Pengaruh Partisipasi Penganggaran, Job Relevant Information, Kejelasan SasaranAnggaran Dan Kapasitas Individu Pada Senjangan Anggaran.

PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN, JOB RELEVANT
INFORMATION, KEJELASAN SASARAN ANGGARAN,
DAN KAPASITAS INDIVIDU PADA SENJANGAN ANGGARAN
(Studi Empiris pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Badung)

SKRIPSI

Oleh :
KOMANG KARTIKA TRI PRADANI
NIM :1215351074

PROGRAM EKSTENSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016

i

PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN, JOB RELEVANT
INFORMATION, KEJELASAN SASARAN ANGGARAN,

DAN KAPASITAS INDIVIDU PADA SENJANGAN ANGGARAN
(Studi Empiris pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Badung)

SKRIPSI

Oleh :
KOMANG KARTIKA TRI PRADANI
NIM :1215351074

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
di Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana

2

Denpasar
2016

3


LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji
pada tanggal : 14 Januari 2016

Tim Penguji :

1. Ketua

Tanda tangan

: Dr. Drs. I Dewa Gede Darma Suputra, M.Si,Ak

......………….

2. Sekretaris : Ni Made Adi Erawati, SE.,M.Si

......………….


3. Anggota

......………….

: Dr. Maria M.Ratna Sari, SE.,M.Si.,Ak

Mengetahui,
Ketua Jurusan Akuntansi

Dr. A.A.G.P. Widanaputra, SE, M.Si.,Ak.
NIP. 19650323 199103 1 004

Pembimbing

Ni Made Adi Erawati, SE.,M.Si
NIP. 19680706 199402 2 001

4

PERNYATAAN ORISINALITAS


Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya,
di dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh
orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi dan tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,
kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka.
Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat
unsur-unsur plagiasi, saya bersedia di proses sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.

Denpasar, 14 Januari 2016
Mahasiswi,

Komang Kartika Tri Pradani
NIM: 1215351074

5

KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas berkat rahmat-Nya, skripsi yang berjudul “Pengaruh Partisipasi
Penganggaran, Job Relevant Information, Kejelasan Sasaran Anggaran dan
Kapasitas Individu pada Senjangan Anggaran (Studi Empiris pada Satuan
Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Badung)” dapat diselesaikan sesuai
dengan yang direncanakan. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan
terimakasih kepada:
1.

Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE.,M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Udayana.

2.

Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE.,M.Si, selaku Pembantu Dekan I
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

3.

Dr. A.A.G.P. Widanaputra, SE, M.Si., Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi,

serta Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE,M.Si., selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

4.

Drs. I Ketut Suardika Nata, M.Si., selaku Ketua Program Ektensi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

5.

Dra. Ni K. Lely Aryani Merkusiwati, M.Si.,Ak. Selaku Pembimbing
Akademik

6.

Ni Made Adi Erawati, SE.,M.Si selaku Dosen Pembimbing atas waktu,
bimbingan, masukan, serta motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.

6


7.

Dr. Drs. I Dewa Gede Dharma Putra, M.Si.,Ak., selaku Dosen Pembahas
atas masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8.

I Nyoman Nurcaya, SE.,MM atas segala motivasi, bimbingan dan masukan
yang diberikan kepada penulis.

9.

Kedua orang tua penulis Drs. I Wayan Suartika dan Ni Wayan Karnasih atas
motivasi dan masukan yang diberikan serta seluruh anggota keluarga yang
selalu memberikan dorongan semangat dan doa yang sangat berarti bagi
penulis.

10.


Teman-teman seperjuangan Sukrisna Dewi, Dewik Erina, Kartika
Wijayanthi, Surya Pratiwi, Sukaniasih, Dewi Octaviani, Ardi Tresnayani,
Ayu Prabawati, Hery Septiawan, Susi Adnyani, AA Putri Rahayu, Indah
Kusuma, Adik Hari Raharja, AA Surya Narayana yang telah memberikan
dukungan dan motivasi bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi.

11.

Teman-teman seperjuangan FEB Unud Angkatan 2012 atas kerjasama dan
kebersamaannya.

12.

Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih belum sempurna.

Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan sebagai masukan yang
berharga. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang
terkait.


Denpasar, 14 Januari 2016
Penulis

7

Judul

Nama
NIM

: Pengaruh Partisipasi Penganggaran, Job Relevant Information,
Kejelasan Sasaran Anggaran dan Kapasitas Individu pada
Senjangan Anggaran (Studi Empiris pada Satuan Kerja
Perangkat Daerah Kabupaten Badung).
: Komang Kartika Tri Pradani
: 1215351074

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menmberi bukti empiris pengaruh

partisipasi anggaran, job relevant information, kejelasan sasaran anggaran dan
kapasitas individu terhadap timbulnya senjangan anggaran.
Penelitian ini dilakukan pada 54 SKPD Kabupaten Badung dengan metode
pengumpulan data menggunakan teknik kuisioner dan wawancara. Jumlah
responden yang digunakan sebanyak 218 orang dengan menggunakan metode
purposive sampling. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
regresi linear berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan partisipasi penganggaran berpengaruh
positif pada senjangan anggaran, sedangkan job relevant information, kejelasan
sasaran anggaran dan kapasitas individu berpengaruh negatif pada senjangan
anggaran.

Kata Kunci : Partisipasi Penganggaran, Job Relevant Information, Kejelasan
Sasaran Anggaran, Kapasitas Individu, dan Senjangan Anggaran.

8

DAFTAR ISI

JUDUL ..................................................................................................................


i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................

ii

PERNYATAAN ORISINILITAS .......................................................................

iii

KATA PENGANTAR ..........................................................................................

iv

ABSTRAK ............................................................................................................

vi

DAFTAR ISI.........................................................................................................

vii

DAFTAR TABEL ................................................................................................

x

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................

xi

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................

xii

BAB I

PENDAHULUAN ..................................................................
1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................
1.2 Rumusan Masalah ............................................................
1.3 Tujuan Penelitian ..............................................................
1.4 Kegunaan Penelitian .........................................................
1.5 Sistematika Penulisan .......................................................

1
1
15
15
16
17

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS ........
2.1 Landasan Teori ..................................................................
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) ..........................
2.1.2 Anggaran ...............................................................
2.1.2.1 Pengertian Anggaran ...............................
2.1.2.2 Fungsi Anggaran .....................................
2.1.3 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) ..................................................................
2.1.4 Penganggaran Sektor Publik..................................
2.1.4.1 Konsep Anggaran Sektor Publik .............
2.1.4.2 Pengertian Anggaran Sektor Publik ........
2.1.4.3 Jenis-jenis Anggaran Sektor Publik ........
2.1.4.4 Prinsip-prinsip Anggaran Sektor Publik .
2.1.4.5 Proses Penyusunan Anggaran Sektor
Publik ......................................................
2.1.5 Senjangan Anggaran ..............................................
2.1.6 Partisipasi Penganggaran .......................................
2.1.7 Job Relevant Information .....................................
2.1.8 Kejelasan Sasaran Anggaran .................................
2.1.9 Kapasitas Individu .................................................

