BAB II KAJIAN PUSTAKA - Aris Hartanti BAB II

  1. Pengertian Modul Modul adalah salah satu bentuk bahan ajar yang berupa bahan cetakan. Ada beberapa pengertian tentang modul, antara lain: a. Modul adalah suatu unit yang lengkap yang berdiri sendiri danterdiri atas suatu rangkaian kegiatan yang disusun untuk membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas(Nasution, 2010).

  b. Modul merupakan paket belajar mandiri yang meliputi serangkaian pengalaman belajar yang direncanakan dan dirancang secara sistematis untuk membantu peserta didik mencapai tujuan belajar. (Mulyasa, 2006)

  c. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia modul adalah komponen dari suatu sistem yang berdiri sendiri, tetapi menunjang program dari sistem itu; unit kecil dari satu pelajaran yang dapat beroperasi sendiri; kegiatan program belajar-mengajar yang dapat dipelajari oleh murid dengan bantuan yang minimal dari guru pembimbing.

  Dengan memperhatikan beberapa pengertian modul di atas kita dapat menyimpulkan bahwa modul adalah paket belajar mandiridikemas secara utuh dan sistematis,danterdiri atas suatu rangkaian kegiatan yang

  4 didesain untuk membantu peserta didik menguasai tujuan belajar yang spesifik dengan bantuan yang minimal dari guru (pembimbing).

  2. Karakteristik Modul Untuk menghasilkan modul yang mampu meningkatkan motivasi penggunanya, maka modul harus mencakup beberapa karakteristik tertentu. Karakteristik untuk pengembangan modul antara lain (Depdiknas, 2008):

  a. Self instructional

  Self Instructional yaitu melalui modul siswa mampu membelajarkan

  diri sendiri, tidak tergantung pada pihak lain. Untuk memenuhi karakter

  self instructional , maka modul harus:

  1) Berisi tujuan yang dirumuskan dengan jelas; 2) Berisi materi pembelajaran ynag dikemas ke dalam unit-unit kecil/spesifik sehingga memudahkan belajar secara tuntas; 3) Menyediakan contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan materi pembelajaran; 4) Menampilkan soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang memungkinkan pengguna memberikan respond an mengukur tingkat penguasaannya;

  5) Kontekstual yaitu materi-materi yang disajikan terkait dengan suasana atau konteks tugas dan lingkungan penggunanya; 6) Menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif; 7) Terdapat rangkuman materi pembelajaran;

  8) Terdapat instrumen penilaian/assesmen, yang memungkinkan pengguna melakukan self assessment; 9) Terdapat instrumen yang dapat digunakan penggunanya mengukur atau mengevaluasi tingkat penguasaan materi;

  10) Terdapat umpan balik atas penilaian, sehingga penggunanya mengetahui tingkat penguasaan materi; dan 11) Tersedia informasi tentang rujukan rujukan/pengayaan/referensi yang mendukung materi pembelajaran yang dimaksud.

  b.

   Self Contained

Self Contained yaitu seluruh materi pembelajaran dari satu unit

  kompetensi atau sub kompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu modul secara utuh.Tujuan dari konsep ini adalah memberikan kesempatan pembelajar mempelajari materi pembelajaran yang tuntas, karena materi dikemas ke dalam satu kesatuan yang utuh.Jika harus dilakukan pembagian atau pemisahan materi dari satu unit kompetensi harus dilakukan dengan hati-hati dan memperhatikan keluasan kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa.

  c.

Stand Alone Stand Alone yaitu modul yang dikembangkan tidak tergantung pada

  media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media lain. Dengan menggunakan modul, pembelajar tidak tergantung dan harus menggunakan media yang lain untuk mempelajari dan atau mengerjakan tugas pada modul tersebut. Penyusunan modul harus selengkap mungkin agar siswa dapat mempelajari materi, mengerjakan soal-soal latihan, tes formatif tanpa menggunakan bahan ajar lain. Jadi dengan hanya mempelajari modul siswa dapat menguasai materi tanpa harus mencari bahan ajar lain.

  d. Adaptif Adaptifyaitu modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi.Dikatakan adaptif jika modul tersebut dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.Dengan memperhatikan percepatan perkembangan ilmu dan teknologi pengembangan modul hendaknya tetap “up to

  date

  ”.Modul yang adaptif adalah jika isi materi pembelajaran dapat digunakan sampai dengan kurun waktu tertentu.

  e.

