Standarisasi ekstrak rimpang kunyit [curcuma domestica val.] - USD Repository

  

STANDARISASI EKSTRAK RIMPANG KUNYIT

(Curcuma domestica Val.)

  SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

  Program Studi Ilmu Farmasi Diajukkan oleh :

  Lina NIM : 058114081

  

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008 PERSETUJUAN PEMBIMBING

  

STANDARISASI EKSTRAK RIMPANG KUNYIT

(Curcuma domestica Val.)

  Yang diajukan oleh : Lina

  NIM : 058114081 Telah disetujui oleh : Pengesahan Skripsi Berjudul

  STANDARISASI EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma domestica Val.) Oleh :

  Lina NIM : 058114081

  Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi

  Universitas Sanata Dharma pada tanggal : 10 Januari 2009

  Panitia Penguji : 1. Yohanes Dwiatmaka, M.Si.

  2. Erna Tri Wulandari, M.Si., Apt.

  3. Yustina Sri Hartini, M. Si, Apt.

HALAMAN PERSEMBAHAN

  “

Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh

kepandaian karena keuntungannya melebihi keuntungan perak dan

hasilnya melebihi emas”

  

(Amsal 3 : 13 – 14)

Kupersembahkan untuk : Mama dan papaku tercinta yang telah mendukungku

  Andreas R. Tan Wijaya dan Theresa Oktavia, adik-adikku tersayang dan seluruh keluargaku, nenek-kakek dan paman-pamanku serta almamaterku

  

PRAKATA

  Puji dan syukur kepada Allah Yang Maha Pengasih atas berkat dan kasih- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Standarisasi Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val.) “.

  Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

  Penulisan skripsi ini terwujud berkat bimbingan dan pengarahan serta bantuan dari banyak pihak, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada :

  1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

  2. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan baik selama penelitian maupun penyusunan skripsi.

  3. Ibu Erna Tri Wulandari, M. Si, Apt selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan perhatian baik selama pengujian dan perbaikan skripsi.

  4. Ibu Yustina Sri Hartini, M. Si, Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan perhatian baik selama pengujian dan perbaikan skripsi.

  5. Mas Wagiran selaku laboran laboratorium Farmakognosi Fitokimia II

  Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu kelancaran penelitian.

  6. Orang-orang terdekat yaitu keluarga terutama orang tua yang telah memberikan dukungan moril dan materil yang sangat berarti bagi penulis.

  7. Sahabatku yaitu Sekar, Anna, Tami, Nolen, dan Mba Iponk yang telah

  memberi dukungan kepada penulis selama perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini.

  Teman-temanku yaitu Bustan, Yesi, Ika, Siska, Dewi, dan Wisely yang 8. telah membantu dan bekerja sama dalam penelitian dan penyelesaian skripsi ini.

  9. Teman-teman kelas A FKK 2005 khususnya kelompok B dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

  Penulis menyadari bahawa masih banyak kekurangan dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang farmasi dan bagi masyarakat.

  Yogyakarta, 2 Januari 2009

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan bahwa sesungguhnya skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yoyakarta, 2 Januari 2009

  

INTISARI

  Rimpang tanaman kunyit (Curcuma domestica Val.) telah digunakan secara turun-temurun oleh masyarakat sebagai obat tradisional. Salah satu bahan aktif dalam rimpang kunyit adalah kurkuminoid. Rimpang kunyit merupakan salah satu bahan penyusun “Jamu Kunyit Asam” sehingga perlu dilakukan suatu standarisasi ekstrak rimpang kunyit untuk memenuhi persyaratan sebagai produk kefarmasian yaitu aman, mutu, dan manfaat.

  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil identifikasi dan pengukuran beberapa parameter standar ekstrak rimpang kunyit yang diteliti dan untuk mengetahui kesesuaian hasil identifikasi dan pengukuran beberapa parameter standar ekstrak rimpang kunyit yang diteliti dengan persyaratan yang tercantum dalam Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia.

  Penelitian ini termasuk penelitian noneksperimental. Bahan yang diteliti berupa ekstrak rimpang kunyit. Langkah penelitian meliputi identifikasi (pemerian dan pemeriksaan senyawa identitas kurkuminoid secara KLT), uji kemurnian (penetapan kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam), penetapan kadar kurkuminoid, kadar minyak atsiri dan kadar air dari ekstrak rimpang kunyit.

  Hasil pemeriksaan organoleptik ekstrak rimpang kunyit telah sesuai dengan Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia. Pemeriksaan identifikasi kandungan kimia menunjukkan ekstrak rimpang kunyit mengandung kurkuminoid. Pada uji kemurnian diperoleh hasil kadar abu 0,32 %, kadar abu tidak larut asam 0,058 %. Ekstrak rimpang kunyit memiliki kadar minyak atsiri (0,10

   0,0058) %, kadar air (26,35  1,4357) % dan kadar kurkuminoid (10,72  0,2207) %. Hasil organoleptis, dan uji kemurnian telah memenuhi persyaratan tetapi kadar minyak atsiri, kadar air, dan kadar kurkuminoid belum memenuhi persyaratan yang tercantum dalam Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia.

  Kata kunci (keywords) : standarisasi, ekstrak rimpang kunyit, kurkuminoid

  

ABSTRACT

  Turmeric rhizome (Curcuma domestica Val.) has been used by people as traditional medicine for generations. One of the active substances in turmeric rhizome is curcuminoid. Turmeric rhizome is one of the materials in making “Sour Turmeric Tonic”, so the standardization of the turmeric rhizome extract is necessary to fulfill the requirement as the product of pharmacy that is save, qualify and useful.

