HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN ALTRUISME PADA ANGGOTA KOMUNITAS SANT’ EGIDIO YOGYAKARTA SKRIPSI

  

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL

DENGAN ALTRUISME PADA ANGGOTA

KOMUNITAS SANT’ EGIDIO

  

YOGYAKARTA

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

  Program Studi Psikologi

  

Disusun Oleh:

Nama : Veronica Wulandari

NIM : 079114016

  

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2011

  u.b. Ada Tertulis: “Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.” (Surat Yakobus 2:17) “Iman haruslah realistis karena tidak ada yang nyata di luar Tuhan, di luar iman.”

  (Paus Yohanes Paulus II) Banyak orang di dalam kota Yang tak punya apa-apa Menanti dan berharap Sepotong cinta bagi dia Tuhan Yesus mengajar kita

  Menjawab yang bertanya Dengan kata dan perbuatan Tuk menjadi saudara-Nya Hari ini kita nyatakan

  Tuk cari arti hidup Dimana lebih manusiawi Selalu bersama Dia

  • Kekayaan kita tak punya, juga emas dan permata Yang kumiliki hanyalah Sabda Tuhan Bangun dan berjalan bersama (Hymne Komunitas Sant’ Egidio)

  

Puji syukur dan terimakasih, skripsi ini Aku persembahkan

untuk:

Tuhan Yesus Yang Maha Esa dan Maha Baik Bunda Maria

  Papa Fransiskus Xaverius Selamet Mama Fransiska Nanik Pursuyantini Kakak Natalis Setyawan

  Seluruh Keluarga besar Komunitas Sant’ Egidio Orang-orang di sekitar Aku yang telah memberikan persahabatan, persaudaraan, dukungan dan bantuan kepadaku

  

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN

ALTRUISME PADA ANGGOTA KOMUNITAS

SANT’ EGIDIO YOGYAKARTA

  

Veronica Wulandari

ABSTRAK

  Peneltian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan spiritual dengan altru isme pada anggota komunitas Sant’ Egidio Yogyakarta. Komunitas Sant’ Egidio merupakan

sebuah komunitas yang memiliki kegiatan rutin, seperti doa bersama dan pelayanan (menolong

orang miskin dan terlantar secara sukarela). Variabel independen dalam penelitian ini adalah

kecerdasan spiritual. Sedangkan, variabel dependen dalam penelitian ini adalah altruisme. Subjek

yang digunakan dalam penelitian ini adalah anggota Komunitas Sant’ Egidio Yogyakarta

berjumlah 50 orang yang berusia 18 tahun hingga 39 tahun, telah lulus sekolah menengah atas dan

melanjutkan sekolah ke universitas atau langsung bekerja. Alat ukur yang digunakan dalam

penelitian ini adalah skala kecerdasan spiritual dan skala altruisme yang dibuat sendiri oleh

peneliti. Skala kecerdasan spiritual disusun berdasarkan aspek-aspek kecerdasan spiritual menurut

Zohar dan Marshall (2000). Sedangkan, skala altruisme disusun berdasarkan aspek-aspek

altruisme menurut Cohen (dalam Sampson, 1976). Metode analisis data yang digunakan adalah

metode statistik berupa Pearson-Product Moment dengan menggunakan bantuan program SPSS

for Windows versi 15.0 . Hasil analisis menunjukkan bahwa hipotesis diterima, yaitu ada hubungan

yang positif antara kecerdasan spiritual dengan altruisme pada anggota Komunitas Sant’ Egidio

Yogyakarta (r = 0,324, p = 0,011; p < 0,05).

  Kata kunci: Altruisme, Kecerdasan Spiritual, dan Komunitas Sant’ Egidio

  

THE RELATIONSHIP BETWEEN SPIRITUAL INTELLIGENCE AND

ALTRUISM ON MEMBER OF SANT’ EGIDIO COMMUNITY

IN YOGYAKARTA

  

Veronica Wulandari

ABSTRACT

  This research aims to understand the relationship between spiritual intelligence and

altruism on the member of Sant’ Egidio Community in Yogyakarta. Sant’ Egidio Community was a

community that has several routine activities, such as praying together and public service (helping

the poor and neglected people voluntary). The independent variable of this research was the

spiritual intelligence. Then, the dependent variable of this research was the altruism. The subject

of this research were 50 members of Sant’ Egidio Community in Yogyakarta who attained the age

of 18 until 39 years old. They have graduate from Senior High School and continued to study at

University or continued to work. The parameters that were used in this research were Spiritual

Intelligence Scale and Altruism Scale that were made by the researcher. The Spiritual Intelligence

was arranged based on the spiritual aspects according to Zohar and Marshall (2000). Then, the

Altruism Scale was arranged based on the altruism aspects according to Cohen (in Sampson,

1976). The data analysis method was using statistic method by using Pearson-Product Moment

that was supported by SPSS for Windows version 15.0. The analysis result showed that hypothesis

was accepted. There was a positive relationship between spiritual intelligence and altruism on the

member of Sant’ Egidio Community in Yogyakarta (r = 0,324, p = 0,011; p < 0,05). Key words: Altruism, Spiritual Intelligence, and Sant’ Egidio Community

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Bunda Maria atas kasih, berkat, dan penyertaan-Nya selama proses penulisan skripsi ini.

