TABANAS Sebagai Jaminan Kredit Repository - UNAIR REPOSITORY

  S K R I P S I

  WAR I JUNI AT I TABANAS

  p*v t

  FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA S U R A B A Y A 1994

  T A B ^ ^ S SEBAGAI KREDIT

  S K R I P S I D I A J U K A N U N T U K M E L E N G K A P I T U G A S D A N M E M E N U H I S Y A R A T - S Y A R A T U N T U K

  M E N C A P A I G E L A R S A R J A N A H U K U M OLEH WARI JUNIATI 038912984

  DDSEN PEMBIMBING F A K U L T A S H U K U M U N I V E R S I T A S A I F ^ U = i M B G A

  S U R A B A Y A

  4 DINYATAKAN TELAH DIUJI DI HADAPAN TEAM PENGUJI PADA TANGGAL 22 OKTOBER 1993 TEAM PENGUJI KETUA : DJASADIN SARAGIH, S.H.; LL.M.

  5EKRETARIS : M. ISNAENI, S.H.; MS. r ANGGOTA : MOERDIATI, S.H.; MS.

  Motto:

  Qs.An Nisaa' (4) ayat 135: Wahai orang-orang Yan9 beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar menegakkan keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaufn kerabatmu. Jika ia

  (tergugat atau terdakwa) kaya atau miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan

  (kata-kata) dalam bersaksi, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.

  iii Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, segala puji bagi-Mu yang telah memberi rahmat , hidayah serta kekuatan fisik dan mental sehingga pada akhirnya saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

  Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi sebagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar sarjana hukun pada Fakultas Hukum Universitas Airlangga.

  Saya menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan. Namun demikian saya telah berusaha sebaik mungkin sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan ilmu yang ada pada saya, oleh karena itu hendaknya dapat dimaklumi.

  Pada kesempatan ini tidak lupa saya menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

  1. Bapak dan Ibu yang selalu berdoa dan memeberikan dorongan moril, materiil dengan penuh pengertian dan kesabaran hingga selesainya skripsi ini;

  2. Segenap pimpinan dan staf Dosen Fakultas Hukum Universitas Airlangga yang telah mengarahkan selama saya menuntut ilmu;

  3. Ibu Moerdiati, S.H.; MS., selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu serta tenaga dengan penuh kesabaran memberikan petunjuk serta bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini. Begitu pula kepada Bapak Djasadin Saragih, S.H.; LL.M. dan Bapak M. Isnaeni, S.H.; M.S., selaku team penguji;

  4. Bapak Soeyatno (Kabag SDM BRI Kanwil Jatim) dan Bapak Aos Kosasih (Kepala Rumah Tangga BRI Cabang Kaliasin Surabaya) yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk oengumpulkan data-data. Begitu pula kepada Bapak Basrawi

  (Credit Administration Officer BRI Cabang Kaliasin Surabaya), Ibu Rasti Nurwulandari (Seksi ADK) yanng telah memberikan kesempatan serta telah banyak menyisihkan waktunya untuk memberikan penjelasan serta data-data yang sangat berguna bagi penyelesaian skripsi ini;

  5. Yang terakhir kali, ueapan terima kasih ini saya haturkan kepada semua teman-teman yang telah membantu skripsi ini yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu.

  Akhirnya, saya mengharap kritik dan saran para pembaca yang sifatnnya membangun demi perbaikan skripsi ini. Secoga skripsi ini mendatangkan manfaat bagi semua pihak pihak dan mampu memperkaya khasanah kepustakaan ilmu hukum.

  Surabaya, Januari 1894 Penulis

  v

  

ABSTRAK

Dewasa ini dalam kehidupan masyarakat, kredit bukanlah hal yang asing lagi,

lembaga kredit ini sudah dikenal oleh masyarakat luas. Untuk mengingkatkan usahanya atau

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, orang berpikir dan digunakan adalah dengan

berhutang atau kredit.

  Bank sebagai suatu lembaga keuangan yang salah satu kegiatannya adalah

menyalurkari kredit kepada yang memerlukannya, tetapi harus memenuhi syarat-syarat yang

biasanya diminta oleh bank, yaitu dengan adanya jaminan. Jaminan kredit ini dapat berupa

Tabanas.

  Seperti kita ketahui bersama, masalah Tabanas sudah dikenal dalam masyarakat,

tetapi pada umumnya belum mengetahui bahwa Tabanas dapat dijadikan jaminan kredit

dibank. Dan lembaga jaminan apa yang dipakai dalam praktek penjaminan Tabanas, serta

adanya Undang-Undang Perbankan yang baru, yaitu Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

apakah ada pengaturan yang baru tentang jaminan.

  DAFTAR ISI

  15 2. Tabanas Sebagai Barang Jaminan .............

  39

  2. Tindakan Yang Akan Dilakukan Kreditur Jika Debitur Wanprestasi ........................

  35

  29 BAB IV : ANTISIPASI KREDITUR JIKA DEBITUR WANPRESTASI 1. Langkah-Langkah Untuk Mencegah Kerugian ....

  25 2. Kedudukan Jaminan Tabanas ..................

  22 BAB III : LEMBAGA JAMINAN UNTUK TABANAS 1. Arti Penting Perjanjian Jaminan ...........

  18 Tabanas Sebagai Piutang Atas Nama .........

  12 BAB II : JAMINAN KREDIT MENURUT UNDANG-UNDANG N0M0R 14 TAHUN 1967 DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 1. Pergeseran Pengertian Istilah Jaminan .....

  KATA PENGANTAR ........................................... iv DAFTAR ISI ............................................... vi

  10 6. Pertanggungjawaban Sistematika ............

  9 5. Metodologi .................................

  8 4. Tujuan Penulisan ...........................

  8 3. Alasan Pemilihan Judul .....................

  1 2. Penjelasan Judul ...........................

  1. Pendahuluan : Latar Belakang dan Rumusannya

  BAB I : PENDAHULUAN

  vi

  BAB V : PENUTUP 1. Kesimpulan ............................. .

