Dampak Desentralisasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Studi Kasus Pada Propinsi Jawa Tengah Periode 2008 – 2010)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional pada hakekatnya adalah upaya untuk meningkatkan kapasitas pemerintahan daerah sehingga tercipta suatu kemampuan yang handal dan profesional dalam menjalankan pemerintahan serta memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. Pembangunan daerah juga berarti memampukan daerah untuk mengelola sumber daya ekonominya secara berdaya guna dan berhasil guna untuk kemajuan daerah dan kesejahteraan masyarakat.

Pembangunan daerah dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yakni pertama, pendekatan sentralisasi dan kedua, pendekatan desentralisasi. Pendekatan sentralisasi mengandung arti bahwa pelaksanaan pembangunan sepenuhnya merupakan wewenang pusat dan dilaksanakan oleh para birokrat di pusat. Sedangkan pendekatan desentralisasi mengandung arti bahwa pembangunan daerah melalui desentralisasi atau otonomi daerah memberikan peluang dan kesempatan bagi terwujudnya pemerintahan yang bersih dan baik (good governance) di daerah. Artinya pelaksanaan tugas pemerintah daerah harus didasarkan atas prinsip efektif, efisien, partisipatif, terbuka (transparency), dan akuntabilitas (accountability).

Kebijakan dan tugas umum pemerintahan serta implementasi pembangunan di daerah di masa lampau merupakan wewenang dan tanggung Kebijakan dan tugas umum pemerintahan serta implementasi pembangunan di daerah di masa lampau merupakan wewenang dan tanggung

Otonomi daerah merupakan solusi alternatif dalam mengatasi berbagai permasalahan di atas. Indonesia memasuki era otonomi daerah sejak tanggal 1 Januari 2001. Pelaksanaan otonomi daerah mengacu pada UU nomor 22 tahun 1999 mengenai pembagian kewenangan dan fungsi (power sharing) antara pemerintah pusat dan daerah dan UU nomor 25 tahun 1999 mengenai perimbangan keuangan pusat dan daerah yaitu pengaturan pembagian sumber- sumber daya keuangan (financial sharing) antara pusat-daerah sebagai konsekuensi dari adanya pembagian kewenangan tersebut.

Kondisi ini membawa implikasi pada pelimpahan kewenangan antara pusat dan daerah dalam berbagai bidang. Dengan adanya otonomi daerah, maka terjadi desentralisasi yang menyangkut pengelolaan keuangan daerah, perencanaan ekonomi (termasuk menyusun program-program pembangunan daerah) dan perencanaan lainnya yang dilimpahkan dari pusat ke daerah. Pemerintah daerah memiliki kewenangan yang luas dalam mengatur sumber daya yang ada untuk meningkatkan kemajuan dan kemakmuran masyarakat.

melakukan alokasi sumber daya yang efisien. Kemampuan daerah untuk mengelola sumber daya secara efisien tercermin dari kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah daerah selaku perencana, dimana hal ini akan membawa dampak pada keberhasilan ekonomi daerah secara optimal. Dengan adanya otonomi, setiap daerah diharapkan mampu mengembangkan potensi baik sumber daya alam, sumber daya manusia, budaya untuk meningkatkan kemakmuran bagi seluruh masyarakat daerah. Dengan kata lain, bahwa otonomi daerah menuntut adanya suatu kemandirian daerah didalam berbagai aspek terutama aspek perencanaan, keuangan, dan pelaksanaan.

Desentralisasi fiskal, merupakan salah satu komponen utama dari otonomi daerah. Apabila pemerintah daerah melaksanakan fungsinya secara efektif, dan diberikan kebebasan dalam pengambilan keputusan penyediaan pelayanan di sektor publik, maka pemerintah daerah harus didukung sumber- sumber keuangan yang memadai baik berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), pinjaman, maupun dana perimbangan. Jika tidak, maka pemerintah daerah tidak dapat melaksanakan fungsi pembangunan secara efektif dan efisien (Rika, 2003)

Pemerintah daerah mengalokasikan dana dalam bentuk anggaran belanja daerah dalam APBD. Alokasi belanja daerah ini didasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana, baik untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan maupun untuk fasilitas publik. Oleh karena itu, dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan publik, pemerintah daerah

banyak digunakan untuk belanja rutin yang relatif kurang produktif. (Saragih,2003) menyatakan bahwa pemanfaatan belanja hendaknya dialokasikan untuk hal-hal produktif, misal untuk melakukan aktivitas pembangunan. Dengan demikian, penerimaan pemerintah hendaknya lebih banyak untuk program-program layanan publik. Pendapat ini menyiratkan pentingnya mengaloksikan belanja untuk berbagai kepentingan publik. Konsekuensinya, pemerintah perlu untuk memberikan alokasi belanja pembangunan sektor publik yang lebih besar untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi (Halim, 2001).

Untuk mempengaruhi pertumbuhan ekonomi tersebut, sumber dana dapat diperoleh dari beberapa faktor diantaranya, faktor pertama yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu PAD yang merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Dengan ditambahnya infrastruktur dan perbaikan infrastruktur yang ada oleh pemerintah daerah, diharapkan akan memacu pertumbuhan perekonomian di daerah. Pertumbuhan ekonomi daerah akan merangsang meningkatnya pendapatan penduduk di daerah yang bersangkutan, seiring dengan meningkatnya pendapatan asli daerah. Semakin besar dana PAD berarti semakin besar belanja daerah yang dilakukan pemerintah daerah untuk pembangunan di daerahnya masing-masing.

