T PSN 1201062 Chapter1

(1)

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Berdasarkan paparan Majid (2014, hlm. 51-53), dampak globalisasi bersifat multidimensional. Dampak ini juga terasa dalam bidang pendidikan pada semua jenjang dan jenis pendidikan. Secara spesifik, globalisasi mendorong terjadinya perubahan peran institusi pembelajaran tradisional tidak dapat dipertahankan lagi dan perlu diubah menjadi institusi pencipta pengetahuan. Sementara itu, perencanaan yang dibuat secara acak (by accident) harus diubah menjadi perencanaan strategis (by design). Ditinjau dari sudut tantangan, pendekatan komparatif harus diubah menjadi pendekatan kompetitif.

Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu rancangan pendidikan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Ada tiga sifat penting pendidikan yang harus diperhatikan pada waktu akan mengembangkan kurikulum. Pertama, pendidikan mengandung nilai dan memberikan pertimbangan nilai. Hal ini diartikan bahwa pendidikan diarahkan pada pengembangan pribadi anak agar sesuai dengan nilai-nilai yang ada dan diharapkan masyarakat. Proses pendidikannya harus bersifat membina dan mengembangkan nilai. Kedua, pendidikan diarahkan pada kehidupan dalam masyarakat. Hal ini diartikan bahwa pendidikan menyiapkan anak untuk kehidupan dalam masyarakat. Anak perlu mengenal dan memahami apa yang ada dalam masyarakat, memiliki kecakapan-kecakapan untuk dapat berpartisipasi dalam masyarakat. Ketiga, pelaksanaan pendidikan dipengaruhi dan didukung oleh lingkungan masyarakat tempat pendidikan itu berlangsung.

Pengembangan kurikulum yang inovatif seyogianya mengikuti alur proses inovatif yang bercirikan interaktif atau non-linear, iteratif atau berulang secara spiral/helix yang juga dikenal sebagai feed-back loops, penyaringan dan pelurusan, serta paradoks yang perlu dipertimbangkan yang meliputi keperluan


(2)

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

jangka panjang vs jangka pendek, efektifitas vs efisiensi dan kekenduran vs

kecepatan.

Salah satu bentuk pengembangan kurikulum yang akhir-akhir ini memperoleh perhatian secara sungguh-sungguh adalah pengintegrasian kurikulum yang hasilnya disebut sebagai kurikulum terpadu (integrated curriculum).

Kurikulum terpadu pada dasarnya mengintegrasikan sejumlah disiplin (mata pelajaran) melalui keterkaitan di antara tujuan, isi, keterampilan, dan sikap. Menurut mereka, berbeda dari kurikulum yang berpusat pada disiplin ilmu

(subject-centered curriculum), tujuan utama kurikulum terpadu adalah memadukan sejumlah elemen kurikulum dan pembelajaran di antara berbagai disiplin.

Tumbuh kembangnya minat dan kebutuhan atas kurikulum terpadu dipicu oleh sejumlah hal berikut:

1. kurikulum sekolah selalu ketinggalan dengan pertumbuhkembangan

pengetahuan yang sangat pesat dalam berbagai bidang. Kemajuan pengetahuan itu tidak serta merta dapat diadopsi dalam kurikulum. Akibatnya, apa yang sedang dan telah dipelajari siswa kerap basi dan usang karena telah tertinggal jauh oleh perkembangan yang terjadi

2. Merancang dan melaksanakan pembelajaran di sekolah dibentengi oleh satuan

waktu yang disebut menit. Karena waktunya sudah habis, kegiatan belajar yang sedang berlangsung terpaksa harus diputus dan segera berpindah pada pelajaran yang baru. Para siswa belajar dengan terpenggal-penggal dan terputus-putus tanpa memedulikan ketuntasan dan keutuhan.

3. Kegiatan pembelajaran yang dialami anak menjadi membosankan dan tidak berguna, ketika mereka tidak mengerti mempelajari Matematika, Sejarah, IPS, IPA, dan sebagainfya. Pembelajaran hanya dilakukan demi pelajaran itu sendiri, atau sekadar menghadapi tes dan ujian.