  42

  2. Saran ....................................... 43 DAFTAR BACAAN LAKPIRAN

  vii

  1. Permasalahan ; Latar Belakang dan, Rumusannya Tingkat pertambahan penduduk Indonesia (rate of population increase) setiap tahunnya diperkirakan kurang lebih 2,5 %. Jumlah penduduk Indonesia menurut hasil sensus penduduk tahun 1980 adalah 147.490.298 orang.

  Karena timbulnya pertambahan penduduk setiap tahun itulah, maka ada pembangunan. Tujuan pembangunan adalah meningkatkan pendapatan per kapita sedikitnya 5

  X setiap

  tahun. Apabila tujuan ini dapat dicapai, berarti terdapat kenaikan pendapatan per kapita lebih besar dari kenaikan (pertambahan penduduk). Hal ini berarti tingkat kemakmuran bangsa Indonesia makin bertambah baik setiap tahunnya. Tetapi bila tujuan ini tidak tercapai, maka ini berarti tingkat kemakmuran makin menurun. Oleh karena itulah tanggung jawab untuk mengadakan pembangunan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja, tetapi juga menjadi tanggung jawab masyarakat seluruhnya. Dalam melaksanakan pembangunan, tentu memerlukan dana untuk membiayai pembanguan itu. Dana yang dibutuhkan tidaklah sedikit jumlahnya.

  Modal dasar pembangunan berupa jumlah penduduk yang

  1 o

  demikian besarnya, iriaka sejak tanggal 26 Agustus 1971 pemerintah melancarkan kegiatan dengan nama Gerakari Tabungan Nasional yang sasaran utamariya adalah mengikut sertakan masyarakat mengumpulkan dana untuk membiayai pembangunan. Gerakan Tabungan Nasional itu adalah berwujud

  Tabanas. Istilah Tabanas telah sering kita dengar dan bahkan telah demikian populer di Indonesia. Di dalam masyarakat mulai anak-anak sekolah dasar sampai sekolah tinggi pads umumnya mengenal istilah tersebut. Tabanas adalah singkatan dari tabungan pembangunan nasional. Menurut Fasal 1 angka 10 Undang-Undang, Nomor 7, Tahun 1992 tentang Perbankan (selanjutnya disingkat Undang-Undang

  Perbankan 1992) : "Tabungan adalah simpanan yang penarikan- nya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang dapat dipersamakan dengan itu".

  Tabanas merupakan suatu bentuk tabungan yang pada prinsipnya bersifat bebas, tidak terikat oleh jangka waktu dan jumlah penyetorannya serta penarikannya.* Menabung dalam bentuk Tabanas hanya dapat dilakukan di bank yang mendapat isin dari Bank Indonesia. Pengertian bank

  1Sukardi Dan Achmad Anwari, Manfaat Menabung Dalatn Tabanas Dan T a ska. cet. I, Balai Aksara, Jakarta,1984 , ' h .7. menurut Undang-Undang Perbankan 1992,

  pasal 1 arigka 1 : "Bank adalah usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bent.uk simpanari, dan menyalurkannya

  'kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak" .

  Hanfaat Tabanas bagi pemerintah antara lain untuk membiayai pembangunan yang merupakan sarana peningkatan kemakmuran masyarakat. Sedangkan bagi penabung (masyarakat) maka manfaatnya antara lain : a. hidup sederhana kesadaran dan kemauan menabung adalah sebagai akibat dari cara hidup sederhana, oleh karena dengan mena- burig berarti berpikir dan melakukan distribusi pendapatan dengan cara seefisien dan seefisien

  ’ mungkin, yaitu, dari pendapatan yang ada diadakan alokasi untuk kebutuhan yang konsumtif dan produktif antara lain dengan menabung;

  b. hidup berencana menabung berarti mulai berpikir untuk hari depan sedini mungkin, melihat dan mengharap kebahagiaan hari depan denQgan penuh rasa optimis; c. partisipasi aktif di dalam pembangunan menabung di Tabanas berarti memanfaatkan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat produktif, yaitu, untuk membiayai pembangunan; d. adanya balas jasa karena penabung telah mau berkorban tidak menggunakan uangnya untuk keperluan lain, balas jasa ini berupa bunga yang merupakan keuntungan bagi penabung; e. dapat dijadikan jaminan kredit.

  Begitu besarnya manfaat Tabanas baik bagi pemerintah serta bank maupun penabung itu sendiri, yang salah satunya

  ^ Ibid*, h .

   4

  4

  adalah dapat dijadikan .iaminan kredit bagi masing-masing penabung yang membutuhkan dana untuk usahanya. Penyalurari kredit kepada masyarakat atau nasabah juga merupakan salah satu kegiatan bank seperti yang tersirat dalam pasal 1 angka 1 Undang-Undang Perbankan 1992, dan tersurat dalam

  pasal 3 : "Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dana, penyalur dana masyarakat." Dan fungsi tersebut bertujuan agar peranan perbankan Indonesia sebagai penunjang pelaksanaan pembangunan dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak dapat tercapai; yang pada akhirnya, bermuara pada cita-cita pembangunan nasional Indonesia, yaitu, masyarakat adil dan makmur berdasarkan Paricasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

  Istilah kredit secara estimologi berasal dari bahasa Latin, yaitu, kata kerja credere yang berarti percaya, mempercayai. Kepercayaan ini dapat dilihat dari dua segi, yaitu, kreditur (bank) percaya bahwa pada saat yang ditentukan bersamas kredit itu akari dibayar kembali; dan debitur percaya bahwa kredit itu dapat diterima.