  Penullis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak kesulitan dan kendala, tetapi semuanya dapat diatasi dengan bantuan dari berbagai pihak.

  Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini. Diantaranya, yaitu:

  1. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani, M.Si selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

  2. Ibu Titik Kristiyani, M.Psi selaku kepala program studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

  3. Bapak V. Didik Suryo Hartoko, S. Psi., M. Si selaku dosen pembimbing akademik.

  4. Ibu Sylvia Carolina M. Y. M., S.Psi., M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak nasihat, masukan, dan waktu untuk membimbing saya dalam proses penulisan skripsi ini.

  5. Bapak Yohanes Heri Widodo, M.Psi dan Ibu M.M Nimas Eki S., S.Psi., Psi., M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

  6. Dosen-dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan banyak ilmu psikologi selama saya mengikuti perkuliahan.

  7. Segenap staff Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma (Mas Gandung, Pak Gie, Mba Nanik, Mas mudji, Mas Doni) yang telah memberikan banyak bantuan kepada saya selama mengikuti perkuliahan.

  8. Mama dan Papa yang selalu setia menemani, membimbing, mendidik, menyayangi, sabar dan siap membantu kapan pun anak-anaknya dalam keadaan sulit. Kalian orang tua yang sungguh luar biasa. Walaupun mama dan papa keras, tapi dede tahu mama dan papa begitu karena sayang sama dede. Luv u, Mom and Dad.

  9. Ko Wawan yang selalu siap memberikan bantuan dalam segala hala (apalagi pulsa, hehehehee…..). Thx ya ko… Walaupun sering berantem sampai buat mama marah-marah, tetep dede sayang koko.

10. Seluruh keluarga besar Komunitas Sant’ Egidio di Roma dan di mana saja, khususnya di Yogyakarta yang telah menjadi keluarga kedua bagi saya.

  Banyak pelajaran berharga yang saya dapatkan selama saya ada bersama kalian. Persahabatan dan persaudaraan yang kalian berikan membuat saya bahagia bersama kalian. Semoga persahabatan dan persaudaraan kita tidak akan pernah sirna sampai kapan pun. Selain itu, seluruh keluarga besar Komunitas Sant’ Egidio di Roma dan di mana saja, khususnya di Yogyakarta dan Jakarta yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

  11. Mba Siska, Bapak, dan Tresia yang telah menerima saya menjadi penghuni Wisma Goretti sehingga saya memiliki rumah dan keluarga di Jogja.

  12. Teman-teman di Wisma Goretti (Mba Clare, Mba Vivin, Mba Shinta, Mba Spa, Mba Tita, Mba Pipi, Mba Tella, Funny, Bemby, Oppy) yang telah menjadi keluarga bagi saya di Jogja. Kalian yang menemani saya melewati hari-hari di Jogja. Terima kasih buat semuanya, kalian tempat saya bercerita, berbagi suka dan duka, dan bertukar pikiran.

  13. Teman-teman selama di Jogja (Cuprie dan Ochy, Novi, Mas Ronie, Bang Ucok, Mba Nesya, Tanto, Kuncoro, Mba Viany, Felie, Mba Tika, Bang Printa, Fanoy, Damar, Usi, Susan, Lia “Udin”, Ditra, Adryan, Ateng). Saya senang mengenal kalian. Banyak kenangan di Jogja bersama kalian yang tidak akan terlupakan.

  14. Teman-teman Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma angkatan 2007 pada khususnya dan semua angkatan pada umumnya yang telah memberikan banyak pengalaman dan persahabatan di dalam mengikuti perkulihan. Sukses selalu buat kalian.

  15. Om Yuni, Om Tusak, Om Aweng, Yusak, Ka Pedro, Mba Echa yang sudah menyediakan waktu untuk saya berkonsultasi mengenai skripsi saya.

  16. Teman-teman di Bekasi dan Jakarta (Kris, Thita, Alex, Mytha, Yuliana, Ririn) dan guru-guru yang pernah mendidik saya di TK-SMA yang telah memberikan dukungan dan semangat buat saya menyelesaikan study saya dari tempat yang jauh. Thx all.

  17. Seluruh Keluarga besar Ong Royom dan Wates yang telah mendukung dan memberikan bantuan selama saya study.

  18. Seluruh keluarga besar Apel 3 yang telah menjadi tetangga yang baik dan selalu siap membantu jika keluargaku mengalami kesulitan.

  19. Adek-adek di Sekolah Damai, Panti Asuhan di Jl. Beo, Panti Asuhan Sayap Ibu yang telah memberikan keceriaan buat saya. Luv u all. Kalian sudah seperti adekku sendiri. Selain itu, teman-teman atau Bapak-Ibu di tempat pelayanan lainnya yang telah menyadarkan saya bahwa kita perlu bersyukur dan menunjukkan akan indahnya persaudaraan.

