PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK PENINGKATAN PRESTASI DAN AKTIVITAS BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 KRESNOWIDODO KECAMATAN TEGINENENG

(1)

ABSTRAK

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK PENINGKATAN PRESTASI DAN AKTIVITAS BELAJAR IPA PADA SISWA

KELAS IV SD NEGERI 2 KRESNOWIDODO KECAMATAN TEGINENENG

Oleh Seryana

Penelitian bertujuan untuk peningkatan aktivitas dan prestasi belajar siswa melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together mata pelajaran IPA siswa kelas IV SDN 2 Kresnowidodo Tegineneng.

Jenis penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Alat pengumpul data berupa lembar observasi dan alat tes. Data di analisis dengan data kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian siklus I rata-rata aktivitas siswa berada pada kategori cukup aktif yaitu 61,34%, pada siklus II berada pada kategori aktif yaitu 77,07%. Prestasi belajar siswa pada siklus I yaitu 52,77%, pada siklus II yaitu 88,88%.


(2)

(3)

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE

NUMBERED HEADS TOGETHER

UNTUK

PENINGKATAN PRESTASI DAN AKTIVITAS BELAJAR IPA

PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 KRESNOWIDODO

KECAMATAN TEGINENENG

Oleh

SERYANA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2014


(4)

(5)

(6)

(7)

MOTO

“Kemenangan paling berharga dalam hidup bukanlah tidak pernah gagal, melainkan kita bisa bangkit setiap kali menemui kegagalan”


(8)

Penulis bernama Seryana, penulis dilahirkan di Gunungsugih baru pada tanggal 12 November 1971. Merupakan anak ke-1 dari 5 bersaudara dari pasangan Bapak Alm Sahmin dan Ibu Zubaidah, menikah dengan Hamzah di Gedung Gumanti pada tanggal 20 Juli 1998.

Pendidikan yang dilalui penulis, menyelesaikan Sekolah Dasar di SD Negeri Negararatu Atas tahun 1985, sekolah dilanjutkan ketingkat pertama swasta Titipasan lulus pada tahun 1988. Kemudian sekolah dilanjutkan ketingkat atas di SPG PGRI Natar lulus pada tahun 1991.

Pada tahun 2010 terdaftar sebagai mahasiswa S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar dalam Jabatan Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas keguruan Universitas Lampung dan selesai pada tahun 2014.

Pengalaman Kerja: Penulis pada tahun 1992 menjadi Tenaga Sukarela/Honor di SD Gunungsugih Baru kecamatan Tegineneng kabupaten Pesawaran, kemudian diangkat sebagai guru bantu pada tahun 2003 di kresnowidodo, kemudian diangkat menjadi pegawai negeri sipil pada tahun 2006 sampai dengan sekarang.

Penulis

Seryana


(9)

PERSEMBAHAN

Hasil karya laporan penelitian tindakan kelas ini kupersembahkan kepada:

1. Ibunda tersayang yang telah membesarkan dan mendidik, mengarahkan

dan senantiasa mendo’akan demi keberhasilanku.

2. Suamiku tercinta dan anak-anakku tersayang, yang selalu mendampingi dan memotivasi penulis.

3. Kepada Ibu Kepala Sekolah dan Bapak/Ibu Dewan Guru dan Staf Tata Usaha di SD Negeri 2 Kresnowidodo Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran, yang telah memberikan dorongan untuk melanjutkan kuliah ini.

4. Teman-teman S1 PGSD Dalam Jabatan 2010, jangan lupakan perjuangan dan kebersamaan selama ini.


(10)

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini pada waktu yang telah ditentukan. Penelitian ini dilaksanakan untuk memenuhi tugas menyelesaikan kuliah pada program S1 PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Dalam pelaksanaan tugas ini, dibimbing dan diarahkan oleh beberapa pihak karena itu pada kesempatan ini saya mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, yang telah memfasilitasi serta kemudahan selama penelitian.

2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan, yang telah memberikan arahan berbagai urusan dalam penyusunan penelitian ini.

3. Bapak Dr. Darsono, M.Pd. selaku ketua program studi S1 PGSD SKGJ, yang telah memberikan arahan berbagai urusan dalam penyusunan penelitian ini. 4. Ibu Dr. Sowiyah, M.Pd., selaku dosen pembimbing dalam penelitian ini, yang

telah banyak membantu, membimbing dan memberikan masukan berarti kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.


(11)

5. Bapak Dr. Herpratiwi, M.Pd., selaku dosen Penguji/Pembahas yang telah banyak memberi masukan kepada penulis.

6. Ibu Sumaini, S.Pd.SD, selaku Kepala Sekolah SD Negeri 4 Kresnowidodo Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran, yang selalu memberikan semangat.

7. Bapak dan Ibu Dosen Program S-1 PGSD Universitas Lampung yang banyak memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan selama masa kuliah.

8. Semua pihak yang telah banyak membatu saya dalam penyelesaian tugas ini.

Saya menyadari sepenuhnya banyak sekali kekurangan dan kesalahan, oleh sebab itu saya berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran demi perbaikan karya tulis ini. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat khususnya bagi saya dan umumnya kepada semua pihak yang telah peduli akan perbaikan kualitas pembelajaran di Sekolah Dasar.

Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmatnya kepada kita semua.

Kresnowidodo, September 2014 Penulis

Seryana


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

A.Model Pembelajaran Kooperatif ... 10

B. Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)... ... 11

C.Aktivitas Belajar ... 14

D.Prestasi Belajar ... 16

E. Teori Belajar dan Pembelajaran ... 18

F. Kinerja Guru ... 20

G.Pembelajaran IPA di SD ... 23

H.Penelitian yang Relavan ... 25

I. Hipotesis Tindakan ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

A. Setting Penelitian ... 29

B. Subyek Penelitian ... 29

C. Prosedur Penelitian ... 29


(13)

G. Indikator Keberhasilan ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

A. Hasil Penelitian ... 44

1. Siklus I ... 44

2. Siklus II ... 54

B. Pembahasan ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 67


(14)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa dan negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi proses pembelajaran. Dalam konteks ini, guru dengan sadar merencanakan kegiatan pembelajaran secara sistematis dan berpedoman pada seperangkat aturan dan rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum.

Kurikulum secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional, tampaknya belum dapat direalisasikan secara maksimal. Salah satu masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran.

Mutu pembelajaran bidang studi IPA sangat ditentukan oleh bagaimana cara guru mengelola pembelajaran IPA itu sendiri. Beranjak dari sini, maka dapat dirumuskan bahwa mutu pembelajaran IPA di sekolah dasar sangat menentukan mutu siswa SD itu dalam penguasaan mata pelajaran IPA, dan pengembangan serta pemanfaatannya di kemudian hari.


(15)

Mata pelajaran IPA berguna untuk pengembangan pengetahuan keterampilan dan sikap ilmiah pada siswa serta memupuk rasa mencintai dan menghargai pencipta-Nya. Pembelajaran IPA menurut hakikatnya adalah untuk menciptakan interaksi antara siswa dengan alam dan persoalannnya sebagai objek kajian IPA. Melihat hakikat yang demikian itu, maka pendekatan dalam belajar yang tepat adalah pendekatan keterampilan proses.

Pendekatan keterampilan proses dalam IPA berinteraksi pada keterampilan proses Sains. Proses sains mencakup serangkaian langkah logis seperti mengadakan observasi, mengidentifikasi masalah, merumuskan hipotesa, melakukan eksperimen, membuat kesimpulan dan menguji kesimpulan. Untuk itu keterampilan pembelajaran harus di kembangkan dalam pembelajaran IPA di SD.

