BAB II TINJAUAN PUSTAKA - BAB II ANGGUN SETIANINGSIH FARMASI'14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Profesi Farmasi Tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri dari Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Farmasis adalah sarjana farmasi yang sudah lulus dan telah mengucapkan

  sumpah jabatan apoteker, dan mereka berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai farmasis (Depkes,2006).

  Tanggung jawab farmasi secara garis besar menurut standar kompetensi apoteker indonesia adalah sebagai berikut (Anonim,2011):

  1. Mampu melakukan praktik kefarmasian secara profesional dan etik

  2. Mampu menyelesaikan maslah terkait dengan penggunaan sediaan farmasi.

  3. Mampu memformulasi, memproduksi sediaan farmasi dan alat kesehatan sesuai standar yang berlaku.

  4. Mempunyai keterampilan komunikasi dalam pemberian informasi sediaan farmasi dan alat kesehatan.

  5. Menjamin ketersediaan dan keterjangkauna obat serta alat kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat.

  6. Menjamin mutu keamanan obat yang diberikan

  7. Memilki tanggung jawab yang besar dengan tenaga kesehatan lain dalammenghasilkan terapi pengobatan yang maksimal bagi pasien.

  8. Mempunyai keterampilan organisasi dan mampu membangun hubungan interpersonal dalam melakukan praktik profesional kefarmasian.

  9. Mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berhubungan dengan kefarmasian. Lingkup hak dari pelayanan kefarmasian yaitu (Eunike,2007):

  1. Hak untuk mendapatkan posisi sejajar dengan profesi tenaga kesehatan lain

  3

  2. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum pada saat melaksanakan praktek sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan

  3. Hak untuk berbicara dalam menegakkan keamanan masyarakat dalam aspek sediaan farmasi, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan.

  B.

   Pharmaceutical Care Pharmaceutical care merupakan konsep pelayanan kesehatan yang

  berorientasi pada pasien dan bertanggung jawab untuk memastikan penggunaan obat,keefektifan obat yang sesuai berdasarkan penerapan ilmu, pengetahuan dan fungsi dalam perawatan pasien untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Pelayanan farmasi klinik adalah suatu pelayanan yang berdasarkan ilmu pengetahuan obat untuk kepentingan pasien dalam menjalani terapi pengobatan, dengan memperhatikan kondisi penyakit pasien dan kebutuhan obat yang dimengerti oleh pasien (Depkes,2006).

  Sebelumnya profesi kefarmasian telah mengalami perubahan mendasar dalam kurun waktu kurang lebih 40 tahun terakhir, yaitu sejak tahun 1960-an. Secara historis perubahan-perubahan dalam profesi kefarmasian dibagi dalam beberapa periode, yaitu sebagai berikut (Ginting,2009) :

  1. Periode Tradisonal Dalam periode ini, peran farmasis ialah menyediakan, membuat dan mendistribusikan produk atau obat yang berkhasiat. Peran farmasis mulai goyah ketika pembuatan obat sudah mulai dikerjakan oleh berbagai Industri Farmasi.

  2. Periode transisional Pada tahun 1960-an beberapa kencenderungan yang terjadi di bidang kesehatan, antara lain: a. Ilmu kedokteran makin spesifik

  Kemajuan dalam ilmu kedokteran, khususnya dalam bidang farmakologi dan banyaknya macam obat, sehingga satu profesi tidak dapat menangani pengetahuan yang semakin berkembang pesat. b. Obat-obat baru yang lebih efektif secara terapeutik berkembang pesat, meningkatnya maslah baru terkait dengan penggunaan obat seperti efek samping obat, interaksi obat, dan toksisitas obat.

  c. Tuntutan masyarakat untuk pelayanan medis dan farmasi yang bermutu serta tuntutan tanggung jawab peran para dokter dan farmasis atas setiap kesalahan penggunaan obat. Kencenderungan-kecenderungan tersebut berimbas pada perubahan peran farmasis dalam mencari peran baru yang berhu bungan dengan penggunaan obat yang aman, tepat untuk masyarakat, kemudian lahirlah farmasi klinik.

  3. Periode pharmaceutical care Dalam periodeini terjadi perubahan dari peran farmasis yang hanya berorientasi terhadap obat kini berubah menjadi lebih yaitu peran farmasis yang berorientasi pada pasien. Unsur utama dalam pharmaceutical care ialah (Siregar, 2005):

  1. Berkaitan dengan obat

  Pharmaceutical care tidak hanya menyediakan obat-obatan,

  tetapi juga berhak mengambil keputusan tentang penggunaan obat untuk seorang pasien yang meliputi pertimbangan pemilihan obat, dosis, rute pemberian, pemantauan terapi obat, pelayanan informasi yang berkaitan dengan obat yang dipakai serta memberikan konseling terhadap setiap pasien.

