INTEGRASI NEGARA-NEGARA ANGGOTA ASEAN DALAM BIDANG EKONOMI : BEBERAPA PERMASALAHAN YURIDIS

SKRI PSI R O N A L D V A N R O O M

  I NTEGRASI N EGAR A- N EGAR A AN GGOTA ASEAN DALAM BI DANG EKONOMI : BEBERAPA PERM ASALAHAN YURI DI S F A K U L T A S H U K U M U N IV E R S IT A S A 1R L A N G G A S U R A B A Y A 1990

  INTEGRASI NEGARA-NEGARA ANGGOTA ASEAN DALAM BIDANG EKONOMI: BEBERAPA PERMASALAHAN YURIDIS S K R I P S I DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI TUGAS DAN MEMENUHI SYARAT-SYARAT UNTUK MENCAPAX GELAR SARJANA HUKUM oleh RONALD VAN ROOM NPM. 038532241 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA S U R A B A Y A 1 9 9 0

  INTEGRASI NEGARA-NEGARA ANGGOTA ASEAN DALAM BIDANG EKONOMI: BEBERAPA PERMASALAHAN YURIDIS S K R I P S I DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI TUGAS DAN MEMENUHI SYARAT-SYARAT UNTUK MENCAPAI GELAR . SARJANA HUKUM oleh RONALD VAN ROOM NPM. 038532241 Pembimbing FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA S U R A B A Y A 1 9 9 0

  Diuji pada tanggal 25 Juni 1990 oleh : Ketua

  Sekretaris

  Anggota : Abdoel Rasjid, S.H., LL.M.

  : E m a n , S .H ., M.S. : Hermawan Ps. Hotodipoero, ScfH J. Hendy Tedjonagoro, S.H.

  

I Wayan Titib Sulaksana, S.H.

Djasadin Saragih, S. II., LL.M.

  

ABSTRAK

  I NTEGRASI NEGARA- NEGARA ANGGOTA ASEAN DALAM BI DANG EKONOMI : BEBERAPA PERMASALAHAN YURI DI S

  VAN ROOM, RONALD Pembimbing : Hermawan PS Notodipuro,SH.MS KKB KK-2 INT 154/91 Van i Copyrights @ 1991 by Airlangga University Library. Surabaya Setelah berakhirnya Perang Dunia II, pada tahun 1945, berkembanglah berbagai ikhtiar kerjasama regional di hampir seluruh kawasan penting, membaik di Eropah, Timur

Tengah, Asia, Afrika dan Amerika Latin. Salah satu asumsi pokok

yang mendasari kerjasama regional adalah bahwa kedekatan

geografis akan mempermudah upaya-upaya saling memahami di antara

negara-negara bertetangga sehingga masalah-masalah yang mungkin

dapat menjurus pada pertikaian berlanjut dapat dibatasi dengan

segera atas dasar hidup berdampingan secara damai. Di samping itu

ada pula kerjasama regional yang dilakukan atas dasar pembagian

kerja di antara negara-negara yang berdekatan secara geografis dimana masing-masing negara memusatkan diri terutama pada kegiatan-kegiatan ekonomi yang menurut hematnya paling kuat

dimilikinya sambil menyerahkann bidang kegiatan ekonomi lainnya

kepada negara tetangga yang lebih kuat mintanya terhadap kegiatan-kegiatan tersebut. Keyword: Negara ASEAN skripsi

INTEGRASI NEGARA-NEGARA ....

  It is not from the benevolence of the butcher, the bre­ wer, or the baker that we expect our dinner, but from their regard to their self-interest. We address ourselves, not to their humanity, but to their self-love, and never talk to them of our necessities, but of their advantages. ADAM SMITH, The Wealth of Nations iv

  KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan ke hadirat-NYA, karena atas segala berkat dan karunia yang dilimpahkan sehing- ga saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Airlangga untuk memperoleh gelar sarjana hukum. Pekerjaan penulisan skripsi ini sudah barang tentu melibatkan berbagai pihak yang telah menyumbangkan tenaga, pikiran serta dukungan moril maupun materiil. Bebcrapa pribadi kiranya perlu saya kemukakan di sini secara khusus, dengan tidak mengurangi penghargaan saya kepada banyak pihak yang tidak mungkin saya sebutkan satu persatunya. Pertama, saya menyampaikan terima kasih yang mendalam kepada Bapak Hermawan Ps. Notodipoero, S.H.,M.S. yang telah bersedia membimbing saya untuk menyelesaikann penulisan skripsi ini di tengah-tengah kesibukan beliau baik sebagai Ketua Jurusan Hukum Internasional maupun sebagai pengajar pada Fakultas Hukum Universitas Air - langga. Ueliau telah pula bersedia mencjuji skripsi ter- sebut. Dnlam hubungan ini saya juga berterima kasih ke­ pada Bapak Harun Alsagoff, S.II.,M.A. yang telah memL'iri- kan sumbangan pikiran dalam merumuskan judul skripsi ini. Terima kasih yang sama saya sampaikan kepada Ba-

