kulit buah agak menguning,

commit to user

matang dagingnya lunak berair dan bau busuk. Mengkudu berkembang biak dengan biji. Dalam satu buah banyak terdapat biji. Dalam satu buah dapat mengandung lebih dari 300 biji. Bentuk biji pipih lonjong, berwarna hitam kecoklatan, kulit biji tidak teratur / tidak rata (Afrilin, 2009).

Tanaman mengkudu dapat berbuah sepanjang tahun dan tumbuh pada berbagai tipe lahan daerah penyebaran dari dataran rendah hingga ketinggian 1500 m/dpl. Ukuran dan bentuk buah mengkudu bervariasi, pada umumnya mengandung banyak biji, dalam satu buah terdapat ± 300 biji, namun ada juga tipe buah mengkudu yang memiliki sedikit biji. Biji mengkudu dibungkus oleh suatu lapisan atau kantong biji, sehingga daya simpannya lama dan daya tumbuhnya tinggi (Djauhariya et al., 2006). Untuk kandungan bioaktif buah mengkudu dan manfaatnya pada Tabel 1.

commit to user

Kandungan Bioaktif

Manfaat

Alizarin Pemutus hubungan pembuluh darah ke tumor

Antrakuinon Membunuh mikroba patogen Arginin

Bahan pembentuk protein, meningkatkan imunitas, memproduksi Nitric Oxide (NO).

Damnacantal Anti Kanker dan anti biotik alami Lisin

Membantu

penyerapan kalsium dan pembentukan kolagen pada tulang Metil asetil ester

Membunuh mikroba patogen Morindin

Meningkatkan system pertahanan tubuh. Penilalanin

Merupakan asam amino essensial yang penting untuk dikonsumsi karena tidak dapat diproduksi sendiri oleh tubuh, sehingga harus didapatkan dari luar .

Prolin Mengatur sistem kekebalan tubuh, dan mencegah gejala penyakit autoimmun

Proxeronin dan proxeronase Mempercepat penyerapan zat makanan ke dalam sistem pencernaan dan menyelaraskan kerja sel dalam tubuh.

Skopoletin

Mengatur tekanan darah.

Menghalau stress

Sitosterol Menahan pertumbuhan sel-sel kanker dan melindungi seseorang dari penyakit jantung

Terpenoid Membantu tubuh dalam proses sintesa organik dan pemulihan sel-sel tubuh

Trace Elements Merupakan elemen dasar yang dibutuhkan manusia dalam jumlah sedikit, tetapi harus terpenuhi dalam asupan makan harian, untuk memenuhi kesehatan yang optimal

Vitamin C

Antioksidan

Xeronin Mengaktifkan kelenjar tiroid & timus (fungsi kekebalan tubuh)

Sumber : (Kusumawardani, 2008).

D. Konsumsi Ransum

Konsumsi ransum merupakan kegiatan masuknya sejumlah nutrien yang ada di dalam ransum yang telah tersusun dari berbagai bahan pakan untuk memenuhi kebutuhan nutrien ayam broiler (Rasyaf, 1994). Anggorodi (1985), berpendapat bahwa ayam tidak menyesuaikan konsumsi ransumnya secara tepat tetapi akan mengkonsumsi sedikit lebih banyak energi bila kadar

commit to user

6 minggu rata-rata mengkonsumsi ransum sekitar 3,55 kg/ekor. Setiap minggu konsumsi ransum akan bertambah sesuai dengan pertambahan bobot badan.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rahayu dan Hidayati (2004), penggunaan tepung buah mengkudu mempengaruhi tingkat konsumsi ransum pada ayam petelur, hal ini berkaitan dengan kandungan nutrien dalam tepung buah mengkudu, antara lain berupa antibakteri yang bisa berperan meningkatkan daya cerna ransum. Selain kandungan antibakteri, dalam tepung buah mengkudu mengandung xeronin dan proxeronin yang berperan membantu usus dalam proses penyerapan nutrien. Karena kombinasi keduanya akan meningkatkan peran metabolisme yang menghasilkan peningkatan konsumsi ransum.