Faktor kedua yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu Dana Alokasi Umum (DAU) yang merupakan dana yang berasal dari APBN yang

membiayai kebutuhan pengeluarannya didalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Berkaitan dengan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, hal tersebut merupakan konsekuensi adanya penyerahan kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Dengan demikian, terjadi transfer yang cukup signifikan didalam APBN dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dan pemerintah daerah secara leluasa dapat menggunakan dana ini apakah untuk memberi pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat atau untuk keperluan lain yang tidak penting. Semakin besar DAU ke pemerintah daerah berarti semakin besar belanja modal yang dilakukan pemerintah daerah (Halim, 2009).

Faktor ketiga yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu Dana Alokasi Khusus (DAK) merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu. DAK bertujuan untuk membantu membiayai kegiatan-kegiatan khusus di daerah tertentu yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional, khususnya untuk membiayai kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat yang belum mencapai standar tertentu atau untuk mendorong percepatan pembangunan daerah (Darise, 2008). Dana dari pemerintah pusat digunakan oleh pemerintah daerah secara efektif dan efisien untuk meningkatkan pelayanan kepada publik (dapat digunakan untuk meningkatkan belanja modal).

pertumbuhan ekonomi pernah diteliti oleh beberapa peneliti sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Pujiati (2007) dengan judul analisis pertumbuhan ekonomi di Karesidenan Semarang era desentralisasi fiskal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengestimasi pengaruh PAD, DAU, Dana Bagi Hasil (DBH) dan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di wilayah Karesidenan Semarang. Hasil yang diperoleh PAD, dan DBH berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, sedangkan DAU berpengaruh negatif dan signifikan.

Sasana (2005) telah melakukan penelitian mengenai dampak pelaksanaan desentralisasi terhadap pertumbuhan ekonomi di kabupaten/kota Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa DBH, PAD, dan DAK berpengaruh positif dan signifikan pertumbuhan ekonomi, sedangkan DAU berpengaruh negatif dan signifikan.

Rinawaty, Yulian Taaha Nursini dan Agus Salim (2010) meneliti tentang pengaruh dana perimbangan terhadap pertumbuhan ekonomi di Propinsi Sulawesi Tengah. Hasil penelitian menunjukkan hasil bahwa DBH, DAU, dan DAK berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Maryati dan Endrawati (2010) meneliti tentang pengaruh PAD, DAU dan DAK terhadap pertumbuhan ekonomi di Propinsi Sumatera Barat. Hasil penelitian menunjukkan hasil bahwa PAD berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, DAU berpengaruh positif dan signifikan

berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Pada penelitian Setiyawati, Anis, Hamzah dan Ardi (2007) tentang analisis pengaruh PAD, DAU, DAK dan belanja pembangunan terhadap pertumbuhan ekonomi, kemiskinan dan pengangguran di Propinsi Jawa Timur, dengan sampel 38 kabupaten/kota di Propinsi JawaTimur yang terdiri dari 29 kabupaten dan 9 kota mulai tahun 2001 sampai 2005. Dengan hasil pengujian secara langsung dengan regresi berganda menunjukkan PAD berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, sedangkan DAU berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, tetapi DAK berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi

Penelitian Pujiati (2007), Sasana (2005) dan Anis Setiyawati et al (2007) memperoleh hasil bahwa DAU berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedangkan penelitian yang dilakukan Rinawaty et al (2010) dan Maryati dan Endrawati (2010) memperoleh hasil bahwa DAU berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Berdasarkan uraian diatas terdapat ketidakkonsistenan hasil penelitian- penelitian terdahulu. Misalnya, beberapa penelitian (Pujiati, 2007; Sasana, 2005; Anis Setiyawati et al; 2007) memperoleh hasil bahwa DAU berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, beberapa penelitian lain (Rinawaty et al, 2010; Maryati dan Berdasarkan uraian diatas terdapat ketidakkonsistenan hasil penelitian- penelitian terdahulu. Misalnya, beberapa penelitian (Pujiati, 2007; Sasana, 2005; Anis Setiyawati et al; 2007) memperoleh hasil bahwa DAU berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, beberapa penelitian lain (Rinawaty et al, 2010; Maryati dan

TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

1. Apakah Dana Alokasi Umum berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Propinsi Jawa Tengah periode 2008-2010?

2. Apakah Dana Alokasi Khusus berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Propinsi Jawa Tengah periode 2008-2010?

3. Apakah Pendapatan Asli Daerah berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Propinsi Jawa Tengah periode 2008-2010?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap pertumbuhan ekonomi Propinsi Jawa Tengah periode 2008-2010.

2. Untuk mengetahui pengaruh Dana Alokasi Khusus terhadap pertumbuhan ekonomi Propinsi Jawa Tengah periode 2008-2010.

3. Untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap pertumbuhan ekonomi Propinsi Jawa Tengah periode 2008-2010.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pemerintah Memberikan masukan baik bagi Pemerintah dalam hal penyusunan kebijakan terkait desentralisasi di masa yang akan datang yang berkaitan dengan perencanaan, pengendalian, dan evaluasi dari APBN dan APBD, serta UU dan PP yang menyertainya.

