HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DENGAN INTENSI PROSOSIAL ANGGOTA KOMUNITAS SANT’EGIDIO YOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DENGAN

  INTENSI PROSOSIAL ANGGOTA KOMUNITAS SANT’EGIDIO YOGYAKARTA

  Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Sarjana Psikologi

  Oleh :

  EUSTALIA WIGUNAWATI 029114108

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DENGAN

  

INTENSI PROSOSIAL ANGGOTA KOMUNITAS

SANT’EGIDIO YOGYAKARTA

  Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Sarjana Psikologi

  

Oleh :

  EUSTALIA WIGUNAWATI 029114108

  

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

  MOTTO PERSEMBAHAN

  ♥ !!!! " " " " !!!!

  # # # # $ $ $ $ ♥ # # # #

  # # # # ♥ $ $ $ $ % % % % & & & & # # # # ♥ '( '( '( '( ♥ )))) ♥

  

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DENGAN INTENSI

PROSOSIAL KOMUNITAS SANT’EGIDIO YOGYAKARTA

  Eustalia Wigunawati 029114108

  Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

  Yogyakarta Ada berbagai alasan yang mendorong seseorang memiliki intensi prososial. Salah satunya adalah adanya komitmen seseorang dalam organisasi, dimana organisasi tersebut memiliki visi dan misi melakukan perilaku prososial. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara komitmen organisasi dengan intensi prososial Komunitas Sant’Egidio Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional.

  Subjek dalam penelitian ini adalah anggota Komunitas Sant’Egidio yang berada di Yogyakarta. Jumlah subjek dalam penelitian ini ada 50 orang, terdiri dari 25 pria dan 25 wanita. Data diperoleh dengan menggunakan skala komitmen organisasi dan skala intensi prososial. Daya diskriminasi dalam penelitian ini menggunakan batas nilai ≥ 0,3. Pada skala komitmen organisasi diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,953 dan pada skala intensi prososial diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,963.

  Penelitian ini menggunakan metode Product Moment Pearson untuk mengetahui hubungan antara komitmen organisasi dengan intensi prososial. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya korelasi positif antara komitmen organisasi dan intensi prososial dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,713 dengan taraf signifikansi 0,01. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara komitmen organisasi dengan intensi prososial anggota Komuntias Sant’Egidio, dimana semakin tinggi komitmen dalam organisasi maka semakin tinggi intensi prososialnya. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah komitmen dalam organisasi maka semakin rendah pula komitmen organisasinya.

  

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN ORGANIZATION COMMITMENT

AND PROSOCIAL INTENSION IN SANT’EGIDIO COMMUNITY

YOGYAKARTA

  Eustalia Wigunawati 029114108

  Psychology Faculty Sanata Dharma University

  Yogyakarta There are some reasons that support someone to have prosocial intention.

  One of them is someone’s commitment in organization where that organization has vision and mission to carry out prosocial attitude. The purpose of this research was to see the relationship between organization commitment and prosocial intention in Sant’Egidio Community Yogyakarta. This research was included as corelational.

  The subject on this research was members of Sant’Egidio in Yogyakarta. The amount of subjects on this research was 50 people that consist of 25 men and 25 women. The data was gathered with using organization commitment scale and prosocial intention scale. Discriminative capacity on this research used percentage boundary

  0.3. On organization commitment scale was found total reliability

  ≥

  coefficient was 0.953 and on prosocial intention scale total reliability coefficient was 0.963.

  This research used Product Moment Pearson method to know the relationship between organization commitment and prosocial intention. The result of this research showed that there were positive corelative between organization commitment and prosocial intention with total corelation coefficient (r) was 0.713 and signification degree was 0.01. These showed that there was positive relationship between organization commitment and prosocial intention in Sant’Egidio Community in which higher organization commitment higher prosocial intention, the reverse side, lower organization commitment lower prosocial intention.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala penyertaanNya kepada penulis sejak awal penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini. Berkat penyelenggaraan Ilahi, rahmat tercurah dalam budi, pikiran dan hati penulis sehingga dapat melalui berbagai macam rintangan yang dihadapi dalam mengerjakan skripsi ini.

  Dalam proses penyusunan skripsi ini juga mendapat bantuan, bimbingan, dukungan, semangat dan pengarahan dari berbagai pihak yang sangat berharga bagi penulis. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

  1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  2. Ibu Sylvia Carolina MYM., S.Psi., Msi., selaku Kaprodi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  3. Bapak Agung Santoso, S. Psi., selaku dosen pembimbing akademik tahun 2002-2006. Terima kasih telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam studi serta pemberian semangat kepada penulis untuk selalu sehat.

  4. Ibu M.M Nimas Eki S., S.Psi., M.Si., selaku dosen pembimbing akademik.

  Terima kasih atas pengarahan, perhatian serta bimbingan selama penulis menjadi mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Maaf jika Echa menjadi anak bimbingan yang cukup merepotkan dan membuat mbak Nimas jadi pusing. Congratulation for your sweet baby. God always bless you n your family.

  5. Ibu Agnes Indar Etikawati, S.Psi., Psi., M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi. Terima kasih atas bimbingan dan pengarahannya selama penulis mengerjakan skripsi sampai selesai.