19
19
19
20
21
22

9

23
24
24
25
25
26
27
30
31
32
33
34

2.2 Rumusan Hipotesis ............................................................
2.2.1 Pengaruh Partisipasi Penganggaran dengan
Senjangan Anggaran ..............................................
2.2.2 Pengaruh Job Relevant Information dengan
Senjangan Anggaran ..............................................
2.2.3 Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran dengan
Senjangan Anggaran ..............................................
2.2.4 Pengaruh Kapasitas Individu dengan Senjangan
Anggaran ...............................................................

37

BAB III

METODE PENELITIAN .....................................................
3.1 Desain Penelitian ...............................................................
3.2 Lokasi Penelitian ...............................................................
3.3 Objek Penelitian ................................................................
3.4 Identifikasi Variabel ..........................................................
3.4.1 Definisi Operasional Variabel ...............................
3.5 Jenis dan Sumber Data ......................................................
3.6 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel .............
3.6.1 Populasi .................................................................
3.6.2 Sampel dan Metode Penentuan Sampel ................
3.7 Metode Pengumpulan Data ...............................................
3.8 Teknik Analisis Data .........................................................
3.8.1 Uji Statistik Deskriptif ...........................................
3.8.2 Uji Kualitas Data ...................................................
3.8.2.1 Uji Validitas ...........................................
3.8.2.2 Uji Reliabilitas ........................................
3.8.3 Uji Asumsi Klasik .................................................
3.8.3.1 Uji Normalitas ........................................
3.8.3.2 Uji Heteroskedastisitas ............................
3.8.3.3 Uji Multikolinearitas ...............................
3.8.4 Analisis Regresi Linear Berganda .........................
3.8.5 Uji Kelayakan Model dan Uji Hipotesis ...............

39
39
40
40
40
41
44
44
44
45
45
46
46
47
47
47
48
48
48
49
49
50

BAB IV

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN .............................
4.1 Gambaran Umum Instansi .................................................
4.2 Data Penelitian ...................................................................
4.2.1 Responden Penelitian ............................................
4.2.2 Karakteristik Responden Penelitian ......................
4.2.3 Analisis Jawaban Responden ................................
4.3 Hasil Penelitian ..................................................................
4.3.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif .................................
4.3.2 Uji Kualitas Data ...................................................
4.3.2.1 Uji Validitas ...........................................
4.3.2.2 Uji Reliabilitas ........................................
4.3.3 Uji Asumsi Klasik .................................................

51
51
53
53
54
57
64
64
66
66
68
69

10

35
35
36
37

BAB V

4.3.3.1 Uji Normalitas .........................................
4.3.3.2 Uji Heteroskedastisitas ............................
4.3.3.3 Uji Multikolinearitas ...............................
4.3.4 Uji Regresi Linear Berganda .................................
4.3.5 Uji Kelayakan Model dan Uji Hipotesis ...............
4.4 Pembahasan Hasil Uji Hipotesis........................................
4.4.1 Pengaruh
Partisipasi
Penganggaran
pada
Senjangan Anggaran ..............................................
4.4.2 Pengaruh Job Relevant Information dengan
Senjangan Anggaran .............................................
4.4.3 Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran dengan
Senjangan Anggaran .............................................
4.4.4 Pengaruh Kapasitas Individu dengan Senjangan
Anggaran ...............................................................
PENUTUP ..............................................................................
5.1 Simpulan ............................................................................
5.2 Saran-saran ........................................................................

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

11

69
69
70
71
73
76
76
77
78
79
81
81
82

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1
Tabel 1.2
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6
Tabel 4.7
Tabel 4.8
Tabel 4.9
Tabel 4.10
Tabel 4.11
Tabel 4.12
Tabel 4.13
Tabel 4.14
Tabel 4.15
Tabel 4.16
Tabel 4.17
Tabel 4.18
Tabel 4.19

Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) Kabupaten/Kota di Bali tahun 2013 ......................
Realialisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) Kabupaten Badung Tahun Anggaran 2011-2014 ..
Ringkasan Penelitian dan Pengembalian Kuisioner ............
Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin .........
Karakteristik Responden berdasarkan Usia.. ......................
Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan .
Karakteristik Responden berdasarkan Jabatan ....................
Karakteristik Responden berdasarkan
Masa Kerja
Jabatan.. ...............................................................................
Karakteristik Responden berdasarkan Masa Kerja..............
Analisis Jawaban Responden – Variabel Senjangan Anggaran
Analisis Jawaban Responden – Variabel Partisipasi
Penganggaran .................................................................. 60
Analisis Jawaban Responden – Job Relevant Information.
Analisis Jawaban Responden – Kejelasan Sasaran
Anggaran .............................................................................
Analisis Jawaban Responden – Kapasitas Individu ............
Hasil Analisis Statistik Deskriptif .......................................
Hasil Uji Validitas ...............................................................
Hasil Uji Reliabilitas.. .........................................................
Hasil Uji Normalitas (Kolmogorov-Smirnov Test) .............
Hasil Uji Heteroskedastisitas ...............................................
Hasil Uji Multikolinearitas ..................................................
Hasil Uji Analisis Regresi Linear Berganda. ......................

12

6
6
54
55
55
56
56
57
57
59

61
62
63
64
67
68
69
70
71
72

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1
Gambar 4.1

Desain Penelitian .................................................................
Struktur SKPD .....................................................................