User Friendly User Friendly yaitu modul hendaknya bersahabat dengan

  pemakainya.Setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam merespon, mengakses sesuai dengan keinginan.Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti serta menggunakan istilah yang umum digunakan.

  3. Tujuan Penyusunan Modul Adapun tujuan penyusunan atau pembuatan modul menurut

  Prastowo ( 2011) antara lain: a. Agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan pendidik (yang minimal). Seperti pada pengertiannya, modul merupakan paket belajar mandiri sehingga diharapkan dengan modul siswa dapat belajar dengan mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru yang minimal.

  b. Agar peran pendidik tidak terlalu dominan dan otoriter dalam kegiatan pembelajaran. Dengan adanya modul, diharapkan siswa lebih aktif dan mandiri dalam belajar sehingga peran pendidik tidak terlalu dominan dalam pembelajaran.

  c. Melatih kejujuran peserta didik. Dalam modul terdapat umpan balik agar siswa dapat mengukur sendiri tingkat penguasaan materinya, sehingga siswa dapat melatih kejujurannya sendiri.

  d. Mengakomodasi berbagai tingkat dan kecepatan belajar peserta didik.

  Bagi peserta didik yang kecepatan belajarnya tinggi, maka mereka dapat belajar lebih cepat serta menyelesaikan modul dengan lebih cepat pula. Dan sebaliknya bagi yang lambat, maka mereka dipersilahkan untuk mengulanginya kembali.

  e. Agar peserta didik mampu mengukur sendiri tingkat penguasaan materi yang telah dipelajari. Siswa dapat mengukur tingkat penguasaan materinya sendiri dengan umpan balik dan tindak lanjut yang tersedia dalam modul.

  4. Keunggulan dan Keterbatasan Pembelajaran dengan Modul Keunggulan pembelajaran dengan sistem modul yang dikemukakan oleh Mulyasa (2006) adalah sebagai berikut: a. Berfokus kepada kemampuan individual siswa, karena pada hakekatnya mereka memiliki kemampuan untuk bekerja sendiri dan lebih bertanggung jawab atas tindakan-tindakannya sehingga akan mendorong kemandirian belajar siswa.

  b. Adanya kontrol terhadap hasil belajar melalui penggunaan standar kompetensi dalam setiap modul yang harus dicapai oleh siswa. Pada setiap akhir kegiatan belajar diberikan umpan balik sehingga siswa dapat mengetahui tingakat hasil belajarnya.

  c. Relevansi kurikulum ditunjukkan dengan adanya tujuan dan cara pencapaiannya, sehingga siswa dapat mengetahui keterkaitan antara pembelajaran dan hasil yang akan diperolehnya.

  Di samping memiliki keunggulan, modul juga memiliki keterbatasan sebagai berikut (Mulyasa, 2006): a. Penyusunan modul yang baik membutuhkan keahlian tertentu. Sukses atau gagalnya suatu modul bergantung pada penyusunnya.

  b. Sulit menentukan proses penjadwalan dan kelulusan, serta membutuhkan manajemen pendidikan yang sangat berbeda dari pembelajaran konvensional.

  c. Dukungan pembelajaran berupa sumber belajar, pada umumnya cukup mahal, karena setiap peserta didik harus mencarinya sendiri. Berbeda dengan pembelajaran konvensional, sumber belajar seperti alat peraga dapat digunakan bersama-sama dalam pembelajaran.

  5. Peran Guru dalam sistem modul Pada umumnya sebuah modul sudah mencakup seluruh kegiatan belajar yang harus ditempuh oleh peserta didik, sehingga guru tidak lagi menjadi unsur pokok di dalam mempelajari kompetensi.Dalam hal ini, peran guru hanya sebagai pembimbing saja.Oleh karena itu, guru dalam sistem pembelajaran modul ini tugasnya bukan untuk menyampaikan bahan kepada peserta didik sebagaimana halnya dalam sistem biasa.

  Menurut Mulyasa (2006) tugas utama guru dalam dalam sistem modul adalah mengorganisasi dan mengatur proses belajar antara lain : a. Menyiapkan situasi pembelajaran yang kondusif. Situasi yang kondusif sangat penting dalam pembelajaran. Dengan situasi yang kondusif siswa dapat belajar dengan nyaman sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

  b. Membantu peserta didik yang mengalami kesulitan didalam memahami isi modul atau pelaksanaan tugas. Kemampuan peserta didik dalam memahami isi modul atau pelaksanaan suatu tugas berbeda-beda, siswa dengan kemampuan tinggi biasanya dapat memahami dengan baik, sebaliknya siswa dengan kemampuan rendah terkadang masih menemui kesulitan, sehingga peran guru dapat berfungsi untuk membantu siswa dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi. c. Melaksanakan penelitian terhadap setiap peserta didik. Pelaksanaan penelitian terhadap setiap peserta didik diharapkan dapat mengoptimalkan pencapaian tujuan pembelajaran dengan baik. Melalui penelitian, guru dapat menemukan letak kesulitan belajar siswa dan mencari cara untuk mengatasinya.

