BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP DASAR TEORI 1. Kehamilan a. Definisi - ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF KEHAMILAN, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR (BBL), NIFAS DAN PERENCANAAN KELUARGA BERENCANA (KB) PADA NY R UMUR 22 TAHUN G1P0A0 DI BPM NY SITO SETIASIH KALIC

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP DASAR TEORI

1. Kehamilan

  a. Definisi

  Kehamilan adalah suatu masa yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari haid terakhir (Prawirohardjo, 2006).

  Kehamilan adalah fertilisasi sel spermatozoa dan ovum yang akan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu (Prawirohardjo, 2010; h. 213).

  Kehamilan didefinisikan sebagai persatuan antara sebuah telur dan sebuah sperma, yang menandai awal suatu peristiwa yang terpisah. Kejadian-kejadian itu ialah pembentukan gamet (telur dan sperma), ovulasi (pelepasan telur), penggabungan gamet dan berlangsung baik, maka proses perkembangan embrio dan janin dapat dimulai (Bopak, 2005,p.74).

  b. Tanda atau gejala

  Beberapa perubahan fisiologis yang timbul selama masa hamil dikenal sebagai tanda kehamilan. Ada tiga kategori, persumsi, yaitu perubahan yang dirasakan wanita (misalnya amenorea, keletihan, perubahan, payudara) ; kemungkinan, yaitu perubahan yang

  10 diobservasi oleh pemeriksa (misalnya tanda Hegar, ballotment, tes kehamilan, dan pasti (misalnya ultrasonografi, bunyi denyut jantung janin) (Bobak, 2005; h. 106) (1) Tanda Dugaan Hamil

  1) Amenorea (tidak dapat haid) gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidaak dapat haid lagi. Penting diketahui tanggal pertama haid terakhir supaya ditentukan tuanya kehamilan dan bila persalinan diperkirakan akan terjadi. Wanita harus mengetahui tanggal hari pertama haid terakhir (HT) supaya dapat ditaksir umur

  2) Kehamilan dan taksiran tanggal persalinan (HTP) yang dihitung dengan menggunakan rumus Naegele : TTP = (hari HT+7) dan (bulan HT-3) dan (tahun HT+1) (Mochtar R, 2012 ;

  h. 35) 3) Nausea (enek) dan emesis (muntah) terjadi karena umumnya pada bulan-bulan perta,a kehamilan, disertai kadang-kadang oleh emesis. Sering terjadi pada pagi hari tetapi tidak selalu. Keadaan ini lazim disebut

  morning sickness. Dalam batas-

  batas tertentu keadaan ini masih fisiologik. Bila terlampau sering, dapat mengakibatkan gangguan kesehatan dan disebut

  hiperemesis gravidarum (Prawirohardjo, 2007 ; h.125)

  4) Mengidam (ingin makanan khusus) ibu hamil sering meminta makanan atau minuman tertentu terutama pada bulan

  • – bulan triwulan pertama, mereka juga tidak tahan satu bau
  • – bauan (Mochtar, 2012 ; h.35)

  5) Pingsan, sering dijumpai bila berada pada tempat-tempat ramai. Dianjurkan untuk tidak pergi ke tempat-tempat ramai pada bulan-bulan pertama kehamilan. Hilang sesudah kehamilan 16 minggu.

  6) Mammae menjadi tegang dan membesar, keadaan ini disebabkan oleh pengaruh estrogen dan progesteron yang merangsang duktuli dan alveoli dimammae, glandula montgomery tampak lebih jelas (Prawirohardjo, 2007 ; h.125)

  7) Anoreksia (tidak ada nafsu makan) pada bulan-bulan pertama tetapi setelah itu nafsu makan timbul lagi. Hendaknya dijaga jangan sampai salah pengertia makan untuk “dua orang”, sehingga kenaikan berat badan tidak sesuai dengan tuanya kehamilan. 8) Sering kencing, terjadi karena kandung kencing pada bulan- bulan pertama kehamilan tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Pada triwulan kedua umumnya keluhan ini hilang oleh karena uterus yang membesar keluar dari rongga panggul. Pada akhir triwulan gejala bisa timbul kembali karena janin mulai masuk keruang panggul dan menekan kembali kandung kencing. 9) Konstipasi/obstipasi, terjadi karena tonus otot menurun yang disebabkan oleh pengaruh hormon steroid.

  10) Pigmentasi kulit, terjadi pada kehamilan 12 minggu keatas.

  Pada pipi, hidung dan dahi kadang-kadang tampak deposit pigmen yang berlebihan, dikenal sebagai chloasma gravidarum. Areola mammae juga menjadi lebih hitam karena didapatkan deposit pigmen yang berlebih. Daerah leher menjadi lebih hitam. Demikian pula linea alba digaris tengah abdomen menjadi lebih hitam (linea grisea). Pigmentasi ini terjadi karena pengaruh dari hormon kortiko-steroid plasenta yang merangsang melanofor dan kulit.

  11) Epulis adalah suatu hipertrofi papilla ginggivae. Sering terjadi pada triwulan pertama.

  12) Varises, sering dijumpai pada trimester terakhir. Didapat pada daerah genitalia eksterna, fossa poplitea, kaki dan betis. Pada multigravida kadang-kadang varises ditemukan pada kehamilan yang terdahulu, timbul kembali pada triwulan pertama. Kadang-kadang timbulnya varises merupakan gejala pertama kehamilan muda.

  (2)Tanda Kemungkinan hamil 1) Tanda Hegar adalah pelunakan dan dapat ditekannya isthmus uteri dari arah yang berlawanan.

  2) Tanda Chadwick adalah perubahan warna menjadi kebiruan keunguan pada v Tanda Piscaseck merupakan pembesaran uterus yang tidak simetris. Terjadi karena ovum berimplantasi pada daerah dekat dengan kornu tersebut dapat dikenali melalui pemeriksaan bimanual pelvikpada usia kehamila kedelapan hingga sepuluh minggu (Saifuddin, 2008; h.217- 219)

  3) Tanda Braxton-Hicks, bila uterus dirangsang mudah berkontraksi. Tanda ini khas untuk uterus dalam masa hamil.