13

39
52

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7

Daftar Nama SKPD Kabupaten Badung, 2015
Kuisioner Penelitian
Data Ordinal dan Data Interval Jawaban Kuisioner Responden
Frekuensi Jawaban Responden
Uji Kualitas Data
Uji Asumsi Klasik
Uji Regresi Linear Berganda

14

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak
dicapai dalam periode waktu tertentu dan dinyatakan dalam ukuran finansial.
Anggaran dirancang untuk dijadikan pedoman sekaligus tolak ukur kinerja bagi
seluruh bagi seluruh kegiatan yang akan dilaksanakan, dan juga digunakan sebagai
alat koordinasi untuk pelaksanaan kegiatan tersebut. Suatu organisasi membutuhkan
anggaran untuk menerjemahkan keseluruhan strategi ke dalam rencana jangka pendek
serta tujuan jangka pendek dan jangka panjang (Hansen dan Mowen, 2001).
Anggaran sektor publik merupakan instrumen akuntabilitas atas pengelolaan
dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dengan uang publik.
Sistem anggaran sektor publik dalam perkembangannya telah menjadi instrumen
kebijakan multifungsi yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi
(Mardiasmo, 2002). Anggaran sektor publik dibuat untuk membantu menentukan
tingkat kebutuhan masyarakat seperti listrik, air bersih, kualitas kesehatan,
pendidikan dan lain sebagainya agar terjamin secara layak. Gambaran tersebut
tercermin pada komposisi dan besarnya anggaran, yang secara langsung
merefleksikan arah dan tujuan pelayanan masyarakat yang diharapkan. Tingkat
kesejahteraan masyarakat dipertaruhkan oleh keputusan yang diambil pemerintah
melalui anggaran yang mereka buat.

Pemberlakuan otonomi daerah berdasarkan UU No.32 Tahun 2004, telah
menyebabkan

manajemen

keuangan

daerah

khususnya

Kabupaten

Badung

mengalami perubahan yaitu reformasi penganggaran. Reformasi penganggaran
merupakan perubahan dari sistem anggaran tradisional (traditional budget system) ke
sistem anggaran berbasis kinerja (performance budget system) (Sandrya, 2013).
Sistem anggaran tradisional bersifat tersentralisasi yaitu penyusunan anggaran yang
dilakukan secara terpusat, tidak adanya tolok ukur penilaian kinerja dalam pencapaian
tujuan dan sasaran pelayanan publik serta adanya informasi yang tidak memadai,
sehingga dapat menimbulkan terjadinya senjangan anggaran. Sistem anggaran
berbasis kinerja disusun untuk mengatasi kelemahan anggaran tradisional dan
menggunakan kinerja sebagai tolok ukur (Mahsun, dkk., 2007)
Sistem anggaran berbasis kinerja merupakan proses pembangunan yang efisien
dan partisipatif dengan harapan dapat meningkatkan kinerja agen. Anggaran daerah
disusun eksekutif sebagai agen dan disahkan oleh legislatif sebagai prinsipal. Namun,
penilaian kinerja berdasarkan target anggaran akan mendorong agen untuk melakukan
senjangan anggaran demi jenjang karir yang lebih baik di masa mendatang (Suartana,
2010).
Pada dasarnya penganggaran dibagi menjadi dua kategori yaitu penganggaran
top-down dan bottom-up (partisipasi). Proses penyusunan anggaran pemerintah
menggunakan metode buttom up. Buttom up merupakan metode penyusunan
anggaran yang dilaksanakan dari tingkat bawah ke tingkat yang paling atas atau
puncak. Proses penyusunan anggaran yang dilakukan pemerintah disebut dengan

Musrenbang (Musyawarah Rencana Pembangunan) yang dilakukan dari Musrenbang
tingkat desa hingga Musrenbang tingkat nasional (Pemerintah Pusat Jakarta).
Tahapan Musrenbang sebagai berikut. Pertama, Musrenbang yang dilakukan
pada tingkat desa atau kelurahan (Musrenbang Kelurahan) membicarakan mengenai
kebutuhan yang diperlukan masyarakat desa atau kelurahan tersebut untuk dapat
direncanakan dan dibantu dari pemerintah. Kedua, Musrenbang yang dilakukan pada
tingkat kecamatan (Musrenbang Kecamatan) yang membahas dan menyepakati
langkah-langkah penanganan program kegiatan prioritas yang tercantum dalam
Daftar Usulan Rencana Kegiatan Pembangunan Desa/Kelurahan yang diintegrasikan
dengan prioritas pembangunan daerah kabupaten/kota di wilayah kecamatan, yang
dikoordinasikan oleh Bappeda kota dan dilaksanakan oleh Camat. Ketiga,
Musrenbang yang dilakukan pada tingkat kabupaten (Musrenbang Kabupaten) yang
membicarakan apakah permintaan dan keinginan dari masyarakat sesuai dengan yang
benar-benar dibutuhkan masyarakat. Ketiga, Musrenbang yang dilaksanakan pada
tingkat Provinsi (Musrenbang tingkat Provinsi) dilakukan untuk mengkaji apakah
perencanaan yang dibuat oleh masing-masing Kabupaten sesuai dengan visi misi
Presiden serta apakah sesuai dengan RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah) yang telah disepakati. Keempat, Musrenbang yang dilakukan
tingkat Nasional (Musrenbang Nasional) merupakan musyawarah yang dilakukan
untuk mengkaji ulang apa yang telah dipersiapkan masing-masing Provinsi dan
melihat kecukupan dana publik yang tersedia.

Proses penganggaran sektor publik khususnya organisasi pemerintahan daerah,
manajemen tingkat atas hingga tingkat bawah terlibat secara langsung dalam
penyusunan suatu anggaran dalam kurun periode waktu tertentu. Bagi setiap orang
yang terlibat secara langsung dalam proses penyusunan tersebut anggaran akan
mempunyai dampak langsung yang akan dirasakan pada perilaku penyusunnya.
Perilaku yang timbul berupa perilaku positif dan negatif. Jika perilaku yang muncul
bersifat positif, maka visi dan misi organisasi bisa berjalan dengan seimbang sesuai
dengan tujuan organisasi. Sebaliknya jika perilaku penyusunnya bersifat negatif,
maka bisa menimbulkan senjangan anggaran (Warindrani, 2006). Ajibolade, et al.
(2013) berpendapat semakin ketat sebuah anggaran maka semakin kecil kemungkinan
terjadinya senjangan anggaran, sebaliknya jika anggaran disusun secara fleksibel
maka kemungkinan terjadinya senjangan anggaran akan semakin besar.
Senjangan (slack) adalah selisih antara sumber daya yang sebenarnya
diperlukan untuk efisien menyelesaikan suatu tugas dan jumlah sumber daya yang
lebih besar yang diperuntukkan bagi tugas tersebut (Ikhsan, dkk, 2005:176). Menurut
Suartana (2010) senjangan anggaran terjadi karena penentuan pendapatan yang terlalu
rendah (understated) dan biaya yang terlalu tinggi (overstated). Hal ini dapat
berdampak buruk pada organisasi sektor publik yaitu terjadi kesalahan alokasi
sumber

daya

dan

bias

dalam

evaluasi

kinerja

agen

terhadap

unit

pertanggungjawabannya. Secara umum, senjangan anggaran dipandang sebagai
hambatan serius dalam penggunaan anggaran organisasi secara efektif (Yimaz et al,
2011). Yeyen (2013) mengatakan jika dilihat dari alat ukur finansial berupa anggaran,

masih terdapat ketidaktepatan dalam menentukan input, yang pada akhirnya tidak
menunjukkan efisiensi dan efektivitas anggaran.
Terjadinya senjangan anggaran dalam sektor publik bukan didasari karena
adanya bonus maupun kenaikan gaji para pegawainya, melainkan karena adanya asas
konservatif. Asas konservatif atau asas kehati-hatian dalam penganggaran bertujuan
untuk menjaga pengeluaran dan penerimaan dalam keadaan seimbang serta
menghindari pengeluaran yang berlebihan.

