KAJIAN TEORI MUNASABAH DALAM PENAFSIRAN AL-QUR’AN (Tela’ah atas Surah Ar-Rahman dalam Tafsir Al-Mishbah) SKRIPSI

KAJIAN TEORI MUNASABAH
DALAM PENAFSIRAN AL-QUR’AN
(Tela’ah atas Surah Ar-Rahman dalam Tafsir Al-Mishbah)

SKRIPSI
Diajukan Sebagai SAlah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Agama
(S. Ag)

OLEH:

M. SARIFUDIN
NIM: 215 13 001

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2017

iv


v

vi

MOTTO

ُ‫خ ْي ُس ُم ْم َم ْه تَ َعيَّ َم ْاىقُسْ أَنَ َو َعي َّ َمه‬
~ Sebaik-baik orang di antara kalian adalah orang yang belajar Al-Qur‟an dan
mengajarkannya~
(HR. Bukhari)

vii

PERSEMBAHAN
‫يــــــــم‬
‫َّح‬
‫ْــــــــم اىيَّــــــــ ِه اىسَّحْ َم‬
‫ِتس‬
ِ ‫ــــــــه اىس‬
ِ

ِ
ِ

Dengan penuh ketulusan hati dan segenap rasa syukur kepada Allah Swt.,
skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Ibu Umi Nafisah/Umarsih dan Bapak Sumari (Alm) serta Bapak Ihwan yang
telah mendidik, membimbing, memberikan kasih sayang, dan do‟a dan
segalanya yang menjadi perantaraku untuk memperoleh tujuan hidupku, ilmu,
iman, amal shalih, dan ridho Allah Swt.
2. Ibu Sri Ambarwati dan Bapak Hanafi yang telah mendukung, memotivasi,
mendo‟akan, dan membantu banyak hal yang berkaitan dengan perkuliahan,
sehingga dengan Ridho Allah penulis bisa menyelesaikan studi S1 dengan
baik dan tepat pada waktunya.
3. Adik-adikku tercinta, Iska Setiarini, Hidayatul Umami, Nainul Muna yang
selalu mendo‟akan, mendukung, dan membantu.
4. Keluarga besar dan saudara-saudara penulis di manapun berada yang selalu
mendo‟akan, mendukung, dan membantu.
5. Dr. Hasani Ahmad Said. M.Pd. yang telah membimbing penulis sehingga bisa
mendapatkan judul skripsi ini.
6. Orang-orang yang selalu mewarnai hidup penulis, sehingga penulis bisa

hidup tumbuh dan berkembang dalam kebaikan dan ketaatan, antara lain: Mr.
Walyono, S.Pd.I., CT., CM., Ibu Juariyah, Bapak Hidayatullah DAHA, Ibu
H. dr. Supartinah, Sp. THT., Ahmad Fikri Sabiq, S.Pd.I., Muhammad

viii

Maghfurin, Nur Afandi, Suyadi, Bapak Sujatmiko, Bu Arna, Pak Rozak, Ibu
Latifah.
7. Keluarga besar Public Speaking Class (PSC); Bapak Walyono, Pak Azis,
Ihsan, Solehan, Inas, dan semuanya saja.
8. Teman-teman KKN 2017 POSKO 40 Desa Kalangan yang telah membantu
dan mendukung; Adam, Ali, Riza, Lia, Nisa, Nabila, Iva, Dewi.

ix

KATA PENGANTAR
‫يــــــــم‬
‫َّح‬
‫ــــــــم اىيَّــــــــ ِه اىسَّحْ َم‬
‫تِ ْس‬

ِ ‫ــــــــه اىس‬
ِ
ِ
ِ

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt., yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Kajian Munasabah dalam
Penafsiran Al-Qur‟an (Tela‟ah atas Surah Ar-Rahman dalam Tafsir AlMishbah)”. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah Saw.,
keluarga, sahabat, dan umatnya.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Agama di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga
Penulis menyadari bahwa kemampuan yang penulis miliki sangatlah
terbatas, sehingga dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan.
Arahan dan bimbingan dari berbagai pihak sangatlah membantu terselesainya
skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati
penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmad Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Dr. Beny Ridwan, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin Adab
dan Humaniora.

3.

Ibu Tri Wahyu Hidayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan
Tafsir.

4. Bapak Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc. MA., selaku Dosen Pembimbing
Akademik.
x

xi

ABSTRAK
M. Sarifudin, 2017. “Kajian Munasabah dalam Penafsiran Al-Qur‟an (Tela‟ah
atas Surah Ar-Rahman dalam Tafsir Al-Mishbah)”. Skripsi. Fakultas
Ushuluddin Adab dan Humaniora. Jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir.
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dr. Adang
Kuswaya, M.Ag.
Kata Kunci: Munasabah, Tafsir Al-Qur‟an.
Adanya perbedaan pendapat diantara ulama tentang Munasabah dalam
penafsiran Al-Qur‟an, ada yang setuju dan tidak. Hal inilah yang melatarbelakangi

penulis untuk mengkaji teori Munasabah dan tela‟ah terhadap surah Ar-Rahman
dalam Tafsir Al-Mishbah. Selain itu juga penulis ingin meneliti sejauh mana
validitas M. Quraish Shihab dalam menerapkan teori Munasabah dalam tafsirnya.
Dengan analisis (1) Bagaimana definisi Munasabah dan kedudukannya dalam
ilmu Al-Qur‟an? (2) Bagaimana ragam kajian Munasabah dalam Tafsir AlMishbah? (3) Bagaimana penerapan Munasabah antarayat surah Ar-Rahman
dalam Tafsir Al-Mishbah? (4) Bagaimana penerapan Munasabah antara surah ArRahman dengan surah sebelum dan sesudahnya?. Untuk menjawab permasalahan
di atas, maka penulis mengkaji kitab Tafsir Al-Mishbah dan buku-buku yang
mengkaji tentang Munasabah untuk mengetahui definisi Munasabah dan
kedudukannya, mengetahui ragam kajian Munasabah dalam Tafsir Al-Mishbah,
mengetahui penerapan Munasabah antarayat surah Ar-Rahman dalam Tafsir AlMishbah, dan mengetahui penerapan Munasabah antara surah Ar-Rahman dengan
surah sebelum dan sesudahnya.
Jenis penelitian skripsi ini adalah penelitian studi pustaka yang dilakukan
dengan menghimpun dan menganalisis data yang bersumber dari perpustakaan,
dengan metode library research dan literature yang dilakukan dengan
mengumpulkan sumber data primer berupa Kitab Tafsir Al-Mishbah karya M.
Quraish Shihab dan sumber data sekunder yang berupa buku-buku yang mengkaji
tentang Munasabah. Adapun tekhnik analisis data yang dilakukan ada tiga tahap
yaitu; metode deduktif yang dilakukan dengan menganalisis bab II kajian
Munasabah dalam pandangan umum, bab III ragam kajian Munasabah dalam
kitab Tafsir Al-Mishbah, dan bab IV penerapan Munasabah antarayat dan

antarsurah Ar-Rahman dalam kitab Tafsir Al-Mishbah, kemudian metode Conten
Analysis dan Reflektif Thinking dengan menganalisis isi untuk mengetahui
tingakat validitas M. Quraish Shihab dalam menerapkan teori Munasabah.
Adapun hasil dari penelitian yaitu: (1) Munasabah secara bahasa artinya
kedekatan, secara istilah adalah adanya hubungan antarayat dan antarsurah.
Munasabah memiliki kedudukan yang penting dalam „Ulumul Qur‟an wa Tafsir.
(2) Tafsir Al-Mishbah memiliki 6 spesifikasi Munasabah ayat dan 8 spesifikasi
Munasabah surah. (3) Penerapan Munasabah ayat dalam surah Ar-Rahman ada 5
spesifikasi. (4) Penerapan Munasabah surah dalam surah Ar-Rahman ada 6
spsifikasi.