Siswa SD tergolong pada tingkat operasi konkret dalam pengembangan intelektualnya, untuk itu dalam pembelajaran perlu menggunakan benda-benda atau permasalahan-permasalahan yang konkret pula. Jadi pembelajaran IPA-SD yang paling tepat adalah untuk dikembangkan keterampilan proses sains dan dihadapkan langsung dengan obyek/persoalan alam untuk berinteraksi dengannya.

Alam sekitar SD di desa Kresnowidodo menyediakan berlimpah obyek dan persoalan alam yang dapat digali dan dipergunakan sebagai bahan kajian IPA. Perwakilan, rawa-rawa, hutan, pegunungan, sungai, dan sebagainya sangat dominan mewarnai ala pedesaan. Dari berbagai jenis lingkungan ini dapat digali ratusan bahkan ribuan masalah untuk belajar IPA SD. Topik


(16)

bentuk-bentuk benda, sifat-sifat benda sampai dengan adaptasi makhluk hidup terhadap lingkungan hidupnya, dapat dipelajari melalui alam sekitar di pedesaan tersebut. Alam sekitar ini sepenuhnya dipakai sebagai obyek/sumber belajar IPA-SD. Walaupun perlu ditambah buku dan hasil-hasil penelitian modern.

Dibandingkan dengan SD-SD di perkotaan pada umumnya, salah satu perbedaan dalam belajar, adalah lebih mudahnya menemukan obyek-obyek kajian di daerah pedesaan. Namun demikian, hal ini sangat ditentukan oleh kemauan dan kemampuan guru. Melalui pembinaan dengan dikenalkannya pada beberapa teknik laboratorium diharapkan mereka menggali, meniru dan menggunakan alam sekitar tersebut secara lebih baik. Misalnya dilakukan dengan membuat alat-alat peraga sederhana dengan memanfaatkan bahan/benda yang ada di sekitarnya.

Harapan bahwa pembelajaran IPA-SD di daerah pedesaan dapat berlangsung secara lebih baik dibandingkan dengan di perkotaan (lebih kelihatan interaksi antara siswa dengan alam), ternyata masih jauh dari kenyataan; walaupun dipedesaan alam sekitar dapat digali sebagai sumber belajar. Kendala yang terjadi pada SD Negeri 2 Kresnowidodo diantaranya adalah kualifikasi guru IPA yang belum ada, pemahaman guru mengenai IPA dan model pembelajarannya belum memadai, persepsi siswa yang salah terhadap IPA, kurangnya fasilitas pendukung.


(17)

SD Negeri 2 Kresnowidodo terletak di desa Kresnowidodo yang kondisi geografisnya sangat jauh dari keramaian. Selain itu kondisi ruangan belajar yang kurang memadai ditambah dengan kurang kreatifnya guru dalam menyampaikan materi pembelajaran termasuk juga keadaan ekonomi masyarakat yang rata-rata di bawah garis kemiskinan dan tingkat pendidikan orang tua siswa yang masih rendah sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran siswa.

Berdasarkan pengalaman penulis di lapangan, kegagalan dalam belajar rata-rata dihadapi oleh sejumlah siswa yang tidak memiliki dorongan belajar. Rendahnya hasil belajar IPA khususnya pada SDN 2 Kresnowidodo menunjukkan bahwa mata pelajaran IPA kurang diminati dan dipakai. Keberhasilan proses pembelajaran dapat di lihat dari prestasi belajar yang diperoleh siswa. Prestasi belajar yang baik dapat dicapai melalui metode mengajar yang digunakan, motivasi, aktivitas dan perhatian siswa yang tinggi. Tabel 1.1 Hasil Belajar Siswa Kelas III SDN 2 Kresnowidodo pada Mata

Pelajaran IPA Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014 No Tingkat Pengelolaan

Pembelajaran Jumlah Siswa Persentase

1 85-100 3 16,66 %

2 70-84 1 5,56 %

3 60-69 2 11,11 %

4 <60 12 66,67 %

Jumlah 18 100 %


(18)

Pembelajaran yang dilakukan belum terlaksana dengan baik, di lihat dari hasil belajar yang diperoleh belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dari 18 siswa KKM (60), sebanyak 6 (33,33) siswa yang tuntas, sedangkan 12 (66,67) siswa belum tuntas. Kemudian proses pembelajaran di SD Negeri 2 Kresnowidodo kurang meningkatkan kreativitas siswa. Masih banyak tenaga pendidik yang menggunakan metode konvensional secara monoton dalam kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga suasana belajar terkesan kaku dan didominasi oleh sang guru.

Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak guru saat ini cenderung pada pencapaian target materi kurikulum, lebih mementingkan pada penghafalan konsep bukan pada pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang selalu didominasi oleh guru. Dalam penyampaian materi, biasanya guru menggunakan metode ceramah, dimana siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang disampaikannya dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga siswa menjadi pasif.

Upaya peningkatan aktivitas belajar siswa tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru kreatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta didik. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh prestasi belajar yang optimal.


(19)

Proses pembelajaran dalam Kurikulum 2013 menuntut adanya partisipasi aktif dan kreatif dari seluruh siswa. Jadi, kegiatan belajar berpusat pada siswa, guru sebagai motivator dan fasilitator di dalamnya agar suasana kelas lebih hidup.

Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dicirikan oleh struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kooperatif. Siswa yang belajar dalam kondisi pembelajaran kooperatif didorong dan atau dikehendaki untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama, dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya.

Model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) diharapkan dapat menumbuhkan aktivitas kreativitas dan meningkatkan prestasi belajar dan pada gilirannya akan membawa pengaruh yang positif yaitu meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Selain itu, anak-anak juga lebih cepat menyerap ide IPA melalui aktivitasnya. Karena pembelajaran kooperatif terutama teknik NHT (Numbered Heads Together) dianggap cocok diterapkan dalam pendidikan di Indonesia karena sesuai dengan budaya bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi nilai gotong royong. Hal ini mendorong penulis untuk penelitian tentang “Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together untuk Peningkatan Aktivitas dan Prestasi Belajar IPA pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Kresnowidodo Kecamatan Tegineneng”.


(20)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas perlu di identifikasi permasalahan yang ada, yaitu sebagai berikut :

1. Aktivitas belajar IPA siswa yang cendrung rendah, karena IPA yang dipelajari siswa sulit dipahami.

2. Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA masih banyak yang belum mencapai KKM yaitu 66,67

3. Kurangnya perhatian guru menyesuaikan masa perkembangan anak dengan model mengajar.

4. Belum digunakannya model pembelajaran Cooperative Learning tipe Numbered Heads Together.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah :

1. Apakah terdapat peningkatan aktivitas belajar siswa setelah belajar menggunakan model Cooperative Learning tipe Numbered Heads Together pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas IV SD Negeri 2 Kresnowidodo Kecamatan Tegineneng ?

2. Apakah terdapat peningkatan prestasi belajar siswa setelah belajar menggunakan model Cooperative Learning tipe Numbered Heads Together pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas IV SD Negeri 2 Kresnowidodo Kecamatan Tegineneng ?


(21)

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan : 1. Peningkatan aktivitas belajar siswa SD Negeri 2 Kresnowidodo

Kecamatan Tegineneng, mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Melalui model Cooperative Learning tipe Numbered Heads Together.

2. Peningkatan prestasi belajar siswa SD Negeri 2 Kresnowidodo Kecamatan Tegineneng, mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Melalui model

Cooperative Learning tipe Numbered Heads Together.