2. Bagi Dunia Pendidikan Memberi kontribusi teori sebagai bahan referensi dan data tambahan bagi peneliti-peneliti lainnya yang tertarik pada bidang kajian ini.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pertumbuhan Ekonomi

a. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Prof. Simon Kuznets, mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai ”kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan idiologis yang diperlukannya. Definisi ini mempunyai 3 (tiga) komponen: pertama, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara terus-menerus persediaan barang; kedua, teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka macam barang kepada penduduk; ketiga, penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya penyesuaian di bidang kelembagaan dan idiologi sehingga inovasi yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat manusia dapat dimanfaatkan secara tepat (Jhingan, 2006:57). Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang, dimana penekanannya pada tiga hal yaitu proses, output perkapita dan jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi

Di sini kita melihat aspek dinamis dari suatu perekonomian, yaitu melihat bagaimana suatu perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Tekanannya pada perubahan atau perkembangan itu sendiri.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

Proses pertumbuhan ekonomi pada dasarnya ditentukan dan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor ekonomi dan nonekonomi (Murti, 2009) :

1) Faktor Ekonomi

a) Sumber Daya Alam (SDA) Yang dimaksud dengan SDA meliputi luas dan kesuburan tanah, letak dan susunannya, kekayaan hutan, sumber mineral, iklim, sumber air, sumber lautan dan sebagainya. Bagi pertumbuhan ekonomi, ketersediaan sumber daya alam yang melimpah adalah sangat baik dalam menunjang pembangunan. Namun di negara-negara berkembang sering kali ketersediaan SDA tersebut kurang dimanfaatkan sebaik-baiknya, dalam arti pemanfaatannya tidak terarah secara tepat. Jika SDA yang tersedia itu tidak digunakan secara tepat, maka tidaklah mungkin negara yang bersangkutan akan mengalami kemajuan ekonomi sebagaimana yang diharapkan.

SDM merupakan faktor terpenting dalam pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi tidak semata-mata tergantung pada jumlah sumber daya manusia saja, tetapi lebih menekankan kepada efisiensi mereka. Untuk mendorong agar SDM dapat bekerrja secara efisien dan maksimal, maka diperlukan pembentukan modal insani, yaitu proses peningkatan ilmu pengetahuan, keterampilan dan kemampuan seluruh penduduk negara/wilayah yang bersangkutan. Proses ini mencakup kesehatan, pendidikan dan pelayanan sosial pada umumnya, sehingga pada kondisi dimana penduduk dapat berproduktifitas secara efisien, akan mendorong laju pertumbuhan ekonomi.

c) Akumulasi Modal Permodalan merupakan persediaan faktor produksi yang secara fisik dapat dihasilkan atau direproduksi. Jika stok modal tersebut meningkat dalam jangka waktu tertentu dikatakan terjadinya pembentukan modal. Akumulasi modal inilah yang serba kekurangan di negara-negara berkembang, sedangkan modal ini memegang peranan penting dalam menunjang perumbuhan ekonomi.

Organisasi produksi merupakan bagian penting dalam proses pertumbuhan ekonomi. Organisasi ini berkaitan dengan penggunaan faktor produksi dalam berbagai kegiatan perekonomian. Organisasi produksi ini dilaksanakan dan diatur oleh tenaga manajerial dalam berbagai kegiatannya sehari-hari. Dalam perkembangan pertumbuhan ekonomi, para wiraswasta (enterpreneur) tampil sebagai tenaga organisator dalam menggerakkan berbagai sumber produksi dalam proses produksi dengan memperkenalkan penemuan baru yang dikenal sebagai inovasi.

e) Faktor dan Pemanfaatan Teknologi Kemajuan teknologi merupakan faktor yang penting dalam proses pertumbuhan ekonomi dan perubahan atau kemajuan teknologi tersebut dapat meningkatkan produktifitas tenaga kerja, modal dan faktor produksi lainnya.

f) Pembagian Kerja dan Perluasan Skala Produksi Pembagian kerja dan spesialisasi dalam proses produksi akan menimbulkan peningkatan produktifitas. Kedua hal ini akan membawa perubahan ke arah usaha produksi skala besar, yang selanjutnya akan dapat membantu perkembangan dan kemajuan produksi serta pertumbuhan ekonomi dalam masyarakat.

a) Faktor Politik dan Administrasi Pemerintahan Struktur dan situasi politik serta administrasi pemerintahan yang lemah merupakan faktor penghambat yang besar bagi pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang. Politik yang tidak stabil serta pemerintahan yang lemah dan korup sangat menghambat kemajuan ekonomi.

b) Aspek Sosial Budaya Aspek sosial budaya dalam kehidupan masyarakat meliputi antara lain sikap, tingkah laku, pandangan masyarakat, motivasi kerja, kelembagaan masyarakat dan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan itu. Sebagai ilustrasi, misalnya pendidikan dan kebudayaan barat membawa pemikiran dan pandangan ke arah penalaran, sikap dan skeptisme, dan semangat untuk menghasilkan penemuan baru yang kesemuanya dapat menunujang pertumbuhan ekonomi.

c) Susunan dan Tertib Hukum Susunan dan tertib hukum serta pelaksanaan hukum dan peraturan perundang-undangan yang keliru sering kali menghambat kemajuan ekonomi, sehingga tidak mendukung terlaksananya pertumbuhan ekonomi. Sehubungan dengan itu maka hukum harus dilaksanakan secara tertib dan konsekuen, yang ditujukan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi.

2. Dana Alokasi Umum

DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi. Pembagian dana untuk daerah melalui bagi hasil berdasarkan daerah penghasil cenderung menimbulkan ketimpangan antar daerah dengan mempertimbangkan kebutuhan dan potensi daerah. Alokasi DAU bagi daerah yang potensi fiskalnya besar namun kebutuhan fiskalnya kecil akan memperoleh alokasi DAU yang relatif kecil. Sebaliknya daerah yang memiliki potensi fiskalnya kecil namun kebutuhan fiskalnya besar akan memperoleh alokasi DAU relatif besar. Dengan maksud melihat kemampuan APBD dalam membiayai kebutuhan-kebutuhan daerah dalam rangka pembangunan daerah yang di cerminkan dari penerimaan umum APBD dikurangi dengan belanja pegawai (Halim, 2009).