(3)

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Implementasi kurikulum pada hakikatnya dapat dipahami dan akan terlihat jelas dan nyata dalam proses belajar itu sendiri sehingga secara langsung dapat pula dikatakan proses belajar mengajar yang sedang dijalani itulah yang menjadi implementasi kurikulum. Pada tahap pelaksanaan pembelajaran di SD Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan, peneliti memadukan sejumlah topik dari mata pelajaran yang berbeda, tetapi esensinya sama dalam sebuah topik tertentu. Pelaksanaannya yaitu menentukan tema terlebih dahulu, mengintegrasikan tema tersebut dengan kurikulum 2013, lalu mendesain rencana pembelajaran termasuk pengorganisasian sumber belajar, bahan ajar, media belajar, dan kegiatan di luar sekolah atau ekstrakulikuler di SD Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan.

Pemilihan tema ini dapat datang dari staf pengajar yaitu guru kelas atau guru bidang studi dan siswa. Biasanya guru yang memilih tema dasarnya dan dengan musyawarah siswa memilih unit tema. Pemilihan tema dasar yang dilakukan oleh guru dengan mengaju pada tema dan materi-materi pada pokok bahasan pada setiap mata pelajaran yang terdapat pada kurikulum. Tema dapat juga dipilih berdasarkan pertimbangan lain, yaitu tema yang dipilih merupakan consensus

antar siswa, misal dari buku-buku bacaan, pengalaman, minat, isu-isu, yang sedang beredar di masyarakat dengan mengingat ketersediaan sarana dan sumber belajar yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Tema dapat muncul dari siswa, kemudian guru yang mengorganisir atau guru melontarkan tema dasar, kemudian siswa mengembangkan unit temanya. Curah pendapat pada pembelajaran juga bermanfaat untuk memunculkan tema dasar kemudian dikembangkan menjadi unit tema. Setelah tema dasar dan unit tema dipilih maka akan terbentuk jaring-jaring.

Pada pembelajaran ini, peneliti menggunakan angklung untuk memberikan pengalaman kepada siswa yang lebih kongkret, memotivasi, serta mempertinggi daya serap dan daya ingat siswa dalam belajar. Media yang akan digunakan penulis yaitu angklung. Angklung merupakan salah satu kekayaan budaya Indonesia yang memperoleh pengakuan dunia sebagai warisan budaya tak benda


(4)

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

milik dunia. Atas rintisan Daeng Soetigna, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI melalui SK. Mendikbud No. 082/1968 pada 23 Agustus 1968 menetapkan angklung sebagai media pendidikan. Keputusan menteri ini dikeluarkan atas dasar pemikiran bahwa terkandung sifat-sifat baik dalam permainan angklung seperti kerjasama, disiplin, keterampilan, tanggung jawab, dan olah rasa musikalitas. Namun sayangnya keberadaan angklung dalam dunia pendidikan formal di Indonesia belumlah optimal.

Studi lapangan terkait proses pembelajaran angklung di sekolah dilaporkan oleh Karlina (2009), Yuyus dan Oom (2010), serta Widyarahman (2011) menjelaskan bahwa pembelajaran angklung di tingkat sekolah dasar dilaksanakan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Menurut Milyartini dan Sukmayadi (2013, hlm. 3) menjelaskan bahwa proses belajar yang dikembangkan cenderung pada upaya memainkan lagu atau karya yang sudah ada dengan penekanan pada keterampilan motorik dan pengetahuan musik. Potensi angklung sebagai media pendidikan belum digunakan secara optimal. Sebaliknya, studi terkait pemanfaatan angklung dalam pendidikan luar biasa dan inklusi yang dilakukan oleh Nurhaeni (2011), Belgis (2011), dan Anjelia (2012) menunjukkan bahwa penggunaan angklung sebagai media pembelajaran mampu membantu siswa tunagrahita ringan, dan siswa autis dalam mengembangkan kemampuan interaksi sosial.