  Seorarig sarjana mengemukakan bahwa kredit adalah penyediaari prestasi pada saat sekarang, dengan perjanjian akan dikembaiikan dengan kontra prestasi di kemudian hari. Selanjutnya kalangan perbankan member! arti sebagai suatu

  5

  ukuran dari kemampuan seseorang untuk mendapatkan sesuatu yang bernilai ekonomis, sebagai gantinya dari janji untuk menbayar kembali hutangnya pada tanggal tertentu di o kenudian hari. Undang-Undang Perbankan 1992 pasal 1 angka 12 :

  Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan bunga, imbalan atau penbagian hasil keuntungan.

  Dari definisi kredit tersebut di atas, unsur kepercayaaan dan unsur waktu selalu tercakup di dalamnya,

  credere

  sedangkan kata " " menempatkan kepercayaan sebagai unsur yang terpenting. Kepercayaan itu tidak saja diberikan kepada diri peminjam, tetapi juga kepada unsur-unsur, seperti, keadaan harta bendanya, usahanya, kemampuan dan kesanggupan membayar kembali hutajignya, yang mempunyai pengaruh terhadap penentuan pemberian kredit. i

  Dalam praktek perbankan, pemberian fasilitas kredit diberikan oleh bank setelah menerima benda dari debitur sebagai jaminan kredit. Keharusan adanya jaminan ini dikuatkan juga dengan adanya undang-undang yang mengatur

  Q °H.A.K. Mochamad Anwar, Tindak Pidana Di Bidang Perbankan. cet. I, Alumni, Bandung, 1980, h. 34.

  6

  tentang keharusan memberikan jaminan bagi kreditur, yaitu, l

  pasal 1131 clan pasal 1132 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata atau Burgerlijk Wetboek (selanjutnya disingkat BW). Pasal 1131 BW menyatakan : "Segala kebendaan si ,berutang baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak baik yang sudah ada maupun yang akan ada di kemudian hari, menjadi tariggungan untuk segala perikatannya perseorangan. "

  Sedangkan pasal 1132 BW mengatur : "Kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama-sama semua orang yang mengutangkan ^adanya ...,"

  Pengertian jaminan sebagaimana tercantum dalam pasal 1131 dan pasal 1132 BW merupakan ketentuan yang bersifat umum, artinya yang menjadi jaminan adalah semua harta benda debitur. Harta tersebut menjadi jaminan bagi seluruh perutangan debitur dan berlaku untuk semua kreditur.

  Dalam praktek perbankan, jaminan yang bersifat umum ini kurang memuaskan bagi kreditur, karena kurang menimbulkan rasa aman dan terjamin bagi kredit yang diberikan sehingga kreditur memerlukan benda yang bersifat khusus sebagai jaminan piutangnys. Hal ini dimaksudkan agar bila debitur tidak dapat mengembalikan hutang atau debitur wanprestasi, maka jaminan kredit ini dapat dijual lelang oleh kreditur dan hasilnya digunakan untuk menutup hutang debitur itu. Adanya perkembangan dalam praktek perbankan menimbulkan adanya lembaga bsru yang menggunakan piutang sebagai jaminan kredit. Piutang itu berupa tagihan yang dapat foerbentuk surat-surat berharga, seperti, giro bilyet, cheque, polis asuransi, saham, obligasi, deposito dan Tabanas•

  Berkaitan dengan adanya lembaga jaminan baru tersebnt, maka d?>lam skripsi ini, saya berusaha mengur.gkapkan bagaimana pelaksanaan pemberian kredit dengan jaminan Tabanas dalam praktek perbankan, bagaimana bentuk perjanjian dan lembaga jaminan yang digunakan, apakah sesuai dengan ketentuan-ketentuan hukum yang ada, serta apa upaya hukum yang dilakukan oleh bank sebagai kreditur apabila debitur tidak memenuhi kewajibannya (wanprestasi), sehingga dalam pembahasan nanti diharapkan dapat menjawab permasalahan-permasalahan yang saya kemukakan dalam skripsi ini, yaitu :

  a. apakah ada perbedaan pengertian istilah jaminan menurut Uridang-Undang Nomor 14 Tahun 1967 dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 ?

  b. lembaga jaminan apakah yang digunakan dalam praktek untuk penjaminan Tabanas ? c. bagaimana antisipasi yang dilakukan oleh kreditur dalam merighadapi debitur yang wanprestasi ?

  i

  3

  2 . Pen-ielasan Judul Untuk lebih mempermudahkan pemahaman skripsi ini dan untuk menoegah meluasnya ruang lingkup pembahasan, maka perlu diberikan penjelasari terhadap judul skripsi ini, yaitu, "TABANAS SEBAGAI JAMINAN KREDIT."

  Yar.,t :i imaksud Tabanas dalam skripsi ini adalah suatu bentuk tabungan yang pada prinsipnya bersifat bebas, yang tidak terikat oleh jangka waktu, jumlah penyetoran dan penarikannya. Dengan menggunakan Tabanas inilah yang kemudian dipakai sebagai barang jaminan untuk mendapatkan kredit dari bank.

  Dan yang dimaksud dengan jaminan kredit adalah penyerahan kekayaan seorang debitur untuk menanggung , pembayaran kembali suatu hutarig. Dalam skripsi ini hanya mengenai pinjaman uang yang diberikan oleh bank sebagai kreditur, yaitu, kredit yang diberikan oleh Bank Rakyat i Indonesia.

  3. Alasan Pemilihan Judul Dewasa ini dalam kehidupan masyarakat, kredit bukanlah hal yang asing lagi, lembaga kredit ini sudah dikenal oleh masyarakat luas. Untuk mengingkatkan usahanya

  » atau untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, orang berpikir dan digunakan adalah dengan berhutang atau kredit.,

  Bank sebagai uuatu lembaga keuangan yang salah satu

  g

  kegiatannya adalah menyalurkari kredit kepada yang memerlukannya, tetapi harus memenuhi syarat-syarat yang biasanya diminta oleh bank, yaitu, dengan adanya jaminan. Jaminan kredit ini dapat berupa Tabanas.