E. Pertambahan Bobot Badan Harian

Pengukuran bobot badan harian menurut Rasyaf (1994), dinyatakan dalam gram/ekor/hari. Hal ini untuk mempermudah pelaksanaan sehari-hari. Tiga faktor yang menentukan pertumbuhan dan perkembangan ternak penghasil daging adalah genetik, reaksi fisiologis ternak tersebut terhadap lingkungan terutama terhadap suhu lingkungan, dan tingkat nutrien yang diberikan kepada ternak (Buckle et al., 1985).

Penelitian tardahulu yang dilakukan oleh Sujana et al. (2010), pemberian tepung buah mengkudu memberikan pengaruh terhadap pertambahan bobot badan harian tetapi untuk konsumsi ransum dan konversi ransum relatif sama dengan perlakuan lainnya. Fenomena ini sudah tentu sebagai akibat konsekuensi logis karena didukung oleh kondisi kesehatan ayam broiler, terutama dilihat dari kondisi kandungan mikrobial pada saluran pencernaannya yang relatif lebih baik khususnya populasi bakteri pathogen relatif sedikit, menyebabkan pemanfaatan nutrien, pencernaan penyerapan lebih efektif, faktor kesehatan dan nutrien merupakan aspek yang dapat berpengaruh terhadap efisiensi penggunaan ransum.

commit to user

Konversi ransum merupakan pembagian antara bobot badan yang dicapai pada minggu ini dengan konsumsi ransum pada minggu itu pula. Konversi ransum sebaiknya digunakan sebagai pegangan produksi karena sekaligus melibatkan bobot badan dan konsumsi ransum. Konversi ransum mencerminkan keberhasilan dalam memilih atau menyusun ransum yang berkualitas. Selain kualitas ransum, angka konversi banyak dipengaruhi oleh teknik pemberian ransum (Rasyaf, 1994).

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rahayu dan Hidayati (2004), pemberian tepung buah mengkudu mempengaruhi tingkat konversi ransum dengan rataan konversi ransum pada ayam percobaan berkisar antara 1,9 - 2,5. Konversi ransum sebagai ukuran untuk menentukan tingkat efisiensi penggunaan ransum. Semakin rendah nilai konversi ransum, maka semakin tinggi tingkat efisiensi penggunaan ransum. Nilai konversi ransum dipengaruhi oleh konsumsi ransum dan produksi telur pada ayam petelur. Semakin rendah nilai konversi ransum, maka secara ekonomis akan menguntungkan karena ransum yang dikonsumsi ayam sebagian besar dikonversi menjadi telur sedangkan untuk ayam broiler besar kecilnya tingkat konversi ransum dipengaruhi oleh besarnya konsumsi ransum dan pertambahan berat badan ayam broiler jantan (Rahayu dan Hidayati, 2004).

G. Feed Cost Per Gain

Feed cost per gain adalah besarnya biaya ransum yang diperlukan ternak untuk menghasilkan satu kg gain. Feed cost per gain yang rendah didapatkan dengan pemilihan bahan pakan untuk menyusun ransum harus semurah mungkin dan tersedia secara kontinyu atau dapat juga menggunakan limbah pertanian yang tidak kompetitif. Feed cost per gain dinilai baik apabila angka yang diperoleh serendah mungkin, yang berarti dari segi ekonomi penggunaan pakan efisien. Feed cost per gain apabila dikaitkan dengan grafik pertumbuhan maka akan diperoleh angka feed cost per gain yang semakin mahal. Hal ini disebabkan dengan semakin bertambahnya umur ternak dan

commit to user

padahal konsumsi ransum relatif tetap (Suparman, 2004 cit. Sundhari, 2006). Ada banyak faktor yang mempengaruhi feed cost per gain, salah satunya adalah efisiensi ransum. Pertambahan bobot badan dan efisiensi ransum sangat berhubungan. Hewan yang memiliki pertambahan bobot badan yang lebih cepat akan lebih efisien dalam penggunaan ransum (Yusron, 2003 cit. Sundhari, 2006).

commit to user

Hipotesis dalam penelitian ini adalah bahwa penggunaan tepung buah mengkudu dalam ransum berpengaruh terhadap performan ayam broiler jantan.

