PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG MENGGUNAKAN PERMAINAN ULAR TANGGA PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI ENERGI TERHADAP PRESTASI BELAJAR DAN KERJA KERAS SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 KARANGNANAS - repository perpustakaan

BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Pembelajaran IPA a. Hakikat Pembelajaran IPA Proses pembelajaran melibatkan manusia dalam pelaksanaannya,

  mulai dari siswa, guru, dan tenaga kependidikan. Pembelajaran yang diidentikan dengan kata mengajar berasal dari kata dasar ajar, yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (Susanto, 2015: 19). Kata pembelajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas, belajar dan mengajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran, dan tabiat, serta pembentukan sikap dan keyakinan pada siswa. Salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

  IPA juga sering disebut dengan istilah pendidikan sains. Sains atau IPA adalah usaha memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu simpulan (Susanto, 2015: 167). Trianto (2011: 136) menambahkan pengertian IPA yaitu suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode

  

8 ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya. Sependapat dengan Trianto, Aly dan Rahma (2015: 21) menyebutkan IPA sebagai suatu pengetahuan teoretis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu melakukan observasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi, dan demikian seterusnya kait-mengait antara cara yang satu dengan cara yang lain.

  Berdasarkan pendapat yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat pembelajaran IPA yaitu proses terjadinya interaksi belajar dan mengajar mengenai alam semesta melalui serangkaian metode ilmiah dalam rangka memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan pembentukan sikap pada siswa. Pembelajaran IPA didasarkan pada prinsip-prinsip dan proses yang dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa terhadap konsep-konsep IPA. Siswa juga dapat memeroleh pengalaman langsung dalam pembelajaran IPA melalui serangkaian kegiatan diskusi, pengamatan, permainan, dan percobaan sederhana.

b. Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

  Pembelajaran sains di SD dikenal dengan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Badan Standar Nasional Pendidikan dalam Susanto (2015: 171) menyebutkan tujuan pembelajaran sains di SD sebagai berikut:

  1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan- Nya. 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

  3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling memengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. 4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

  5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.

  6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

  7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.

  Tujuan pembelajaran merupakan sasaran akhir yang diharapkan guru setelah melaksanakan program pembelajarannya. Tujuan pembelajaran

  IPA dalam pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dirumuskan guru berdasarkan Kompetensi Dasar (KD) yang telah tersedia dalam kurikulum. Menurut Laksmi dalam Trianto (2011: 142) pembelajaran IPA di sekolah juga memiliki tujuan tertentu antara lain:

  1) Memberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia tempat hidup dan cara menyikapinya.

  2) Menanamkan sikap hidup ilmiah. 3) Memberikan keterampilan untuk melakukan pengamatan. 4) Mendidik siswa untuk mengenal, mengetahui cara kerja serta mengahargai para ilmuwan penemunya.

  5) Menggunakan dan menerapkan metode ilmiah dalam memecahkan permasalahan.

  Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada siswa mengenai pengetahuan konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari, menanamkan sikap ilmiah dalam diri siswa, serta mengembangkan keterampilan proses sains menggunakan metode ilmiah dalam memecahkan permasalahan.

  Pembelajaran IPA dalam prosesnya apabila dilaksanakan menggunakan strategi dan media pembelajaran yang tepat dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan baik. Konsep IPA yang berisi hal-hal berkaitan dengan alam memungkinkan manusia untuk lebih mengembangkan rasa ingin tahunya untuk menjawab gejala alam menggunakan cara-cara ilmiah yang diterapkan mulai dari pendidikan dasar.

  Sikap ilmiah yang ditanamkan sejak dini dapat mendidik siswa untuk lebih menghargai alam dan seisinya. Peran guru dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran IPA adalah dengan menciptakan suasana pembelajaran yang interaktif, komunikatif, dan menyenangkan bagi siswa. Oleh karena itu, guru memerlukan keterampilan mengajar yang baik untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran IPA misalnya dengan menggunakan media pembelajaran yang interaktif, serta menggunakan beragam sumber belajar.

2. Prestasi Belajar a. Pengertian Belajar

  Proses belajar memegang peranan penting dalam kegiatan pembelajaran. Suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak disebut dengan belajar (Susanto, 2013: 4).

  Sudjana (2014: 28) juga menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.

  Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan aspek lainnya yang ada pada individu. Sependapat dengan Sudjana, Hamalik (2014: 36) menyebutkan bahwa belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Darmawan (2013: 124) mendefinisikan belajar sebagai aktivitas yang disengaja dan dilakukan oleh individu agar terjadi perubahan kemampuan diri, dengan belajar siswa yang tidak mampu melakukan sesuatu menjadi mampu melakukan sesuatu, atau siswa yang mulanya tidak terampil menjadi terampil.

  Perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar mencakup seluruh aspek kehidupan pada diri seseorang. Bloom dalam Kosasih (2015: 6) mengungkapkan tiga aspek perubahan perilaku pada diri seseorang sebagai hasil belajar. Ketiga aspek meliputi:

  1) Aspek kognitif berkaitan dengan kemampuan berpikir (pengetahuan, pemahaman, analisis, sintesis) seseorang terhadap suatu materi pelajaran. 2) Aspek afektif berkaitan dengan penyikapan, perasaan, minat, moralitas seseorang terhadap suatu materi pelajaran.

  3) Aspek psikomotor berkaitan dengan fungsi sistem syaraf, otot, dan fungsi fisik. Wujudnya berupa kemampuan mencipta, berkreasi, dan sejenisnya.

  Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, yang diarahkan untuk mencapai tujuan melalui berbagai pengalaman. Pengalaman belajar dapat membuat individu mengalami perubahan kelakuan sebagai bentuk dari hasil belajar. Hasil belajar dikenal menjadi tiga aspek meliputi aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor. Aspek kognitif berkaitan dengan pengetahuan, aspek afektif berkaitan dengan sikap, dan aspek psikomotor yang berkaitan dengan keterampilan.

b. Prestasi Belajar

  Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie, kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Istilah prestasi belajar (achievement) berbeda dengan hasil belajar (learning outcome). Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak siswa (Arifin, 2014: 12).

  Penggunaan kata prestasi terdapat dalam berbagai bidang dan kegiatan antara lain dalam kesenian, olah raga, dan pendidikan, khususnya pembelajaran. Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perenial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Menurut Arifin (2014: 12) prestasi belajar (achievement) memiliki beberapa fungsi utama, antara lain:

  1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai siswa.

  2) Prestasi belajar sebagai lambang perumusan hasrat ingin tahu. Para ahli psikologi biasanya menyebut sebagai tendensi keingintahuan (curiosity) dan merupakan kebutuhan umum manusia.

  3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.

  Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi siswa dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik (feedback) dalam meningkatkan mutu pendidikan.

  4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan siswa. Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan siswa di masyarakat. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan pula dengan kebutuhan masyarakat. 5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) siswa. Siswa menjadi fokus utama dalam proses pembelajaran yang harus diperhatikan, karena peserta didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran.

  Jika dilihat dari beberapa fungsi prestasi belajar, maka penting untuk diketahui dan dipahami prestasi belajar siswa secara perseorangan maupun secara kelompok. Hal ini disebabkan karena fungsi prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator keberhasilan dalam bidang studi tertentu, tetapi juga sebagai indikator kualitas pendidikan. Prestasi belajar juga tentu akan bermanfaat bagi guru sebagai umpan balik dalam dalam melaksanakan proses pembelajaran terkait dengan pentingnya langkah bimbingan untuk siswa.

3. Kerja Keras

  Pendidikan karakter bertujuan agar membantu siswa memiliki karakter yang diharapkan. Nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa yang penting untuk dikembangkan salah satunya adalah kerja keras. Pusat Kurikulum (PUSKUR) dalam Suparno (2015: 36) menyatakan bahwa kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar, tugas, dan menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

  Nilai kerja keras berkaitan dengan sikap hidup yang berkaitan dengan diri sendiri. Mustari (2014: 43) juga menjelaskan kerja keras sebagai perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar atau pekerjaan) dengan sebaik-baiknya. Hal itu juga didukung oleh pendapat Listyarti (2012: 6) yang mengemukakan kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

  Berdasarkan pendapat para ahli yang telah disebutkan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa kerja keras merupakan suatu perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh seseorang dalam mengatasi beragam hambatan yang datang berupa hambatan belajar maupun hambatan tugas, serta menyelesaikan tugasnya dengan baik. Pantang menyerah adalah salah satu tanda dari sikap kerja keras. Pantang menyerah adalah suatu usaha untuk menyelesaikan kegiatan atau tugas secara optimal. Berikut ini adalah indikasi seseorang dalam upaya pantang menyerah (Mustari, 2014: 43): a. Menunjukkan kesungguhan dalam melakukan tugas.

  b. Tetap bertahan pada tugas yang diterima walaupun menghadapi kesulitan.

  c. Berusaha mencari pemecahan terhadap permasalahan.