  20. Teman-teman di Lembaga Bahasa USD (Echi, Tere, Wisnu, Tri, Mba Tuti, Ana, Mylda, Endry, Angga, Bu Diana), Tentor di Lembaga Bahasa USD (Ms.

  Stela dan Mr. Endru) yang sudah menjadi teman belajar Bahasa Inggris.

  21. Tante Lina, Om Yosi, dan Tian yang telah memberikan bantuan dalam bentuk apapun kepada saya selama saya tinggal di Jogja ketika saya mengalami suatu kesulitan.

  22. Tante Nana, Om Santoso, Kou Erli, Engkong dan Emak Le Jogja yang telah memberikan bantuan dalam bentuk apapun kepada saya selama tinggal di Jogja.

  23. Bapak dan Ibu Hartono, Bapak dan Ibu Yanto beserta Mas Bagus yang telah memberikan bantuan dalam bentuk apapun kepada saya selama saya kuliah di Jogja.

  24. Bunga, Nita dan semua yang pernah bersedia menjadi testee ketika saya sedang menempuh mata kuliah tes kognitif, tes inventori, dan tes proyektif.

  Trims ya buat kesediaannya di tes oleh saya yang masih amatiran. Hehee…

  25. Bude Kris, Mas Ndung, Mba Ica dan Ko Arif, Almarhum Om Topo, Tante Wiwik, Om Setiyadi, Tante Olin, Pakde dan Bude Parno, Pakde dan Bude Gito yang telah menjadikan keluargaku seperti keluarga sendiri. Terimakasih buat doa, bantuan, dan dukungan kalian buat saya dapat menyelesaikan study.

  26. Teman-teman sewaktu KKN (Ko2 Adi, Ana, Vita, Tika, Ci Venny, Katie).

  Saya senang bisa belajar hidup di masyarakat bersama kalian.

  27. Kamu, Dia, dan Anda yang telah memberikan warna dalam kehidupan saya dan pernah menemani serta mengisi hari-hari saya selama saya tinggal di Yogyakarta.

  28. Semua Pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu di sini dan yang mungkin terlewatkan yang sudah memberikan bantuan, dukungan, persaudaraan dan persahabatan sehingga saya memiliki semangat untuk menyelesaikan skripsi saya.

  Penulis menyadari akan banyaknya kekurangan dan kelemahan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, penulis menerima segala saran dan kritik yang diberikan kepada penulis dengan tangan terbuka. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi yang membacanya.

  Penulis

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ................................ ii HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI ......................................... iii HALAMAN MOTTO ..................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................................... vi ABSTRAK ....................................................................................................... vii ABSTRACT ..................................................................................................... viii PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............. ix KATA PENGANTAR ..................................................................................... x DAFTAR ISI .................................................................................................... xv DAFTAR TABEL ............................................................................................ xix DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xx DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xxi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xxii

  BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1 B. Rumusan Masalah ....................................................................... 7 C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 7 D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 8

  1. Manfaat Teoritis ..................................................................... 8

  2. Manfaat Praktis ...................................................................... 8

  BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 9 A. Altruisme .................................................................................... 9

  1. Definisi Altruisme .................................................................. 9

  2. Aspek-aspek Altruisme .......................................................... 10

  3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Altruisme ....................... 11

  B. Kecerdasan Spiritual ................................................................... 13

  1. Definisi Kecerdasan Spiritual ................................................ 13

  a. Definisi Kecerdasan ......................................................... 13

  b. Definisi Kecerdasan Spiritual ............................................ 14

  2. Aspek-aspek Kecerdasan Spiritual ......................................... 15

  3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Spiritual ...... 18 C. Komunitas Sant’ Egidio .............................................................. 19 1.

  Sejarah Komunitas Sant’ Egidio ............................................ 19 2. Komunitas Sant’ Egidio di Indonesia dan DI. Yogyakarta .... 20 3. Visi dan Misi Komunitas Sant’ Egidio .................................. 22 4. Karakteristik Anggota Komunitas Sant’ Egidio Yogyakarta ............................................................................. 23

  D. Hubungan antara Kecerdasan Spiritual dengan Altruisme pada Anggota Komunitas Sant’ Egidio Yogyakarta ................... 26 E. Hipotesis ..................................................................................... 31

  BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 32 A. Jenis Penelitian ........................................................................... 32

  B. Identifikasi Variabel Penelitian .................................................. 32

  2. Reliabilitas ............................................................................. 39

  1. Uji asumsi .............................................................................. 54

  BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 49 A. Pelaksanaan Penelitian ................................................................ 49 B. Deskripsi Subjek Penelitian ........................................................ 49 C. Deskripsi Hasil Penelitian ........................................................... 50 D. Analisis Data ............................................................................... 54