12

commit to user

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cendono RT. 02/ RW. 07, Kelurahan Sugihan, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo. Analisis proksimat di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak dan Lab Kimia dan Kesuburan Tanah , Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini dilaksanakan selama lima minggu mulai tanggal 28 September sampai 1 November 2011.

B. Bahan dan Alat Penelitian

1. Ayam Broiler Ayam broiler yang digunakan adalah ayam broiler jantan strain Lohmann dengan berat badan DOC rata-rata 42,58g sebanyak 100 ekor produksi PT. Multibreeder Adirama Indonesia Tbk. Penelitian dimulai umur 1 minggu dengan berat badan rata-rata 147,99g + 3,03; Coefficient of Variation (CV) = 2,04.

2. Ransum Bahan pakan untuk menyusun ransum basal terdiri dari jagung kuning, bekatul, bungkil kedelai, tepung ikan, premix, dan tepung buah mengkudu. Kebutuhan nutrien ayam broiler dapat dilihat pada Tabel 2, dan kandungan nutrien bahan pakan pada Tabel 3 serta susunan ransum dan kandungan nutrien ransum perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4 dan 5.

Tabel 2. Kebutuhan nutrien untuk ayam broiler

Nutrien

Fase Starter

Fase Finsher

Energi Metabolis (Kkal/kg) 3.200,00

3.200,00 Protein kasar (%)

23,00

20,00 Lemak Kasar (%)

2-7

2-7

Serat Kasar (%) Maks 5

Maks 5 Ca (%)

1,00

0,90 P tersedia (%)

0,45

0,35 Sumber : NRC (1994)

13

commit to user

bahan kering (BK)

Bahan Pakan

Nutrien

Energi Metabolis

(Kkal/kg)

P tersedia (%) Jagung kuning 3759,82 2) 9,89 1) 7,96 1) 6,30 1) 0,30 4) 0,13 4) Bekatul 3373,33 2) 13,96 1) 2,63 1) 13,13 1) 0,21 4) 0,10 4) Bungkil kedelai 2500,00 2) 45,51 1) 1,96 1) 3,47 1) 0,33 4) 0,56 4) Tepung ikan 3064,55 2) 44,19 1) 3,28 1) 5,20 1) 8,09 4) 3,12 4)

Premix -

45,00 3) 35,00 3) TBM 6) 1601,62 5) 8,68 1) 4,13 1) 28,74 1) 0,32 1) 0,48 1) Sumber Data :

1)

Hasil Analisis Lab Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan Peternakan, FP UNS (2011) 2) NRC (1994)

3)

Mineral BR ( Produksi Eka Poultry Semarang ) 4) Hasil Analisis Lab Kimia dan Kesuburan Tanah, Jurusan Ilmu

Tanah, FP, UNS (2011) 5) Berdasarkan

perhitungan

rumus

Sibbald, 1987 cit

Nugroho (2010) ME = 3951 + (54,4 x LK) – (88,7 x SK) – (40,8 x abu)

6) TBM (tepung buah mengkudu) Tabel 4. Susunan ransum basal fase starter dan fase finisher (% As-fed).