  This research aims to find out the results of the identification and measuring several standard parameter of turmeric rhizome extract and to find out the compatibility between the results from the identification and measuring of several standard parameter of turmeric rhizome extract with the requirement of the extract on the Indonesian Herbs Medicine Extract Monographic.

  This was a non experimental research. The material analyzed was the extract of turmeric rhizome. The research step included the identification (the assessment and the check of curcuminoid identity compound by Thin Layer Chromatography), the purity test (the determination of total ashes degree and acid dissoluble ashes degree), the determination of curcuminoid degree, volatile oil degree and water degree from the turmeric rhizome extract.

  The result of turmeric rhizome extract organoleptic assessment was compatible with the Indonesian Herbs Medicine Extract Monographic. The identification of chemical content showed that turmeric rhizome extract contained curcuminoid. The purity test showed that the ashes degree was 0.32% and the acid dissoluble ashes degree was 0.058%. Turmeric rhizome extract had volatile oil degree (0,10  0,0058) %, water degree (26,35  1,4357) % and curcuminoid degree (10,72

   0,2207) %. The result of organoleptic and purity test had fulfilled the requirement but astiri oil degree, water degree, and curcuminoid degree had not fulfilled the requirement stamped on the Indonesian Herbs Medicine Extract Monographic yet.

  Key words : standardization, turmeric rhizome extract, curcuminoid

  DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL............................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................... ii HALAMAN PENGESAHAN................................................................. iii HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................. iv LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

  ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ................................ v PRAKATA.............................................................................................. vi PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................. viii

  INTISARI................................................................................................ ix

  ABSTRACT.............................................................................................. x

  DAFTAR ISI........................................................................................... xi DAFTAR TABEL................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xvi DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... xviii BAB I. PENDAHULUAN .....................................................................

  1 A. Latar Belakang .........................................................................

  1 1. Rumusan masalah...............................................................

  2 2. Keaslian Penelitian ............................................................

  3 3. Manfaat Penelitian ............................................................

  3 B. Tujuan Penelitian ....................................................................

  3 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................

  4 A. Tanaman Kunyit ......................................................................

  4 1. Keterangan Botani .............................................................

  4 2. Pemerian tanaman .............................................................

  4 3. Ekologi dan penyebaran ....................................................

  5 4. Persyaratan tumbuh............................................................

  5 5. Panen dan pasca panen.......................................................

  5 6. Kandungan kimia ..............................................................

  8

  B. Kurkuminoid ...........................................................................

  9 C. Persyaratan Ekstrak Kental Rimpang Kunyit .........................

  11 D. Ekstraksi ..................................................................................

  12 E. Ekstrak......................................................................................

  13 1. Ekstrak encer......................................................................

  13 2. Ekstrak kental (extractum spissum) ...................................

  13 3. Ekstrak kering (extactum siccum)......................................

  13 4. Ekstrak cair (extractum fluidum) .......................................

  14 F. Identifikasi Kandungan Kimia ................................................

  14 1. Uji tabung ..........................................................................

  14 2. Kromatografi lapis tipis .....................................................

  14 G. Spektrofotometri .....................................................................

  16 H. Keterangan Empiris .................................................................

  19 BAB III. METODE PENELITIAN ........................................................

  20 A. Jenis dan Rancangan Penelitian ..............................................

  20 B. Definisi Operasional ................................................................

  20 C. Bahan dan Alat Penelitian .......................................................

  22 1. Bahan Penelitian ................................................................

  22 2. Alat penelitian ...................................................................

  23 D. Tatacara Penelitian ..................................................................

  23 1. Pengentalan ekstrak rimpang kunyit ..................................

  23 2. Identifikasi ekstrak rimpang kunyit ..................................

  23 3. Uji kemurnian ekstrak rimpang kunyit .............................

  24 4. Penetapan kadar minyak atsiri ...........................................

  24 5. Penetapan kadar air ...........................................................

  25 6. Penetapan kadar kurkuminoid ...........................................

  25 E. Tatacara Analisis Hasil ...........................................................

  28 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................

  29 A. Pengentalan Ekstrak Rimpang Kunyit .....................................

  29 B. Identifikasi Ekstrak Rimpang Kunyit ......................................

  30

  1. Penetapan kadar abu ..........................................................

  35 2. Penetapan kadar abu tidak larut asam ...............................

  36 D. Penetapan Kadar Minyak Atsiri ...............................................

  37 E. Penetapan Kadar Air ...............................................................

  38 F. Penetapan Kadar Kurkuminoid ...............................................

  40 1. Penetapan Operating Time (OT)........................................

  40

  2. Penetapan panjang gelombang maksimum (

  41 λ max)...........

  3. Pembuatan kurva baku .......................................................

  43 4. Validasi metode..................................................................

  44 5. Penetapan kadar kurkuminoid dalam sampel.....................

  46 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................

  49 A. Kesimpulan ...............................................................................

  49 B. Saran ..........................................................................................

  49 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................