  pak Abdoel Rasjid, S.H., LL.M., Bapak Eman , S.H., M.S., Bapak J. IlGndy Tedjonagoro, S.H., Bapak I Wayan Titito Su- laksana, S . II. , M.S., dan Bapak Djasadin Saragih, S. II., LL.M. yang masing bertindak sebagai Ketua, Sekretaris dan anggo- ta-anggota tim penguji skripsi ini. Selanjutnya saya raengucapkan terima kasih kepada Ibu Tetty Latupapua, yang pada saat pengumpulan data un- tuk penuiisan skripsi ini menjabat sebagai Kepala Biro Sosial Budaya Sekretariat Nasional Departemen Luar Negeri RI dan kini menjabat sebagai Charge d'Affaires KBRI Brus­ sel di Belgia. Secara khusus saya menyampaikan terima kasih yang mendalarn kepada Papa dan Mama serta adik-adik tercinta : Carla, Renata, Angela, Stella dan Fiona yang dengan te- kun dan sabar memberikan dukungan rnoril maupun spirituil demi suksesnya pendidikan saya di Fakultas Hukum Univer- sitas Airlangga. Akhirnya, kepada sejawat Mohammad Mudjib, S.H. sa­ ya menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya karena se­ cara aktif turut serta memberikan masukan baik melalui referensi maupun diskusi selama proses penyusunan skripsi ini. Seraoga Tuhan Yang Maha Kuasa membalas segala amal baik mereka. Surabaya, Agustus 1990. Ronald van Room vi

  DAFTAR ISI Halaman ................................................................................................. ...............

  V KATA PENGANTAR

  DAFTAR ISI ........................................... viii

  X DAFTAR LAMPIRAN .....................................

  BAB I PENDAHULUAN

  1. Permasalahan: Latar Belakang dan Rumus- annya .......... ........ ...............

  1 2. Penjelasan Judul ......................

  9 3. Alasan Pemilihan Judul ................

  10 4. Tujuan Penulisan .......................

  11 5. Metodologi ...................... .

  11

  13 BAB II KERANGKA DAN UNSUR-UNSUR KERJASAMA EKONO- MI PADA ORGANISASI REGIONAL 1. Penggolongan Organisasi Regional ....

  6 . Pertanggungjawaban Sistematika .......

  20

  2. Unsur-unsur Kerjasama Ekonomi pada MEE dan ASEAN ..............................

  25 BAB III

  INTEGRASI EKONOMI NEGARA-NEGARA ANGGOTA ASEAN: BEBERAPA KEMUNGKINAN DAN HAMBATAN- HAMBATANNYA

  1. Kemungkinan Integrasi Ekonomi Negara- negara Anggota ASEAN .................

  55

  2. Beberapa Masalah yang Dihadapi Negara- viii

  Halaman nagara Anggota ASKAN untuk Borintcgrasi dalam Bidang iilkonomi ...................

  63 BAB IV

  XESIilPULAN DAN SARAN 3.. Kesinipulan .......... ...................

  39 Saran .......................... ........

  70 2. DAFTAPv BACA A” l a p i

  73 LAIiP I HA.'!- :; AM 7 5 ix

  DAFTAR LAMPIRAN Lampiran:

  1. THE ASEAN DECLARATION (BANGKOK DECLARATION)

  0 August 1967

  2. DECLARATION OF ASEAN CONCORD

  3. TREATY OF AMITY AND COOPERATION IN SOUTHEAST ASIA

  4. TREATY ESTABLISHING THE EUROPEAN ECONOMIC COMMUNITY Part One Part Five x

  B A B

  I P E N D A H U L U A N

  1. Perroasalahan: Latar Belakang dan Rumusannya Suatu bangsa selalu mempunyai aspirasi hidup atau karsa yang bersifat langgeng dan luhur. Aspirasi hidup atau karsa tersebut kemudian diejawantahkan menjadi tu- juan nasional, yang kemudian dijabarkan menjadi tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Semuanya itu kemudian dijabarkan ke dalam strategi dan politik nasio- n a l . Tujuan nasional, baik tujuan jangka panjang mau- pun jangka pondek dari suatu bangsa pada umumnya menda- sarkan kepada keinginan untuk mencapai kesejahteraan dan keamanan. Upaya-upaya untuk mencapai kesejahteraan dan keamanan bangsa dalam hubungan internasional dinamakan kepentingan nasional. Di dalam suatu keluarga bangsa- bangsakepentingan nasional suatu bangsa dapat sejajar/ seiring dengan kepentingan nasional bangsa lainnya, te- tapi dapat juga berbeda dan bahkan saling bertentangan. Tingkat perbedaan atau persamaan antara kepentingan na­ sional bangsa-bangsa yang tergabung di dalam suatu hubu­ ngan antar bangsa di suatu kawasan dapat berbeda dan berubah-ubah menurut dimensi tempat dan waktu. Hal tersebut dalam hubungan antar bangsa menimbulkan berba-

  1

  2 gai macam pertikaian (contention), persengketaan (con­ flict), dan kerjasama (cooperation). Setelah berakhirnya Perang Dunia II, pada tahun 1945, berkembanglah berbagai ikhtiar kerjasama regional di hampir seluruh kawasan penting, ■•baik di Eropah, Ti­ mur Tengah, Asia, Afrika dan Amerika Latin. Salah satu asumsi pokok yang mendasari kerjasama regional adalah bahwa kedekatan geografis akan mempermudah upaya-upaya saling memahami di antara negara-negara bertetangga se- hingga masalah-masalah yang mungkin dapat menjurus pada pertikaian berlanjut dapat dibatasi dengan segera atas dasar hidup berdampingan secara damai. Di samping itu a ­ da pula kerjasama regional yang dilakukan atas dasar pem- bagian kerja di antara negara-negara yang berdekatan se­ cara geografis dimana masing-masing negara memusatkan diri terutama pada kegiatan-kegiatan ekonomi yang menu- rut hematnya paling kuat dimilikinya sambil menyerahkann bidang kegiatan ekonomi lainnya kepada negara tetangga yang lebih kuat mintanya terhadap kegiatan-kegiatan ter- sebut.^ Di Eropa setelah tercapainya perdamaian, timbul suatu gerakan di antara orang-orang idealis untuk me-

  1Proyek Kerjasama ASEAN, Dimensi Kerangka Kegiat- an Kerjasama ASE AN , Setnas ASEAN-LIPI, Laporan Peneliti- an, Jakarta, 1986, h. 6.