Menurut Halim (2009) ketimpangan ekonomi antara satu propinsi dengan propinsi lain tidak dapat dihindari dengan adanya desentralisasi fiskal. Disebabkan oleh minimnya sumber pajak dan sumber daya alam yang kurang dapat digali oleh pemerintah daerah. Untuk menanggulangi ketimpangan tersebut, pemerintah pusat berinisiatif untuk memberikan subsidi berupa DAU kepada daerah. Bagi daerah yang tingkat kemiskinanya lebih tinggi, akan diberikan DAU lebih besar dibanding daerah yang kaya dan begitu juga sebaliknya. Selain itu untuk mengurangi Menurut Halim (2009) ketimpangan ekonomi antara satu propinsi dengan propinsi lain tidak dapat dihindari dengan adanya desentralisasi fiskal. Disebabkan oleh minimnya sumber pajak dan sumber daya alam yang kurang dapat digali oleh pemerintah daerah. Untuk menanggulangi ketimpangan tersebut, pemerintah pusat berinisiatif untuk memberikan subsidi berupa DAU kepada daerah. Bagi daerah yang tingkat kemiskinanya lebih tinggi, akan diberikan DAU lebih besar dibanding daerah yang kaya dan begitu juga sebaliknya. Selain itu untuk mengurangi

3. Dana Alokasi Khusus

DAK adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. DAK diprioritaskan untuk membantu daerah- daerah dengan kemampuan keuangan di bawah rata-rata nasional, dalam rangka mendanai kegiatan penyediaan sarana dan prasarana fisik pelayanan dasar masyarakat yang telah merupakan urusan daerah.

DAK merupakan dana yang berasal dari APBN dan dialokasikan ke daerah kabupaten/kota untuk membiayai kebutuhan tertentu yang sifatnya khusus, tergantung tersedianya dana dalam APBN (Suparmoko, 2002). Kebutuhan khusus adalah kebutuhan yang sulit diperkirakan dengan rumus alokasi umum, dan atau kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional.

spesifik:

a. Diprioritaskan untuk membantu daerah-daerah dengan kemampuan keuangan di bawah rata-rata nasional, dalam rangka mendanai kegiatan penyediaan sarana dan prasarana fisik pelayanan dasar masyarakat yang telah merupakan urusan daerah.

b. Menunjang percepatan pembangunan sarana dan prasarana di daerah pesisir dan pulau-pulau kecil, daerah perbatasan dengan negara lain, daerah tertinggal/terpencil, daerah rawan banjir/longsor, serta termasuk kategori daerah ketahanan pangan dan daerah pariwisata.

c. Mendorong peningkatan produktivitas perluasan kesempatan kerja dan di versifikasi ekonomi terutama di pedesaan, melalui kegiatan khusus di bidang pertanian, kelautan dan perikanan, serta infrastruktur.

d. Meningkatkan akses penduduk miskin terhadap pelayanan dasar dan prasarana dasar melalui kegiatan khusus di bidang pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur.

e. Mendukung penyediaan prasarana di daerah yang terkena dampak pemekaran pemerintah kabupaten, kota, dan provinsi melalui kegiatan khusus di bidang prasarana pemerintahan.

4. Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan merupakan semua penerimaan daerah dalam bentuk peningkatan aktiva atau penurunan utang dari berbagai sumber dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Sedangkan pengertian dari Pendapatan merupakan semua penerimaan daerah dalam bentuk peningkatan aktiva atau penurunan utang dari berbagai sumber dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Sedangkan pengertian dari

a. Pajak Daerah Pajak daerah merupakan penerimaan daerah yang berasal dari pajak. Penerimaan dari sektor pajak ini antara lain: pajak kendaraan bermotor, bea balik nama kendaraan bermotor, pajak bahan bakar kendaraan bermotor, pajak kendaraan di atas air, pajak air bawah tanah dan pajak air permukaan.

b. Retribusi Daerah Retribusi daerah merupakan penerimaan daerah yang berasal dari retribusi daerah. Penerimaan ini meliputi retribusi pelayanan kesehatan, retribusi pemakaian kekayaan daerah, retribusi pasar grosir dan pertokoan, retribusi penjualan produksi usaha daerah, retribusi izin trayek kendaraan penumpang, retribusi air, retribusi jembatan timbang, retribusi kelebihan muatan dan retribusi perizinan pelayanan dan pengendalian.

c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang berasal dari hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Penerimaan ini antara c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang berasal dari hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Penerimaan ini antara

B. Penelitian Terdahulu

Sasana (2005) telah melakukan penelitian dengan hasil penelitiannya menunjukan bahwa DBH mempunyai hubungan positif dan berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi hanya di Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta. DAU berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman, Kabupaten Gunung Kidul dan Kota Yogyakarta. DAK berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di seluruh kabupaten/kota Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. PAD berpengaruf positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Rinawaty et al (2010) melakukan penelitian dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa DBH, DAU, DAK berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. DBH, DAU, DAK berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi melalui investasi swasta.

