BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Tentang Guru - BAB II DANI PANGASTIKA PPKn'16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Tentang Guru

  1. Pengertian Guru Guru merupakan bagian penting dalam pembelajaran. Menurut

  Sa’ud (2010: 32) mengemukakan bahwa : Guru memegang peranan strategis terutama dalam upaya membentuk watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan. Dari dimensi tersebut, peranan guru sulit digantikan oleh orang lain. Dipandang dari dimensi pembelajaran, peranan guru dalam masyarakat Indonesia tetap dominan sekalipun teknologi yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran berkembang pesat. Hal ini disebabkan karena ada dimensi-dimensi proses pendidikan, atau lebih khusus bagi proses pembelajaran, yang diperankan oleh guru yang tidak dapat digantikan oleh teknologi.

  Jadi, guru peranannya tetap dominan dalam upaya pembentukkan watak bangsa dan perilaku yang memiliki kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan.

  Pembahasan mengenai guru selalu menarik, karena ia adalah kunci pendidikan. Artinya, jika guru sukses, maka kemungkinan besar siswanya akan sukses. Asmani (2014 : 17) mengemukakan :

  Guru adalah figur inspirator dan motivator murid dalam mengukir masa depannya. Jika guru mampu menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi anak didiknya, maka hal itu akan menjadi kekuatan anak didik dalam mengajar cita-cita besarnya di masa depan.

  Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa guru adalah teladan, figur inspirator dan motivator siswa dalam mengukir masa depan. Guru juga

  12 mempunyai peran penting dalam strategis terutama dalam upaya membentuk watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan. Peran guru dalam era teknologi tetap dominan dan tak bisa digantikan oleh teknologi. Meskipun teknologi sudah berkembang tetapi teknologi tetap tidak bisa menggantikan peran guru pembelajaran, namun teknologi hanya membantu proses pembelajaran.

  2. Fungsi dan Tugas Guru Selain sebagai aktor utama kesuksesan pendidikan yang dicanangkan, ada beberapa fungsi dan tugas lain seorang guru.

  Asmani (2014: 39-54) menyatakan bahwa : a.

   Educator (pendidik)

  Tugas pertama guru adalah mendidik murid-murid sesuai dengan materi pelajaran yang diberikan kepadanya. Sebagai seorang

  educator , ilmu adalah syarat utama. Membaca , menulis,

  berdiskusi, mengikuti informasi, dan responsive terhadap masalah kekinian sangat menunjang peningkatan kualitas ilmu guru.

  b. Leader (pemimpin) Guru juga seorang pemimpin kelas. Karena itu, ia harus bisa menguasai, mengendalikan, dan mengarahkan kelas menuju tercapainya tujuan pembelajaran yang berkualitas. Sebagai pemimpin guru harus terbuka, demokratis, egaliter, dan menghindari cara-cara kekerasan.

  c. Fasilitator Sebagai fasilitator, guru harus bertugas memfasilitasi murid untuk menemukan dan mengembangkan bakatnya secara pesat. Seorang guru hanya boleh memberikan bimbingan, arahan, dan visi hidup ke depan, sehingga anak didik bersemangat mencari bakat unik dan potensi terbesarnya demi meraih impian hidup di masa depan.

  d. Motivator Sebagai seorang motivator, guru adalah psikolog yang diharapkan mampu menyelami psikolog anak didiknya, sehingga mengetahui kondisi lahir batinnya. Dan, dari pengetahuan ini, seorang guru akan mencari motivasi model apa yang cocok bagi anak didiknya. e. Administrator Sebagai seorang guru, tugas administrasi sudah melekat dalam dirinya, dari mulai melamar menjadi guru, kemudian diterima dengan bukti surat keputusan yayasan, surat instruksi kepala sekolah, dan lain-lain. Urusan yang ada lingkup pendidikan formal biasanya memakai prosedur administrasi yang rapid an tertib.

  f. Evaluator Dengan evaluasi ini, guru diharapkan lebih baik dalam segala hal, kapasitas intelektualnya, integritas kepribadiannya, pendekatan metodologi pengajarannya yang lebih segar, prodresif, aktual, dan performance yang lebih menarik dan energik.

