PROFIL KABUPATEN LUWU TIMUR

-1-

bab4
PROFIL KABUPATEN LUWU TIMUR

4.1 Geografis dan Adminitrasi Wilayah
Kabupaten Luwu Timur merupakan kabupaten yang berbatasan dengan dua
propinsi yaitu Propinsi Sulawesi Tenggara Tengah di sebelah utara dan timur dan
Propinsi Sulawesi Tenggara di sebelah selatan. Selain itu Kabupaten Luwu Timur
juga berbatasan langsung dengan laut yaitu dengan Teluk Bone di sebelah
selatan. Kabupaten Luwu Timur terletak di sebelah selatan garis khatulistiwa di
antara 2o03’00” - 2o03’25” Lintang Selatan dan 119o28’56” - 121o47’27” Bujur
Timur. Kabupaten Luwu Timur merupakan kabupaten paling timur di Propinsi
Sulawesi Selatan. Adapun batas-batas wilayah administrasi Kabupaten Luwu
Timur sebagai berikut;


Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Poso, Provinsi
Sulawesi Tengah




Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Morowali, Provinsi
Sulawesi Tengah



Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Bone, Kabupaten
Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara



Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Luwu Utara,
Provinsi Sulawesi Selatan.

Malili merupakan Ibukota Kabupaten Luwu Timur. Luas wilayah Kabupaten Luwu
Timur tercatat 6.944,88 km2 atau sekitar 11,14% dari luas wilayah Propinsi
Sulawesi Selatan.. Kecamatan terluas adalah Kecamatan Towuti yang mencapai
1.820,48 km2 atau sekitar 26,21% dari luas wilayah Kabupaten Luwu Timur.
Pembagian wilayah dan peta administrasi berdasarkan kecamatan sebagai
berikut:


RPI2JM 2016-2020
Kab. Luwu Timur, Sulawesi Selatan

-2-

Tabel 4.1
Pembagian Daerah Administratif
di Kabupaten Luwu Timur Tahun 2013
No

Kecamatan

2

Desa

Kelurahan

Dusun


Luas(km )

1

Burau

18

-

66

256,23

2

Wotu

16


-

70

130,52

3

Tomoni

12

1

52

105,91

4


Tomoni Timur

8

-

24

168,09

5

Angkona

10

-

48


147,24

6

Malili

14

1

56

921,20

7

Towuti

18


-

56

1.820,46

8

Nuha

4

1

17

808,27

9


Wasuponda

6

-

29

1.244,00

10

Mangkutana

11

-

47


1.300,96

11

Kalaena

7

-

27

41,98

Jumlah

124

3


492

6.944,88

Sumber: Kabupaten Luwu Timur Dalam Angka 2014

Kabupaten Luwu Timur dibagi menjadi 11 kecamatan yaitu Burau, Wotu, Tomoni,
Angkona, Malili, Towuti, Nuha, Mangkutana, Kalaena, Tomoni Timur, dan
Wasuponda. Wilayah Kabupaten Luwu Timur terdiri dari 124 desa dan 3
kelurahan. Kecamatan yang sudah terbentuk kelurahan adalah Kecamatan
Tomoni, Kecamatan malili dan Kecamatan Nuha.

RPI2JM 2016-2020
Kab. Luwu Timur, Sulawesi Selatan

-3-

RPI2JM 2016-2020
Kab. Luwu Timur, Sulawesi Selatan


Gambar 4.1 Peta Adminitrasi Kabupaten Luwu Timur

-4-

4.2 Demografi
Jumlah Penduduk dan Tingkat Kepadatan Penduduk, Jumlah Penduduk Menurut
Jenis Kelamin dan Laju Pertumbuhan PendudukKabupaten Luwu Timur dapat
dilihat pada tabel 4.2, tabel 4.3 dan tabel 4.4 sebagai berikut:
Tabel 4.2
Jumlah Penduduk dan Tingkat Kepadatan Penduduk
Kabupaten Luwu Timur Tahun 2013

1

Burau

256,23

34.346

134

8.139

Kepadatan
Penduduk
per KK
4

2

Wotu

130,52

30.305

232

6.886

4

3

Tomoni

105,91

23.453

102

6.253

4

4

Tomoni Timur

168,09

12.678

289

3.497

4

5

Angkona

147,24

24.792

168

6.069

4

6

Malili

921,20

39.566

43

7.367

5

7

Towuti

1.820,46

33.427

18

7.132

5

8

Nuha

808,27

23.323

29

6.230

4

9

Wasuponda

1.244,00

20.604

17

4.187

5

10

Mangkutana

1.300,96

21.650

17

5.592

4

11

Kalaena

41,98

11.379

271

3.105

4

Jumlah

6.944,88

275.523

40

64.457

4

No

Luas
2
(km )

Kecamatan

Jumlah
Penduduk

Kepadatan
Penduduk

Jumlah
KK

Sumber: Kabupaten Luwu Timur Dalam Angka 2014

Jumlah penduduk Kabupaten Luwu Timur berdasarkan dokumen Luwu Timur
Dalam Angka 2014 mencapai 275.523 jiwa dengan jumlah rumah tangga
sebanyak 64.457 rumah tangga. Rata-rata jumlah jiwa setiap rumah tangga
sebanyak 4 jiwa. Kecapatan yang terbanyak jumlah penduduknya adalah
Kecamatan Malili sebesar 39.566 jiwa. Disusul Kecamatan Burau sebesar 34.346
jiwa dan Kecamatan Towuti sebesar 33.427 jiwa.
Pada tahun 2013 tercatat kepadatan penduduk Kabupaten Luwu Timur sebesar
40 jiwa per km2. Kecamatan terpadat adalah Kecamatan Tomoni Timur dengan
kepadatan 289 jiwa per km2. Sedangkan Kecamatan yang memiliki kepadatan
terendah adalah Kecamatan Wasuponda dan Mangkutana sebesar masingmasing 17 jiwa per km2.

RPI2JM 2016-2020
Kab. Luwu Timur, Sulawesi Selatan

-5-

Tabel 4.3
Jumlah Penduduk Kabupaten Luwu Timur
Menurut Jenis Kelamin Tahun 2013
No

Kecamatan

Laki-laki

Perempuan

Jumlah

Rasio

1

Burau

17.387

16.959

34.346

102,52

2

Wotu

15.297

15.008

30.305

101,93

3

Tomoni

12.085

11.368

23.453

106,31

4

Tomoni Timur

6.459

6.219

12.678

103,86

5

Angkona

12.632

12.160

24.792

103,88

6

Malili

20.042

19.524

39.566

102,65

7

Towuti

17.564

15.863

33.427

110,72

8

Nuha

12.415

10.908

23.323

113,82

9

Wasuponda

11.023

9.581

20.604

115,05

10

Mangkutana

10.858

10.792

21.650

100,61

11

Kalaena

5.761

5.618

11.379

102,55

Jumlah

141.523

134.000

275.523

105,61

Sumber: Kabupaten Luwu Timur Dalam Angka 2014

Secara umum jumlah penduduk laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan,
terlihat dengan rasio jenis kelamin (sex ratio) penduduk 105,61 dimana setiap
100 perempuan di Luwu Timur terdapat sekitar 106 laki-laki. Rasio jenis kelamin
tertinggi terdapat di Kecamatan Wosuponda yaitu sebesar 115,05 dan rasio
terendah di Kecamatan Mangkutana yaitu 100,61.
Tabel 4.4
Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Luwu Timur
Tahun 2012-2013
No

Kecamatan

2012

2013

Laju Pertumbuhan

1

Burau

31.708

34.346

8,32

2

Wotu

28.781

30.305

5,30

3
4

Tomoni
Tomoni Timur

22.843
11.928

23.453
12.678

2,67
6,29

5

Angkona

22.140

24.792

11,98

6

Malili

33.862

39.566

16,84

7

Towuti

28.746

33.427

16,28

8

Nuha

20.692

23.323

12,72

RPI2JM 2016-2020
Kab. Luwu Timur, Sulawesi Selatan

-6-

9

Wasuponda

18.744

20.604

9,92

10

Mangkutana

20.377

21.650

6,25

11

Kalaena

10.787

11.379

5,49

Jumlah

250.608

275.523

9,94

Sumber: Kabupaten Luwu Timur Dalam Angka 2014

4.3 Topografi
Kondisi topografi mempengaruhi aspek pemanfaatan lahan di Kabupaten Luwu
Timur. Sebagian besar wilayah Kabupaten Luwu Timur merupakan daerah yang
bertopografi pegunungan dan beberapa tempat yang merupakan daerah
pedataran hingga rawa-rawa. Kondisi datar sampai landai terdapat pada semua
wilayah kecamatan dengan yang terluas di Kecamatan Angkona, Burau, Wotu,
Malili dan Mangkutana. Sedangkan kondisi bergelombang dan bergunung yang
terluas di Kecamatan Nuha, Mangkutana dan Towuti.
Berdasarkan ketinggiannya, wilayah Kabupaten Luwu Timur diklasifikasikan ke
dalam tujuh kategori ketinggian dimana luas tiap-tiap ketinggian tersebut yakni
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.5
Kondisi Topografi di Kabupaten Luwu Timur
No.
1
2
3
4.
5
6
7.