xii

DAFTAR ISI

SAMPUL................................................................................................................ i
LEMBAR BERLOGO........................................................................................... ii
JUDUL.................................................................................................................. iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................................................... iv
PENGESAHAN KELULUSAN............................................................................ v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN............................................................ vi
MOTTO............................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN............................................................................................... viii
KATA PENGANTAR........................................................................................... x
ABSTRAK........................................................................................................... xii
DAFTAR ISI....................................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xvi
PEDOMAN TRANSLITERASI........................................................................ xvii
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian....................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian..................................................................................... 6
E. Penegasan Istilah........................................................................................ 7
F. Fokus Penelitian......................................................................................... 9
G. Metode Penelitian..................................................................................... 10
H. Sistematika Penulisan............................................................................... 12
xiii

BAB II PERAN MUNASABAH SEBAGAI INSTRUMEN PENAFSIRAN ALQUR‟AN……………………………………………………………….……..... 14

A. Munasabah dalam Kajian Al-Qur‟an....................................................... 14
B. Melacak Tradisi Awal Munasabah.......................................................... 26
C. Munasabah Perspektif Pakar Ilmuan Al-Qur‟an dari Klasik Hingga
Pramodern................................................................................................ 40
D. Munasabah dalam Tinjauan Ilmuwan Al-Qur‟an
Kontemporer............................................................................................ 43
E. Menyoal Munasabah: Respon Terhadap Kritik Ilmuwan Barat dan
Orientalis.................................................................................................. 50
BAB III MODEL MUNASABAH AL-QUR‟AN DALAM TAFSIR ALMISHBAH............................................................................................................ 57
A. Metode Menyingkap Munasabah Al-Qur‟an........................................... 57
B. Urgensi, Fungsi, dan Kegunaan Memahami Ilmu Munasabah serta Upaya
Pengembangannya................................................................................... 60
C. Karakteristik Munasabah dan Jenis-Jenisnya dalam Tafsir AlMishbah.................................................................................................... 65
D. Pola dan Pendekatan................................................................................ 70
E. Ragam Kajian Munasabah dalam Tafsir AlMishbah.................................................................................................... 71
BAB IV TELA‟AH PENERAPAN MUNASABAH SURAH AR-RAHMAN
DALAM TAFSIR AL-MISHBAH......................................................................... 73
A. Munasabah Ayat...................................................................................... 73
B. Munasabah Surah..................................................................................... 96
BAB V PENUTUP.............................................................................................. 106

A. Kesimpulan............................................................................................ 106
B. Saran....................................................................................................... 107

xiv

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP PENULIS

xv

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Daftar Pustaka

Riwayat Hidup Penulis
Foto Profil M. Quraish Shihab
Cover Kitab Tafsir Al-Mishbah
Nota Pembimbing Skripsi
Lembar Konsultasi

xvi

xvii

xviii

xix

xx

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab
hidayah atau kitab petunjuk kehidupan manusia. Di samping itu, kitab suci
Al-Qur‟an juga berfungsi sebagai kitab mukjizat yang memperlihatkan bahwa
Al-Qur‟an bukan ucapan Nabi Muhammad Saw., bukan ucapan dari Malaikat
Jibril, dan bukan pula ucapan makhluk lainnya. Al-Qur‟an adalah kalamullah
atau firman Allah yang merupakan citra diri-Nya, karena kalam merupakan
salah satu sifat-Nya diantara sifat-sifat-Nya yang lain. Jika Al-Qur‟an
merupakan kitab mukjizat, mukjizatnya berbeda dengan mukjizat-mukjizat
yang lain yang pernah ada sebelum Nabi Muhammad Saw. Ada beberapa
perbedaan antara mukjizat Al-Qur‟an dan mukjizat nabi-nabi terdahulu.
Karena kemukjizatan nabi-nabi terdahulu bersifat hissi atau sesuatu yang bisa
dideteksi oleh panca indra. Sedangkan mukjizat Al-Qur‟an bersifat
ma‟nawiyah atau tidak bisa dideteksi oleh pancaindra, tetapi oleh perasaan,
akal, pikiran, dan perenungan yang mendalam. Mukjizat Al-Qur‟an tidak
pernah lekang oleh waktu, karena bersifat ma‟nawiyah. Dengan kata lain,
mukjizat ma‟nawiyah lebih hebat daripada mukjizat hissiyyah. Allah
menjadikan mukjizat akhir zaman sebagai mukjizat yang ma‟nawiyah.
Karena perjalanan kehidupan manusia semenjak Nabi Adam As. Sampai Nabi
Muhammad Saw. Sudah sedemikian lama dan berbagai eksperimen
kehidupan telah dijalani oleh umat manusia.1
Seperti diketahui bahwa kisah yang terdapat dalam Al-Qur‟an tidak
diceritakan secara runtut kecuali pada kisah Nabi Yusuf As. Kisah dalam AlSaid, Hasani Ahmad, Diskursus Munasabah Al-Qur‟an dalam Tafsir Al-Mishbah (Jakarta:
Amzah, 2015), hlm. xi-xxi
1

1

Qur‟an tidak diceritakan secara terperinci, karena umat manusia dituntut
untuk memikirkan dan mempelajari hikmah yang dapat diambil dari ceritacerita tersebut. Inilah salah satu indikator Al-Qur‟an mengajak pembacanya
menjadi dewasa, walaupun hanya berupa ungkapan yang ringkas, tetapi
mengandung makna yang dalam.
Al-Qur‟an merupakan mukjizat Nabi Muhammad Saw yang paling
besar, sehingga para ulama dari masa lalu sampai kini terus berusaha mencari
letak kemukjizatannya. Orang-orang Arab menekuni sastra berusaha mencari
mukjizat Al-Qur‟an dari ungkapan dan redaksinya. Sehingga lahirlah
ilmuwan dalam bidang bAlaghah, seperti Al-Rummani (w. 3884 H/994 M),
Al-Khaththabi (w. 388H/998M), Al-Jurjani, Al-Baqillani (w. 403 H/1013 M),
serta Al-Sakkaki (w. 626 H/1226 M). Selain itu mukjizat Al-Qur‟an dapat
dilihat dari sisi isinya yang mengetengahkan kehebatan syari‟at islam dan
hukum-hukum yang diberlakukan, seperti dalam bentuk ibadah, mu‟amAlah,
munakahah, dan jinayah. Al-Qur‟an dikenal juga dengan mukjiizat AlGhaibi, yaitu terungkapnya hal-hal yang ghaib; mukjizat Al-wa‟d dan Alwa‟id, yaitu janji dan ancaman yang selalu terbukti sepanjang sejarah
kehidupan umat manusia; mukjizat „ilmi atau ilmu pengetahuan yang
mengemukakan kecocokan antara penemuan modern dan apa yang
diisyaratkan Al-Qur‟an. Muncul juga mukjizat yang bersifat „adadi, yaitu
bilangan yang ada dalam Al-Qur‟an, baik yang berkaitan dengan jumlah
huruf, kalimat, maupun ayat yang menunjukkan keseimbangan jumlah satu
kalimat dengan kalimat yang menjadi lawannya atau bentuk-bentuk istimewa
lainnya.2
Harus diakui bahwa Munasabah dalam Al-Qur‟an tidak ada
penjelasannya dari Nabi Saw. dan para sahabat. Oleh karena itu, ilmu

2

Ibid., hlm. xii-xiii.