Menurut penulis, konsep matematika yang dapat dikenalkan angklung yaitu mengenal konsep pecahan senilai dan melakukan hitung pecahan menggunakan angklung tersebut. Siswa juga dapat mengidentifikasi nilai not dalam bentuk angka melalui permainan angklung dibunyikan. Pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, penulis memanfaatkan angklung dengan memainkan lagu Garuda Pancasila. Kemudian siswa disuruh mengingat pancasila sebagai dasar negara Indonesia yang pada akhirnya akan dijelaskan tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara Indonesia dalam lingkungan sehari-hari, di rumah, maupun di sekolah. Pada mata pelajaran bahasa Indonesia, siswa dapat memainkan


(5)

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

angklung dengan lagu daerah Jawa Barat yang kemudian akan diartikan kembali ke bahasa Sumatera Selatan. Dengan demikian, siswa bisa mengenal berbagai bahasa di Indonesia. Begitu pula pada mata pelajaran Seni Budaya, siswa tidak hanya bisa mempelajari musiknya saja, tetapi siswa juga bisa mempelajari gerak dan tari pada permainan angklung. Hal ini bisa mengajarkan siswa bagaimana cara mengagumi ciri khas keindahan karya seni dan karya berbagai daerah sebagai anugrah Tuhan.

Dalam penelitian ini, penulis memilih angklung sebagai media kreasi untuk pengait mata pelajaran sekolah dasar dalam pengajaran tematik terpadu. Peneliti memilih beberapa mata pelajaran yang sangat cocok untuk dikaitkan melalui media angklung. Diantaranya adalah mata pelajaran Seni Budaya, Bahasa Indonesia, Pendidikan Kewarganegaraan, dan Matematika. Melalui angklung atau media abstrak atau konkret yang disediakan oleh peneliti, maka murid secara tidak langsung dapat mengungkapkan pendapat dan berdiskusi tentang media atau instrument angklung yang berasal dari daerah luar Sumatera Selatan. Selain itu melalui media seni tersebut, murid bisa berkomunikasi serta memanfaatkan media tersebut sebgai alat transformasi budaya (Bahasa Indonesia). Keanekaragaman budaya tersebut juga mengajarkan peserta untuk bisa saling menghargai, berprilaku, bekerja sama sesuai dengan tema yang telah dipilih peneliti yaitu Indahnya Kebersamaan (PKN).

Pada pembelajaran ini, peneliti menjembatani setiap mata pelajaran melalui

lagu „Boneka Abdi sebagai penghubung mata pelajaran yang telah dipilih peneliti.

Selain dapat memainkan angklung dengan teknik yang benar, peneliti juga mengajarkan peserta didi tentang unsur-unsur musikal yang ada pada lagu yang dimainkan (Seni Budaya). Peserta didik juga dapat menghitung unsur musik yang ada dalam lagu, dapat berpikir kritis dengan mendeskripsikan lagu tersebut dan

menginterpretasikan fenomena yang ada pada lagu „Boneka Abdi” (Matematika).

Pengajaran ini tidak hanya berpacu dengan kurikulum atau petunjuk yang sudah ada di sekolah. Penulis juga bisa melihat respon atau pandangan siswa terhadap


(6)

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

angklung yang merupakan alat musik yang berasal dari daerah diluar sumatera. Penulis juga akan membahas tentang bagaimana respon atau pandangan guru-guru atau pihak sekolah mengenai model pembelajaran tematik terpadu, apakah hasil belajar dengan model ini bisa bertahan lama? Dan apakah angklung memiliki pengaruh besar terhadap pembelajaran tematik terpadu tersebut?

Berdasarkan latar belakang pemikiran di tas, maka langkah yang ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut dengan melakukan penelitian melalui metode

kuantitatif dengan judul “Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran

Tematik Terpadu Kleas IV di SD Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan. Dari hasul penelitian yang penulis dapat menemukan adanya kontribusi antara penerapan pembelajarn tematik terpadu dengan pendidikan, kurikulum serta pemerhati pendidikan.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yang ditemui yaitu:

1. kurikulum sekolah selalu ketinggalan dengan pertumbuhkembangan

pengetahuan yang sangat pesat dalam berbagai bidang. Kemajuadjn pengetahuan itu tidak serta merta dapat diadopsi dalam kurikulum. Akibatnya, apa yang sedang dan telah dipelajari siswa kerap basi dan usang karena telah tertinggal jauh oleh perkembangan yang terjadi.