Ketinggian(mdpl)
0-300
300-500
500 - 1.000
1.000 – 1.500
1.500 – 2.000
2.000 – 2.500
> 2.500
Jumlah

Luas (Km2)
1.546,18
2.032,10
1.844,47
893,92
476,25
103,36
48,59
6.944,88

Persentase(%)
22.26
29.26
26.56
12.87
6.86
1.49
0.70
100,00

Sumber : Peta Topografi Kabupaten Luwu Timur

Adapun dalam spasial kemiringan lereng di wilayah Kabupaten Luwu Timur yakni
dikategorikan ke dalam kelerengan 0–8%, 8-15%, 15-25%, 25-40% dan di atas
40% dimana dapat dilihat pada “Peta Kemiringan Lereng Kabupaten Luwu Timur“
bahwa wilayah dengan kelerengan 15-25% merupakan kategori kemiringan
lereng yang paling dominan di wilayah Kabupaten Luwu Timur. Untuk lebih

RPI2JM 2016-2020
Kab. Luwu Timur, Sulawesi Selatan

-7-

jelasnya mengenai keadaan kelerengan di Kabupaten Luwu Timur dapat dilihat
pada tabel 6.4 berikut:
Tabel 4.6
Kemiringan Lereng di Kabupaten Luwu Timur
No.
1
2
3
4
5

Kemiringan Lereng
0-8 %
8 - 15 %
15 - 25 %
25 – 40 %
> 40 %
Jumlah

Luas (Km2)
409,29
1.578,03
2.497,21
1.301,24
1.159,11
6.944,88

Persentase (%)
5,89
22,72
35,96
18,74
16,69
100

Sumber : Peta Kemiringan Lereng Kab. Luwu Timur

Berdasarkan pada tabel 6.4 dan gambar 6.3 diketahui bahwa wilayah dengan
kemiringan 0-8% yakni memiliki luas 409,29 Km2, sedangkan luas wilayah yang
kemiringan lereng 8-15% yakni 1.578,03 Km2 dan 2.497,21 Km2 untuk wilayah
dengan kemiringan lereng 15-25% serta 1.159,11 Km2 diatas 40%.

RPI2JM 2016-2020
Kab. Luwu Timur, Sulawesi Selatan

-8-

Gambar 4.2 Peta Topografi Kabupaten Luwu Timur
RPI2JM 2016-2020
Kab. Luwu Timur, Sulawesi Selatan

-9-

Gambar 4.3 Peta Kemiringan Lereng Kabupaten Luwu Timur

RPI2JM 2016-2020
Kab. Luwu Timur, Sulawesi Selatan

- 10 -

4.4 Geohidrologi
Kabupaten Luwu Timur memiliki 5 danau dan 14 sungai. Danau yang terdalam
adalah Danau Matano (589 m) yang berada di Kecamatan Nuha. Danau terluas
adalah Danau Towuti (585 km2) yang terletak di Kecamatan Towuti. Sungai
terpanjang di Luwu Timur adalah sungai Bambalu dengan panjang 15 km.
Kondisi hidrologi di Kabupaten Luwu Timur dibedakan atas air permukaan dan air
tanah dalam. Air permukaan adalah air yang mengalir di permukaan bumi yang di
pengaruhi oleh kondisi klimatologi atau curah hujan, kecepatan evavorasi,
kedalaman muka air dan tutupan lahan sedangkan air tanah dalam atau air di
bawah permukaan yaitu air yang terdapat di dalam celah-celah batuan dan tanah
yang digunakan oleh mayoritas penduduk Kabupaten Luwu Timur untuk
membuat sumur bor dan sumur gali berupa mata air dengan jumlah debit yang
bervariasi.
Secara garis besar, kondisi hidrologi di Kabupaten Luwu Timur dipengaruhi oleh
keberadaan sungai dan danau. Adapun danau tersebut sangat potensial untuk
pengembangan kegiatan budidaya perikanan, pembangkit listrik, budidaya
tambak dan kegiatan pariwisata. Disamping itu juga, terdapat dua buah telaga,
yaitu Telaga Tapareng Masapi seluas 243 Ha, dan Telaga Lontoa seluas 172 Ha.
Untuk lebih jelasnya data mengenai sungai dan danau yang menjadi elemen
paling berpengaruh dalam aspek hidrologi di Kabupaten Luwu Timur dapat dilihat
pada tabel 4.7 dan tabel 4.8 berikut:
Tabel 4.7
Danau, Kedalaman, Luas dan Lokasi Danau
di Wilayah Kabupaten Luwu Timur
No
1.
2.
3.
4.
5.

Nama Danau
Matano
Mahalona
Towuti
Taparang Masapi
Lontoa

Kedalaman
(m)
589
95
95
*
*

Luas
(Km2)
245,70
25,00
585,00
2,43
1,72

Lokasi
Kecamatan Nuha
Kecamatan Towuti
Kecamatan Towuti
Kecamatan Towuti
Kecamatan Towuti

Sumber : Kabupaten Luwu Timur dalam Angka 2012
Ket. *) data tidak diketahui

RPI2JM 2016-2020
Kab. Luwu Timur, Sulawesi Selatan

- 11 -

Tabel 4.8
Nama Sungai, Panjang dan Kecamatan yang dilintasi
di Wilayah Kabupaten Luwu Timur
No.

Nama Sungai

Panjang
(Km)
60

1

Larona

2

Ussu

30

3

Cerekang

50

4

Angkona

48

5

Kalaena

85

6

Powosoi

18

7

Senggeni

24

8
9
10
11
12
13

Bambalu
Lepa-Lepa
Lumbewe
Langkara
Malili
Pongkeru

15
-

Kecamatan
yang dilintasi
Kecamatan Nuha
Kecamatan Nuha
Kecamatan Malili
Kecamatan Nuha
Kecamatan Malili
Kecamatan Nuha
Kecamatan Malili
Kecamatan Angkona
Kecamatan Mangkutana
Kecamatan Mangkutana
Kecamatan Wotu
Kecamatan Mangkutana
Kecamatan Wotu
Kecamatan Wotu
Kecamatan Burau
Kecamatan Burau
Kecamatan Angkona
Kecamatan Malili
Kecamatan Malili

Sumber : Kabupaten Luwu Timur dalam Angka

RPI2JM 2016-2020
Kab. Luwu Timur, Sulawesi Selatan

- 12 -

Gambar 4.4 Peta Daerah Aliran Sungai (DAS)
RPI2JM 2016-2020
Kab. Luwu Timur, Sulawesi Selatan

- 13 -

4.5 Geologi
Kondisi geologiwilayah Luwu Timur diuraikan berdasarkan tinjauan morfologi,
stratigrafi dan struktur geologi.
Geomorfologi
Morfologi daerah ini dapat dibagi atas 4 satuan : Daerah Pegunungan, Daerah
Perbukitan, Daerah Kars dan Daerah Pedataran.