  Pendapat dari ahli diatas peneliti dapat menyimpulkan tujuan dan fungsi peran guru yaitu pertama sebagai Educator (pendidik) guru adalah mendidik murid-murid sesuai dengan materi pelajaran yang diberikan kepadanya. Kedua sebagai pemimpin yaitu guru harus bisa memimpin dan menguasai kelas agar dapat mengarahkan ke kelas yang berkualitas baik. Ketiga, sebagai fasilitator, guru harus bertugas memfasilitasi murid untuk menemukan dan mengembangkan bakatnya secara pesat. Keempat sebagai seorang motivator, guru adalah psikolog yang diharapkan mampu menyelami psikolog anak didiknya, sehingga mengetahui kondisi lahir batinnya. Kelima sebagai seorang guru, tugas administrasi sudah melekat dalam dirinya, dari mulai melamar menjadi guru, kemudian diterima dengan bukti surat keputusan yayasan, surat instruksi kepala sekolah, dan lain-lain. Keenam, evaluator dengan evaluasi ini, guru diharapkan lebih baik dalam segala hal.

  Lickona (2013: 150) menyatakan bahwa: Dalam menjalankan tugasnya sebagai pengelola kelas, guru juga berfungsi sebagai pembimbing moral, mengajarkan pada siswa mengapa menyela adalah perbuatan yang tidak sopan, menyerobot antrian adalah perbuatan yang tidak adil, mengejek orang itu tidak baik, dan meminjam barang orang lain tanpa meminta izin adalah perbuatan yang tidak menghormati, dan seterusnya.

  Akan tetapi, menegaskan kewenangan tidak lantas menjadikan guru sebagai sosok yang otoriter. Kewenangan akan berfungsi dengan sangat baik jika disertai dengan rasa hormat dan kasih sayang. Tanggung jawab ini memberi guru hak untuk meminta siswa mengikuti pengarahan, mengerjakan tugas, mematuhi aturan kelas dan menghentikan perilaku yang dianggap bertentangan dengan kepentingan seseorang atau seluruh kelas.

  Pengertian yang sudah dikemukakan oleh para ahli, peneliti dapat menyimpulkan bahwa tujuan dan fungsi guru yaitu guru bersikap baik agar bisa menjadi teladan bagi siswanya, guru juga bertugas membimbing, mengajarkan dan mengarahkan siswa agar bisa memiliki watak atau karakter dan kepribadian berdisiplin yang baik dan nantinya bisa menjadi warga negara yang baik.

  3. Kompetensi Guru Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab IV Pasal 10 ayat (1) menyebutkan bahwa “Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesioanal yang diperoleh melalui pendidikan.

  Menurut Pudjosumedi (2013 : 79-97) menyatakan bahwa : Guru sebagai agen pembelajaran diharapkan memiliki empat jenis kompetensi guru, yaitu : a. Kompetensi Pedagogik, pada dasarnya adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi

  Pedagogik merupakan kompetensi khas, yang akan membedakan guru dengan profesi lainnya dan akan menentukan tingkat keberhasilan proses dan hasil pembelajaran peserta didiknya.

  b. Kompetensi Kepribadian, penerapan disiplin yang baik dalam proses pendidikan akan menghasilkan sikap mental, watak dan kepribadian siswa yang kuat. Pribadi guru adalah hal yang sangat penting. Esensi kompetensi kepribadian guru semuanya bermuara ke dalam intern pribadi guru.

  c. Kompetensi Sosial, merupakan salah satu jenis kompetensi yang harus dimiliki oleh anak-anak dan pemilikan kompetensi ini merupakan suatu hal yang penting. Kemampuan sosial meliputi kemampuan guru dalam berkomunikasi, bekerja sama, bergaul simpatik, dan mempunyai jiwa yang menyenangkan.

  d. Kompetensi Profesional, merupakan kemampuan seorang guru dalam penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi penguasaan materi keilmuan, penguasaan kurikulum dan silabus sekolah, metode khusus pembelajaran bidang studi serta pengembangan wawasan etika dan pengembangan profesi.

  Berdasarkan pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa seorang guru harus mempunyai 4 kompetensi guru, yaitu kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran. Kedua, kompetensi kepribadian yang mana guru harus mempunyai kepribadian yang baik untuk menjadi teladan. Ketiga, kompetensi sosial, guru harus bisa berbaur atau bisa berkomunikasi. Keempat, kompetensi profesional yaitu guru dapat menguasai materi pembelajaran dan memahami kode etik profesi guru.

  4. Landasan Yuridis Guru UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab III Pasal 7 ayat (1), menyebutkan bahwa :

  Profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut : a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme

  b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas

  e. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan

  f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, dan i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.

  UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab III Pasal 7 ayat (2), menyebutkan bahwa : Pemberdayaan profesi guru atau pemberdayaan profesi dosen diselenggarakan melalui pengembangan diri yang dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan,nilai kultural, kemajemukan bangsa, dan kode etik profesi.

B. Hakikat Tentang Pendidikan Kewarganegaraan

  1. Definisi Pendidikan Kewarganegaraan Secara bahasa, istilah Civic Education oleh sebagian pakar diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Pendidikan

  Kewarganegaraan dan Pendidikan Kewargaan. Menurut Taniredja (2013: 1) menyatakan bahwa:

  Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antarwarga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara (penjelasan pasal 39 Undang- undang No.2 Tahun 1989, tentang sistem pendidikan nasional)

  Berdasarkan definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan dirumuskan secara luas untuk mencakup proses penyiapan generasi muda untuk mengambil peran dan tanggung jawabnya sebagai warga Negara, dan secara khusus peran pendidikan termasuk di dalamnya persekolahan, pengajar dan belajar dalam proses penyiapan warga Negara tersebut. PKn di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga Negara yang memiliki komitmen yang kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

  Somantri (2001:154) mengemukakan bahwa : PKn merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar yang berkenaan dengan hubungan antar warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.

  Berdasarkan pendapat dari para ahli, peneliti dapat menyimpulkan mengenai pengertian Pendidikan Kewarganegaraan dapat diketahui bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali siswa dengan pengetahuan dan kemampuan dasar yang berkenaan dengan hubungan antar warga negara dan negara. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pendidikan yang mempunyai tujuan untuk membentuk warga negara yang baik (Good

  Citizenship) yaitu warga negara yang tahu dan melaksanankan hak-

  hak dan kewajiban-kewajibannya sebagai warga negara dari suatu negara.

  2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam sistem pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan saat ini, tujuan PKn mengacu pada standar isi mata pelajaran PKn sebagaimana yang tercantum dalam lampiran Permendiknas nomor 22/2006. Tujuan PKn untuk jenjang SD, SMP, SMA tidak berbeda. Semuanya berorientasi pada pengembangan kemampuan/kompetensi peserta didik yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan kejiwaan dan intelektual, emosional, dan sosialnya. Secara rinci, mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menurut Sapriya dan Wahab (2011:315) bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

  1) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan. 2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi. 3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya. 4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

  3. Objek Kajian Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan Kewarganegaraan adalah bidang kajian yang bersifat multifaset dengan konteks lintas bidang keilmuan yang bersifat interdisipliner/multidisipliner/multidimensional. Namun secara filsafat keilmuan bidang studi ini memiliki objek kajian pokok ilmu politik khususnya konsep demokrasi politik untuk aspek hak dan kewajiban.

  Secara metodologis PKn sebagai suatu bidang keilmuan merupakan pengembangan salah satu dari lima tradisi social studies yakni transmisi kewarganegaraan.

  Somantri dalam (Sapriya dan Wahab , 2011 : 316) menyatakan bahwa : objek studi civic dan civic education adalah warga negara dalam hubungannya dengan organisasi kemasyarakatan, sosial, ekonomi, agama, kebudayaan, dan negara. Kata kunci dari pengertian ini adalah warga negara dalam hubungannya dengan pihak lain yang dimaksud adalah negara. Hal ini sejalan dengan kajian yang telah dilakukan terdahulu bahwa pada hakikatnya objek kajian PKn adalah perilaku warga negara.

  Berdasarkan tujuan PKn di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pada hakekatnya dalam setiap tujuan membekali kemampuan- kemampuan pada peserta didik dalam hal tanggung jawabnya sebagai warga negara, yaitu warga negara yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berpikir kritis, rasional dan kreatif, berpartisipasi dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa lain.

  Penggunaan media pengajaran dapat mempermudah siswa memahami materi pembelajaran. Media pengajaran menurut Djahiri (1978/1979 : 66) dalam Rahayu (2013) adalah :

  Segala alat bantu yang dapat memperlancar keberhasilan mengajar. Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar, guru harus selalu menghubungkan alat bantu mengajar dengan kegiatan mengajarnya. Penggunaan multi media akan sangat menguntungkan dan memperlancar proses dan merangsang semngat belajar siswa.