Bahan Pakan

Starter

Finisher Jagung Kuning

38 46 Bekatul

26 25 Bungkil Kedelai

25 22 Tepung Ikan

10 6 Premix

1 1 Jumlah 100 100

Tabel 5. Kandungan nutrien ransum basal fase starter dan fase finisher (%)

dalam bahan kering (BK). Bahan Pakan

Starter

Finisher Energi Metabolis (Kkal/kg)

3232,23

3301,86 Protein Kasar (%)

23,25

20,75 Lemak Kasar (%)

4,52

4,94 Serat Kasar (%)

7,17

7,23 Ca (%) P tersedia (%)

1,59 0,93

1,27 0,79

Sumber: Hasil perhitungan Berdasarkan Kandungan Bahan Pakan Tabel 3

danTabel 4.

commit to user

Penelitian ini menggunakan 20 petak kandang litter dengan ukuran panjang 1,0 x lebar 1,0 x tinggi 0,65 m. Bahan untuk sekat tiap kandang dari bambu dan untuk litter dari sekam dengan ketebalan 5 cm dari alas kandang. Peralatan kandang yang digunakan adalah :

a. Tempat pakan Tempat pakan yang digunakan terbuat dari bahan plastik sebanyak 20 buah yang ditempatkan satu buah pada setiap petak kandang.

b. Tempat minum Tempat minum yang digunakan terbuat dari bahan plastik sebanyak 20 buah yang ditempatkan satu buah pada setiap petak kandang.

c. Termometer Termometer yang digunakan adalah termometer ruang sebanyak dua buah yang digunakan untuk mengetahui suhu di dalam dan di luar kandang.

d. Lampu pijar Lampu pijar yang digunakan adalah lampu pijar 25 watt

sebanyak 20 buah yang ditempatkan satu buah untuk setiap petak kandang dan cukup memberikan kehangatan yang merata.

e. Timbangan Timbangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

timbangan digital merk Camry EK 3651-05 kapasitas 5 kg dengan kepekaan 1 gram untuk menimbang ransum dan ayam broiler.

f. Vaksin, vitamin dan obat

1) Vaksin yang diberikan dalam penelitian ini adalah :  Vaksin ND B1 mengandung la Sota Strain dan IB

Massachussets, untuk penggunaan 100 dosis untuk 100 ekor ayam broiler.

commit to user

 Vaksin Gumboro mengandung Intermediate atau Hot Strain, untuk penggunaan 100 dosis untuk 100 ekor ayam broiler.  Vaksin ND La Sota mengandung La Sota Strain, untuk penggunaan 100 dosis untuk 100 ekor ayam broiler.

2) Vitamin yang diberikan dalam penelitian ini adalah :  Vitastress komposisi setiap gram mengandung vitamin (A, D3, E, K, B2, B6, B12, C), Nicotinic acid, Calcium-D-pantothenate dan Elektrolit (Natrium; Kalium; Kalsium; Magnesium), untuk penggunaan 1 gram tiap 1 - 2 liter air minum.  Fortevit komposisi setiap gram mengandung vitamin (A, D3, E, K3, B1, B2, B6, B12, C), Folic acid, Biotin, Calcium-D- pantothenate, Nicotinic acid, untuk penggunaan 1 gram tiap 10 -

15 liter air minum.

3) Obat yang diberikan adalah :  Vermizyn (obat cacing) komposisi setiap gram mengandung Piperazine citrate , untuk penggunaan 10 gram untuk 30 ayam broiler.  Trimezyn komposisi setiap gram mengandung Sulfadiazine dan Trimethoprim , untuk penggunaan 1 gram tiap 1 -2 liter air minum.

Program pemberian vaksin selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 6 dan program pemberian vitamin dan obat selama penelitian pada Tabel 7 sebagai berikut: Tabel 6. Program pemberian vaksin selama penelitian

Umur (hari)

Vaksin yang diberikan Cara pemberian

4 Vaksin ND B1

Melalui tetes mata

9 Vaksin Gumboro

Air minum

14 Vaksin ND la sota

Air minum

commit to user

Umur perlakuan

(hari)