Daerah Pegunungan menempati bagian barat dan tenggara pada lembar
Buyu Baliase, Salindu, Lawangke, Pendolo, Mangkutana dan Rauta,
Ballawai, Ledu ledu dan Tapara Masapi. Pada bagian tenggara lembar peta
terdapat Pegunungan Verbeck dengan ketinggian 800-1346 m di atas
permukaan laut, dibentuk oleh batuan ultramafik dan batugamping meliputi
lembar Ledu-Ledu, Tara Masapi, Malili, Tolala dan Rauta. Puncakpuncaknya antara lain G. Tambake (1838 m), bulu Nowinokel (1700 m), G.
Kaungabu (1760 m), Bulu Taipa (1346 m), Bulu ladu (1274 m), Bulu
Burangga (1032 m) dan Bulu Lingke (1209 m). Sungai-sungai yang mengalir
di daerah ini yaitu S. Kalaena, S. Pincara, S. Larona dan S. Malili merupakan
sungai utama. Pola aliran sungai umumnya dendritik.



Daerah

perbukitan

menempati

bagian

meliputi

lembar

Bone-Bone,

Mangkutana, Wotu sebagian lembar Malili, dengan ketinggian antara 200700 m di atas permukaan laut dan merupakan perbukitan yang agak landai
yang terletak di antara daerah pegunungan dan daerah pedataran.
Perbukitan ini dibentuk oleh batuan vulkanik, ultramafik dan batupasir.
Puncak-puncak bukit yang terdapat di daerah ini diantaranya Bulu Tiruan
(630 m), Bulu Tambunana (477 m) dan Bulu Bukila (645 m).


Daerah Kras menempati bagian timurlaut pada peta lembar Matano dengan
ketinggian antara 800-1700 m dari permukaan laut dan dibentuk oleh
batugamping. Daerah ini dicirikan oleh adanya dolina, “sinkhole” dan sungai
bawah permukaan. Puncak yang tinggi di daerah ini di antaranya Bulu
Empenai (1185 m).



Daerah pedataran menempati daerah selatan semua lembar peta, melampar
mulai dari utara Bone-bone, Wotu dan Malili. Daerah ini mempunyai
ketinggian hanya beberapa meter di atas permukaan laut dan dibentuk oleh

RPI2JM 2016-2020
Kab. Luwu Timur, Sulawesi Selatan

- 14 -

endapan aluvium. Pada umumnya merupakan daerah pemukiman dan
pertanian yang baik. Sungai yang mengalir di daerah ini di antaranya S.
Salonoa, S. Angkona dan S. Malili, menunjukkan proses berkelok.
Sungai-sungai yang bersumber di daerah pegunungan mengalir melewati daerah
ini terus ke daerah pedataran dan bermuara di Teluk Bone. Pola alirannya
dendrit. Terdapatnya pola aliran subdendritit dengan air terjun di beberapa
tempat, terutama di daerah pegunungan, aliran sungai yang deras, serta dengan
memperhatikan dataran yang agak luas di bagian selatan peta dan adanya
perkelokan sungai utama, semuanya menunjukkan morfologi dewasa.
Stratigrafi
Berdasarkan himpunan satuan batuan, struktur dan biostratigrafi, secara regional
lembar Malili termasuk dalam Mandala Geologi Sulawesi Timur dan Mandala
Geologi Sulawesi Barat dibatasi oleh sesar Palu Koro yang membujur hampir
utara – selatan. Mandala Geologi Sulawesi Timur dapat dibagi menjadi dua jalur
(belt) : lajur batuan malihan dan lajur ofiolit Sulawesi Timur yang terdiri dari
batuan ultramafik dan batuan sedimen pelagos mesozoikum. Mandala Geologi
Sulawesi

Barat dicirikan oleh lajur gunungapi Paleogen dan Neogen, intrusi

Neogen dan sedimen flysch Mesozoikum yang diendapkan di pinggiran benua
(Paparan Sunda).
Mandala

Geologi

Sulawesi

Timur,

berdasarkan

jenis

batuannya

dapat

dikelompokkan menjadi 3 (tiga) bagian yaitu : 1) batuan ofiolit, 2) lajur
metamorphic, 3) kompleks batuan campur aduk.


Batuan ofiolit ; merupakan batuan tertua di lembar ini, terdiri dari ultramafik
termasuk harzburgit, dunit, piroksenit, wehrlit dan serpentinit, setempat
batuan mafik termasuk gabro dan basal. Umurnya belum dapat dipastikan,
tetapi diperkirakan sama dengan ofiolit di lengan timur Sulawesi yang
berumur Kapur – Awal Tersier (Simandjuntak, 1986).



Lajur metamorfik, Kompleks Pompangeo ; terdiri dari berbagai jenis sekis
hijau di antaranya sekis mika, sekis hornblende, sekis glaukopan, filit,
batusabak, batugamping terdaunkan atau pualam dan setempat breksi.
Umurnya diduga tidak lebih tua dari Kapur. Di atas ofiolit diendapkan tak
selaras Formasi Matano ; bagian atas berupa batugamping kalsilutit, rijang

RPI2JM 2016-2020
Kab. Luwu Timur, Sulawesi Selatan

- 15 -

radiolaria, argilit dan batulempung napalan, sedangkan bagian bawah tediri
dari rijang radiolaria dengan sisipan kalsilutit yang semakin banyak ke
bagian atas. Berdasarkan kandungan fosil formasi ini menunjukkan umur
Kapur.


Komplek batuan bancuh (Melange Wasuponda) ; terdiri dari bongkahan
asing batuan mafik, serpentinit, pikrit, rijang, batugamping terdaunkan, sekis,
amfibolit dan eklogit berbagai ukuran yang tertanam di dalam massa dasar
lempung merah bersisik. Batuan tektonika ini tersingkap baik di daerah
Wasuponda serta di daerah Ensa, Koro Mueli dan Petumbea, diduga
terbentuk sebelum Tersier (Simandjuntak, 1980).

Pada Kala Miosen Akhir batuan sedimen pasca orogenesa Neogen (kelompok
Molasa Sulawesi) diendapkan tak selaras di atas batuan yang lebih tua.
Kelompok ini termasuk Formasi Tomata yang terdiri dari klastikahalus sampai
kasar, dan Formasi Larona yang umumnya terdiri dari klastika kasar yang
diendapkan dalam lingkungan dangkal sampai darat. Pengendapan ini terus
berlangsung sampai Kala Pliosen.
Struktur Geologi
Struktur utama yang berkembang di daerah ini berupa lipatan, sesar dan kekar.
Sesar meliputi sesar turun, sesar geser dan sesar naik. Daerah ini memiliki
tektonik yang cukup kompleks dengan pengaruh dua sesar besar yaitu Sesar
Palu-Koro dan Sesar Matano. Sesar Palu-Koro berarah relatif utara-selatan,
sedangkan sesar Matano berarah barat laut – tenggara.
Ditinjau dari arah sumbunya pelipatan di wilayah ini dapat dibagi menjadi dua
yaitu perlipatan yang berarah baratdaya-timurlaut dan perlipatan yang berarah
baratlaut –tenggara. Jenis perlipatan yang teridentifikasi melalui kedudukan
batuan adalah jenis antiklin.
Kekar terdapat dalam hampir semua satuan batuan. Terjadinya mungkin dalam
beberapa periode, sejalan dengan perkembangan tektonik di daerah ini. Tegasan
utama berarah N 330 oE, hasil pengukuran pada satuan sekis di Sungai Laimbo
dan satuan metagamping di Sungai Kalaena kemungkinan merupakan arah
sesar Regional Palu-Koro. Arah tegasan relatif timur barat N 270 OE dihasilkan
dari pengukuran pada satuan peridotit di daerah Bonepute. Arah tegasan

RPI2JM 2016-2020
Kab. Luwu Timur, Sulawesi Selatan

- 16 -

tersebut ditafsirkan sebagai arah Sesar Matano, kemungkinan arah ini adalah
arah Sesar matano Bawah. Tegasan utama berarah N 20 oE, hasil pengukuran
pada satuan peridotit di daerah Karebbe diperkirakan sebagai arah tegasan
utama yang mengotrol Sesar Geser Lampea dan Sesar Naik Tabarano. Tegasan
utama berarah N 345 oE, hasil pengukuran pada satuan batupasir sedang di
Sungai Bungadidi ditafsirkan sebagai arah tegasan yang mempengaruhi
pembentukan Perlipatan dan Sesar Naik Balease. Ditempat ini pula dilakukan
pengukuran kekar tarik yang menghasilkan arah N 45 OE, arah tersebut akan
memberikan dukungan terhadap keberadaan struktur sesar turun di wilayah ini.