  B. Bernuansa islami.

  Istilah “nuansa” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (pusat bahasa Depdiknas, 2007) berarti variasi atau perbedaan yang sangat halus atau kecil sekali (tentang warna, kualitas). Bernuansa berarti mempunyai variasai atau perbedaan dengan yang lain . Sedangkan pengertian islami dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah bersifat islam. Islam sendiri mempunyai arti agama yang diajarkan oleh nabi Muhammad SAW.Secara umum ajaran agama islam itu terdiri atas tiga bagian besar yaitu akidah,

  syari’ah dan akhlak (Anshari, 1986).

  Jadi dapat disimpulkan bahwa bernuansa islami adalah mempunyai variasai atau perbedaan yang terletak pada pemberian unsur-unsur pokok ajaran agama islam yaitu akidah, syariah dan akhlak. Akan tetapi, dalam modul pembelajaran matematika bernuansa islami yang akan dikembangkan, unsur pokok ajaran islami yang penulis ambil adalah unsur akhlak.

  Muhammad „Abdullah Draz dalam bukunya Dustur al-Akhlaq fi al-

  Islam (dalam Ilyas, 2001) membagi ruang lingkup akhlak kepada lima bagian,

  yaitu : a. Akhlak Pribadi (al-akhlaq al fardiyah). b. Akhlak Berkeluarga(al-akhlaq al-usariyah)

  c. Akhlak Bermasyarakat (al-akhlaq al-

  ijtima’iyah)

  d. Akhlak Bernegara (akhlaq ad-daulah)

  e. Akhlak Beragama/Akhlak kepada Allah (al-akhlaq ad-diniyyah) Dari sistematika yang dibuat oleh „Abdullah Draz di atas tampaklah bahwa ruang lingkup akhlak itu sangat luas, mencakup seluruh aspek kehidupan, baik secara vertikal dengan Allah SWT maupun horizontal dengan sesama makhluknya.

  Adapun penjabaran dari kelima ruang lingkup di atas adalah sebagai berikut: a. Akhlak Pribadi (al-akhlaq al fardiyah).

  Akhlak pribadi mempunyai 10 cakupan yaitu shidiq , amanah, istiqamah,

  

iffah , , malu, sabar, dan pemaaf. Dari 10 cakupan di

syaja’ah, tawadhu’

  atas, diambil 1 unsur sebagai tambahan nuansa dalam modul yang akan dikembangkan yaitu amanah. Amanah artinya dipercaya.Amanah dalam pengertian sempit adalah memelihara titipan dan pengembaliannya dalam keadaan semula.Sedangkan dalam pengertian luas amanah mencakup banyak hal yaitu misalnya menyimpan rahasia orang lain, menjaga kehormatan orang lain, menunaikan tugas-tugas dengan baik, dan sebagainya.Sifat amanah sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam QS An-

  Nisa‟ayat 58 yang berbunyi, “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menyampaikan amanat

  kepada yang berhak menerimanya

  .”.Lunturnya sifat amanah dapat menyebabkan hal-hal yang buruk misalnya saja dalam hal pinjam buku di perpustakaan, seringkali buku kembali dalam keadaan kotor, rusak, dan sebagainya.

  b. Akhlak dalam Keluarga Akhlak dalam keluarga mempunyai 4 cakupan yaitu birrul walidain, hak kasih sayang suami istri, kasih sayang dan tanggung jawab orang tua terhadap anak serta silaturahim dengan karib dan kerabat. Dari 4 cakupan tersebut diambil unsur birrul walidain sebagai nuansa dalam modul yang akan dikembangkan. Birrul walidain berasal dari kata birru dan al-

  

walidain .Birru artinya kebajikan dan al-walidain artinya dua orang

  tua.Sehingga birrul walidain mempunyai arti berbuat kebajikan kepada kedua orang tua.Birrul walidain atau berbuat baik kepada kedua orang tua sangat penting untuk kehidupan siswa.Hal ini sesuai dengan perintah Allah dalam QS. Lukman ayat 14 :