2

Munasabah dikategorikan sebagai ilmu yang tidak wajib dipelajari. Jika
Munasabah wajib dipelajari, harus ada penjelasan dari Nabi.3
Diantara ulama dari zaman klasik sampai zaman pra-modern banyak
perbedaan pendapat terhadap unsur Munasabah dalam Al-Qur‟an, yang
merupakan salah satu cabang Ilmu Al-Qur‟an. Banyak diantara mereka yang
sependapat terhadap Ilmu Munasabah, walaupun disisi lain ada beberapa
ulama yang bertentangan. Diantara ulama yang bertentangan antara lain;
Mahmud Syaltut (w. 1963), Ma‟ruf Dualibi, dan Imam Asy-Syaukani (w.
1834 M), Asy-Syathibi (w. 790 H/1968 H).
Ma‟ruf Dualibi, mengataan,”Maka termasuk usaha yang tidak perlu
dilakukan adAlah mencari-cari hubungan diantara ayat-ayat dan surah-surah
Al-Qur‟an. sebagaimana hAlnya adaikata urusan itu mengenai hak-hak dan
kewajiban misAlnya. Sebenarnya yang dicari itu hanyAlah hubungan atas
dasar uatu atau beberapa prinsip”. Hal ini diperjelas oleh Asy-Syathibi
dalam Kitab Al-Muwafaq, menyatakan bahwa Al-Qur‟an dalam berbagai ayat
yang ditampilkan hanya mengungkapkan hal-hal yang bersifat prinsip
(mabda‟) dan norma umum (kaidah) saja. Dengan demikian tidaklah pada
tempatya bila orang bersikeras memaksakan diri mencari korelasi antara ayat
dengan ayat dan surah dengan surah yang bersifat tafshil. Dalam tafsirnya
Fath Al-Qodir, mengkritik Al-Biqa‟i (w. 885 H) yang memperbanyak kajian
Munasabah.4 Al-Syaukani juga mengatakan bahwa ilmu Munasabah adalah
ilmu yang dipaksakan dan tidak pantas dimasukkan ke dalam kajian sastra
arab. Apalagi dimasukkan ke dalam Al-Qur‟an yang mengandung nilai sastra
yang sangat tinggi. Ilmu Munasabah termasuk ke dalam ilmu tasfsir bi Alra‟yi, sedangkan penafsiran Al-Qur‟an dengan metode bi Al-ra‟yi tidak

3
4

Ibid.
Usman, Ulumul Qur‟an, (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 169.

3

diperbolehkan. Dengan kata lain, mencari-cari Munasabah adalah kegiatan
yang menghabiskan waktu dan tidak menghasilkan manfaat.5
Sedangkan ulama yang peduli dan setuju terhadap unsur Munasabah
dalam Al-Qur‟an antara lain:6
1. Al-Thabari (w. 310 H).
2. Abu Bakar Al-Naisaburi (w. 324 H).
3. Al-Razi (w. 606 H).
4. Al-Harrali Abu Al-Hasan (w. 637 H).
5. Al-Gharnathi, Ahmad bin Ibrahim Al-Zubair, Abu Ja‟far (w. 708 H) dalam
kitab Al-Burhan fi Munasabat Tartib Al-Suwar Al-Qur‟an.
6. Al-Biqa‟i (w. 885 H) dalam kitab Nazhm Al-Durar fi Tanasub Al-Ayat wa AlSuwar yag diringkas dalam kitab DilAlah Al-Burhan Al-Qawim „Ala Tanasub
Al-Qur‟an Al-Azhim.
7. Al-Suyuthi (w. 911 H) dalam kitab Tanasuq Al-Darur fi Tanasub Al-Suwar
yang diringkas dalam kitab Asrar Al-Tanziil dan kitabnya yang lain adalah
Marashid Al-MathAli fi Tanasub Al-Maqashid wa Al-MathAli‟.
8. Syekh Sajaqli Zadah Al-Mursyi (w. 115 H), pengarang kitab Nahr Al-Najat fi
Bayan Munasabat Umm Al-Kitab.
Mereka menganggap bahwa dengan mengetahui Munasabah akan
sangat membantu dalam memahami kandungan Al-Qur‟an. Al-Biqa‟i
menukil dari gurunya tentang kegunaan ilmu Munasabah, sebagai berikut:

Secara globAl, untuk mengetahui ilmu Munasabah pada Al-Qur‟an
adAlah engkau melihat terlebih dahulu tujuan umum dari satu surah,
kemudian

engkau

perhatikan

unsur-unsur

yang

terlihat

dalam

menggolongkan tujuan umum tersebut dengan dilihat dari kedekatan dan
unsur-unsur tersebut. Jika engkau telah melakukannya, engkau akan
Said, Hasani Ahmad, Diskursus Munasabah Al-Qur‟an dalam Tafsir Al-Mishbah
(Jakarta: Amzah, 2015), hlm. xv.
6
Ibid., hlm. xiv.
5

4

mengetahui susunan dan urutan satu ayat. Oleh karena itu, ilmu Munasabah
adAlah ilmu yang sangat baik. Hubungan antara ilmu ini dan ilmu tafsir
bagaikan hubungan antara ilmu bAlaghah dan ilmu nahwu.7
Karena dilandasi adanya perbedaan pendapat di atas, penulis
tertantang dan termotivasi untuk mengkaji teori Munasabah sekaligus
penerapannya dalam penafsiran Al-Qur‟an. Kali ini penulis akan menela‟ah
surah Ar-Rahman dalam Tafsir Al-Mishbah kaitannya dengan ilmu
Munasabah. Karena M. Quraish Shihab juga merupakan salah satu ulama
tafsir kontemporer yang setuju terhadap unsur Munasabah dalam penafsiran
Al-Qur‟an. Di sini penulis juga ingin meneliti sejauh mana validitas atau
ketepatan M. Quraish Shihab dalam menerapkan ilmu Munasabah dalam
kitab tafsirnya. Sehingga nantinya tahu seberapa besar manfaat unsur
Munasabah dalam penafsiran Al-Qur‟an, yang nantinya berdampak pada
kemudahan umat manusia dalam memahami makna dan kandungan AlQur‟an. Untuk mencapai hasil yang maksimal, akan disisipi beberapa kitab
tafsir sebagai pembanding. Selain itu pengambilan surah Ar-Rahman,
dikarenakan di dalam surah itu ada ayat yang terulang sejumlah 31 kali, tentu
ini berpengaruh terhadap penerapan unsur Munasabah Al-Qur‟an.

B. Rumusan Masalah
Mengacu dari uraian di atas, maka selanjutnya penulis merumuskan
pokok permasalahan yang akan dibahas lebih lanjut, antara lain:
7

Ibid., hlm. xvi.

5

1. Bagaimana definisi Munasabah dan kedudukannya dalam Ilmu AlQur‟an?
2. Bagaimana ragam kajian Munasabah dalam Tafsir Al-Mishbah?
3. Bagaimana penerapan Munasabah antarayat surah Ar-Rahman dalam
Tafsir Al-Mishbah?
4. Bagaimana penerapan Munasabah, antara surah Ar-Rahman dengan surah
sebelum dan sesudahnya?