  50 LAMPIRAN............................................................................................

  53 BIOGRAFI PENULIS ...........................................................................

  70

  

DAFTAR TABEL

  45 Tabel IX. Data perhitungan kesalahan acak (cv) ………………. .

  57 Tabel XVI. Penentuan panjang gelombang maksimum ..................

  56 Tabel XV. Pengukuran Operating Time ........................................

  55 Tabel XIV. Penimbangan bobot konstan ekstrak setelah dikeringkan……………………………………………

  54 Tabel XIII. Penimbangan bobot ekstrak dan volume minyak atsiri

  53 Tabel XII. Penimbangan berat abu tidak larut asam ......................

  48 Tabel XI. Penimbangan berat abu .................................................

  46 Tabel X. Data penetapan kadar kurkuminoid............................. .

  44 Tabel VIII. Data perhitungan kesalahan sistemik ………………....

  Halaman Tabel I. Perbandingan organoleptis ekstrak kental rimpang kunyit dengan Monografi Ekstrak

  43 Tabel VII. Data perhitungan recovery ............................................

  40 Tabel VI. Data pengukuran absorbansi kurva baku.................... .

  38 Tabel V. Data penetapan kadar air............................................. .

  37 Tabel IV. Data penetapan kadar minyak atsiri...............................

  36 Tabel III. Data penetapan kadar abu tidak larut asam.................. .

  30 Tabel II. Data penetapan kadar abu........................................... .

  Tumbuhan Obat Indonesia............................................

  57

  Tabel XVIII. Data uji KLT kurkuminoid ekstrak kental rimpang kunyit dengan fase diam silika gel GF 254 dan fase gerak kloroform : etanol : asam asetat (80:19,5:0,5) yang diamati secara visible, UV 254, UV 365, dan disemprot pereaksi asam borat-metanol ………………

  63 Tabel XIX. Data uji KLT kurkuminoid ekstrak kental rimpang kunyit dengan fase diam silika gel GF 254 dan fase gerak kloroform : etanol : asam asetat (95:4:1) yang diamati secara visible, UV 254, UV 365, dan disemprot pereaksi asam borat-metanol ………………

  66

  DAFTAR GAMBAR

  Gambar Halaman

  Gambar 1. Struktur kimia kurkumin, desmetoksikurkumin, bisdesmetoksikurkumin .................................................

  9 Gambar 2. Degradasi kurkumin pada pH netral atau basa................

  11 Gambar 3. Foto kromatogram KLT kurkuminoid ekstrak kental rimpang kunyit dengan fase diam silika gel GF 254 dan fase gerak kloroform : etanol : asam asetat (80:19,5:0,5)..................................................................

  32 Gambar 4. Foto kromatogram KLT kurkuminoid ekstrak kental rimpang kunyit dengan fase diam silika gel GF 254 dan fase gerak kloroform : etanol : asam asetat (95 : 4 : 1)........................................................................

  33 Gambar 5. Grafik penetapan operating time kurkuminoid ..............

  40 Gambar 6. Grafik penetapan panjang gelombang maksimum kurkuminoid ....................................................................

  42 Gambar 7. Kurva baku kurkuminoid ...............................................

  43 Gambar 8. Reaksi antara kurkumin, asam borat, dan asam oksalat membentuk senyawa Rubrocurcumin.............................

  47 Gambar 9. Foto ekstrak kental rimpang kunyit ................................

  68 Gambar 10. Foto abu ekstrak kental rimpang kunyit..........................

  68 Gambar 11. Foto abu tidak larut asam ekstrak kental rimpang kunyit ...............................................................

  69

  Gambar 12. Foto destilasi Stahl ..........................................................

  69 Gambar 13. Foto ekstrak kering dan minyak atsiri .............................

  69

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Halaman Lampiran 1. Data Pengentalan Ekstrak Rimpang Kunyit ...................

  53 Lampiran 2. Data Penimbangan dan Perhitungan Kadar Abu ............

  53 Lampiran 3. Data Penimbangan dan Perhitungan Kadar Abu Tidak Larut Asam ..........................................................

  54 Lampiran 4. Data Kadar Minyak Atsiri ..............................................

  55 Lampiran 5. Data Perhitungan Kadar Air secara Gravimetri..............

  56 Lampiran 6. Penentuan Operating Time (OT) ....................................

  57 Lampiran 7. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum pada Konsentrasi 0,032; 0,128; 0,512 mg % b/v ....................

  57 Lampiran 8. Data Validasi Metode dan Perhitungan Recovery, Kesalahan acak, dan Kesalahan Sistemik .......................

  58 Lampiran 9. Perhitungan Orientasi Penimbangan Sampel .................

  61 Lampiran 10. Perhitungan Kadar Kurkuminoid dalam Sampel ...........

  61 Lampiran 11. Data pemeriksaan kandungan kimia kurkuminoid secara KLT .................................................................................

  63 Lampiran 12. Foto-foto ........................................................................

  68

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat tradisional banyak digunakan di masyarakat secara turun-temurun

  sehingga diyakini khasiat dan keamanannya. Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai obat tradisional adalah kunyit. Pada umumnya bagian tanaman kunyit yang digunakan adalah bagian rimpang. Rimpang kunyit berkhasiat untuk obat sakit perut, memperbaiki pencernaan dan merangsang gerakan usus serta menyembuhkan perut kembung (karminativa), anti diare, obat peluruh empedu (kolagoga), dan penenang (sedativa) (Rukmana, 1999).

  Kandungan kimia yang terdapat dalam rimpang kunyit meliputi minyak atsiri; kurkuminoid yang terdiri dari kurkumin, desmetoksikurkumin, dan bidesmetoksikurkumin; zingiberen (Duke, 2008). Kurkuminoid sebagai salah satu zat aktif dalam ekstrak rimpang kunyit yang bertanggung jawab atas timbulnya respon biologi sehingga keberadaan dan kandungannya mempengaruhi tingkat mutu dan khasiat ekstrak rimpang kunyit.

  Adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat masyarakat cenderung lebih memilih mengkonsumsi obat tradisional yang lebih instan. Banyak obat tradisional instan yang beredar di pasaran, salah satunya adalah ”Jamu Kunyit Asam” dimana salah satu bahan yang terkandung dalam jamu tersebut adalah ekstrak rimpang kunyit. Proses ekstraksi digunakan untuk menarik kandungan kimia yang memiliki aktivitas biologi yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan lain yang tidak dapat larut dengan pelarut cair.

  Obat tradisional yang digunakan dalam upaya pelayanan kesehatan harus memenuhi persyaratan yaitu bermutu, aman, dan bermanfaat. Oleh karena itu untuk memenuhi ketiga persyaratan tersebut maka diperlukan suatu standarisasi ekstrak rimpang kunyit sebagai salah satu bahan penyusun “Jamu Kunyit Asam”, dimana dilakukan identifikasi dan pengukuran beberapa parameter standar ekstrak rimpang kunyit dan membandingkan hasil idenifikasi dan pengukuran tersebut dengan persyaratan yang tercantum dalam Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia. Standarisasi ekstrak rimpang kunyit perlu dilakukan untuk setiap produksi ekstrak karena kualitas dan kuantitas kandungan kimia ekstrak rimpang kunyit dipengaruhi oleh lingkungan tempat tumbuh, umur, cara panen dan pasca panen, serta cara ekstraksi rimpang kunyit.

  Beberapa parameter standar ekstrak yang diukur antara lain identifikasi ekstrak rimpang kunyit yang meliputi pemerian dan pemeriksaan kandungan kurkuminoid secara KLT, uji kemurnian yang terdiri dari penetapan kadar abu dan kadar abu tidak larut asam, penetapan kadar minyak atsiri dimana minyak atsiri juga merupakan zat yang memberikan respon biologi selain kurkuminoid, penetapan kadar air dimana air dapat menyebabkan ketidakstabilan ekstrak rimpang kunyit selama penyimpanan, dan penetapan kadar kurkuminoid.

1. Rumusan Masalah

  a. Bagaimana hasil identifikasi dan pengukuran beberapa parameter standar ekstrak rimpang kunyit yang diteliti ? b. Bagaimana kesesuaian hasil identifikasi dan pengukuran beberapa parameter standar ekstrak rimpang kunyit yang diteliti dengan persyaratan yang tercantum dalam Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia ?

  2. Keaslian Penelitian

  Sejauh yang diketahui penulis, penelitian mengenai Standarisasi Ekstrak Rimpang Kunyit penyusun “Jamu Kunyit Asam” belum pernah dilakukan.

  3. Manfaat Penelitian

  Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

  a. Manfaat teoritis Memberikan sumbangan ilmiah dan menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang kesehatan khususnya pemanfaatan ekstrak rimpang kunyit sebagai obat tradisional.

  b. Manfaat praktis Memberikan pengetahuan mengenai identifikasi dan pengukuran beberapa parameter standar ekstrak rimpang kunyit yang diperoleh dari PT SM.

B. TUJUAN

  Tujuan penelitian ini adalah :

  1. Untuk mengetahui hasil identifikasi dan pengukuran beberapa parameter standar ekstrak rimpang kunyit yang diteliti.

  2. Untuk mengetahui kesesuaian hasil identifikas dan pengukuran beberapa parameter standar ekstrak rimpang kunyit yang diteliti dengan persyaratan yang tercantum dalam Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kunyit

  1. Keterangan botani

  Tanaman kunyit (Curcuma domestica Val.) merupakan herba yang termasuk dalam familia Zingiberaceae. Kunyit dikenal dengan beberapa nama : a. Nama Indonesia : kunyit (Rukmana, 1994).

  b. Nama Inggris : turmeric (Duke, 2008)

  c. Nama daerah 1) Sumatera : kakunye, kunye, kinung, odil, ondil 2) Jawa Tengah : kunyit, konye, kunir, temukuning 3) Kalimantan : jange henda, cahang, dio, kalesiau 4) Nusa Tenggara : kunyit, wingoro, kawunyi, kuneh, gumi, kunir 5) Sulawesi : uinida, alawaha, pagidon, uni, kunyi 6) Maluku : kurlai, lulu malai, ulin, tum, kunine, gogohiki 7) Irian : rame, kankeiyo, nikwai, mingguwai, yaw 8) Sunda : koneng, temukoneng (Anonim, 1985).

  2. Pemerian tanaman Tanaman kunyit berupa herba yang tingginya dapat mencapai 1 meter.

  Tanaman ini tidak mempunyai bulu, tetapi mempunyai warna hijau. Bunganya pucat dan pada pangkalnya berwarna kuning. Daun pelindungnya berwarna putih, sedangkan daging rimpangnya berwarna kuning tua. Banyak tumbuh di kebun ataupun di hutan jati, termasuk suku Zingiberaceae (Tampubolon, 1995).

  3. Ekologi dan penyebaran

  Kunyit tumbuh dan ditanam di Asia selatan, Cina selatan, Taiwan, Indonesia, dan Filipina. Tumbuh dengan baik di tanah yang baik tata pengairannya, curah hujan yang cukup banyak 2.000 mm sampai 4.000 mm tiap tahun dan di tempat yang sedikit kenaungan, tetapi untuk menghasilkan rimpang yang baik dan besar menghendaki tempat yang terbuka. Tanah yang ringan seperti tanah yang lempung berpasir, baik untuk pertumbuhan rimpang (Anonim, 1977).