  Berdasarkan pernyataan di atas bahwa media yang digunakan diharapkan dapat membantu guru dalam proses kegiatan belajar mengajar dan diharapkan dapat membantu siswa termotivasi, dan memahami materi PKn. Bahasan Pendidikan Kewarganegaraan meliputi hubungan antar warga negara dengan negara, serta pendidikan pendahuluan bela negara yang semua ini berpijak pada nilai-nilai budaya serta dasar filosofi bangsa. Chasanah dkk (2014) menyatakan bahwa tujuan utama Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, serta membentuk sikap dan perilaku cinta tanah air yang bersendikan kebudayaan dan filsafat bangsa Pancasila.

  Berdasarkan pendapat dari para ahli tentang Pendidikan Kewarganegaraan, peneliti menyimpulkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, serta membentuk sikap dan perilaku cinta tanah air dan memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi.

C. Hakikat Karakter Kedisiplinan

  1. Penegertian karakter Menurut Lickona (2013: 72) mengemukakan bahwa : Karakter, menurut pengamatan filosof kontemporer Michael

  Novak, adalah perpaduan harmonis seluruh budi pekerti yang terdapat dalam ajaran-ajaran agama, kisah-kisah sastra, cerita-cerita orang bijak, dan orang-orang berilmu, sejak zaman dahulu hingga sekarang. Tak seorangpun, menurut Novak yang memiliki semua jenis budi pekerti, semua orang pasti mempunyai kekurangan. Orang-orang dengan karakter yang mengagumkan bisa sangat berbeda antara satu dengan lainnya.

  Menurut Darmiyati Zuchdi dalam Adisusilo (2014: 77) mengemukakan bahwa: Memaknai watak (karakter) sebagai seperangkat sifat-sifat yang selalu dikagumi sebagai tanda-tanda kebaikan, kebijakan, dan kematangan moral seseorang. Lebih lanjut dikatakan bahwa tujuan pendidikan watak adalah mengajarkan nilai-nilai tradisional tertentu, nilai-nilai yang diterima secara luas sebagai landasan perilaku yang baik dan bertanggung jawab.

  Berdasarkan pengertian karakter dari para ahli, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa karakter adalah seperangkat sifat-sifat yang selalu dikagumi sebagai tanda-tanda kebaikan, kebijakan, dan kematangan moral seseorang. Karakter juga dapat menjadi ciri khas tertentu dari seseorang karena masing-masing individu memiliki karakter yang berbeda

  • – beda. Karakter berkaitan dengan tingkah laku manusia.

  Mulai tahun ajaran 2011, seluruh tingkat pendidikan di Indonesia harus menyisipkan pendidikan berkarakter dalam proses pendidikannya. 18 nilai-nilai dalam pendidikan karakter menurut Diknas dalam Aar (2011) adalah: 1.

   Religius

  Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2. Jujur

  Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

  3. Toleransi

  Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

  4. Disiplin

  Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

  5. Kerja Keras

  Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

  6. Kreatif

  Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

  7. Mandiri

  Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

  8. Demokratis

  Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

  9. Rasa Ingin Tahu

  Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

  10. Semangat Kebangsaan

  Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

  11. Cinta Tanah Air

  Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

  12. Menghargai Prestasi

  Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

  13. Bersahabat/Komunikatif

  Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

  14. Cinta Damai

  Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

  15. Gemar Membaca

  Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

  16. Peduli Lingkungan

  Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

  17. Peduli Sosial

  Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

  18. Tanggung Jawab

  Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

  Sumber: Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa, oleh Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional, 2010.

  Chasanah dkk (2014) mengemukakan bahwa karakter adalah nilai-nilai yang melandasi perilaku manusia berdasarkan norma agama, kebudayaan, hokum/konstitusi, adat istiadat , dan estetika. Karakter berkaitan dengan tingkah laku manusia.

  2. Pengertian disiplin Menurut Poerwadarminta dalam Unaradjan (2003:9) menyatakan bahwa : Disiplin adalah latihan watak dan batin agar segala perbuatan seseorang sesuai dengan peraturan yang ada.

  Verhoven dan Carvallo dalam Unaradjan (2003: 8) menyatakan bahwa: Disiplin berasal dari kata latin discipulus, yang berarti siswa atau murid dalam perkembangan selanjutnya, kata ini mengalami perubahan bentuk dan perluasan arti. Kata ini antara lain berarti ketaatan, metode pengajaran, mata pelajaran dan perlakuan yang cocok bagi seorang dengan murid atau pelajar.