RPI2JM 2016-2020
Kab. Luwu Timur, Sulawesi Selatan

- 17 -

RPI2JM 2016-2020
Kab. Luwu Timur, Sulawesi Selatan

Gbr 4.5Peta Jenis Tanah Kabupaten Luwu Timur

- 18 -

RPI2JM 2016-2020
Kab. Luwu Timur, Sulawesi Selatan

Gbr 4.6Peta Geologi Kabupaten Luwu Timur

- 19 -

1.6.1.1. Potensi Sumberdaya Mineral
Jenis-jenis potensi sumberdaya mineral yang terdapat di Kabupaten Luwu
Timur, berdasarkan UU No.11 Tahun 1967 (tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Pertambangan) dan PP No.27 Tahun 1980 (tentang Penggolongan BahanBahan Galian), adalah:


Bahan galian golongan A, yaitu batubara.



Bahan galian golongan B, meliputi: emas (Au), tembaga (Cu), seng (Zn)
nikel (Ni), kromit (Cr), dan besi (Fe).



Bahan galian golongan C, meliputi: batuan beku basa-ultrabasa (gabro,
peridotit, dunit, serpentinit, basal), marmer, fosfat, lempung, rijang (chert)
dan serpih, talk, klorit, kuarsa, kuarsit, asbes, mika, batusabak (slate), dan
sirtu (pasir-batu).

RPI2JM 2016-2020
Kab. Luwu Timur, Sulawesi Selatan

- 20 -

Tabel 1.1. Tabel Potensi Sumberdaya Mineral di Wilayah Kabupaten Luwu
Timur
NO
.

POTENSI BAHAN
GALIAN

CADANGAN
HIPOTETIK

1

Gabbro

2

Serpentin,
peridotit, Dunit

3

Kromit

4

Talk, Klorit dan
Kuarsa

5

Batugamping

544.500.000 m³

6

Marmer

248.400.000 m³

7

Lempung

8

Silika (Rijang dan
Serpih)

9

Sirtu

10

Nikel

11

Besi

KETERANGAN

2.450.150.800 m³
187.500.000 m³
50.000 ton Kadar Cr2O3 32,5-45,0 %
(belum dapat Dijumpai pada rekahan
ditentukan) serpentinit, peridotit dan dunit,
saling berasosiasi, cadangan
belum diketahui

22.800.000 m³
(belum dapat
ditentukan)
761.000 m³
550.000.000 ton Kadar rata-rata Ni 1,68%,
bijih kobal (Co) 0,15% serta besi
(Fe) 23%
(belum dapat Di ds. Harapan dijumpai dalam
ditentukan) bentuk endapan besi limonit,
sedangkan di Laoli sebagai
endapan pasir besi di pantai.

Sumber: Rencana Induk Sumberdaya Mineral

Sumberdaya Mineral Belum Ditambang
Sumberdaya mineral yang sampai saat ini belum dilakukan kegiatan
penambagan (eksploitasi) karena masih berada pada tahap kegiatan ekplorasi
prospeksi, meliputi batubara, tembaga, seng, kuarsa, asbes, mika, batusabak,
talk, fosfat. Dengan demikian kadar dan astimasi cadangan (tereka) sangat
terbatas sesuai dengan tingkat eksplorasinya.

RPI2JM 2016-2020
Kab. Luwu Timur, Sulawesi Selatan

- 21 -

Batubara, endapan batubara ditemukan dalam bentuk lensa atau sisipan
pada singkapan batulempung anggota satuan batupasir kasar (F. Larona) di
Daerah Kawasule, Kecamatan Malili dengan kedudukan perlapisan N215oE/20o,
dan tebal tidak kurang dari 10 cm.
Kromit, hasil kajian Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral RI –
Lembaga Penelitian Unhas (2003), menyimpulkan bahwa kromit di Luwu Timur
juga ditemukan di Kecamatan Towuti dengan sumberdaya hipotesis (hasil
penelitian tahapan prospeksi) sebesar 50.000 ton, dengan kadar Cr2O3 32,5-45,0
%.
Besi, Endapan pasir besi di daerah ini berwarna hitam, ukuran pasir
halus-sedang, komposisi mineral berat (besi dan kromit), felspar, dan kuarsa;
tersebar sebagai endapan pasir pantai; berbatasan dengan singkapan batuan
ultrabasa dan lapukannya dalam bentuk laterit.Lokasi singkapan besi limonit
adalah di Desa Harapan, Kecamatan Malili, dan endapan pasir besi tersebar di
Pantai Teluk Bone, sekitar Jalan Poros Malili-Karebbe-Sultra, Daerah Laoli, Desa
Lampia, Kecamatan Malili.Pada tahun 2004 sebuah investor lokal, yaitu PT.
Gema Nusantara Sakti, telah melakukan kegiatan Penyelidikan Umum endapan
laterit besi di Kecamatan Malili, dengan luas wilayah 10.000 ha (Laporan Akhir
“Profil Daerah dan Daya Saing Investasi Kabupaten Luwu Timur”, LP UNHAS
dan Bappeda Kabupaten Luwu Timur, 2006).
Marmer dan Batugamping, penyebaran cukup luar pada topografi kars,
terdapat pada satuan batugamping dan marmer, tekstur bervariasi, komposisi
kimia: CaO 45,88%, MgO 8,00%, Fe2O3 0,06%, MnO 0,01%, P2O5 0,01%; dan
SiO2 0,8%. Besar sumberdaya hipotetiknya adalah 544.500.000 m³.
Fosfat, terdapat di Gua Panning, Gunung Batuputih, Kecamatan Burau.
Kenampakan lapangannya berwarna coklat tua, berukuran butir halus (lempung),
dan bersifat tak padu (un-consolidated). Luas sebaran endapan fosfat di daerah
ini adalah 145,92 m2, dengan volume total sebesar 358,78 m3. Data laboratorium
menunjukkan rata-rata berat jenis conto endapan sebesar 1,24, maka jumlah
tonase endapan fosfat adalah : volume total x berat jenis = 358,78 m 3 x 1,24 =
444,89 ton. Data kimia diketahui rata-rata kandungan P2O5 adalah 16,68%,
dengan demikian maka sumberdayanyaadalah: Tonase x % P2O5 = 444,89 ton x
16,68% = 74,21 ton P2O5.