  Pada keadaan uterus yang membesar tetapi tidak da kehamilan misalnya pada mioma uteri, tanda Braxton-Hicks tidak ditemukan. 4) Teraba ballotment, ketukan yang mendadak pada uterus menyebabkan janin bergerak dalam cairan ketuban yang dapat dirasakan oleh tangan pemeriksa. 5) Pemeriksaan tes biologis kehamilan (planotest) positif

  Pemeriksaan ini adalah untuk mendeteksi tanda human chorionic gonadothropin (hCG). Horon diekskresi di peredaran darah ibu (pada plasma darah) diekskresi pada urine ibu (Walyani, 2015 ; h. 73) 6) Vulva dan mukosa vagina termasuk juga poriso dan serviks.

  (3) Tanda Pasti Kehamilan Gerakan janin pada primigravida dapat dirasakan oleh ibunya pada kehamilan 18 minggu, sedangkan padaa multigravida pada 16 minggu, oleh karena sudah berpengalaman dari kehamilan terdahulu. Gerakan janin kadang-kadang pada kehamilan 20 minggu dapat diraba secara objektif oleh pemeriksa, balotment dalam uterus dapat diraba pada kehamilan lebih tua.

  Bila dilakukan pemeriksaan dengan rontgen kerangka fetus mulai dapat dilihat. Dengan alat fetal electro cadiograph denyut jantung janin dapat dicatat pada kehamilan 12 minggu. Dengan memakai alat dengan sistem Dopler dapat pula dicatat denyut jantung.

  Keuntungan cara yang terakhir ini adalah bahwa janin tidak terpengaruh seperti oleh sinar rontgen. Dengan stetoscop laennec bunyi jantung janin baru dapat didengar pada kehamilan 18-20 minggu. Pula didengar bising dari uterus yang sinkron dengan nadi ibu karena pembuluh - pembuluh darah uterus membesar.

  Dalam triwulan terakhir gerakan janin lebih gesit. Bunyi jantung janin dapat pula didengar lebih jelas. Bagian-bagian besar janin, ialah kepala dan bokong, dan bagian-bagian kecil ialah kaki dan lengan, dapat diraba dengan jelas, pada primigravida kepala janin mulai turun pada kehamilan kira-kira 36 minggu, sedangkan multigravida pada kira-kira 38 minggu, kadang-kadang baru permulaan partus. Dari keseluruhan yang diuraikan diatas, maka diagnosis pasti kehamilan dapat ditegakkan dengan :

  1) Dapat diraba dan kemudian dikenal bagian-bagian janin 2) Dapata dicatat dan didengar bunyi jantung janin dengan beberapa cara 3) Dapat dirasakan gerakan janin dan balotmet 4) Pada pemeriksaan sinar rontgen tampak kerangka janin 5) Dengan ultrasonografi (scanning) dapat diketahui ukuran kantong janin, panjangnya janiin (crown-rump) dan diameter bipaietalis hingga dapat diperkirakan tuanya kehamilan, dan selanjutnya dapat dipakai bila ada kecurigaan dalam kehamilan mola, blighted ovum, kematian janin iontra uterin, anensefali, kehamilan ganda, hidramnion, plasena previa dan tumor pelvis, pemeriksaan dengan ultrasonografi pada kehamilan 16-18 minggu yang diperkirakan aman meman menjadi pegangan untuk pasien dan dokternya untuk pengawasan lebih yakin dan mantap. (4) Fetoskopi (Prawirohardjo, 2009 h.129-130).

  a) Perubahan pada sistem reproduksi (1) Uterus

  2.1 Tabel pembesaran uterus Tinggi Berat

  Involusi Fundus Uterus Uterus

Bayi Lahir Setinggi pusat 1000 gram

Uri Lahir 2 jari dibawah pusat 750 gram

1 minggu Pertengahan pusat- 500 gram

simpisis

  

2 minggu Tak teraba diatas 350 gram

simpisis

  

6 minggu Bertambah kecil 50 gram

8 minggu Sebesar normal Sumber: Sulistyawati (2009)

  (2) Ovarium Sejak kehamilan 16 minggu, fungsi diambil alih oleh plasenta, terutama fungsi produksi progesteron dan estrogen.

  Selama kehamilan ovarium tenang/ beristirahat. (3) Payudara

  Akibat pengaruh estrogen terjadi hiperplasia sistem duktus dan jaringan intertesial payudara.

  (4) Perubahan psikologi dalam masa kehamilan

  (a). Pada kehamilan trimester 1 Setelah terjadinya peningkatan hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh, maka akan muncul berbagai macam ketidaknyamanan secara fisiologis pada ibu misalnya mual, muntah, dan pembesaran pada payudara.

  Hal ini akan membuat perubahan psikologis seperti ibu membenci kehamilanya, merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan, dan kesedihan. Pada trimester ini mencari tahu secara aktif apakah benar-benar hamil dengan memperhatikan perubahan pada tubuhnya dan bila terjadi perubahan pada dirinya maka akan selalu diperhatikan (Hani dkk,2011 : 68 )

  (b). Pada trimester II Trimester kedua sering dikenal sebagai periode kesehatan yang baik, yakni ketika wanita merasa nyaman dan bebas dari segala ketidaknyamanan fisik dan ukuran perut wanita belum menjadi masalah besar. Lubrikasi vagina semakin banyak pada masa ini, kecemasan, kekhawatiran, dan masalah-masalah yang sebelumnya menimbulkan ambivalensi pada wanita tersebut mereda. Menjadi seorang yang memcari kasih sayang dari pasanganya, dan semua faktor ini turut mempengaruhi peningkatan libido dan kepuasan seksual (Walyani, 2015 : 55).