  H. Metode Analisis Data .................................................................. 47

  2. Hasil Uji Coba Skala Altruisme ............................................. 46

  1. Hasil Uji Coba Skala Kecerdasan Spiritual ........................... 41

  G. Hasil Uji Coba Alat Penelitian.................................................... 41

  3. Analisis dan Seleksi Aitem .................................................... 40

  1. Validitas ................................................................................. 38

  C. Definisi Operasional ................................................................... 32

  F. Validitas dan Reliabilitas Alat Penelitian ................................... 38

  2. Skala Altruisme ...................................................................... 37

  1. Skala Kecerdasan Spiritual .................................................... 34

  E. Metode dan Alat Penelitian ......................................................... 34

  D. Subjek Penelitian ........................................................................ 34

  2. Altruisme ................................................................................ 33

  1. Kecerdasan Spiritul ................................................................ 32

  a. Uji Normalitas ................................................................... 54

  b. Uji Linearitas ..................................................................... 55

  2. Uji Hipotesis .......................................................................... 56

  E. Pembahasan ................................................................................ 57

  BAB V. PENUTUP ....................................................................................... 63 A. Kesimpulan ................................................................................. 63 B. Saran ........................................................................................... 63 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 65 LAMPIRAN ..................................................................................................... 68

  

DAFTAR TABEL

  Tabel 1 Cetak Biru Skala Kecerdasan Spiritual ............................................. 36 Tabel 2 Cetak Biru Skala Altruisme ................................................................ 38 Tabel 3 Distribusi Skala Kecerdasan Spiritual Setelah Uji Coba .................... 42 Tabel 4 Distribusi Skala Kecerdasan Spiritual dengan Nomor Aitem Baru ... 45 Tabel 5 Distribusi Skala Altruisme Setelah Uji Coba dengan Nomor

  Aitem Baru ......................................................................................... 47 Tabel 6 Deskripsi Data Subjek Penelitian Berdasarkan Usia .......................... 50 Tabel 7 Deskripsi Data Penelitian ................................................................... 50 Tabel 8 Uji t pada Mean Empirik dan Mean Teoritik Variabel

  Kecerdasan Spiritual .......................................................................... 52 Table 9 Uji t pada Mean Empirik dan Mean Teoritik Variabel Altruisme ..... 53 Tabel 10 Uji Normalitas .................................................................................... 54 Tabel 11 Uji Linearitas ...................................................................................... 55 Tabel 12 Uji Hipotesis ....................................................................................... 57

  

DAFTAR GAMBAR

  Gambar 1 Uji Linearitas ................................................................................... 56

  

DAFTAR BAGAN

  Bagan 1 Hubungan antara Kecerdasan Spiritual dengan Altruisme Pada Anggota Komunitas Sant’ Egidio Yogyakarta ......................... 30

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 Skala Penelitian Sebelum Uji Coba ............................................... 68 Lampiran 2 Uji Validitas dan Reliabilitas ......................................................... 83 Lampiran 3 Skala Penelitian .............................................................................. 92 Lampiran 4 Deskripsi Data Penelitian ............................................................... 104 Lampiran 5 Uji Asumsi ..................................................................................... 105 Lampiran 6 Uji Hipotesis .................................................................................. 107 Lampiran 7 Uji t ................................................................................................ 108

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Di era globalisasi ini, masyarakat kota yang memiliki kehidupan yang

  layak semakin kurang peduli dengan keadaan di luar dirinya, khususnya pada pengemis, gelandangan, serta anak jalanan. Selain itu, mereka terkadang bertindak semena-mena terhadap pengemis, gelandangan, serta anak jalanan, seperti memukul, merampas, memusuhi, dan sebagainya. Tindakan semena- mena tersebut tidak hanya dilakukan oleh masyarakat biasa, tetapi juga dilakukan oleh aparat. Sebagai contoh, anak jalanan di perempatan Jombor, Sleman, Yogyakarta telah dipukuli, dirampas barang yang dimilikinya dan diminta untuk menebus jika ingin barangnya kembali oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Shobirin, 2009). Hal ini seharusnya tidak dilakukan karena pengemis, gelandangan dan anak jalanan juga manusia yang memiliki hak dan martabat yang sama di hadapan Tuhan. Hanya saja, pengemis, gelandangan, dan anak jalanan memiliki kemampuan yang kurang sehingga tidak dapat menghadapi tuntutan persaingan yang terjadi di tengah dunia yang semakin berkembang ini. Dengan demikian, pengemis, gelandangan, dan anak jalanan seharusnya diberikan pertolongan.

  Fenomena ini semakin menunjukkan bahwa kepedulian masyarakat kota semakin menurun. Semakin jarang terlihat masyarakat kota yang menyediakan materi, waktu dan tenaga untuk membantu pengemis, gelandangan, dan anak jalanan. Hal ini mungkin disebabkan karena masyarakat kota mempunyai kesibukan yang besar guna memajukan kehidupan mereka sendiri sehingga mempengaruhi perilaku menolong mereka terhadap pengemis, gelandangan, dan anak jalanan. Hal ini sama seperti pendapat yang dikatakan oleh Milgram (dalam Rizal, 1997) bahwa stimulus yang terlalu banyak dan cepat di perkotaan menyebabkan penduduknya melakukan mekanisme adaptasi. Oleh karena itu, masyarakat kota melakukan penyeleksian dan membuat prioritas dalam hidupnya sehingga mereka kurang peduli terhadap hal-hal yang tidak berhubungan dengan dirinya.