  Pantang menyerah terhadap suatu kondisi tentunya dapat memberikan pendidikan mental bagi seseorang, karena dalam menyelesaikan tugas maupun dalam rangka mencapai keinginannya manusia akan terus berusaha dan bertahan pada hal yang sedang diusahakan. Hal ini bertujuan agar pendiriannya tidak mudah goyah, dan pada akhirnya usaha yang telah dilakukan akan memberikan manfaat bagi dirinya. Manusia hendaknya berupaya untuk melakukan dan menanggung segala kesukaran dan kesusahan dalam perjuangannya untuk mencapai kemajuan.

  Manusia harus bersungguh-sungguh dalam menyelesaikan suatu hambatan dengan kemampuan yang dimilikinya. Manusia diberi kekuatan supaya berusaha untuk mempertahankan diri dari kesukaran hidup (Mustari, 2014: 44). Manusia juga diberi kekuatan dan ketabahan untuk menahan semua kesulitan akibat bekerja keras dalam perjuangan untuk mencapai kemenangan dan kejayaan. Berikut ini adalah indikator dari sikap kerja keras.

Tabel 2.1 Indikator Sikap Kerja Keras No. Indikator Sikap Kerja Keras 1. Menyelesaikan tugas dalam batas waktu yang ditargetkan.

  Menggunakan segala kemampuan atau daya untuk mencapai 2. sasaran. Berusaha mencari berbagai alternatif pemecahan ketika 3. menemui hambatan. Sumber: (Mustari, 2014: 44).

4. Model Pembelajaran Langsung

  Model pembelajaran langsung merupakan suatu model pembelajaran yang dapat membantu siswa mempelajari dan menguasai keterampilan dasar serta memperoleh informasi selangkah demi selangkah. Pelaksanaan model pembelajaran langsung membutuhkan keaktifan, kelihaian, keterampilan, dan kreativitas guru tanpa menghilangkan peran siswa. Menurut Arends dalam Fathurrohman (2015: 168) pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang berpusat pada guru dengan lima langkah yaitu menetapkan tujuan, penjelasan atau demonstrasi, panduan praktik, umpan balik, dan perluasan praktik.

  Sependapat dengan Arends, Roy Killen dalam Iru (2012: 155) menyebutkan bahwa pembelajaran langsung merujuk pada berbagai teknik pembelajaran ekspositori (pemindahan pengetahuan dari guru kepada siswa secara langsung, misalnya melalui ceramah, demonstrasi, dan tanya jawab) yang melibatkan seluruh kelas. Tujuan utama pembelajaran langsung adalah untuk memaksimalkan penggunaan waktu belajar siswa (Iru, 2012: 155). Berdasarkan pendapat ahli yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran langsung adalah suatu model pembelajaran yang digunakan untuk menyampaikan materi ajar yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa melalui berbagai metode seperti ceramah, tanya jawab, dan demonstrasi sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif.

  Model pembelajaran langsung memberikan kesempatan siswa belajar dengan mengamati secara selektif, mengingat, dan menirukan hal yang dimodelkan oleh guru. Selain hal tersebut, model pembelajaran langsung mengutamakan pendekatan yang menitikberatkan proses belajar konsep dan keterampilan motorik sehingga menciptakan suasana pembelajaran yang lebih terstruktur. Sintaks pembelajaran langsung yang dikemukakan oleh Slavin dalam Iru (2012: 157) yaitu:

  a) Menginformasikan tujuan dan orientasi belajar, dalam tahap ini guru menginformasikan hal-hal yang harus dipelajari dan kinerja siswa yang diharapkan.

  b) Mengungkap pengetahuan dan keterampilan prasyarat, dalam tahap ini guru mengajukan pertanyaan untuk mengungkap pengetahuan dan keterampilan yang telah dikuasai siswa. c) Menyampaikan materi pelajaran, pada tahap ini guru menyampaikan materi, menyajikan informasi, memberikan contoh, mendemonstrasikan konsep, dan sebagainya.

  d) Melaksanakan bimbingan, guru mengajukan pertanyaan untuk menilai tingkat pemahaman siswa dan mengoreksi kesalahan konsep.

  e) Memberi latihan, guru memberikan kesempatan kepada siswa melatih keterampilannya atau menggunakan informasi baru secara individu atau kelompok pada tahap ini.

  f) Menilai kinerja siswa dan memberikan umpan balik, pada fase ini guru memberikan masukan terhadap hal yang telah dilakukan siswa, memberikan umpan balik terhadap respon siswa yang benar dan mengulang keterampilan jika diperlukan.

  g) Memberikan latihan mandiri, guru memberikan tugas mandiri kepada siswa untuk meningkatkan pemahamannya terhadap materi yang telah dipelajari yang dapat dilakukan di rumah atau di luar jam pelajaran.

  Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran langsung dapat disimpulkan sebagai berikut: a) Menyampaikan tujuan dan menyiapkan siswa, pada tahap ini siswa perlu mengetahui tujuan pembelajaran untuk memusatkan perhatian serta memotivasi siswa agar berperan serta dalam pembelajaran.

  b) Mengungkap pengetahuan dan keterampilan, guru dapat mengajukan pertanyaan pembuka sebagai cara untuk mengetahui materi yang disampaikan relevan dengan pengetahuan dan keterampilan siswa. c) Menyampaikan materi pelajaran, dalam tahap ini guru melaksanakan presentasi atau demonstrasi pengetahuan dan keterampilan agar siswa dapat belajar dengan mengamati serta meniru tingkah laku orang lain.

  d) Melaksanakan bimbingan, guru pada tahap ini mengamati kegiatan demonstrasi yang dilakukan siswa agar berjalan dengan benar dan melalui pertanyaan guru dapat menilai pemahaman siswa mengenai materi tersebut dan memperbaiki konsep yang belum tepat.

  e) Memberikan latihan, dalam tahap ini guru memberikan latihan terbimbing kepada siswa setelah memperoleh pengetahuan baru secara individu atau berkelompok.

  f) Menilai kinerja siswa dan memberikan umpan balik, guru diharapkan memberikan tanggapan mengenai kegiatan yang telah dilakukan siswa dan umpan balik sebagai bentuk respon atas hasil belajar siswa.

  g) Memberikan latihan mandiri, sebagai langkah akhir guru memberikan tugas kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan yang diperoleh secara mandiri sebagai bentuk latihan lanjutan memahami materi.

  Model pembelajaran langsung memiliki beberapa kelebihan menurut Sudrajat dalam Fathurrohman (2015: 176) antara lain:

  a) Guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan focus.

  b) Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kelas kecil. c) Digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau kesulitan yang mungkin dihadapi siswa sehingga hal tersebut dapat diungkapkan.

  d) Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan kepada siswa yang berprestasi rendah.

  e) Cara untuk menyampaikan informasi yang relatif banyak dalam waktu yang singkat yang dapat diakses setara oleh seluruh siswa.

  Model pembelajaran langsung, tentunya juga memiliki keterbatasan dalam pelaksanaannya seperti: a) Sulitnya mengatasi perbedaan kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pemahaman, gaya belajar, dan ketertarikan siswa.

  b) Model pembelajaran langsung sangat bergantung pada gaya komunikasi guru.

  c) Jika guru tidak siap, tidak antusias, berpengetahuan, dan kurang percaya diri maka pembelajaran akan berjalan terhambat.

5. Permainan Ular Tangga

a) Pengertian Permainan Ular Tangga

  Permainan telah banyak diintegrasikan dalam proses pembelajaran. Sarana perkenalan serta arena pelatihan untuk berperilaku, berpikir secara simbolis dan pemecahan masalah disebut sebagai permainan (Nugrahani, 2007: 40). Ular tangga merupakan salah satu bentuk permainan tradisional yang telah dikenal luas dan mudah dimainkan. Menurut Husna (2009: 145) ular tangga adalah permainan yang menggunakan dadu untuk menentukan berapa langkah yang harus dijalani bidak. Papan ular berupa gambar kotak-kotak yang terdiri dari 10 baris dan 10 kolom dengan nomor 1-100 yang bergambar ular tangga.

  Permainan ular tangga tidak hanya berkembang di Indonesia, namun juga di negara lain. Ular tangga adalah permainan papan untuk anak-anak yang dimainkan oleh 2 orang atau lebih yang diciptakan pada tahun 1870 (Wikipedia, 2015). Papan permainan dibagi dalam kotak-kotak kecil dan di beberapa kotak digambar sejumlah tangga atau ular yang menghubungkannya dengan kotak lain. Ahli sejarah mengatakan bahwa permainan ular tangga telah ada sejak 3.500 sebelum Masehi artinya permainan ini mulai ada sekitar 5.500 tahun yang lalu (Kompasiana, 2015). Pembelajaran yang melibatkan siswa untuk bermain, khususnya permainan ular tangga diharapkan dapat menciptakan pembelajaran menjadi efektif, bermakna, dan menyenangkan.

b) Kelebihan dan Kekurangan Permainan Ular Tangga

  Permainan ular tangga memiliki berbagai kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaannya. Lowe dalam Albab (2014: 63) menyatakan:

  “Snakes and ladders game also can assist in developing basic

  

arithmetic, communication, as well as the concept for which a game has

been developed”.