Asas konservatif merupakan asas

perhitungan yang menganut asas maksimal untuk pembiayaan dan minimal untuk
pendapatan. Hal ini berarti pegawai pemerintah daerah kurang berani mengambil
risiko untuk menargetkan pendapatan yang terlalu tinggi dan pembiayaan yang
efisien dalam anggaran. Jika dikaitkan dengan serapan anggaran, para pengamat
ekonomi

menyoroti

bahwa

(anggaran.depkeu.go.id).

penyerapan

Karena

anggaran

kurangnya

terbilang

realisasi

belanja

masih
publik

rendah
untuk

menyejahterakan masyarakat yang disebabkan oleh alokasi belanja yang tidak
direalisasikan dengan baik mengakibatkan masyarakat kurang sejahtera sehingga
kinerja pemerintah daerah dinilai kurang maksimal.
Dilihat pada Tabel 1.1, Kabupaten Badung merupakan kabupaten yang
memiliki kemampuan keuangan tertinggi dibandingkan dengan kabupaten lainnya di
Provinsi Bali. Semakin tinggi tingkat kemampuan keuangan suatu daerah, maka
potensi timbulnya senjangan anggaran juga semakin tinggi.

Tabel 1.1 Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Kabupaten/Kota di Bali Tahun 2013 (dalam jutaan rupiah)
Jumlah Pendapatan daerah
Jumlah Belanja daerah
Kabupaten/Kota
(Rp)
(Rp)
Badung
2.954.662,10
2.755.459,70
Denpasar
1.547.605,20
1.537.883,60
Buleleng
1.390.605,20
1.413.380,90
Tabanan
1.253.026,80
1.198.702,30
Gianyar
1.248.415,60
1.192.027,60
Karangasem
1.041.577,60
1.078.485,80
Jembrana
754.335,00
718.538,40
Klungkung
711.405,20
665.548,50
Bangli
702.229,00
652.343.7
Sumber: BPS Provinsi Bali, 2015 (data diolah)
Perkembangan APBD tahun anggaran 2010-2014 di Kabupaten Badung dapat
dilihat pada Tabel 1.2 berikut ini.
Tabel 1.2 Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Kabupaten Badung Tahun Anggaran 2010-2014 (dalam jutaan rupiah)
Anggaran
Realisasi
Anggaran
Realisasi
Pendapatan
Belanja
Belanja
Tahun Pendapatan
%
Daerah
Daerah
Daerah
Daerah
2010 1.363.308,90 1.425.462,90 105 1.570.119,10 1.319.058,40
2011 1.558.985,20 1.850.707,40 119 1.812.280,40 1.572.210,50
2012 1.935.433,60 2.620.854,10 135 2.638.916,50 2.334.080,30
2013 2.494.697,30 2.954.662,10 118 3.027.775,10 2.755.459,70
2014 3.155.737,10 3.459.986,00 110 3.614.006,60 3.276.164,10
Sumber : BPS Kabupaten Badung, 2015 (data diolah)

%
84
87
88
91
91

Berdasarkan Tabel 1.2 di atas, mencerminkan kemungkinan adanya senjangan
anggaran di Kabupaten Badung. Dugaan adanya senjangan anggaran ini dapat dilihat
dari realisasi pendapatan daerah yang selalu lebih tinggi dari jumlah anggaran
pendapatan yang ditargetkan sebelumnya. Di sisi lain, realisasi belanja daerah selalu

lebih rendah dari jumlah anggaran belanja yang ditetapkan sebelumnya sehingga
menunjukkan anggaran belanja tidak terserap secara maksimal. Hal ini diduga
dilakukan agar kinerja pemerintah daerah terlihat bagus, karena realisasi anggaran
yang dicapai selalu melampaui target yang ditetapkan sebelumnya bahkan pada tahun
2012 sebesar 35% melampaui target anggaran.
Pada tahun 2015 dan tahun-tahun sebelumnya, Badung selalu menjadi daerah
yang paling mandiri di Indonesia dalam perspektif keuangan daerah dan memiliki
rasio pendapatan paling tinggi se-Indonesia (info-anggaran.com). Oleh karena itu,
pemerintah kabupaten Badung akan mengoptimalkan penganggarannya dengan
partisipasi seluruh SKPD yang taat asas serta mengupayakan terwujudnya konsistensi
antara penganggaran dengan realisasi. Namun dengan adanya partisipasi dalam
penganggaran akan cenderung menimbulkan senjangan anggaran untuk menghindari
risiko ketidakpastian lingkungan di masa mendatang.
Salah satu faktor yang banyak diteliti dan dianggap memiliki pengaruh yang
signifikan dalam menciptakan senjangan anggaran adalah adanya partisipasi
penganggaran. Partisipasi penganggaran adalah proses yang menggambarkan
individu-individu yang terlibat dalam penyusunan anggaran dan mempunyai
pengaruh terhadap target anggaran (Brownell, 1982). Partisipasi anggaran merupakan
suatu metode dalam penganggaran dengan tujuan memeroleh anggaran yang objektif.
Musrenbang merupakan bagian dari partisipasi penganggaran. Musrenbang
menyediakan ruang bagi masyarakat untuk menyuarakan kebutuhan pada pihak
pemerintah. Musrenbang merupakan pendekatan bottom-up di mana suara masyarakat