  3 nyatukan Eropa secara demokratis yang dimulai dengan bi- dang ekonomi yangmotif dan tujuan awalnya bersifat po- litis, yakni mencegah agar supaya perang tidak lagi ber- kecamuk di Eropa, serta tidak hanyut dalam komunisme. Upaya tersebut di atas memperolah dukungan dengan diumum- kannya Rencana Bantuan Marshall atau yang lebih dikenal dengan "Marshall Plan", dimana Amerika Serikat dalam rangka kerjasama dengan negara-negara Eropa, memberikann bantuan ekonomi dan keuangan dalam jumlah yang besar ser­ ta dalam jangka waktu panjang denbgan persyaratan agar negara-negara yang tergabung dalam gerakan tersebut mem- bangun kembali negaranya yang telah hancur serta menga - lami kerusakan berat akibat perang. Negara-negara yang dimaksudkan di:atas yaitu Jerman Barat, Belgia, Belanda, Luxemburg, Perancis, dan Italia, selanjutnya menggabungkab diri ke dalam suatu organisasi yang mereka sebut dengan Masyarakat Ekonomi Eropa (The European Economic Community-EEC). Organisasi ini bertujuan memajukan kerjasama ekonomi secara bersama dan peningkatan aktifitas yang harmonis serta standard hidup dan hubungan yang lebih besar guna memperbaiki standard hidup dan hubungan yang lebih erat antara satu dengan lainnya melalui suatu wadah kerjasama yakni Pasa- ran Bersama (Common Market) melalui tahapan-tahapan pe- nyesuaian kebijakasanaan dari para anggotanya. Pola ke

  4 arah integrasi ini dimulai dengan landasan yuridis Trae- ty of Romedi tahun 1957, yang bertumpu pada sistem poli- tikdan sistem ekonomi yang pada dasarnya memiliki kesa- maan antara negera-negara anggotanya. Di kawasan Asia Tenggara, telah muncul juga suatu organisasi regional yang pada deklarasi pendiriannya,ya- itu Deklarasi Bangkok 1967, mempunyai maksud dan tujuann untuk mengadakan kerjasama di bidang ekonomi, sosial,bu- daya dan ilmu pengetahuan, yang disebut dengan Associat­ ion of Southeast Asian Nations (ASEAN). Organisasi re­ gional ini lebih menekankan kerjasama ekonomi dengan per- timbangan bahwa stabilitas nasional khususnya dan regio­ nal pada umumnya sangat bergantung pada pembangunan eko­ nomi nasional maisng-masing negara anggotanya, Berdasar- kan asumsi inilah maka pembangunan ekonomi mendapat pri-

  2 o n t a s utama di semua negara ASEAN.

  Selain itu kerjasama ekonomi dianggap lebih nyata dan dapat dilaksanakan, walaupun pelaksanaannya ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Pemikiran ke arah kerja­ sama ekonomi yang lebih nyata ini dipengaruhi oleh ada- nya kenyataan bahawa Masyarakat Ekonomi Eropa telah mam- pu berfungsi dengan baik hingga saat ini. Namun harus diingat bahwa latar belakang dari lahirnya kedua organisasi regional tersebut dalam hal pemahaman

  2 C.F.F. Luhulima, "ASEAN dalam Usia 19 Tahun: Ma- salah Keamanan Regional dan Nasional", Kompas, 8 Agustus 1986, h. IV.

  5 tentang kedaulatan pada keikutsertaan sebagai negara anggota pada suatu organisasi adalah berbeda, Pada Ma- syarakat Ekonomi Eropa, kedaulaatan itu sangat bergan- tung pada pemenuuhan terhadap kebutuhan yang sama pula, dimana hal ini merupakan tantangan yang timbul setelah Perang Dunia 11.^ Di lain pihak, ASEAN lahir sebagai akibat per - kembangan politik di Asia Tenggara pada waktu itu yang pada dasarnya membentuk ASEAN sebagai organisasi region­ al dengan suatu motivasi politik yakni keinginan untuk menciptakan keamanan dan stabilitas regional yang meru­ pakan prasyarat bagi pembangunan ekonomi masing - masing negara anggotanya. Secara tersirat sikap politik ASEAN tercermin pada pembukaan Deklarasi Bangkok 1967 sebagai berikut: Considering that the countries of Southeast Asia share a primary responsibility for strengthening the economic and social stabilityof the region and ensuring their peaceful and progressive na­ tional development, and that they are determined to ensure their stability and security from ex­ ternal interference in any form and manifestati­ o n ^ order to preserve their national identities in accordance with the ideals and aspirations of their peoples. Dari kenyataan tersebut di atas dengan jelas tergambar keinginan negara-negara anngota ASEAN untuk terselengga- ranya suatu tata regional dalam bidang politik dan keama-

  3 Harun Alsagoff,"ASEAN Sebagai Pasaran Bersama Di- canangkan Kembali", Surabaya Po st, 29 Agustus 1986, hal.

  VI.