E. Manfaat penelitian

Adapaun hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

1. Bagi siswa,

a. Berguna untuk memperoleh kemudahan dalam mempelajari mata pelajaran IPA.

b. Siswa lebih termotivasi untuk belajar IPA dan mengingkatkan pemahaman IPA yang bersifat abstak.

2.Bagi guru

a. Melalui model Cooperative Learning tipe Numbered Heads Together


(22)

b. Melalui model Cooperative Learning tipe Numbered Heads Together

dapat memperoleh gambaran nyata tentang proses dan hasil pembelajaran siswa

3. Bagi sekolah

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan informasi dan referensi bagi pihak-pihak lain dalam rangka meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa.

b. Dapat memberikan nilai tambah (value added) yang positif bagi sekolah karena setelah menggunakan model pembelajaran

Cooperative Learning tipe Numbered Heads Together aktivitas dan prestasi belajar siswa meningkat.

4.Bagi Peneliti

Sebagai pengalaman baru bagi peneliti dalam menggunakan suatu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa.


(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Kooperatif

Belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa dapat belajar lebih santai disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

Pada hakikatnya cooperative learning sama dengan kerja kelompok. Oleh karena itu, banyak guru yang menyatakan tidak ada sesuatu yang aneh dalam

cooperative learning dalam bentuk belajar kelompok. Walaupun sebenarnya tidak semua belajar kelompok dikatakan cooperative learning (Rusman, 2012: 203).

Menurut Lie, dalam Taniredja (2011: 56) bahwa model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model

cooperative learning dengan benar-benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif.

Cooperative learning juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan diantara sesama anggota kelompok (Solihatin, E., dan Rahardjo dalam Taniredja, 2011: 56).


(24)

Dari beberapa pendapat oleh para ahli tentang cooperative learning yang telah dikemukakan di atas dapat di simpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran berkelompok dengan memperhatikan keragaman anggota kelompok sebagai wadah siswa untuk bekerjasama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan pada para peserta didik untuk mempelajari suatu dengan yang baik pada yang bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain.

B. Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)

Model pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan model pembelajaran yang dikembangkan oleh Spencer Kagan. Menurut Trianto (2009: 82), NHT merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Sedangkan Huda (2011: 3) menyatakan bahwa model NHT memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat dan dapat meningkatkan kerjasama siswa.

Pada model pembelajaran NHT setiap siswa dalam kelompok diberikan sebuah nomor yang berbeda, sehingga untuk mewakili presentasi di depan kelas guru hanya memanggil nomor-nomor tersebut. Salah satu nomor yang dipanggil untuk mewakili kelompoknya memberikan jawaban secara bergantian, tetapi siswa yang akan mewakili kelompoknya tidak diberitahukan


(25)

terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk memastikan keterlibatan seluruh siswa.

Untuk mencapai tujuan aktivitas dan prestasi belajar siswa perlu mengunakan model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together). Upaya dalam menerapkan metode diskusi kelompok yang inovatif agar dengan metode diskusi kelompok tersebut semua siswa itu bisa ikut terlibat langsung untuk berpikir dalam memecahkan suatu permasalahan dalam kegiatan diskusi serta tidak terjadi saling mengandalkan satu sama lain diantara anggota kelompoknya sehingga semua siswa akan aktif berpikir dan behasil dalam aktivitas pembelajarannya. Upaya tersebut dapat terwujud dengan cara menerapkan model pembelajaran NHT kepala bernomor struktur (Numbered Heads Together) sebagai inovasi untuk mengaktifkan siswa dalam kegiatan diskusi kelompok. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ini merupakan Pembelajaran kooperatif strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. (Nuy, 2011 :5)

Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif NHT (Numbered Heads Together) adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktivitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan suatu masalah. Ibrahim (2000: 28) mengemukakan tiga tujuan yang diharapkan tercapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu :

1. Prestasi belajar akademik stuktural, ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.

2. Pengakuan adanya keragaman, ini bertujuan agar siswa dapat menerima teman - temannya yang mempunyai berbagai latar belakang yang berbeda. 3. Pengembangan keterampilan sosial, ini bertujuan untuk mengembangkan

keterampilan sosial siswa.

Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.


(26)

Numbered Head Together (NHT) merupakan suatu model yang dikembangkan oleh Kagen untuk melibatkan banyak siswa dalam memperoleh materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran (Ibrahim, 2000:28).

Struktur yang dikembangkan oleh Kagen ini menghendaki siswa belajar saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif dari pada penghargaan individual. Ada struktur yang memiliki tujuan umum untuk meningkatkan penguasaan isi akademik dan ada pula struktur yang tujuannnya untuk mengajarkan keterampilan sosial (Ibrahim, 2000:25).

Berdasarkan pengertian di atas model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) adalah pembelajaran kelompok untuk bekerja sama dalam memahami dan menguasai isi materi yang diberikan oleh pendidik.

Menurut Spencer Kagan dalam Aqib (2013:18-19) langkah-langkah pembelajaran menggunakan model kepala bernomor atau Numbered Head Together (NHT) sebagai berikut :

a. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam kelompok mendapatkan nomor.

b. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya. c. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap

kelompok dapat mengerjakannya/ mengetahui jawabannya.

d. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka.

e. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.


(27)

C. Aktivitas Belajar

Pembelajaran adalah upaya secara sistematis yang dilakukan guru untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Kemampuan mengelola pembelajaran merupakan syarat mutlak bagi guru agar terwujud kompetensi profesionalnya. Guru harus memiliki pemahaman yang utuh dan tepat terhadap konsepsi belajar dan mengajar.

Menurut Dimyati dan Mudjiono, (2006: 62) bahwa guru harus berperan dalam mengorganisasikan kesempatan belajar bagi masing-masing siswa, artinya mengubah peran guru dari bersifat didaktis menjadi lebih bersifat mengindividualis, yaitu menjamin bahwa setiap siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan.

Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa guru harus memberikan kesempatan belajar kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan.

Selanjutnya aktivitas belajar yang dapat dilakukan siswa di kelas, tidak hanya mendengarkan dan mencatat saja tetapi ada beberapa macam aktivitas yang dilakukan siswa, berikut adalah teori menurut Nasution, (2004: 9) antara lain :

1. Visual Activities seperti membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan.

2. Oral Activities seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, diskusi.

3. Listening Activities seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.


(28)

4. Writing Activities seperti menulis cerita, karangan, laporan, tes, angket, menyalin.

5. Drawing Activities seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola.

6. Motor Activities seperti melakukan percobaan, membuat kontruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang.

7. Mental Activities seperti mengingat, menanggap, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan,.

8. Emotional Activities seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup.

Kegiatan-kegiatan tersebut tidak terpisah satu sama lain. Dalam suatu kegiatan motoris terkandung kegiatan mental dan disertai oleh perasaan tertentu, dan sebagainya. Dalam tiap pelajaran dapat dilakukan bermacam-macam kegiatan atau aktivitas siswa sesuai dengan karakteristiknya.

Kegiatan pembelajaran yang melibatkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran akan berdampak baik pada hasil belajarnya. Seperti yang dikemukakan oleh Djamarah, (2000: 67) bahwa: “Belajar sambil melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi anak didik, sebab kesan yang dapat didapatkan oleh anak didik lebih tahan lama tersimpan didalam benak anak didik”.

Dilihat dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran adalah melakukan aktifitas akan menghasilkan banyak pengetahuan dan akan tersimpan lebih banyak didalam benak anak didik.