  Seperti kita ketahui bersama, masalah Tabanas sudah dikenal dalam masyarakat, tetapi pada umumnya belum mengetahui. bahwa Tabanas dapat dijadikan jaminan kredit di­ bank. Dan lembaga jaminan apa yang dipakai dalam praktek peri jaminan Tabanas, serta. adanya Undang-Undang Perbankan yang baru, yaitu, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 apakah ada pengaturan yang baru tentang jaminan. Berpijak pada masalah ini, saya tertarik untuk membahasnya dalam bentuk penulisan skripsi ini guna dipakai sebagai sumbangan pemikiran bagi pemikiran kita semua.

  4 . Tu.iuan Penulisan Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah : a. untuk memenuhi persyaratan kurikuler dalam memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas

  Airlangga;

  b. untuk memberikan sumbangan pemikiran dan pend^pat juga memberikan penjelasan tentang bagaimana Tabanas sebagai jaminan kredit;

  c. untuk menambah perbendaharaan kepustakaan ilmu hukum

  10

  pada perpustakaan Universitas Airlangga Surabaya.

  5. MfitQ.dalQfli

  a. Pendekatan Masalah Untuk mendapatkan penjelasan atas pokok permasalahan dalam skripsi ini, says menggunakan pendekatan secara yuridis praktis. Pendekatan secara yuridus dimaksudkan, saya menooba mengamati permasalahan yang ada dikaitkan dengan peraturari perundangan yang berlaku di man a peraturan tersebut kemudian dihubungkan dengan proses terjadinya pemberiari kredit tersebut oleh bank. Pendekatan secara praktis, dimaksudkan adalah pendekatan dengar cara mengamati praktek perjanjian kredit ini pada bank pelaksana.

  b. Sumber Data Data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini diperoleh dari :

  • data primer, yaitu, data yang diperoleh dari hasil studi 1 aparigan pada BR1 Cabang Kaliasiri Surabaya serta dari peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh bank mengenai pemberian kredit dengan jaminan Tabanas. Data sekurider, yaitu, melalui studi literatur, seperti buku-buku teks, bahan kuliah, peraturan perundangan yang berlaku serta sumber-sumber lain yang dapat digunakan sebagai sumber data penyusunan skripsi ini.
c. Prosedur Pengumpulan Dan Pengolahan Data Prosedur pengumpulan data dalam skripsi ini melalui dua jalan, yaitu. untuk data primer dilakukan dengan jalan tehnik wawancara yang didahului mengkonsep pertanyaan-pertariyaan yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini sebagai pedomsn untuk mengadakan wawancara. Serta dengan jalan mengumpulkan per&turan-peraturan dan data-data dari bank yang berkaitan dengan masalah perkreditan. Sedangkan data sekunder diperoleh dengan jalan membaca 1 iteratur-1jteratur, l peraturan-peraturan maupun tulisan-tulisan ilmiah yang ada hubungannya dengan permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini.

  Kemudian dat.a-data yang diperoleh tersebut, terlebih dahulu diadakan pengolahan data dan dibagi-bagi menurut klas if ikasinya , kemud iari dibandingkan dengan keten tuan hukum yang berlaku.

  d. Analisa Data

  • Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara deskriptif, yaitu, penelitian yang bertujuan untuk membuat gambaran yang sistimatis dan faktual mengenai faktanya. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analistis, yaitu, menjabarkan peraturan-peraturan yang ada dan masih berlaku mengenai pokok permasalahan dan pada akhirnya ditarik suatu simpulari sebagai jawaban atas permasalahan.

  6. Pertanggung.iawaban Sistematika Setiap karya tulis ilmiah harus disusun secara sistematis dan ruritut untuk memudahkan pemahaman dari isi karya tulis tersebut. Demikian juga skripsi yanng msrupakan salah satu karya tulis, says susun secara sistematis dan ruritut agar dapat dipahami dengan mudah isinya.

  Skripsi ini terdiri dari lima bab dimana tiap-tiap bab dibagi lagi menjadi sub-sub bab. Bab I irerupakan pendahuluan di mana pada bab ini diuraikan tentang latar belakang penyusunan skripsi dan runusan permasalahan. Dengan diletakkan pendahuluan pada Bab I, diharapkan pembaca bisa mengetahui garis besar isi dari penulisan skripsi ini sebelum menu.iu pada bab-bab berikutnya.

  Setelah pembaoa mengetahui permasalahan yang ada, maka pada Bab II diuraikan mengeriai perbedaan pengertian istilah jaminan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967 derigari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992. Pembahasan ini perlu diketahui terlebih dahulu karena yang dimaksud dalam Undang-Undang Pokok Perbankan yang lama, yaitu Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967 dengan Undang-

  Undang Nomor 7 Tahun 1992 terdapat pergeseran istilah yang sangat mendasar. Dalam bab ini diuraikan pula tentang Tabanas sebagai barang jaminan, Ini juga perlu dijelasksn lebih dahulu karena apabila ternyata Tabanas tidak memenuhi syarat untuk digunakan sebagai barang jaminan, jnaka pembahasari pada bab-bab berikutnya akan sia-sia.

  Dalam Bab

  II dikemukakan lembaga jaminan yang dipakai dalam praktek untuk penjaminan Tabanas. Dalam bab ini dibahas lebih dahulu tentang perjanjian jamir.an yang mempunyai arti yang sarigat panting, terutama bagi kreditur. Kemudian baru diuraikari mengenai lembaga jaminannya, peng- gunaan lembaga jaminan mana yang dipakai ini sangat berkaitan erat dengan hak-hak apa yang dapat dilaksanakan oleh kreditur bila debitur tidak memenuhi kewajibannya. Uraian dalam Bab III ini merupakan kelanjutan dari materi yang diuraikari dalam Bab II.