2. Kegiatan pembelajaran di sekolah seringkali membosankan karena mata pelajaran masih terpisah dan dibentengi dengan batasan waktu sehingga siswa belajar dengan terpenggal-penggal dan terputus-putus tanpa memedulikan ketuntasan dan keutuhan.

3. Siswa Kelas IV SD Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan belum memliki

banyak pengalaman belajar dengan menggunakan media dan di sekolah belum diterapkan konsep pembelajaran Tematik Terpadu sehingga siswa lebih banyak


(7)

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mendengarkan uraian guru tanpa adanya pembelajaran pengamatan dan praktek langsung.

C.RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, yang menjadi fokus penelitian ini adalah bagaimana penerapan pembelajaran tematik terpadu untuk siswa kelas 4 di SD Negeri 25 dengan menggunakan angklung dengan pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana desain konsep pembelajaran tematik terpadu dengan menggunakan

angklung untuk siswa kelas 4 di SD Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan?

2. Bagaimana langkah-langkah pembelajaran tematik terpadu untuk siswa kelas 4 di SD Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan?

3. Apa implikasi penerapan pembelajaran tematik terpadu untuk siswa kelas 4 di SD Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan dengan menggunakan angklung?

D.TUJUAN PENELITIAN

Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas desain konsep penerapan angklung sebagai media pembelajaran tematik terpadu untuk siswa kelas IV di SDN 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan. Sehingga dapat menemukan metodologi pembelajaran seni secara inovatif, kreatif, efektif, dan efisien.

Secara operasional, penelitian ini bertujuan untuk menguji coba desain konsep,

menerapkan langkah-langkah pembelajaran serta implikasinya terhadap

pembelajarn tematik terpadu di SD Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan.


(8)

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi atau masukan kepada guru mata pelajaran seni budaya, institusi pendidikan, dan masyarakat. Adapun manfaat tersebut adalah sebagai berikut:

1. Manfaat bagi peneliti

Hasil penelitian ini akan menambah wawasan dan pengetahuan dalam menerapkan pembelajaran tematik terpadu menggunakan angklung.

2. Guru Bidang Studi

Bagi guru mata pelajaran, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu model pembelajaran di sekolah yaitu Pembelajaran Tematik Terpadu, sehingga dapat menerapkan model pembelajaran ini dalam setiap mata pelajaran yang dikembangkan di SD Negeri 25 khususnya untuk siswa kelas IV.

3. Bagi Siswa

Siswa akan mendapatkan pembelajaran temtaik terpadu yang lebih bermakna dan berkualitas.

4. Manfaat bagi institusi SDN 25 Tanjung Enim

Bagi institusi pendidikan, hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan dan bahan masukan dalam rangka perbaikan penyelenggaraan kurikulum sekolah di SD Negeri 25 Tanjung Enim.

5. Manfaat bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengetahuan bagi masyarakat berupa informasi mengenai penerapan Pembelajaran Tematik Terpadu menggunakan media di SD Negeri 25 Tanjung Enim, yang diharapkan juga dapat mengenalkan dan membantu proses pembelajaran tematik terpadu di masyarakat.


(9)

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan


(1)

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

milik dunia. Atas rintisan Daeng Soetigna, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI melalui SK. Mendikbud No. 082/1968 pada 23 Agustus 1968 menetapkan angklung sebagai media pendidikan. Keputusan menteri ini dikeluarkan atas dasar pemikiran bahwa terkandung sifat-sifat baik dalam permainan angklung seperti kerjasama, disiplin, keterampilan, tanggung jawab, dan olah rasa musikalitas. Namun sayangnya keberadaan angklung dalam dunia pendidikan formal di Indonesia belumlah optimal.