bisa secara aktif memengaruhi rencana anggaran pemerintah dan bagaimana proyekproyek pembangunan disusun. Selanjutnya dilakukan kegiatan forum SKPD, kegiatan
tersebut dalam rangka penyusunan dokumen perencanaan pembangunan tahunan
yaitu Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) sebagai tahap lanjutan dari
musrenbang desa/kelurahan dan kecamatan yang telah dilaksanakan sebelumnya.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Brownell dan Mc Innes (1986) dengan
menggunakan sample 224 manajer tingkat menengah di tiga perusahaan manufaktur.
Hasil penelitiannya gagal membuktikan bahwa partisipasi akan meningkatkan kinerja
manajerial melalui peningkatan motivasi. Dalam proses penyusunan anggaran,
manajer mengusulkan anggaran dan atasan mengalokasikan sumber daya berdasarkan
tujuan dari proyek. Sangat mungkin bahwa manajer akan menggunakan banyak
strategi untuk mendapatkan dana maksimal dalam proses penganggaran (Huang,
2009).
Young (1985) dan Merchant (1985) telah menguji secara empiris bahwa
senjangan anggaran terjadi karena bawahan memberi informasi yang bias kepada
atasan dengan cara melaporkan biaya yang lebih besar atau pendapatan yang lebih
rendah. Hasil penelitiannya menunjukkan bawahan yang terlibat dalam penyusunan
anggaran cenderung melakukan senjangan anggaran untuk menghindari risiko. Dapat
disimpulkan bahwa partisipasi penganggaran berpengaruh positif pada senjangan
anggaran, yang berarti bahwa bawahan yang berpartisipasi dalam penyusunan
anggaran akan cenderung menimbulkan senjangan anggaran untuk menghindari
risiko. Penelitian lain dilakukan oleh Davis et al (2006) mengindikasikan bahwa

partisipan yang menambah slack pada rekomendasi anggaran awal menunjukkan
kurangnya tanggung jawab mereka sendiri untuk sebuah keputusan anggaran yang
telah dibuat jika dibandingkan dengan partisipan yang tidak menambahkan slack pada
anggaran yang dibuat.
Faktor lain yang dapat memengaruhi senjangan anggaran adalah job relevant
information. Kren (1992) dalam Nugroho (2010) mengidentifikasi JRI sebagai
informasi utama dalam organisasi, yaitu informasi yang memfasilitasi pembuatan
keputusan yang berhubungan dengan tugas. Chong et al (2002) menyatakan bahwa
apabila bawahan/pelaksana anggaran ikut berpartisipasi dalam penyusunan anggaran,
maka akan menghasilkan pengungkapan informasi privat yang mereka miliki.
Atasan/pemegang kuasa anggaran akan menerima informasi yang belum diketahui
sebelumnya dan dapat meningkatkan akurasi pemahaman terhadap tugas bawahannya
sehingga akan berdampak pada berkurangnya asimetri informasi. Job relevant
information meningkatkan kinerja melalui pemberian perkiraan yang lebih akurat
mengenai lingkungan sehingga dapat dipilih rangkaian tindakan yang terbaik
(Merchant, 1985).
Salah satu karakteristik dari penganggaran adalah adanya kejelasan sasaran
anggaran (Kenis dalam Minanda, 2009). Kejelasan sasaran anggaran didefinisikan
sejauh mana tujuan anggaran ditetapkan secara jelas dan spesifik dengan tujuan agar
dapat dimengerti oleh orang yang bertanggung jawab atas pencapaian sasaran
anggaran tersebut. Adanya sasaran anggaran yang jelas, maka akan mempermudah

dalam mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan dari suatu pelaksanaan
tugas yang telah dilaksanakan dalam rangka untuk mencapai tujuan-tujuan dan
sasaran-sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya (Pitasari, 2014). Pencapaian
sasaran anggaran akan lebih mudah dicapai ketika pihak penyusun mengerti
mengenai rencana yang akan dilaksanakan. Penelitian yang dilakukan oleh Suhartono
dan Solichin (2006) menunjukkan bahwa kejelasan sasaran anggaran berpengaruh
negatif pada senjangan anggaran di instansi pemerintah daerah. Artinya dengan
adanya kejelasan sasaran anggaran, akan mengurangi terjadinya senjangan anggaran.
Individu yang berkualitas adalah individu yang memiliki pengetahuan.
Kapasitas individu terbentuk dari proses pendidikan secara umum baik melalui
pendidikan, pelatihan, dan pengalaman seseorang. Pendidikan dan pelatihan
merupakan investasi sumber daya manusia yang dapat meningkatkan kemampuan dan
keterampilan kerja, sehingga dapat meningkatkan kinerja seseorang. Pendidikan yang
dimaksud adalah pendidikan formal yang telah ditempuh seseorang di bangku
sekolah atau perguruan tinggi. Kurikulum pendidikan yang baku dan waktu yang
relatif lama biasanya dapat membekali seseorang dengan dasar-dasar pengetahuan
umum (Asak, 2014). Organisasi birokrasi dalam era otonomi daerah perlu untuk
menyiapkan tenaga kerja atau aparatur pemerintah yang mempunyai kemampuan
yang

baik.

Aparatur

Pemerintah

Daerah

diharapkan

dapat

meningkatkan

profesionalitas birokrasi dalam memberikan pelayanan publik. Hal ini sangat penting
untuk dilakukan karena dapat mengantisipasi ketidakpastian lingkungan, salah
satunya senjangan anggaran (Sandrya, 2013).

Beberapa penelitian terdahulu telah meneliti faktor-faktor yang memengaruhi
timbulnya senjangan anggaran. Namun penelitian-penelitian tersebut memberikan
hasil yang berbeda. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Young (1985) telah
menguji secara empiris bahwa senjangan anggaran terjadi karena bawahan memberi
informasi yang bias kepada atasan dengan cara melaporkan biaya yang lebih besar
atau pendapatan yang lebih rendah. Hasil penelitiannya menunjukkan bawahan yang
terlibat dalam penyusunan anggaran cenderung menciptakan senjangan anggaran
untuk menghindari risiko. Dapat disimpulkan bahwa partisipasi penganggaran
berpengaruh positif pada senjangan anggaran, yang berarti bahwa bawahan yang
berpartisipasi dalam penyusunan anggaran akan cenderung menimbulkan senjangan
anggaran untuk menghindari risiko. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan
oleh Merchant (1981), Lukka(1988), Dunk dan Parrera (1997), Yuhertiana (2004),
Falikhatun (2007), Dewi (2013), dan Apriantini (2014) yang menunjukkan dengan
adanya partisipasi penganggaran, akan berpotensi menimbulkan senjangan anggaran.
Berbeda dengan hasil penelitian-penelitian tersebut, adanya hubungan yang
negatif antara partisipasi penganggaran dengan senjangan anggaran ditemukan oleh
Dunk (1993). Penelitian tersebut dilakukan di Sydney, Australia.

Hal ini

menunjukkan bahwa dengan adanya partisipasi penganggaran, maka akan
menurunkan potensi terjadinya senjangan anggaran. Hasil penelitian Dunk (1993)
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Onsi (1973), Camman (1976), Husain
(2011), Pamungkas (2014) dan Srimuliani (2014).