  Pada Bab IV dibahas mengenai aritisipasi kreditur bila debitur wanprestasi. Setelah mengetahui tentang bagsimsna Tabanas dijadikan sebagai barang jaminan, kemudian dibahas tentang langkah-langkah yang dilakukan oleh kreditur untnk mencegah timbulnya kerugi&n akibat terjadinya wanprestasi debitur, karena pada setiap perjanjian pinjam meminjam uang selalu terbuka kemungkinan wanprestasi terutama oleh debitur. Oleh karena itu untuk dapat menghiridari kerugian yang mungkiri diderita ^leh bank akibat tiridakan wanprestasi debitur, maka periu diketahui bagaimana pelaksanaan pelunasan hutang debitur yang dapat dilakukan oleh kreditur. Penjelasan tentang tiridakan bila debitur wanprestasi diletakkan di belakang kair^ena merupakan perbuatan yang menyimpang dari ketentuan yang reguler.

  Pada akhir penulisan ini, yaitu, pada Bab V, saya tempatkan kesimpulan dari semua permasalahan dan saran- saran yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan pelaksanaan pemberian kredit ini di masa mendatang.

  I

  B A B X X JAMINAN KREDIT MENURUT UNDANG-UNDANG

  NOMOR 14 TAHUN 1967 DAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992

  1. Perfleseran Eengertian Istiiah .Jaminan "Dalam pengertian lama istiiah jaminan clan agunan digunakan dalam arti kata yang sama, yaitu, sebagai terjemahan dari istiiah dalam bahasa Inggris collateral. Dalam Undang-Undang Pokok Perbankan (selanjutnya disingkat Undang-Undang Perbankan 1967), istiiah jaminan diuraikan dalam Penjelasan pasal 24 : ?A Yang dimaksud dengan jaminan dalam ayat (1) ini (pasal ayat (1) : Bank Umum tidak memberi kredit tanpa janinan kepada siapapun juga) adalah jaminan dalam arti luas, yaitu, •jaminan yang bersifat materiil. Dalam hal ini perlu kiranya dikemukakan bahwa bank-bank dalam menilai suatu permintaan kredit biasanya berpedoman kepada faktor-faktor antara lain watak, kemampuan, modal, jaminan dan kondisi-kondisi ekonomi’.

  Sedangkan dalam pengertian baru, istiiah jaminan dan agunan dipisahksn artinya, di mana agunan hanyalah salah satu unsur jaminan saja. Pengertian agunan itu sendiri dibedakan dalam dua kategori, ialah, agunan pokok, yaitu, dapat

  Gandapr av?ir a , "Pergeseran Istiiah", Penae No. 33, November-Desember 1992, h. 83.

  15

  16

  berupa barang-barang atau hak yang diperoleh atau dibiayai dari fasilitas kredit itu sendiri; agunan tambahan, yaitu, barang-barang lain, surat berharga serta garansi resiko yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan obyek pembiayaan kredit.^ Istilah jaminan tertera dalam pasal 8

  Undang-Undang Perbankan 1992: "Dalam memberikan kredit, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan." Sedangkan dalam Penjelasan pasal 8 tersebut tertulis :

  Kredit yang diberikan oleh bank mengandung risiko sehingga dalam pelaksanaannya bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat. Untuk nengurangi risiko tersebut, jaminan pemberian kredit dalam arti keyakinan atas kemampuan dalam kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh bank. Untuk memperoleh keyakinan tersebut, sebelum memberikan kredit, bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha dari debitur.. Mengingat bahwa agunan meniadi salah satn unsur__.iaminan pemberian kredit. . . . (garis bawah dari penulis).

  Dan bila berdasarkan unsur-unsur lain telah diperoleh keyakian atas kemampuan debitur untuk mengembalikan hutangnya, maka agunan dapat hanya berupa, proyek atau hak

  5Hoediarto Hoedojo, "Tinjauan Terhadap Pengertian Jaminan Pemberian Kredit Dalam RUU RI tentang Perbankan", Pepgemhantfan Perbankan. No. 32, November- Desember 1991, h. 73.

  17

  tagih yang dibiayai oleh kredit yang bersangkutan dan bank tidak wajib meminta agunan berupa barang yang tidak berkaitan langsung dengan obyek yang dibiayai yang lasim disebut dengan agunan tambahan.

  Undang-Undang Perbankan yang lama dalam pasal 24 ayat (1) menyatakan dengan tegas "Bank Umum tidak dapat memberikan kredit tanpa jaminan kepada siapapun juga." Jika ketentuan ini dibandingkan dengan ketentuan pasal 8 Undang-Undang Perbankan yang baru secara harfiah, dapat dikatakan bahwa pemberian kredit berdasarkan Undang-Undang

  Perbankan yang lama, pemberian jaminan dalm kredit adalah mutlak sifatnya. Namun kalau diteliti secara mendalam kedua pasal tersebut beserta penjelasannya, dapat disimpulkan bahwa keduanya dalam pemberian kredit diperlukan adanya jaminan, hanya saja seperti telah diterangkan di atas di mana ada pergeseran pengertian istilah jaminan juga dalam

  Undang-Undang Perbankan yang baru, bank tidak wajib meminta agunan tambahan berupa barang yang tidak berkaitan langsung dengan obyek yang dibiayai. Dengan ketentuan ini, maka bagi nasabah kecil yang selama ini terhambat dalam memperoleh kredit bank karena tidak mempunyai agunan tambahan, walaupun secara ekonomis proyek yang dibiayai mempunyai

  18

  prospek yang sangat baik, dapat mengembangkan usahanya, juga hal ini akan dapat menyebarkan alokasi dana perbankan 'dan sesuai dengan jiwa dan semangat pemerataan dan kead ilan.

  Masalah barang jaminan (agunan) pada dasarnya hanyalah salah satu aspek dari penilaian bank terhadap nasabah walaupun begitu barang jaminan (agunan) mendapat

  » prioritas yang sangst tinggi. Pemberian kredit dapat diberikan oleh bank atau tidak, sangat tergantung pada keberadaan barang jaminan (agunan) yang diberikan oleh pemohon kredit di samping hal-hal lain yang tersebut di atas, yaitu, watak, kemampuan, modal, prospek usaha. Dalam praktek masalah barang jaminan (agunan) ini memegang peranan yang dominan karena sebagai alat untuk memperoleh kembali kredit yang teiah diberikan, sebagai alat pengaman, baik , untuk kepentingan bank maupun untuk menjaga pengembaliari dana masyarakat yang disimpan dalam bank terseout.