  6 na n . Selain itu pilihan bentuk "association" atau perhirapunan bagi ASEAN sendiri merupakan wahana kerja­ sama antara negara-negara berdaulat dimana kedudukan A ­ SEAN sendiri tidak berada di atas negara-negara, anggo­ tanya, akan tetapi berdiri di antara negara-negara ter- sebut. ASEAN juga tidak membatasi keleluasaan negara negara anggotanya sebagai akibat penyerahan sebagian ke- daulatannya, akan tetapi lebih merupakan perwujudan ker­ jasama di antara negara-negara anggotanya atas dasar ke- bijaksanaan negara-negara tersebut. ASEAN tidak menurun- kan derajat negara-negara anggotanya dan tidak menuntut * emansipasi antara pengaruh organisasi ASEAN sebagai p e r - ' wujudan komitment bersama dan pengaruh pemerintah negara negara anggota ASEAN secara individual. Dengan demikian ASEAN merupkan organisasi yang didasarkan atas prinsip kesamaan derajat, prinsip menghormati integritas terri­ torial dan prinsip menghormati kedaulatan masing-masing negara anggotanya. Jika dibandingkan dengan MEE, maka organisasi yang disebut terakhir ini memilih bentuk integrasi yang mempunyai ikatan dan konnsekuensi yang lebih tegas dalam hal ikatan kerjasamanya. Hal ini ber- beda sekali dengan bentuk perhimpunan (association) p a ­ da ASEAN. Integrasi itu sendiri dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk menggabungkan beberapa unsur yang

  7 terpisah ke dalam suatu kesatuan yang serasi. Sedangkan dalam pengertian ekonomi, integrasi diartikan pada satu sisi sebagai suatu proses ke arah suatu tujuan tertentu, sedsanhkan pada sisi lain diartikan sebagai suatu keada- an (state of affairs). Ditinjau sebagai suatu proses perkembangan, maka integrasi ekonomi meliputi usaha- usaha diamana berbagai raacam diskriminasi yang menghambat hubungan lalu lintas ekonomi antar negara dihapuskan.Bi- la ditinjau sebagai suatu keadaan tertentu, maka integra­ si ekonomi dapat dilihat sebagai suatu keadaan dimana ti­ dak terdapat berbagai raacam diskriminasi antar negara yang lazimnya terdapat dalam hubungan ekonomi internasi-

  4

  onal. Dalam tulisan ini, saya akn mengartikan integrasi ekonomi sebagai proses penghapusan diskrminasi antar negara-negara yang tergabung dalam kerjasama regional, yang meliputi usaha-usaha untuk menghapus segala rinta- ngan yang menghambat lalu lintas perdagangan, pembayaran dan mobilitas faktor-faktor produksi. Di lain pihak in­ tegrasi ekonomi regional antar sekelompok negara ter- etentu juga berarti bahwa diskriminasi dan rintangan - rintangan terhadap negara-negara di luar kelompok regio­ nal ini tetap dipertahankan.

  4 Thee Kian Wie, Seqi Ekonomi dari Masyarakat Eko­ nomi Eropa, Lembaga Research Kebudayaan Nasional/LIPI, Jakarta, 1972, h. 32 - 33.

  8 Jika dibandingkan dengan kerjasama regional yang berada di kawasan Asia Tenggara, yakni ASEAN, maka ter- lihat bahwa kerangka kerjasama itu sendiri baru tertuang dalam Deklarasi Kesepakatan ASEAN (Declaration of ASEAN Concord), yang ditandatangani pada tahun 1976 pada KTT I ASEAN di Bali. Dan baru pada KTT III ASEAN di Manila pa­ da tahun 1987 kerjasama ekonomi ini lebih dipererat de­ ngan beberapa kerangka kerjasama ekonomi serta program- program yang lebih nyata. Dengan penjabaran di atas, dapat diberikan gam- baran bahwa kerjasama regional dalam bidang ekonomi pada organisasi regional tampaknya semakin menunjukkan hasil ’ yang lebih nyata dan menunjang pembangunan ekonomi nega- ra-negara anggotanya. Dalam kaitannya dengan kerjasama negara-negara di kawasan Asia Tenggara yang tergabung dalam ASEAN ini se- hubungan dengan kondisi ekonomi negara-negara anggotanya serta berbagai kebijakasanaan dalam bidang tersebut baik dalam rangka ASEAN maupun kerjasama bilateral antar ne­ gara anggota ASEAN maka timbul permasaalahan-permasalahan sebagai berikut. Pertama, dapatkah kerjaisama ekonomi intra regional ASEAN ditingkatkan ke dalam suatu bentuk inte­ grasi?, dan kedua, sehubungan dengan permasalahan terse­ but pertama, harnbatan dan tantangan apakah yang menjadi kendala untuk mewujudkan suatu integrasi ekonomi ASEAN?