Pengaruh job relevant information pada senjangan anggaran telah diteliti oleh
Nugroho (2010) pada organisasi sektor publik dan menunjukkan hasil job relevant
information tidak berpengaruh signifikan pada senjangan anggaran. Hal ini
mengindikasikan job relevant information yang merupakan faktor organisasional
dibuat bukan bertujuan untuk mencegah timbulnya senjangan anggaran melainkan
untuk mencegah terjadinya kebocoran anggaran (fraud). Douglas dan Wier (2000)
menemukan senjangan anggaran tidak dipengaruhi oleh job relevant information
secara signifikan tetapi oleh faktor lain seperti ethical position dan informasi asimetri.
Di sisi lain penelitian yang dilakukan Srimuliani (2014) mengenai pengaruh job
relevant information pada senjangan anggaran di SKPD Kabupaten Buleleng
menunjukkan bahwa job relevant information berpengaruh negatif pada senjangan
anggaran. Hal ini dikarenakan bawahan yang ikut berpartisipasi dalam penyusunan
anggaran, memberikan informasi yang relevan kepada atasan mengenai tugasnya
sehingga atasan mampu membuat keputusan yang tepat dalam menentukan anggaran
yang disuai dengan kondisi sebenarnya. Hal ini didukung penelitian yang dilakukan
oleh Agustina dan Dwi (2010) yang menyatakan bahwa dengan semakin tingginya
job relevant information dapat meminimalisir senjangan anggaran.
Penelitian mengenai kejelasan sasaran anggaran telah dilakukan oleh Suhartono
dan Solihin (2006) dan menunjukkan kejelasan sasaran anggaran berpengaruh negatif
signifikan terhadap senjangan anggaran instansi pemerintah daerah kabupaten dan
kota di wilayah propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Artinya adanya kejelasan
sasaran anggaran akan mengurangi terjadinya kesenjangan anggaran. Selain itu,

komitmen organisasi berperan sebagai pemoderasi dalam hubungan antara kejelasan
sasaran anggaran dengan kesenjangan anggaran instansi pemerintah daerah. Hasilnya
komitmen organisasi juga berpengaruh negatif signifikan terhadap kesenjangan
anggaran. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Pitasari
(2014) mengenai pengaruh kejelasan sasaran anggaran dan keadilan prosedural
terhadap senjangan anggaran pada SKPD di Pemerintah Kabupaten Klungkung yang
menunjukkan bahwa kejelasan sasaran anggaran berpengaruh negatif pada senjangan
anggaran.
Berbeda halnya dengan hasil penelitian di atas, Rahman (2009) meneliti
pengaruh kejelasasan sasaran anggaran pada senjangan anggaran menunjukkan
bahkan kejelasan sasaran aggaran tidak memiliki pengaruh pada senjangan anggaran
di Pemerintah Daerah Kabupaten Kuantan Singingi. Hasil penelitian ini mendukung
penelitian Nouri dan Parker (1996) juga mengungkapkan bahwa terjadinya senjangan
anggaran dalam kejelasan sasaran anggaran akan tergantung pada individu, apakah
lebih mengutamakan kepentingan pribadi atau kepentingan organisasi. Jika individu
mementingkan kepentingan pribadi, maka individu tersebut dalam kejelasan sasaran
anggaran akan berusaha untuk melakukan kesenjangan anggaran untuk mempertinggi
evaluasi kinerja. Hal ini sesuai dengan berbagai penelitian yang menyatakan bahwa
individu mencoba untuk memaksimalkan kepentingan pribadinya melalui kejelasan
sasaran anggaran seperti Dunk (1993) dan Young (1985). Yang mana ini disebabkan
masih lemahnya sikap individu untuk memajukan tingkat efisiensi dalam memajukan
visi dan misi pemerintahan.

Penelitian mengenai kapasitas individu masih jarang dilakukan. Salah satu
penelitian yang pernah dilakukan yaitu Sari (2006) menemukan kapasitas individu
berpengaruh positif pada senjangan anggaran di 16 hotel kawasan Surakarta. Kondisi
ini dapat dipahami mengingat slack terhadap anggaran dianggap sebagai konsekuensi
logis

yang

harus

ditanggung

dalam

penyusunan

anggaran

dengan

mempertimbangkan bahwa kondisi pada periode yang akan datang belum dapat
dipastikan. Kapasitas individu yang memadai memungkinkan terjadinya peningkatan
senjangan mengingat para manajer memiliki wacana yang lebih luas tentang proses
penyusunan anggaran. Hasil analisis ini mendukung pernyataan Belkaoui (1989)
bahwa dengan adanya senjangan anggaran, manajer menjadi lebih kreatif, lebih bebas
melakukan aktivitas operasionalnya, mampu mengantisipasi adanya ketidakpastian,
sehingga secara moral mereka menilai senjangan anggaran sebagai sesuatu yang
positif. Temuan ini juga sesuai dengan hasil penelitian Yuhertiana (2004), Nasution
(2011) dan Hapsari (2011). Tetapi berbeda dengan hasil penelitian diatas, Santi
(2014) menemukan bahwa kapasitas individu berpengaruh negatif pada senjangan
anggaran dengan menggunakan sampel manajer tingkat menengah di RSUD
Kabupaten Banyumas.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas dari hasil-hasil penelitian yang
berbeda serta adanya dugaan terjadinya kesenjangan anggaran pada data target dan
realisasi APBD Kabupaten Badung, sehingga peneliti termotivasi untuk menguji
kembali pengaruh partisipasi penganggaran, job relevant information, kejelasan

sasaran anggaran dan kapasitas individu terhadap senjangan anggaran di SKPD
Kabupaten Badung, Bali.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka yang menjadi
pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Apakah partisipasi penganggaran berpengaruh positif pada senjangan
anggaran?
2) Apakah job relevant information berpengaruh negatif pada senjangan
anggaran?
3) Apakah kejelasan sasaran anggaran berpengaruh negatif pada senjangan
anggaran?
4) Apakah kapasitas individu berpengaruh negatif pada senjangan anggaran?

1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1) Untuk mengetahui secara empiris pengaruh positif partisipasi anggaran pada
senjangan anggaran.
2) Untuk mengetahui secara empiris pengaruh negatif job relevant information
pada senjangan anggaran.

3) Untuk mengetahu secara empiris pengaruh negatif kejelasan sasaran anggaran
pada senjangan anggaran.
4) Untuk membuktikan secara empiris pengaruh negatif kapasitas individu pada
senjangan anggaran.

1.4

Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak- pihak yang

berkepentingan, meliputi sebagai berikut.
1)

Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan informasi,
pengetahuan, dan wawasan serta dapat dijadikan referensi bagi peneliti yang
akan melakukan penelitian lebih lanjut tentang senjangan anggaran.