  Berdasarkan pendapat para ahli, peneliti menarik kesimpulan bahwa disiplin adalah suatu keadaan tertib dimana orang-orang yang bergabung dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan rasa senang. Seseorang dapat dikatakan disiplin apabila dia memiliki atau mempunyai kepribadian dan perilaku yang baik dan mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku.

  Menurut Stevenson dalam Yaumi (2014 : 92) menyatakan bahwa: secara sederhana, disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan yang berlaku. Disiplin adalah pengontrolan diri untuk mendorong dan mengarahkan seluruh daya dan upaya dalam menghasilkan sesuatu tanpa ada yang menyuruh untuk melakukan. Menurut Mustari (2014 : 35) mengemukakan bahwa :

  Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

  Berdasarkan beberapa pengertian dari para ahli, maka peneliti menyimpulkan bahwa displin adalah tindakan atau perbuatan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan yang berlaku. Demikian juga dalam konteks pendidikan, dalam instansi pendidikan pasti di dalamnya terdapat suatu peraturan yang harus dipatuhi. Contohnya di sekolah terdapat suatu peraturan yang harus dipatuhi oleh siswa-siswanya, dan siswa yang mematuhi peraturan tersebut dapat dikatakan sebagai siswa yang mempunyai kepribadian atau memiliki karakter kedisiplinan dalam dirinya. Menurut Aqib (2011: 118) mengemukakan bahwa :

  Definisi disiplin menurut paradigma baru adalah langkah-langkah atau upaya yang perlu guru, kepala sekolah, orang tua, dan siswa ikuti untuk mengembangkan keberhasilan perilaku siswa secara akademik maupun sosial. Jadi, disiplin dianggap sebagai alat menuju keberhasilan untuk semua guru dan semua siswa di berbagai situasi.

  3. Manfaat kedisiplinan Di balik keteraturan dan keterarahan hidup manusia terdapat kedamaian, keberhasilan, dan kebahagiaan yang merupakan dambaan setiap insan. Sepanjang hidupnya, manusia membutuhkan suasana yang aman dan harmonis.

  Unaradjan (2003: 17) menyatakan bahwa : Kebutuhan dan harapan akan keadaan seperti inilah yang mendorong manusia untuk berdisiplin. Manfaat kedisiplinan : a. Bagi Diri Sendiri

  Disiplin diri sendiri dapat memungkinkan orang mencapai keberhasilan usaha. Dalam hal ini, pengendalian diri dari berbagai kecenderungan yang dapat menghambat kelancaran usaha tersebut atau pengaturan waktu sangat penting. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keinginan untuk mencapai keberhasilan dalam karya mendorong seseorang untuk berdisiplin diri. b. Bagi Orang Lain Hakikat manusia sebagai makhluk individu dan sosial membuat disiplin diri juga berfungsi ganda. Selain berguna untuk orang yang bersangkutan, disiplin diri juga berguna untuk orang lain. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa disiplin diri berguna bagi setiap individu maupun masyarakat di mana ia menjadi anggotanya.

  Rycman dalam Unaradjan (2003: 19) menyatakan bahwa: setiap pribadi yang mampu mengontrol dan mengekang diri akan dihargai dalam masyarakat. Kebutuhan akan penghargaan ini merupakan salah satu kebutuhan psikologis manusia yang penting.

  Berdasarkan pengertian dari para ahli tentang manfaat kedisiplinan, peneliti menyimpulkan bahwa manfaat kedisiplinan bagi diri sendiri yaitu apabila seseorang dapat mengontrol diri dan menerapkankan sikap kedisiplinan maka akan tidak mungkin mencapai keberhasilan, bagi orang lain yaitu disiplin berguna bagi individu maupun masyarakat di mana dia menjadi anggota masyarakat. Individu yang mampu mengontrol diri akan dihargai dalam masyarakat.

  4. Peran Guru dalam Mendisiplinkan Siswa Tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas pada penyampaian materi pembelajaran, tetapi lebih dari itu, guru harus membentuk kompetensi dan pribadi siswa. Oleh karena itu, guru harus senantiasa mengawasi perilaku siswa, terutama pada jam sekolah, agar tidak terjadi penyimpangan perilaku atau tindakkan yang tidak disiplin.