  Pendapat tersebut memiliki maksud bahwa permainan ular tangga memiliki berbagai kelebihan seperti mengembangkan kemampuan berhitung aritmatika dasar, kemampuan berkomunikasi, serta kemampuan dalam mengembangkan konsep permainan. Permainan ular tangga dapat meningkatkan komunikasi antar pemain, karena permainan ini bersifat kelompok. Kelebihan lain yang dimiliki permainan ular tangga yaitu bermanfaat untuk melatih emosi siswa, melatih kemampuan berhitung, mengembangkan sikap kerja keras dalam mencapai tujuan, serta menumbuhkan sikap tidak putus asa dalam menyelesaikan masalah (Rinso, 2015). Permainan ular tangga selain memiliki kelebihan tentu juga memiliki kekurangan seperti membutuhkan waktu yang lama dalam melaksanakan permainannya, terutama untuk mencapai garis finish. Pemain perlu berupaya untuk mengendalikan emosi ketika turun pada petak di bawahnya, dan bekerja keras dalam melewati proses menuju garis finish sehingga tidak mudah putus asa.

  Berdasarkan kelebihan dan kekurangan yang telah dikemukakan di atas, perlu adanya upaya modifikasi permainan ular tangga agar dapat berjalan dengan efektif dalam pembelajaran dan membuat suasana belajar menjadi menarik untuk siswa. Oleh karena itu, permainan ular tangga yang digunakan dalam pembelajaran dibuat berbeda dengan disesuaikan oleh keluasan cakupan materi dan kondisi kelas, sehingga aturan permainan ular tangga juga dibuat berbeda. Aturan dibuat berbeda dengan tujuan agar permainan ular tangga dapat dimainkan dalam waktu yang tidak terlalu lama namun tetap dapat menyampaikan pengetahuan dan mengembangkan sikap kerja keras siswa.

c) Aturan Permainan Ular Tangga

  Aturan permainan ular tangga yang dilaksanakan dalam pembelajaran yaitu: 1) Waktu yang diberikan dalam pelaksanaan permainan ini adalah 30 menit.

  2) Permainan dilaksanakan secara berkelompok dengan jumlah anggota masing-masing kelompok minimal 5 orang siswa.

  3) Terdapat 100 petak dalam papan permainan ular tangga yang terdiri dari 40 set kartu pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa.

  4) Permainan ular tangga menggunakan dadu untuk menentukan jumlah petak yang harus mereka lalui.

  5) Kelompok yang berhak memulai permainan adalah kelompok yang cepat dan tepat dalam menjawab pertanyaan pembuka dari guru.

  Kelompok yang dapat menjawab dengan benar mendapatkan 10 poin tambahan. Kelompok yang tidak dapat menjawab, maka tidak diperbolehkan untuk mengocok dadu. 6) Masing-masing kelompok memiliki mascot atau spion berupa gelas yang diletakkan di papan permainan dengan satu orang anggota untuk menjalankan, dan masing-masing kelompok memiliki satu orang sekretaris untuk menuliskan jawaban pada LKS yang tersedia.

  7) Kelompok yang sampai di garis finish terlebih dahulu atau kelompok yang berada pada nomor petak paling dekat dengan garis finish adalah kelompok yang menjadi pemenang dalam permainan ini.

6. Materi Energi

  Materi energi dan penggunaannya terdapat pada Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) seperti dalam tabel 2.2 berikut.

Tabel 2.2 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Standar Kompetensi (SK) Kompetensi Dasar (KD)

  8. Memahami berbagai bentuk

  8.1 Mendeskripsikan energi energi dan cara penggunaannya panas dan bunyi yang dalam kehidupan sehari-hari. terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya.

  Energi selalu ada di sekitar kehidupan manusia. Energi tidak selalu dapat dilihat, namun pengaruhnya dapat dirasakan. Energi tidak dapat dimusnahkan, tetapi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk energi lain. Panas dan bunyi merupakan bentuk energi. Berikut ini adalah penjelasan mengenai energi panas dan energi bunyi.

a) Energi Panas

  1) Sumber Energi Panas Panas dapat terjadi karena adanya sumber energi panas.

  Segala sesuatu yang dapat menghasilkan panas disebut sumber energi panas (Haryanto, 2013: 89). Energi panas berasal dari benda bersuhu tinggi (Zuneldi, 2011: 114). Beberapa sumber energi panas yang ada pada kehidupan sehari-hari yaitu:

  (a) Matahari Matahari adalah benda langit yang memiliki cahaya sendiri. Matahari merupakan sumber energi panas terbesar karena sebagian besar energi di bumi, baik langsung maupun tidak langsung berasal dari matahari (Zuneldi, 2011: 115).

  Matahari sering disebut sebagai sumber kehidupan karena mempengaruhi kehidupan seluruh makhluk di bumi.