  4. Persyaratan tumbuh

  Penanaman tanaman kunyit di dataran rendah dan tempat terbuka akan mendapatkan produksi rimpang kunyit yang tinggi. Sedangkan di dataran tinggi, produksi rimpang sedikit berkurang dan pertumbuhan tanaman lambat, tetapi kadar pati dan minyak atsirinya tinggi (Rukmana, 1994).

  Jenis tanah yang paling baik untuk pertumbuhan tanaman kunyit adalah pada tanah liat berpasir (lempung berpasir) yang gembur, subur, dan berpengairan baik dan ditambahkan pupuk organik (Rukmana, 1994).

  5. Panen dan pasca panen Tanaman kunyit dapat dipanen pada umur 8 – 12 bulan setelah tanam.

  Hasil penelitian di Balittro membuktikan bahwa pada saat panen yang paling tepat untuk mendapatkan kuantitas dan kualitas hasil rimpang yang tinggi adalah pada kisaran umur 7 – 9 bulan setelah tanam. Ciri-ciri umum tanaman kunyit yang sudah saatnya dipanen adalah menguningnya daun, daun-daun berguguran, diikuti menguningnya batang seolah-olah tanaman akan mati (Rukmana, 1994).

  Proses pemanenan, pasca panen, dan preparasi simplisia dan ekstrak merupakan proses yang dapat menentukan mutu simplisia dalam berbagai artian, yaitu komposisi zat kandungan, kontaminasi, dan stabilitas bahan (Komarawinata, 2008).

  Pasca panen merupakan kelanjutan dari proses panen terhadap tanaman budidaya atau hasil dari penambangan alam yang fungsinya antara lain untuk membuat bahan hasil panen tidak mudah rusak dan memiliki kualitas yang baik serta mudah disimpan untuk diproses selanjutnya. Selama proses pasca panen sangat penting diperhatikan kebersihan alat dan bahan yang digunakan dan juga bagi pelaksananya perlu memperhatikan perlengkapan seperti masker dan sarung tangan. Tujuan dari pasca panen ini untuk menghasilkan simplisia tanaman obat yang bermutu, efek terapinya tinggi sehingga memiliki nilai jual yang tinggi.

  Secara umum faktor-faktor dalam penanganan pasca panen yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut : a. Penyortiran

  Penyortiran segar dilakukan setelah selesai panen dengan tujuan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing, bahan yang tua dengan yang muda atau bahan yang ukurannya lebih besar atau lebih kecil (Anonim, 2008).

  b. Pencucian Pencucian bertujuan menghilangkan kotoran-kotoran dan mengurangi mikroba-mikroba yang melekat pada bahan. Pencucian harus segera dilakukan setelah panen karena dapat mempengaruhi mutu bahan. Perlu diperhatikan bahwa pencucian harus dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin untuk menghindari larut dan terbuangnya zat yang terkandung dalam bahan (Anonim, 2008). Pencucian rimpang kunyit dengan air yang mengandung kapur dapat menyebabkan perubahan pH yang berakibat mengaktifkan enzim tertentu dan merubah zat kurkumin yang ada menjadi asam ferulat (Komarawinata, 2008).

  c. Perajangan Perajangan pada bahan dilakukan untuk mempermudah proses selanjutnya seperti pengeringan, pengemasan, penyulingan minyak atsiri dan penyimpanan. Perajangan terlalu tipis dapat mengurangi zat aktif yang terkandung dalam bahan. Sedangkan jika terlalu tebal, maka pengurangan kadar air dalam bahan agak sulit dan memerlukan waktu yang lama dalam penjemuran dan kemungkinan besar bahan mudah ditumbuhi oleh jamur (Anonim, 2008).

  d. Pengeringan Pengeringan pada suhu terlalu tinggi dapat merusak komponen aktif, sehingga mutunya dapat menurun. Untuk irisan rimpang kunyit yang dikeringkan dengan sinar matahari langsung, sebelum dikeringkan terlebih dulu irisan rimpang direndam dalam larutan asam sitrat 3% selama 3 jam. Selesai perendaman irisan dicuci kembali sampai bersih, ditiriskan kemudian dijemur dipanas matahari. Tujuan dari perendaman adalah untuk mencegah terjadinya degradasi kurkuminoid pada simplisia pada saat penjemuran juga mencegah penguapan minyak atsiri yang berlebihan (Anonim, 2008). e. Pengemasan Persyaratan jenis kemasan yaitu dapat menjamin mutu produk yang dikemas, mudah dipakai, tidak mempersulit penanganan, dapat melindungi isi pada waktu pengangkutan, tidak beracun dan tidak bereaksi dengan isi dan kalau boleh mempunyai bentuk dan rupa yang menarik (Anonim, 2008).

  f. Penyimpanan Ruang tempat penyimpanan harus bersih, udaranya cukup kering dan berventilasi. Ventilasi harus cukup baik karena hama menyukai udara yang lembab dan panas. Gudang harus terpisah dari tempat penyimpanan bahan lainnya ataupun penyimpanan alat dan dipelihara dengan baik. Suhu gudang tidak melebihi 30

  C. Kelembaban udara sebaiknya diusahakan serendah mungkin (65

  C) untuk mencegah terjadinya penyerapan air. Kelembaban udara yang tinggi dapat memacu pertumbuhan mikroorganisme. Masuknya sinar matahari langsung menyinari simplisia harus dicegah. Mencegah masuknya hewan, baik serangga maupun tikus (Anonim, 2008).