  2. Pelayanan langsung Melakukan pelayanan secara menyeluruh terhadap pasien dari berbagai bidang antara lain pelayanan medis, pelayanan keperawatan dan pelayanan farmasi. Dalam pelayanan farmasi, farmasis memberikan kontribusi pengetahuan dan keterampilan untuk memastikan hasil yang optimal dari penggunaan obat.

  3. Hasil terapi yang pasti Sasaran pharmaceutical care adalah meningkatkan kualitas hidup pasen, melalui pencapaian hasil terapi yang pasti. Hasil terapi tersebut antara lain:

  a. Kesembuhan penyakit

  b. Mengurangi gejala pasien

  c. Menghenttikan atau memperlambat proses penyakit

  d. Pencegahan penyakit atau gejala

  4. Masalah yang berkaitan dengan obat Merupakan suatu keadaan yang bsa mempengaruhi hasil optimal bagi setiap pasien.

  Beberapa kategori masalah yang berkaitan dengan obat:

  a. Indikasi yang tidak diobati

  b. Seleksi obat yang tidak tepat

  c. Over dosis

  d. Reaksi obat merugikan (ROM)

  e. Interaksi obat

  5. Mutu kehidupan yaitu bebas dari kesakitan, mampu menjaga diri sendiri, mampu berinteraksi dengan masyarakat sosial.

  6. Tanggung jawab Dalam pharmaceutical care, hubunngan langsung antara farmasis dan pasien merupakan janji profesional dimana keamanan dan kesehatan pasien dipercayakan kepada farmasis. Farmasis bertanggung jawab untuk hasil dari tindakan atau keputusan dalam pengobatan yang diberikan kepada pasien.

  Pelaksanaan pharmaceutical care menunjukan kematangan dari seorang farmasis sebagai profesi dan merupakan suatu perkembangan dari banyak kegiatan farmasi klinik.

  Tujuan dari pharmaceutical care menurut standar pelayanan farmasi di Rumah Sakit yaitu (Depkes,2006) :

  1. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan biasa maupun dalam keadaangawat darurat, sesuai dengan keadaan pasien maupun fasilitas yang tersedia.

  2. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan prosedur kefarmasian dan kode etik profesi.

  3. Melaksanakan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) mengenai obat.

  4. Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturaan-aturan yang berlaku.

  5. Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan evaluasi pelayanan.

C. Persepsi

  Persepsi merupakan proses yang dilakukan oleh individu untuk menafsirkan kesan indra mereka dalam memberikan maknaa kepada lingkungan sekitar, meskipun apa yang dipersepsikan setiap orang berbeda. Persepsi merupakan bagian yang penting bagi seseorang dalam mengambil keputusan. Bentuk atau sifat tindakannya tergantung dari keadaan individu yang mengamati dan menginterpretasi (Febriantoro,2008).

  Persepsi merupakan aktivitas yang integrated, seluruh aspek yang ada dalam individu seperti penilaian, pengalaman, keyakinan, dan aspek-aspek lain akan turut berperan dalam individu tersebut.

  Seseorang yang telah termotivasi akan siap untuk bertindak dan tindakan yang dilakukan oleh seseorang iti dipengaruhi oleh persepsi. Persepsi dapat dijelaskan sebagai proses dimana seseorang individu memilih, mengatur dan memberikan arti pada rangsangan yang diterimanya menjadi suatu gambaran dunia yang berarti dan menyatu.

  Persepsi terdiri dari dua faktor:

  1. Faktor Stimulus Merupakan fisik suatu subyek, seperti ukuran produk, warna, dan kemasan.

  2. Faktor individual Merupakan sifat individu yang tidak hanya meliputi proses sensorik tetapi juga pengalaman di waktu jaman dahulu pada hal yang sama, sehingga dalam keadaan yang sama, persepsi seseorang terhadap suatu produk dapat berbeda dengan persepsi orang lain.

D. Rumah Sakit

  Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakaat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang maksimal (Anonim,2009).

  Pengaturan penyelenggaraan rumah sakit bertujuan untuk yang diatur dalam UU No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 3 (Anonim,2009) :

  1. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan

  2. Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit.

  3. Meningkatkaan kualitas dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit yang sudah ditetapkan. Dalam UU No.44 tahun 2009 tentang rumah sakit pasal 5, terdapat beberapa fungsi dan tanggung jawab Rumah Sakit, yaitu (Anonim,2009) :

  1. Penyediaan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit

  2. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan sumber daya menusia dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam meberikan pelayanan kesehatan terhadap pasien, masyarakat yang maksimal

  3. Menyelenggarakan penelitian, mengembangkan teknologi bidang kesehatan dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

  4. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan malalui pelayanan kesehatan yang bermutu sesuai kebutuhan medis.