  “Dan Kami perintahkan kepada manusia

(untuk berbuat baik) kepada kedua orang tuanya, (terutama kepada

ibunya), karena ibunyalah yang mengandungnya dengan berbagai susah

payah, dan menyapihnya dalam (umur) dua tahun. Oleh karena itu

hendaklah kamu bersyukur kepada Ku (hai manusia) dan juga kepada

k edua orang tuamu.”

  c. Akhlak dalam Bermasyarakat Akhlak dalam bermasyarakat mempunyai 5 cakupan yaitu bertamu dan menerima tamu, hubungan baik dengan tetangga, hubungan baik dengan masyarakat, pergaulan muda-mudi, dan ukhuwah islamiyah. Dari kelima cakupan tersebut yang akan diambil sebagai tambahan nuansa islami dalam modul adalah bertamu dan menerima tamu. Dalam bertamu dan menerima tamu, islam memberikan tuntunan bagaimana adab yang baik dalam bertamu dan menerima tamu. Dewasa ini, adab dalam bertamu dan menerima tamu mulai luntur dari diri siswa.Contohnya saja tidak mengucap salam sebelum masuk rumah orang lain, langsung masuk tanpa dipersilahkan, dan sebagainya. Oleh karena itu, adab dalam bertamu dan menerima tamu perlu untuk dikembangkan.

  d. Akhlak dalam Bernegara Akhlak bernegara mempunyai 4 cakupan yaitu musyawarah, menegakkan keadilan,

  amar ma’ruf nahi munkar dan hubungan pemimpin dan yang

  dipimpin. Adapun unsur yang akan diambil sebagai nuansa adalah musyawarah. Musyawarah berarti mengatakan atau mengajukan sesuatu.Musyawarah dilakukan untuk memutuskan suatu perkara dengan mempertimbangkan pendapat dari semua pihak yang bersangkutan.

  Musyawarah sangat penting dikembangkan dalam diri siswa karena siswa adalah calon pemimpin yang nantinya akan terjun langsung ke masyarakat.

  Dalam masyarakat, musyawarah sangat penting dilakukan dalam pengambilan keputusan untuk kepentingan bersama.Sehingga pengetahuan musyawarah perlu di tanamkan sejak dini pada diri siswa.

  e. Akhlak dalam Beragama (Akhlak kepada Allah) Akhlak dalam beragama meliputi 8 cakupan yaitu taqwa, cinta dan ridha, ikhlas, khauf dan

  raja’, tawakal, syukur, muraqabah, dan taubat. Dari 10 cakupan di atas, diambil nilai syukur sebagai tambahan nuansa islami dalam modul.Syukur ialah respon terhadap nikmat atau pemberian yang diterima.Allah SWT memerintahkan kepada kau muslimin untuk bersyukur kepadaNya.FirmanNya :

  “Karena itu, ingatlah kamu kepadaKu niscaya Aku ingat pula kepadamu, dan bersyukurlah kepadaKu, dan janganlah kamu mengingkari nikmatKu”(QS. Al-Baqarah 2 : 152).

  Dewasa ini, siswa kurang bisa memaknai syukur dalam kehidupan sehari- hari. Hal ini terlihat dari kebiasaan siswa yang mengungkapkan rasa syukur lulus UAN dengan cara yang tidak semestinya. Contoh : mencoret- coret seragam sekolah dijalan raya, konvoi sepeda motor, dan sebagainya.

  Oleh karena itu, penanaman tentang cara bersyukur yang baik perlu diberikan kepada siswa agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

  Penjabaran di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa unsur-unsur akhlak yang perlu dikembangkan dalam modul yaitu: 1) akhlak pribadi yaitu amanah 2) akhlak berkeluarga yaitu birrul walidain, 3) akhlak bermasyarakat yaitu bertamu dan menerima tamu, 4) Akhlak bernegara yaitu musyawarah, 5) Akhlak dalam beragama yaitu syukur.