  (b) Api Api merupakan sumber energi panas. Korek api merupakan salah satu alat untuk menghasilkan api. Energi panas yang dihasilkan oleh api dapat dimanfaatkan untuk memasak makanan. Menurut Zuneldi (2011: 115) beberapa kegunaan api pada kehidupan seperti: (1) Untuk penghangat dan penerangan.

  (2) Untuk memasak. (3) Untuk melelehkan logam yang akan dicetak pada industri logam.

  (4) Untuk melelehkan bahan pembuat kaca pada industri kaca.

  (5) Untuk industri batu bata, tembikar, dan keramik. (c) Gesekan Suatu Benda

  Sumber energi panas yang lain yaitu gesekan. Gesekan yang terus-menerus dapat menimbulkan panas, bahkan dapat menimbulkan api, misalnya gesekan kedua telapak tangan dapat menghasilkan panas (Zuneldi, 2011: 115). Contoh yang lain adalah gesekan antara ujung batang korek api dengan permukaannya dapat menghasilkan panas.

  2) Manfaat Energi Panas Manusia membutuhkan panas untuk tetap bertahan hidup.

  Energi panas memiliki beragam manfaat. Haryanto (2013: 90) mengemukakan beberapa manfaat energi panas yaitu: (a) Panas matahari mempertahankan suhu atmosfer sehingga panas di bumi sesuai untuk kehidupan makhluk hidup.

  (b) Panas matahari memungkinkan terjadinya daur air dan perubahan musim di belahan bumi utara dan bumi selatan.

  (c) Panas matahari berguna untuk mengeringkan pakaian serta bermacam-macam bahan makanan, misalnya gabah padi, ikan asin, kerupuk, dan garam. (d) Panas dari kompor digunakan untuk memasak makanan dan air.

  3) Perpindahan Panas Panas dapat berpindah ke tempat yang lebih dingin. Panas juga dapat berpindah dari sumbernya ke tempat lain. Perpindahan panas terjadi melalui tiga cara yaitu perpindahan panas dengan cara konduksi, konveksi, dan radiasi (Haryanto, 2013: 93).

  (a) Perpindahan panas secara konduksi.

  Perpindahan panas yang tidak diikuti dengan perpindahan bagian-bagian zat yang dilaluinya disebut perpindahan panas secara hantaran atau konduksi. (b) Perpindahan panas secara konveksi.

  Perpindahan panas yang diikuti oleh perpindahan bagian zat yang dilaluinya disebut perpindahan panas secara aliran atau konveksi. (c) Perpindahan panas secara radiasi.

  Perpindahan panas tanpa melalui perantara disebut perpindahan panas secara pancaran atau radiasi.

b) Energi Bunyi

  1) Sumber Energi Bunyi Manusia sering mendengarkan bunyi dalam kehidupan sehari-hari. Benda-benda yang bergetar dan menghasilkan bunyi disebut sumber bunyi (Zuneldi, 2011: 117). Berbagai sumber bunyi yang dapat ditemui dalam kehidupan ini yaitu bunyi dering jam beker, bunyi kicau burung, dan bunyi kendaraan bermotor. Pita suara yang bergetar saat manusia berbicara juga merupakan sumber energi bunyi. 2) Perambatan Bunyi

  Berbagai bunyi yang didengar oleh manusia dihasilkan oleh benda yang bergetar. Bunyi dapat terdengar melalui telinga karena adanya zat perantara (Zuneldi, 2011: 121). Zat perantara meliputi benda padat, benda cair, dan benda gas. Urutan cepat rambat bunyi dari yang paling cepat adalah melalui benda padat, benda cair, dan terkahir benda gas. Sumber bunyi yang letaknya jauh atau tidak dapat terlihat oleh mata dapat didengar oleh telinga karena adanya perambatan bunyi. Berikut ini adalah macam-macam perambatan bunyi: (a) Perambatan bunyi pada benda padat.

  Bunyi dapat merambat lebih cepat melalui benda padat, misalnya bunyi ketukan pada meja. Namun, hal tersebut juga dipengaruhi oleh jenis bahan benda padat tersebut. (b) Perambatan bunyi pada benda cair.

  Bunyi juga dapat merambat melalui benda cair, misalnya bunyi kedua batu yang dibenturkan di dalam air. Perambatan bunyi pada air lebih lambat daripada denda padat. (c) Perambatan bunyi pada benda gas.

  Bunyi, selain merambat melalui benda padat dan benda cair juga dapat merambat melalui gas atau udara, misalnya bunyi bel sekolah dan klakson kendaraan. Bunyi yang merambat pada benda gas lebih lambat dibandingkan pada benda padat dan benda cair. 3) Frekuensi Bunyi

  Tinggi rendahnya bunyi tergantung pada frekuensi bunyi. Frekuensi atau kekerapan adalah banyaknya getaran yang terjadi dalam satu detik (Haryanto, 2013: 98). Berdasarkan frekuensinya, bunyi dapat dibedakan menjadi: (a) Infrasonik, yaitu bunyi yang getarannya kurang dari 20 Hz.