  6. Segenap dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membagikan ilmunya selama penulis mengikuti kuliah serta staff non akademik : Mb’Nanik, M’Gandung, Pak Gi’, M’Muji, M’Doni.... terima kasih atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis.

  7. Bunda tercinta Rosalia Brantiningsih, terima kasih atas semua doa, cinta kasih tak terhingga, dukungan, keringat dan air mata yang hampir kering serta beratus-ratus rupiah yang bunda beri untukku. Mb’Etha sayang banget sama bunda. Bapak yang telah berpendar entah kemana. Terima kasih karena engkau, aku ada.

  8. M’Alex, Mb’Ayu, keponakanku Litanis Baptisa terima kasih karena kalian aku belajar menjadi kuat. Keluarga besar Mbah Kakung (alm) ‘n Putri Jiwo Pawiro, keluarga Pak Dhe Gito, Pak Dhe Mardi, Lek Iran, Lek Supri, sepupu2 ‘n keponakan2...terima kasih atas keluarga yang luar biasa indah.

  9. Keluarga besar kompleks guru Karacak-Bogor : Bu Sri Subekti, Bu Muji & dek Agung, Bu Sri Suprihatin, Mama Emah, Mama A’am, Bpk & Ibu RT ‘n semua yang ku kenal & mengenal aku selama aku tinggal di Bogor.

  Terima kasih atas kehangatan, kasih dan persaudaraan yang telah bakar), Dra. Sahabat2ku di Jogja : Putri PY, Tyas, Endah, Siska (Chiko), M’Bagus, M’Linggar, Robie (Super Power), Sujad (Pigro). Terima kasih menjadi bagian yang berarti dalam hidupku. Bung Tedy & M’Juv Suji, makasih mau jadi kakak terbaikku.

  10. Erlip Vitarsa (Jakarta-Rome, Italy) Sapevo che ti amavo quando io volevo

  che tu sia stato felice, anche se non ero una parte della tua felicit . Ti amo Erlip. My X men and all of families... thanx!!!

  11. Temen2 Komunitas Sant’Egidio Yogyakarta : Terima kasih atas persaudaraan, kasih, perhatian dan dukungan yang luar biasa indah.

  Temen2 KSE Yogya yang telah kembali ke daerah asal, KASIH bukanlah ttg berapa lama kita bersama, tapi slama kita bersama hal berarti apa yang sudah kita lakukan. Grande spirito di aiutare i poveri e marginati. Dio Ti

  Benedica. Padre CB Mulyatno, Pr grazie di essere un padre per me, e grazie per l’attenzione, il supporto e per il corso dell’italiano.

  12. KSE Rome, Italy especially Andrea Riccardi (pendiri Komunitas Sant’Egidio), Valeria Martano (penanggung jawab komunitas di Asia).

  KSE Indonesia : Jakarta, Aceh, Medan, Nias, Padang, Pekan Baru, Duri, Bogor, Semarang, Pontianak, Bali, Atambua, Kupang.

  13. Mia casa bela a Jogja....rumah eyang, kos bu Mamik (gam-kid), kos Jenengan (Maguwo), kos Luna (Krodan), Wisma Goreti, Kos Om Radjijo, Rumah Ijo & rumah Komunitas Sant’Egidio Yogyakarta...thx udah melindungi aku dari panasnya matahari, hujan ‘n dinginnya malam. Anita, ruangan di kamar kita. Ochi, Sisca, Putri, Endras, thx ya dek buat keluarga yang indah (aks says bangs sams kals) n’ jadi adik2ku di Rumah Ijo.

  14. Temen2 satu bimbingan skripsi, Ronald thx ya udah sabar bantu aku, setia nemeni ke perpus & selalu kasih aku semangat. Semua teman2 Psikologi angkatan 2002, angkatan atas & bawah.

  15. Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta & semua RS yg pernah ku datangi, para dokter dan semua perawatnya. Terima kasih atas perawatan dengan penuh kasih dan kesabaran setiap kali penulis harus berbaring tak berdaya. Tanpa kalian penulis tak akan sesehat ini.

16. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu di sini. Terima kasih untuk segala hal yang mendorong penulis menyelesaikan skripsi ini.

  Grazie mille!!!

  Peneliti menyadari skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segenap kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran yang membangun untuk menunjang kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga penelitian ini bermanfaat bagi banyak pihak yang ingin merefleksikan diri untuk menolong sesama.

  Penulis

  

DAFTAR ISI

  Halaman Judul.......................................................................................................... i Halaman Pengesahan Dosen Pembimbing Skripsi ................................................ ii Halaman Pengesahan Penguji Skripsi ................................................................... iii Halamam Motto..................................................................................................... iv Halaman Persembahan............................................................................................ v Pernyataan Keaslian Karya.................................................................................... vi Abstrak.................................................................................................................. vii Abstract................................................................................................................ viii Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah Untuk Kepentingan Akademis...........................................................................................ix Kata Pengantar........................................................................................................ x Daftar Isi.............................................................................................................. xiv Daftar Lampiran.................................................................................................. xvii Daftar Gambar................................................................................................... xviii Daftar Tabel......................................................................................................... xix

  BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1 A. LATAR BELAKANG MASALAH...................................................... 1 B. RUMUSAN MASALAH...................................................................... 8 C. TUJUAN PENELITIAN....................................................................... 8

  BAB II LANDASAN TEORI.............................................................................. 10 A. INTENSI PROSOSIAL...................................................................... 10

  1. Pengertian Intensi.......................................................................... 10

  2. Pengertian Intensi Prososial.......................................................... 13

  3. Aspek-aspek Intensi Prososial....................................................... 14 4.

  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intensi Prososial.................... 16

  B. KOMITMEN ORGANISASI.............................................................. 19 1.

  Pengertian Komitmen Organisasi................................................. 19 2. Aspek-Aspek Komitmen Organisasi............................................. 22 3. Tahapan Terbentuknya Komitmen Organisasi.............................. 24 C.

HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DAN

  INTENSI PROSOSIAL...................................................................... 24 D.

  HIPOTESIS......................................................................................... 29

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 31 A. JENIS PENELITIAN.......................................................................... 31 B. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN..................................... 31 C. DEFINISI OPERASIONAL............................................................... 31 D. SUBJEK PENELITIAN...................................................................... 33 E. METODE PENGUMPULAN DATA................................................. 33

  PENELITIAN..................................................................................... 37

  G. HASIL UJI COBA ALAT UKUR...................................................... 40

  H. METODE ANALISIS DATA............................................................. 44

  BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................................................................................... 45 A. PELAKSANAAN PENELITIAN....................................................... 45 B. ORIENTASI KANCAH PENELTIAN............................................... 45 C. HASIL PENELITIAN......................................................................... 49 D. PEMBAHASAN................................................................................. 56 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................ 60 A. KESIMPULAN................................................................................... 60 B. SARAN............................................................................................... 60 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 62 LAMPIRAN.......................................................................................................... 65

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 SKALA UJI COBA (TRY OUT) DAN PENELITIAN................ 65 Lampiran 2 DATA UJI COBA SKALA.......................................................... 66 Lampiran 3 RELIABILITAS SKALA............................................................. 67 Lampiran 4 DATA PENELITIAN................................................................... 68 Lampiran 5 UJI NORMALITAS...................................................................... 69 Lampiran 6 UJI LINEARITAS........................................................................ 70 Lampiran 7 UJI HIPOTESIS............................................................................ 71

  

DAFTAR GAMBAR

  Gambar 1 Kerangka Konsetual untuk Meramalkan Suatu Intensi atau Perilaku Tertentu Menurut Fishbein & Ajzen (1975)....................................... 11

  Gambar 2 Skema Hubungan Komitmen Organisasi dan Intensi Prososial.................................................................................. 30

  

DAFTAR TABEL

  Tabel 1 Prosentase Distribusi Penyebaran Item Komitmen Organisasi Sebelum Uji Coba............................................................................... 35

  Tabel 2 Prosentase Distribusi Penyebaran Item Intensi Prososial Sebelum Uji Coba............................................................................... 36

  Tabel 3 Prosentase Distribusi Butir-butir Pernyataan Skala Komitmen Organisasi Setelah Uji Coba............................................. 42

  Tabel 4 Prosentase Distribusi Butir-butir Pernyataan Skala Intensi Prososial Setelah Uji Coba...................................................... 43

  Tabel 5 Deskripsi Statistik Data Penelitian...................................................... 50 Tabel 6 Perbandingan Data Teoritik dan Data Empirik................................... 50 Tabel 7 Norma Kategorisasi Komitmen Organisasi dan

  Intensi Prososial.................................................................................. 51 Tabel 8 Norma Kategorisasi Komitmen Organisasi........................................ 52 Tabel 9 Norma Kategorisasi Intensi Prososial................................................. 53 Tabel 10 Hasil Uji Normalitas........................................................................... 54 Tabel 11 Hasil Uji Linearitas............................................................................. 55 Tabel 12 Hasil Uji Hipotesis.............................................................................. 56

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada hakekatnya manusia sebagai makhluk sosial menyadari

  pentingnya peran orang lain dalam kehidupannya untuk saling memenuhi kebutuhannya. Sebagai makhluk hidup manusia memiliki begitu banyak kebutuhan yang harus dipenuhi. Kebutuhan-kebutuhan manusia tersebut dapat membuat seseorang termotivasi melakukan sesuatu dan motivasi yang ada pada setiap orang tidaklah sama, berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Menurut Wikipedia, motivasi adalah faktor yang mendorong orang untuk bertindak dengan cara tertentu. Dengan kata lain motivasi pada dasarnya adalah kondisi mental yang mendorong dilakukannya suatu tindakan (action

  atau activities) dan memberikan kekuatan (energy) yang mengarah kepada

  pencapaian kebutuhan, memberi kepuasan ataupun mengurangi ketidak seimbangan (Ensiklopedia, 2007).

  Dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan, memberi kepuasan atau mengurangi ketidakseimbangan, manusia sejak dilahirkan sampai meninggal selalu membutuhkan kehadiran orang lain dan cenderung berinteraksi dengan orang lain. Dalam sikap sosial individu akan menjalin interaksi dengan orang lain, terutama dengan kelompoknya. Individu memiliki kebutuhan untuk memunculkan perilaku saling tolong menolong, dimana perilaku menolong yang dilakukan disebabkan oleh berbagai motif yang mendasari. Perilaku menolong oleh individu tanpa mengharapkan imbalan apapun dan dilakukan secara sukarela (kecuali mungkin perasaan telah melakukan kebaikan) disebut perilaku altruisme, sedangkan segala bentuk tindakan yang dilakukan atau direncanakan untuk menolong orang lain tanpa mempedulikan motif-motif si penolong disebut perilaku prososial (Sears dkk, 1985). Menurut William (1981) perilaku prososial adalah tingkah laku seseorang yang bermaksud merubah keadaan psikis atau fisik penerima sedemikian rupa, sehingga si penolong akan merasa bahwa si penerima menjadi lebih sejahtera atau puas secara material ataupun psikologis. Pengertian tersebut menekankan pada maksud dari perilaku untuk menciptakan kesejahteraan fisik maupun psikis.

  Melihat bahwa peradaban modern dapat menggerakkan jiwa dan semangat yang penuh dengan keserakahan, kesombongan, egoisme, hedonisme dan ketidakpedulian akan kebutuhan dan kesusahan sesama manusia. Di tengah kondisi jaman yang demikian, bukan hal yang aneh apabila di temui pergeseran terhadap nilai-nilai kesetiakawanan, kasih sayang, tolong menolong dan nilai-nilai kemanusiaan lainnya (Ikawati dan Hery Wahyuningtyastuti, 2005).

  Menurut Ikawati dan Hery Wahyuningtyastuti (2005), dalam masyarakat modern salah satu cirinya adalah makin tingginya ketidakmampuan manusia untuk mencintai antara satu dengan yang lain. menumbuhkembangkan dan menghargai orang lain, namun hal ini nampaknya makin surut sebagai motivasi berperilaku seseorang. Sebaliknya perilaku individualistik atau egoistik adalah pola hubungan antar manusia yang serba melihat untung dan rugi, ketidakpekaan bahkan ketidakpedulian terhadap kebutuhan dan penderitaan orang lain.

  Salah satu kelompok yang berkembang menjadi sebuah organisasi walaupun hanya berupa organisasi informal dimana keanggotaannya tidak memiliki struktur organisasi secara hirarki dan jelas adalah Komunitas Sant’Egidio. Komunitas Sant’Egidio merupakan sebuah organisasi informal yang bergerak di bidang sosial dan aktivitasnya berhubungan dengan perilaku prososial. Berdasarkan observasi Komunitas Sant’Egidio Yogyakarta memiliki kegiatan doa yang dilakukan tiga kali dalam seminggu, disamping itu anggota-anggotanya juga melakukan pelayanan dan pendampingan untuk orang-orang miskin dan terlantar tanpa mendapatkan imbalan berupa materi.

  Pendampingan yang dilakukan Komunitas Sant’Egidio berupa membantu belajar anak-anak panti asuhan, pelayanan kepada gelandangan penyandang kusta, pelayanan kepada orang-orang jompo dan lain sebagainya. Hal tersebut dilakukan secara rutin dan memiliki jadwal yang teratur setiap minggunya.

  Seseorang yang bersedia bergabung dalam komunitas ini berarti harus ada kesediaan menjadi sukarelawan.

  Anggota Komunitas Sant’Egidio yang berada di Yogyakarta merupakan gabungan mahasiswa dari berbagai Universitas yang ada di keputusan untuk bergabung dalam Komunitas Sant’Egidio yang memiliki kegiatan secara rutin dan jadwal teratur dengan tanpa mendapat imbalan berupa materi berarti harus ada kesediaan menerima konsekuensi yang ada dalam komunitas tersebut dimana konsekuensinya adalah ikut terlibat dalam kegiatan yang dilakukan yaitu perilaku prososial. Di samping itu juga memiliki konsekuensi untuk menerima nilai dan aturan yang mengatur, walaupun komunitas ini tidak memiliki hak dan kewajiban yang terlalu mengikat. Hal tersebut dimaksudkan demi kelangsungan Komunitas Sant’Egido dan mendukung visi dan misi komunitas, yaitu menolong orang miskin dan terlantar.

  Berdasarkan observasi dan melihat kenyataan bahwa anggota Komunitas Sant’Egidio memiliki intensi prososial yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Sebagian diantara anggota memiliki intensi prososial yang sangat tinggi, dimana kesediaannya untuk ikut berpartisipasi dalam melakukan prososial sangat tinggi pula. Terlihat dari kegiatan yang dilakukan dalam komunitas saat melayani orang miskin dan terlantar selalu hadir dan ada kesediaan untuk ikut menjaga perasaan, merawat, memberi kasih sayang bahkan menyumbangkan uang atau barangnya demi kesejahteraan orang yang dilayani. Namun di sisi lain, ada juga anggota yang memiliki intensi prososialnya rendah dalam Komunitas Sant’Egidio dimana kesediaannya untuk ikut berpartisipasi dalam melakukan prososial pun rendah. Terlihat dari kurangnya keinginan serta perasaan enggan untuk mengunjungi orang yang dilakukan komunitas, kurang memberi perhatian dan kasih sayang bagi orang yang dilayani dan lain sebagainya. Hal tersebut berarti bahwa orang itu kurang mendukung visi dan misi yang dilakukan dalam Komunitas yaitu perilaku prososial.