  Menurut Mulyasa (2011: 173) menyatakan bahwa : Dalam rangka mendisiplinkan peserta didik guru harus mampu menjadi pembimbing, contoh atau teladan, pengawas, dan pengendali seluruh perilaku peserta didik. Dalam hal ini guru harus mampu secara efektif menggunakan alat pendidikan secara tepat waktu dan tepat sasaran, baik dalam memberikan hadiah maupun hukuman terhadap peserta didik.

  Berdasarkan pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa peran guru dalam rangka mendisiplinkan siswa guru harus bisa menjadi teladan atau menjadi contoh kepribadian yang baik dulu sebelum memberikan pembelajaran kepada siswa-siswanya. Dengan begitu siswa dapat mempercayai materi yang disampaikan oleh guru dengan sungguh-sungguh.

  Untuk mendisiplinkan siswa dengan berbagai strategi, guru harus mempertimbangkan berbagai situasi, dan perlu memahami faktor-faktor yang mempengaruhinya. Menurut Mulyasa (2011: 172- 173) mengemukakan bahwa guru dituntut untuk melakukan hal- hal sebagai berikut : a. Mempelajari pengalaman peserta didik secara di sekolah melalui kartu catatan kumulatif, b. Mempelajari nama-nama peserta didik secara langsung, misalnya melalui daftar hadir di kelas, c. Mempertimbangkan lingkungan sekolah dan lingkungan peserta didik, d. Memberikan tugas yang jelas, dapat dipahami, sederhana dan tidak bertele-tele, e. Menyiapkan kegiatan sehari-hari agar apa yang dilakukan dalam pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan, tidak terjadi banyak penyimpangan,

  f. Berdiri di dekat pintu pada waktu mulai pergantian pelajaran agar peserta didik tetap berada dalam posisinya sampai pelajaran berikutnya dilaksanakan, g. Bergairah dan semangat dalam melakukan pembelajaran , agar dijadikan teladan oleh peserta didik, h. Berbuat sesuatu yang bervariasi, jangan monoton, sehingga membantu disiplin dan gairah belajar peserta didik, i. Menyesuaikan ilustrasi dan argumentasi dengan kemampuan peserta didik, jangan memaksakan peserta didik sesuai dengan pemahaman guru, atau mengukur peserta didik dari kemampuan gurunya, dan j. Membuat peraturan yang jelas dan tegas agar bisa dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh peserta didik.

  Melalui berbagai upaya tersebut diharapkan tercipta iklim yang kondusif bagi pembelajaran, sehingga peserta didik dapat menguasai berbagai kompetensi sesuai dengan tujuan.

  5. Kedisiplinan di Sekolah Menurut Yaumi (2014: 93) mengemukakan bahwa :

  Dalam ruang lingkup sekolah, disiplin dapat dibangun dan dikembangkan melalui aktivitas seperti mengikuti upacara bendera, berpakaian seragam, melakukan tugas kebersihan, mengumpulkan tugas tepat waktu, datang ke sekolah lebih awal dari jam pelajaran, mengerjakan tugas terstruktur walaupun tidak diperiksa atau belum sampai batas waktu yang ditentukan. Semua kegiatan itu dilakukan atas dasar kesadaran mendalam dan dorongan kuat yang lahir dari dalam.

  Menurut Mustari (2014 : 36) menyatakan bahwa : Disiplin diri adalah penundukan diri untuk mengatasi hasrat-hasrat yang mendasar. Disiplin diri biasanya disamakan artinya dengan

  “kontrol diri” (self-control).

  Demikian disiplin diri memungkinkan seseorang untuk berpikir lebih dulu, kemudian melakukannya. Disiplin diri mengarah pada latihan yang membuat orang merelakan dirinya untuk melaksanakan atau menjalakan perilaku tertentu yang sesuai dengan peraturan yang berlaku.

  Beberapa ciri-ciri yang melambangkan karakter kedisiplinan menurut Yaumi (2014: 93) : a. Menetapkan tujuan dan melakukan apa yang diperlukan untuk memperolehnya .

  b. Mengontrol diri sehingga dorongan tidak mempengaruhi keseluruhan tujuan.

  c. Menggambarkan apa yang akan terjadi jika telah mencapai tujuan.

  d. Menghindari orang-orang yang mungkin mengalihkan perhatian dari apa yang ingin dicapai.

  e. Menetapkan rutinitas yang dapat membantu mengontrol perolaku.