Vitamin atau obat

yang diberikan

Cara pemberian

8 Vitastress dan Fortevit

Air minum

10-13

Vitastress dan Fortevit

Air minum

15-20

Vitastress dan Fortevit

Air minum

21-23

Vitastress Air minum

24-29

Trymezin

Air minum

30 Vermizyn Air minum

31-42

Vitastress Air minum

C. Persiapan Penelitian

1. Persiapan kandang Kegiatan yang dilakukan sebelum proses pemeliharaan adalah

pencucian lantai kandang, pengapuran lantai dan dinding kandang. Tempat pakan dan tempat air minum dicuci kemudian direndam dalam larutan antiseptik dan dikeringkan di bawah sinar matahari. Dinding kandang, lantai, kandang petak dan sekam didesinfeksi dengan Rodalon yang berdosis 1,5 ml dalam 1 liter air dengan cara disemprot. Desinfeksi bertujuan untuk menjaga sanitasi kandang dari mikrobia patogen. Ayam broiler yang baru datang diberi air gula sebanyak 20 g/liter air (Setiawan dan Sujana, 2009).

2. Penentuan petak kandang Penentuan petak kandang dilakukan untuk menentukan petak

perlakuan yaitu dengan cara acak pengundian.

3. Persiapan Ransum

a) Pembuatan tepung buah mengkudu Buah mengkudu diiris setebal 0,5 cm, lalu di keringkan di bawah sinar matahari kira-kira tiga sampai empat hari hingga benar- benar kering, setelah mengkudu kering kemudian digiling hingga halus dan di simpan dalam tempat yang kering dan tidak lembab atau siap di gunakan sebagai ransum.

commit to user

b) Pemeliharaan DOC sampai umur satu minggu Pemeliharaan DOC sebanyak 100 ekor dalam brooder sampai umur seminggu dengan pemberian ransum basal secara ad libitum, untuk adaptasi ransum sebelum masuk masa perlakuan penelitian.

c) Pencampuran bahan pakan untuk ransum Sebelum pemeliharaan dimulai dilakukan pencampuran bahan pakan untuk ransum ayam broiler yang berupa campuran jagung kuning, bekatul, bungkil kedelai, tepung ikan, premix dan tepung buah mengkudu setiap 1 minggu sekali dengan persentase seperti pada Tabel 4.

D. Pelaksanaan Penelitian

1. Metode Penelitian Penelitian tentang pengaruh suplementasi tepung buah mengkudu dalam ransum terhadap performan ayam broiler jantan dilakukan secara eksperimental.

2. Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan lima ulangan untuk setiap perlakuan. Masing-masing ulangan berisi lima ekor ayam broiler jantan. Macam perlakuan sebagai berikut : P0 = Ransum Basal + 0 % tepung buah mengkudu P1 = Ransum Basal + 1 % tepung buah mengkudu P2 = Ransum Basal + 2 % tepung buah mengkudu P3 = Ransum Basal + 3 % tepung buah mengkudu

3. Pelaksanaan penelitian Penelitian dilaksanakan selama lima minggu dengan menggunakan 100 ekor ayam broiler jantan. Pemberian ransum perlakuan 2 kali sehari yaitu pagi hari pukul 06.00 dengan persentase pemberian yaitu 40 % dan sore hari pukul 16.00 dengan persentase pemberian yaitu 60 % dan air minum diberikan secara ad libitum. Setiap hari dilakukan penghitungan

commit to user

konversi ransum dilakukan seminggu sekali.

4. Peubah penelitian

Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah :

a. Konsumsi Ransum Konsumsi ransum dihitung dengan cara menimbang jumlah ransum yang diberikan, dikurangi dengan sisa ransum, dinyatakan dalam gram/ekor/hari (Rasyaf 1994). Konsumsi ransum = Ransum yang diberikan – sisa ransum

(gram/ekor/hari).

b. Pertambahan berat badan harian (PBBH) Pertambahan berat badan harian (gram) diukur tiap minggu berdasarkan selisih antara berat badan pada akhir minggu (gram) dengan berat badan awal minggu (gram), dinyatakan dalam gram/ekor/hari (Rasyaf 1994).

PBBH =

waktu (hari)

(g) awal badan bobot badan - (g) akhir badan bobot badan

c. Konversi ransum

Konversi ransum dihitung berdasarkan jumlah ransum yang di konsumsi tiap hari (gram) dibagi dengan pertambahan berat badan (gram) pada tiap hari yang sama (Rasyaf 1994).