  9

  2. Penjelasan Judul Skripsi ini merupakan suatu tinjauan yuridis ter- hadap masalah kemungkinan berintegrasinya negara - negara anggot.a ASEAN dalam bidang ekonomi. Bahwa dalam rangka pembangunan bidang ekonomi di kawasan Asia Tenggara, negara-negara anggota ASEAN telah banyak menghasilkan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang pada hakekatnya bertujuan untuk menciptakan harmonisasi dalam bidang tersebut. Meskipun secara eksplisit tidak pernah dinyatakan bahwa harmonisasi kebijaksanaan tersebut ditu- jukan untuk menciptakan suatu bentuk integrasi ekonomi negara-negara anggota ASEAN. Akan tetapi dari kenyataan - kenyataan yang tampak, terdapat langkah-langkah kongkret yang memungkinkan ke arah integrasi tersebut. Dengan de- mikiansecara implisit judul skripsi ini mengandung pre- diksi bahwa suatu saat integrasi ekonomi tersebut akan menjadi nyata. Konsep integarsi mengandung pengertian yang luas sekali. Oleh karena itu dalam judul skripsi saya membata- sinya hanya dalam bidang ekonomi, sehingga pengertiannya menjadi definitif. Dari penjelasan tersebut di atas diharapkan dapat diperoleh gambaran tentang maksud yang terkandung didalam skripsi saya ini sekaligus menjadi jelas ruang lingkup pembahasannya.

  10

  3. Alasan Pemilihan Judul Seperti telah dikemukakan dalam penjelasan di atas bahwa selama ini negara-negara anggota ASEAN telah banyak menghaSIlkan kebijaksanaan-kebijaksanaan dalam bidang ekonomi yang mengarah pada terciptanya harmonisasi bidang tersebut. Terutama sejak Konperensi Tingkat Tinggi (KTT)

  I ASEAN yang diselenggarakan di Bali pada bulan Pebruari, • 1976, yang melahirkan Deklarasi Kesepakatan ASEAN (Decla­ ration of ASEAN Concord) serta Perjanjian Persahabatan dan Kerjasama di Asia Tenggara (Treaty of Amity and Coo - peration in Southeast Asia). Hal ini dipertegas lagi de- ngan hasil-hasil KTT III ASEAN di Manila dimana negara- negara anggota ASEAN telah menunjukkan beberapa langkah kongkret menuju kerjasama ekonomi yang lebih mantap seba- gaimana dicita-citakan dalam Deklarasi Bangkok. Dari kenyataan-kenyataan tersebut saya melihat ada nya kemurigkinan-kemungkinan pada negara-negara anggota ASEAN untuk melangkah lebih maju, yaitu tidak saja mewu- judkan kerjasama yang bersifat assosiatif tetapi lebih dar'i itu menciptakan kerjasama ekonomi yang bersifat in- tegratif, meskipun hal tersebut memcrlukan waktu. yang rc- latif panjang. Hal-hal seperti itulah yang mendorong saya untuk menilih judul sebagaimana tertera pada sampul skrip- si ini. Oleh karena kerjasama ekonomi internasional, khusus-

  1 1

  nya antara negara-negara anggota ASEAN tidaklah semata- mata hubungan internasional dibidang tersebut, akan te- tapi hal ini sangat erat kaitannya dengan hukum interna­ sional. Dari sisi inilah saya berusaha memberikan tinjau- an terhadap kemungkinan berlangsungnya integrasi ekonomi bagi negara-negara ASEAN.

  4. Tujuan Penulisan Tujuan pertama penulisan skripsi ini adalah untuk melengkapi salah satu tugas akademis untuk memperoleh gelar sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas Air- langga. Selain itu dengan penulisan skripsi ini saya men- coba untuk berperan serta dalam menyumbangkan pikiran yang saya tuangkan dalam bentuk karya ilmiah dalam ilmu hukum umumnya dan ilmu hukum internasional pada khusus - nya. Secara khusus skripsi ini bertujuan untuk menganali- sis kemungkinan berintegrasinya negara-negara anggota AS­ EAN dalam . bidang ekonomi. Dengan demikian melalui penu - lisan skripsi ini saya berusaha menginventarisir beberapa yang telah ditempuh oleh negara-negara anggota ASEAN dan kemungkinan-kemungkinannya untk berintegrasi serta kenda- la-kendala apa yang meerintangi langkah-langkah itu.

  5. Metodologi

  a. Pendekatan inasalah Penulisan skripsi ini dilakukan dengan memperguna-

  12 kan pendekatan diskriptif, yuridis dan pendekatan politik ekonomi. Pendekatan diskriptif maksudnya adalah bahwa a- nalisis skripsi ini akan didahului dengan mengemukakan gambaran tentang latar belakang sejarah berdirinya ASEAN serta kondisi politik dan ekonomi negara-negara anggota - nya. Selanjutnya ependekatan yuridis dimaksudkan bahwa dalam rangka hubungan internasional khususnya hubungan kerjasama antara negara-negara Asia Tenggara yang terga- bung dalam ASEAN itu semuanya didasarkan pada ketentuan- ketentuan yuridis baik yang dihasilkan oleh ASEAN sendiri maupun maupun ketentuan-ketentuan hukum internasional la- innya. Akhirnya pendekatan politik ekonomi mesti dilakukn dalam penyusunan skripsi ini oleh karena usaha harmonisa- si kebijaksanaan negara-negara anggota ASEAN tidak dapat dilepaskan dari faktor kepentingan ansional masing-masing. Di samping itu karena latar belakang sistem politik dan ekonomi negara-negara anggota ASEAN relatif berbeda satu sama lain sehingga pendekatan tersebut terakhir ini ada­ lah sangat perlu.

  b. Sumber data. Data yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini diperoleh melalui studi kepustakaan, yaitu berupa buku- buku, majalah, surat kabar serta tulisan-tulisan atau pen- dapat para ahli '..>aik yang diterbitkan maupun yang tidak yang mempunyai kaitan erat dengan pokok permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini.