  Dari uraian di atas, peneliti melihat bahwa intensi anggota untuk melakukan perilaku prososial sangat penting dalam Komunitas Sant’Egidio.

  Hal tersebut dimaksudkan demi kelangsungan Komunitas Sant’Egidio dalam mencapai visi serta misi yang dilakukan yaitu mensejahterakan, memberi, menumbuhkembangkan dan menghargai orang yang di tolong yaitu orang miskin dan terlantar.

  Salah satu faktor yang mendukung tercapainya visi dan misi serta kelangsungan Komunitas Sant’Egidio adalah komitmen organisasi yang tinggi dari anggota. Menurut Porter (dalam Mowday, dkk, 1982) pengertian komitmen organisasi adalah kekuatan yang bersifat relatif dari individu dalam mengidentifikasikan keterlibatan dirinya ke dalam bagian organisasi, sedangkan Steers (1985) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai rasa identifikasi (kepercayaan terhadap nilai-nilai organisasi) dan loyalitas (keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi yang bersangkutan) yang dinyatakan oleh seorang anggota terhadap organisasinya. Steers berpendapat bahwa komitmen organisasi merupakan kondisi dimana anggota sangat tertarik terhadap tujuan, nilai-nilai, dan sasaran organisasinya. Untuk itu peneliti menjadi tertarik ingin mengetahui apakah ada hubungan antara komitmen organisasi dengan intensi prososial anggota Komunitas Sant’Egidio Yogyakarta.

  A. RUMUSAN MASALAH

  Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Apakah ada hubungan antara komitmen organisasi dengan intensi prososial anggota Komunitas Sant’Egidio Yogyakarta?

  B. TUJUAN PENELITIAN

  Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk melihat hubungan antara komitmen organisasi dengan intensi prososial anggota komunitas Sant’Egidio Yogyakarta.

  C. MANFAAT PENELITIAN

  1. Manfaat teoritis

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap bidang ilmu psikologi sosial mengenai komitmen organisasi dan intensi prososial dalam sebuah organisasi informal.

  2. Manfaat praktis

  Bagi Komunitas Sant’Egidio, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi diri maupun kelompok, seberapa besar adalah melayani orang miskin dan terlantar serta menjadi bahan refleksi ke depan dalam mengembangkan serta meningkatkan komitmen yang ada untuk menolong orang miskin dan terlantar.

BAB II LANDASAN TEORI A. INTENSI PROSOSIAL

1. Pengertian Intensi Prososial

a. Pengertian Intensi

  Intensi (intention) berasal dari kata to intend yang berarti sebagai usaha yang didasari untuk mencapai tujuan atau sasaran (Drever, 1982). Secara sederhana, intensi dapat berarti sebagai niat seseorang untuk melakukan perilaku tertentu, seperti misalnya niat untuk membantu atau menolong orang lain. Menurut Fishbein dan Ajzen (1975), intensi merupakan prediktor terbaik bagi perilaku individu. Intensi dimengerti sebagai probabilitas yang bersifat subjektif, yaitu estimasi seseorang mengenai seberapa besar kemungkinan suatu tindakan tertentu dilakukan.

  Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa intensi merupakan niat untuk melakukan suatu tindakan yang akan diwujudkan ke dalam perilaku. Intensi juga merupakan fungsi dari keyakinan seseorang yang terkait dengan sikap dan perilakunya, sehingga merupakan prediktor yang terbaik untuk terjadinya perilaku tertentu. Dalam penelitian ini tindakan atau perilaku yang akan diprediksi adalah perilaku prososial.

a. Pengertian Intensi Prososial

  Perilaku prososial diartikan sebagai suatu tindakan menolong yang menguntungkan orang lain tanpa harus menyediakan suatu keuntungan langsung pada orang yang melakukan tindakan tersebut, dan bahkan mungkin melibatkan suatu resiko bagi orang yang menolong (Baron & Byrne, 2005). Menurut William (1981) perilaku prososial adalah perilaku seseorang yang memiliki maksud untuk mengubah keadaan fisik dan psikis orang yang menerima pertolongan, sehingga si penolong merasa bahwa orang yang ditolong akan merasakan damai, lega, bahagia, sehat dan puas secara fisik dan psikologis. Pengertian tersebut menekankan bahwa perilaku menolong bertujuan untuk mensejahterakan fisik maupun psikologis.

  Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa intensi prososial adalah niat seseorang serta kemungkinannya orang tersebut untuk melakukan suatu tindakan menolong yang memiliki konsekuensi positif dan memberi manfaat bagi orang yang ditolong baik secara fisik maupun psikologis. Hal tersebut diharapkan dengan mengetahui intensi prososial seseorang dapat memberikan gambaran perilaku prososial sebenarnya.

1. Aspek-aspek Intensi Prososial

  Mussen dkk (dalam Ikawati dan Hery Wahyuningtyas, 2005) memandang bahwa perilaku prososial mencakup tindakan-tindakan menolong, bekerjasama, berbagi perasaan, bertindak jujur, dan bertindak dermawan terhadap orang lain.

  Menurut Samptson (dalam Ikawati dan Hery Wahyuningtyas, 2005), aspek-aspek yang terkandung dalam perilaku prososial adalah sebagai berikut : a. Memberi atau menyumbang (donating), yaitu berlaku murah hati pada orang lain.

  b.