6. Kandungan kimia

  Rimpang kunyit mengandung zat warna curcuminoid suatu senyawa

  

diarylheptanoide 3–4 % terdiri dari curcumin, dihydrocurcumin

desmethoxycurcumin, dan bidesmethoxy-curcumin. Minyak atsiri 2 – 5 % terdiri

  dari seskuiterpen dan turunan phenylpropane yang meliputi turmeron, ar-

  

turmeron, á- dan â-turmeron, curlon, curcumol, atlanton, turmerol, â-bisabolen,

â-sesquiterphellandren, zingiberen, ar-curcumene, humulen. Selain itu rimpang

  kunyit juga mengandung arabinosa, fruktosa, glukosa, pati, tanin, dan damar, serta mineral, yaitu Mg, Mn, Fe, Cu, Ca, Na, K, Pb, Za, Co, Al, dan Bi (Sudarsono, 1996).

7. Khasiat dan kegunaan

  Minyak atsiri dari rimpang kunyit berkhasiat untuk mencegah keluarnya asam lambung yang berlebihan dan mengurangi peristaltik usus yang terlalu kuat (Tampubolon, 1981). Rimpang kunyit juga berkhasiat untuk mengobati sakit perut, diare, asma, sakit kepala, sakit keputihan, haid tidak lancar, dan sebagai ekspektoran (Duke, 2008).

B. Kurkuminoid Kunyit memiliki senyawa yang berkhasiat obat yang disebut kurkuminoid.

  Kurkuminoid terdiri atas kurkumin sebanyak 50 – 60 %, desmetoksikurkumin, dan bidesmetoksikurkumin (Stancovic, 2004). Kurkumin merupakan komponen terbesar dari kurkuminoid sehingga sering kadar total kurkuminoid dihitung sebagai % kurkumin. Karena alasan tersebut beberapa penelitian baik fitokimia maupun farmakologi lebih ditekankan pada kurkumin (Sumiati, 2006).

  Gambar 1. Struktur kimia kurkumin(1), desmetoksikurkumin(2), bidesmetoksikurkumin (3) (Stancovic, 2004).

  Kurkumin merupakan senyawa kandungan utama tanaman kunyit yang banyak tumbuh di Indonesia dan digunakan sebagai kosmetika, pewarna makanan, bumbu, dan pengobatan tradisional (Oetari, 1995). Kurkumin terdapat juga dalam tanaman temulawak (C. xanthorrhiza Roxb.) dan pada tanaman temugiring (C.

  

heyneana Val.). Kurkumin murni sangat sulit diperoleh langsung dari rimpang

  kunyit karena seringkali tercampur dengan dua turunannya yaitu desmetoksikurkumin dan bidesmetoksikurkumin (Donatus, 1994).

  Kurkumin merupakan pigmen yang larut dalam larutan yang bersifat lipofil, seperti etanol dan metanol, serta larut dalam asam asetat glasial, tetapi praktis tidak larut dalam air dan eter (Windholz, 1981). Aseton juga dapat digunakan sebagai pelarut dalam proses pabrikasi. Kurkumin stabil dalam suasana asam, tetapi tidak stabil dalam suasana basa dan kondisi terang (Stancovic, 2004). Dalam suasana pH netral atau basa, kurkumin dapat terdegradasi menjadi asam firulat (asam 4-hidroksi-3-metoksinamit) dan furolilmetan (4-hidroksi-3- metoksinamoil-metana). Pada range pH 1 – 7, larutan berwarna kuning sedangkan pada pH > 7,5 terjadi perubahan warna menjadi warna merah (Stancovic, 2004).

  Gambar 2 menunjukkan jika furolilmetan terhidrolisis maka akan membentuk vanilin dan aseton (Wang et.al., 1997).

  Gambar 2. Degradasi kurkumin pada pH netral atau basa (Stancovic, 2004).

C. Persyaratan Ekstrak Kental Rimpang Kunyit

  Berdasarkan Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia (Anonim, 2004), ekstrak kental rimpang kunyit adalah ekstrak yang dibuat dari rimpang tumbuhan Curcuma domestica Val., suku Zingeberaceae, mengandung minyak atsiri tidak kurang dari 3,2 % dan kurkuminoid tidak kurang dari 33,9 %.

  a. Pemerian

  1. Bentuk : kental

  2. Warna : kuning

  3. Bau : khas

  4. Rasa : agak pahit

  b. Identitas Rimpang kunyit memiliki kandungan kimia berupa : kurkumin, desmetoksikurkumin, bidesmetoksikurkumin, minyak atsiri dan, oleoresin.

  Senyawa identitas dari rimpang kunyit adalah kurkumin, desmetoksikurkumin, dan bidesmetoksikurkumin c. Kadar air : tidak lebih dari 4 %

  d. Kadar abu total : tidak lebih dari 0,4 % e. Kadar abu tidak larut asam : tidak lebih dari 0,08 % (Anonim, 2004).

D. Ekstraksi

  Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang terlarut supaya terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia yang diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak dapat larut dalam cairan penyari. Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Anonim,2000).