  (c). Pada Trimester III Trimester tiga biasanya disebut periode menunggu dan waspada sebab pada saat itu ibu sudah tidak sabar menunggu kehadiran bayinya keluar kedunia.gerakan bayi dan membesarnya perut membuat ibu merasa khawatir bayinya akan lahir sewaktu-waktu atau bahkan lahir tidak normal. Kebanyakan ibu juga akan berusaha melindungi dan menghindari bayinya dari orang atau benda apa saja yang dapat membahayakan bayinya (Hani dkk, 2011 : 69).

c. Kebutuhan gizi pada ibu hamil

  Menurut (Kusmiyati dkk,2009:85) standar minimal untuk ukuran lengan atas pada wamita dewasa atau usia reproduksi adalah 23,5 cm, jika ukuran LILA kurang dari 23,5 cm maka interpretasinya adalah kurang energi kronis (KEK) atau pemenuhan kebutuhan gizi yang kurang. Status gizi ibu yang kurang baik sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab utama dari berbagai persoalan kesehatan yang serius pada ibu dan bayi. Yang berakibat terjadinya anemia, abortus, inersia uteri, perdarahan pasca persalinan, bayi lahir dengan berat badan rendah, kelahiran prematur serta kematian neonatal dan perinatal. Kebutuhan makanan pada ibu hamil mutlak harus dipenuhi dengan meningkatkan asupan energinya sebesar 285 kkal perhari, tujuanya untuk memasak dalam memenuhi kebutuhan janin. Kurang energi kronis (KEK) itu sendiri disebabkan kurangnya kebutuhan akan protein, sedangkan kebutuhan protein pada ibu hamil mengalami peningkatan sebanyak 68% sehingga menambahkan asupan protein menjadi 12% perhari atau 75 100gram, sumber protein yang baik yaitu daging tak berlemak, ikan, telur, dan susu (Sulistyawati, 2011:107-108).

d. Tanda bahaya dalam kehamilan

  a. Perdarahan per vaginam Perdarahan vagina dalam kehamilan adalah normal, pada awal kehamilan mungkin

   ibu akan mengalami perdarahan yang sedikit atau spotting disekitar waktu haidnya terlambat.

  Perdarahan ini dinamakan perdarahan implamantasi dan normal. Pada awal kehamilan, perdarahan yang tidak normal adalah yang berwarna merah, perdarahan yang banyak, atau perdarahn yang sangat menyakitkan, perdarahan ini dapat berarti abortus, kehamilan mola, atau kehamilan ektopik (Hani dkk, 2011: 108) 1) Abortus imminens

  Jenis abortus permulaan merupakan suatu ancaman, ditandai dengan perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan. Diagnosis abortus imminens biasanya diawali dengan keluhan perdarahan pervaginam pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu. Penderita mengeluh mules sedikit ataupun tidak ada keluhan sam sekali kecuali perdarahan pervaginam (prawirohardjo, 2010: 467) 2) Abortus insipens

  Abortus yang sedang mengancam, ditandai dengan serviks yang telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kovum uteri dan dalam proses pengeluaran. Penderita akan merasa mules karena adanya kontraksi yang sering dan kuat, perdarahannya terus bertambah sesuai pembukaan serviks uterus dan umur kehamilan (prawihardjo, 2010: 469)

  3) Abortus inkomplet Didiagnosa apabila sebagian dari hasil konsepsi telah lahir atau teraba pada vagina, tetapi sebagian tertinggal.

  Perdarahan biasanya terus berlangsung, banyak dan membahayakan ibu. Servik terbuka karena maih ada benda didalam rahim yang dianggap sebagai benda asing (walyani,2015: 147)

  4) Abortus komplet Hasil konsepsi lahir dengan lengkap pada keadaan ini curetase tidak perlu dilakukan. Perdarahan segera berkurang setelah isi rahim dikeluarkan dan selambat- lambatnya dalam 10 hari perdarahan akan berhenti sama sekali, karena dalam masa ini luka rahim telah sembuh dan epitelisasi telah selesai. Serviks dengan segera menutup kembali (walyani, 2015: 148)

  5) Kehamilan ektopik terganggu Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar uterus. Tuba fallopi merupakan tempat yang sering terjadinya implantasi kehamilan ektopik (lebih besar dari 90%) tanda dan gejalanya bermacam-macam tergantung dengan pecah atau tidaknya kehamilan tersebut (Hani dkk, 2011: 112)

  6) Mola hodatisoda Merupakan penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan yang tidak disertai janin dan seluruh vili korealis mengalami perubahan hidrovik. Terdapat beberapa kejadian, sebagai janin dapat tumbuh dan berkembang bahkan sampai aterm, keadaan tersebut dinamakan mola hidatisoda parsialis (Manuaba, 2010: 326)

  b. Hipertensi gravidarum Hipertensi dalam kehamilan termasuk hipertensi kronik meningkatnya tekanan darah sebelum kehamilan 20 minggu.

  Nyeri kepala, kejang, dan hilangnya kesadaran sering berhubungan dengan hiperteni daam kehamiilan. Keadaan ini yang mengakibatkan kejang adalah epilepsi, malaria, trauma kepala, meningiti, dan ensefallis (Hani dkk, 2011: 112) c. Sakit kepala yang hebat

  Sakit kepala yang sangat fatal adalah sakit kepala hebat, yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat. Bahkan dapat menimbulkan penglihatan kabur atau berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari pembukaan (Rukiyah, 2009: 126) d. Bengkak pada muka dan tangan Hampir sebagian ibu hamil akan mengalami bengkak yang normal pada kaki biasanya muncul sore hari dan hilang setelah beristirahat atau meletakan kaki lebih tinggi. Bengkak dapat menjadi serius jika muncul pada permukaan muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan diikuti keluhan fisik yang lain. Hal ini bisa merupakan pertanda anemia, gagal jantung, atau preeklamsia ( Hani dkk, 2010: 121)

  e. Bayi kurang bergerak seperti biasa Ibu mulai merasakan gerakan bayinya pada bulan ke-5 atau ke-6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak sedikitnya 3 kali dalam waktu 3 jam. Gerakan bayi akan mudah teraa jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik (Rukiyah, 2009: 127).