Sedangkan menurut John dalam Dimyati dan Mudjiono, (2006: 44) mengemukakan bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri,


(29)

guru sekedar pembimbing dan pengarah. Sedangkan menurut Hamalik, (2001: 171) mengatakan bahwa pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Belajar adalah kegiatan yang dilakukan siswa itu sendiri, kemudian inisiatif akan datang dengan sendirinya dan guru hanya memberikan membimbing serta guru hanya menyediakan kesempatan belajar bagi siswa.

D. Prestasi Belajar

Pada dasarnya dengan belajar diharapkan kemampuan siswa bisa meningkat. Ranah kognitif, afektif dan psikomotor siswa semakin berfungsi. Dimyati dan Mudjiono (2006: 22) memberikan ilustrasi bahwa ranah kognitif, siswa dapat memiliki pengetahuan, pemahaman, dapat menerapkan, melakukan analisis, sintesis, dan mengevaluasi. Pada ranah afektif, siswa dapat melakukan penerimaan, partisipasi, menentukan sikap, mengorganisasi dan membentuk pola hidup. Pada ranah psikomotor, siswa dapat mempersepsi, bersiap diri, membuat gerakan-gerakan sederhana dan kompleks, membuat penyesuaian pola gerak dan menciptakan gerakan-gerakan baru.

Berdasarkan uraian di atas maka yang dimaksud dengan prestasi belajar pada penelitian ini adalah jelas bahwa suatu proses pembelajaran akan menghasilkan kemampuan manusia berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Perubahan kemampuan merupakan indikator untuk menunjukkan hasil belajar siswa. Perubahan perilaku yang harus dicapai


(30)

tertuang dalam tujuan pembelajaran dan dapat diukur dengan menggunakan tes dan non-tes.

Prestasi belajar kemampuan seorang dalam pencapaian berfikir yang tinggi. Prestasi belajar harus memiliki tiga aspek, yaitu kognitif, affektif dan psikomotor. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik-baiknya pada seorang anak dalam pendidikan baik yang dikerjakan atau bidang keilmuan. Prestasi belajar dari siswa adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa yang didapat dari proses pembelajaran. Prestasi belajar adalah hasil pencapaian maksimal menurut kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap sesuatu yang dikerjakan, dipelajari, difahami dan diterapkan. Sedangkan dari sisi guru prestasi belajar merupakan suatu pencapaian tujuan pengajaran.

Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun secara kelompok (Djamarah dalam Wijiriyanto 2012:1). Sedangkan menurut Dahar dalam Wijiriyanto (2012 :1) bahwa prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja.

Dari pengertian yang dikemukakan tersebut di atas dapat dipahami bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati, yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun secara kelompok dalam bidang kegiatan tertentu.


(31)

Dengan demikian prestasi belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau pikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu, penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif.

E. Teori Belajar dan Pembelajaran 1. Teori Belajar

Seseorang dikatakan belajar jika adanya perubahan tingkah laku. Sebagaimana dinyatakan Arsyad (2011: 4–5) belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, sikap dan keterampilan. Schwartz (Hernawan, dkk., 2007: 2) belajar merupakan perubahan perilaku yang menetap, yang tidak berhubungan dengan kematangan, obat-obatan, atau keadaan fisiologis, melainkan merupakan hasil pengalaman dan sering kali dipengaruhi oleh latihan. Adapun pengertian

lain menurut Winkel (Angkowo & Kosasih, 2007: 48) bahwa belajar berarti perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan, misalnya membaca, mengamati, mendengarkan dan menirukan. Kemudian Hamalik (2008: 27) menyatakan bahwa belajar adalah suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.


(32)

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, pada dasarnya sama. Sebagaimana belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang didapat dari pengalaman yang dialami oleh seseorang. Belajar tidak dapat diwakilkan kepada orang lain, sehingga harus ada keterlibatan langsung orang yang belajar, begitu juga dengan siswa. Oleh karena itu aktivitas siswa juga harus diperhatikan.

2. Pembelajaran

Menurut Winataputra (2008: 1.18) pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik.

Oleh karena itu pembelajaran merupakan upaya sistematis dan sistematik untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan proses belajar mengajar maka kegiatan pembelajaran berkaitan erat dengan jenis hakikat, dan jenis belajar serta hasil belajar tersebut. Pembelajaran harus menghasilkan belajar, tetapi tidak semua proses belajar terjadi karena pembelajaran.

Menurut Gagne, Briggs, dan Wager dalam Wiranataputra (2008: 1.19), pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadi proses belajar pada siswa.

Jadi pembelajaran adalah segala sesuatu yang berpengaruh langsung terhadap proses belajar siswa.


(33)

F. Kinerja Guru

Pengembangan kinerja guru merupakan faktor yang amat menentukan pada keberhasilan proses pendidikan dan pembelajaran dalam era perkembangan pengetahuan yang sangat cepat dewasa ini. Pengembangan kinerja pada dasarnya menggambarkan kemampuan suatu profesi guru termasuk profesi guru untuk terus menerus melakukan upaya peningkatan kompetensi yang berkaitan kompetensi yang berkaitan dengan peran dan tugas sebagai pendidik.

Kemampuan untuk terus menerus meningkatkan kualitas kinerja guru yang dilakukan oleh guru akan memperkuat kemampuan profesional guru sehingga dengan peningkatan tersebut kualitas proses dan hasil pendidikan dan pembelajaran akan semakin bermutu, berarti bahwa kinerja guru mendapatkan faktor yang amat menentukan bagi mutu pembelajaran yang akan berimplikasi pada kualitas output pendidikan setelah menyelesaikan sekolah. ntuk menciptakan peserta didik yang berkualitas, guru harus menguasai 4 kompetensi. Keempat kompetensi yang harus dikuasai guru untuk meningkatkan kualitasnya tersebut adalah kompetensi pedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian. Guru harus sungguh-sungguh dan baik dalam menguasai 4 kompetensi tersebut agar tujuan pendidikan bisa tercapai. berikut kompetensi guru berdasarkan Depmendiknas nomor 16 tahun 2006:

1. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan dengan menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik,


(34)

moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

2. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan dengan bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.


(35)

3. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan dengan bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

4. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan dengan menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.

G. Pembelajaran IPA di SD

Pembelajaran merupakan bagian terpenting dari kehidupan manusia sekaligus membedakan manusia dengan hewan. Hewan juga belajar tetapi lebih


(36)

ditentukan oleh insting, sedangkan manusia, belajar berarti rangkaian menuju kedewasaan guna menuju kehidupan yang lebih berarti. Oleh karena itu, berbagai pandangan yang menyataka bahwa pendidikan merupakan proses budaya untuk mengangkat harkat dan martabat manusia dan berlangsung sepanjang hayat. Dalam hal ini, pendidikan IPA juga memegang peranan yang menentukan bagi perkembangan manusia karena Ilmu Pegetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prisip-prinsip saja tetapi juga merupakan proses penemuan.

Upaya peningkatan mutu pendidikan perlu dilakukan menyeluruh meliputi pengetahuan, sikap dan nilai ilmiah. Pengembangan aspek-aspek tersebut dilakukan untuk meningkatkan dan menembangkan kecakapan hidup (life skills) melalui seperangkat kompetensi, agar siswa dapat bertahan hidup, menyesuaikan diri, dan berhasil dimasa yang akan mendatang. Kemampuan ini membutuhkan pemikiran, antara lain berfikir sistematis, logis dan kritis yang dapat dikembangkan melalui pembelajaran IPA.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran IPA, guru sebagai pengelola langsung pada proses pembelajaran harus memahami karakteristik (hakikat) dari pendidikan IPA sebagaimana dikatakan (Depdiknas, 2006:47), bahwa:

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,


(37)

konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

Proses belajar IPA diperlukan suatu komponen untuk mencapai pembelajaran yang konstektual. Program pembelajaran merupakan rencana kegiatan kelas yang direncanakan oleh guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang dilakukan bersama siswanya yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari. Dengan demikian, program yang dirancang oleh guru benar-benar terencana dan dikerjakan oleh siswa secara bersama siswanya. Belajar IPA memerlukan pemusatan pikiran untuk mengingat dan mengenal kembali semua aturan yang ada dan harus dipenuhi untuk menguasai materi yang dipelajari.