  13 c. Prosedur pengumpulan data dan pengolahannya. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah pertaama, dengan mengklasifikasikannya berda- sarkan urutan topik pembahasan dari permasalahan srkipsi ini. Selanjutnya dilakukan perbandingan dengan bahan- ba- han penunjang lainnya. Dari bahan-bahan yang terkumpul kemudian kemudian dilakukan pengkajian menurut pokok- po- kok permasalahn skripsi ini.

  d. Analisis data. Analisis data yang telah terkumpul dilakukan dengan menggunakan pendekatan deskriptif-komparatif. Maksudnya bahwa data yang ada dipadukan dengan bahan penunjang lain­ nya di samping juga dipadukan dengan ketentuan-ketentuan hukum internasional yang terkait dengan pokok permnasahan skripsi ini.

  6. Pertanqgungjawaban Sistematika Skripsi ini dibagi dalam tiga bagian utama, yaitu pendahuluan, pembahasan dan penutup. Sedangkan analisis pokok pev/rmasalahan itu sendiri akan ditempatkan pada Bab II dan Bab III. Setelah pendahuluan yang menguraikan garis besar pokpk permasalahan di samping latar belakang penulisan skripsi ini, dalam Bab II secara diskriptif-analitis saya merusaha memap-iarkan kerangka dan unsur-unsur kerjasama

  14 ekonomi pada organisasi regional. Dalam bab ini pembahas- an akan saya bagi dalam dua subbab yang masing-masing a- akn meninjau kerjasama ekonomi baik yang terdapat pada Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) maupun pada ASEAN sendiri. Setelah memahami kerangka dan unsur-unsur kerjasa­ ma ekonomi, selanjutnya pembahasan akan terfokus pada kondisi kerjasama ekonomi ASEAN itu sendiri, apakah kerja sama itu diwujudkan menurut pola yang ada pada Masyarakat Ekonomi Eropa atau pola khas ASEAN atau pola lainnya. Un­ tuk ini Bab III akan menganalisis kemungkinan-kemungkinan ASEAN menuju pola Pasaran Bersama (Common Market) dalam lapangan kerjasama ekonominya. Di samping itu bab ini ju- ga akan mencoba mengetengahkan hambatan-hamabatan dan tantangan-tantangan yang mungkin menjadi penghalang pelak- sanaan pola kerjasama tersebut. Kesimpulan dari analisis tersebut di atas akan ditempatkan pada Bab IV yang sekaligus sebagai penutup skripsi ini. Dalam bab terakhir ini pula saya ketengahkan saran-saran sehubungan dengan kesimpulan tersebut.

  B A B II KERANGKA DAN UNSUR-UNSUR KERJASAMA EKONOMI PADA ORGANISASI REGIONAL Regionalisme sebagai gejala kerjasama antar nega­ ra dalam suatu kawasan tertentu telah merupakan gejala umum sesudah Perang Dunia II. Regionalisme sering diang- gap oleh sebagian masyarakat dunia sebagai alternatif, kalau tidak dapat dikatakan sebagai pengganti dari glo- balisme yang mendasarkan diri kepada prinsip unievrsali- tas. Kerjasama antar negara di dalam kawasan yang terba- tas akan lebih mudah menciptakan penyesuaian kepentingan serta memberikan kemungkinan pemecahan yang lebih besar terhadap konflik-konflik lokal yang dapat mengancam per- damaian di kawasan tersebut. Dengan demikian pengelom - pokan regional di samping membantu terciptanya keseimba- ngan dalam hubungan di dan atau antar kawasan, juga da­ pat merupakan tahapan menuju terciptanya konsensus-kon - snsus global. Hal ini sesuai dengan pendapat Oppenheim yang mengatakan bahwa : In view of the wide geographic, economic, and cultu­ ral differences obtaining between States, the scope of the rules capable of universal application must necessarily be more limited than in the relation of individuals within States. These diversities bet­ ween States may render necessary development and adjustment on the basis of a regional community of interest, but such particular international law bet­ ween two or more States presupposes the existence

  15

  16 and must be interpreted in the light of principles of international law binding all States.5 Di samping itu maka dapat kita lihat pula penda - pat lain yang diajukan oleh Michael Leifer dalam tulis - annya "Regionalism : The Global Balance and Southeast Asia"^ bahwa : The actual manifestation of regionalist behaviour on the part of States may derive from variety of sources. It may from a common senise of place and identity, from the prospect of mutual advantages in cooperation and from a perception of common of region represeneted in institutional form by sovereign States contigous to one another is, above all, a political expression. Dari ungkapan Leifer itu jelas terlihat, bahwa faktor timbulnya kerjasama atau organisasi rwegional bersumber pada beberapa kepentingan, misalnya identitas dan tempat atau kawasan yang sam a, prospek kerjasama ynag saling menguntungkan serta kesamaan pandangan terhadap ancaman dari luar. Sementara itu Henry G. Schermers mengidentifikasi- kan adanya tiga faktor yang mempengaruhi timbulnya keingi­ nan untuk membentuk organisasi regional, yaitu:

  a. Outside influence. ... regional cooperation has been stimulated by the need felt in the region itself to resist external influence ....

  5

  • •• Oppenheim, International L a w , Vol. I "Peace , ed.