Penelitian yang dilakukan oleh Pujiati (2007) yang bertujuan untuk mengestimasi pengaruh PAD, DAU, DBH dan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di wilayah Karesidenan Semarang. Jenis data yang digunakan adalah tahun 2002-2006 dan obyeknya adalah 6 kabupaten/ kota di wilayah Karesidenan Semarang yaitu Kota Semarang, Kota Salatiga, Kabupaten Semarang, Kabupaten Kendal, Kabupaten Demak, dan Penelitian yang dilakukan oleh Pujiati (2007) yang bertujuan untuk mengestimasi pengaruh PAD, DAU, DBH dan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di wilayah Karesidenan Semarang. Jenis data yang digunakan adalah tahun 2002-2006 dan obyeknya adalah 6 kabupaten/ kota di wilayah Karesidenan Semarang yaitu Kota Semarang, Kota Salatiga, Kabupaten Semarang, Kabupaten Kendal, Kabupaten Demak, dan

Penelitian yang dilakukan oleh Maryati dan Endrawati (2010) memperoleh hasil bahwa PAD berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, DAU berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan DAK berpengaruh negatif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Penelitian yang dilakukan Anis Setiyawati et al (2007) memperoleh hasil bahwa PAD berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi,sedangkan DAU berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, tetapi DAK berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi

C. Kerangka Teoritis Dan Pengembangan Hipotesis

1. Pengaruh Dana Alokasi Umum Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Untuk memberikan dukungan terhadap pelaksanaan otonomi daerah telah diterbitkan UU 33/2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. Sumber pembiayaan pemerintah daerah didalam rangka perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah

Adapun sumber-sumber pembiayaan pelaksanaan desentralisasi terdiri dari PAD, dana perimbangan, pinjaman daerah, dan lain-lain penerimaan yang sah.

Menurut Vidi (2007) DAU adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya di dalam pelaksanaan desentralisasi. Berkaitan dengan dana perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, hal tersebut merupakan konsekuensi adanya penyerahan kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. pemerintah daerah secara leluasa dapat menggunakan dana ini untuk memberi pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat.

Hasil penelitian Sasana (2005) menunjukkan bahwa DAU berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman, Kabupaten Gunung Kidul dan Kota Yogyakarta dan penelitian Anis Setiyawati et al (2007) yang menunjukkan DAU berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rinawaty et al (2010) yang menyimpulkan bahwa DAU berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, penelitian yang dilakukan oleh Maryati dan Endrawati (2010) yang menyimpulkan bahwa DAU berpengaruh positif dan signifikan terhadap Hasil penelitian Sasana (2005) menunjukkan bahwa DAU berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman, Kabupaten Gunung Kidul dan Kota Yogyakarta dan penelitian Anis Setiyawati et al (2007) yang menunjukkan DAU berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rinawaty et al (2010) yang menyimpulkan bahwa DAU berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, penelitian yang dilakukan oleh Maryati dan Endrawati (2010) yang menyimpulkan bahwa DAU berpengaruh positif dan signifikan terhadap

H 1 : Dana Alokasi Umum Berpengaruh Positif dan Signifikan

Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

2. Pengaruh Dana Alokasi Khusus Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

DAK adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan perioritas nasional (Irawati,2008).

Hasil penelitian Sasana (2005) menunjukkan bahwa DAK berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di seluruh kabupaten/kota Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil penelitian ini juga didukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Rinawaty et al (2010) menunjukkan bahwa DAK berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Hal tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan Ulfah Maryati dan Endarwati (2010) yang menemukan bahwa DAK berpengaruh negatif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan penelitian Anis Setiyawati et al (2007) yang menemukan bahwa DAK berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

sebagai berikut :

H2 : Dana Alokasi Umum Berpengaruh Positif dan Signifikan

Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

3. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

PAD merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Dengan ditambahnya infrastruktur dan perbaikan infrastruktur yang ada oleh pemerintah daerah, diharapkan akan memacu pertumbuhan perekonomian di daerah. Pertumbuhan ekonomi daerah akan merangsang meningkatnya pendapatan penduduk di daerah yang bersangkutan, seiring dengan meningkatnya pendapatan asli daerah. Semakin besar dana PAD berarti semakin besar belanja daerah yang dilakukan pemerintah daerah untuk pembangunan di daerahnya masing- masing.

Hasil penelitian Sasana (2005) menunjukkan bahwa PAD berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di seluruh kabupaten/kota Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil penelitian ini juga didukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Pujiati (2007) menunjukkan bahwa PAD berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, Maryati dan Endarwati (2010) yang menunjukkan PAD berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan Anis Setiyawati et al (2007) yang Hasil penelitian Sasana (2005) menunjukkan bahwa PAD berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di seluruh kabupaten/kota Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil penelitian ini juga didukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Pujiati (2007) menunjukkan bahwa PAD berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, Maryati dan Endarwati (2010) yang menunjukkan PAD berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan Anis Setiyawati et al (2007) yang

H3 : Pendapatan Asli Daerah Berpengaruh Positif dan Signifikan

Terhadap Pertumbuhan Ekonomi KERANGKA PEMIKIRAN

Gambar IV.1 Skema Kerangka Pemikiran

Dana Alokasi Umum

(X 1 )

Dana Alokasi Khusus

(X 2 )

Pertumbuhan Ekonomi (Y)

Pendapatan Asli Daerah

(X 3 )

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu studi yang mencoba untuk melihat pengaruh suatu atau beberapa variabel independen terhadap satu atau beberapa variabel dependen. Peneliti mencoba untuk menguji pengaruh DAU, DAK, dan PAD terhadap pertumbuhan ekonomi di Propinsi Jawa Tengah periode 2008-2010.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kabupaten/kota Propinsi Jawa Tengah terdiri dari 29 kabupaten dan 6 kota. Penulis dalam penelitian mengambil seluruh populasi dengan beberapa kriteria sebagai berikut:

1. Kabupaten/kota menyampaikan Laporan Realisasi APBD tahunan kepada Dirjen Perimbangan Keuangan Pemerintah Daerah Tahun 2008 hingga 2010.