  2. Ia.b-an.as Sebagai Barang Jaminan Dalam dunia perbankan teriiapat suatu prinsip yang selaiu dipegang teguh, yaitu, kredit yang dikeluarkan atau yang diiepaskan harus dapat diterima keinbali sesuai dengan perjarijian yang telah disepakati. Dengan mengirigat prinsip tersebut. maka d a I am hal mengabulkan permohonan kredit,

  18 kreditur selalu berusaha seselektif mungkin dan mempertinbangkan segala kemungkinan yang akan terjadi. Hal ini dimaksudkan agar dalam penyaluran kredit, bank tidak mengalami kerugian apabila dalam pelaksanaannya debitur wanprestasi.

  Berbeda dengan Undang-Undang Perbankan 1992, dalam Undang-Undang Perbankan 1987 ditekankan benar arti pentingnya lembaga jaminan bagi pemberian kredit. Hal ini terbukti dalam ketentuan pasal 24 : "Bank Umum tidak memberi kredit tanpa jaminan kepada siapapun juga." Sedangkan jika diamati dengan teliti dalam Undang-Undang

  Perbankan 1992 tidak ada satu pasalpun yang secara tegas melarang pemberian blanko kredit.

  Pasal 8 Undang-Undang Perbankan 1992 disebutkan : "Dalam memberikan kredit, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan." Dalam Penjelasan pasal ini diberikan pedoman bagi perolehan keyakinan akan kemampuan debitur, diantaranya bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap lima unsur, yaitu, watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha dari debiturnya. Di antara lima unsur itu sendiri unsur barang jaminan (agunan)lah yang secara langsung dapat digunakan bank untuk memperoleh pelunasan atas kredit yang telah disalurkan apabila debitur wanprestasi. Di samping

  i

  20

  itu adanya barang jaminan (agunan) juga dipergunakan untuk menentukan besar kecilnya kredit yang akan diberikan oleh bank sebagai kreditur. Dalam hal ini jangan sampai nilai dari barang jaminan (agunan) itu iebih kecil daripada kredit y&rig diberikan.

  Barang Jaminan (agunan) itu harus merupakan barang yang dapat dinilai dengan uang. Hal ini mengandung pengertian bahwa barang jaminan (agunan) itu harus mempunyai nilai ekonomis, yaitu, riilai tunai. Adanya nilai ekonomis ini dimaksudkan agar bi. lam ana debitur tidak memenuhi kewajibannya yang berarti tidak membayar hutangnya, maka bank selaku kreditur dapat mengambil pelunasan dari agunan tersebut.

  Barang Jaminan (agunan) itu merupakan sesuatu yang timbul dari adanya perikatan antara debitur dan kreditur. Perikatan antara debitur dengan kreditur tersebut dalam hal ini adalah menyangkut tentang pinjam meminjam uang, yaitu, adanya perjanjian pemberian kredit oleh bank selaku kreditur,

  Pada setiap penyimpanan uang di bank dalam bentuk Tabanas, seorang penabung akan menerima buku tabungan yang di dalamnya antara lain berisi, yaitu, nama dan alamat penabung, saldo Tabanas (yang dinyatakan dalam jumlah nilai uang), serta nama dan alamat bank penyelenggara. Dengan melihat isi yang ada dalm buku tabungan di atas, maka

  21

  t.erdapat saldo setoran yang berupa uang, jumlah saldo j^nilah merupakan jumlah tagihan seorang penabung kepada bank penyelenggara. Jumlah saldo inilah yang nantinya akan dibayarkan oleh bank penyelenggara kepada penabung bilamana ia menghendaki untuk mengambilnya. Dengan adanya jumlah saldo yang merupakan tagihan penabung kepada bank penyelenggara, maka Tabanas memiliki nilai ekonomis.

  Untuk menjadikan agar Tabanas itu merupakan barang yang dibutuhkan oleh debitur, maka dalam hal digunakannya Tabanas sebagai barang jaminan kredit, bank hendaknya memberikan kredit dengan jumlah yang lebih kecil daripada jumlah saldo yang ada pada Tabanas. Hal ini dimaksudkan agar debitur tetap berkeinginan untuk melunasi hutangnya, karena ia akan merasa bahwa nilai Tabanas itu lebih tinggi daripada ia tidak melunasi hutangnya. Dengan adanya perbedaan jumlah antara kredit dan jumlah saldo Tabanas, maka debitur akan terus berusaha untuk melunasi hutangnya. Dan juga bank sebagai pemberi hutang akan terhindar dari kerugian dan bank akan memperoleh keuntungan, yaitu, bank dapat mengambil pelunasan, di samping jumlah pokok kredit yang diberikan juga termasuk bunga kredit.

  Dalam pemberian kredit yang dilakukan oleh Bank Rakyat Indonesia, bila calon debitur kredit mengajukan permohonan kredit dengan barang jaminan (agunan) Tabanas, maka terhadap unsur-unsur lain, yaitu, watak, kemampuan,

  22

  modal, dan prospek usaha tidak perlu diperiksa lagi karena bank menganggap telah mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan calon debiturnya untuk melunasi hutangnya.

  Sedangkan dalam penentuan bunga kredit berdasarkan bunga %. Tabanas yang sedang berlaku ditambah 2

  Dari penjelasan tersebut di atas, memang Tabanas memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai barang jaminan.