  Memberi fasilitas untuk kesejahteraan orang lain, yaitu peduli terhadap permasalahan orang lain.

  c.

  Berbagi rasa (sharing), yaitu kesediaan untuk merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.

  d.

  Bekerjasama (cooperating), yaitu melakukan pekerjaan atau kegiatan

  secara bersama-sama berdasarkan kesepakatan untuk mencapai tujuan bersama pula.

  e. Peduli (caring), yaitu mampu memberi perhatian dan membantu orang lain dengan cara meringankan beban fisik atau psikologis yang sedang dirasakan orang tersebut.

  Hal senada diungkapkan juga oleh Staub (1978) perilaku prososial dapat ditinjau dari perilaku-perilaku yang lebih spesifik karena cakupannya yang sangat luas. Uraian dari spesifikasi perilaku-perilaku prososial menurut Staub adalah sebagai berikut : a. Sharing, merupakan tindakan membagi, dan/atau menggunakan secara bersama-sama sesuatu baik bersifat materi maupun nonmateri.

  b. Cooperating, merupakan kerjasama dengan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu.

  c. Donating, merupakan memberi atau menyumbang barang atau uang kepada yang memerlukan.

  d. Caring, merupakan tindakan memberikan perhatian kasih sayang, merawat, menjaga perasaan orang lain.

  Dari aspek-aspek perilaku prososial di atas dapat disimpulkan bahwa intensi prososial terdiri dari aspek-aspek sebagai berikut : a.

  

Intensi untuk sharing, merupakan niat untuk melakukan tindakan

  membagi perasaan dan ada kesediaan untuk ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.

  b. Intensi untuk donating, merupakan niat untuk melakukan tindakan murah hati dengan memberi / menyumbangkan barang atau uang kepada orang lain.

  c. Intensi untuk cooperating, merupakan niat untuk bekerjasama dengan melakukan pekerjaan atau kegiatan bersama-sama berdasarkan kesepakatan untuk mencapai tujuan bersama pula.

  d. Intensi untuk caring, merupakan niat untuk melakukan tindakan membantu meringankan beban fisik atau psikologis yang sedang dirasakan orang tersebut.

2. Faktor Intensi

  Tingkah laku yang muncul pada manusia merupakan pembentukan hubungan timbal balik antara keyakinan (belief), sikap (attitude) dan intensi (intention) individu (Fishbein dan Ajzen, 1975). Berdasarkan konsep tersebut maka dapat disimpulkan beberapa faktor intensi sebagai berikut : a.

  Keyakinan (belief), dikategorikan sebagai aspek kognitif yang

  melibatkan pengetahuan, pendapat, dan pandangan individu terhadap objek. Seseorang yang memiliki keyakinan tinggi tentang suatu objek berarti orang itu memiliki pengetahuan, pendapat dan pandangan yang tinggi tentang objek tersebut maka intensi untuk melakukan objek tersebut juga tinggi. Begitu pula sebaliknya, ketika seseorang memiliki keyakinan yang rendah tentang suatu objek maka intensi untuk melakukan objek tersebut juga rendah.

  b. Sikap (attitude), dikategorikan sebagai aspek afektif yang mengarah pada perasaan individu terhadap suatu objek serta evaluasi yang dilakukannya. Sikap tersebut dapat positif atau negatif tergantung dari banyak sedikitnya pengetahuan terhadap aspek positif atau negatif tentang objek. Semakin positif sikap seseorang terhadap suatu objek pula sebaliknya, semakin negatif sikap seseorang terhadap suatu objek maka semakin rendah pula intensi seseorang untuk melakukan objek tersebut.

  Secara sistematis, kerangka teori Fishbein & Ajzen (1975) dapat dilihat pada bagian berikut :

  Gambar 1. Kerangka Konseptual untuk Meramalkan Suatu Intensi atau Perilaku tertentu Menurut Fishbein & Ajzen (1975)

  Penjelasan Bagan : Keyakinan pribadi akibat konsekuensi dari suatu perilaku X adalah

  Keyakinan akan akibat dari perilaku X Sikap terhadap perilaku X

  Intensi untuk melakukan perilaku X Perilaku X

  Keyakinan normatif akan akibat perilaku X Norma subjektif tentang perilaku X

  : Pengaruh : Umpan Balik

  Keterangan : tersebut. Semakin banyak segi positif yang sekiranya akan diperolehnya, maka semakin positif sikap orang tersebut terhadap perilaku itu, dan semakin besar peluang orang orang itu untuk melakukan perilaku tersebut.

  Keyakinan normatif akan akibat dari perilaku X dalah komponen pengetahuan tentang perilaku X yang merupakan pandangan dan pendapat orang lain (lingkungan) yang berpengaruh pada kehidupan orang tersebut. Untuk selanjutnya, individu dapat menerima dan mengolah pengaruh- pengaruh tersebut. Pengaruh dari orang lain yang diterima oleh individu itu, digunakan oleh individu untuk membuat norma subjektif individu mengenai perilaku X tersebut. Norma subjektif tersebut berisikan keputusan-keputusan yang dibuat oleh individu setelah mempertimbangkan beberapa unsur yang mempengaruhinya.

  Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa intensi adalah kemungkinan subjektif seorang individu untuk melakukan suatu perilaku tertentu yang berhubugnan dengan target yang hendak dicapai dalam situasi dan waktu tertentu, serta dipengaruhi oleh sikap dan norma subjektif yang dimiliki.

B. KOMITMEN ORGANISASI

1. Pengertian Komitmen Organisasi

  Seperti yang telah dibahas dalam latar belakang masalah bahwa hampir semua manusia mengikat dirinya dalam komitmen antar manusia antar manusia ini dianggap sangat penting terutama dalam sebuah organisasi baik organisasi formal maupun informal. Oleh karena itu pemahaman anggota mengenai komitmen dalam organisasi sangatlah penting supaya tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien.

  Menurut Steers (dalam Kuntjoro, 2002) komitmen organisasi adalah rasa identifikasi (kepercayaan terhadap nilai-nilai), keterlibatan (keinginan untuk tetap berusaha sebaik mungkin demi kepentingan organisasi) dan loyalitas (keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi yang bersangkutan) yang dinyatakan oleh seorang anggota terhadap organisasinya. Steers berpendapat bahwa komitmen organisasi merupakan kondisi dimana anggota sangat tertarik terhadap tujuan, nilai- nilai, dan sasaran organisasi. Berdasarkan definisi tersebut komitmen organisasi tercakup unsur loyalitas terhadap organisasi, keterlibatan dalam aktivitas dan identifikasi terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi. Selain itu, Porter (dalam Kuntjoro, 2002) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai kekuatan yang bersifat relatif dari individu dalam mengidentifikasikan keterlibatan dirinya ke dalam bagian organisasi. Definisi tersebut ditandai dengan tiga komponen, yaitu :

  a. Penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi

  b. Kesiapan dan kesediaan untuk berusaha dengan sungguh-sungguh atas nama organisasi c. Keinginan untuk mempertahankan keanggotaan di dalam organisasi

  Sedangkan pengertian komitmen menurut Luthans (1995) adalah suatu sikap mengeni loyalitas karyawan terhadap organisasi dan hal tersebut merupakan sebuah proses yang berlangsung secara terus menerus dimana anggota organisasi menunjukkan kepedulian terhadap organisasi, dan hal ini membawa pada keberhasilan dan keadaan yang baik. Di samping itu Luthans (1995) juga memberikan pernyataan mengenai komponen dalam komitmen, yaitu : a.

  Keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi

  b. Kesedian untuk berusaha sekuat tenaga demi kepentingan organisasi c.

  Keyakinan yang pasti akan nilai-nilai yang dianut oleh organisasi serta menerima tujuan dari organisasi tersebut.

  Definisi komitmen organisasi dari beberapa ahli di atas mempunyai penekanan yang hampir sama yaitu proses pada individu dalam mengidentifikasikan dirinya dengan nilai-nilai, aturan-aturan, dan tujuan organisasi. Disamping itu, komitmen organisasi mengandung pengertian bahwa individu memiliki keterikatan dengan organisasi yang dinyatakan dalam keinginan untuk aktif berpartisipasi dalam organisasi dan memiliki kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi kepentingan organisasi. Anggota yang menunjukkan komitmen tinggi memiliki keinginan untuk memberikan tenaga dan tanggung jawab yang lebih dalam menyokong kesejahteraan dan keberhasilan organisasi.

2. Aspek Komitmen Organisasi

  Luthans (1995) menjelaskan ada tiga aspek yang penting di dalam komitmen, yaitu: a. Keyakinan yang pasti akan nilai-nilai yang dianut organisasi.

  b. kesediaan untuk berusaha keras demi kepentingan organisasi.

  c. keinginan yang kuat untuk menjadi anggota organisasi.

  Komitmen organisasi yang serupa juga dikemukakan oleh Schultz & Schultz (1990), yang terdiri dari : a. Menerima nilai-nilai dan tujuan organisasi.

  b.

  Kesediaan untuk berusaha keras demi kepentingan organisasi.

  c.

  Keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi.

  Kuntjoro (2002) mengemukakan bahwa ada tiga aspek utama dalam komitmen organisasi, yaitu : a.

  Identifikasi

  Anggota rela menyumbangkan sesuatu bagi tercapainya tujuan organisasi, karena anggota menerima dengan memodifikasi tujuan organisasi yang dipercayai telah disusun demi kebutuhan pribadi mereka.

  b. Keterlibatan Partisipasi anggota dalam aktivitas-aktivitas bersama anggota lain.

  Anggota merasakan bahwa mereka diterima sebagai bagian yang utuh dari organisasi, dan konsekuensi lebih lanjut, mereka merasa wajib melaksanakan bersama apa yang telah diputuskan karena adanya rasa keterikatan dengan apa yang mereka buat.

  c. Loyalitas Anggota bersedia melanggengkan hubungannya dengan organisasi, kalau perlu dengan mengorbankan kepentingan pribadinya tanpa mengharapkan apapun. Dari pemaparan tokoh-tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa komitmen organisasi memiliki tiga aspek, yaitu : a. Identifikasi, merupakan keyakinan yang kuat serta menerima nilai- nilai dan tujuan organisasi, meliputi adanya dukungan anggota terhadap organisasi dan penerimaan nilai-nilai dan tujuan organisasi oleh anggota yang dipercaya telah disusun demi memenuhi kebutuhan pribadi mereka serta merasa bahwa berada dalam organisasi tersebut adalah hal yang terbaik baginya.

  b.