Berdasarkan uraian di atas, pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang bersifat abstrak sehingga dituntut kemampuan guru untuk mengupayakan metode yang menarik sesuai tingkat kemampuan siswa dan perkembangan mental. Maka diperlukan model pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk mencapai kompetensi dasar dari indikator.


(38)

H. Penelitian yang Relevan

Pada dasarnya suatu penelitian tidak berjalan dari nol secara murni. Umumnya telah ada acuan yang mendasari atau penelitian yang sejenis. Oleh karena itu perlu dikemukakan penelitian yang terdahulu dan relevansinya. Telah banyak dilakukan penelitian untuk mencari penyebab ketidakstabilan dalam pembelajaran. Hasil penelitian Yani, Yuli (2013) yang berjudul “Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) pada Mata Pelajaran IPS di Kelas X.1 Semester Genap pada SMK Bakauheni Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2012/2013” dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran NHT dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran NHT dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, hal tersebut terlihat pada analisis data siklus I pertemuan pertama sebesar 55,88% dan pada siklus I pertemuan kedua sebesar 61,76%, siklus II pertemuan sebesar 73,52% dan siklus II pertemuan kedua sebesar 79,41% dan siklus III pertemuan sebesar 85,29% dan siklus III pertemuan kedua sebesar 94,12%. dan persentase ketuntasan kelas dan nilai rata-rata kelas pada siklus I menunjukan persentase ketuntasan sebesar 61,76% pada siklus II mengalami peningkatan dengan persentase ketuntasan sebesar 76,47% dan pada siklus III mengalami peningkatan dengan persentase ketuntasan sebesar 91,18%.


(39)

Penelitian tersebut dapat menjadi acuan bagi peneliti untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas. Terdapat beberapa persamaan dengan penelitian yang dilakukan, yaitu model pembelajaran yang diterapkan sama model pembelajaran Numbered Head Together (NHT), masalah yang diteliti yaitu aktivitas belajar, jenis penelitian menggunakan penelitian tindakan kelas. Perbedaan hasil penelitian tersebut yaitu subjek penelitian di mana penelitian tersebut meneliti kelas IX sedangkan peneliti meneliti pada siswa kelas IV, kemudian variabel yang yang diukur tersebut adalah hasil belajar sedangkan peneliti meneliti prestasi belajar, kemudian mata pelajaran yang diteliti tersebut adalah IPS sedangkan peneliti meneliti mata pelajaran IPA.

Penelitian Putra, Arief Bachtiar (2013) yang berjudul “Penggunaan Model

Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan Media Grafis untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran PKn Kelas V B SD Negeri 5 Metro Barat Tahun Pelajaran 2012/2013”

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran NHT dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, hal tersebut terlihat pada analisis data dari persentase rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I (35,71%), siklus II (58,93%), dan siklus III (87,5%). Peningkatan dari siklus I ke siklus II (23,22%) dan dari siklus II ke siklus III (28,6%). Sementara rata-rata nilai hasil belajar siswa pada siklus I (57,86), siklus II (65), dan siklus III (90). Peningkatan dari siklus I ke siklus II (7,14) dan dari siklus II ke siklus III (25).


(40)

Penelitian tersebut dapat menjadi acuan bagi peneliti untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas. Terdapat beberapa persamaan dengan penelitian yang dilakukan, yaitu model pembelajaran yang diterapkan sama model pembelajaran Numbered Head Together (NHT), masalah yang diteliti yaitu aktivitas belajar, jenis penelitian menggunakan penelitian tindakan kelas. Perbedaan hasil penelitian tersebut yaitu subjek penelitian di mana penelitian tersebut meneliti kelas V sedangkan peneliti meneliti pada siswa kelas IV, kemudian variabel yang yang diukur tersebut adalah hasil belajar sedangkan peneliti meneliti prestasi belajar, kemudian mata pelajaran yang diteliti tersebut adalah PKn sedangkan peneliti meneliti mata pelajaran IPA.

Penelitian yang telah dilakukan tersebut menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) sangat berpengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu untuk lebih mengembangkan penelitian-penelitian yang ada, oleh karena itu peneliti akan menerapkan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dalam kegiatan pembelajaran.


(41)

I. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas, maka dapat dikemukakan hipotesis tindakan yaitu Jika model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dilakukan dengan langkah-langkah yang benar, maka :

1. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Kresnowidodo Kecamatan Tegineneng

2. Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Kresnowidodo Kecamatan Tegineneng.


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini adalah di SD Negeri 2 Kresnowidodo di Desa Kresnowidodo Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran.

2. Waktu Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015, yaitu bulan Agustus 2014 sampai dengan bulan Agustus 2014.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV SD Negeri 2 Kresnowidodo Kecamatan Tegineneng pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014, dengan jumlah siswa 18 orang yang terdiri dari 12 laki-laki dan 6 perempuan, siswa dikelompokkan menjadi lima kelompok.

C. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam beberapa siklus sampai indikatornya tercapai, dimana tiap siklus dilaksanakan dalam dua kali tatap muka. Setiap siklus terdiri dari 4 (empat fase) kegiatan, kegiatan tersebut yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.


(43)

maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Suharjono (dalam Takari 2008: 11). Setiap siklus meliputi rencana (planning), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Penjelasan untuk per siklusnya adalah:

1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian, peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.

2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dan diterapkannya metode pembelajaran demonstrasi.

3. Refleksi, peneliti bersama teman sejawat (observer) mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.

4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.


(44)

Adapun tahapan per siklus menurut Suharjono (dalam Takari 2008: 11) dapat di lihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 3.1 Alur Tahapan Penelitian Tindakan Kelas Per Siklus

Rencana penelitian minimal dalam dua putaran, dimana masing-masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing-masing putaran. Dibuat dalam beberapa putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang akan dilaksanakan sebagai berikut :

Perencanaan

Pengamatan

Perencanaan

Pelaksanaan

Refleksi SIKLUS I

Pelaksanaan

Pengamatan


(45)

Siklus I

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini adalah menyusun rancangan pembelajaran dan menyusun lembar kegiatan yang akan diberikan kepada siswa saat belajar, merancang alat penelitian yang akan digunakan sebagai tindakan, antara lain sebagai berikut: 1) menganalisis Silabus/Kurikulum 2013, 2) menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran mata pelajaran IPA, 3) menyiapkan media sumber daya alam dan pemanfaatannya, 4) menyiapkan instrumen (tes akhir), 5) tes dan pedoman observasi.

2. Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan ini berupa penerapan kegiatan pembelajaran yang telah disusun dalam perencanaan. Prosesnya mengikuti skenario pembelajaran. Adapun urutannya sebagai berikut:

a. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapatkan nomor.

b. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.

c. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap kelompok dapat mengerjakannya/ mengetahui jawabannya.

d. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka.

e. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.


(46)

f. Kesimpulan.

3. Observasi

Pada saat pembelajaran berlangsung seorang observer melakukan observasi kinerja guru dan mengisi lembar observasi yang telah disediakan.