2. Kabupaten/kota mencantumkan data-data mengenai DAU, DAK, PAD, dan pertumbuhan ekonomi pada Laporan Realisasi APBD yang digunakan dalam penelitian ini.

Jumlah kabupaten/kota menyampaikan laporan realisasi APBD Tahun 2008 hingga 2010 kepada situs Dirjen Perimbangan Keuangan Pemerintah Daerah sebanyak 35 kabupaten/kota di Propinsi Jawa Tengah. Penelitian ini Jumlah kabupaten/kota menyampaikan laporan realisasi APBD Tahun 2008 hingga 2010 kepada situs Dirjen Perimbangan Keuangan Pemerintah Daerah sebanyak 35 kabupaten/kota di Propinsi Jawa Tengah. Penelitian ini

C. Definisi Operasional Variabel

1. Dana Alokasi Umum

DAU adalah transfer yang bersifat umum dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah untuk mengatasi ketimpangan horisontal dengan tujuan utama pemerataan kemampuan keuangan antar daerah (Halim, 2009). DAU diperoleh dengan melihat dari dana perimbangan yang ada di laporan realisasi anggaran pemerintah kabupaten/kota di Propinsi Jawa Tengah.

2. Dana Alokasi Khusus

DAK adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan perioritas nasional (Irawati,2008). DAK diperoleh dengan melihat dari dana perimbangan yang ada di laporan realisasi anggaran pemerintah kabupaten/kota di Propinsi Jawa Tengah.

PAD merupakan realisasi penerimaan asli daerah yaitu : pajak daerah, restribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, lain-lain PAD yang sah.

4. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi yaitu proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang, dari sini dapat kita pahami bahwa defenisi tersebut menekankan pada tiga aspek yakni proses, output perkapita, dan jangka panjang artinya bahwa perekonomian itu mengalami perubahan waktu ke waktu. Adanya kenaikan output perkapita berarti ada dua sisi yang penting untuk diketahui yaitu output dan jumlah penduduknya.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi. Pengumpulan bersumber dari data yang dipublikasikan melalui www.djpk.dekpeu.go.id.

E. Teknik Analisis Data

1. Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik digunakan untuk melakukan uji prasyarat analisis regresi linier berganda. Uji asumsi klasik dalam penelitian ini yaitu:

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel independen keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal. Pengujian normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmograv-smirnov, yaitu apabila nilai P-value yang diperoleh lebih besar dari 0,05, maka data tersebut terdistribusikan normal.

b. Uji Heteroskedastisitas

1) Dilakukan dengan menggunakan metode chart (diagram Scatterplot ), dengan dasar pemikiran bahwa :

2) Jika ada pola tertentu terdaftar titik -titik (point-point), yang ada membentuk suatu pola tertentu yang beraturan (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka terja di heteroskedastisitas.

3) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik -titik (point-point) menyebar keatas dan dibawah 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisistas.

c. Uji Multikolinieritas Multikolinieritas adalah suatu kejadian yang terdapat hubungan kolerasi yang sempurna di antara beberapa atau semua variabel independen dalam model regresi. Multikolinieritas akan terjadi apabila nilai VIF (Variance Inflation Factor) lebih besar dari 10 dan angka toleransi (tolerance) lebih kecil dari 0,1.

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya (t-1). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Keputusan ada/tidaknya autokorelasi adalah:

1) Apabila nilai DW lebih besar daripada batas atas (upper bound, U), koefisien autokorelasi sama dengan 0, berarti tidak ada autokorelasi positif.

2) Apabila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah (lower bound, L) , koefisien autokorelasi lebih besar daripada 0, berarti ada autokorelasi positif.

3) Apabila nilai DW terletak di antara batas atas dan batas bawah, maka ada autokorelasi positif, sehingga tidak dapat disimpulkan.

2. Analisis Regresi Linier Berganda Model regresi berganda digunakan untuk mengetahui apakah ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Adapun rumus yang digunakan adalah:

Y=a+b 1 X 1 +b 2 X 2 +e

Keterangan: Y = Pertumbuhan ekonomi

a = Konstanta

X 1 = Dana alokasi umum

X 2 = Dana alokasi khusus

e = error

3. Uji F Analisis ini digunakan untuk mengetahui signifikansi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama. Adapun langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut:

a. Menentukan hipotesis nihil dan hipotesis alternatif

Ho : b 1 = b 2 = 0, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus secara simultan

terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi Jawa Tengah periode 2008-2010.

Ha : b 1 ¹b 2 ¹ 0, artinya ada pengaruh yang signifikan Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus secara simultan terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi Jawa Tengah periode 2005-2010.

b. Menentukan level of significance (a = 0,05)

c. Kriteria pengujian Ho diterima apabila nilai p-value ≥ 0,05

Ho ditolak apabila nilai p-value < 0,05

Dengan melihat nilai probabilitas p-value dengan 0,05 maka dapat ditentukan apakah Ho diterima atau ditolak.