C. Tujuan Penelitian
Bertolak dari latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka dapat
ditetapkan beberapa tujuan penelitian sebagai berikut:
Untuk mengetahui ragam Munasabah surah dalam Tafsir Al-Mishbah.
1. Untuk mengetahui definisi Munasabah dan kedudukannya dalam Ilmu AlQur‟an.
2. Untuk mengetahui ragam kajian Munasabah dalam Tafsir Al-Mishbah.
3. Untuk mengetahui penerapan Munasabah ayat, surah Ar-Rahman dalam
Tafsir Al-Mishbah.
4. Untuk mengetahui penerapan Munasabah, antara surah Ar-Rahman
dengan surah sebelum dan sesudahnya.

6

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan penjelasan dan pemahaman terhadap Ilmu Munasabah,
yang kemudian bisa dikembangkan para mufassir di kalangan akademik
maupun non akademik.
b. Menambah khasanah tentang Munasabah dalam surah Ar-Rahman.
c. Bagi para calon Sarjana dalam bidang Al-Qur‟an, bisa sebagai wacana
dan referensi dalam penulisan Karya Ilmiah di masa mendatang dan
dikembangkan dalam dunia akademik.
d. Bagi masyarakat muslim secara umum, bisa sebagai ilmu dan wacana
yang bisa dikembangkan dalam majelis-majelis Al-Qur‟an.
2. Manfaat Praktis
Memberikan peran positif, sebagai pertimbangan dalam berfikir
dan bertindak. Secara khusus penelitian ini dapat digunakan sebagai
berikut:
a. Bermanfaat bagi civitas akademika dan sekitarnya untuk menerapkan
segala perintah dan larangan serta peringatan Allah Swt dalam surah
Ar-Rahman di kehidupan sehari-sehari.
b. Bermanfaat bagi masyarakat umum untuk menerapkan segala perintah
dan larangan serta peringatan Allah Swt. dalam surah Ar-Rahman di
kehidupan sehari-hari.

7

c. Masyarakat menjadi tahu serta paham, bahwa dalam mempelajari AlQur‟an ada sisi terkecil dan bahkan sering terabaikan, tapi begitu besar
manfaatnya, yaitu Ilmu Munasabah.

E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahan dan kekeliruan terhadap judul
penelitian ini, maka penulis perlu menjelaskan istilah-istilah yang terdapat
dalam judul ini, antara lain:
1. Kajian adalah menyelidiki atau meneliti sesuatu dengan proses tahapan
mengetahui, memahami, dan menyimpulkan secara objektif dan kritis.
2. Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang
saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis
mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan
menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan
fenomena alamiah.
3. Munasabah secara bahasa, berasal dari bahasa arab dari kata (‫ مناسبة‬- ‫يناسب‬
‫ )ناسب‬Kata tersebut merupakan bentuk tsulatsi mujaradnya ‫( نسب‬nasaba)
yang berarti hubungan sesuatu dengan sesuatu yang lain (Ahmad bin Faris
bin Zakariya, V, 1967: 423). Kata nasab juga dapat berarti keturunan,
sebab keturunan itu adalah adanya hubungan antara orang tua dengan
anak-anaknya. Munasabah berarti muqarabah (‫ )مقاربة‬atau kedekatan dan
kemiripan. Hal ini tentunya antara dua hal atau lebih, sedangkan kemiripan
tersebut dapat terjadi pada seluruh unsur-unsurnya dapat juga terjadi pada

8

sebagian saja.8 Atau ‫ة – يَ ْىسُةُ – وَ َسثاً – وِ ْسثَةً) اى َّس ُج َو‬
َ ‫ )وَ َس‬yang berarti
menyebutkan asal laki-laki.9
)ُ‫ َذ َمس وَ َسثَه‬: ‫ة – وَ َسثا ً – َووِ ْسثَةً – اى َّس ُج ُو‬
َ ‫ )وَ َس‬yang berarti menyebutkan nasabnya
(keturunannya).10
Munasabah secara istilah adalah adanya kecocokan, kepantasan,
dan keserasian antara ayat dengan ayat atau surah dengan surah, atau
Munasabah adalah kemiripan yang terdapat pada hal-hal tertentu dalam
Al-Qur‟an,

baik

pada

surah

maupun

pada

ayat-ayatnya

yang

menghubungkan antara uraian yang satu dengan yang lain.11
4. Penafsiran asli katanya tafsir, secara etimologi berasal dari kata Al-fasru
yang artinya menyingkap sesuatu yang tertutup. Sedaangkan menurut
istilah, yaitu menjelaskan makna-makna Al-Qur‟an Al-Karim.12
5. Al-Qur‟an secara etimologi adalah masdar dari qara‟a yang berarti tAla
(membaca) atau jama‟a (mengumpulkan). Masdar qara‟a untuk tAla
bermakna isim maf‟ul (obyek) yang artinya bacaan. Adapun untuk kata
jama‟a bermakna isim fa‟il (subyek) artinya yang mengumpulkan, karena
dalam al-Qur‟an terkumpul berbagai berita dan hukum.13 Jadi Al-Qur‟an
menurut bahasa dapat berarti himpunan, kumpulan, dan bacaan.14
Al-Qur‟an menurut istilah adalah, antara lain:
- Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
- Merupakan mukjizat bagi Nabi Muhammad SAW.
- Dinukilkan secara mutawatir.
- Membacanya bernilai ibadah.

8

Budiharjo, Pembahasan Ilmu-Ilmu Al-Qur‟an (Yogyakarta: Lokus, 2012), hlm. 39.
Yunus, Mahmud, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: PT. Mahmud Yunus Wa Dzurriyyah,
2007), Hlm. 449.
10
A.w. Munawir, Kamus Al-Munawir Arab-Indonesia Terlengkap, (Surabaya: Penerbit
Pustaka Progressif, 1404H/1984M), hlm. 1509.
11
Ibid.
12
Al-Utsaimin, Syaikh Muhammad bin Shalih, Ushulun Fit Tafsir; Pengantar dan Dasardasar Mempelajari Ilmu Tafsir, (Solo: Al-Qowam, 2014), hlm. 40.
13
Ibid., hlm. 5.
14
Budiharjo, Pembahasan Ilmu-Ilmu Al-Qur‟an (Yogyakarta: Lokus, 2012), hlm. 2.
9

9

- Tertulis dalam mushaf, diawali dengan surah Al-Fatihah dan diakhiri
dengan surah Al-Nas.15
6. Tela‟ah, kata tela‟ah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
artinya menyelidiki, meneliti, mengakaji, menilik, memeriksa.
7. Surah adalah kumpulan dari beberapa ayat sebagaimana termaktub dalam
standar Mushaf Utsmani.
8. Ar-Rahman adalah salah satu surah dalam Al-Qur‟an yang memiliki
makna Maha Pengasih. Ar-Rahman adalah salah satu Asma‟ul Husna yang
dimiliki Allah Swt. Surah Ar-Rahman merupakan surah madaniyah, surah
ke 55, juz ke 27, dan terdiri dari 78 ayat.
9. Al-Mishbah adalah nama kitab tafsir karya M. Quraish Shihab.