e. Pelayanan antenatal (Antenatal Care)

  Pelayanan antenatal merupakan cara penting untuk menfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu maupun bayinya dengan cara membina hubungan saling percaya dengan ibu, mendeteksi komplikasi, mempersiapkan persalinan, memberikan pendidikan. Asuhan antenatal penting untuk menjamin agar proses alamiah tetap berjalan normal selama kehamilan (Dewi, Tri sunarsih, 2011). (a). Standar pelayanan antenatal

  Ibu hamil dianjurkan untuk melakukan kunjungan antenatal paling sedikit 4 kali selama kehamilan yaitu : i). Satu kali pada triwulan pertama (sebelum 14 minggu). ii). Satu kali pada triwulan kedua ( antara 14-28 minggu). iii). Dua kali pada triwulan ketiga (antara 29-36 dan sesudah minggu ke-36).

f. Jadwal Kunjungan Ibu Hamil

  Frekuensi pelayanan antenatal oleh WHO ditetapkan 4 kali kunjungan ibu hamil dalam pelayanan antenatal selama kehamilan dengan ketentuan sebagai berikut: (a). 1 kali kunjungan pertama (K-1) selama trimester pertama (<14 minggu).

  (b). 1 kali kunjungan kedua (K-2) selama trimester kedua (antara minggu ke 14- 28).

  (c). 2 kali kunjungan ketiga (K-3 dan K-4) selama trimester ketiga (antara minggu ke 28-36 dan sesudah minggu ke-36) (Mufdlilah, 2009).

  Perencanaan jadwal pemeriksaan (usia kehamilan dari hari pertama haid terakhir) yang ideal adalah sebagai berikut: (a). Sampai 28 minggu : 4 minggu sekali. (b). 28- 36 minggu : 2 minggu sekali. (c). Diatas 36 minggu : 1 minggu sekali kecuali jika ditemukan kelainan atau faktor risiko yang memerlukan penatalaksanaan medik lain, pemeriksaan harus lebih sering dan intensif (Mufdlilah, 2009).

  Tabel 2.2

Jadwal kunjungan antenatal

  Kunjungan Waktu Info Penting

Trimester I Sebelum Membangun hubungan saling percaya antara

minggu ke petugas kesehatan dan ibu hamil.

14 Mendeteksi masalah dan menanganinnya.

  Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonaturum, anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktik trdisional yang merugikan. Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi. Mendorong prilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat, dan sebagainnya).

  

Trimester II Sebelum Sama seperti di atas, ditambah kewaspadaan

minggu ke khusus mengenai preeklamsia (tanya ibu 28 tentang gejala-gejala preeklamsia, pantau tekanan darah, evaluasi edema, periksa untuk mengetahui proteinuria).

Trimester III Antara Sama seperti di atas, ditamah palpasi

minggu 28- abdominal untuk mengetahui apakah ada

  36 kehamilan ganda.

Trimester III Setelah 36 Sama seperti di atas, ditambah deteksi letak

minggu bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang memerlukan kondisi kelahiran di rumah sakit

  (Sumber: Saifuddin, 2012;h. N-2)

  1) Standar Pelayanan ANC Menurut Saifudin (2009; h. 89-90) dimana dalam setiap pertemuan harus memberikan asuhan standar minimal yang sering disebut dengan 7T yaitu:

  a) Timbang berat badan

  b) Ukur tekanan darah

  c) Ukur tinggi fundus uteri

  d) Pemberian imunisasi TT lengkap

  e) Pemberian tablet zat besi, minimal 90 tablet selama kehamilan dimana tiap tablet besi mengandung fe so4 320 mg (zat besi 60mg) dan asam folat 0,5 mg

  f) Tes terhadap penyakit menular seksual g) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.

  2. PERSALINAN

  1. Definisi

  Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit (JNPK-KR, 2008).

  Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya servik, dari janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir (Sarwono,2001).

  Persalinan normal disebut juga partus spontan adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam (Rustam Mochtar,1998).

  Persalinan normaladalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 minggu

  • – 42 minggu) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2001).

  2. Faktor Predisposisi

  Faktor yang mempengaruhi persalinan adalah :

  a. Power Power atau tenaga yang mendorong anak adalah : His adalah kontraksi otot

  • – otot rahim pada persalinan (his persalinan yang menyebabkan pendataran dan pembukaan
serviks terdiri dari his pembukaan, his pengeluaran dan his pelepasan plasenta, his pendahuluan tidak berpengaruh terhadap serviks. Tenaga mengejan ( kontraksi otot

  • – otot dinding perut, kepala didasar panggul merangsang mengejan, paling efektif saat kontraksi/his)

  b. Passanger Akhir minggu ke 8 janin mulai nampak menyerupai manusia dewasa, menjadi jelas pada akhir minggu ke 12 (Sukarni, 2013; h.194)

  c. Passage Bagian

  • – bagian tulang panggul (2 Os Coxae, Os Cossygis, Os Sacrum) (Sukarni, 2013; h.187) Dibagi atas : bagian keras tulang
  • – tulang panggul (rangka panggul), dan bagian lunak (
  • – otot, jaringan – jaringan, dan ligamen
  • – ligamen) (Mochtar, 2011; h.58)

  d. Psikologis Dalam persalinan terdapat kebutuhan emosional jika kebutuhan tidak tepenuhi paling tidak sama seperti kebutuhan jasmaninya. Prognosis keseluruhan wanita tersebut yang berkenan dengan kehadiran anaknya terkena akibat yang merugikan.

  e. Penolong Kompetensi yang dimiliki penolong sangat bermanfaat untuk memperlancar proses persalinan dan mencegah kematian maternal dan neonatal. Pengetahuan dan kompetensi yang baik diharapkan tidak ada kesalahan atau malpraktik yang terjadi(Mochtar R,2012;h.58).