4. Nilai t Analisis ini digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Adapun langkah- langkah pengujiannya secara umum adalah:

a. Menentukan hipotesis nilai dan hipotesis alternatif Ho : b = 0, berarti tidak ada pengaruh yang signifikan Dana Alokasi

Umum dan Dana Alokasi Khusus secara parsial terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi Jawa Tengah periode 2008-2010.

Ha : b ¹ 0, berarti ada pengaruh yang signifikan Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus secara parsial terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi Jawa Tengah periode 2008-2010.

b. Menentukan level of significance (a = 0,05)

c. Kriteria pengujian Ho diterima apabila nilai p-value ≥ 0,05

Ho ditolak apabila nilai p-value < 0,05

Dengan melihat nilai probabilitas p-value dengan 0,05 maka dapat ditentukan apakah Ho diterima atau ditolak.

5. Koefisien Determinasi (R²) Uji ini dilakukan untuk menghitung seberapa besar perubahan variasi dari variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi variabel independent. R 2

yang digunakan adalah R 2 yang telah memperhitungkan jumlah variabel bebas dalam suatu model regresi atau R 2 yang telah disesuaikan (Adjusted

R 2 ). R 2 diperoleh dengan rumus

Adjusted R 2 = 1-(1-R 2 )

Keterangan: R 2 = besarnya koefisien determinasi sampel N = banyaknya observasi / jumlah sampel k = banyaknya variabel Apabila nilai Adjusted R² mendekati angka 1, maka semakin tinggi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Sebaliknya

apabila nilai Adjusted R 2 sangat kecil, maka pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen sangat lemah. Berdasarkan kriteria nilai Adjusted R², maka nilai yang diharapkan adalah nilai Adjusted R² yang mendekati angka 1, sehingga variabel yang diujikan mempunyai pengaruh yang nyata terhadap variabel dependen.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian

Objek dari penelitian ini adalah pemerintah kabupaten/kota di Propinsi Jawa Tengah. Jumlah pemerintah daerah di Propinsi Jawa Tengah sendiri berjumlah 35 pemerintah kabupaten/kota. Propinsi Jawa Tengah merupakan propinsi yang terletak ditengah pulau Jawa yang berbatasan langsung dengan Propinsi Jawa Barat, Jawa Timur, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. pemerintah kabupaten/kota di Propinsi Jawa Tengah yang menjadi objek dalam penelitian adalah 35 kabupaten/kota. Data pada penelitian ini (n) sebanyak 105, data didapatkan dari laporan realisasi APBD Tahun 2008 hingga 2010 yang seluruhnya menyampaikan laporan kepada situs Dirjen Perimbangan Keuangan Pemerintah Daerah tahun 2009 hingga 2010, yang mencantumkan data-data mengenai DAU, DAK, PAD dan pertumbuhan ekonomi.

B. Statistik Deskriptif

Dari hasil pengumpulan data sekunder mengenai DAU, DAK, PAD dan pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Propinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2010, maka statistik deskriptif yaitu minimum, maksimum, mean, dan standar deviasi variabel penelitian adalah sebagai berikut:

Statistik Deskriptif

Minimum Maximum

Mean

Std. Deviation

2.30 6.19 4.4912 .86202 Valid N

(listwise)

Sumber: Data penelitian diolah

1. Dana Alokasi Umum

a. DAU memiliki nilai minimum sebesar Rp 225.385.000,00. Hasil penelitian menunjukkan DAU terendah di Jawa Tengah diperoleh dari Kota Salatiga di tahun 2008 yaitu sebesar Rp. 225.385.000,00. Ini membuktikan Kota Salatiga dengan wilayah daerah yang tidak begitu luas bisa mandiri dalam membiayai pelaksanaan otonomi daerah.

b. DAU memiliki nilai maksimum sebesar Rp 793.266.000,00. Hasil penelitian menunjukkan DAU tertinggi di Jawa tengah diperoleh dari Kabupaten Cilacap di tahun 2010 sebesar Rp. 793.266.000,00. Ini

Pemerintah Pusat.

c. DAU memiliki nilai rata-rata (mean) selama tiga tahun sebesar Rp. 517.235.047,00

d. DAU memiliki nilai standar deviasi sebesar Rp 135.084.683,00 lebih kecil dari mean Rp 517.235.000,00 menunjukkan bahwa distribusi data cenderung normal.

2. Dana Alokasi Khusus

a. DAK memiliki nilai minimum sebesar Rp 9.871.000,00. Hasil penelitian menunjukkan DAK terendah di Jawa Tengah diperoleh dari Kabupaten Pemalang di tahun 2008 yaitu sebesar Rp. 9.871.000,00. Ini membuktikan Kabupaten Pemalang dengan wilayah daerah yang tidak begitu luas bisa mandiri dalam membiayai pelaksanaan otonomi daerah.

b. DAK memiliki nilai maksimum sebesar Rp 300.844.000,00. Hasil penelitian menunjukkan DAK tertinggi di Jawa tengah diperoleh dari Kabupaten Cilacap di tahun 2010. Ini membuktikan Kabupaten Cilacap masih sangat tergantung terhadap Pemerintah Pusat.

c. DAK memiliki nilai rata-rata (mean) selama tiga tahun sebesar Rp 52.982.000,00.

d. DAK memiliki nilai standar deviasi sebesar Rp 18.834.300,34 lebih kecil dari mean Rp 52.982.514,30 menunjukkan bahwa distribusi data cenderung normal.

a. PAD memiliki nilai minimum sebesar Rp 21.757.000,00. Hasil penelitian menunjukkan PAD terendah di Jawa Tengah diperoleh dari Kota Pekalongan di tahun 2008 yaitu sebesar Rp. 21.757.000,00. Ini membuktikan Kota Pekalongan pada tahun 2008 belum mampu menggali potensi pendapatan asli daerah secara maksimal.