2)

Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran bagi
SKPD Kabupaten Badung sebagai pertimbangan dalam rangka menurunkan
tingkat terjadinya senjangan anggaran dalam penyusunan anggaran, dimana
dengan memahami karakteristik dan kemampuan personal pegawai SKPD
Kabupaten Badung akan membantu dalam proses pemilihan individu yang
akan dilibatkan secara langsung dalam proses penyusunan anggaran.

1.5

Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari lima bab dan berkaitan erat antara satu dengan yang

lainnya. Secara garis besar, isi dari masing-masing bab adalah sebagai berikut.
BAB I

: PENDAHULUAN
Merupakan bab yang menguraikan tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika
penyajian.

BAB II

: KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS
Bab ini menjelaskan mengenai kajian pustaka yang digunakan untuk
mendukung penelitian ini dalam memecahkan permasalahan yang
ada,

menguraikan

tentang

teori-teori

yang

berkaitan

dengan

pembahasan pada skripsi ini yaitu mengenai teori keagenan, anggaran
dan kajian masing-masing variabel. Bab ini juga menguraikan tentang
rumusan hipotesis.
BAB III

: METODE PENELITIAN
Merupakan bab yang berisikan tentang metode penelitian yang
meliputi desain penelitian, lokasi penelitian objek penelitian, variabel
penelitian,

definisi

operasional

variabel, jenis dan sumber data,

populasi, sampel dan metode penentuan sampel, metode pengumpulan
data dan teknik analisis data.
BAB IV

: PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Merupakan bab yang terdiri dari deskripsi variabel penelitian, hasil
pengujian atas uji asumsi klasik, dan hasil pengujian masing-masing
hipotesis yang ada dalam penelitian ini termasuk hasil pengujian atas
regresi linear berganda.
BAB V

: PENUTUP
Merupakan bab yang memuat simpulan dari hasil pembahasan pada
bab sebelumnya dan saran-saran yang diharapkan akan bermanfaat
bagi pembaca.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

2.1

Landasan Teori

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan (agency theory) merupakan landasan teori dalam penelitian ini.
Menurut Jensen dan Meckling (1976), teori keagenan adalah konsep yang
menjelaskan hubungan kontraktual antara prinsipal dan agen, yaitu antara dua atau
lebih individu, kelompok atau organisasi. Pihak prinsipal adalah pihak yang
mengambil keputusan dan memberikan mandat kepada pihak lain (agen), untuk
melakukan semua kegiatan atas nama principal.
Menurut Eisenhard (1989) dalam Asak (2014), teori keagenan memiliki tiga
asumsi, yaitu: 1) asumsi tentang sifat manusia, yaitu sifat manusia yang
mengutamakan kepentingan sendiri, keterbatasan rasionalitas atau daya pikir terhadap
persepsi masa depan, dan cenderung untuk menghindari risiko; 2) asumsi tentang
keorganisasian, adalah konflik antar anggota organisasi, efisiensi, dan asimetri
informasi yang terjadi antara principal dan agen; dan 3) asumsi tentang informasi,
adalah informasi dianggap sebagai barang komoditi yang dapat diperjualbelikan.
Berdasarkan ketiga asumsi tersebut manusia akan bertindak oportunistik, yaitu
mengutamakan kepentingan pribadi daripada kepentingan organisasi. Agen akan
termotivasi untuk meningkatkan kompensasi dan jenjang karir di masa mendatang,
sedangkan prinsipal termotivasi untuk meningkatkan utilitas dan profitabilitasnya.

Konflik kepentingan antara agen dan prinsipal akan terus meningkat, karena
prinsipal tidak dapat memonitor kegiatan agen setiap hari. Sebaliknya, agen memiliki
lebih banyak informasi penting mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja dan
organisasinya secara keseluruhan. Hal inilah yang menimbulkan asimetri informasi
yaitu ketidakseimbangan informasi antara prinsipal dan agen. Jensen dan Meckling
(1976) menyatakan permasalahan tersebut, antara lain: 1) moral hazard adalah
permasalahan yang muncul karena agen tidak melaksanakan hal-hal yang telah
disepakati bersama sesuai kontrak kerja; dan 2) adverse selection adalah principal
tidak mengetahui bahwa keputusan yang diambil oleh agen merupakan keputusan
yang sesuai dengan informasi yang diterima oleh prinsipal atau terjadi kelalaian
dalam bertugas.
Entitas di Indonesia terdiri dari dua sektor, yaitu entitas sektor publik dan non
publik/swasta. Anggaran sektor publik berhubungan dengan proses penentuan jumlah
dana untuk tiap-tiap program dan aktivitas dalam satuan moneter yang menggunakan
dana milik rakyat, serta bersifat terbuka untuk publik. Sedangkan,
anggaran pada sektor swasta bersifat tertutup untuk publik dengan tujuan untuk
meningkatkan kinerja perusahaan. Meskipun berbeda, tetapi kedua sektor memiliki
kesamaan sifat yakni terbagi dalam dua pihak, yaitu: prinsipal dan agen.

2.1.2. Anggaran
2.1.2.1. Pengertian Anggaran

Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak
dicapai dalam periode waktu tertentu dan dinyatakan dalam ukuran finansial
(Mardiasmo, 2002). Menurut Bastian (2006) anggaran merupakan rencana operasi
keuangan, yang mencakup estimasi pengeluaran yang diusulkan, dan sumber
pendapatan yang diharapkan membiayainya dalam periode waktu tertentu. Anggaran
merupakan alat manajemen dalam mencapai tujuan. Dari beberapa pengertian
anggaran di atas, dapat disimpulkan bahwa anggaran adalah suatu rencana yang rinci
yang dinyatakan dalam bentuk keuangan dan atau angka-angka dari suatu
kebijaksanaan suatu organisasi/ instansi pemerintah yang harus dicapai pada suatu
periode tertentu. Anggaran daerah harus bisa menjadi tolak ukur pencapaian kinerja
yang diharapkan, sehingga perencanaan anggaran daerah harus bisa menggambarkan
sasaran kinerja secara jelas.