  Cairan penyari dalam proses pembuatan ekstrak adalah pelarut yang optimal untuk senyawa kandungan yang berkhasiat atau aktif, dengan demikian senyawa tersebut dapat terpisahkan dari bahan dan dari senyawa kandungan lainnya. Ekstrak yang diperoleh hanya mengandung sebagian besar senyawa yang diinginkan. Dalam hal ekstrak total, maka cairan pelarut dipilih yang melarutkan hampir semua metabolit sekunder yang terkandung (Anonim,2000).

  Faktor utama yang dipertimbangkan pada pemilihan cairan penyari adalah selektivitas, kemudahan bekerja dan proses dengan cairan penyari tersebut, ekonomis, ramah lingkungan, dan faktor keamanan. Pelarut yang diperbolehkan adalah air dan alkohol (etanol) serta campurannya. Jenis pelarut lain seperti metanol, heksana, toluen, kloroform, aseton, umumnya digunakan sebagai pelarut untuk tahap pemurnian (Anonim,2000).

E. Ekstrak

  Ekstrak merupakan sediaan sari pekat tumbuh-tumbuhan atau hewan yang diperoleh dengan cara melepaskan zat aktif dari masing-masing bahan obat, menggunakan pelarut yang cocok, kemudian pelarut diuapkan sebagian atau semua, dan sisa endapan atau serbuk diatur untuk ditetapkan standarnya (Ansel, 1985).

  Pada ekstrak tumbuhan jika bahan pengekstraksinya sebagian atau saluruhnya diuapkan, maka diperoleh ekstrak yang dikelompokkan menurut sifat- sifatnya menjadi :

  1. Ekstrak encer Sediaan ini memiliki konsistensi seperti madu dan dapat dituang.

  2. Ekstrak kental (extractum spissum)

  Sediaan ini liat dalam keadaan dingin dan tidak dapat dituang. Ekstrak kental mengandung air tidak lebih dari 30%.

  3. Ekstrak kering (extactum siccum)

  Memiliki konsistensi kering dan mudah digosokkan. Melalui penguapan cairan pengekstraksi dan pengeringan sisanya terbentuk suatu produk, yang mengandung air tidak lebih dari 5%.

4. Ekstrak cair (extractum fluidum)

  Diartikan sebagai suatu ekstrak cair yang dibuat sedemikian sehingga satu bagian jamu sesuai dengan satu bagian atau dua bagian ekstrak cair (Voigt, 1994).

F. Identifikasi Kandungan Kimia

  Identifikasi kandungan kimia merupakan suatu bentuk pengujian terhadap simplisia yang bersifat uji secara kualitatif dengan tujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari suatu simplisia yang diperiksa. Metode yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi kandungan kimia adalah sebagai berikut :

1. Uji tabung

  Uji tabung adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui kandungan kimia suatu tanaman melalui pengamatan warna yang terbentuk oleh karena adanya reaksi antara zat aktif yang ada dengan pereaksi yang digunakan.

2. Kromatografi lapis tipis

  Kromatografi lapis tipis adalah metode pemisahan fisikokimia menggunakan teknik padat cair, di mana terjadi perpindahan fase gerak (cairan) melalui suatu fase diam (padatan). Fase diam atau larutan penjerap yang umumnya dipakai ialah silika gel, aluminium oksida, selulosa dan turunannya, dan poliamida. Fase diam ini merupakan suatu lapisan berpori dan akan menghasilkan pemisahan pada pelat. Fase gerak atau disebut juga pelarut pengembang ialah medium angkut dan terdiri atas satu atau beberapa pelarut, yang bergerak dalam fase diam karena adanya gaya kapiler. Fase gerak yang digunakan adalah pelarut bertingkat mutu analitik dan bila diperlukan sistem pelarut multi-komponen harus berupa campuran sesederhana mungkin terdiri atas maksimum tiga komponen

  (Stahl, 1985). Untuk mengelusi fraksi yang bersifat non polar, fase diam yang digunakan dapat berupa silika gel G atau silika GF 254, fase geraknya adalah campuran pelarut yang bersifat non polar. Untuk mengelusi fraksi yang bersifat polar, fase diamnya dapat menggunakan selulosa dan sebagai fase geraknya dapat digunakan campuran pelarut yang bersifat polar (Stahl, 1985).

  Kromatografi lapis tipis merupakan metode analisis yang sensitif, cepat, sederhana, dan tidak mahal (Gritter, 1991). Di samping itu pemakaian pelarut dan cuplikan hanya sedikit. KLT dapat digunakan untuk analisis kualitatif, kuantitatif, dan preparatif, dapat juga digunakan untuk mencari pelarut yang digunakan pada kromatografi kolom, mengetahui arah reaksi, mengidentifikasi, dan mengisolasi senyawa murni berskala kecil (Gritter, 1991).

  Prinsip kerja KLT berupa lapisan yang memisah, yang terdiri atas bahan berbutir-butir atau fase diam ditempatkan pada penyangga berupa pelat gelas, logam, atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisah berupa larutan yang ditotolkan berupa bercak atau pita, setelah pelat ditaruh di dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang atau fase gerak yang cocok, pemisahan terjadi selama perambatan kapiler atau pengembangan, selanjutnya senyawa yang tidak berwarna harus ditampakkan atau dideteksi dengan lampu UV atau dengan pereaksi semprot (Stahl, 1985).

  Identifikasi bercak pada kromatogram dilakukan di bawah lampu ultraviolet pada daerah panjang gelombang 254 nm dan 365 nm ditandai dengan ada atau tidaknya warna. Untuk menampakkan bercak senyawa yang intensitasnya lemah dapat digunakan reaksi semprot yang sesuai (Stahl, 1985).