3. Tanda-tanda Permulaan Persalinan

  Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita memasuki “bulannya” atau “minggunya” atau “harinya” yang disebut kala pendahuluan (prepatory stage of labor). Ini memberikan tanda- tanda sebagai berikut : a.

  Lightening atau setting atau dropping yaitu kepala turun memasuki

  pintu atas panggul terutama pada primigravida, sedangkan pada multipara tidak begitu ketara.

  b. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.

  c. Perasaan sering- sering atau susah kencing (

  polakisuria) karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.

  d. Perasaan nyeri di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi- kontraksi lemah dari uterus, kadang- kadang disebut “false labor pains”.

  e. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah bisa bercampur darah ( bloody show) (Mochtar, 2011).

  a. Tanda- Tanda Inpartu 1) Kekuatan His makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit)

  2) Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks, dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda (pengeluaran lendir, lendir bercampur darah).

  3) Dapat disertai ketuban pecah. 4) Pada pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks

  (perlunakkan serviks, pendataran serviks, terjadi pembukaan serviks) (Manuaba, 2010).

4. Tahap-Tahap Persalinan

  Menurut Kemenkes RI (2013) Persalinan dibagi menjadi 4 kala yaitu: 1) Kala I dibagi menjadi 2 yaitu:

  a) Fase Laten Dimulai dari pembukaan serviks 1cm sampai 3 cm yang terjadi dalam 8 jam.

  b) Fase Aktif Dimulai dari pembukaan 4 cm sampai 10 cm yang terjadi sekitar 6 jam.

  2) Kala II dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir, 3) Kala III yaitu segera setelah bayi lahir sampai pengeluaran plasenta secara lengkap.

  4) Kala IV adalah kala yang dimulai setelah plasenta lahir legkap sampai 2 jam post partum.

  5) Mekanisme Persalinan Mekanisme persalinan terdiri dari engagement, penurunan, fleksi, putar paksi dalam, ekstensi, putar paksi luar dan ekspulsi

  (Bobak.2005;h.246-248).

  1)

  Engagement

  Merupakan masuknya kepala di pintu atas panggul (PAP) dan terjadi peristiwa sinklitismus (sutura sagitalis berada ditengah- tengah jalan lahir dan tepat diantara simfisis dan promontorium). Pada primipara terjadi sebelum persalinan aktif dimulai, karena otot- otot abdomen masih tegang, sehinnga presentasi terdorong ke dalam panggul. Pada multipara yang otot- otot abdomennya lebih kendur, kepala seringkali digerakkan di atas permukaan panggulsampai persalinan dimulai. 2) Penurunan

  Penurunan adalah gerakan bagian presentasi kepala melewati panggul, terjadi peristiwa asinklintismus posterior (sutura sagitalis mendekati simfisis dan os parietal belakang lebih rendah dari pada os parietal depan). Terjadi akibat tiga kekuatan yaitu tekanan dari cairan amnion, tekanan langsung kontraksi fundus pada janin dan kontraksi diafragma dan otot abdomen ibu pada tahap kedua persalinan. Efek ketiga kekuatan itu dimodifikasi oleh ukuran dan bentuk bidang panggul ibu dan kapasitas kepala janin untuk molague. 3) Fleksi

  Segera setelah kepala yang turun tertahan oleh serviks, dinding panggul, atau dasar panggul, dalam keadaan normal fleksi terjadi dan dagu didekatkan kearah dada janin. Dengan fleksi, suboksipitobregmantika yang diameter lebih kecil (9,5 cm) dapat masuk ke dalam pintu bawah panggul (PBP). 4) Putar Paksi Dalam

  Putar paksi dalam dimulai pada bidang setinggi spina isciadika, tetapi putaran ini belum selesai sampai bagian presentasi mencapai panggul bagian bawah. Ketika oksiput berputar ke arah anterior, wajah berputar ke posterior. Setiap terjadi kontraksi, kepala janin diarahkan oleh tulang panggul dan otot- otot dasar panggul. Akhirnya, oksiput berada di garis tengah di bawah lengkung pubis. 5)

  Ekstensi

  Saat kepala janin mencapai perinium, kepala akan defleksi ke arah anterior oleh promontorium. Mula- mula oksiput melewati permukaan bawah simfisis pubis, kemudian kepala keluar akibat ekstensi: pertama- tama oksiput, kemudian wajah, dan akhirnya dagu. 6) Restitusi dan Putar Paksi Luar

  Setelah kepala keluar, bayi berputar hingga mencapai posisi yang sama dengan saat kepala memasuki PAP. Gerakan ini dikenal dengan restitusi dan putaran 45 derajat membuat kepala janin kembali sejajar dengan punggung dan bahunya.

  Dengan demikian, kepala dapat terlihat berputar lebih lanjut. Putaran paksi luar terjadi saat bahu engaged dan turun dengan gerakan mirip dengan gerakkan kepala.

  7) Ekspulsi Setelah bahu keluar, kepala dan bahu diangkat ke atas tulang pubis ibu dan badan bayi dikeluarkan dengan gerakan fleksi lateral ke arah simfisis pubis. Ketika seluruh tubuh bayi keluar, persalinan bayi selesai.

1. Proses Persalinan

  A. Kala I Yaitu waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap 10 cm. Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir darah (

  bloody show). Kala I (kala pembukaan) terdiri atas 2

  fase, yaitu:

  a) Fase laten: pembukaan serviks berlangsung lambat sampai pembukaan 3 cm. Pada primigravida berlangsung 8-10 jam dan multigravida berlangsung 6-8 jam (Manuaba, 2007).

  b) Fase aktif: frekuensi dan lama kontraksi uterus meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap adekuat atau memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih) (Depkes, 2008).