RPI2JM 2016-2020
Kab. Luwu Timur, Sulawesi Selatan

- 22 -

Gabro, Serpentin, Peridotit dan Dunit ; bahan galian ini dapat menjadi
batuan induk dari unsur-unsur yang bernilai ekonomis seperti nikel, cobal, dll.
Disamping itu dapt pula sebagai bahan galian golongan c untuk keperluan bahan
bangunan dan kontruksi.
Sumberdaya Mineral Tertambang
Sumberdaya mineral yang dimaksud adalah telah melalui penyelidikan
pada tahap eksplorasi rinci (sumberdaya mineral terukur) dan sebagian
cadangan telah ditambang (mineable), yaitu : Nikel, Silika (Chert) dan endapan
pasir batu.
Nikel, sumberdaya mineral ini telah ditambang oleh PT. Inco Tbk
Sorowako. tersebar di daerah Sorowako, Kecamatan Nuha, memiliki cadangan
180.000.000 ton bijih, 3.024.000 ton logam (kadar Ni 1,68%), dengan asosiasi
kobal (Co) 0,15% serta besi (Fe) 23%. Nikel di Sorowako merupakan salah satu
komoditas andalan di daerah ini, yang telah dieksplorasi sejak tahun 1968 dan
dieksploitasi, diproses, diproduksi, serta diekspor ke Jepang sejak 1978 oleh PT.
Inco Tbk Sorowako. Kegunaan utama bijih nikel adalah untuk raw material pada
industri besi dan baja, terutama untuk besi-baja anti karat. Secara keseluruhan
luas wilayah Kontrak Karya PT. Inco Tbk untuk Periode I (1968) dan Periode II
(1995-2005) adalah 218.528 ha, di mana 118.400 ha di antaranya masuk dalam
wilayah Luwu Timur. Selain PT. Inco Tbk, pada tahun 2004 sebuah investor
lokal, yaitu PT. SETIA MULIA BAKTI, juga melakukan kegiatan Penyelidikan
Umum endapan nikel di Kecamatan Nuha, Malili, dan Towuti, dengan luas
wilayah 22.210 ha (Laporan Akhir “Profil Daerah dan Daya Saing Investasi
Kabupaten Luwu Timur”, LP UNHAS dan BAPPEDA Kabupaten Luwu Timur,
2006).Di daerah Larona, Kecamatan Towuti, terdapat juga endapan nikel laterit
dengan sumberdaya terindikasi sebesar 370.000.000 ton, dengan kadar Ni (0,390,93)%, serta asosiasi besi (Fe2O3) 41%, krom (Cr2O3) (2,5-4,8)%, dan titanium
(Ti) 0,15%.
Slika (Chert), silika yang terdapat dalam batu rijang (chert) telah
ditambang oleh pihak PT. Inco Tbk di wilayah Wasuponda, tidak ada informasi
mengenai kualitas dan cadangan sumberdaya mineral ini.
Pasir Batu, Menurut “Laporan Inventarisasi dan Evaluasi Mineral NonLogam di Kabupaten Luwu Timur Sulawesi Selatan” (Nazly Bahar, dkk., DIM,

RPI2JM 2016-2020
Kab. Luwu Timur, Sulawesi Selatan

- 23 -

Bandung), sirtu dijumpai di : Sungai Tomoni, Kecamatan Mangkutana, panjang
endapan sirtu yang prospek untuk di kembangkan hanya sepanjang ± 2 km,
dengan lebar endapan ± 150 m, setebal 2 m. Sungai Kalaena, Desa Kasintuwu,
Kecamatan Mangkutana. Terdiri atas 80% pasir yang didominasi komponen
kuarsa berukuran halus – kasar. Sumberdaya ± 56.000 m³, dan khusus pasirnya
layak sebagai bahan bangunan. Sungai Singgeni, Dusun Tembaga, Desa Jalajja,
Kecamatan Burau. Mempunyai sumberdaya hipotetik ± 60.000 m³, layak sebagai
bahan bangunan. Sungai Bambalu, Desa Bambalu, Kecamatan Burau.
Mempunyai sumberdaya hipotetik mencapai ± 45.000 m³, dan layak sebagai
bahan bangunan.

1.6.1.2. Jenis Tanah
Berdasarkan Peta Tanah Tinjau Propinsi Sulawesi Selatan Skala 1 :
250.000., diketahui bahwa di kabupaten Luwu Timur ditemukan sebanyak 14
kompleks jenis tanah. Tingkat kepekaan jenis tanah tersebut, ditetapkan
berdasarkan SK Mentan No. 837/Kpts/um/1981. Ke 14 kompleks jenis tanah di
perlihatkan pada tabel berikut.

RPI2JM 2016-2020
Kab. Luwu Timur, Sulawesi Selatan

- 24 -

Tabel 1.2. Kompleks Jenis Tanah Kabupaten Luwu Timur
No.

Kompleks Jenis Tanah

Tingkat Kepekaan

1.
2.
3.

Tidak peka
Tidak peka
Tidak peka

5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Aluvial hidromorf, Gley humus
Aluvial hidromorf kelabu
Aluvial hidromorf, Organosol
Aluvial hidromorf, Brown Forest
soil
Brown Forest soil, Aluvial
Grumusol, Mediteran merah kuning
Latosol
Latosol, Litosol
Latosol, Andosol
Mediteran merah kuning
Podsolik kelabu coklat
Podsolik merah kuning, Litosol
Podsolik merah kuning

14.

Rendsina, Mediteran merah kuning

4.

Luas
(ha)
26.010
8.622
52.085

Tidak peka sampai kurang peka

22.286

Kurang peka sampai tidak peka
Peka sampai kurang peka
Agak peka
Agak peka sampai sangat peka
Agak peka sampai peka
Kurang peka
Peka
Peka sampai sangat peka
Peka
Sangat peka sampai kurang
peka

11.166
15.459
234.787
21.602
5.014
931
9.329
102.463
18.721
67.048

Sumber: Bantek RTRW Kab. Luwu Timur Tahun 2004

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa jenis tanah Latosol dan
komplkes Podsolik merah kuning, Litosol mendominasi wilayah Kabupaten Luwu
Timur dengan luas areal masing-masing sebesar 234.787 ha dan 102.463 ha,
sedangkan jenis tanah yang mempunyai sebaran areal terkecil adalah kompleks
jenis tanah Litosol, andosol dengan luas areal hanya mencapai 5.014 ha. Peta
sebaran jenis tanah di Kabupaten Luwu Timur, diperlihatkan pada gambar
berikut.

Gambar 1.1. Peta Jenis Tanah Kabupaten Luwu Timur

RPI2JM 2016-2020
Kab. Luwu Timur, Sulawesi Selatan

- 25 -

1. Geologi
 Peta Geologi beserta penjelasannya
 Peta Jenis Tanah beseta penjelasannya
Struktur penyusun geologi di wilayah Kabupaten Luwu Timur memiliki
formasi batuan yang beragam. Ditinjau dari aspek morfologi, secara umum
kondisi geologi di wilayah ini dibedakan atas empat kategori yakni struktur
batuan pada daerah pegunungan, daerah perbukitan, daerah kars dan
daerah pedataran.
Untuk lebih jelasnya kondisi geologi di wilayah Kabupaten Luwu Timur
berdasarkan formasi dan penjabaran proporsi luas wilayahnya dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 6.7
Struktur Penyusun Geologi di Kabupaten Luwu Timur
No.

Formasi

1.

Formasi Walanae

3.

Endapan Aluvium
dan Pantai
Formasi Tonasa

4.

Formasi Sekala

5.

Formasi Camba

2.

6.
7.
8.
9.

Batuan Gunung
Api Formasi
Camba
Kompleks
Pompangeo
Kompleks
Ultrabasa
Formasi Larona

11.

Batuan Gunung
Api
Endapan Danau

12.

Formasi Matano

13.

Aluvium
Melange
Wasuponda

10.

14.

Batuan
Batu pasir, konglomerat, tufa, batu lanau,
batu lempung, batu gamping, napal
Kerikil, pasir, lempung, lumpur, batu gamping
koral
Batu gamping
Batu pasir hijau, grewake, napal, batu
lempung dan tuf, sisipan lava bersisipan
andesit-basal
Batuan sedimen laut berselingan dengan
batuan gunung api
Breksi, lava, konglomerat, tufa

2

Luas (Km )
0.57
145.09
48.69
0.59
12.11
591.79

Sekis, genes, pualam, serpentin, kuarsit, batu
sabak, pilit dan setempat breksi
Hastburgit, lhersolite, wehrite, websterit,
serpentint, dunit, gabro dan diabas
Batu pasir, konglomerat, batu lempung
dengan sisipan tufa

865.26
1664.19
179.03

Pusat Erupsi

10.49

Lempung, pasir dan kerikil
Batu gamping hablur dan kalsiut, napal dan
serpi dengan sisipan rijang dan batu sabak
Kerikil, pasir, lempung dan lumpur, kerakal
Berbagai bongkah asing serpentint, sekis
ampibolit, doloritmalin batu gamping

58.16
662.11
679.99
191.06

RPI2JM 2016-2020
Kab. Luwu Timur, Sulawesi Selatan

- 26 -

15.

Formasi Tomata

16.

Formasi Larona

17.

Formasi BoneBone

18.