F. Fokus Penelitian
Munasabah dalam penafsiran Al-Qur‟an penting untuk dikaji dalam
berbagai sudut pandang dan teori. Meskipun tidak semua ulama sepakat
adanya munasabah dalam penafsiran Al-Qur‟an. Maka dengan ini penulis
mencoba memisahkan dan mengkodifikasikan mana ulama yang setuju dan
tidak beserta alasannya. Salah satu yang sepakat dengan adanya munasabah
dalam penafsiran Al-Qur‟an, adalah M. Quraish Shihab. Secara umum kitab
Tafsir Al-Mishbah karya M. Quraish Shihab memiliki dua ragam Munasabah.
Pertama, Munasabah ayat yang ditelisik melalui enam spesifikasi, yaitu
Munasabah antara ayat dan ayat dalam satu surah, antara satu ayat dan
fashilah (penutupnya), antara kalimat dan kalimat dalam ayat, antara kata
15

Ibid., hlm. 3.

10

dalam satu ayat, antara kalimat dalam satu ayat, serta ayat pertama dan ayat
terakhir, dalam satu surah. Kedua, Munasabah surah yang ditelisik melalui
delapan spesifikasi, yaitu Munasabah antara surah dan surah sebelumnya,
antara awal surah dan akhir uaraian surah, antara awal surah dan akhir surah
sebelumnya, antara tema surah dan nama surah, antara penutup surah dan
uraian awal surah berikutnya, antara kisah satu dan kisah lainnya dalam satu
surah, antara surah satu dan surah lainnya, serta antara fawatih Al-suwar
(Pembuka Surah) dan isi surah. Penelitian ini difokuskan pada tela‟ah dan
analisis munasabah surah Ar-Rahman dalam kitab Tafsir Al-Mishbah.

G. Penelitian Terdahulu
Dari sekian banyak ulama maupun para ahli di bidang „Ulumul
Qur‟an wa Tafsir hanya Hasani Ahmad Said dalam bukunya yang berjudul
Diskursus Munasabah dalam Tafir Al-Mishbah. Karya beliau relevan dengan
tema penelitian penulis kali ini. Maka penulis di sini mencoba untuk
mengembangkan lebih dalam dan spesifik lagi dari penelitian yang dilakukan
Hasani Ahmad Said, yaitu dengan pendekatan kajian teori munasabah
perspektif Tafsir Al-Mishbah dalam surah Ar-Rahman. Di sini penulis tidak
hanya mengkaji, tapi juga melakukan analisis dan tela‟ah secara intens.

11

H. Metode Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, digunakan beberapa teknik untuk sampai
pada tujuan penelitian, teknik tersebut meliputi:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini tergolong penelitian Pustaka (library research).
Karena semua yang digali adalah bersumber dari pustaka.
Dimana data-data yang digunakan penulis dalam penelitian ini
adalah berbagai tulisan yang relevan dengan judul yang penulis angkat.
Adapun sumber data yang digunakan penulis adalah:
a. Data yang bersumber dari teks Surah Ar-Rahman dalam Al-Qur‟an dan
Surah Ar-Rahman dalam Kitab Tafsir Al-Mishbah karya M. Quraish
Shihab, atau disebut sebagai data primer (utama).
b. Data yang bersumber dari buku-buku atau karya tulis lainnya yang
berkaitan dengan pembahasan judul yang penulis angkat, sebagai data
pendukung dan pelengkap serta memperjelas sumber data primer, atau
disebut sebagai data sekunder (kedua/pendukung).
2. Pendekatan Penelitian
Untuk mendapatkan data dan hasil yang maksimal dan tepat, maka
penelitian ini dikaji menggunakan pendekatan ilmu Munasabah dan
sejarah, yang kemudian dikaitkan dengan tema-tema kontekstual.
3. Teknik pengumpulan data
Untuk memperoleh data dalam melakukan penelitian ini, penulis
menggunakan metode dokumentasi. Metode dokumentasi, yaitu mencari

12

data-data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan-catatan,
transkip, surah kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda,
jurnal, dan sebagainya.
Metode ini penulis gunakan untuk mencari data dengan cara
membaca, menela‟ah, dan mengkaji kitab-kitab tafsir, terutama tafsir surah
Ar-Rahman dalam kitab Tafsir Al-Mishbah dan buku-buku lainnya yang
berkaitan dengan tema pembahasan. Kemudian hasil dari data itu dianalisis
untuk mendapatkan pengetahuan dan konsep Munasabah dalam penafsiran
surah Ar-Rahman perspektif Tafsir Al-Mishbah.
4. Metode analisis
Karena penelitian ini jenis penelitian kuAlitatif literature, maka
metode analisis yang penulis gunakan adalah metode Analisis Isi (content
anAlysis).

I.

Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini ditulis secara anAlitis-narasi, dan sistematika
dalam penyusunannya sebagai berikut:
Bab I: Pendahuluan. Pada bab ini akan dikemukakan tentang; latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, penegasan istilah,
manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.
Bab II: Peran Munasabah sebagai instrumen penafsiran Al-Qur‟an.
Pada bab ini dijabarkan tentang; Munasabah dalam kajian Al-Qur‟an,
Melacak tradisi awal Munasabah, Munasabah perspektif Pakar Ilmuan Al-

13

Qur‟an dari klasik hingga pramodern, Munasabah dalam tinjauan Ilmuwan
Al-Qur‟an kontemporer, menyoal Munasabah: respons terhadap kritik
Ilmuwan Barat dan Orientalis.
Bab III: Bentuk Munasabah Al-Qur‟an surah Ar-Rahman dalam
Tafsir Al-Mishbah. Pada bab ini dijabarkan tentang; metode menyingkap
Munasabah Al-Qur‟an, urgensi, fungsi, dan kegunaan memahami ilmu
Munasabah serta upaya pengembangannya, karakteristik Munasabah dan
jenis-jenisnya dalam Tafsir Al-Mishbah, analisis perbandingan terhadap pola
dan pendekatan, ragam kajian Munasabah dalam Tafsir Al-Mishbah.
Bab IV: Penerapan dan tela‟ah Munasabah surah Ar-Rahman dalam
Tafsir Al-Mishbah. Pertama, Munasabah ayat meliputi: Munasabah antarayat
dalam satu surah, Munasabah antara kelompok ayat dalam surah, Munasabah
antara ayat dan penutupnya (fashilah), Munasabah antarkalimat dalam ayat,
Munasabah antarkata dalam satu ayat. Kedua, Munasabah surah meliputi:
Munasabah antara Fawatih Al-Suwar (Pembuka Surah) dan akhir surah
(Penutup Surah), Munasabah antara tema surah dan nama surah, Munasabah
antara fawatih al-suwar dan isi surah, Munasabah antara awal surah dan
penutup surah sebelumnya, Munasabah antara suatu surah dan surah
sebelumnya, Munasabah antara suatu surah dan surah setelahnya, Munasabah
antara awal surah dan akhir surah.
Bab V: Penutup. Pada bab ini akan disimpulkan penulis berdasarkan
pemaparan pada bab-bab sebelumnya, dan saran-saran atau kalimat penutup
yang sekiranya dianggap penting, dan daftar pustaka.