  Keterlibatan, merupakan kesediaan untuk berusaha dengan keras demi

  kepentingan organsiasi, meliputi kesediaan anggota untuk menyumbangkan usaha dan kontribusi bagi kepentingan organisasi dan merasa wajib untuk melaksanakan bersama apa yang telah diputuskan (peduli pada masa depan organisasi) serta senang bekerjasama dengan anggota-anggota yang tergabung dalam organisasi tersebut.

  c. Loyalitas, merupakan keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi, meliputi kesediaan anggota untuk mempertahankan melanggengkan hubungannya dengan organisasi. Di samping itu, anggota juga merasakan adanya keamanan dan kepuasan di dalam organsiasi tempat ia bergabung.

3. Tahapan Terbentuknya Komitmen dalam Organisasi

  Menurut Staw (1991) terdapat tiga tahap terbentuknya komitmen dalam organisasi, yaitu : a.

  Complience, merupakan tahap dimana individu menerima pengaruh

  dari organisasi, terutama mendapatkan sesuatu dari organisasi seperti imbalan berupa materi.

  b.

  Identification, merupakan tahap dimana individu menerima pengaruh dari organisasi dengan tujuan untuk mempertahankan kepuasan.

  c.

  Internalization, merupakan tahap dimana individu menemukan nilai-

  nilai organisasi yang pada hakekatnya menguntungkan dan sama dengan nilai-nilai pribadi.

C. KOMUNITAS SANT’EGIDIO

1. Sejarah Komunitas Sant’Egidio

  Komunitas Sant’Egidio dimulai di Roma pada tanggal 7 Februari 1968 dari inisiatif seorang remaja bernama Andrea Riccardi yang pada waktu itu usianya kurang dari 20 tahun. Beliau mengumpulkan anak-anak dari murid sekolah menengah pertama seperti dirinya untuk mendengarkan merupakan komunitas Kristen pertama yang bertindak seperti rasul dan mengacu pada kehidupan Santo Fransiskus Asisi.

  Pada awal berdirinya komunitas, nama Sant’Egidio belum ditemukan. Pada tahun 1973, komunitas menemukan sebuah gereja yaitu gereja Sant’Egidio yang sudah lama tidak terpakai kemudian digunakan sebagai tempat untuk berdoa anggota komunitas. Gereja ini juga memiliki semangat yang sama dengan komunitas sesuai dengan spiritualitas Sant’Egidio. Sejak saat itu, komunitas ini memakai nama Sant’Egidio.

  Kelompok kecil ini pada awalnya mengunjungi barak-barak yang ada di daerah pinggiran Roma, mengunjungi daerah kumuh dan mereka memulai sekolah pada sore hari untuk anak-anak (namanya “scuola popolare” artinya sekolah rakyat, sekarang disebut “sekolah damai”).

  Sejak saat itu, komunitas mulai berkembang. Sekarang Komunitas Sant’Egidio sudah ada di lebih dari 70 negara, di empat benua. Jumlah anggotanya juga mulai bertambah secara konstan. Ada sekitar 50.000 anggota dan orang di luar komunitas yang bekerja untuk melayani orang miskin dan berbagai kegiatan lainnya yang ada dalam komunitas (Komunitas Sant’Egidio, 2007).

2. Komunitas Sant’Egidio di Indonesia dan Yogyakarta

  Komunitas Sant’Egidio mulai masuk ke Indonesia diawali oleh pertemuan antara Valeria Martano (salah seorang anggota komunitas dengan Maria Felisia yang pada waktu itu sedang berkunjung ke Roma. Maria Felisia menceritakan tentang kondisi kota Padang yang kemudian Valeria Martano mengatakan bahwa komunitas bisa di mulai di sana.

  Pada tahun 1990 setelah Maria Felisia kembali ke Padang, Valeria Martano datang ke Indonesia untuk pertama kalinya. Kegiatan yang dilakukan adalah belajar berdoa dan memulai pelayanan dengan anak-anak di Bukit Karang.

  Komunitas Sant’Egidio mulai berada di Yogyakarta karena kunjungan seorang anggota Komunitas dari Padang ke Yogyakarta. Pada tanggal 9 Mei 2001 mereka memulai komunitas di Yogyakarta dengan mengadakan doa dan melakukan pelayanan yang diawali dengan mengunjungi anak-anak jalanan di perempatan Condongcatur dan membantu mereka untuk belajar.

  Saat ini kegiatan rutin Komunitas Sant’Egidio Yogyakarta adalah doa komunitas yang dilakukan setiap hari Selasa, Rabu dan Minggu; kunjungan terhadap orang-orang kusta yang berada di perempatan Sagan; membantu belajar anak-anak asuh yang tinggal di Prayan, PA Sayap Ibu, dan pondok asuh di gang Beo, Mrican; Komunitas juga melakukan kunjungan terhadap pastor-pastor sepuh yang tinggal di Domus Pacis Pringwulung. Selain kegiatan tersebut, Komunitas Sant’Egidio juga sering mengikuti kegiatan-kegiatan seperti dialog, doa damai dan mengadakan acara menjelang perayaan hari-hari suci yang ada di Indonesia.