Batu Gamping
Meta

terdaunkan, batuan ultramatic, eklogit dan
masa dasar lempung merah bersisik
Perselingan serpi, batu pasir, dan
konglomerat dengan sisipan napal dan ligmit
Batu pasir, konglomerat, batu lempung
dengan sisipan tufa
Perselingan batu pasir, konglomerat, napal
dan lempung tupaan
Pualam, batu gamping terdaunkan

Jumlah

14.10
0.31
331.23
354.30
6.944,88

Pada daerah pegunungan dibentuk oleh batuan ultramafik dan
batugamping meliputi lembar Ledu-Ledu, Tara Masapi, Malili, Tolala dan
Rauta. Sedangkan pada daerah perbukitan Kabupaten Luwu Timur
memiliki struktur batuan yang terdiri atas batuan vulkanik, ultramafik dan
batupasir. Struktur geologi daerah-daerah Kras merupakan formasi
batugamping. Serta pada daerah pedataran meliputi wilayah bagian selatan
Kabupaten Luwu Timur yakni terdiri atas endapan aluvium.

Gambar 6.7 Peta Geologi Kabupaten Luwu Timur

4.6 Klimatologi

A. Klimatologi
1. Temperatur Udara. Temperatur rata-rata bulanan berkisar pada 24,0-26,1 oC.
Temperatur tertinggi tercatat pada bulan November, sedangkan temperatur
terendah pada bulan Juli. Temperatur rata-rata bulanan cenderung

RPI2JM 2016-2020
Kab. Luwu Timur, Sulawesi Selatan

- 27 -

meningkat dari tahun ke tahun. Variasi tempertaur rata-rata bulanan
diperlihatkan pada gambar berikut.
2. Kelembaban Udara. Kelembaban (relatif) bulanan rata-rata berkisar pada
88,4-93,8%. Kelembaban relatif tertinggi terjadi pada hampir semua bulan
(100%) terutama pada bulan Juli, dan terendah pada bulan September
(80,8%). Variasi kelembaban relative rata-rata bulanan diperlihatkan pada
gambar berikut.
3. Penguapan. Penguapan yang terjadi cukup tinggi dengan nilai rata-rata
bulanan sekitar 2,7-4,3 mm, walaupun demikian diimbangi oleh curah hujan
harian yang tinggi pula. Penguapan tertinggi terjadi pada bulan Oktober (4,3
mm/hari), sedang penguapan terendah teramati pada Bulan Juni (2,7
mm/hari). Periode dengan tingkat penguapan tinggi terjadi mulai bulan
Agustus sampai April ( 3 mm/hari), sedangkan periode dengan penguapan
rendah mulai bulan Mei sampai dengan bulan Juli (3 mm/hari). Profil
penguapan di daerah studi diperlihatkan pada gambar berikut.

4. Curah Hujan. Curah hujan rata-rata bulanan dari tahun 1990 sampai 2001
berkisar di antara 111,3-409.7 mm dengan curah hujan tertinggi pada bulan
Mei dan terendah pada bulan September. Jumlah rata-rata hari hujan setiap
bulan antara 12-25 hari. Periode dengan tingkat curah hujan tinggi terjadi
mulai bulan Maret sampai Mei ( 300 mm), sedangkan periode dengan curah
hujan rendah mulai bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober ( 200
mm). Periode dengan tingkat curah hujan sedang terjadi dari bulan
November sampai Februari (200 – 300 mm). Variasi curah hujan bulanan
diperlihatkan padagambar berikut.

5. Angin. Dalam penelitian ini data kecepatan dan arah angin setiap jam
selama 7 tahun terakhir diperoleh dari Stasiun Meteorologi PT. INCO TBK.

RPI2JM 2016-2020
Kab. Luwu Timur, Sulawesi Selatan

- 28 -

Data angin selama 7 tahun terakhir menunjukkan bahwa antara pukul 07.00
sampai 18.00 (siang) arah angin dominan dari arah tenggara (24,8 %) dan
dari utara (24,13 %), sedangkan antara pukul 19.00 sampai 06.00 (malam)
arah angin dominan dari arah utara (36,8 %) dan dari arah tenggara (19,1 %).
Kecepatan angin selama 7 tahun terakhir antara pukul 07.00 sampai 18.00
sebagian besar berkisar 0 sampai 2 m/s (69,1 %), sedangkan antara pukul
19.00 sampai 06.00 besar berkisar 0 sampai 2 m/s (73.16 %). Hasil
perhitungan data angin secara rinci dapat dilihat pada gambar berikut.

1. Klimatologi
 Tabel keadaan cuaca bulanan kabupaten/kota, antara
laintemperatur, kelembaban, dan curah hujan
 Narasi mengenai kondisi klimatologi di kabupaten/kota

Kondisi klimatologi di Kabupaten Luwu Timur digambarkan dengan
temperatur udara, kelembaban udara, musim, curah hujan, angin dan
jumlah hari hujan yang berbeda-beda tiap bulannya. Berdasarkan data
curah hujan Kabupaten Luwu Timur pada tahun 2011 menunjukkan bahwa
curah hujan tertinggi yakni terjadi pada bulan April-Mei dan bulan
November-Desember dengan kisaran 18-23 jumlah hari hujan. Untuk lebih
jelasnya kondisi klimatologi Kabupaten Luwu Timur pada tahun 2011 dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6.8
Jumlah Hari Hujan dan Curah Hujan Menurut Bulan Di
Kabupaten Luwu Timur Tahun 2011

RPI2JM 2016-2020
Kab. Luwu Timur, Sulawesi Selatan

- 29 -

Jumlah Hari
Curah Hujan
Hujan
(mm)
1
Januari
16
208
2
Februari
17
192
3
Maret
21
239
4
April
22
339
5
Mei
19
359
6
Juni
15
165
7
Juli
14
257
8
Agustus
13
223
9
September
14
201
10 Oktober
10
108
11 November
18
349
12 Desember
23
452
Sumber : Kabupaten Luwu Timur dalam Angka

No.

Bulan

RPI2JM 2016-2020
Kab. Luwu Timur, Sulawesi Selatan

- 30 -

RPI2JM 2016-2020
Kab. Luwu Timur, Sulawesi Selatan

- 31 -

4.7 Sosial dan Ekonomi

A. Perkembangan Tingkat Pendidikan
Salah satu komponen yang berkaitan langsung dengan peningkatan SDM adalah
pendidikan. Karena itu, kualitas SDM selalu diupayakan untuk ditingkatkan
melalui pendidikan yang berkualitas. Sumber daya manusia (SDM) yang handal
merupakan salah satu faktor keberhasilan pembangunan. Salah satu faktor yang
mempengaruhi keberhasilan peningkatan mutu pendidikan diantaranya adalah
ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan.

Tabel 1.3. Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun Keatas Menuru Status
Pendidikan dan Jenis Kelamin, 2013
Jenis
Kelamin
Laki-laki
Perempu
an
Jumlah

Tidk/Belum
Pernah
Sekolah
6,42
8,50
7,44

SD/MI/
Paket A

SMP/MTs/
Paket C

SMU/MTA/
Paket C

17,34
16,86

9,32
9,37

4,27

17,11

9,35

4,84

5,43

PT
1,76
1,79
1,78

Tdk
Bersekolah
Lagi
60,88
58,04
59,49

Sumber: Kabupaten Luwu Timur Dalam Angka 2014

Pada tahun 2013, untuk pendidikan pra sekolah Pemerintah Kabupaten Luwu
Timur telah menyediakan 153 unit Taman Kanak-Kanak. Pada tingkat Sekolah
Dasar tersedia 144 unit SD Negeri, 9 SD Swasta dan 20 Madrasah Ibtidaiyah
(MI). Pada tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) tersedia 24 unit
SLTP Negeri, 10 unit SLTP Swasta dan 23 Madrasah Tsanawiyah (MTs). Pada
tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) tersedia 12 unit SLTA Negeri, 7
unit SLTA Swasta dan 9 Madrasah Aliyah (MA). Selain itu juga tersedia 3 unit
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) untuk mendapatkan sumber daya manusia
yang siap kerja. Pada tingkat sekolah tinggi, tersedia 2 unit Akademi yang
berada di Kecamatan Wotu dan Kecamatan Nuha.

B. Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin

RPI2JM 2016-2020
Kab. Luwu Timur, Sulawesi Selatan

- 32 -

Kemiskinan merupakan masalah pembangunan kesejahteraan sosial masyarakat
yang berkaitan dengan berbagai bidang pembangunan lainnya yang ditandai
dengan adanya pengangguran, keterbelakangan dan ketidakberdayaan. Oleh
karena

itu

kemiskinan

merupakan

masalah

pokok

nasional

yang

penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama
dalam mensejahterakan masyarakat. Kemiskinan dapat dilihat dari keterbatasan
kemampuan ekoonomi masyarakat, sedangkan keterbatasan kemampuan
ekonomi masyarakat dilihat dari jumlah keluarga sejahtera.
Tabel 6.1
Jumlah Penduduk Pra Sejahtera dan Sejahtera
Kabupaten Luwu Timur Tahun 2013
No

Kecamatan

Pra
Sejahtera

Keluarga Sejahtera
I

II

III

Jumlah

III+

1

Burau

1.616

1.690

2.251

2.349

86

7.992

2

Wotu

2.281

1.672

1.206

2.135

86

7.380

3

Tomoni

983

1.767

1.831

1.342

201

6.124

4

Tomoni Timur

980

692

1.025

674

61

3.432

5

Angkona

1.139

1.525

2.020

1.185

173

6.042

6

Malili

1.222

1.933

2.652

2.438

349

8.594

7

Towuti

1.103

1.519

2.391

1.332

370

6.715

8

Nuha

102

200

1.687

1.285

676

3.950

9

Wasuponda

1.044

1.105

1.304

719

11

4.183

10

Mangkutana

2.020

1.121

1.300

1.121

142

5.704

11

Kalaena

687

855

684

915

34

3.175

Jumlah

13.177

14.079

18.351

15.495

2.189

53.291

Sumber: Kabupaten Luwu Timur Dalam Angka 2014

Pada tabel menunjukkan bbahwa pada tahun 2013 di Kabupaten Luwu Timur
keluarga pra-sejahtera mencapai 21% atau 13.177 keluarga, sejahtera I
mencapai 22% atau 14.079 keluarga, sejahtera II mencapai 29% atau 18.351
keluarga, sejahtera III mencapai 25% atau 15.495 keluarga, dan sejahtera III+
mencapai 3% atau 2.189 keluarga.

RPI2JM 2016-2020
Kab. Luwu Timur, Sulawesi Selatan

- 33 -

Keluarga pra sejahtera yang berjumlah 13.177 keluarga terdiri dari 24.981 jiwa
laki-laki dan 23.761 jiwa perempuan, sedangkan keluarga sejahtera I yang
berjumlah 14.079 keluarga terdiri dari 26.781 jwa laki-laki dan 25.378 jiwa
perempuan. Jika berdasarkan status pekerjaannya pada tahun 2013 jumlah
keluarga pra sejahtera yang bekerja ada 84% atau 11.071 keluarga, sedangkan
jumlah keluarga sejahtera I yang bekerja berjumlah 12.537 keluarga atau 89%.
Tabel 1.4. Persentase Keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera I Menurut
Status Pendidikan Kepala Keluarga, 2013
Jenis Kelamin

Persentase (%)
Pra sejahtera
Sejahtera I
26
20
59
59
14
19
1
2
100
100

Tidak Tamat SD
Tamat SD-SLTP
Tamat SLTA
Tamat Akademi /PT
Jumlah

Sumber: Kabupaten Luwu Timur Dalam Angka 2014

Pada tabel terlihat bahwa berdasarkan tingkat pendidikan tertinggi yang
ditamatkan kepala keluarga pada keluarga pra sejahtera, 26% diantaranya
adalah tidak tamat SD, 59% tamat SD-SLTP, 14% tamat SLTA dan sisanya 1%
tamat Akademi/PT. Ini menunjukkan bahwa secara umum tingkat pendidikan di
keluarga pra sejahtera masih tergolong rendah. Persentase keluarga sejahtera I
yang kepala keluarganya tidak tamat SD adalah 20%, 59% tamat SD-SLTP, 19%
tamat SLTA dan 2% tamat Akademi/PT.
jumlah keluarga sejahtera.
Tabel 6.1
Jumlah KeluargaPra Sejahtera dan Sejahtera I Menurut Kecamatan dan
Status Pekerjaan Tahun 2013
Pra Sejahtera
No

Kecamatan

Jumlah

Bekerja

Tdk
Bekerja

Bekerja

Tdk
Bekerja

1

Burau

1.442

174

1.541

149

2

Wotu

1.934

347

1.442

230

3

Tomoni

849

134

1688

79

4

Tomoni Timur

815

165

628

64

5

Angkona

1.020

119

1.465

60

6

Malili

987

235

1.664

269

RPI2JM 2016-2020
Kab. Luwu Timur, Sulawesi Selatan

- 34 -

7

Towuti

847

256

1.273

246

8

Nuha

60

42

152

48

9

Wasuponda

787

257

886

219

10

Mangkutana

1.755

265

1.025

96

11

Kalaena

575

112

773

82

Jumlah

11.071

2.106

12.537

1.542

Sumber: Kabupaten Luwu Timur Dalam Angka 2014

Pada tabel menunjukkan bbahwa pada tahun 2013 di Kabupaten Luwu Timur
C. Perkembangan PDRB
Pada tahu 2013, PDRB Kabupaten Luwu Timur atas dasar harga berlaku
encapai 12.789.845,56 juta rupiah. Dibandingkan dengan tahun 2012, selisihnya
mencapai sekiitar 2.324.195,95 juta rupiah. Peningkatan angka PDRB atas dasar
harga berlaku ini masih dipengaruhi oleh perkembangan harga.
Pada tahun 2013 PDRB per kapita berasarkan harga berlaku mencapai
48.628.373 rupiah. Sedangkan PDRB per kapita berdasaarkan harga konstan
2000 mencapai 20.038.944 rupiah. PDRB per kapita yang sangat tinggi karana
adanya pertambangan nikkel yang dikelola oleh PT. Vale. Olehnya itu angka ini
tidak menggambarkan keadaan dan kondisi riil masyarakat di Kabupaten Luwu
Timur.
Pertumbuhan ekonomi riil tercermin dari peningkatan PDRB atas dasar harga
konstan. Pada tahun 2013, kondisi perekonomian lebih baik. Nilai tambah bruto
yang dihasilkan di daerah ini dapat mengangkat pertumbuhan ekonomi menjadi
9,62%.
Distribusi persentase PDRB atas dasar harga berlaku menunjukkan bahwa
sektor dominan dengan kontribusi mencapai lebih dari 70% adalah sektor
pertambangan dan penggalian, sub sektor pertambangan tanpa migas (nikel).
Sementara sektor pertanian menempati urutan kedua dengan kontribusi sebesar
15,63%.
Struktur lapangan usaha sebagian masyarakat Luwu Timur tidak mengalami
pergeseran dari sektor primer ke sektor sekunder maupun tersier, yang terlihat
dari

besarnya

peranan

masing-masing

lapangan

usaha

ini

terhadap

RPI2JM 2016-2020
Kab. Luwu Timur, Sulawesi Selatan

- 35 -

pembentukan PDRB Luwu Timur. Sumbangan terbesar pada tahun 2014, sama
seperti tahun-tahun sebelumnya, dihasilkan oleh lapangan usaha pertambangan
dan panggalian kemudian pertanian, kehutanan dan perikanan.
Tabel 4
Peranan PDRB Menurut lapangan Usaha (persen), 2010-2014
No
1
2
3
4

5
6
7

8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Kategori/Subkategori
Pertanian, Kehutanan
dan Perikanan
Pertambangan dan
Penggalian
Industri Pengolahan
Pengadaan Listrik dan
Gas
Pengolahan Air,
Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur
Ulang
Konstruksi
Perdagangan Besar
dan Eceran, Reparasi
Mobil dan Sepeda
Motor
Transportasi dan
Pergudangan
Penyediaan
Akomodasi dan
Makan Minum
Informasi dan
Komunikasi
Jasa Keuangan dan
Asuransi
Real Estate