Konversi ransum =

Badan Bobot n Pertambaha n

(g) dikonsumsi yang Ransum

d. Feed cost per gain

Feed cost per gain adalah besarnya biaya ransum yang dikonsumsi ternak untuk menghasilkan 1 kg gain (pertambahan bobot badan) dan dihitung dengan cara mengalikan nilai konversi ransum dengan harga ransum (Rp/kg).

Feed cost per gain = konversi ransum x harga ransum

commit to user

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis variansi berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diukur. Model matematika yang digunakan adalah sebagai beriukut:

Keterangan: Y ij : Nilai pengamatan pada satuan perlakuan ke-i ulangan ke-j µ

: Nilai tengah α i : Pengaruh suplementasi TBM ke-i

ij : Kesalahan (galat) percobaan pada perlakuan ke-i ulangan ke-j Apabila diperoleh hasil berpengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan's Multiple Range Test) untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan (Yitnosumarto, 1993).

Y ij =  +α i +  ij

commit to user

A. Konsumsi Ransum Rerata konsumsi ransum ayam broiler jantan hasil penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 8. Tabel 8. Rerata konsumsi ransum ayam broiler jantan selama penelitian

(gram/ekor/hari) Perlakuan

111,33 Rerata konsumsi ayam broiler jantan dari keempat macam perlakuan

berkisar antara 110,55 sampai 111,33 gram/ekor/hari. Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa konsumsi ransum tidak dipengaruhi adanya perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan tepung buah mengkudu sampai taraf

3 % tidak memengaruhi konsumsi ransum. Hasil penelitian Hidayati (2006) dan Kusumawardani (2008), menunjukkan bahwa pengunaan tepung buah mengkudu taraf 2 % dan 4 % pada ayam ras tidak berpengaruh terhadap konsumsi ransum. Akan tetapi, hal tersebut berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Rahayu (2004), menunjukkan bahwa penambahan tepung buah mengkudu hingga 2 % dalam pakan ayam petelur Strain Lohmann umur 72 minggu menunjukkan hasil yang berpengaruh nyata terhadap konsumsi ransum. Adanya perbedaan ini disebabkan karena Strain ayam, umur ayam, pakan basal, dan tempat penelitian yang digunakan berbeda.

Konsumsi ransum tidak dipengaruhi oleh penggunaan tepung buah mengkudu dalam ransum, hal ini menunjukkan tepung buah mengkudu cukup palatabel. Menurut Rasyaf (1991), palatabilitas sangat menentukan dalam konsumsi ransum. Ditambahkan oleh Parakkasi (1999), bahwa tinggi rendahnya konsumsi ransum dipengaruhi oleh palatabilitas. Palatabilitas

21

commit to user

berhubungan dengan segi kepuasan terhadap suatu ransum dan banyaknya ransum yang dikonsumsi oleh ternak (Sulistriyanti, 2000 cit. Barroroh, 2006).

Ahmad dan Elfawati (2008), menyatakan bahwa buah mengkudu mengandung senyawa morindin dan antrakuinon, ditambahkan oleh Kusumawardani (2008), senyawa proxeronine dan proxeronase berfungsi untuk mempercepat serapan nutrien ke dalam sistem pencernaan dengan semakin cepat nutrien diserap oleh tubuh, maka lambung akan semakin cepat kosong sehinngga nafsu makan pada ayam broiler akan meningkat. Hal diatas belum terlihat pada hasil penelitian ini. Diduga senyawa yang terkandung didalam buah mengkudu sampai taraf 3 % belum mampu meningkatkan nafsu makan ayam broiler jantan.

B. Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH)

Rerata pertambahan bobot badan harian ayam broiler jantan pada penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 9. Tabel 9. Rerata pertambahan bobot badan harian ayam broiler jantan selama

penelitian (gram/ekor/hari) Perlakuan

50,85 Rerata pertambahan bobot badan harian ayam broiler jantan dari

keempat macam perlakuan berkisar antara 48,51 sampai 50,85 gram/ekor/hari. Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa pertambahan bobot badan harian tidak dipengaruhi adanya perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan tepung buah mengkudu sampai taraf 3 % dalam ransum tidak memberikan pengaruh terhadap pertambahan bobot badan harian.