b. PAD memiliki nilai maksimum sebesar Rp 293.827.000,00. Hasil penelitian menunjukkan PAD tertinggi di Jawa tengah diperoleh dari Kota Semarang di tahun 2010 sebesar Rp. 293.827.000,00. Ini membuktikan Kota Semarang pada tahun 2010 mampu menggali berbagai sumber-sumber potensi PAD secara maksimal.

c. PAD memiliki nilai rata-rata (mean) selama tiga tahun sebesar Rp. 73.815.523,00

d. PAD memiliki nilai standar deviasi sebesar Rp 89.432.533,00 lebih besar dari mean 73.815.523,00 menunjukkan bahwa distribusi data cenderung tidak normal.

4. Pertumbuhan Ekonomi

a. Pertumbuhan ekonomi memiliki nilai minimum sebesar 2,30%. Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan ekonomi terendah di Jawa Tengah diperoleh dari Kabupaten Jepara di tahun 2008. Ini membuktikan Kabupaten Jepara memiliki pembangunan ekonomi yang rendah.

penelitian menunjukkan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Jawa tengah diperoleh dari Kabupaten Batang di tahun 2009. Ini membuktikan Kabupaten Batang memiliki laju pembangunan ekonomi yang pesat.

c. Pertumbuhan ekonomi memiliki nilai rata-rata (mean) selama tiga tahun sebesar 4,4912%

C. Uji Asumsi Klasik

Suatu model dinyatakan baik untuk alat prediksi apabila mempunyai sifat best linier unbiased estimator (Gujarati, 2006). Di samping itu suatu model dikatakan cukup baik dan dapat dipakai untuk memprediksi apabila sudah lolos dari serangkaian uji asumsi ekonometrik yang melandasinya. Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui kondisi data yang ada agar dapat menentukan model analisis yang paling tepat digunakan. Uji asumsi klasik dalam penelitian ini terdiri dari uji Kolmogorof-Smirnov untuk menguji normalitas data secara statistik; uji heteroskedastisitas dengan menggunakan metode chart (diagram Scatterplot); uji multikolinearitas dengan menggunakan Variance Inflation Factors (VIF); dan uji autokorelasi dengan menggunakan Durbin Watson statistik.

Tabel IV. 2

Hasil Uji Normalitas Data Kolmogorof Smirnov

Sumber: Data penelitian diolah Uji normalitas data dilakukan untuk melihat bahwa suatu data terdistribusi secara normal atau tidak. Pengujian normalitas dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov. Hair et al. (1992) dan Fauzan (2002) memberikan rule of thumb sebagai berikut: Jika nilai statistik Kolmogorov-Smirnov signifikan di atas signifikan tertentu maka dapat disimpulkan terpenuhinya asumsi normalitas. Level of Significant yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0,05. Dari tabel

IV.2 menunjukkan nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 0,646 dan besarnya nilai signifikan jauh di atas 0,05 yaitu sebesar 0,799. Hal ini dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi secara normal (Ghozali, 2006).

2. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu observasi ke observasi lain. Hasil uji heterokedastisitas dapat ditunjukkan dari gambar di bawah ini

Kolmogorov-Smirnov Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

0,646

0,799

Hasil Uji Heterokedastisitas

Sumber: Data penelitian diolah Berdasarkan grafik scatterplot terlihat titik menyebar secara acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas atau teratur, serta titik tersebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak terjadi gejala heterokedastisitas pada model regresi.

3. Uji Multikolinieritas

Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinieritas dengan mendasarkan pada nilai tolerance dan VIF. Rule of thumb yang digunakan untuk menentukan bahwa nilai tolerance tidak berbahaya terhadap gejala multikoliniearitas adalah 0,10 sedangkan rule of thumbs yang digunakan untuk menentukan bahwa nilai VIF tidak berbahaya adalah kurang dari 10. Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat pada tabel IV.3 berikut ini.

Hasil Uji Multikolinieritas

Variabel Tolerance

Tidak terjadi multikolinieritas DAK

Tidak terjadi multikolinieritas PAD

Tidak terjadi multikolinieritas Sumber: Data penelitian diolah Dari tabel di atas menunjukkan bahwa variabel DAU (X 1 ), DAK (X 2 ), dan PAD (X 3 ) memiliki nilai tolerance diatas 0,10. Tidak adanya variabel bebas yang mempunyai nilai tolerance kurang dari 0,10, berarti tidak ada korelasi antar variabel bebas. Hasil perhitungan nilai VIF (Variance Inflation Factor) juga menunjukkan hal yang sama, dimana tidak satupun variable bebas yang memiliki nilai VIF lebih besar dari 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinearitas antar variabel bebas. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa model regresi layak dipakai.

4. Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah adanya hubungan antara kesalahan-kesalahan yang muncul pada data runtun waktu (time series). Untuk mendeteksi adanya autokorelasi dalam penelitian ini digunakan Durbin Watson statistik. Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi gejala autokorelasi dapat digunakan rule of thumb, jika nilai du < d < 4 – du maka tidak terdapat autokorelasi (Gujarati, 2006).

Hasil Uji Autokorelasi Durbin Watson

Model Summary b

Model

R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

Durbin- Watson

a. Predictors: (Constant), PAD, DAK,DAU

b. Dependent Variable: PE Sumber: Data penelitian diolah Dari hasil regresi model summary diperoleh angka Durbin Watson