14

BAB II
PERAN MUNASABAH SEBAGAI
INSTRUMEN PENAFSIRAN AL-QUR’AN

A. Munasabah dalam Al-Qur’an
1. Pengertian Munasabah
Secara etimologis Al-Munasabah (‫ )اىمىاسثة‬berasal dari mashdar annasabu (‫ )اىىسة‬berarti Al-qarabah (‫)اىقساتة‬. Orang Arab mengatakan fulan
yunasibu fulanan, fahuwa nasibuhu maksudnya qaribuhu. Kata qaraba
sendiri berarti dekat. Orang yang berasal dari nasab yang sama disebut
qarabah (kerabat) Karena kedekatannya. Dari kata nasab itulah dibentuk
menjadi Al-Munasabah (‫ )اىمىاسثة‬dalam arti Al-Muqarabah (‫)اىمقازتة‬,
kedekatan satu sama lain. oleh sebab itu Al-Munasabah adalah sesuatu
yang masuk akal, jika dikemukakan kepada akal diterima. Mencari
kedekatan antara dua hal adalah mencari hubungan atau kaitan antara
keduanya seperti hubungan sebab akibat, persamaan, perbedaan, dan
hubungan-hubungan lain yang bisa ditemukan antara dua hal.16
Secara terminologis yang dimaksud dengan Munasabah adalah
menyesuaikan dan mencari kedekatan, hubungan, kaitan, antara satu ayat
atau kelompok ayat dengan ayat atau kelompok ayat yang berdekatan, baik
dengan yang sebelumnya maupun sesudahnya. Termasuk mencari kaitan
antara ayat yang berada pada akhir sebuah surah dengan ayat yang berada
pada awal surah berikutnya atau antara satu surah dengan surah
sesudahnya atau sebelumnya. Secara sederhana Manna‟ al-Qaththan
mendefinisikan, Munasabah adAlah bentuk hubungan antara satu kAlimat

Ilyas, Yunahar, Kuliah Ulumul Qur‟an, (Yogyakarta: Itqan Publishing, 2013), Cet. 2.,,
hlm. 207.
16

15

dengan kAlimat lain dalam satu ayat, atau antara satu ayat dengan ayat
lain dalam satu kelompok ayat, antara satu surah dengan surah lain.17
Kajian tentang Munasabah berawal dari kenyataan bahwa
sistematika urutan ayat-ayat atau surah-surah Al-Qur‟an sebagaimana
terdapat dalam Mushaf Utsmani sekarang tidak berdasarkan pada
kronologis turunnya. Meskipun demikian, setiap kali ayat turun, Nabi
memberi tahu tempat ayat-ayat itu dari segi sistematika urutannya dengan
ayat-ayat atau surah-surah yang lainnya sambil memerintah sahabatnya
untuk menulisnya. Dalam Al-Qur‟an, ada beberapa indikasi yang
mempunyai sinyal kuat yang menunjukkan bahwa Al-Qur‟an adalah satu
kesatuan yang memiliki keserasian (Munasabah), yaitu pada (QS. Al-Nisa‟
(4) : 82), (QS. Hud (11) : 1), (QS. Al-Zumar (39) : 23).
Menurut Al-Qurthubi, Surah Al-Nisa‟ ayat 82 tersebut menjelaskan
bahwa salah satu mukjizat Al-Qur‟an adalah tidak ada pertentangan sedikit
pun dari sisi hubungan antara ayat-ayat dan surah-surahnya. Rifa‟ah Fauzi
(w. 1873) juga mengatakan bahwa Al-Qur‟an memiliki kemukjizatan
berupa hubungan antara bagian-bagiannya. Surah bertalian dengan surah
sebelum ataupun sesudahnya, ayat bertalian dengan ayat sebelum ataupun
ayat sesudahnya, serta ada keterkaitan makna dan tema, sehingga terjadi
penyempurnaan. Semua itu terjadi lebih dari satu tema, dalam satu ayat
atau satu surah, seperti tergambar dalam surah Al-Nisa‟ di atas.18
Al-Zamakhsyari (w. 538 H) memberikan penjelasan mengenai
Surah Hud ayat 1 dengan mengumpamakan Al-Qur‟an susunannya laksana
sebuah bangunan yang kokoh. Sementara itu Surah Al-Zumar ayat 23
dipahami bahwa tidak ada perkataan yang lebih baik dibandingkan dengan
17

Ibid., hlm. 208.
Said, Hasani Ahmad, Diskursus Munasabah Al-Qur‟an dalam Tafsir Al-Mishbah,
(Jakarta: Amzah, 2015), hlm. 2.
18

16

Al-Qur‟an. dalam hal ini, Al-Zarkasyi (w. 1985 M) berkata,”sAlah satu
ciri perkataan yang baik adAlah adanya hubungan antara satu bagian dan
bagian lain sehingga tidak ada kAlimat yang terbuang”.19
Az-Zarkasyi memberi contoh Munasabah antara pembukaan suatu
surah dengan akhir surah sebelumnya. Misalnya surah Al-An‟am dimulai
dengan ‫ض‬
َ َ‫( ْاى َح ْم ُد هللِ اىَّ ِري َخي‬SegAla puji bagi Allah yang telah
َ ْ‫ت َو ْاألَز‬
ِ ‫اوا‬
َ ‫ق اى َّس َم‬
menciptakan langit dan bumi) sangat sesuai dengan ayat akhir surah Alُ ‫( ِهللِ ُم ْي‬Kepunyaan Allah lah kerajaan
Ma‟idah sebelumnya ‫ض‬
ِ ‫ل اى َّس َما َوا‬
ِ ْ‫ت َو ْاألَز‬
langit dan bumi). Contoh lain pembukaan surah Al-Baqarah dengan ‫اىــم‬
ُ‫ل ْاى ِنتَاب‬
َ ِ‫} َذى‬1{ (Alif lam mim. Kitab Allah) ini tidak ada keraguan padanya;
petunjuk bagi mereka yang bertaqwa) menunjuk kepada ash-shirath pada
surah Al-Fatihah ‫( ا ْه ِدوَااىصِّ َساطَ ْاى ُم ْستَقِي َم‬Tunjukilah kami jAlan yang lurus)
seolah-olah tatkala mereka meminta diberi petunjuk jalan yang lurus,
langsung dijawab, petunjuk menuju jalan yang lurus seperti yang kamu
minta itu adalah Al-Kitab (Al-Qur‟an ).20 Contoh lain dalam (QS. AlBaqarah (2) : 195). Bahwa Apakah ada kaitan langsung antara perintah
berinfak (Dan belanjakanlah harta bendamu di jAlan Allah) dengan
larangan membinasakan diri (dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu
sendiri ke dalam kebinasaan), atau masing-masing bagian dari ayat
tersebut berdiri sendiri? Kalau kita renungkan lebih mendalam tentu akan
ditemukan kaitan logis antara dua bagian isi ayat tersebut. Apabila umat
islam, karena kikir atau kurangnya kesadaran akan pentingnya peran serta
aktif setiap orang dalam pendanaan semua amal usaha dan perjuangan
umat, tidak mau menyumbangkan sebagian harta bendanya untuk
perjuangan, maka tentu saja perjuangan itu tidak akan berhasil. Apabila
perjuangan tidak berhasil, dampak negatifnya juga akan dirasakan oleh
umat itu sendiri. Umat Islam akan tetap miskin, tertinggal dalam
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kalah bersaing dengan umatumat lain, dan pada akhirnya tidak tertutup kemungkinan mereka akan
19

Ibid.
Ilyas, Yunahar, Kuliah Ulumul Qur‟an, (Yogyakarta: Itqan Publishing, 2013), Cet. 2,
hlm. 208.
20