  Bunyi infrasonik hanya dapat didengar oleh hewan-hewan tertentu, misalnya jangkrik.

  (b) Audiosonik, yaitu bunyi yang getarannya antara 20

  • – 20.000 Hz. Audiosonik adalah bunyi yang dapat didengar oleh manusia dengan pendengaran normal.

  (c) Ultrasonik, yaitu bunyi yang getarannya lebih dari 20.000 Hz.

  Bunyi ultrasonik juga hanya didengar oleh hewan-hewan tertentu, misalnya kelelawar dan lumba-lumba.

  4) Manfaat Energi Bunyi Energi bunyi memiliki manfaat bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Manfaat bunyi menurut Haryanto (2013: 99) adalah sebagai berikut:

  (a) Bunyi digunakan oleh manusia dan hewan untuk berkomunikasi.

  (b) Bunyi digunakan untuk menghasilkan musik. (c) Pantulan bunyi dimanfaatkan dalam teknologi sonar untuk mengukur kedalaman laut.

7. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Langsung Menggunakan Permainan Ular Tangga Pada Pembelajaran IPA Materi Energi

  Model pembelajaran langsung menempatkan guru sebagai pemberi informasi secara langsung kepada siswa. Penggunaan permainan ular tangga pada pembelajaran langsung merupakan langkah pelatihan pengetahuan untuk siswa dalam memahami materi energi panas dan bunyi yang diperoleh. Berikut ini merupakan langkah-langkah model pembelajaran langsung menggunakan permainan ular tangga pada pembelajaran IPA materi energi:

  a) Menginformasikan tujuan dan orientasi belajar. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan pentingnya materi energi bagi kehidupan, serta memotivasi siswa agar siap mengikuti pembelajaran.

  b) Mengungkap pengetahuan dan keterampilan prasyarat. Guru bertanya jawab dengan siswa dengan tujuan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa mengenai konsep energi panas, pemanfaatannya, serta konsep energi bunyi. Guru juga memberikan penjelasan atau arahan mengenai kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

  c) Menyampaikan materi pembelajaran, langkah selanjutnya adalah penyampaian materi mengenai konsep serta manfaat energi panas dan bunyi melalui kegiatan demonstrasi percobaan perambatan panas dan bunyi diikuti oleh setiap kelompok.

  d) Melaksanakan bimbingan, guru memandu siswa dalam memahami konsep energi melalui serangkaian pertanyaan yang wajib dijawab siswa dalam LKS. Pertanyaan yang diajukan dalam LKS bertujuan untuk menilai tingkat pemahaman siswa dan mengoreksi kemungkinan kesalahan konsep.

  e) Memberi latihan, latihan yang diberikan siswa untuk mengasah pemahaman siswa mengenai materi energi yang telah diperoleh dilaksanakan dengan menggunakan permainan ular tangga. Setiap kelompok siswa mewakilkan satu orang anggota untuk mengocok dadu dan bersama-sama menjawab pertanyaan yang diajukan guru agar bisa maju ke kotak berikutnya. Jawaban siswa kemudian ditulis pada LKS yang tersedia.

  f) Menilai kinerja siswa dan memberi umpan balik, peran guru dalam fase ini adalah memberikan umpan balik terhadap jawaban siswa dan memberikan penguatan terhadap respon siswa ketika menjawab dengan benar, serta meluruskan jawaban siswa yang belum tepat. Pemberian penguatan bertujuan agar siswa dapat melatih sikap kerja kerasnya ketika menemukan hambatan dalam proses penyelesaian tugas.

  g) Memberikan latihan mandiri, siswa diberikan kesempatan untuk berlatih konsep melalui pemberian pekerjaan rumah untuk menulis contoh perpindahan panas secara konduksi, konveksi, radiasi dalam kehidupan sehari-hari, serta menguraikan perubahan bunyi pada alat musik.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

  Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan, dengan kesamaan menggunakan permainan ular tangga. Hal ini dijadikan bahan pertimbangan dalam melakukan penelitian ini. Hasil penelitian relevan terkait dengan penggunaan permainan ular tangga antara lain:

  1. Penelitian yang dilakukan oleh Rahina Nu grahani dengan judul “Media Permainan Berbasis Visual Berbentuk Permainan Ular Tangga Untuk Meningkatkan Kualitas Belajar Mengajar di Sekolah Dasar” menunjukkan bahwa terdapat peningkatan nilai IPA, IPS, dan Bahasa Inggris siswa sebesar 18,8% setelah menggunakan media pembelajaran ular tangga.