Hasil penelitian terhadap PBBH mendekati hasil penelitian yang dilakukan Hidayati (2006) sebesar 49,70 gram/ekor/hari. Penggunaan tepung buah mengkudu dalam ransum hingga taraf 3 % persen tidak berpengaruh

commit to user

berbeda tidak nyata dan kandungan nutrien susunan pakan yang relatif sama. Menurut Soeparno (1994) cit. Andriyani (2006), jenis komposisi kimia dan konsumsi ransum mempunyai pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan. Konsumsi ransum yang relatif sama pada tiap perlakuan akan menyebabkan kandungan energi dan protein yang masuk ke dalam tubuh ayam broiler jantan relatif sama sehingga pertumbuhan yang dihasilkan pada tiap perlakuan juga relatif sama. Siregar (1994) menambahkan, kenaikan bobot badan tergantung pada sejumlah nutrien yang dikonsumsi ternak. Semakin tinggi kemampuan mengonsumsi pakan, bobot badan ternak yang dipelihara juga akan meningkat. Kartadisastra (1997) menambahkan, bobot tubuh ternak berbanding lurus dengan tingkat konsumsinya. Makin tinggi tingkat konsumsinya, akan semakin tinggi bobot tubuhnya.

C. Konversi Ransum

Rerata konversi ransum ayam broiler jantan hasil penelitian ditunjukkan pada Tabel 10. Tabel 10. Rerata konversi ransum ayam broiler jantan selama penelitian

2,18 Rerata konversi ransum ayam broiler jantan dari keempat macam

perlakuan berkisar antara 2,18 sampai 2,27. Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa konversi ransum tidak dipengaruhi adanya perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan tepung buah mengkudu sampai taraf

3 % tidak memengaruhi konversi ransum ayam broiler jantan.

Berdasarkan Tabel 10, hasil berbeda tidak nyata pada konversi ransum dipengaruhi oleh pertambahan bobot badan dan konsumsi ransum yang juga berbeda tidak nyata pada setiap perlakuan. Hal ini dikarenakan konversi ransum diperoleh dari hasil bagi antara jumlah ransum yang dikonsumsi

commit to user

dengan pendapat Ahmad dan Elfawati (2008), bahwa konversi ransum diartikan sebagai angka banding dari jumlah ransum yang dikonsumsi dibagi dengan berat badan yang diperoleh. Ditambahkan Rahayu dan Hidayati (2004), bahwa konversi ransum digunakan sebagai pegangan berproduksi karena melibatkan bobot badan dan konsumsi ransum. Semakin baik kualitas ransum yang dikonsumsi ternak, akan menghasilkan pertambahan berat badan lebih tinggi dan lebih efisien penggunaan ransum (Kuswandi et al., 1992; Juarini et al., 1995 cit. Andriyani, 2006). Oleh karena itu besar kecilnya tingkat konversi ransum dipengaruhi oleh besarnya konsumsi ransum dan pertambahan berat badan ayam broiler jantan. Dalam penelitian ini konsumsi ransum dan pertambahan bobot badan berbeda tidak nyata, maka konversi ransumnya juga berbeda tidak nyata.

D. Feed Cost per Gain

Rerata feed cost per gain ayam broiler jantan hasil penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 11 : Tabel 11. Rerata feed cost per gain ayam broiler jantan selama penelitian

(Rp/kg) Perlakuan

13150,09 12614,93 12306,14 12962,83 12750,70 12756,94 Rerata feed cost per gain dari keempat macam perlakuan berkisar

antara Rp. 10878,86/kg sampai Rp. 12756,94/kg. Berdasarkan Tabel 11. ransum perlakuan dengan suplementasi tepung buah mengkudu sampai taraf