  VIII, Longmans, Ltd., London, 1955, p. 51. ^Michael Leifer, Regionalism in Southeast A s i a ,CS IS, Jakarta, 1975, h. 55.

  17

  b. Greater homogeneity..... Regional cooperation is practiced between States with comparable pol­ itical systems and compatible cultural and eco­ nomic backgrounds ....

  c. Divergent membership. ... to utilize the largest possible unit for each specific function. It would be pointless to regilate a matter solely for a small region if it could be regulated on a worldwide scale or within a larger region .... Dari ketiga faktor tersebut di atas, faktor homogenitas merupakan yang terpenting sebagai sumber kekuatan suatu

  7 organisasi regional.

  Sebagaimana telah saya uraikan di muka bahwa ke- beradaan kerjasama atau organisasi regional itu telah di akui oleh Perserikatan Banmgsa-Bangsa dan merupakan fak­ tor yang sangat membentu dalam rangka memelihara perda- maian dan keamanan internasional. Pengakuan seperti itu dapat dijumpai dalam Piagam PBB, khususnya Bab VIII yang terdiri dari pasal-pasal 52, 53, dan 54. Dengan kata la­ in bahwa pasal-pasal tersebut merupakan landasan yuridis bagi eksistensi kerjasama atau organisasi regional seba­ gai salah satu subyek hukum internasional. Akan tetapi ketentuan dalam Bab VIII Piagam PBB terseburt tidak menjelaskan apa dan bagaimana yang dimak- sudkan dengan "regional arrangement" sehingga menimbulkan Henry G. Schermers, International Institutional L a w , Vol. I, A .W . Sijthoff International Publishing Com­ pany, Leiden, 1972, hal. 17-19.

  18 paham-paham yang berbedA tentang pengertian konsep ter­ sebut. Bunyi pasal 52 selengkapnya adalah sebagai berikut:

  1. Nothing in the present Charter precludes the existence of regional arrangements or agencies for dealing with such matters relating to the maintenance of international peace and security as are appropriate for regional action,provided that such arrangement are consistent with the Purposes and Principles of the United Nations.

  2. The Members of the United Nations entering into such arrangements or constituting such agencies shall make every effort to achieve pacific set­ tlement of local disputes through such regional arrangemnets or by such regional agencies befo­ re refering them to the Security Council.

  3. The Security Council shall encourage the deve - lopment of pacific settelemnt of local disputes through such regional arranegments or by such regional agencies either on the initiative of the States concerned or by reference from the Security Council.

  4. This article in no may impairs the application of Article 34 and 35. Kalau kita perhatikan ketentuan tersebut di atas maka yang dimaksud dengan regional arrangement adalah kerjasama yang dislenggarakan melalui suatu persetujuan oleh beberapa negara yang ditujuakn untuk kepentingan kawasan tertentu dalam rangka memclihara perdamaian dan keamanan internasional . Dalam hal ini tidak jelas apa- kah persetujuan itu diselenggarakan hanya terbatas oleh negara-negara yang secara geografis berada dalam suatu kawasan tertentu atau dapat juga oleh negara-negara yang masing-masing berada dalam kawasan yang berbeda namun mempunyai kepentingan yang sama terhadap suatu kawasan

  19 tertentu. Apabila keberadaan organisasi regional dikaitkan dengan organisasi yang bersifat universal, yang berda- sarkan kenyataan sejarah organisasi yang disebut tera- khir ini tidak dapat terelakkan dalam perkembangan hu­ bungan international, maka meskipun keduanya seolah-olah tampak saling bertentangan dalam hal pendekatan, tetapi keduanya telah berperan di dalam usahanya untuk mencip- takan ketertiban, keamanan dan kesejahteraan dunia. Upaya itu dilakukan dengan cara mencari keseimbangan pe- ranan di antara keduanya, sehingga kedua bentuk organi­ sasi ini bersifat saling menunjang dan dapat menghindar- kan diri dari’ kemungkinan ketegangan atau persaingan yang dapat mengancam ketertiban, perdamaian dan kesejah­ teraan yang telah ada. Kongkretnya, secara umum tampak- nya organisasi regional sangat cocok untuk mendorong dan mengembangkan secata intensif kerjasama antar nega­ ra, sedangkan organisasi global lebih berpeluang untuk memecahkan masalah-masalah konflik antar negara. Dengan demikian disadari bahwa regionalisme dapat merupakan batu loncatan yang sangat efektif menuju globalisme. Atas dasar pendirian tersebut, di samping merupakan su- plemen, kerjasama regional juga merupakan tahapan ke a- rah terciptanya sistem kerjasama global yanglebih nem- perhatikan aspirasi regional.

  20

  1. Penggolongan Organisasi Regional Teoritis, adalah sulit untuk mendefinisikan peng­ ertian organisasi regional walaupun dalam kenyataan se- ring digunakan pendekatan proksimitas geografis sebagai landasan untuk menentukan organisasi regioanl. Oleh karena penggunaan batasan geografis di dalam penentuan organisasi regional ternyata juga tidak mudah karena ti­ dak adanya persepsi yang sama terhadap pembagian kawasan dunia, maka untuk praktisnya proksimitas geografis digu­ nakan sebagai salah satu kriteria untuk menentukan orga­ nisasi regional, di samping memperhatikan pula proksimi- tas-proksimitas politik, ekonomi, sosial budaya serta proksimitas lainnya. Berdasarkan kenyataan tersebut di atas, maka o r ­ ganisasi regional sebaiknya diartrikan sebagai organisa­ si yang meliputu suatu segmen dunia yang diikat secara bersama oleh serangkaian tujuan-tujuan bersama yang di- dasarkan atas ikatan geografis, politik, ekonomi, sosial budaya serta memiliki struktur formal yang berlandaskann persetujuan-persetujuan formal antar pemerintah. Walau­ pun pengertian tersebut dapat meliputi kerjasama nila teral, namun perhatian terutama ditujukan kepada kerja - g sama antara lebih dari dua negara. g Rahardjo Jamtomo, Kerjasama ASEAN Menuju Ketaha- NAN Regional, Taskap KRA XXI, Lemhanas, Jakarta, 1988, h. 12-13.