  C. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model pengembangan 4-D (Four D) merupakan model pengembangan perangkat pembelajaran. Model ini dikembangkan oleh S. Thiagarajan,

  Dorothy S. Semmel, dan Melvyn I. Semmel. Model pengembangan 4D terdiri atas 4 tahap utama yaitu: (1) Define (pendefinisian), (2) Design(perancangan),

  (3) Develop (pengembangan) dan Disseminate (penyebaran). Model ini digambarkan seperti diagram di bawah ini:

  Analisis Awal Akhir p en gi d

  Analisis Siswa en tif

  Analisis Tugas Analisis Konsep ik a si an

  Spesifikasi Tujuan Pembelajaran Penyusunan Tes p er an

  Pemilihan Media can gan

  Pemilihan Format Rancangan Awal Pe n

  Validasi Ahli ge m b an

  Uji Pengembangan ga n

  Uji Validasi Pe n

  Pengemasan ye b ar an

  Penyebaran dan Pengadobsian

  Diagram 2.1 Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran 4-D Thiagarajan (Trianto, 2009)

  Secara garis besar keempat tahap tersebut adalah sebagai berikut:

  a. Tahap Pendefinisian (Define) Tujuan tahap ini adalah menetapkan dan mendefinisikan syarat- syarat pembelajaran. Dalam menentukan dan menetapkan syarat-syarat pembelajaran diawali dengan analisis tujuan dari batasan materi yang dikembangkan perangkatnya. Tahap ini meliputi 5 langkah pokok, yaitu : 1) Analisis Awal-Akhir

  Analisis awal-akhir bertujuan untuk menentukan masalah dasar yang dihadapi dalam pembelajaran sehingga dibutuhkan pengembangan bahan pembelajaran . 2) Analisis Siswa

  Tujuan analisis siswa adalah menelaah karakteristik siswa yang sesuai dengan rancangan dan perkembangan materi pelajaran.

  3) Analisis Konsep Analisis konsep bertujuan untuk mengidentifikasi, merinci dan menyusun secara sistematis konsep-konsep yang relevan yang akan diajarkan berdasarkan analisis awal akhir. 4) Analisis Tugas

  Analisis tugas adalah prosedur untuk menentukan isi dalam satuan pembelajaran. Analisis tugas dilakukan untuk merinci isi materi ajar dalam bentuk garis besar. 5) Spesifikasi Tujuan Pembelajaran

  Spesifikasi tujuan pembelajaran ditujukan untuk mengkonversikan tujuan dari analisis tugas dan analisis konsep menjadi tujuan-tujuan pembelajaran khusus, yang dinyatakan dengan tingkah laku. b. Tahap Perancangan (Design) Tujuan tahap ini adalah untuk merancang prototipe perangkat pembelajaran yang meliputi empat langkah, yaitu: 1) penyusunan tes acuan patokan, 2) pemilihan media, 3) pemilihan format, 4) desain awal (rancangan awal).

  c. Tahap Pengembangan (Develop) Tujuan pengembangan adalah untuk menghasilkan draft perangkat pembelajaran yang telah direvisi berdasarkan masukan para ahli dan data yang diperoleh dari uji coba. Pada tahap pengembangan ini terdapat dua langkah kegiatan, yaitu penilaian para ahli dan uji coba.

  d. Tahap Penyebaran (Disseminate) Maksud dari tahap ini adalah menyebarkan perangkat pembelajaran dan instrument penelitian setelah direvisi berdasarkan hasil validasi para ahli dan hasil uji coba.

  D. Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel adalah salah satu pokok bahasan di SMP kelas VIII semester gasal. Adapun rincian Standar

  Kompetensi dan Kompetensi dasar dalam materi ini adalah : Standar Kompetensi : 2. Memahami sistem persamaan linear dua variabel dan menggunakannya dalam pemecahan masalah

Tabel 2.1 Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

  Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

  2.1 Menyelesaikan sistem Menyebutkan perbedaan PLDV dan persamaan linear dua SPLDV variabel

  Mengidentifikasi SPLDV dalam berbagai bentuk dan variabel

  Menentukan penyelesaian SPLDV dengan metode grafik, substitusi, eliminasi dan gabungan eliminasai substitusi

  2.2 Membuat model Membuat Model matematika dari matematika dari masalah masalah sehari-hari yang berkaitan sehari-hari yang berkaitan dengan SPLDV dengan SPLDV

  2.3 Menyelesaikan model Menyelesaikan model matematika dari matematika dari masalah masalah yang berkaitan dengan SPLDV yang berkaitan dengan SPLDV

  E. Modul Pembelajaran Matematika Bernuansa Islami Modul matematika bernuansa islami merupakan modul yang disusun dengan menambahkan nuansa islami khususnya akhlak kedalam modul tersebut seperti dalam ilustrasi materi, contoh soal dan gambar. Contoh:

  a. Dalam petunjuk penggunaan modul diawali dengan basmalah dan diakhiri dengan hamdalah serta diberi panduan doa sebelum dan sesudah belajar.

  b. Ilustrasi pada kegiatan belajar 1 mengandung nuansa islami yaitu akhlak bermasyarakat (bertamu dan menerima tamu).