17

dijajah, sekalipun tidak lagi dalam bentuk penjajahan fisik, tapi ekonomi,
politik, dan budaya. Hal itu berarti umat islam yang tidak mau berinfak
sengaja menghancurkan diri mereka sendiri.21
Maka bukan termasuk Munasabah apabila yang dicari adalah
hubungan antara satu ayat dengan ayat lain yang tidak berdekatan, karena
hal itu masuk kategori tafsir Al-ayah bi Al-ayah seperti surah Al-An‟am
ayat 82 ditafsirkan oleh Surah Luqman ayat 13. Tatkala mendengar Surah
Al-An‟am 82, sebagian sahabat merasa berat dan tidak sanggup menjadi
orang yang beriman, karena siapakah diantara mereka yang tidak pernah
melakukan kezaliman, paling tidak atas dirinya sendiri. Lalu Nabi
menjelaskan bahwa kezaliman yang dimaksud dalam ayat tersebut,
bukanlah seperti yang dipahami mereka, tetapi seperti yang dimaksudkan
oleh

hamba

Allah

yang

soleh

yaitu

Luqman,”

sesungguhnya

mempersekutukan (Allah) adAlah benar-benar kezAliman yang besar”.
Demikianlah penjelasan Nabi sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari,
Muslim, at-Tirmidzi, dan lain melalui sahabat Nabi Abdullah ibn
Mas‟ud.22
Jadi secara garis besar Munasabah didapat atau ditemukan dengan
cara penalaran saja, bukan dengan periwayatan. Dengan demikian diterima
atau tidaknya penalaran tersebut tergantung tingkat logikanya, semakin
logis tentu akan semakin dapat diterima. Ada ayat-ayat yang mudah
dipahami hubungannya satu sama lain, tetapi tidak sedikit pula yang perlu
pendalaman, sehingga baru tampak Munasabahnya. Bagi sebagian orang,
bisa saja antara satu ayat dengan ayat lain atau antara satu kelompok
dengan kelompok ayat yang lain atau antara satu kelompok ayat dengan
Ilyas, Yunahar, Cakrawala Al-Qur‟an Tafsir Tematis tentang Berbagai Aspek kehidupan
(Yogyakarta: Itqan Publishing, 2011), hlm. 200.
22
Ibid., hlm. 210.
21

18

kelompok ayat yang berdekatan tidak ada hubungannya sama sekali, tetapi
bagi ulama yang mendalaminya akan melihat hubungannya.
1. Macam-Macam Munasabah
a. Munasabah antara Satu kalimat dengan Kalimat Sebelumnya dalam
Satu Ayat
Munasabah jenis ini mencari hubungan atau kaitan antara satu
kalimat sebelumnya dalam satu ayat. Contohnya bisa dilihat pada
contoh Munasabah di penjelasan sebelumnya dalam QS. Al-Baqarah
(2) : 195.23
b. Munasabah antara Satu Ayat dengan Ayat Sesudahnya
Munasabah jenis ini mencari hubungan antara satu ayat dengan
ayat sesudahnya. Misalnya hubungan antara Surah Al-Isra‟ ayat 1 dan
2. Apa hubungan antara peristiwa Isra‟ Nabi Muhammad SAW yang
disebutkan pada ayat pertama dengan berikutnya Kitab Taurah kepada
Nabi Musa AS pada ayat yang kedua? Menurut M. Quraish Shihab,
ayat pertama menyebutkan anugerah Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW yang mengisra‟kan beliau dari Mesir ke negeri yang
diberkahi pula, yaitu Palestina tetapi memakan waktu yang lama.
Penyebutan Nabi Musa juga mempunyai kaitan yang sangat jelas
dengan peristiwa Isra‟ Mi‟raj, karena beliau yang berulang-ulang
mengusulkan agar Nabi Muhammad SAW memohon keringanan atas
kewajiban sholat 50 kali sehari semalam.24
c. Munasabah

antara

Kelompok

Ayat

dengan

Kelompok

Ayat

Sebelumnya

23

Ibid.
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an
(Jakarta: Lentera Hati, 2001), vol 7, hlm. 407.
24

19

Munasabah jenis ini mencari hubungan antara satu kelompok
ayat dengan kelompok ayat berikutnya. Misalnya Surah Al-Baqarah
ayat 1-20 tentang beberapa kategori manusia ditinjau dari segi
keimanannya. Ayat 1-5 berbicara tentang orang-orang yang bertaqwa,
yaitu orang-orang yang memadukan dalam diri mereka aspek Iman,
Islam, dan Ihsan. Ayat berikutnya 6-7 berbicara tentang orang-orang
kafir, yaitu orang yang lahir batin mengingkari Allah SWT. Ayat
selanjutnya 8-20 berbicara tentang orang-orang munafiq, yang di luar
mengaku beriman, tetapi di dalam mengingkari Allah SWT.25

d. Munasabah antara Awal Surah dengan Akhir Surah Sebelumnya
Surah Al-Hadid dengan akhir Surah Al-Waqi‟ah. Allah
berfirman: Munasabah jenis ini mencari hubungan antara awal surah
dengan akhir surah sebelumnya, misalnya (QS. Waqi‟ah (56) : 96)
dengan (QS. Al-Hadid (57) : 1).

Surah Al-Waqi‟ah pada bagian awal lalu menguraikan tentang
kepastian kiamat dan pembagian manusia menjadi tiga golongan yang
disertai balasannya. Selanjutnya, surah ini ditutup dengan menyatakan
kesungguhan Al-haq Al-yaqin, yaitu keyakinan yang disertai hak atau
keyakinan yang sangat benar. Dengan demikian, maka bertasbihlah,
yaitu tingkatkan upayamu dengan mensucikan diri (menyebut) nama
Tuhanmu sebagai pemelihara dan pembimbingmu Yang Maha Besar.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa uraian penutup surah sangat
serasi dengan uraian awalnya.
Ilyas, Yunahar, Kuliah Ulumul Qur‟an, (Yogyakarta: Itqan Publishing, 2013), Cet. 2.,,
hlm. 213.
25

20

e. Munasabah antara Satu Surah dengan Surah lainnya
Munasabah jenis ini mencari hubungan antara nama satu surah
dengan nama surah sebelum dan sesudahnya, hubungan antara
kandungan satu surah dengan surah berikutnya, hubungan antara akhir
surah dengan awal surah berikutnya. Salah satu contohnya adalah
Munasabah antara Surah Al-Fatihah dan Surah Al-Baqarah dari segi
nama. Di antara isi penting Surah Al-Fatihah adalah tentang Tauhid,
baik dari segi rububiyah, mulkiyah maupun ilahiyah-Nya. Dengan
doktrin Tauhid, seseorang dilarang menuhankan apa dan siapa pun
selain Allah SWT termasuk menuhankan Al-Baqarah sebagaimana
yang dilakukan oleh Bani Israil di bawah inisiatif as-Samiri. Guna
melakukan pembinaan dan mempertahankan tauhid secara konsekuen
diperlukan pembinaan dalam keluarga. Dan salah satu keluarga yang
menjadi teladan adalah keluarga „imran (Ali Imran). Salah satu sebab
penting keberhasilan sebuah keluarga adalah peran kaum perempuan
(An-Nisa‟) terutama Ibu. Sebuah keluarga tentu memerlukan kecukupan
ekonomi terutama untuk makan dan minum. Makanan dan minuman
yang dibutuhkan tentu saja makanan yang halal lagi baik dan bergizi
seperti diisyaratkan dalam Surah Al-Ma‟idah yang berarti hidangan
makanan.26
2. Bentuk-bentuk Munasabah
a. Zhahir Al-Irtibath
Adakalanya hubungan antara satu kalimat dengan kalimat
berikutnya atau satu ayat dengan ayat berikutnya tampak nyata.
Adakalanya kalimat atau ayat yang kedua bisa berupa ta‟kid
(penegasan), tafsir (penjelasan), i‟tiradh (bantahan), atau tasydid
(penekanan) terhadap kalimat atau ayat yang pertama. Satu bagian
ayat tergantung dengan bagian sebelumnya, tidak bisa dipisahkan, satu
ayat tergantung dengan ayat sesudahnya, juga tidak bisa dipisahkan.
26

Ibid., hlm. 214-215.