2010

2011

2012

2013

1014

15,57

15,36

15,21

15,94

15,60

66,15

67,14

66,46

64,60

66,42

2,04

2,01

2,08

2,31

2,29

0,04

0,03

0,03

0,03

0,03

0,01

0,01

0,01

0,01

0,00

6,22

5,68

6,06

6,50

5,89

2,75

2,65

2,74

2,74

2,33

0,48

0,45

045

0,47

0,48

0,10

0,10

0,12

0,14

0,13

0,87

0,89

0,97

1,06

0,92

0,52

0,38

0,46

0,52

0,53

1,16

1,21

1,31

1,46

1,55

Jasa Perusahaan
Administrasi
Pemerintah,
Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan
Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial
Jasa lainnya

0,03

0,03

0,03

0,04

0,03

1,83

1,81

1,75

1,72

1,53

1,40

1,42

1,44

1,56

1,40

0,76

0,77

0,80

0,83

0,80

0,07

0,07

0,07

0,08

0,08

PDRB

100

100

100

100

100

Sumber: PDRB Kabupaten Luwu Timur 2010-2014

Perekonomian

Luwu

Timur

pada

tahun

2014

mengalami

persepatan

dibandingkan pertumbuhan tahun-tahun sebelumnya. Laju pertumbuhan PDRB

RPI2JM 2016-2020
Kab. Luwu Timur, Sulawesi Selatan

- 36 -

Luwu Timur tahun 2014 mencapai 8,47%, sedangkan tahun 2013 sebesar
6,31%. Pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai oleh lapangan usaha real estate
sebesar 12,79%. Sedangkan seluruh lapangan usaha ekonomi PDRB yang lain
pada tahun 2014 mencatat pertumbuhan yang positif.
PDRB per kapita Luwu Timur tahun 2014 mencapai 75,6 juta Rupiah, mengalami
peningkatan sekitar 12 juta rupiah dari tahun sebelumnya.
Tabel 4.4 PDRB per Kapita Kabupaten Luwu Timur, 2010-2014
Kategori
1. PDRB per Kapita
2. PDRB per Kapita tanpa
Pertambangan Nikel

2011

2012

2013*

2014 *

48.538.668

2010

55.281.457

59.472.230

63.203.026

75.587.294

16.789.448

18.551.683

20.397.225

22.930.174

26.111.272

Sumber: PDRB Kabupaten Luwu Timur 2010-2014

*) : Angka sementara

D. Grafik laju tingkat investasi (ICOR)

E. Tabel dan grafik laju inflasi daerah
peningkatan sekitar 12 juta rupiah dari tahun sebelumnya.
Tabel 4.4 Inflasi PDRB Menurut Lapangan Usaha, 2009-2013
2010

2011

2012

2013 *

1. Pertanian
9,90
6,76
2. Pertambangan dan
-9,82
13,14
Penggalian
3. Industri Pengolahan
6,16
6,16
4. Listrik, Gas, Air Bersih
2,62
7,31
5. Bangunan
16,17
10,60
6. Perdagangan, Hotel &
1,18
5,53
Restoran
7. Pengangkutan &
26,90
4,38
Komunikasi
8. Keu.Persewaan & Jasa
15,25
7,48
Perusahaan
9. Jasa-jasa
37,25
55,92
PDRB
-3,93
12,03
Sumber: Kabupaten Luwu Timur Dalam Angka 2014
*) : angka sementara

Lapangan Usaha

2009

5,80

4,33

10,69

30,51

1,94

12,34

4,57
1,76
3,20

4,85
2,61
10,86

7,16
6,59
10,56

6,97

6,80

8,68

4,53

9,15

9,38

8,08

8,01

9,96

13,63
24,85

11,13
3,10

6,30
11,48

RPI2JM 2016-2020
Kab. Luwu Timur, Sulawesi Selatan

- 37 -

RPI2JM 2016-2020
Kab. Luwu Timur, Sulawesi Selatan

- 38 -

Tabel 4.4 Inflasi Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Luwu Timur Tahun 2009-2013 (%)
Tanpa Pertambangan

Lapangan Usaha
1. Pertanian
2. Pertambangan dan Penggalian
3. Industri Pengolahan
4. Listrik, Gas & Air Bersih
5. Bangunan
6. Perdagangan, Hotel & Restoran
7. Pengangkutan & Komunikasi
8. Keu. Persewaan & Jasa Perusahaan
9. Jasa-Jasa
Produk Domestik Regional Bruto

2009
9,90
22,08
6,16
2,62
16,17
1,18
26,90
15,25
37,25
12,39

2010
6,76
13,77
6,16
7,31
10,60
5,53
4,38
7,48
55,92
12,34

2011
5,80
3,04
4,57
1,76
3,20
6,97
4,53
8,08
13,63
6,58

2012
4,33
7,27
4,85
2,61
10,86
6,80
9,15
8,01
11,13
5,77

2013 *
10,69
14,62
7,16
6,59
10,56
8,68
9,38
9,96
6,30
9,26

Sumber: BPS Kab. Luwu Timur
*) : Angka sementara

RPI2JM 2016-2020
Kab. Luwu Timur, Sulawesi Selatan

- 39 -

F. Potensi Ekonomi (pertanian, pertambangan dan industri)
Pertanian
Lahan sawah di Kabupaten Luwu Timur seluas 24.074 hektar, terdapat 22.110
ha yang menggunakan irigasi, 1.699 ha merupakan sawah tadah hujan dan
pasang surut 265 ha. Lahan kering di Kabupaten Luwu Timur diantaranya
digunakan untuk berbagai keperluan. Sebanyak 25.404 ha digunakan sebagai
tegal/kebun, 11.934 ha untuk ladang/huma, 33.487 ha untuk perkebunan, 2.871
ha untuk hutan rakyat, 9.092 ha untuk tanah gembala/padang rumput.
Rata-rata produktivitas padi (padi sawah dan padi ladang) di Kabupaten Luwu
Timur pada tahun 2013 sebesar 68,39 kwintal/ha dengan luas panen sebesar
38.571 ha dan produksi 263.818,98 ton. Kecamatan penyumbang produksi padi
terbesar adalah Kecamatan Wotu dengan total produksi 50.352,10 ton dari luas
panen sebesar 5.761 ha.
Kommoditi tanaman pangan Paawija juga dihasilkan Kabupaten Luwu Timur
seperti jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar.
Produksi jagung sebanyak 14.704,78 ton dari luas paanen 2.933 ha. Produksi
kedelai sebesar 77,85 ton dari 69 ha luas panen. Produksi kacang tanah sebesar
82,25 ton dari 60 ha luas panen. Produksi kacang hijau sebesar 9,38 ton dari 13
ha luas panen. Sedangkan komoditas ubi kayu dan ubi jalar mencapai produksi
masing-masing 1.525,43 ton dan 832,88 ton.
Selama kurun waktu 5 tahun, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan selalu
memberikan kontribusi diatas 15%. Pada tahun 2014, persentase sektor ini
terhadap total sedikit menurun dari tahun sebelumnya, yaitu dari 15,94% di tahun
2013 menjadi 15,60% tahun berikutnya. Pertumbuhan ekonomi tahun 2014 pada
kategori ini merupakan yang tertinggi selama kurun waktu 5 tahun terakhir,
mencapai 8,59%. Pertumbuhan sektor ini pada tahun-tahun sebelumnya berkisar
4%-7%.
Pertambangan
Kegiatan pertambangan Nikel di Kabupaten Luwu Timur dilakukan oleh PT. Vale
yang terletak di Kecamatan Nuha. Pada tahun 2013, jumlah produksi Nikel Matte
mencapai 77.118,421 ton. Jumlah ini mengalami kenaikan dari tahun
sebelumnya yang mencapai 71.961,594 ton.

RPI2JM 2016-2020
Kab. Luwu Timur, Sulawesi Selatan

- 40 -

Industri
Kontribusi sektor industri pengolahan terhadap total PDRB hanya sekitar 2%.
Tahun 2014 persentasenya sedikit menurun 0,02% dari tahun sebelumnya
menjadi 2,29%. Laju pertumbuhan kategori industri pengolahan tahun 2014
sebesar 10,54%. Persentase ini mengalami perlambatan dari tahun sebelumnya
yang mencapai 11,56%.

RPI2JM 2016-2020
Kab. Luwu Timur, Sulawesi Selatan