4. Refleksi

Tahapan penelitian mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan dengan menggunakan berbagai kriteria. Refleksi dilakukan dengan mengidentifikasikan rencana tindakan yang terlaksana dan belum terlaksana serta efek-efek yang timbul karena tindakan yang bersangkutan serta penentuan tingkat perkembangan atau keberhasilan penerapan tindakan.

Siklus II

1. Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I maka peneliti berusaha untuk memperbaiki kinerjanya pada siklus II. Pada siklus II peneliti berusaha untuk lebih membimbing siswa untuk menemukan konsep dan menegur siswa yang tidak saling membantu dalam kelompoknya.

2. Pelaksanaan Tindakan


(47)

pelaksanaannya berdasarkan hasil refleksi siklus I. Pada tahap ini peneliti menyiapkan hal-hal yang dibutuhkan diantaranya satuan pembelajaran, rencana pembelajaran dan media pembelajaran seperti RPP.

3. Observasi

Pada saat pembelajaran berlangsung seorang observer melakukan observasi kinerja guru dengan mengisi lembar observasi yang telah disediakan.

4. Refleksi

Selain proses pembelajaran penelitian ini juga melakukan pemantauan dan evaluasi. Pemantauan terhadap pembelajaran menggunakan alat-alat bantu berupa catatan yang bertujuan untuk menentukan jenis tindakan perbaikan pada pembelajaran siklus berikutnya.

D. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpul data yang dilakukan menggunakan : 1. Tes Prestasi Belajar

2. Lembar panduan observasi aktivitas siswa 3. Lembar panduan observasi aktivitas guru E. Teknik Pengumpulan Data

a. Data Aktivitas Siswa

Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam pengumpulan data aktivitas siswa dilakukan dengan menggunakan lembar aktivitas siswa. Lembar aktivitas


(48)

siswa digunakan untuk mengamati kegiatan siswa yang tidak relevan terhadap pembelajaran. Hal dasar yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran adalah adanya aktivitas siswa dalam belajar.

Data aktivitas siswa ini dianalisis dengan menggunakan data kualitatif, karena data yang berbentuk kategori/kualitatif. Teknik ini digunakan untuk menganalisis sejauh mana tingkat tingkat keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas. Data diperoleh dari rencana pembelajaran dan lembar observasi.

b. Data Pengelolaan Pembelajaran Di Kelas

Data pengelolaan pembelajaran diperoleh dari hasil observasi oleh observer melalui lembar observasi terfokus pengelolaan pembelajaran yang disesuaikan dengan tahap-tahap berupa langkah-langkah pembelajaran kooperatif learing. Hal-hal yang diamati adalah berupa tingkah langkah-langkah pembelajaran, diambil pada saat proses tindakan pembelajaran oleh guru berlangsung, kegiatan belajar yang sesuai dengan indikator akan diberi tanda V.

F. Teknik Analisis Data

1. Teknik Analisis Data Kualitatif

Dalam penelitian ini menggunakan Teknik Analisis Data Kualitatif, analisis kualitatif akan digunakan untuk menganalisis data aktivitas siswa dan kinerja guru selama pembelajaran berlangsung. Data diperoleh dengan


(49)

mengadakan pengamatan secara langsung terhadap aktivitas siswa dan kinerja guru dengan menggunakan lembar observasi.

a. Aktivitas belajar siswa

Tabel 3.1 Kisi-kisi Aktivitas Belajar Siswa

No Indikator Pernyataan Skor

1 Visual

activities

Mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru, mengikuti

pembelajaran

3

2 Oral

activities

Mengajukan pertanyaan, mengemu-kakan dan menjawab pertanyaan, memberikan dan mengemukakan pendapat

3

3 Motor

activities

Melaksakan interuksi, menyelesaikan

tugas 2

4 Mental

activities Memecahkan masalah 1

5 Emotional

activities

Menghormati guru, berinteraksi dengan teman, menghargai dan tidak mengganggu teman

3

Jumlah 12

Tabel 3.2 Aspek dan Kriteria Penilaian Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran

No Aspek Indikator Kriteria

Penilaian 1 Interaksi siswa

dengan guru selama proses pembelajaran

(a) Melaksanakan intruksi/ perintah guru;

(b) Mendengarkan dan memperhatikan

penjelasan guru dengan seksama;

(c) Menghormati dan menghargai guru

Nilai 3, jika tiga indikator masing-masing aspek terpenuhi

Nilai 2, jika dua indikator masing-masing aspek 2 Interaksi antar

sesama siswa selama proses pembelajaran berlangsung

(a) Berinteraksi sesama teman dengan baik; (b) Menghargai pendapat

teman;


(50)

teman terpenuhi

Nilai 1, jika satu indikator masing-masing aspek terpenuhi

Nilai 0, jika tidak ada indikator masing-masing aspek yang terpenuhi 3 Aktivitas siswa

dalam

kelompoknya

(a) Berdiskusi

memecahkan masalah dalam kelompok; (b) Bekerjasama dalam

menyelesaikan tugas kelompok;

(c) Memberikan pendapat dalam kelompok. 4 Partisipasi

siswa dalam kegiatan pembelajaran

(a) Mengajukan pertanyaan (b) Mengemukakan

pendapat atau

menjawab pertanyaan; (c) Mengikuti semua

tahapan pembelajaran dengan baik

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Soal Siklus I dan II Mata Pelajaran IPA No.

Urut

KI 1 Kompetensi

Dasar

Indikator Pencapaian Kompetensi

Materi Kelas/ Smt

Indikator Soal

Nomor Soal

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Memahami penge-tahuan faktual dengan cara meng-amati (mendengar, melihat, membaca) dan bertanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain. 3.5 Memaha-mi sifat-sifat bunyi melalui pengamatan dan keterkaitan-nya dengan indera pendengaran Menjelaskan sumber bunyi dalam bentuk tulisan

Bunyi IV/I Isian Siklus I pertemuan I nomor 1-10 4.4 Menyaji-kan hasil percobaan atau observasi tentang bunyi Menyajikan hasil percobaan atau observasi tentang bunyi

Bunyi IV/I Isian Siklus I pertemuan II nomor 1-10

2 Memahami penge-tahuan faktual dengan caramenga-mati (mendengar, melihat, membaca) dan bertanya berdasarkan rasa 3.5 Memaha-mi sifat-sifat bunyi melalui pengamatan dan keterkaitan-Menulis laporan berdasarkan hasil percobaan tentang bunyi dengan melengkapi

Bunyi IV/I Isian Siklus II pertemuan I nomor 1-10


(51)

ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain. nya dengan indera pendengaran tabel 4.4 Menyaji-kan hasil percobaan atau observasi tentang bunyi Membuat peta pikiran tentang indra pendengaran

Bunyi IV/I Isian Siklus II pertemuan II nomor 1-5

Tabel 3.4 Format Instrumen Penilaian Aktivitas Siswa

No Nama Siswa

Skor per Aspek Aktivitas Jumlah Skor Aktivitas (%) Ket

1 2 3 4

1 2 3 4 ...

Jumlah Skor Perolehan Skor Maksimal

Skor Rata-rata

Proses analisis yang dilakukan terhadap data aktivitas belajar siswa sebagai berikut :

1. Setiap siswa memperoleh skor dari aktivitas belajar yang dilakukan sesuai dengan aspek yang diamati. Berikut lembar penilaian aktivitas belajar siswa.