21

Kalau dipisahkan maknanya menjadi tidak sempurna, bahkan bisa
menimbulkan pemahaman yang keliru.27 Misalnya ayat 4 surah AlMa‟un:
b. Khafiy Al-Irtibath
Adakalanya hubungan antara suatu kalimat dengan kalimat
berikutnya atau antara satu ayat dengan ayat berikutnya tidak tampak
nyata. Masing-masing berdiri sendiri, tidak tergantung dengan kalimat
atau ayat sesudahnya. Kesempurnaan makna kalimat pertama atau
ayat pertama tidak tergantung dengan kalimat atau ayat berikutnya.
Kalau dipisahkan maknanya tetap sempurna. Irtibath jenis ini hanya
dapat diketahui setelah dikaji dan didalami dengan baik. Ada dua
bentuk irtibath yang tidak tampak ini. Pertama, Irtibath Ma‟thufah,
dan kedua, Irtibath Ghairu Ma‟thufah, masing-masing akan dijelaskan
sebagai berikut:

1) Irtibath Ma‟thufah
Irtibath antara satu bagian dengan bagian lain dari ayat
menggunakan huruf „athaf. Bagian kedua bisa berupa nazhir
(bandingan) dan syarik (mitra) dari bagian sebelumnya dan bisa
juga berupa Al-Madhahah (lawan katanya). Untuk nazhir
(bandingan) dan syarik (mitra). Seperti dalam Al-Qur‟an surat.
Al-Hadid (57) ayat 4. Kata kerja ‫( ييج‬masuk) dalam ayat ayat
tersebut adalah bandingan atau nazir dari kata kerja ‫( يخسج‬keluar).
Begitu juga kata kerja ‫( يىزه‬turun) adalah bandingan dari kata
kerja ‫( يعسج‬naik). Tampak dalam ayat di atas bagaimana kaitan
antara kalimat apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang
keluar daripadanya; dan kaitan antara apa yang turun dari langit

27

Ibid., hlm. 215.

22

dan apa yang naik kepada-Nya, sehingga kalimatnya menjadi
sangat serasi.28
Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah,
pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jAlan Allah),
maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya
dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan
melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembAlikan.
(QS. Al-Baqarah (2) : 245)
Kata kerja ‫( يقثط‬menyempitkan) dalam ayat di atas adalah
bandingan atau nazir dari kata kerja ‫( يثصط‬melapangkan). Tanpak
dalam ayat di atas bagaimana kaitan antara kalimat Allah
menyempitkan dengan kalimat melapangkan (rezki). Sehingga
kalimatnya menjadi sangat serasi.29
Sedangkan untuk Al-Madhahah (lawan katanya) dapat
dilihat contohnya pada ayat-ayat yang menyebut rahmah setelah
azab, raghbah (dorongan melakukan sesuatu) setelah ruhbah
(ancaman untuk tidak melakukan sesuatu). Sudah menjadi
kebiasaan Al-Qur‟an, setelah menyebut hukum tertentu Al-Qur‟an
menyebut sesudahnya janji pahala dan ancaman dosa agar
menjadi pendorong untuk melaksanakan hukum yang disebutkan
sebelumnya. Kemudian menyebut ayat-ayat tauhid (mengesakan
Allah SWT) agar manusia mengetahui keagungan Allah Yang
Maha

Memerintah

dan

Maha

Melarang.

Contoh-contoh

Munasabah jenis ini banyak terdapat dalam surah Al-Baqarah,
An-Nisa‟, dan Al-Maidah.30 Salah satu contohnya adalah setelah
menjelaskan panjang lebar hukum waris dam Surah An-Nisa‟ ayat
7-12, lalu Allah menyampaikan janji dan ancaman pada ayat 13

28
29
30

Ibid., hlm. 217.
Ibid., hlm. 217-218.
Ibid., 218.

23

dan 14. Ada juga jenis irtibath ma‟thufah yang lebih sulit
diketahui kecuali dengan melakukan penelitian lebih mendalam.31
2) Irtibath Ghairu Ma‟thufah
Jika irtibath antara satu bagian dengan bagian lain dari ayat
atau antara satu ayat dengan ayat berikutnya tidak menggunakan
huruf „athaf maka dalam hal ini untuk mencari Munasabahnya
harus dicari qarain maknawiyah, petunjuk-petunjuk yang didapat
dari pengertian maknanya. Petunjuk-petunjuk maknawiyah yang
bisa digunakan antara lain adalah:
a) At-Tanzir
Dicari bandingan (nazhir) antara satu ayat dengan ayat
lainnya, misalnya dalam QS. Al-Anfal (8) ayat 5. Ayat ini
menjelaskan bagaimana para sahabat pasukan perang Badar
berselisih pendapat tentang pembagian harta rampasan perang.
Kemudian pembagian harta harta rampasan perang itu
diserahkan kepada Rasulullah SAW sekalipun mereka tidak
menyukainya. Allah SWT menyuruh mereka bertaqwa dan
memperbaiki hubungan sesama mereka serta taat kepada
Allah SWT jika mereka benar-benar beriman. Lalu dijelaskan
sifat-sifat orang beriman dalam QS. Al-Anfal (8) ayat 4.
Bahwa keadaan itu, yaitu ketidaksukaan mereka tatkala
pembagian harta rampasan perang itu diserahkn kepada
Rasulullah SAW sama dengan ketidaksukaan sebagian
meraka waktu Allah memerintahkan kepada Nabi untuk
keluar dari rumah beliau memimpin pasukan untuk menceah
kafilah dagang Quraisy yang dipimpin Abu Sufyan.32

31
32

Ibid., hlm. 220.
Ibid., hlm. 222.

24

b) Al-Madhadhah
Petunjuk makna lain yang dapat digunakan untuk
mencari Munasabah antara ayat yang tidak ada huruf
„athafnya adalah dengan mencari sisi lawannya. Contohnya
ayat 6 Surah Al-Baqarah. Di awal surah disebutkan tentang
Kitab Suci Al-Qur‟an, dan sikap orang-orang beriman yang
mendapat petunjuk dari Allah SWT. Setelah itu dijelaskan
sikap yang berlawanan, yaitu sikap orang-orang yang kafir
yang mengingkarinya.33
c) Al-Istidhrad
Kaitan antara satu ayat dengan ayat sebelumnya dapat
dilihat dari sisi istithrad, seperti QS. Al-A‟araf (7) : 26.
Ayat ini merupakan penjelasan lebih lanjut (istithrad)
dari ayat sebelumnya. Bahwa diceritakan bagaimana Adam
dan Hawa setelah tergoda oleh Syaithan terbuka aurat
keduanya, lalu berusaha menutupinya dengan daun-daun
surga. Dalam ayat 26 ini dijelaskan tiga fungsi pakaian yaitu
untuk

menutup

aurat,

untuk

perhiasan,

dan

untuk

menunjukkan ketaqwaan.
d) At-TakhAllush
Miri