  Fase aktifdibagi menjadi 3 subfase: (1) Fase akselerasi (pembukaan 3-4 cm) berlangsung selama 2 jam.

  (2) Fase dilatasi maksimal (pembukaan 4-9 cm) berlangsung 2 jam. Rata-rata kecepatan pembukaan pada primipara atau nulipara adalah 1 cm perjam sedangkan pada multipara adalah 2-3 cm perjam.

  (3) Fase deselerasi (pembukaan 9-10) berlangsung kira-kira selama 2 jam (Manuaba, 2007).

  Asuhan pada kala 1

  1) Beri dukungan dan dengarkan keluhan ibu 2) Jika ibu tampak gelisah/kesakitan : biarkan ia berganti posisi sesuai keinginan, tapi jika di tempat tidur sarankan untuk miring kiri, biarkan ia berjalan atau beraktivitas ringan sesuai kesanggupannya, anjurkan suami atau keluarga memijat punggung atau membasuh muka ibu, ajari teknik bernapas.

  3) Jaga privasi ibu, gunakan tirai penutup dan tidak menghadirkan orang tanpa seizin ibu.

  4) Izinkan ibu untuk mandi atau membasuh kemaluannya setelah buang air kecil/besar.

  5) Jaga kondisi ruangan ruangan sejuk. Untuk mencegah kehilangan panas pada bayi baru lahir, suhu ruangan minimal 25 ºC dan semua pintu serta jendela harus tertutup.

  6) Beri minum yang cukup untuk menghindari dehidrasi.

  Sarankan ibu berkemih sesering mungkin. 7) Pasang infus intravena untuk pasien dengan : kehamilan lebih dari 5, hemoglobin <9 gr/dl atau hematokrit <29 %, riwayat gangguan perdarahan, sungsang, kehamilan ganda, hipertensi, persalinan lama.

  8) Isi dan letakkan partograf disamping tempat tidur atau didekat pasien.

  9) Lakukan pemeriksaan kardiotokografi jika memungkinkan.

Tabel 2.3 Indikasi melakukan tindakan atau rujukan segera selama persalinan Kala I

  Temuan – temuan anamnesis atau pemeriksaan Rencana untuk asuhan atau perawatan Riwayat bedah sesar Segera rujuk ibu ke fasilitas yang mempunyai kemampuan untuk melakukakn bedah sesar.Dampingi ibu ke tempat rujukan dengan memberikan dukungan dan semangat. Perdarahan pervaginam selain lendir bercampur darah (show)

  Jangan melakukan pemeriksaan dalam : baringkan ibu ke sisi kiri, pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer Laktat, segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan untuk melakukan bedah sesar, dampingi ibu ke tempat rujukan.

  Kurang dari 37 minggu (persalinan kurang bulan) Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir, dampingi ibu ke tempat rujukan, berikan dukungan dan semangat. Ketuban pecah disertai dengan keluarnya mekonium kental Baringkan ibu miring kiri, dengarkan DJJ, segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan bedah sesar, dampingi ibu ke tempat rujukan dan bawa partus set, kateter penghisap lendir Dee Lee dan handuk/kain untuk mengeringkan dan menyelimuti bayi untuk mengantisipasi jika ibu melahirkan diperjalanan. Ketuban pecah (lebih dari

  24 jam atau ketubahn pecah pada kehamilan kurang bulan (usia kehamilan <27 minggu.

  Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri, dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan dukungan serta semangat.

  Tanda gejala infeksi : Tempratur>38ºC, menggigil, nyeri abdomen, cairan ketuban berbau.

  Baringkan ibu miring ke kiri, pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer Laktat atau gram fisiologis (NS) dengan tetesan 125 cc/jam, segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan penatalksanaan gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir, dampingi ibu ke tempat rujukan, berikan

dukungan dan semangat.

  Tekanan darah lebih dari 160/110 atau terdapat protein dalam urine (preeklampsia berat) Baringkan ibu miring ke kiri, pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer Laktat atau gram fisiologis (NS), berikan dosis awal 4 gr MgSO4 20% IV selama 20 menit, suntikkan 10 gr MgSO4 50% (5 gr IM

  Temuan – temuan anamnesis atau pemeriksaan Rencana untuk asuhan atau perawatan pada bokong kiri dan kanan), segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir, dampingi ibu ke tempat rujukan, berikan dukungan dan semangat. Tinggu fundus 40 cm atau lebih (makrosomia, polihidramnion, kehamilan ganda) Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir, dampingi ibu ke tempat rujukan, berikan dukungan dan semangat. DJJ <100 atau >180 x/menit pada dua kali peniliaian dengan jarak 5 menit (gawat janin) Baringkan ibu miring ke kiri, pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer Laktat atau gram fisiologis (NS) dengan tetesan 125 cc/jam, segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan penatalksanaan gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir, dampingi ibu ke tempat rujukan, berikan

dukungan dan semangat.

Primipara dalam fase aktif kala satu persalinan dengan penurunan kepala janin 5/5 Baringkan ibu miring ke kiri, segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan penatalksanaan gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir, dampingi ibu ke tempat rujukan, berikan

dukungan dan semangat.

Presentasi bukan belakang kepala (sungsang, letak lintang dll)

  Baringkan ibu miring ke kiri, segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir, dampingi ibu ke tempat rujukan, berikan

dukungan dan semangat.

  Presentasi ganda (majemuk) adanya bagian lain dari janin, misalnya lengan atau tangan, bersama dengan presentasi belakang kepala Baringkan ibu miring ke kiri, segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir, dampingi ibu ke tempat rujukan, berikan

dukungan dan semangat.

Tali pusat menumbung (jika tali pusat masih berdenyut) Gunakan sarung tangan Desinfeksi tingkat tinggi, letakkan satu tangan di vagina dan jauhkan kepala janin dari tali pusat yang menumbung, Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir, dampingi ibu ke tempat rujukan, berikan dukungan dan semangat. Tanda dan gejala syok Baringkan ibu miring ke kiri, segera rujuk

  Temuan – temuan anamnesis atau pemeriksaan Rencana untuk asuhan atau perawatan : Nadi cepat lemah (lebih dari 110x/menit), Tekanan darah menurun (sistolik kurang dari 90 mmHg), pucat, berkeringat atau dingin, napas cepat (>30 x/menit), cemas, bingung atau tidak sadar, produksi urine sedikit (kurang dari 30 ml/jam) ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir, dampingi ibu ke tempat rujukan, berikan dukungan dan semangat.

  Tanda dan gejala fase laten berkepanjangan : pembukaan serviks kurang dari 4 cm setelah 8 jam, kontraksi teratur (>2 dalam 10 menit) Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir, dampingi ibu ke tempat rujukan, berikan dukungan dan semangat.

  Tanda dan gejala belum inpartu : frekuensi kontraksi kurang dari 2 kali dalam 10 menit dan lamanya <20 detik, tidak ada perubahan pada serviks dalam waktu 1 hingga 2 jam.

  Anjurkan ibu untuk makan dan minum, anjurkan ibu untuk bergerak bebas, jika kontraksi berhenti atau tidak ada perubahan serviks, evaluasi DJJ jika tidak ada tanda

  • – tanda kegawatan pada ibu dan janin, persilahkan ibu pulang dengan nasehat untuk makan dan minum, datang dan mendapatkan asuhan jika terjadi peningkatan frekuensi dan lama kontraksi.

  Tanda dan gejala partus lama : pembukaan serviks mengarah kesebelah kanan garis waspada (partograf), pembukaan serviks kurang dari 1 cm per jam, frekuensi kontraksi kurang dari 2 kali dalam 10 menit dan lamanya kurang dari 40 detik.

  Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir, dampingi ibu ke tempat rujukan, berikan dukungan dan semangat.

  10) (Sumber JNPK-KR, 2008; h. 48-51) 11)

  B. Kala II (Kala Pengeluaran Janin) Yaitu kala pengeluaran janin. Pada kala ini, his terakomodir, kuat, cepat dan lebih lama, kira- kira 2-3 menit sekali. Kepala janin yang telah turun masuk ke ruang panggul sehingga terjadi tekanan pada otot-otot dasar panggul dan menimbulkan rasa ingin mengedan. Kala II pada primigravida berlangsung 1,5-2 jam dan pada multigravida 0,5-1 jam (Depkes, 2008).Penatalaksanaan kala II berdasarkan Asuhan Persalinan Normal (APN) ada padalangkah 1 sampai 26 (Kemenkes, 2013). Asuhan pada kala II 1) Mengenali tanda gejala kala dua : ibu mempunyai keinginan kuat untuk meneran, ibu merasa takanan yang semakin meningkat pada rektum atau vaginanya. 2) Menyiapkan pertolongan persalinan, pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat esensial : klem, gunting, benang tali pusat, penghisap lendir steril/DTT siap dalam wadahnya. semua pakaian, handuk, selimut dan kain untuk bayi dalam kondisi bersih dan hangat, timbangan pita ukur, stetoskop bayi, dan termometer dalam kondisi baik dan bersih. Paatahkan ampul oksitosin 10 IU dan tempatkan spuit steril sekali pakai di dalam partus set/wadah DTT. Untuk resusitasi (tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat, 3 handuk, atau kain bersih dan kering, alat penghisap lendir, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm di atas tubuh bayi. Persiapan bila yerjadi kegawatdaruratan pada ibu cairan kristaloid, set infus.

  3) Kenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih, sepatu tertutup kedap air, tutup kepala, masker dan kacamata.

  4) Lepas semua perhiasan pada lengan dan tangan lalu cuci kedua tangan dengan sabu n dan air bersih kemudian keringkan dengan handuk atau tisu bersih. 5) Pakai sarung tangan steril/DTT untuk pemeriksaan dalam.

  6) Ambil spuit dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin 10 IU dan letakkan kembali spuit tersebut di partus set/wadah DTT atau steril tanpa mengontaminasi spuit. 7) Bersihkan vulva dan perineum, dari depan ke belakang dengan kapas atau kassa yang dibasahi air DTT.

  8) Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Lakukan amniotomi bila selaput ketuban belum pecah, dengan syarat : kepala sudah masuk ke dalam panggul dan tali pusat tidak teraba.

  9) Dekontaminasi sarung tangan dengan mencelupkan tangan yang masih memakai saring tangan kedalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan sarung tangan dalam kedaan terbalik dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelahnya. 10) Periksa denyut jantung janin (DJJ) segera setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal

  (120

  • – 160) kali/menit). Ambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.

  11) Beritahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.

  12) Minta bantuan keluarga untuk membantu proses bimbingan meneran.

  13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran.

  14) Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 40 menit. 15) Jika kepala bayi sudah membuka vulva diameter 5

  • – 6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain bersih dan kering, sementara tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala.

  16) Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu.

  17) Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkaap alat dan bahan.

  18) Pakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan. 19) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5

  • – 6 cm, dilindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain bersih dan kering, sementara tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala, anjurkan ibu meneran sambil bernafas cepat dan dangkal.

  20) Periksa lilitan tali pusat dan lakukan tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi.

  21) Tunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.

  22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi (dengan lembut gerakan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis, gerakan arah atas dan distal untuk mekahirkan bahu belakang. 23) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan yang berada dibawah di bawah ke arah perineum ibu untuk menyanhgga kepala, lengan dan siku sebelah bawah (gunakan tangan yang berada diatas untuk menelusurui dan memegang tangan dan sikut sebelah atas. 24) Setelah tubuh dan lengan bayi lahir, lanjutkan penelusuran tangan yang berada di atas ke pinggang, bokong, tungkai, dan kaki bayi, pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk di antara kaki dan pegang masing

  • – masing mata kaki dengan ibu jari dan jari – jari lainnya).

  25) Lakukan penilaian sekilas 26) Bila tidak ada Asfiksia, lanjutkan manajemen bayi baru lahir normal. Keingkan dan posisikan tubuh bayi di atas perut ibu

  (keringkan bayi mulai dari muka kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks, ganti handuk basah dengan handuk yang kering, pastikan bayi dalam kondisi baik di atas dada atau perut ibu.

Tabel 2.4 Indikasi untuk tindakan dan rujukan segera selama persalinan Kala II

  Penilaian Temuan dari penilaian dan pemeriksaan Rencana Asuhan atau perawatan Nadi, takanan darah, pernafasan, kondisi keseluruhan, urine Tanda atau gejala syok : nadi cepat, lemah (110 x/menit atau lebih), tekanan darah rendah (sistolik kurang dari 90 mmHg).

  Baringkan ibu miring ke kiri, naikkan kedua kaki untuk meningkatkan aliran darah kejantung, segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuanpenatalaksanaan gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir, dampingi ibu ke tempat rujukan. Nadi, urine Tanda atau gejala dehidrasi : perubahan nadi (100 x/menit atau lebih), produksi urine sedikit (kurang dari

  30 cc/jam) Anjurkan ibu untuk minum, nilai ulang setiap 30 menit (menurut pedoman di partograf) jika kondisinya tidak membaik dalam waktu satu jam, pasang infus menggunakan jarum diameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan RL atau NS 125 ml/jam, segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir, dampingi ibu ke tempat rujukan.

  Nadi, suhu cairan vagina, kondisi secara umum

  Tanda gejala atau infeksi : nadi cepat (110 x/menit atau lebih), suhu lebih dari 38ºC, menggigil, air ketuban atau cairan vagina yang berbau Baringkan ibu miring ke kiri, pasang infus menggunakan jarum diameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan RL atau NS 125 ml/jam, berikan Ampicilin 2 gr atau Amoxicilin 2 gr per oral, segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir, dampingi ibu ke tempat rujukan.

  Tekanan darah, urine, keluhan subyektif, kesadaran Tanda atau gejala preeklampsia ringan : tekanan darah diastolik 90- 110 mmHg, proteinuria hingga 2+

  Nilai ulang tekanan darah setiap 15 menit (saat diantara kontraksi atau meneran), baringkan ibu miring ke kiri dan cukup istirahat, bila gejala bertambah berat maka tatalaksana sebagai preeklampsia berat

  Kejang Tanda atau gejala preeklampsia berat atau eklampsia : tekanan darah diastolik 110 mmHg atau lebih, tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih dengan kejang nyeri kepala, gangguan penglihatan,

  Baringkan ibu miring ke kiri, pasang infus menggunakan jarum diameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan RL atau NS 125 ml/jam, berikan dosis awal 4 G MgSO4 40 5 IV dengan kecepatan 1 G/menit, berikan dosis pemeliharaan

Dokumen yang terkait

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA KEHAMILAN, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR (BBL), NIFAS DAN PERENCANAAN KELUARGA BERENCANA (KB) PADA NY.S UMUR 43 TAHUN DI PUSKESMAS PATIKRAJA KARYA TULIS ILMIAH

0 0 15

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA KEHAMILAN, PERSALINAN,NIFAS BAYI BARU LAHIR (BBL), DAN PERENCANAAN KELUARGA BERENCANA (KB) PADA NY Y UMUR 26 TAHUN G2P1A0 DI PUSKESMAS BANYUMAS

0 0 14

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF KEHAMILAN, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR (BBL), NIFAS DAN KELUARGA BERENCANA (KB) PADA NY. W UMUR 23 TAHUN G2P1A0 DI PUSKESMAS II KEMBARAN - repository perpustakaan

0 1 101

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. KEHAMILAN a) Definisi Kehamilan - ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. S UMUR 32 TAHUN DARI KEHAMILAN, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR (BBL), NIFAS, DAN PERENCANAAN KELUARGA BERENCANA (KB) DI WILAYAH PUSKESMAS II

0 0 91

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF SELAMA KEHAMILAN, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR (BBL), NIFAS DAN PERENCANAAN KELUARGA BERENCANA (KB) PADA NY. W UMUR 21 TAHUN DI PUSKESMAS 1 KEMBARAN - repository perpustakaan

0 0 16

BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF DARI KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS, BAYI BARU LAHIR (BBL), DAN PERENCANAAN KELUARGA BERENCANA (KB) PADA NY.M UMUR 25 TAHUN DI PUSKESMAS I KEMBARAN - repository perpustakaan

0 0 86

BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. TINJAUAN MEDIS A. KEHAMILAN - ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA KEHAMILAN, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR (BBL), NIFAS, DAN PERENCANAAN KELUARGA BERENCANA (KB) PADA NY.N UMUR 21 TAHUN G1P0A0 DI PUSKESMAS 2 SOKARAJA - repository pe

0 0 128

BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Medis A. Kehamilan 1. Pengertian Kehamilan - ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA KEHAMILAN, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR (BBL), NIFAS DAN PERENCANAAN KELUARGA BERENCANA (KB) PADA NY. P UMUR 30 TAHUN DI PUSKESMAS 1 KEMBARA

0 0 102

1 ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF KEHAMILAN, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR (BBL), NIFAS DAN PERENCANAAN KELUARGA BERENCANA (KB) PADA NY R UMUR 22 TAHUN G1P0A0 DI BPM NY SITO SETIASIH KALICUPAK KIDUL PUSKESMAS KALIBAGOR KARYA TULIS ILMIAH

0 0 14

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF KEHAMILAN, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR (BBL), NIFAS DAN PERENCANAAN KELUARGA BERENCANA (KB) PADA NY R UMUR 22 TAHUN G1P0A0 DI BPM NY SITO SETIASIH KALICUPAK KIDUL PUSKESMAS KALIBAGOR - re

0 0 10