2. Penelitian berjudul “Penggunaan Media Ular Tangga DIKE Untuk

  Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Materi Pesawat Sederhana ” oleh Dike

  Meilia, Oong Komar, dan Ida Kaniawati. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa sebesar 77,7% pada aspek kognitif, 100% pada aspek afektif, dan 83,33% pada aspek psikomotor. Ular Tangga DIKE (Diharapkan Inovatif Kreatif dan Efektif) digunakan untuk meningkatkan hasil belajar, keaktifan, dan keterampilan siswa dalam menggunakan alat peraga.

  3. Penelitian yang dilakukan oleh Suppiah Nachiappan, Nurain Abd.

  Rahman, Harikrishnan Andi, dan Fatimah Mohd Zulkafaly dengan judul “Snake and Ladder Games in Cognition Development on Students with

  Learning Difficulties

  ”. Penelitian yang menggunakan metode kualitatif ini menunjukkan bahwa permainan ular tangga memberikan kesempatan untuk siswa yang mengalami kesulitan belajar dalam kemampuan berhitung matematika, selain itu keterampilan sosial siswa juga berkembang melalui interaksi antar pemain. Belajar sambil bermain dapat digunakan sebagai strategi dan metode pengajaran yang sesuai bagi siswa berkesulitan belajar, serta untuk meningkatkan perkembangan kognitif siswa dengan menciptakan minat untuk terlibat aktif dalam pembelajaran.

C. Kerangka Berpikir

  Pembelajaran IPA sebagai proses, merupakan bentuk penanaman konsep seputar alam semesta dan manusia melalui cara-cara ilmiah yang juga dapat mendidik siswa untuk bekerja keras mempelajari dan mengembangkan ilmu pengetahuan agar dapat bermanfaat bagi manusia. Pentingnya pembelajaran

  IPA di SD khususnya dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran dan sikap kerja keras siswa, memerlukan media pembelajaran yang tepat. Kegiatan wawancara dan observasi yang dilakukan memperoleh hasil bahwa guru mengalami kesulitan untuk menyampaikan materi karena belum tersedianya media pembelajaran yang memadai. Media yang sering digunakan sebelumnya berupa buku teks dan gambar, namun media tersebut belum dapat membantu guru secara efektif.

  Permainan merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan untuk membantu guru dalam penyampaian materi, salah satunya adalah ular tangga. Permainan ular tangga merupakan alat bantu yang memudahkan siswa untuk memahami konsep IPA secara menarik, menyenangkan, dan bermakna karena dapat melatih daya ingat dan karakter. Karakter kerja keras, kerja sama, dan tanggung jawab dapat berkembang melalui penggunaan permainan ular tangga dalam pembelajaran. Permainan ular tangga yang telah dimodifikasi merupakan media pembelajaran yang tepat dan diharapkan dapat mempengaruhi prestasi belajar serta kerja keras siswa kelas IV pada pembelajaran IPA materi energi di SD Negeri 01 Karangnanas.

D. Hipotesis Penelitian

  Berdasarkan kerangka berpikir di atas, dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

  1. Terdapat pengaruh penggunaan permainan ular tangga pada materi energi terhadap prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 01 Karangnanas.

  2. Terdapat pengaruh penggunaan permainan ular tangga pada materi energi terhadap kerja keras siswa kelas IV SD Negeri 01 Karangnanas.

Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 BUMIRATU KECAMATAN PAGELARAN

0 10 34

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 BUMIRATU KECAMATAN PAGELARAN

0 4 22

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK PENINGKATAN PRESTASI DAN AKTIVITAS BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 KRESNOWIDODO KECAMATAN TEGINENENG

0 4 60

STUDI KOMPARASI KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN NHT DAN MAM TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI SITAIL KABUPATEN TEGAL

1 8 306

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) BERBANTUAN PERMAINAN ULAR TANGGA PADA SISWA KELAS 2 SD KANISIUS LODOYONG SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 20162017 LAPORAN TUGAS AKHIR - Institutional

0 0 17

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI FUNGSI PEMBUATAN KARYAMODEL PERUBAHAN ENERGI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA SISWA KELAS IV SD 3 TERBAN

0 0 23

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD

1 1 9

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN MEDIA ULAR TANGGA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS V SD NEGERI GUWO 01

0 3 21

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI FUNGSI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DI KELAS VIII SMP NEGERI 3 MEPANGA

0 0 11

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN POSTER SESSION DAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI IPA MAN PINRANG

0 1 135