  Jarak pengembangan senyawa pada kromatogram biasanya dinyatakan dengan angka Rf atau hRf. Harga Rf didefinisikan sebagai perbandingan antara jarak senyawa dari titik awal dan jarak tepi muka pelarut dari awal.

  Rf = Jarak titik pusat bercak dari titik awal Jarak garis depan dari titik awal

  Angka Rf berkisar antara 0,01 – 1,00 dan hanya dapat ditentukan dengan dua desimal. hRf adalah angka Rf dikalikan faktor 100 (h), menghasilkan nilai berkisar antara 0 – 100 (Harborne, 1984 ; Stahl, 1985).

  Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan bercak dan harga Rf dalam KLT antara lain adalah : 1. Struktur dan sifat kimia dari senyawa yang dipisahkan.

  2. Sifat dari bahan penyerap dan derajat aktivitasnya.

  3. Tebal dan kerapatan dari lapisan penyerap.

  4. Derajat kemurnian fase gerak.

  5. Derajat kejenuhan uap dalam bejana pengembangan.

  6. Jumlah cuplikan yang dianalisis.

  7. Suhu.

  8. Kesetimbangan (Stahl, 1985).

G. Spektrofotometri

  Prinsip kerja spektrofotometri adalah berdasarkan atas interaksi antara radiasi elektromagnetik dengan materi. Materi dapat berupa atom, ion atau molekul, sedang radiasi elektromagnetik merupakan salah satu jenis energi yang ditransmisikan dalam ruang dengan kecepatan tinggi. Interaksi antara molekul yang mempunyai gugus kromofor dan radiasi elektromagnetik pada daerah ultraviolet (200-400 nm) dan sinar tampak (400-800 nm) akan menghasilkan spektra serapan elektronik. Spektra serapan ini dapat digunakan untuk analisis kuantitatif karena jumlah radiasi elektromagnetik yang diserap ada hubungannya dengan jumlah molekul penyerap (Skoog, 1985).

  Secara kuantitatif pengukuran absorbsi spektra dapat dihitung dengan menggunakan hukum Beer – Lambert. Pada analisis kuantitatif dengan spektrofotometer, maka sebagai dasar digunakan hubungan antara jumlah cahaya yang diabsorbsi dan jumlah zat yang mengabsorbsi. Hubungan ini dinyatakan sebagai berikut :

  A= k.c.b .................................................. (1) A : absorban (serapan) k : suatu tetapan khas dari bahan larutan c. : konsentrasi dari larutan b : panjang jalur

  Bila c dinyatakan dalam mol per liter, dan panjang jalur (b) dinyatakan dalam sentimeter, persamaan menjadi : A= å.c.b .................................................. (2) Istilah å diketahui sebagai absortifitas molar. Di dalam konsentrasi (c) dari larutan yang didefinisikan sebagai gram/liter, persamaan menjadi : A= a.b.c .................................................. (3) Dalam menggunakan hukum Beer seperti yang tertulis pada persamaan di atas, kita harus mengadakan asumsi bahwa : a. Radiasi yang melewati adalah monokromatik

  b. Pada proses absorbsi, zat pengabsorbsi tidak bereaksi dengan zat-zat lain dalam larutan tersebut c. Degradasi energi berjalan cepat (tak terjadi fluoresensi)

  d. Absorbsi tidak merata di semua bagian yang dilewati radiasi e. Tak terjadi pembiasan pada konsentrasi tersebut (Fatah, 1989).

Dokumen yang terkait

Uji daya inhibisi ekstrak air rimpang kunyit (curcuma domestica Val.) terhadap 3-hidroksi 3-metilglutaril-KoA reduktase - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 18

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Uji daya inhibisi ekstrak air rimpang kunyit (curcuma domestica Val.) terhadap 3-hidroksi 3-metilglutaril-KoA reduktase - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 8

Uji daya inhibisi ekstrak air rimpang kunyit (curcuma domestica Val.) terhadap 3-hidroksi 3-metilglutaril-KoA reduktase - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 10

Uji daya inhibisi ekstrak etanol rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) terhadap 3-hidroksi-3-metilglutaril-KoA reduktase - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 15

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Uji daya inhibisi ekstrak etanol rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) terhadap 3-hidroksi-3-metilglutaril-KoA reduktase - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 8

Uji daya inhibisi ekstrak etanol rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) terhadap 3-hidroksi-3-metilglutaril-KoA reduktase - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 9

Perbedaan kandungan minyak atsiri ekstrak rimpang lengkuas [Languas galanga [L.] Stunsz] secara maserasi dan perkolasi - USD Repository

0 0 73

Uji angka lempeng total, angka kapang/khamir ekstrak rimpang kunyit [Curcuma domestica Val.] dan ekstrak daging buah asam Jawa [Tamarindus indica L.] dari PT. X - USD Repository

0 0 90

Uji cemaran logam berat [arsenikum, cadimum dan plumbum] ekstrak rimpang kunyit [curcuma domestica val] dan ekstrak daging buah asam jawa [tamarindus indica l.] dengan spektrofotometer serapan atom - USD Repository

0 0 84

Pengaruh ekstrak etanol rimpang temulawak [curcuma xanthorrhiza Roxb.] setelah pemberian antidot natrium kalsiumedetat terhadap kadar timbal darah tikus dengan metode spektroskopi serapan atom - USD Repository

0 0 135