2. Jumlah skor adalah penjumlahan dari skor setiap aspek yang diamati


(52)

R

NP = X 100% SM

3. Persentase aktivitas siswa setiap siswa setiap pertemuan diperoleh dengan rumus :

Keterangan :

NP = Persentase aktivitas yang dicari R = Skor yang diperoleh

SM = Skor maksimum 100% = Bilangan tetap (Adaptasi dari Purwanto, 2008: 102)

Tabel 3.5 Klasifikasi Aktivitas Siswa

No Rentang Skor Tingkat Aktivitas Belajar Siswa 1 >75,6 Aktif

2 59,4-75,5 Cukup Aktif 3 <59,4 Kurang Aktif

Sumber; Memes dalam Sutarti 2011: 24

b. Kinerja guru

Berikut format instrumen pengamatan kinerja guru dalam kegiatan pembelajaran dengan memberikan tanda ceklis pada skor pengamatan. Tabel 3.6. Format Instrumen Pengamatan Kinerja Guru

Tahap Aspek yang diamati

Dilakukan Skor Ya Tidak 1 2 3 4 Tahap

Pendahuluan

1.Mengkondisikan siswa 2.Menyampaikan tujuan

pembelajaran

3.Memotivasi siswa dengan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan materi sumber daya alam dan pemanfaatannya

Tahap I 1.Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan


(53)

Menyajikan informasi

demonstrasi atau lewat bahan bacaan

2.Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang sesuatu yang berhubungan dengan sumber daya alam dan pemanfaatannya. 3.Melakukan penilaian Tahap II

Mengorganisasi kan siswa untuk belajar

1.Membentuk kelompok belajar siswa

2.Siswa secara berkelompok membahas materi sumber daya alam dan

pemanfaatannya 3.Melakukan penilaian Tahap III Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

1.Guru membimbing siswa untuk menyelidiki dan menyebutkan sumber daya alam yang ada di sekitar sekolah

2.Membimbing siswa mencari informasi tentang sumber daya alam secara langsung

3.Membimbing membuat laporan hasil penyelidikan sumber daya alam yang telah catat masing-masing kelompok Tahap IV Mengembang-kan dan menyajikan penyelidikan

1.Guru membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. 2.Guru menjadi fasilitator

dalam presentasi siswa 3.Memotivasi siswa agar lebih aktif dalam proses pembelajaran.

4.Melakukan penilaian. Tahap V Menganalisis dan mengevaluasi proses pembelajaran

1.Melakukan refleksi (kerjasama, komunikasi, bertanya)

2.Melakukan analisis 3.Melakukan evaluasi 4.Melakukan penilaian Tahap 1.Merangkum dan menarik


(54)

R

NP = X 100% SM

Penutup kesimpulan 2.Memberi tugas

menyelesaikan lembar kerja siswa

3.Menganalisis dan mengevaluasi proses pembelajaran. Jumlah Skor Rata-rata Skor Keterangan:

1 = Kurang dilakukan 2 = Cukup dilakukan 3 = Baik dilakukan

4 = Sangat baik dilakukan

Analisis data pengamatan pembelajaran dihitung dengan rumus Keterangan :

NP = Persentase aktivitas yang dicari R = Skor yang diperoleh

SM = Skor maksimum 100% = Bilangan tetap (Adaptasi dari Purwanto, 2008: 102)

Tabel 3.7 Klasifikasi Pengamatan Kinerja Guru

No Rentang Skor Rata-rata Kriteria

1 3,25-4,00 Sangat Baik

2 2,50-3,24 Baik

3 1,75-2,49 Cukup Baik

4 1,00-1,74 Kurang Baik


(55)

2. Teknik Analisis Data Kuantitatif

Analisis kuantitatif akan digunakan untuk mendiskripsikan berbagai dinamika kualitas atau prestasi belajar siswa dalam hubungannya dengan penguasaan materi yang diajarkan oleh guru.

Kisi-kisi soal adalah suatu format yang memuat kriteria tentang soal-soal yang diperlukan atau hendak disusun. Berikut adalah kisi-kisi soal:

Data prestasi belajar siswa diperoleh dari nilai lembar kerja siswa, nilai kerja kelompok siswa, dan presentasi siswa. Data prestasi belajar tiap siklus dan dianalisis dengan cara berikut :

Tabel 3.8 Format Data Prestasi Belajar Siswa

No Nama Siswa Pertemuan Ke-

Skor Keterangan

1 2 3 Dst

Jumlah Rata-rata Tuntas Tidak Tuntas

Presentase Ketuntasan

Jumlah Siswa Tuntas

%Ketuntasan =

Jumlah Siswa

Tabel 3.9 Klasifikasi Prestasi Belajar

Skor / Nilai Ketentuan

< 60 Tidak Tuntas

≥ 60 Tuntas


(56)

G. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan penelitian ini adalah:

1. Tingkat keaktifan siswa selama kegiatan pembelajaran ≥ 75% dari jumlah keseluruhan siswa.


(57)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil penelitian yang dilakukan peneliti diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPA dikelas IV SDN 2 Kresno Widodo mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data hasil observasi terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran dengan rata-rata 61,34% (cukup aktif) pada siklus I menjadi 77,07% (aktif) pada siklus II sehingga mengalami peningkatan 15,73%.

2. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran NHT dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SDN 2 Kresno Widodo pada mata pelajaran IPA. Peningkatan prestasi belajar ini terlihat dari rata-rata 52,77% (tidak tuntas), pada pelaksanaan siklus II, mengalami peningkatan, yakni rata-rata 88,88% (tuntas), sehingga mencapai peningkatan rata-rata 36,11%.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, bahwa penggunaan model pembelajaran NHT pada mata pelajaran IPA dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas IV SDN 2 Kresno Widodo maka penulis menyarankan:


(58)

1. Bagi Siswa

a) Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model NHT, siswa dibiasakan untuk belajar kelompok untuk melatih kerjasama yang baik antar teman.

b) Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model NHT, guru harus lebih memotivasi siswa dan dituntut untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran IPA maupun pelajaran yang lainnya.

2. Bagi Guru

a) Meskipun penelitian tindakan kelas ini hanya 2 siklus dan sudah mencapai indikator keberhasilan, namun guru hendaknya terus mengadakan penelitian selanjutnya, agar kemampuan siswa terus meningkat.

b) Siswa dilatih untuk mengemukakan pendapat di depan teman-temannya, dan lebih menghargai temannya.

3. Bagi Sekolah

a) Menyediakan sarana dan prasarana yang berguna untuk proses belajar mengajar.

b) Mendukung adanya penelitian tindakan kelas ini, karena sangat bermanfaat untuk kemajuan sekolah.


(59)

DAFTAR PUSTAKA

Angkowo & Kosasih. 2007. Optimalisasi Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Grafindo.

Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Aqib, Zainal. 2013. Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya.

Depdiknas, 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Kerangka Dasar. Jakarta: Pusat Kurikulum.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Konsep dan Pembelajaran Media. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. ______________ 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hernawan, Asep Herry, dkk. 2007. Belajar dan Pembelajaran Sekolah Dasar.

Bandung: UPI PRESS..

Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning Metode. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ibrahim, 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Surabaya University Press. Nasution, 2004. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, Jakarta:

Bumi Aksara.

Nuy, 2011. Penerapan Model Pembelajaran NHT Kepala Bernomor Struktur (Numbered Heads Together) Sebagai Inovasi untuk Mengaktifkan Siswa Dalam Kegiatan Diskusi Kelompok. Diakses 14 November 2011, pada. http://nuy-acbt.blogspot.com/2011/11/penerapan-model-pembelajaran-nht-kepala.html. Di Unduh pada 03 Mei 2014.

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung : PT. Rosdakarya.


(60)

Putra, Arief Bachtiar. 2013. Skripsi: Penggunaan Model Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan Media Grafis untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran PKn Kelas V B SD Negeri 5 Metro Barat Tahun Pelajaran 2012/2013,

Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Cet Ke-2.