2.1.2.2. Fungsi Anggaran
Menurut Supriyono (2000: 42) banyak perusahaan menerapkan sistem anggaran
dalam kegiatan operasionalnya karena anggaran memiliki beberapa fungsi sebagai
berikut.
1) Fungsi Perencanaan
Anggaran berfungsi sebagai alat perencanaan jangka pendek dan merupakan
kesanggupan manajer pusat pertanggungjawaban untuk melaksanakan program
atau bagian dari program dalam jangka pendek, umumnya satu tahun.
2) Fungsi Koordinasi

Anggaran berfungsi sebagai alat mengkoordinasikan rencana dan tindakan
berbagai unit atau segmen yang ada dalam organisasi agar dapat bekerja secara
selaras kearah pencapaian tujuan.
2) Fungsi Komunikasi
Dalam penyusunan anggaran, berbagai unit dan tingkatan organisasi
berkomunikasi dan berperan dalam proses anggaran. Selanjutnya setiap orang
yang bertanggung jawab terhadap anggaran harus dinilai mengenai prestasinya
melalui laporan pengendalian periodik.
3) Fungsi Motivasi
Anggaran berfungsi sebagai alat memotivasi para pelaksana didalam
melaksanakan tugas-tugas atau mencapai tujuan.
4) Fungsi Pengendalian
Anggaran dapat berfungsi sebagai alat pengendalian, karena anggaran yang
telah disetujui merupakan komitmen dari para pelaksana yang ikut berperan
serta dalam penyusunan anggaran tersebut.
5) Fungsi Pendidikan
Anggaran berfungsi juga sebagai alat untuk mendidik para manajer mengenai
bagaimana bekerja secara terperinci pada pusat pertanggungjawaban yang
dipimpinnya dan sekaligus menghubungkan dengan pusat pertanggungjawaban
lain didalam organisasi yang bersangkutan.

2.1.3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Pemerintah telah mengeluarkan berbagai instrumen hukum untuk mendukung
reformasi penganggaran daerah.Kementerian Dalam Negeri telah mengeluarkan UU
No.32/2004 tentang pemerintah daerah, Permendagri No.13/2006, Peraturan
Pemerintah No.58/2005, dan Permendagri No.37/2012 sebagai pedoman penyusunan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Lembaga-lembaga yang berperan
penting dalam perencanaan dan penganggaran daerah berdasarkan UU.No.17/2003
tentang Keuangan Negara dan UU.No.25/2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN) adalah Badan Perencanaan Daerah (Bappeda),
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Badan Pengelola Keuangan Daerah
(BPKD), Kepala daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
Pelaksanaan otonomi daerah menimbulkan praktek-praktek penyimpangan
pengelolaan keuangan Negara.Salah satu penanggulangan yang dilakukan pemerintah
pusat adalah memperbaiki sistem keuangan Negara dengan menerapkan sistem
penganggaran yang disebut dengan Anggaran Berbasis Kinerja (ABK). Anggaran
Berbasis Kinerja (ABK) merupakan proses penyusunan APBD di organisasi sektor
publik untuk tatakelola pemerintahan, yakni proses pembangunan yang efisien dan
partisipatif, serta terjadi reformasi anggaran, yaitu penggunaan sistem anggaran
berbasis kinerja (performance budget system) untuk menggantikan sistem anggaran
tradisional (traditional budget system). Proses pembangunan ini melibatkan
pengambilan kebijakan pemerintahan, pelaksanaan kegiatan pemerintahan, dan dalam
tahap tertentu melibatkan masyarakat sebagai penerima manfaat dari kegiatan

pelayanan publik. Salah satu kunci utama penyusunan anggaran berbasis kinerja
adalah penentuan kinerja, adanya ukuran kinerja yang jelas dan dapat diverifikasi
terhadap outcome, output maupun kewajaran dana yang dikeluarkan dengan output
yang dicapai (Asak, 2014)
2.1.4. Penganggaran Sektor Publik
2.1.4.1 Konsep Anggaran Sektor Publik
Anggaran sektor publik merupakan instrument akuntabilitas atas pengelolaan
dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dengan uang publik.
Anggaran yang dihasilkan harus diinformasikan kepada publik untuk dikritik,
didiskusikan, dan diberi masukan. Penganggaran sektor publik terkait dengan proses
penentuan jumlah alokasi dana untuk tiap-tiap program dan aktivitas dalam sataun
moneter. Proses penganggaran organisasi sektor publik dimulai ketika perumusan
strategi dan perencanaan strategik telah selesai dilakukan. Anggaran merupakan
artikulasi dari hasil perumusan strategi dan perencanaan strategi yang telah dibuat,
tahap penganggaran menjadi sangat penting karena anggaran yang tidak efektif dan
tidak berorientasi pada kinerja akan dapat menggagalkan perencanaan yang telah
disusun. Anggaran merupakan managerial plan for action untuk memfasilitasi
tercapainya tujuan anggaran.
Aspek-aspek yang harus tercakup dalam anggaran sektor publik meliputi: aspek
perencanaan, aspek pengendalian, dan aspek akuntabilitas publik. Penganggaran
sektor publik harus diawasi mulai tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan.
Proses penganggaran akan lebih efektif jika diawasi oleh lembaga pengawas khusus

(oversight body) yang bertugas mengontrol proses perencanaan dan pengendalian
anggaran (Mardiasmo, 2002:61).
2.1.4.2. Pengertian Anggaran Sektor Publik
Anggaran publik berisi rencana kegiatan yang direpresentasikan dalam bentuk
rencana perolehan pendapatan dan belanja dalam satuan moneter. Dalam bentuk yang
paling sederhana anggaran publik merupakan suatu dokumen yang menggambarkan
kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi informasi mengenai apa yang
hendak dilak

Dokumen yang terkait

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, JOB RELEVANT INFORMATION, DAN BUDAYA PATERNALISTIK TERHADAP INFORMASI ASIMETRIS

0 9 14

PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN DENGAN KOMITMEN ORGANISASI PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN DENGAN KOMITMEN ORGANISASI DAN KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING.

0 3 13

PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN DAN PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN DENGAN Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran dan Partisipasi Anggaran terhadap Senjangan Anggaran Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Moderating(Studi pada PT.

0 1 16

PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN DAN PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN DENGAN Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran dan Partisipasi Anggaran terhadap Senjangan Anggaran Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Moderating(Studi pada PT.

0 2 21

Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manager: Peran Kecukupan Anggaran dan Job-Relevant Information Sebagai Variabel Intervening.

0 1 14

PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN, ASIMETRI INFORMASI, DAN BUDAYA ORGANISASI PADA SENJANGAN ANGGARAN.

0 0 16

AMEN08. PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN DAN JOB RELEVANT INFORMATION (JRI) TERHADAP INFORMASI ASIMETRIS

0 0 27

JOB RELEVANT INFORMATION DESENTRALISASI DAN PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL Jasintha Dessy Tapatfeto

0 0 23

PARTISIPASI ANGGARAN DAN KINERJA MANAJERIAL DENGAN KECUKUPAN ANGGARAN DAN JOB-RELEVANT INFORMATION SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

0 0 15

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL MELALUI KEPUASAN KERJA, KOMITMEN TUJUAN ANGGARAN, JOB RELEVANT INFORMATION

0 1 16