  21 LJpaya lain yang digunakan untuk memaharni kebera - daan organisasi regional adalah dengan melihat pembagian dan penggolongannya berdasarkan sifat dan ruang lingkup, fungsi, keanggotaan dan tingkat integrasinya. Dalam hal ini Lynn H. Mille menggolongkan organisasi regional ke dalam : (1) kerjasama (cooperation), (2) persekutuan (al- g liance), (3) fungsional (functional). Sementara itu sarjana lainnya, A Leroy Bennet, membaginya menjadi : (1)■ Organisasi dengan tujuan ganda, (2) Persekutuan, (3). Organisasi fungsional, dan (4) Komisi-Komisi Regional P BB.^ Tampaknya pembagian dan pengolongan ini mirip dengan pendapat sarjana yang disebutkan terdahulu dengan sedikit modifikasi dan tambahan. Organisasi dengan tujuan ganda (mutipurposes or ­ ganizations) adalah organisasi yang mempunyai tujuan dan kegiatan politik dan militer di satu pihak serta kegiat- an sosial budaya di lain pihak dapat dibedakan secara jelas. Termasuk dalam golongan ini adalah organisasi negara-negara Amerika (OAS), Liga Arab, Organisasi Per- satuan Afrika (OAU), dan organisasi negara-negara Ameri­ ka Tengah (OCAS).

  9 Lynn H. Milled Regional Organization and Subodi- NATE Systems, ^ A . Leroy Bennett, International Organization, Principles and Issues. New Jersey, Prentice Hall, Inc., 1980, h. 326.

  22 Organisasi Persekutuan adalah organisasi yang orientasi militer dan politiknya terutama diarahkan un­ tuk mengamankan negara-negara angotanya dari ancaman serangan dari luar. Organisasi-organisasi semacam ini umumnya lahir sebagai akibat Perang Dingin sesudah Perang Dunia II, yang cenderung bersikap tidak saling mempercayai dan tidak bersahabat. Hal ini meruupakan pencerminan dari suatu rasa tidak aman sebagai akibat dari adanya ancaman suatu negara atau sekelompok negara dimana diperlukan aksi bersama untuk menghadapinya. O r ­ ganisasi semacam ini sebenarnya bertentangan dengan se- mangat yang tersirat dalam Piagam PBB yang menekankan pentingnya pengharapan terhadap prinsip-prinsip perti - kaian secara damai dan tidak menggunakan kekerasan. Termasuk dalam kategori organisasi ini adalah Organisa­ si Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Organisasi Perta - hanan Negara-negara Pakta Warsawa, Organisasi Pertahan­ an Asia Tenggara (SEATO), CENTO, dan ANZUS. Organisasi organisasi tersebut mengandung jaminan bahwa adanya serangan bersenjata terhadap salah satu negara anggota- nya akan dianggap sebagai serangan terhadap semua anngyotanya, serta sering memiliki anggota yang berasal dari luar kawasan dimana organisasi itu berada. Komisi-Komisi Regional PBB adalah organisasi re­ gional yang berada di bawah naungan dan menjadi bagian

  23 dari sistem global PBB yangmempunyai tujuan utama untuk membantu negara-negara anggotanya yang berupaya mening- katkan kesejahteraan rakyatnya serta untuk meningkatkan hubungan ekonomi baik di antara negara-negara anggota - nya sendiri maupun dengan negara-negara bukan anggota. Komisi-Komisi yang telah dibentuk oleh Badan tersebut antara lain Komisi Ekonomi untuk Eropa (E C E ), Komisi E- konotni untuk Asia dan Timur Jauh (ECAFE yang kemudian diubah menjadi ESCAP pada tahun 1974), Komisi Ekonomi untuk Amerika Latin (ECIA), Komisi Ekonomi untuk Afrika (ECA), dan Komisi Ekonomi untuk Asia Barat (ECWA). Organisasi Fungsional adalah organisasi regional yang bertujuan untuk meningkatkan kerjasama ekonomi,so- sial dan politik, diraana biasanya tidak mencakup kerja­ sama militer. Kenyataan sejarah menunjukkan bahwa orga­ nisasi regional yang termasuk dalam kategori ini dimak- sudkan terutama untuk meningkatkan kerjasama ekonomi di antara negara-negara anggotanya. Dalam kaitannya terda- pat suatu asumsi bahwa keberhasilan kerjasama di bidang ekonomi di antara anggota-anggotanya akan mendorong ke­ berhasilan kerjasama di bidang politik bahkan dapat menghapuskan hambatan-hamabatan politik yang ada . Or - ganisasi-organisasi yang termasuk kategori ini antara lain : Benelux Economic Union, Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) EF TA, OECD, LAFTA, COMECON/CJ1EA, dan OPEC.