  Siswa yang memiliki ciri-ciri yang melambangkan karakter disiplin akan menunjukkan ketaatan, dan keteraturan terhadap perannya sebagai seorang pelajar yaitu belajar secara terarah dan teratur. Dengan demikian, siswa yang disiplin akan lebih mampu mengarahkan dan mengendalikan perilakunya. Disiplin memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia terutama siswa dalam hal belajar. Disiplin akan memudahkan siswa dalam hal belajar secara terarah dan teratur.

  6. Karakter Kedisiplinan Siswa di SMA/SMK/MA atau Sederajat Menrut Afa (2012) dalam tata tertib sekolah antara lain disebutkan oleh Soemarmo (1998:67), bahwa sekolah adalah sumber disiplin dan tempat berdisiplin untuk mencapai ilmu pengetahuan yang dicita- citakan. Dalam tata tertib sekolah disebutkan bahwa siswa mempunyai kewajiban: (1) harus bersikap sopan dan santun, menghormati ibu dan bapak guru, pegawai dan petugas sekolah baik di sekolah maupun di luar sekolah; (2) harus bersikap sopan dan santun, menghormati sesama pelajar, baik di sekolah maupun di luar sekolah; (3) menggunakan atribut sekolah; (4) hadir tepat waktu; (5) patuh kepada nasihat dan petunjuk orang tua dan guru; (6) tidak dibenarkan untuk meninggalkan kelas sekolah kecuali mendapatkan ijin khusus dari guru dan kepala sekolah dan sebagainya.

  (Afa.2012.http://afa-belajar.blogspot.co.id/2012/11/pengertian-dan-

  bentuk-kedisiplinan-disekolah.html )

  Berdasarkan penjelasan diatas, adapun indikator kedisiplinan di sekolah, yaitu : (1) disiplin dalam hal kehadiran (terlambat ke sekolah, tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, tidak masuk tanpa alasan atau meninggalkan sekolah tanpa ijin); (2) disiplin dalam hal pakaian (berpakaian seragam tidak lengkap, tidak mengenakan atribut, berpakaian tidak semestinya); (3) disiplin dalam hal penampilan (putra dengan rambut panjang atau rambut tidak rapi, potongan tidak sesuai, memakai aksesoris berlebihan).

D. Penelitian yang Relevan

  Hasil penelitian Rini (2013) y ang berjudul “Peran Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam Membentuk Kedisiplinan Siswa pada Materi Hukum di SMK TUJUH LIMA 2 Purwokerto”, bahwa pembelajaran PKn memiliki peran dalam membentuk kedisiplinan siswa.

  Peran pembelajaran PKn dalam membentuk kedisiplinan siswa pada materi hukum yaitu dengan menggunakan metode pemberian contoh, gambar kejadian, media menggunakan tata tertib sekolah, materi pembelajarannya yaitu materi hokum, sumber belajarnya dari LKS dan pelaku (siswa) sebagai sumber informasi. Evaluasi untuk kognitif dengan tes ulangan dan penugasan, afektif dengan hasil pengamatan sikap dan perilaku siswa baik di dalam maupun di luar kelas, dan psikomotor dengan hasil pengamatan yang dilakukan oleh guru. Sehingga dapat merangsang kedisiplinan dengan baik.

  Berdasarkan hasil penelitian dari Inggar (2015) yang berjudul “Peran Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan(PPKn) dalam Menumbuhkan Kedisiplinan Peserta Didik (Studi Kasus di SMP N 2 Somagede)”, bahwa guru PKn memiliki peran yang sangat penting dalam menumbuhkan kedisiplinan siswa. Peran guru PKn dalam menumbuhkan kedisiplinan siswa di SMP N 2 Somagede yaitu:

  1. Guru sebagai pribadi, guru harus menunjukan kepribadian yang baik, menjaga sikap, berperilaku, bergaul dengan sesama dan menjaga emosinya.

  2. Guru sebagai orang tua, guru PKn memberikan materi PKn yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari serta member nasehat dan motivasi kepada peserta didik dalam sela-sela pembelajaran, mendekati siswa yang kesulitan dalam mengikuti pelajaran, memantau siswa diluar jam sekolah.

  3. Guru sebagai model atau teladan, guru memberikan contoh atau teladan yang baik bagi peserta didiknya, mempunyai kepribadian yang baik.

  4. Guru sebagai penasehat, guru berperan mengendalikan dan menasehati tingkah laku peserta didik yang melanggar tata tertib kedisiplinan di sekolah.