  Tabanas Adalah Sebagai Piutang Atas Nana

  Tabanas merupakan salah satu bentuk simpanan di bank dan sebagai bukti penabungan, maka bank menerbitkan buku tabungan, sebagai bukti pencatatan untuk penabung tentang jumlah uang tabungannya pada bank. Dengan adanya simpanan uang tersebut dapat dikatakan bahwa setiap penabung mempunyai tagihan uang pada bank sebesar jumlah saldo yang tertera dalam buku tabungan. Hal ini berarti bank bertindak sebagai debitur dan penabung sebagai kreditur. Walaupun dalam buku tabungan tidak disebutkan bahwa bank mempunyai hutang kepada penabung, tetapi dengan adanya kewajiban bank untuk membayar kembali uang penabung bila penabung mengambil baik sebagian maupun seluruhnya, dan adanya pemberian bunga oleh bank, maka hal ini dapat dikatakan sebagai adanya hutang bank kepada penabung.

  Dengan menggunakan Tabanas sebagai barang jaminan, maka dalam hal ini terdapat jaminan atas tagihan atau

  23

  piutang. Sehubungan dengan adanya jaminan atas tagihan atau piutang yang terdapat pada penggunaan Tabanas sebagai jaminan* maka kita berhubungan dengan penggunaan jaminan atas benda bergerak tidak bertubuh, yang termasuk ke dalam benda bergerak tidak bertubuh ini adalah hak yang dalam hal ini ialah hak tagihan atau piutang. “Hak atas piutang ini dibedakan dalam piutang atas nama (vordering op naam), piutang atas tunjuk (vordering aan order), dan piutang atas bawa (vordering aan toonder)."®

  Buku penabung Tabanas di dalamnya terdapat hak atas suatu jumlah tagihan kepada bank penyelenggara, maka hal ini merupakan tanda bukti adanya piutang. Dan bentuk yang paling sesuai adalah piutang atas nama (vordering op naam). Suatu surat dikatakan sebagai piutang atas nama apabila yang tercantum dalam surat tanda bukti piutang itu hanya dapat dilakukan oleh orang yang namanya tercantum dalam surat tersebut. Terhadap selain orang yang namanya tercantum dalam surat tersebut itu, debitur berhak untuk menolak pembayaran kepadanya, kecuali ada surat kuasa untuk itu dari pemilik Tabanas kepada pengambil.

  ^Mariam Darus Badrulzaman, Bab-Bah Tftnt.anq Creditverband .__ Gadai,__ Dan Fiducia. cet. V, Cita Aditya Bakti, Bandung, 1991, h. 66. p M I L l ^

  I I MRPUSTAKAAI

  I . OIIVBRSITAS

  I S U R A B A ___ *

  24 Sehubungan dengan ketentuan tersebut, maka jika

  Tabanas dikategorikan sebagai piutang atas nana adalah sangat tepat, karena untuk dapat melakukan penagihan kepada bank penyelenggara, dalam hal ini pengambilan simpanan

  Tabanas, hanya dapat dilakukan oleh penabung itu sendiri, sebab hanya dialah yang namanya tercantum dalam buku tabungan.

  Dalam praktek perbankan, untuk mencegah terjadinya kekeliruan dalam hal pembayaran oleh bank, maka bila tagihan akan diambil sebagian atau seluruhnya, penabung harus mengisi sendiri slip pengambilan Tabanas, yang di dalamnya terdapat kolom untuk tanda tangan yang nantinya akan dicocokkan dengan contoh tanda tangan dalam arsip bank, serta harus menunjukkan surat bukti diri yang sah,

  Sedangkan bila pengambilan dilakukan orang lain, maka harus mengisi surat kuasa pencairan Tabanas yang disediakan oleh bank, dan pengambil tabungan tetap membubuhkan tanda tangan pada kolom di slip pengambilan, serta menyerahkan bukti diri yang sah untuk digunakan sebagai contoh tanda tangan.

  B A B X X X LBMBAGA JAMINAN UNTUK TABANAS 1- Arti Penting Per.ian.iian Jaminan

  Dalam kehidupan sehari-hari sering terjadi praktek pinjam meminjam uang yang dilakukan oleh bank dengan nasabahnya. Praktek pinjam meminjam uang ini kita kenal dengan istiiah kredit. Dalam usaha untuk memperoleh fasilitas kredit yang diberikan oleh bank, maka seseorang dapat mengajukan permohonan kepada bank sebagai kreditur. Agar suatu permohonan kredit yang diajukan oleh seseorang itu dikabulkan oleh bank, maka calon debitur harus memenuhi syarat untuk mendapatkan kredit tersebut. Salah'satu syarat untuk mendapatkan kredit dari bank adalah dengan mengadakan perjanjian pinjam meminjam uang antara debitur dengan kreditur. Dalam perjanjian tersebut biasanya memuat tentang ketentuan-ketentuan yang menyangkut hak dan kewajiban dari masing-masing pihak. Dan setiap upaya untuk dapat memperoleh fasilitas kredit selalu didahului dengan perjanjian kredit.

  Dan dalam praktek perbankan, termasuk persyaratan untuk mendapatkan kredit adalah adanya barang jaminan yang berupa harta tertentu dari kekayaan debitur. Hal ini berarti kreditur menghendaki adanya suatu barang yang

  25

  26

  secara khusus dijaminkan, sehingga nantinya dapat dipakai sebagai pelunasan bilamana terjadi wanprestasi. Sehubungan dengan itu, untuk menentukan benda-benda tertentu dari kekayaan debitur yang digunakan sebagai barang jaminan, maka biasanya di saraping dibuat perjanjian pemberian kredit juga dibuat perjanjian jaminan.

  Perjanjian pemberian kredit atau perjanjian pinjam meminjam uang itu merupakan perjanjian pokok yang merupakan sesuatu yang menentukan batal atau tidaknya perjanjian- perjanjian lain yang mengikutinya, yaitu, berupa perjanjian-perjanjian pengikatan jaminan. Perjanjian jaminan merupakan perjanjian tambahan (perjanjian accessoir) sehingga keberadaannya bergantung sepenuhnya pada perjanjian pinjam meminjam uang. Hal ini berarti tidak mungkin ada perjanjian jaminan tanpa didahului oleh perjanjian pemberian kredit, maka hal ini membawa konsekuensi bahwa perjanjian jaminan itu bukan perjanjian mandiri. Dan juga dengan hapusnya perjanjian kredit, yang merupakan perjanjian pokok, maka akan menyebabkan hapusnya perjanjian jaminan sebagai perjanjian tambahan.

  Perjanjian jaminan ini berfungsi untuk mengikat barang jaminan yang diserahkan debitur. Dengan diserahkan suatu barang tertentu dari debitur untuk digunakan sebagai jaminan, maka kekuasaan debitur atas barang tersebut menjadi berkurang. Dan debitur berhak untuk mendapatkan

  27

  kembali barangnya seperti dalam keadaan semula, setelah ia memenuhi kewajibannya untuk membayar hutangnya, sedangkan bila debitur tidak memenuhi kewajibannya, maka kreditur berhak mengambil pelunasan dari barang jaminan tersebut. Dengan detnikian adanya perjanjian jaminan ini lebih dibutuhkan kreditur daripada debitur. Hal ini disebabkan perjanjian jaminan tersebut untuk mengikat barang jaminan yang dipakai oleh kreditur dalam menjaga keamanan hartanya yang berada di tangan debitur, karena debiturnya yang mempunyai peluang yang lebih besar untuk wanprestasi.

  Mengingat pentingya barang jaminan pada setiap pemberian kredit, terutama bagi kreditur, maka setiap perjanjian pemberian kredit selalu diikuti dengan perjanjian tambahan yang berupa perjanjian penjaminan. "Kedudukan perjanjian penjaminan yang dikonstruksikan sebagai perjanjian accessoir itu menjamin kuatnya lembaga jaminan tersebut bagi keamanan pemberian kredit oleh

  n

  k r e d i t u r . S e h i n g g a adanya perjanjian penjaminan ini akan dapat mengurangi kekhawatiran bank selaku kreditur terhadap wanprestasi debitur.

  7 Sri Soedewi Hasjchoen Sofwan, Hukum Jaminan Di Indonesia Pokok-Pokok.. Hukum... Jaminan Dan_____ Jaminan Perseoranpan. cet. I,Liberty, Jogyakarta, 1988, h. 37.

  Dalam peobahasan skripsi ini, barang jaminan yang diikat dengan perjanjian jaminan adalah berupa Tabanas. Ini berarti yanng diikat adalah hak tagihan yang terkandung dalam Tabanas tersebut. “Walaupun Tabanas diikat sebagai barang jaminan, namun debitur masih dapat mempergunakannya, yaitu, menabung dan atau menarik sejumlah uang yang tersimpan. Cara menabungnya dilakukan seperti biasa dengan mengisi slip penabungan, tetapi tidak diserahkan kepada kasir atau petugas bagian Tabanas, melainkan kepada petugas bagian kredit yang menahan buku tabungan Tabanas yang digunakan sebagai barang jaminan. Sedangkan untuk pengambilannya juga dilakukan seperti biasanya dengan mengisi slip pengambilan Tabanas dan seperti cara menabung di atas, tidak diserahkan kepada kasir atau petugas bagian

  Tabanas, melainkan kepada petugas bagian kredit yang menahan buku tabungan, tetapi pengambilan ini hanya dapat dilakukan di luar sejumlah saldo yanng diblokir* oleh bank untuk barang jaminan kredit yang telah diralisisasi. Hal ini berarti hak tagihan yang telah diblokir oleh bank untuk barang jaminan, debitur tidak dapat menggunakannya lagi sampai ia melunasi semua hutangnya, karena dalam kekuasaan bank selaku kreditur. Dan pengguasaan bank atas

  ®Wawancara dengan pegawai Bank Rakyat Indonesia Cabang Kaliasin Surabaya, 12 Juni 1992.

  29

  hak tagihan yang diblokir tersebut didasarkan atas adanya perjanjian jaminan.

  2. Kedudukan Jaminan Tabanas Penggunaan Tabanas sebagai jaminan adalah termasuk dalam jaminan benda yang tidak bertubuh, karena yang dijadikan barang jaminan adalah adanya tagihan yang terdapat pada Tabanas, yaitu, kepada bank penyelenggara dan tagihan ini berupa tagihan terhadap piutang atas nama, karena hanya untuk orang yang namanya tercantum dalam buku penabungan Tabanas saja. Pelaksanaan pemberian fasilitas kredit ini di Bank Rakyat Indonesia, bank hanya menjanjikan cessie atas jaminan piutang-piutang atas nama, termasuk di dalamnya Tabanas.

  Cessie adalah suatu perjanjian, di mana kreditur mengalihkan piutangnya (atas nama) kepada pihak lain.

  Peralihan piutang atas nama atau cessie yang digunakan untuk menjamin pelunasan hutang melibatkan tiga pihak, yaitu, cessionaris, pihak penerima peralihan piutang sebagai jaminan (bank kreditur kredit); cedent, pihak yang menyerahkan piutang sebagai jaminan (nasabah bank selaku debitur kredit); cessus atau debitur cessus, pihak yang hutangnya dialihkan oleh cedent (bank penyelenggara Tabanas).

  30 Pasal 613 ayat <1) BW menentukan :

  Penyerahan akan piutang piutang atas nama dan kebendaan tak bertubuh lainnya, dilakukan dengan jalan membuat sebuah akta otentik atau di bawah tangan, dengan mana hak-hak atas kebendaan itu dilimpahkan kepada orang lain. Penyerahan piutang saja dengan persetujuan lisan bahwa piutang telah dipindahtangankan tanpa bukti surat tentang penyerahan itu, bukan cessie yang sah.

  Setelah akta cessie dibuat dan ditandatangani, maka sah terjadinya perigalihan piutang dari cedent kepada cessionaris secara mutlak dan sah menurut hukum. Selanjutnya cessie tersebut harus diberitahukan