Sutarti, 2011. Modul 34 Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Sertifikasi dalam Jabatan Tahun 2011 Rayon 07 Universitas Lampung. FKIP Unila. Lampung

Takari, R, E. 2008. Penelitian Tindakan Kelas pada Kegiatan Pengembangan Profesi Guru Sertifikasi dalam Jabatan Tahun 2011 Rayon 07 Universitas Lampung. FKIP Unila. Lampung.

Taniredja, Tukiran., Efi. M dan Sri. H,. 2011 Model-model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta Cet Ke-2

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup

Wijiriyanto. 2012. Pengertian prestasi belajar. Diakses pada 03 Januari 2012, pada. http://wijiriyanto.wordpress.com/2012/01/03/pengertian-prestasi-belajar/. Di Unduh pada 17 Mei 2014.

Winataputra, Udin S. Dkk.2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka. Cet ke-3.

Yani, Yuli. 2013. Skripsi: Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) pada Mata Pelajaran IPS Di Kelas X.1 Semester Genap pada SMK Bakauheni Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2012/2013. Bandar Lampung: Universitas Lampung.


(1)

2. Teknik Analisis Data Kuantitatif

Analisis kuantitatif akan digunakan untuk mendiskripsikan berbagai dinamika kualitas atau prestasi belajar siswa dalam hubungannya dengan penguasaan materi yang diajarkan oleh guru.

Kisi-kisi soal adalah suatu format yang memuat kriteria tentang soal-soal yang diperlukan atau hendak disusun. Berikut adalah kisi-kisi soal:

Data prestasi belajar siswa diperoleh dari nilai lembar kerja siswa, nilai kerja kelompok siswa, dan presentasi siswa. Data prestasi belajar tiap siklus dan dianalisis dengan cara berikut :

Tabel 3.8 Format Data Prestasi Belajar Siswa

No Nama Siswa Pertemuan Ke-

Skor Keterangan 1

2 3 Dst Jumlah Rata-rata Tuntas Tidak Tuntas

Presentase Ketuntasan

Jumlah Siswa Tuntas

%Ketuntasan =

Jumlah Siswa

Tabel 3.9 Klasifikasi Prestasi Belajar

Skor / Nilai Ketentuan

< 60 Tidak Tuntas

≥ 60 Tuntas


(2)

G. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan penelitian ini adalah:

1. Tingkat keaktifan siswa selama kegiatan pembelajaran ≥ 75% dari jumlah keseluruhan siswa.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil penelitian yang dilakukan peneliti diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPA dikelas IV SDN 2 Kresno Widodo mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data hasil observasi terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran dengan rata-rata 61,34% (cukup aktif) pada siklus I menjadi 77,07% (aktif) pada siklus II sehingga mengalami peningkatan 15,73%.

2. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran NHT dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SDN 2 Kresno Widodo pada mata pelajaran IPA. Peningkatan prestasi belajar ini terlihat dari rata-rata 52,77% (tidak tuntas), pada pelaksanaan siklus II, mengalami peningkatan, yakni rata-rata 88,88% (tuntas), sehingga mencapai peningkatan rata-rata 36,11%.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, bahwa penggunaan model pembelajaran NHT pada mata pelajaran IPA dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas IV SDN 2 Kresno Widodo maka penulis menyarankan:


(4)

1. Bagi Siswa

a) Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model NHT, siswa dibiasakan untuk belajar kelompok untuk melatih kerjasama yang baik antar teman.

b) Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model NHT, guru harus lebih memotivasi siswa dan dituntut untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran IPA maupun pelajaran yang lainnya.

2. Bagi Guru

a) Meskipun penelitian tindakan kelas ini hanya 2 siklus dan sudah mencapai indikator keberhasilan, namun guru hendaknya terus mengadakan penelitian selanjutnya, agar kemampuan siswa terus meningkat.

b) Siswa dilatih untuk mengemukakan pendapat di depan teman-temannya, dan lebih menghargai temannya.

3. Bagi Sekolah

a) Menyediakan sarana dan prasarana yang berguna untuk proses belajar mengajar.

b) Mendukung adanya penelitian tindakan kelas ini, karena sangat bermanfaat untuk kemajuan sekolah.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Angkowo & Kosasih. 2007. Optimalisasi Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Grafindo.

Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Aqib, Zainal. 2013. Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya.

Depdiknas, 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Kerangka Dasar. Jakarta: Pusat Kurikulum.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Konsep dan Pembelajaran Media. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. ______________ 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hernawan, Asep Herry, dkk. 2007. Belajar dan Pembelajaran Sekolah Dasar.

Bandung: UPI PRESS..

Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning Metode. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ibrahim, 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Surabaya University Press. Nasution, 2004. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, Jakarta:

Bumi Aksara.

Nuy, 2011. Penerapan Model Pembelajaran NHT Kepala Bernomor Struktur (Numbered Heads Together) Sebagai Inovasi untuk Mengaktifkan Siswa Dalam Kegiatan Diskusi Kelompok. Diakses 14 November 2011, pada. http://nuy-acbt.blogspot.com/2011/11/penerapan-model-pembelajaran-nht-kepala.html. Di Unduh pada 03 Mei 2014.

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung : PT. Rosdakarya.


(6)

Putra, Arief Bachtiar. 2013. Skripsi: Penggunaan Model Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan Media Grafis untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran PKn Kelas V B SD Negeri 5 Metro Barat Tahun Pelajaran 2012/2013, Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Cet Ke-2.

Sutarti, 2011. Modul 34 Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Sertifikasi dalam Jabatan Tahun 2011 Rayon 07 Universitas Lampung. FKIP Unila. Lampung

Takari, R, E. 2008. Penelitian Tindakan Kelas pada Kegiatan Pengembangan Profesi Guru Sertifikasi dalam Jabatan Tahun 2011 Rayon 07 Universitas Lampung. FKIP Unila. Lampung.

Taniredja, Tukiran., Efi. M dan Sri. H,. 2011 Model-model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta Cet Ke-2

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup

Wijiriyanto. 2012. Pengertian prestasi belajar. Diakses pada 03 Januari 2012, pada. http://wijiriyanto.wordpress.com/2012/01/03/pengertian-prestasi-belajar/. Di Unduh pada 17 Mei 2014.

Winataputra, Udin S. Dkk.2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka. Cet ke-3.

Yani, Yuli. 2013. Skripsi: Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) pada Mata Pelajaran IPS Di Kelas X.1 Semester Genap pada SMK Bakauheni Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2012/2013. Bandar Lampung: Universitas Lampung.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Head Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X (Studi Kasus: SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan

0 4 169

Pengaruh Strategi Pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Mathaul Huda

0 5 173

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER DENGAN MEDIA GAMBAR PADA PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IVB SD NEGERI 2 SUMBER BAHAGIA

0 9 90

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together terhadap Hasil Belajar Fiqih dalam pokok bahasan Riba, Bank, dan Asuransi. (Kuasi Eksperimen di MA Annida Al Islamy, Jakarata Barat)

0 13 150

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PEMBELAJARAN AKTIF NUMBERED HEAD TOGETHER PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 02 Peningkatan Hasil Belajar Ips Melalui Pembelajaran Aktif Numbered Head Together Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 02 Dawung Kecamatan Matesih Ka

0 1 11

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BEKERJASAMA SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS.

0 2 16

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV SD KANISIUS PUGERAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA.

2 14 183

PENINGKATAN AKTIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN PKN MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

0 0 12

Model Pembelajaran Numbered Head Together untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Kelas IV SD

0 0 7

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR PKN SISWA SD

0 0 8