  Di tengah kehidupan yang seperti ini, ada sebuah komunitas yang berusaha untuk menumbuhkan kembali kepedulian masyarakat terhadap sesama yang membutuhkan

  , yakni Komunitas Sant’ Egidio. Komunitas Sant’ Egidio merupakan komunitas yang berusaha menghidupi Injil bersama orang lemah, membangun persahabatan dan persaudaraan tanpa membedakan suku, agama, ras, dan golongan. Spiritualitas yang dimiliki oleh komunitas berupa mendengarkan Allah melalui doa, mengkomunikasikan Injil, solidaritas terhadap sesama, ekumenisme dan dialog damai dengan berpedoman pada doa sebagai nafas hidup komunitas dan kitab suci sebagai dasar dari semua karya komunitas.

  Komunitas menyediakan sarana dan memberikan kesempatan kepada siapa saja yang ingin belajar untuk menyediakan waktu dan tenaga guna menolong sesama yang membutuhkan dengan sukarela. Hal ini terlihat dari aktivitas-aktivitas yang telah tersusun secara terstruktur dan dilakukan secara rutin setiap minggunya oleh komunitas. Komunitas mengajak anggota yang terlibat didalamnya untuk melakukan doa bersama secara rutin yang dilakukan empat kali seminggu, dan sharing bersama. Selain itu, komunitas mengajak anggotanya untuk melakukan pelayanan kepada orang miskin dan terlantar.

  Pelayanan yang dilakukan berupa membantu dan mendampingi anak-anak di panti asuhan dan desa kecil dalam belajar, serta mengunjungi orang-orang kusta dan orang-orang jompo. Kegiatan pelayanan ini sebagai bentuk tindakan nyata untuk mewujudkan visi dan misi komunitas, yaitu menolong orang miskin dan terlantar secara sukarela. Visi dan misi komunitas sejalan dengan teori altruisme. Altruisme merupakan tindakan sukarela yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk menolong orang lain tanpa mengharapkan imbalan apapun (Taylor, Peplau & Sears, 2009).

  Komunitas berpusat di Roma, Italia dan tersebar di berbagai daerah di Indonesia, khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta. Komunitas di kota Yogyakarta beranggotakan pemuda-pemudi yang berasal dari berbagai daerah yang sedang menuntut ilmu. Di dalam komunitas tidak memiliki aturan yang mengikat dan memaksa anggota-anggotanya untuk melakukan doa, sharing, dan pelayanan. Komunitas hanya mengajak dan memberikan spirit kepada anggota-anggotanya untuk melakukan kegiatan-kegiatan komunitas, khususnya kegiatan pelayanan guna mewujudkan visi dan misi komunitas. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa perilaku altruis yang dilakukan oleh anggota- anggota komunitas merupakan tindakan yang murni dari dalam diri anggota.

  Sejauh yang peneliti ketahui, tidak semua anggota komunitas memiliki intensitas yang sama untuk melakukan perilaku altruis. Ada beberapa anggota yang memiliki intensitas yang tinggi untuk melakukan perilaku altruis. Hal ini terlihat dari kesediaan untuk selalu hadir dalam kegiatan pelayanan dan mengutamakan kegiatan pelayanan dibandingkan kegiatan yang terkait dengan bersenang-senang bersama teman-teman, serta selalu menunjukkan ekspresi wajah yang ceria ketika berada di tempat pelayanan. Namun, ada beberapa anggota yang memiliki intensitas yang rendah untuk melayani orang miskin dan terlantar dengan ketulusan hati. Anggota-anggota tersebut tidak dapat selalu hadir dalam kegiatan pelayanan, terkadang lebih mengutamakan kegiatan yang berhubungan dengan bersenang-senang bersama teman-teman dibandingkan dengan kegiatan pelayanan, serta terkadang membawa masalah pribadi yang sedang dihadapinya ketika melakukan pelayanan sehingga tidak dapat bersabar dan tidak dapat menunjukkan ekspresi yang ceria ketika melakukan pelayanan. Hal tersebut yang dapat menghambat terwujudnya visi dan misi komunitas Sant’ Egidio.

  Permasalahan yang terjadi di dalam komunitas ini sudah diteliti oleh peneliti lain sebelumnya. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara intensi prososial dengan komitmen organisasi pada anggota Komunitas Sant’ Egidio Yogyakarta (Wigunawati, 2008).

  Perilaku prososial dan altruisme memiliki bentuk yang sama, hanya saja perilaku prososial mencakup setiap tindakan yang membantu atau dirancang untuk membantu orang lain, terlepas dari motif si penolong (Taylor, Peplau &

  Sears, 2009). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan konsep altruisme karena melihat kegiatan pelayanan yang dilakukan komunitas ini merupakan kegiatan untuk menolong orang miskin dan terlantar secara sukarela. Penelitian ini juga ingin meneliti faktor lain yang juga mempengaruhi altruisme pada anggota komunitas.

  Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya, salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku altruis seseorang, seperti seorang mahasiswa adalah kecerdasan spiritual (Rain dan Budiharto, 2009). Kecerdasan spiritual didefinisikan sebagai kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain (Zohar dan Marshall, 2000). Seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi mampu menyesuaikan diri dengan keadaan sekitar. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara kecerdasan spiritual dengan penyesuaian diri pada narapidana di Penjara Nigeria (Animasahun, 2010). Di samping itu, seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi memiliki prinsip yang kuat untuk bertindak produktif, motivasi untuk berusaha mencakup segala sesuatu demi kepentingan umum, kemampuan untuk memaknai atau menemukan makna yang dalam dari setiap sisi kehidupan, dan kemampuan untuk menghadapi kesulitan dan menganggap kesulitan itu sebagai pembelajaran bagi dirinya. Selain itu, seseorang yang memiliki kecerdasan spiritualitas merupakan orang yang mandiri, proaktif, dan memiliki prinsip yang benar yang digerakkan oleh nilai (Utama, 2010).

  Dengan demikian, anggota komunitas dengan tingkat kecerdasan spiritual yang tinggi akan mampu memaknai dan menilai setiap tindakan, yakni tindakan mana yang bermakna baik dan buruk. Selain itu, anggota komunitas dengan tingkat kecerdasan spiritual yang tinggi akan mampu menyesuaikan diri dengan dinamika di dalam komunitas. Oleh karena itu, ada kemungkinan mereka memperoleh dorongan yang besar dari dalam diri untuk melakukan visi dan misi

  Komunitas Sant’ Egidio berupa altruisme yang memiliki makna kebaikan dengan intesitas yang tinggi.

  Di lain sisi, ada penelitian lain mengenai hubungan kecerdasan spiritualitas dengan perilaku caring perawat di RS. DR. M. Djamil Padang.

  Hasilnya menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan spiritualitas dengan perilaku caring perawat di RS. DR. M. Djamil Padang (Malini, Sartika & Idianola, 2009). Perilaku caring itu sendiri secara umum memiliki bentuk yang hampir sama dengan perilaku altruis, yakni berupa kesiapan membantu, kasih sayang, mengasuh, melindungi, mengurangi stres, memberi pertolongan, lemah lembut, menyentuh dan saling percaya. Hal ini berarti dapat dikatakan bahwa penelitian sebelumnya juga menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara kecerdasan spiritual dengan altruisme. Dengan demikian, ada perbedaan hasil pada penelitian-penelitian sebelumnya sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang terkait langsung dengan altruisme dan kecerdasan spiritual.

  Melihat hal-hal tersebut, peneliti menjadi ingin melihat perilaku altruis dan kecerdasan spiritual dari tiap-tiap orang yang ikut bergabung menjadi anggota K omunitas Sant’ Egidio. Selain itu, peneliti juga ingin melihat apakah intesitas perilaku altruis yang dilakukan oleh anggota komunitas ini merupakan cerminan dari tingkat kecerdasan spiritual yang dimilikinya.

  Oleh karena itu, peneliti menjadi ingin mencoba menguji apakah ada hubungan antara kecerdasan spiritual dengan altruisme pada anggota K omunitas Sant’ Egidio, khusunya di Yogyakarta. Penelitian ini mengacu pada penelitian-penelitian sebelumnya, tetapi penelitian ini terkait langsung dengan altruisme yang dilakukan oleh anggota

  Komunitas Sant’ Egidio yang berpedoman pada doa dan Kitab Suci, dalam hal ini Injil.

  B. RUMUSAN MASALAH

  Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, peneliti merumuskan permasalahan dari penelitian ini yaitu apakah ada hubungan antara kecerdasan spiritual dengan altruisme pada anggota komunitas Sant’ Egidio Yogyakarta?

  C. TUJUAN PENELITIAN

  Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan spiritual dengan altruisme pada anggota K omunitas Sant’ Egidio Yogyakarta.

D. MANFAAT PENELITIAN

  1. Manfaat Teoritis

  Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat memberikan wacana baru dalam ilmu psikologi terkait dengan kecerdasan spiritual dan altruisme dalam sebuah komunitas.

  2. Manfaat Praktis

  Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat menunjukkan apakah pelayanan yang dilakukan oleh anggota K omunitas Sant’ Egidio dipengaruhi oleh kecerdasan spiritual yang dimilikinya dan dapat digunakan oleh komunitas untuk mengetahui kondisi kecerdasan spiritual dan altruisme anggotanya. Di samping itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan evaluasi diri dan kelompok, yakni seberapa besar kecerdasan spiritual yang dimiliki telah digunakan secara efektif untuk melayani orang miskin dan terlantar.