Studi lapangan terkait proses pembelajaran angklung di sekolah dilaporkan oleh Karlina (2009), Yuyus dan Oom (2010), serta Widyarahman (2011) menjelaskan bahwa pembelajaran angklung di tingkat sekolah dasar dilaksanakan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Menurut Milyartini dan Sukmayadi (2013, hlm. 3) menjelaskan bahwa proses belajar yang dikembangkan cenderung pada upaya memainkan lagu atau karya yang sudah ada dengan penekanan pada keterampilan motorik dan pengetahuan musik. Potensi angklung sebagai media pendidikan belum digunakan secara optimal. Sebaliknya, studi terkait pemanfaatan angklung dalam pendidikan luar biasa dan inklusi yang dilakukan oleh Nurhaeni (2011), Belgis (2011), dan Anjelia (2012) menunjukkan bahwa penggunaan angklung sebagai media pembelajaran mampu membantu siswa tunagrahita ringan, dan siswa autis dalam mengembangkan kemampuan interaksi sosial.

Menurut penulis, konsep matematika yang dapat dikenalkan angklung yaitu mengenal konsep pecahan senilai dan melakukan hitung pecahan menggunakan angklung tersebut. Siswa juga dapat mengidentifikasi nilai not dalam bentuk angka melalui permainan angklung dibunyikan. Pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, penulis memanfaatkan angklung dengan memainkan lagu Garuda Pancasila. Kemudian siswa disuruh mengingat pancasila sebagai dasar negara Indonesia yang pada akhirnya akan dijelaskan tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara Indonesia dalam lingkungan sehari-hari, di rumah, maupun di sekolah. Pada mata pelajaran bahasa Indonesia, siswa dapat memainkan


(2)

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

angklung dengan lagu daerah Jawa Barat yang kemudian akan diartikan kembali ke bahasa Sumatera Selatan. Dengan demikian, siswa bisa mengenal berbagai bahasa di Indonesia. Begitu pula pada mata pelajaran Seni Budaya, siswa tidak hanya bisa mempelajari musiknya saja, tetapi siswa juga bisa mempelajari gerak dan tari pada permainan angklung. Hal ini bisa mengajarkan siswa bagaimana cara mengagumi ciri khas keindahan karya seni dan karya berbagai daerah sebagai anugrah Tuhan.

Dalam penelitian ini, penulis memilih angklung sebagai media kreasi untuk pengait mata pelajaran sekolah dasar dalam pengajaran tematik terpadu. Peneliti memilih beberapa mata pelajaran yang sangat cocok untuk dikaitkan melalui media angklung. Diantaranya adalah mata pelajaran Seni Budaya, Bahasa Indonesia, Pendidikan Kewarganegaraan, dan Matematika. Melalui angklung atau media abstrak atau konkret yang disediakan oleh peneliti, maka murid secara tidak langsung dapat mengungkapkan pendapat dan berdiskusi tentang media atau instrument angklung yang berasal dari daerah luar Sumatera Selatan. Selain itu melalui media seni tersebut, murid bisa berkomunikasi serta memanfaatkan media tersebut sebgai alat transformasi budaya (Bahasa Indonesia). Keanekaragaman budaya tersebut juga mengajarkan peserta untuk bisa saling menghargai, berprilaku, bekerja sama sesuai dengan tema yang telah dipilih peneliti yaitu Indahnya Kebersamaan (PKN).

Pada pembelajaran ini, peneliti menjembatani setiap mata pelajaran melalui lagu „Boneka Abdi sebagai penghubung mata pelajaran yang telah dipilih peneliti. Selain dapat memainkan angklung dengan teknik yang benar, peneliti juga mengajarkan peserta didi tentang unsur-unsur musikal yang ada pada lagu yang dimainkan (Seni Budaya). Peserta didik juga dapat menghitung unsur musik yang ada dalam lagu, dapat berpikir kritis dengan mendeskripsikan lagu tersebut dan

menginterpretasikan fenomena yang ada pada lagu „Boneka Abdi” (Matematika).

Pengajaran ini tidak hanya berpacu dengan kurikulum atau petunjuk yang sudah ada di sekolah. Penulis juga bisa melihat respon atau pandangan siswa terhadap


(3)

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

angklung yang merupakan alat musik yang berasal dari daerah diluar sumatera. Penulis juga akan membahas tentang bagaimana respon atau pandangan guru-guru atau pihak sekolah mengenai model pembelajaran tematik terpadu, apakah hasil belajar dengan model ini bisa bertahan lama? Dan apakah angklung memiliki pengaruh besar terhadap pembelajaran tematik terpadu tersebut?

Berdasarkan latar belakang pemikiran di tas, maka langkah yang ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut dengan melakukan penelitian melalui metode kuantitatif dengan judul “Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kleas IV di SD Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan. Dari hasul penelitian yang penulis dapat menemukan adanya kontribusi antara penerapan pembelajarn tematik terpadu dengan pendidikan, kurikulum serta pemerhati pendidikan.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yang ditemui yaitu:

1. kurikulum sekolah selalu ketinggalan dengan pertumbuhkembangan

pengetahuan yang sangat pesat dalam berbagai bidang. Kemajuadjn pengetahuan itu tidak serta merta dapat diadopsi dalam kurikulum. Akibatnya, apa yang sedang dan telah dipelajari siswa kerap basi dan usang karena telah tertinggal jauh oleh perkembangan yang terjadi.

2. Kegiatan pembelajaran di sekolah seringkali membosankan karena mata

pelajaran masih terpisah dan dibentengi dengan batasan waktu sehingga siswa belajar dengan terpenggal-penggal dan terputus-putus tanpa memedulikan ketuntasan dan keutuhan.

3. Siswa Kelas IV SD Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan belum memliki

banyak pengalaman belajar dengan menggunakan media dan di sekolah belum diterapkan konsep pembelajaran Tematik Terpadu sehingga siswa lebih banyak


(4)

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mendengarkan uraian guru tanpa adanya pembelajaran pengamatan dan praktek langsung.

C.RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, yang menjadi fokus penelitian ini adalah bagaimana penerapan pembelajaran tematik terpadu untuk siswa kelas 4 di SD Negeri 25 dengan menggunakan angklung dengan pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana desain konsep pembelajaran tematik terpadu dengan menggunakan

angklung untuk siswa kelas 4 di SD Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan?

2. Bagaimana langkah-langkah pembelajaran tematik terpadu untuk siswa kelas 4

di SD Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan?

3. Apa implikasi penerapan pembelajaran tematik terpadu untuk siswa kelas 4 di

SD Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan dengan menggunakan angklung?

D.TUJUAN PENELITIAN

Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas desain konsep penerapan angklung sebagai media pembelajaran tematik terpadu untuk siswa kelas IV di SDN 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan. Sehingga dapat menemukan metodologi pembelajaran seni secara inovatif, kreatif, efektif, dan efisien.

Secara operasional, penelitian ini bertujuan untuk menguji coba desain konsep,

menerapkan langkah-langkah pembelajaran serta implikasinya terhadap

pembelajarn tematik terpadu di SD Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan.


(5)

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi atau masukan kepada guru mata pelajaran seni budaya, institusi pendidikan, dan masyarakat. Adapun manfaat tersebut adalah sebagai berikut:

1. Manfaat bagi peneliti

Hasil penelitian ini akan menambah wawasan dan pengetahuan dalam menerapkan pembelajaran tematik terpadu menggunakan angklung.

2. Guru Bidang Studi

Bagi guru mata pelajaran, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu model pembelajaran di sekolah yaitu Pembelajaran Tematik Terpadu, sehingga dapat menerapkan model pembelajaran ini dalam setiap mata pelajaran yang dikembangkan di SD Negeri 25 khususnya untuk siswa kelas IV.

3. Bagi Siswa

Siswa akan mendapatkan pembelajaran temtaik terpadu yang lebih bermakna dan berkualitas.

4. Manfaat bagi institusi SDN 25 Tanjung Enim

Bagi institusi pendidikan, hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan dan bahan masukan dalam rangka perbaikan penyelenggaraan kurikulum sekolah di SD Negeri 25 Tanjung Enim.

5. Manfaat bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengetahuan bagi masyarakat berupa informasi mengenai penerapan Pembelajaran Tematik Terpadu menggunakan media di SD Negeri 25 Tanjung Enim, yang diharapkan juga dapat mengenalkan dan membantu proses pembelajaran tematik terpadu di masyarakat.


(6)

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan