BAB VI PROFIL KABUPATEN LUWU TIMUR - DOCRPIJM 1478843710BAB 6 PROFIL KABUPATEN LUWU TIMUR

BAB VI PROFIL KABUPATEN LUWU TIMUR

6.1 Geografis dan Adminitrasi Wilayah

Gambar 6.1 Peta Adminitrasi Kabupaten Luwu Timur

  Kabupaten Luwu Timur merupakan salah satu kabupaten yang berada dalam lingkup administratif Provinsi Sulawesi Selatan

  2

  yang memiliki luas 6.944,88 Km atau meliputi sekitar 11,14 persen dari luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. Secara geografis, letak wilayah Kabupaten Luwu Timur terletak antara 2 03’ 00’’ – 3 03’ 25’’ Lintang Selatan dan 119 28’ 56’’ sampai 121 47’27’’ Bujur Timur. Adapun batas-batas wilayah administrasi Kabupaten Luwu Timur adalah sebagai berikut;

   Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah  Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah

FINAL REPORT

   Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Bone, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara  Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan.

  8 147,24

  Usia Tengah (Median) : 10 – 15 Tahun

  Laki : 49 % Perempuan : 51 %

  2 Jenis Kelamin

  Populasi (2011) : 266.532 Jiwa Populasi (2015) : 301.679 Jiwa Jumlah Kepadatan : 1.300Jiwa/km

  Sumber: Kabupaten Luwu Timur Dalam Angka

  6 1.244,00

  11 Wasuponda

  11 1.820,46

  10 Towuti

  5 808,27

  9 Nuha

  13 921,20

  8 Malili

  7 Angkona

  Kabupaten Luwu Timur terdiri dari 11 Kecamatan yakni Kecamatan Burau, Wotu, Tomoni, Angkona, Malili, Towuti, Nuha, Mangkutana, Kalaena, Tomoni Timur, dan Wasuponda.

  10 130,52

Tabel 6.1 Pembagian Daerah Administratif di Kabupaten Luwu Timur Tahun 2011 No Kecamata n Desa/ Keluraha n Luas(km

  2 )

  1 Burau

  14 256,23

  2 Wotu

  3 Tomoni Timur

  8 1.300,96

  12 168,09

  4 Tomoni

  7 105,91

  5 Kalaena

  5 41,98

  6 Mangkutana

6.2 Demografi

FINAL REPORT

  Lulusan Perguruan Tinggi (S1-S3) : 3,28 % Lulusan Pendidikan Dasar (SD-SMA) : 68,41 % Upah Minimum Regional : Rp 1. 200.000

  26 6,09

  

9 Bajo Barat 66,3 2,21 9.324 2,80 141 3,79

  

8 Bajo 68,52 2,28 14.238 4,28 208 5,60

  

7 Belopa Utara 34,73 1,16 14.545 4,37 419 11,29

  

6 Kamanre 52,44 1,75 11.238 3,38 214 5,78

  

5 Belopa 59,26 1,98 14.812 4,45 250 6,74

  55 1,49

  4 Suli Barat 153,5 5,12 8.491 2,55

  3 Suli 81,75 5,12 18.479 5,56

Gambar 6.2 Grafik Distribusi Usia

  

2 Larompong Selatan 131 4,37 15.800 4,75 121 3,25

  84 2,25

  1 Larompong 225,5 7,52 18.834 5,66

  2 )

  2 ) (Jiwa) (Jiwa/km

  

Kabupaten Luwu Tahun 2012

No Kecamatan Luas Wilayah % Penduduk % Kepadatan % (km

Tabel 6.2 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Menurut

FINAL REPORT

  FINAL REPORT Sumber: Kabupaten Dalam Angka

  

15 Bua 204,01 6,80 30.955 9,31 152 4,09

  

21 Lamasi Timur 57,65 1,92 12.166 3,66 211 5,69

Jumlah 3000,25 100 332.482 100 3.511 100

  36 0,97

  20 Walenrang Barat 247,13 8,24 8.897 2,68

  68 1,84

  19 Walenrang Utara 259,77 8,66 17.744 5,34

  

18 Lamasi 42,2 1,41 20.364 6,12 483 13,01

  

17 Walenrang Timur 63,65 2,12 15.281 4,60 240 6,47

  

16 Walenrang 94,6 3,15 17.433 5,24 184 4,97

  

14 Ponrang Selatan 99,98 3,33 23.744 7,14 237 6,40

  Kondisi topografi mempengaruhi aspek pemanfaatan lahan di Kabupaten Luwu Timur. Sebagian besar wilayah Kabupaten Luwu Timur merupakan daerah yang bertopografi pegunungan dan beberapa tempat yang merupakan daerah pedataran hingga rawa- rawa. Kondisi datar sampai landai terdapat pada semua wilayah kecamatan dengan yang terluas di Kecamatan Angkona, Burau, Wotu, Malili dan Mangkutana. Sedangkan kondisi bergelombang dan bergunung yang terluas di Kecamatan Nuha, Mangkutana dan Towuti.

  

13 Ponrang 107,09 3,57 26.114 7,85 244 6,57

  79 2,13

  12 Bupon 182,67 6,09 14.451 4,35

  12 0,31

  11 Latimojong 467,75 15,59 5.457 1,64

  47 1,26

  10 Bassesang Tempe 301 10,03 14.115 4,25

6.3 Topografi

  Berdasarkan ketinggiannya, wilayah Kabupaten Luwu Timur diklasifikasikan ke dalam tujuh kategori ketinggian dimana luas tiap- tiap ketinggian tersebut yakni dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 6.3 Kondisi Topografi di Kabupaten Luwu Timur

  Ketinggian Persentase

  2 No. Luas (Km ) (mdpl) (%) 1. 0-300 1.546,18

  22.26

  2. 300-500 2.032,10

  29.26

  3. 500 - 1.000 1.844,47

  26.56

  4. 1.000 893,92

  12.87

  • – 1.500

  5. 1.500 476,25

  6.86

  • – 2.000

  6. 2.000 – 2.500 103,36

  1.49

  7. > 2.500 48,59

  0.70 Jumlah 6.944,88 100,00

  Sumber : Peta Topografi Kabupaten Luwu Timur

  Adapun dalam spasial kemiringan lereng di wilayah Kabupaten Luwu Timur yakni dikategorikan ke dalam kelerengan 0 –8%, 8-15%, 15-25%, 25-

  40% dan di atas 40% dimana dapat dilihat pada “Peta

  

Kemiringan Lereng Kabupaten Luwu Timur“ bahwa wilayah dengan

  kelerengan 15-25% merupakan kategori kemiringan lereng yang paling dominan di wilayah Kabupaten Luwu Timur. Untuk lebih jelasnya mengenai keadaan kelerengan di Kabupaten Luwu Timur dapat dilihat pada tabel 6.4 berikut;

Tabel 6.4 Kemiringan Lereng di Kabupaten Luwu Timur Kemiringan Luas Persentase No.

  2 Lereng (Km ) (%) 1. 0-8 % 409,29 5,89 2. 8 - 15 % 1.578,03 22,72 3. 15 - 25 % 2.497,21 35,96

FINAL REPORT

  4.

  25 1.301,24 18,74

  • – 40 %

  5. > 40 % 1.159,11 16,69

  Jumlah 6.944,88 100,00

  

Sumber :Peta Kemiringan Lereng Kab. Luwu Timur

  5.89

  16.69 0-8 % 22.72 8-15%

  15-25%

  18.74 25-40% >40%

  35.96 Gambar 6.3 Diagram Persentase Kemiringan Lereng di Wilayah Kabupaten Luwu Timur

  Berdasarkan pada tabel 6.4 dan gambar 6.3 diketahui bahwa

  2

  wilayah dengan kemiringan 0-8% yakni memiliki luas 409,29 Km , sedangkan luas wilayah yang kemiringan lereng 8-15% yakni

  2

  2

  1.578,03 Km dan 2.497,21 Km untuk wilayah dengan kemiringan

  2 lereng 15-25% serta 1.159,11 Km diatas 40%.

FINAL REPORT

Gambar 6.4 Peta Topografi Kabupaten Luwu TimurGambar 6.5 Peta Kemiringan Lereng Kabupaten Luwu Timur

6.4 Geohidrologi

  Kondisi hidrologi di Kabupaten Luwu Timur dibedakan atas air permukaan dan air tanah dalam.Air permukaan adalah air yang mengalir di permukaan bumi yang di pengaruhi oleh kondisi klimatologi atau curah hujan, kecepatan evavorasi, kedalaman muka air dan tutupan lahan sedangkan air tanah dalam atau air di bawah permukaan yaitu air yang terdapat di dalam celah-celah batuan dan tanah yang digunakan oleh mayoritas penduduk Kabupaten Luwu Timur untuk membuat sumur bor dan sumur gali berupa mata air dengan jumlah debit yang bervariasi.

  Secara garis besar, kondisi hidrologi di Kabupaten Luwu Timur dipengaruhi oleh keberadaan sungai dan danau.Adapun danau tersebut sangat potensial untuk pengembangan kegiatan budidaya

FINAL REPORT

  perikanan, pembangkit listrik, budidaya tambak dan kegiatan pariwisata.Disamping itu juga, terdapat dua buah telaga, yaitu Telaga Tapareng Masapi seluas 243 Ha, dan Telaga Lontoa seluas 172 Ha. Untuk lebih jelasnya data mengenai sungai dan danau yang menjadi elemen paling berpengaruh dalam aspek hidrologi di Kabupaten Luwu Timur dapat dilihat pada tabel 6.5 dan tabel 6.6 berikut;

Tabel 6.5 Nama Sungai, Panjang dan Kecamatan yang dilintasi di Wilayah Kabupaten Luwu Timur

  

Nama Panjang Kecamatan

No.

Sungai (Km) yang dilintasi

  1. Larona

  60 Kecamatan Nuha Kecamatan Nuha

  2. Ussu

  30 Kecamatan Malili Kecamatan Nuha

  3. Cerekang

  50 Kecamatan Malili Kecamatan Nuha

  4. Angkona

  48 Kecamatan Malili Kecamatan Angkona

  

Nama Panjang Kecamatan

No.

Sungai (Km) yang dilintasi

  5. Kalaena

  85 Kecamatan Mangkutana Kecamatan Mangkutana

  6. Powosoi

  18 Kecamatan Wotu Kecamatan Mangkutana

  7. Senggeni

  24 Kecamatan Wotu

  8. Bambalu

  15 Kecamatan Wotu

  9. Lepa-Lepa Kecamatan Burau -

  • 10. Lumbewe Kecamatan Burau

  11. Langkara Kecamatan Angkona -

FINAL REPORT

  12. Malili - Kecamatan Malili

  13. Pongkeru - Kecamatan Malili

  Sumber :Kabupaten Luwu Timur dalam Angka

Tabel 6.6 Danau, Kedalaman, Luas dan Lokasi Danau di Wilayah Kabupaten Luwu Timur No Nama Danau Kedalaman (m) Luas (Km

  2 ) Lokasi

  1. Matano 589 245,70 Kecamatan Nuha

  2. Mahalona 95 25,00 Kecamatan Towuti

  3. Towuti 95 585,00 Kecamatan Towuti 4.

  Taparang Masapi

  • 2,43 Kecamatan Towuti

  5. Lontoa * 1,72 Kecamatan Towuti

  Sumber : Kabupaten Luwu Timur dalam Angka 2012 Ket. *) data tidak diketahui

Gambar 6.6 Peta DAS Kabupaten Luwu Timur

FINAL REPORT

6.5 Geologi

  Struktur penyusun geologi di wilayah Kabupaten Luwu Timur memiliki formasi batuan yang beragam. Ditinjau dari aspek morfologi, secara umum kondisi geologi di wilayah ini dibedakan atas empat kategori yakni struktur batuan pada daerah pegunungan, daerah perbukitan, daerah kars dan daerah pedataran.

  Untuk lebih jelasnya kondisi geologi di wilayah Kabupaten Luwu Timur berdasarkan formasi dan penjabaran proporsi luas wilayahnya dapat dilihat pada tabel berikut;

Tabel 6.7 Struktur Penyusun Geologi di Kabupaten Luwu Timur

  2 No. Formasi Batuan Luas (Km )

  Batu pasir, konglomerat, tufa, batu lanau,

  1. Formasi Walanae

  0.57 batu lempung, batu gamping, napal Endapan Aluvium Kerikil, pasir, lempung, lumpur, batu 2.

  145.09 dan Pantai gamping koral

  3. Formasi Tonasa Batu gamping

  48.69

  2 No. Formasi Batuan Luas (Km )

  Batu pasir hijau, grewake, napal, batu

  4. Formasi Sekala lempung dan tuf, sisipan lava bersisipan

  0.59 andesit-basal Batuan sedimen laut berselingan dengan

  5. Formasi Camba

  12.11 batuan gunung api Batuan Gunung

  

6. Api Formasi Breksi, lava, konglomerat, tufa 591.79

  Camba Kompleks Sekis, genes, pualam, serpentin, kuarsit, 7.

  865.26 Pompangeo batu sabak, pilit dan setempat breksi Kompleks Hastburgit, lhersolite, wehrite, websterit, 8.

  1664.19 Ultrabasa serpentint, dunit, gabro dan diabas

  Batu pasir, konglomerat, batu lempung

  9. Formasi Larona

  179.03 dengan sisipan tufa Batuan Gunung

  10. Pusat Erupsi

  10.49 Api

  11. Endapan Danau Lempung, pasir dan kerikil

  58.16

  12. Formasi Matano Batu gamping hablur dan kalsiut, napal dan 662.11

FINAL REPORT

  serpi dengan sisipan rijang dan batu sabak

  

13. Aluvium Kerikil, pasir, lempung dan lumpur, kerakal 679.99

  Berbagai bongkah asing serpentint, sekis Melange ampibolit, doloritmalin batu gamping 14.

  191.06 Wasuponda terdaunkan, batuan ultramatic, eklogit dan masa dasar lempung merah bersisik

  Perselingan serpi, batu pasir, dan

  15. Formasi Tomata konglomerat dengan sisipan napal dan

  14.10 ligmit Batu pasir, konglomerat, batu lempung

  16. Formasi Larona

  0.31 dengan sisipan tufa Formasi Bone- Perselingan batu pasir, konglomerat, napal 17.

  331.23 Bone dan lempung tupaan Batu Gamping

  

18. Pualam, batu gamping terdaunkan 354.30

  Meta

  Jumlah 6.944,88

  Pada daerah pegunungan dibentuk oleh batuan ultramafik dan batugamping meliputi lembar Ledu-Ledu, Tara Masapi, Malili, Tolala dan Rauta.Sedangkan pada daerah perbukitan Kabupaten Luwu Timur memiliki struktur batuan yang terdiri atas batuan vulkanik, ultramafik dan batupasir.Struktur geologi daerah-daerah Kras merupakan formasi batugamping.Serta pada daerah pedataran meliputi wilayah bagian selatan Kabupaten Luwu Timur yakni terdiri atas endapan aluvium.

Gambar 6.7 Peta Geologi Kabupaten Luwu Timur FINAL REPORT

6.6 Klimatologi

  14 257

  Sumber : Kabupaten Luwu Timur dalam Angka

  23 452

  12 Desember

  18 349

  11 November

  10 108

  10 Oktober

  14 201

  9 September

  13 223

  8 Agustus

  Kondisi klimatologi di Kabupaten Luwu Timur digambarkan dengan temperatur udara, kelembaban udara, musim, curah hujan, angin dan jumlah hari hujan yang berbeda-beda tiap bulannya. Berdasarkan data curah hujan Kabupaten Luwu Timur pada tahun 2011 menunjukkan bahwa curah hujan tertinggi yakni terjadi pada bulan April-Mei dan bulan November-Desember dengan kisaran 18- 23 jumlah hari hujan. Untuk lebih jelasnya kondisi klimatologi Kabupaten Luwu Timur pada tahun 2011 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 6.8 Jumlah Hari Hujan dan Curah Hujan Menurut Bulan Di Kabupaten Luwu Timur Tahun 2011 No. Bulan Jumlah Hari Hujan Curah Hujan (mm)

  15 165

  6 Juni

  19 359

  5 Mei

  22 339

  4 April

  21 239

  3 Maret

  17 192

  2 Februari

  16 208

  1 Januari

  7 Juli

FINAL REPORT

Gambar 6.8 Peta Klimatologi Kabupaten Luwu Timur

6.7 Sosial dan Ekonomi

6.7.1 Sosial

  Ketersediaan sarana sosial dan ekonomi di suatu wilayah adalah sesuatu hal yang mutlak memenuhi kelayakan.Sarana ini sebagai aspek yang penting dalam pembangunan suatu wilayah yang berperan sebagai pemacu pertumbuhan wilayah dan memenuhi kebutuhan aktivitas masyarakat Kabupaten Luwu Timur.Adapun sarana yang dimaksud yakni sarana pendidikan, peribadatan, kesehatan, perdagangan dan pariwisata.

A. Pendidikan

  Dalam ilmu penataan ruang, sarana pendidikan berperan dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia untuk mengendalikan dan mengatur tata letak serta pembangunan di suatu wilayah. Sarana pendidikan sebagai wadah dalam mewujudkan masyarakat yang terampil dan berintegritas. Di kabupaten Luwu Timur, sarana pendidikan tersebar di seluruh kecamatan dengan jenjang

FINAL REPORT

  pendidikan yang beragam. Jumlah sarana pendidikan jenjang TK yakni berjumlah 155 unit, SD 171 unit, dan 54 unit sarana pendidikan jenjang SMP serta jenjang SMA 31 unit. Tabel berikut menguraikan sarana pendidikan berdasarkan jenjang pendidikan dan pembagian administratif kecamatan di Kabupaten Luwu Timur.

  7

  7

  9. Wasuponda

  27

  4

  6

  10

  8. Nuha

  4

  43

  3

  8

  20

  12

  7. Towuti

  12

  2

  5

  7

  Sarana peribadatan menjadi sebuah pemberi informasi tentang agama yang mayoritas di anut oleh penduduk di wilayah tersebut.Penyediaan sarana peribadatan dimaksudkan untuk upaya meningkatkan kualitas hidup beragama dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga nilai-nilai perikehidupan yang telah ada dapat dipertahankan.Adapun ketersediaan sarana peribadatan di Kabupaten Luwu Timur dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan

  54 31 411 Sumber : Kabupaten Luwu Timur Dalam Angka

  19 Jumlah 155 171

  1

  3

  8

  11. Kalaena

  25

  39

  4

  5

  16

  14

  10. Mangkutana

  55

  7

Tabel 6.9 Sarana Pendidikan di Kabupaten Luwu Timur Tahun 2011

  2. Wotu

  3. Tomoni

  50

  3

  6

  22

  19

  55

  14

  3

  7

  19

  26

  1. Burau

  No Kecamatan Sarana Pendidikan Jumlah TK SD SMP SMA

  16

  2

  22

  15

  21

  6. Malili

  39

  3

  5

  16

  5. Angkona

  2

  25

  1

  1

  12

  11

  4. Tomoni Timur

  34

B. Sarana Peribadatan

FINAL REPORT

  agamis masyarakat Kabupaten Luwu Timur. Berikut tabel 6.10 yang menjabarkan ketersediaan sarana peribadatan di Kabupaten Luwu Timur pada tahun 2011.

  31

  56

  8. Nuha

  13 3 10 1 -

  27

  9. Wasuponda

  19

  3 9 -

  10 Mangkutana

  7. Towuti

  18 20 53 0 -

  91

  11. Kalaena

  10 24 12 12 -

  58 Jumlah 311 155 227 83 776

  Sumber : Kabupaten Luwu Timur Dalam Angka

  Berdasarkan tabel yang menjabarkan ketersediaan sarana peribadatan di Kabupaten Luwu Timur diketahui bahwa jumlah fasilitas peribadatan yang berada di Kabupaten Luwu Timur yakni sejumlah 776 unit dimana sarana peribadatan penganut muslim meliputi mesjid dan mushola lebih mendominasi berkesinambungan dengan penduduk Kabupaten Luwu Timur yang mayoritas adalah umat muslim. Adapun pengklasifikasian sarana peribadatan di

  36 6 14 0 -

  81

Tabel 6.10 Sarana Peribadatan di Kabupaten Luwu Timur Tahun 2011 No Kecamatan Sarana Peribadatan Jumlah M e s ji d

  3. Tomoni

  

a

Langga r Ge re ja P ura

  V ira ha

  1. Burau

  52 14 33 4 - 103

  2. Wotu

  41 24 17 12 -

  94

  34 16 28 0 -

  51 10 16 4 -

  78

  4. Tomoni Timur

  8 7 13 14 -

  42

  5. Angkona

  29 28 22 36 - 115

  6. Malili

FINAL REPORT

C. Sarana Kesehatan

  1

  51

  1 23 - 3 - 2 - 7 4 10 1

  3 Tomoni -

  57

  3 9 8 -

  2

  3 1 -

  1 29 -

  2 Wotu

  Kabupaten Luwu Timur yakni terdiri atas empat jenis yakni mesjid sebanyak 311 unit, musholla atau langgar 155 unit, 227 unit geraja dan pura sejumlah 83 unit.

  71

  1 2 15 11 4 -

  1 36 - 1 -

  1 Burau -

  

Apo

tik

P ra k te k Dok ter S pes ia li s P ra k te k Dok ter Gi gi P ra k te k Dok ter Umum P ra k te k Bida n P ustu P osk e s des P olinde s

Tabel 6.11 Sarana Kesehatan di Kabupaten Luwu Timur Tahun 2011 N o Kecamatan Sarana Kesehatan J umla h Rumah S a k it P usk e s ma s P osy a ndu Klini k / Ba la i Kes e hata n

  Adapun sarana kesehatan di Kabupaten Luwu Timur dapat dilihat pada tabel berikut;

  Upaya untuk memenuhi pelayanan kesehatan terhadap masyarakat Kabupaten Luwu Timur ditentukan oleh jumlah dan kualitas pelayanan fasilitas kesehatan.Jumlah dan kualitas yang dimaksud berkaitan dengan jumlah fasilitas, jangkauan pelayanan, tenaga dan peralatan medis.Tingkat partisipasi masyarakat terhadap kesehatan di suatu wilayah dapat dilihat pada ketersediaan dan kelayakan sarana kesehatan yang ada di wilayah tersebut. Ketersediaan sarana kesehatan sebagai bentuk perwujudan masyarakat yang sehat.

  4 Tomoni Timur

  • 1

  31

  1

  3

  5

  8

  33

  8 4 6 -

  85

  9 Wasuponda -

  12 1 - - -

  5 Angkona -

  2

  4 4 5 -

  29

  1 Mangkutan -

  1 26 - - - -

  2

  2 5 2 2

  40

  1

  16

  1

  9

  1 25 - - - - 1 - 7 6 -

  40

  6 Malili -

  2

  31

  1 3 -

  3

  16 - - - - 2 - 3 8 1

  1

  67

  7 Towuti -

  4

  30

  1 1 -

  1 1 - 5 11 -

  54

  8 Nuha

  2 8 7 1

FINAL REPORT

  0 a

  11 Kalaena

  1

  11

  1 - 2 4 - - - - - -

  19 Jumlah

  2 15 255

  4

  

14

  6 15 55 43 60 71 5 543 Sumber : Kabupaten Luwu Timur Dalam Angka 2012

  Berdasarkan tabel diatas jumlah sarana kesehatan di Kabupaten Luwu Timur yakni sejumlah 543 unit meliputi dua unit rumah sakit, 15 unit puskesmas, 255 unit posyandu, empat unit klinik/balai pengobatan, 14 unit apotik, enam unit praktek dokter spesialis, 15 unit praktek dokter gigi, 55 unit praktek dokter umum, 43 unit praktek bidan, 60 unit pustu, 71 unit poskesdes, dan lima unit polindes.

6.7.2 Ekonomi

  Struktur ekonomi suatu daerah yang digambarkan dengan besarnya peranan sektor-sektor ekonomi (pembangunan) dalam mengasilkan output berupa barang dan jasa adalah sangat penting untuk diketahui karena dari gambaran tersebut kita akan dapat melihat kondisi perekonomian suatu daerah. Semakin besar peran atau kontribusi yang diberikan oleh sektor bersangkutan terhadap PDRB, maka semakin besar pula pengaruh sektor tersebut dalam perkembangan perekonomian daerah. Dalam melihat struktur ekonomi dan besarnya kontribusi sektor terhadap PDRB dapat dilihat dalam dua kondisi yakni pada kondisi PDRB dinilai atas harga berlaku dan pada kondisi PDRB dinilai atas harga konstan. Namun demikan, kedua kondisi ini dapat menggambarkan hal yan sama tentang peran sektor-sektor terhadap PDRB, walaupun nilai PDRBnya berbeda. Kondisi Perekonomian Daerah dapat dijelaskan berdasarkan grafik dalam Profil Bidang Cipta Karya Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2012 sebagai berikut :

  Keuangan, Perse Jasa-jasa, 6.46 waan dan Jasa Angkutan dan

  Perusahaan, 5.2 Komunikasi, 3.2

  8

  5 Perdagangan, H Bangunan, 1.77 otel & FINAL REPORT

  Profil Bidang Cipta Karya Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2012

Gambar 6.9 Grafik Distribusi Kegiatan Ekonomi Kab. Luwu Timur

  Pertanian : 65,94 % Listrik, Gas dan Air Bersih : 0,74 % Bangunan : 1,77 % Industri Pengolahan : 9,34 % Keuangan : 5,28 % Pengangkutan dan Komunikasi : 3,25 % Jasa - Jasa : 6,46 % Perdagangan, Hotel, dan Restoran : 6,94 % Pertambangan dan Penggalian : 0,28 %

  Selanjutnya khusus di Kabupaten Luwu Timur, dalam melihat struktur ekonominya, selalu dilihat dari dua aspek yakni ; yang pertama : dengan memasukkan PDRB pertambangan nikel dan yang kedua : tampa memasukkan PDRB pertambangan nikel. Alasan mengapa struktur ekonomi daerah ini harus dilihat dari dua sisi terswebut, karena PDRB pertambangan nikel ini memegang peran sekitar 80,06 % dari PDRB Kabupeten Luwu Timur, sementara PDRB pertambangan nikel ini dikuasai oleh PT.INCO TBK sebesar 79,79 % dan Kabupaten ( masyarakat ) hanya sekitar 0,25 %.

FINAL REPORT

  Struktur ekonomi dan kontribusi sektor-sektor dalam pemdapatan daerah yang merupakan nilai dari PDRB pada tahun 2003 dan tahun 2007 digambarkan dalam tabel berikut :

Tabel 6.12 Struktur Ekonomi daerah kabupaten Luwu Timur 2003

  

(Termasuk Pertambangan Nikel )

2007 2003 LAPANGAN USAHA ( Dalam %

  ( Dalam%) )

  Pertanian 16,15 13,23 Pertambanggan/Penggalian 76,98 80,06 Industri Pengolahan 2,29 1,71 Listrik, Gas & Air Minum 0,19 0,18 Bangunan 0,31 0,30 Perdaganggan,Hotel&Restoran 1,32 1,30 Angkutan & Komunikasi 0,57 0,76 Keuanan, Persewaan Dan Jasa

  0,84 0,96 Perusahaan Jasa - Jasa 1,34 1,46

  T O T A L 100,00 100,00 Sumber : BPS, Kabupaten Luwu Timur Dalam Angka, 2009

  Dengan memasukkan pertambanan nikel, maka terlihat bahwa sektor pertambangan/penggalian memberikan kontribusi terhadap PDRB sebesar 80.06 % pada tahun 2007 dan pada tahun 2003 sebesar 76,98 % Angka ini menggambarkan bahwa pengaruh sektor pertambangan / penggalian terhadap perekonomian daerah kabupaten Luwu Timur adalah sangat besar, sehingga struktur ekonomi daerah ini dapat dikatakan sebagai struktur ekonomi pertambangan, sementara yang mewarnai struktur ekonomi ini hanya pertambanggan nikel ( PT.INCO TBK ) yang berlokasi di Kecamatan Nuha. Sementara itu, pada tahun yang sama sektor pertanian hanya memberikan kontribusi PDRB sebesar 13,23 % pada tahun 2007, sedang pada tahun 2003 adalah sebesar 16,15 %. Kondisi ini

FINAL REPORT

  memberikan gambaran yang terbalik, karena kenyataan dilapangan ternyata sektor pertanian adalah sektor yang memberikan pendapatan terbesar terhadap masyarakat. Selanjutya struktur ekonomi dan kontribusi sektor-sektor tehadap PDRB kabupaten pada tahun 2003 dan tahun 2007 tampa memasukkan pertamnggan nikel dapat dilihat pada tabel. Tabel ini menggambarkan bahwa sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB kabupaten yaitu 69,97 % pada tahun 2003 dan 66,18 % pada tahun 2007. Hal ini berarti sektor pertanian adalah sektor yang memberikan pengaruh terbesar dalam perekonomian daerah .dibanding dengan sektor- sector lainnya.Pada kondisi seperti ini, struktur ekonomi daerah adalah struktur ekonomi agraris atau pertanian. Sementara itu sektor pertambangan / pengalian hanya memberikan kontribusi sebesar 0,27 % pada tahun 2003 dan 0,25 % pada tahun 2007.

Tabel 6.13 Struktur Ekonomi daerah kabupaten Luwu Timur 2003

  dan2007(Tanpa Pertambangan Nikel ) 2003 2007 LAPANGAN USAHA ( Dalam%) ( Dalam % )

  Pertanian 69,97 66,18 Pertambanggan/Penggalian 0,27 0,25 Industri Pengolahan 9,92 8,58 Listrik, Gas & Air Minum 0,82 0,89 Bangunan 1,36 1,48 Perdaganggan, Hotel & Restoran 5,74 6,53 Angkutan & Komunikasi 2,48 3,79 Keuanan, Persewaan Dan Jasa

  3,64 4,82 Perusahaan Jasa – Jasa 3,64 7,50

  T O T A L 100,00 100,00 Sumber : BPS, Kabupaten Luwu Timur Dalam Angka, 2009

  Perkembangan sektor-sektor perekonomian daerah dapat dilihat pada

FINAL REPORT

  perkembangan atau pertumbuhan Out-put sektor yang digambarkan dalam PDRB sektor-sektor setiap tahun. Perkembangan atau pertumbuhan sektor ini akan berbeda-beda karena proses aktivitas ekonomi setiap sektor menggunaka faktor-faktor produksi yang berbeda beda untuk menghasilkan barang dan jasa ( out-put). Pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan sektor-sektor dihitung berdasarkan nilai PDRB masing-masing atas dasar harga konstan untuk memperoleh angka pertumbuhan yang mencerminkan pertumbuhan rill yang dihasilkan oleh kegiatan sektor tersebut.Perhitunggan dengan dasar harga konstan ini pada dasarnya menghilangkan pengaruh harga yang terjadi setiap tahunnya, sehingga pertumbuhan yang nyata dapat dihasilkan setiap tahun. Berkaitan dengan penyerapan dan kecenderungan investasi / penanaman modal daerah, mka investasi itu harus dapat menjadi bagian dari penyelenggaraan perekonomian daerah dan ditempatkan sebagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah dalam rangka menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan, meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi, mendorong pembangunan ekonomi kerakyatan, serta mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu sistem perekonomian yang berdaya saing. Tujuan penyelenggaraan penanaman modal hanya dapat tercapai apabila faktor penunjang yang menghambat iklim penanaman modal dapat diatasi, antara lain melalui perbaikan koordinasi antar instansi / lembaga pemerintah dan daerah, penciptaan birokrasi yang efesien, kepastian hukum di bidang penanaman modal, biaya ekonomi yang berdaya saing tinggi, serta iklim usaha yang kondusif di bidang ketenagakerjaan dan keamanan berusaha. Dengan perbaikan berbagai faktor penunjang tersebut, diharapkan realisasi penanaman modal akan membaik secara signifikan. Sebagaimana yang telah dijelaskan terdahulu, bahwa penyerapan

FINAL REPORT

  investasi daerah pada tahun 2007 adalah sekitar Rp.998,8 Milyaryang terbagi dalam sektor-sektor. Untuk sektor industri telah menyerap investasi Rp. 9,07 milyar, sektor perdagangan sebesar Rp. 24,40 milyar dan sektor pertambangan penyerapan investasi sekitar Rp. 869,62 milyar. ( termasuk didalamnya pertambangan nikel yang dikelola oleh P.T. INCO TBK ). Sementara sekto-sektor lainnya; Pertanian, Listrik, gas dan air minum, Bangunan, Perdagangan,hotel dan restoran, Angkutan dan komunikasi, Keuangan,persewaan dan jasa perusahaan serta sector Jasa-jasa hanya menyerap investasi sekitar Rp. 95,71 milyar.

  Kecenderungan Investasi tahun 2003 – 2007 diluar perhitungan pertambangan nikel PT. INCO TBK, adalah pada sektor Jasa-Jasa, sektor Perdagangan,hotel dan restoran, sektor Angkutan dan komunikasi serta sektor Keuangan,persewaan dan jasa perusahaan, sementara kecenderungan pada sektor Industri pengolahan masih terlihat relatif kecil. Dengan melihat perkembangan pembangunan diberbagai sekto, terutama dalam pembenahan sarana dan prasarana wilayah yang langsung menunjang berbagai kegiatan ekonomi daerah, maka di perkirakan pertumbuhan sektor-sektor akan mengalami perubahan peningkatan yang lebih normal dan diperkirakan akan terdapat beberapa sektor yang memiliki perkembangan PDRB yang cukup besar dalam priode 2009

  • – 2014 dan priode 2014-2019 mendatang yakni : sector Pertanian, Pertambangan/penggalian ( tidak termasuk PT.INCO TBK ), Industri, Perdagangan dan Jasa-Jasa. Sektor-sektor ini diharapkan akan berkembang dengan kebijakan pemerintah daerah dalam memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi penanam modal, terutama dalam upaya pengembangan penanaman modal untuk usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi, serta penjaminan hak, dan kemudahan dalam memenuhi kewajiban, dan tanggung jawab penanam modal, serta penyediaan fasilitas penanam

FINAL REPORT

  modal dalam proses perizinan. Disamping itu, dengan semakin membaiknya sarana dan prasarana wilayah serta semakin berkembangnya sektor-sektor unggulan / potensial dan semakin membaiknya iklim berusaha di daerah ini, maka diharapkan akan mengalirnya masuk ke daerah ini sejumlah investasi berupa penanaman modal yang diperkirakan rata-rata 10% dari PDRB Kabupaten Luwu Timur selama priode 20 ( dua puluh tahun ) mendatang.

  Berdasarkan Profil Bidang Cipta Karya Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2012, pada tahun 2010, PDRB kabupaten Luwu Timur atas dasar harga berlaku mencapai Rp. 8.334.560,32,- juta rupiah.

  Dibandingkan dengan tahun 2009, selisihnya mencapai sekitar Rp. 1.918.525,90,- juta rupiah. Peningkatan angka PDRB atas dasar harga berlaku ini masih dipengaruhi oleh perkembangan harga.

  Pertumbuhan ekonomi riil tercermin dari peningkatan PDRB atas dasar harga konstan. Setelah dua tahun berturut-turut yaitu antara tahun 2008

  • – 2009 mengalami pertumbuhan negatif, tetapi pada tahun 2010 PDRB Kabupaten Luwu Timur mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan yaitu mencapai 16,15 persen. Angka ini merupakan tertinggi dari seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan Distribusi presentase PDRB atas dasar harga berlaku menunjukkan bahwa sektor pertambangan dan pengalian, sub sektor pertambangan tanpa migas (nikel). Sementara sektor pertanian menempati urutan kedua dengan kontribusi sebesar 15,49 persen. Pada tahun 2010, PDRB perkapita Kabupaten Luwu Timur berdasarkan harga berlaku mencapai Rp 34.288.866,- dengan tambang nikel dan Rp. 9.101.866 tanpa tambang nikel. Sedang PDRB perkapita berdasarkan harga konstan 2000 menca dan Rp. 4.048.154 tanpa tambang nikel. PDRB perkapita Kabupaten Luwu

FINAL REPORT

  Timur yang sangat tinggi karena adanya pertambangan yang dikelola oleh PT. INCO, Tbk. Olehnya itu masyarakat ini tidak mengambarkan keadaan dan kondisi riil masyarakat Kabupaten Luwu Timur