  Hal ini guna menyadarkan diri dan kelompok untuk meningkatkan dan menggunakan kecerdasan spiritual yang dimiliki untuk melayani orang miskin dan terlantar. Selain itu, komunitas dapat merancang sistem yang mampu mendorong terwujudnya kecerdasan spiritual pada anggotanya dan memberikan spirit kepada anggota untuk menjalankan visi dan misi komunitas, berupa altruisme.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ALTRUISME 1. Definisi Altruisme Istilah altruisme dapat didefinisikan sebagai hasrat untuk menolong

  orang lain tanpa memikirkan kepentingan sendiri (Myers, 1996). Altruisme juga merupakan suatu minat yang tidak mementingkan diri sendiri dalam menolong orang lain (Santrock, 2002).

  Istilah altruisme ini sebenarnya hampir mirip dengan tingkah laku prososial dan perilaku menolong. Akan tetapi, altruisme yang sejati adalah kepedulian yang tidak mementingkan diri sendiri melainkan untuk kebaikan orang lain (Baron & Byrne, 2005). Di samping itu, altruisme adalah tindakan sukarela yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk menolong orang lain tanpa mengharapkan imbalan apapun (Taylor, Peplau & Sears, 2009). Cohen (dalam Sampson, 1976) menyatakan bahwa altruisme merupakan memberikan pertolongan pada orang lain atas dasar empati tanpa mengharapkan timbal balik.

  Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa altruisme adalah kepedulian yang diwujudkan dengan memberikan pertolongan pada orang lain tanpa mementingkan kepentingan pribadi dan mengharapkan imbalan.

2. Aspek-aspek Altruisme

  Individu yang bersikap altruis memiliki beberapa komponen kepribadian (Baron & Byrne, 2005). Diantaranya, yaitu sebagai berikut: a. Empati

  Individu yang senang menolong orang lain memiliki empati yang tinggi dibandingkan individu yang tidak senang menolong orang lain.

  b. Mempercayai dunia yang adil Individu yang bersikap altruis mempersepsikan dunia sebagai tempat yang adil dan menyakini bahwa dengan menolong orang lain akan mendapat keuntungan.

  c. Tanggung jawab sosial Individu yang bersikap altruis meyakini bahwa setiap individu bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik guna menolong orang yang membutuhkan.

  d. Locus of control internal Individu yang bersikap altruis memiliki locus of control internal yang tinggi dan meyakini bahwa setiap individu berhak menentukan cara bertingkah lakunya sendiri dengan berusaha untuk memaksimalkan hasil akhir yang baik dan meminimalkan yang buruk.

  e. Egosentrisme rendah Individu yang bersikap altruis tidak bermaksud untuk menjadi pribadi yang egosentris, self-absorbed, dan kompetitif. Oleh karena itu, individu tersebut rela mengorbankan kepentingan pribadinya demi kepentingan orang lain.

  Di samping itu, Cohen (dalam Sampson, 1976) menyatakan bahwa ada tiga hal yang terkandung di dalam altruisme, yaitu: a. Empati

  Seseorang yang berperilaku altruis mampu merasakan dan memahami perasaan dan kebutuhan orang lain, dan menumbuhkembangkan hubungan saling percaya.

  b. Sukarela Seseorang yang bersikap altruis tidak mengharapkan imbalan apapun. Pertolongan ditujukan untuk kepentingan orang yang ditolong.

  c. Perilaku memberi Seseorang yang bersikap altruis memiliki perilaku untuk memenuhi kebutuhan orang yang ditolong sehingga memberikan keuntungan bagi orang yang ditolong.

  Berdasarkan teori yang telah dipaparkan di atas, aspek-aspek dari altruisme memiliki bentuk yang hampir sama. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa altruisme memiliki aspek-aspek, yaitu empati, sukarela, dan perilaku memberi.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Altruisme

  Perilaku altruis pada dasarnya merupakan perilaku menolong. Akan tetapi, perilaku altruis merupakan perilaku menolong yang dilakukan secara sukarela. Dengan demikian, beberapa faktor, baik dari luar maupun dari dalam diri individu yang mempengaruhi altruisme berdasarkan teori dari Baron & Byrne (dalam Kristiani, 2002) antara lain:

  a. Faktor internal 1) Kepribadian altruistik merupakan gabungan watak yang mendorong individu untuk berperilaku altruis, seperti empati, mempercayai dunia yang adil, tanggung jawab sosial, locus of control internal, dan egosentrisme rendah.

  2) Keadaan emosi, baik emosi positif maupun emosi negatif. Jika ada keprihatinan sosial dan kebutuhan akan pertolongan jelas, emosi positif akan mendorong individu untuk berperilaku altruis. Sebaliknya, emosi positif tidak dapat mendorong individu untuk berperilaku altruis jika kebutuhan akan pertolongan membingungkan.

  Di samping itu, emosi negatif juga dapat mendorong individu untuk berperilaku altruis jika ada perasaan empatik pada individu lain yang memerlukan bantuan, jika individu merasa bertanggungjawab atas keadaan emosinya sendiri dan jika kebutuhan akan pertolongan jelas.

  Sebaliknya, emosi negatif tidak dapat mendorong individu untuk berperilaku altruis jika individu sibuk dengan keadaan dirinya sendiri dan tidak merasa bertanggung jawab atas keadaan emosinya. 3) Penilaian kognitif dan pengambilan keputusan yang terdiri dari empat tahap, yaitu hadir pada situasi darurat, mengetahui bahwa situasi yang darurat sedang terjadi, merasa bertanggungjawab untuk memberikan pertolongan dan mengetahui apa yang harus dilakukan. b. Faktor eksternal 1) Kehadiran orang lain dapat mempengaruhi individu untuk berperilaku altruis. Semakin banyak orang lain, maka semakin kecil kecenderungan individu untuk berperilaku altruis. Sebaliknya, orang yang sendirian akan cenderung lebih terdorong berperilaku altruis.

  2) Karateristik korban yang memiliki persamaan dengan penolong dan tanggung jawab korban atas dirinya sendiri akan mempengaruhi individu untuk berperilaku altruis.

  Berdasarkan teori yang telah dipaparkan di atas, faktor-faktor yang mempengaruhi individu untuk berperilaku altruis terdiri dari faktor internal (kepribadian altruistik, keadaan emosional, penilaian kognitif dan pengambilan keputusan) dan faktor eksternal (kehadiran orang lain, karakteristik korban dan tanggung jawab korban atas dirinya sendiri).

B. KECERDASAN SPIRITUAL 1. Definisi Kecerdasan Spiritual

a. Definisi Kecerdasan

  Piaget menyatakan bahwa kecerdasan merupakan suatu tindakan yang menyebabkan terjadinya penghitungan kondisi-kondisi yang secara optimal bagi organisme dapat hidup berhubungan dengan lingkungan secara efektif (hagenhan dan Oslon dalam Uno, 2010). Kecerdasan didefiniskan juga sebagai kemampuan beradaptasi dan belajar dari pengalaman hidup sehari-hari (Santrock, 2002).

  Di sisi lain, kecerdasan didefinisikan sebagai kemampuan memahami dunia, berpikir secara rasional, dan menggunakan sumber- sumber secara efektif pada saat dihadapkan dengan tantangan (Feldam dalam Uno, 2010). Kecerdasan juga didefinisikan sebagai totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berpikir secara rasional, serta menghadapi lingkungan dengan efektif (Wechsler dalam Uno, 2010). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996), kecerdasan didefinisikan sebagai daya reaksi atau penyesuaian diri yang baik terhadap pengalaman-pengalaman baru, serta sebagai pengetahuan yang dimiliki dan dapat digunakan ketika dihadapkan pada fakta-fakta atau kondisi-kondisi baru.

  Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan kecerdasan merupakan daya atau kemampuan seseorang untuk berpikir secara rasional dengan menggunakan pengetahuan yang dimiliki dan belajar dari pengalaman hidup sehingga dapat bertindak dengan tujuan tertentu dan menghadapi lingkungan secara efektif.

b. Definisi Kecerdasan Spiritual

  Kecerdasan spiritual didefinisikan sebagai kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain (Zohar dan Marshall, 2000).

  Di sisi lain, kecerdasan spiritual adalah pemikiran yang terilhami oleh dorongan dan efektivitas, keberadaan atau hidup ilahi yang mempersatukan manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan (Sinetar dalam Safaria, 2007). Kecerdasan spiritual juga didefinisikan sebagai sebuah perspektif yang mengarahkan cara berpikir manusia menuju kepada hakekat terdalam kehidupan manusia (Levin dalam Safaria, 2007).

  Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk berpikir dan memahami nilai dari setiap tindakan atau jalan hidupnya yang dapat mendorong individu untuk secara terus-menerus mengaktualisasikan diri secara optimal dan utuh menuju kepada hakekat yang terdalam dari kehidupan manusia sehingga tindakan atau jalan hidupnya menjadi lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.

2. Aspek-aspek Kecerdasan Spiritual

  Individu yang memiliki kecerdasan spiritual yang berkembang dengan baik terlihat dari beberapa tanda-tanda (Zohar dan Marshall, 2000).

  Tanda-tanda tersebut, yaitu sebagai berikut: a. Kemampuan bersikap fleksibel.

  Individu yang memiliki kecerdasan spiritual yang berkembang dengan baik mampu menyesuaikan diri secara spontan dan aktif dalam bergaul. b. Kesadaran diri yang tinggi.

  Individu yang memiliki kecerdasan spiritual yang berkembang dengan baik memiliki kesadaran akan adanya Tuhan dan kesadaran akan keadaan dirinya sendiri.

  c. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan Individu yang memiliki kecerdasan spiritual yang berkembang dengan baik berpandangan bahwa penderitaan yang dialami sebagai cobaan dan ujian dari Tuhan, memiliki kesabaran dan rela dalam menghadapi penderitaan yang sedang dialami, serta mengambil hikmah.

  d. Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit Individu yang memiliki kecerdasan spiritual yang berkembang dengan baik memiliki ketabahan ketika menghadapi dan melampui rasa sakit tersebut.

  e. Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai.

  Individu yang memiliki kecerdasan spiritual yang berkembang dengan baik memiliki kerangka berpikir bahwa hari ini lebih baik dari hari kemarin dan memiliki tujuan hidup.

  f. Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu.