PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, JOB RELEVANT INFORMATION, DAN BUDAYA PATERNALISTIK TERHADAP INFORMASI ASIMETRIS

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, JOB RELEVANT INFORMATION, DAN BUDAYA PATERNALISTIK TERHADAP

INFORMASI ASIMETRIS

Oleh REDI ANTO

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dari Partisipasi Anggaran, Job Relevant Information dan Budaya Paternalistik Terhadap Informasi Asimetris. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 12 Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) pada Pemerintah Kota Metro. Data penelitian ini berupa kuesioner yang diberikan kepada mereka yang terlibat dalam penyusunan anggaran pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Penelitian ini terdiri dari variabel dependen yaitu Informasi Asimetris, sedangkan variabel independennya yaitu Partisipasi Anggaran, Job Relevant Information dan Budaya Paternalistik. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan Uji Hipotesis melalui uji signifikansi regresi berganda per variabel (uji t), dan Uji Asumsi Klasik. Hasil dari penelitian ini menolak hipotesis alternatif pertama, sementara untuk hipotesis alternatif kedua dan ketiga dapat diterima sesuai dengan apa yang diharapkan.

Kata kunci: Informasi Asimetris, Partisipasi Anggaran, Job Relevant Information dan Budaya Paternalistik.


(2)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF BUDGETING PARTICIPATION, JOB RELEVANT INFORMATION, AND PATERNALISTIC CULTURE ON

ASIMITRI INFORMATIONS

By REDI ANTO

The purpose of this research is to investigate the influence of Budgeting Participation, Job Relevant Information, and Paternalistic Culture on Asimitri Informations. Population used in this research that is 12 Set of Job of Area Peripheral Elementary Service at Government of Metro. Data of this Research used of question enquette which is passed to who got involved with a budget compilation at Set of Job of Area Peripheral Elementary Service at Government of Metro. This Research is consisted of the variable dependen that is Asimitri Informations, while its independent variable that is budgeting participation, Job Relevant Information, and Paternalistic Culture. Method analyse in this research that use the Multiple Linear Regressions partially (t test) and Test The Classic Assumption. Result from this research refuse the first alternative hypothesis, whereas for the hypothesis of second and third alternative accepted, because agree with what expected.

Keywords: Budgeting Participation, Job Relevant Information, Paternalistic Culture on Asimitri Informations.


(3)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Anggaran merupakan Salah satu elemen penting dalam sistem pengendalian manajemen yang menjadi alat bantu dalam mengalokasikan keterbatasan sumber daya alam dan sumber daya dana yang dimiliki organisasi untuk mencapai tujuannya dalam periode tertentu. Tidak beda dengan organsiasi lainya, proses penyusunan anggaran dalam pemerintahan, baik pusat, provinsi, maupun kabuapaten/kota selalu disesuaikan dengan peraturan-peraturan yang ada. Penetapan UU No. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan UU No. 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, berimplikasi pada tuntutan otonomi yang lebih luas dan akuntabilitas yang nyata harus diberikan kepada pemerintah daerah (Halim, 2001 dalam Suhartono, 2006 dalam Ari Sandy, 2009). Selanjutnya, undang-undang tersebut telah direvisi menjadi UU No. 32 tahun 2004 dan UU No. 33 tahun 2004. Hal ini menunjukan adanya suatu pendelegasian wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengatur pemerintahannya sendiri. Wujud dari otonomi daerah tersebut adalah penyelenggaraan pemerintah yang dilakukan secara ekonomis, efesien, efektif, adil dan merata.


(4)

Penganggaran dalam organisasi sektor publik merupakan proses politik. Dalam hal ini, anggaran merupakan instrumen akuntabilitas atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dengan uang publik

(Mardiasmo, 2002). Secara sederhana dapat dikatakan bahwa anggaran publik menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi informasi mengenai pendapatan, belanja, dan aktivitas.

Sebelum era otonomi, penyusunan anggaran sektor publik dilakukan dengan sistem top-down budget dimana rencana dan jumlah anggaran telah ditetapkan oleh atasan sehingga bawahan hanya melakukan apa yang telah disusun.

Penerapan sistem ini mengakibatkan kinerja bawahan menjadi tidak efektif karena target yang diberikan terlalu menuntut namun sumber daya yang diberikan tidak mencukupi (overloaded). Atasan kurang mengetahui potensi dan hambatan yang dimiliki oleh bawahan dalam memproyeksikan anggaran, sehingga memberikan target yang sangat menuntut dibandingkan dengan kemampuan bawahan. Padahal, penting bagi atasan untuk mengetahui potensi yang sebenarnya dimiliki oleh bawahan agar tidak terjadi kesenjangan dalam penyusunan anggaran.

Bertolak dari kondisi ini, organisasi sektor publik mulai menerapkan sistem penganggaran yang dapat menanggulangi masalah diatas, yakni anggaran partisipasi (participatory budgeting). Melalui sistem ini, bawahan dilibatkan dalam penyusunan anggaran yang menyangkut bagiannya untuk mengusahakan tercapainya kesepakatan antara atasan dan bawahan mengenai anggaran.


(5)

3

Partisipasi dinilai mempunyai konsekuensi terhadap sikap dan perilaku anggota organisasi, salah satunya dalam pengangaran (Sumarmo, 2005 dalam Krisler, 2006). Proses ini memberikan aktualisasi dikemampuan seseorang sehingga bawahan akan merasa lebih bertanggungjawab untuk memenuhi anggaran yang telah disusun. Namun, Utomo (2006) mengemukakan bahwa partisipasi anggaran, bila tidak dilaksanakan dengan baik dapat mendorong bawahan untuk melakukan senjangan anggaran. Senjangan anggaran mempunyai implikasi negatif seperti kesalahan alokasi sumber daya dan bias dalam evaluasi kinerja bawahan terhadap unit pertanggungjawaban mereka (Dunk dan Nouri, 1998 dalam Niken, 2006).

Penyusunan anggaran mempunyai dampak langsung terhadap perilaku manusia, terutama bagi orang yang terlibat langsung dalam penyusunan anggaran. Berbagai masalah perilaku akan muncul dalam proses penyusunan anggaran. Misalnya ketika bawahan yang ikut berpartisipasi dalam penyusunan anggaran memberikan perkiraan yang bias kepada atasan, padahal bawahan memiliki informasi yang dapat digunakan dalam proses penyusunan keakuratan anggaran organisasi. Perkiraan bias tersebut dilakukan dengan cara melaporkan prospek penerimaan yang lebih rendah dan prospek biaya lebih tinggi, dengan tujuan target anggaran dapat lebih mudah dicapai. Tindakan bawahan memberikan laporan yang bias dapat terjadi jika dalam menilai kinerja atau pemberian reward, atasan

mengukurnya berdasarkan pencapaian sasaran anggaran. Dengan tercapainya sasaran anggaran, bawahan berharap dapat mempertinggi prospek kompensasi yang akan diperolehnya.


(6)

Fisher, Frederickson dan Peffer (2002) menemukan bahwa senjangan anggaran akan menjadi lebih besar dalam kondisi informasi asimetris. Hal ini sejalan dengan Utomo (2006) dimana informasi asimetris mendorong bawahan membuat senjangan anggaran karena informasi asimetris merupakan pemicu (antecedent) senjangan anggaran. Utomo (2006) menguji secara bersama-sama pengaruh partisipasi anggaran dan informasi asimetris terhadap senjangan anggaran dan mendapatkan hasil partisipasi anggaran dan informasi asimetris mempengaruhi senjangan anggaran. Jika pengaruh partisipasi anggaran dan informasi asimetris dapat dilihat maka kemunculan senjangan anggaran dapat dideteksi lebih awal.

Latar belakang dipilihnya variabel job relevant information (JRI) dalam penelitian ini dikarenakan JRI dianggap mampu memberikan perkiraan yang lebih akurat mengenai keadaan lingkungan sehingga memungkinkan pemilihan serangkaian tindakan efektif yang terbaik (Kren, 1992). Kren (1992) dalam Krisler (2006) mengidentifikasi 2 jenis informasi utama dalam organisasi yaitu decision influencing, yakni informasi yang membantu karyawan dalam mengevaluasi kinerja dan job relevant information (JRI), yakni informasi yang memfasilitasi pembuatan keputusan yang berhubungan dengan tugas. Merchant (1981), Chow et al. (1988) serta Nouri dan Parker (1998) dalam Mulyasari (2005) menyatakan bahwa apabila bawahan ikut berpartisipasi dalam penyusunan anggaran maka proses tersebut dapat menghasilkan pengungkapan informasi pribadi yang mereka miliki. Melalui pengungkapan informasi ini, atasan menerima informasi yang belum diketahui sebelumnya dan meningkatkan akurasi pemahaman terhadap


(7)

5

kondisi bawahan sehingga semakin mengurangi informasi asimetris yang terjadi dalam hubungan atasan dan bawahan.

Ketika bawahan diberi kesempatan untuk berpartisipasi melalui pemberian informasi yang dimilikinya kepada atasan mendorong pemahaman atasan tentang pengetahuan yang relevan dengan tugas menjadi lebih baik (Yusfaningrum, 2005). Kren (1992) menggunakan variabel informasi yang berhubungan dengan tugas (JRI) sebagai variabel intervening untuk menjelaskan hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial. Dari penelitian tersebut ditemukan bukti bahwa partisipasi anggaran tidak berhubungan secara langsung dengan kinerja

manajerial, akan tetapi melalui JRI. Partisipasi berhubungan positif dengan JRI dan dengan diperolehnya JRI, kinerja manajerial akan meningkat. Berdasarkan hubungan penguatan tersebut, peningkatan JRI menyebabkan berkurangnya informasi asimetris dalam proses penyusunan anggaran.

Budaya paternalistik adalah variabel lain yang dipertimbangkan dalam penelitian ini. Adanya budaya tersebut dapat memicu terjadinya asimetri informasi yang disebabkan tidak lengkapnya informasi yang diberikan akibat adanya rasa kesungkanan karyawan. Mpaata (1998) dalam penelitiannya mengemukakan faktor budaya dalam suatu negara dapat mempengaruhi hubungan partisipasi dengan kinerja yang diharapkan. Penelitian Frucot dan Shearon (1991) dalam Indriantoro (1993) menunjukkan perilaku dan budaya manajer berpengaruh terhadap kinerja. Jika budaya suatu negara mempengaruhi keefektifan


(8)

penganggaran, maka budaya paternalistik di Indonesia yang masih sangat kuat dapat pula mempengaruhi proses penganggaran.

Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Partisipasi Anggaran, Job Relevant Information dan Budaya Paternalistik Terhadap Informasi Asimetris”.

B.Perumusan Masalah

Sejalan dengan latar belakang penelitian yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Apakah partisipasi anggaran memiliki pengaruh terhadap informasi asimetris?

2. Apakah job relevant information memiliki pengaruh terhadap informasi asimetris?

3. Apakah budaya paternalistik memiliki pengaruh terhadap informasi asimetris?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh partisipasi anggaran terhadap informasi asimetris pada Pemerintah Kota Metro.

2. Untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh job relevant information (JRI) terhadap informasi asimetris pada Pemerintah Kota Metro.


(9)

7

3. Untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh budaya paternalistik terhadap informasi asimetris pada Pemerintah Kota Metro.

D.Kegunaan Penelitian

1. Sebagai sarana penambah ilmu pengetahuan dibidang akuntansi khususnya akuntansi keperilakuan dengan memberikan bukti empiris tentang pengaruh partisipasi anggaran, job relevant information dan budaya paternalistik terhadap informasi asimetris.

2. Sebagai referensi bagi pihak-pihak yang akan melakukan penelitian-penelitian berikutnya.

3. Menjelaskan kondisi reel yang terjadi pada Pemerintah Kota Metro yang diharapkan dapat berguna dalam rangka penyusunan anggaran dan pengambilan kebijakan nantinya.


(10)

BAB V

SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

A.Simpulan Penelitian

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan dalam penelitian ini menunjukan angka p-value secara berturut-turut untuk partisipasi anggaran, job relevant information dan budaya paternalistik sebesar 0,490; 0,014; 0,010 sehingga hasil pengujian ini secara statistik adalah signifikan pada tingkat signifikansi 0,05. Berdasarkan hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan:

Hasil analisis regresi untuk partisipasi anggaran menunjukkan tidak adanya pengaruh dengan informasi asimetris. Artinya walaupun anggaran yang disusun telah berdasarkan tingkat partisipasi belum tentu akan mengurangi terjadinya terjadinya informasi asimetris. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesa alternatif pertama yang dihapakan yaitu tingkat partisipasi anggaran akan berpengaruh terhadap terjadinya informasi asimetris. Sehingga hasil pengujian ini menolak hipotesa alternatif pertama. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian-penelitian terdahulu seperti yang dilakukan oleh Mulyasari (2005) dan Kren (1992).


(11)

64

Hasil analisis regresi untuk job relevant information menujukkan adanya hubungan yang signifikan dengan informasi asimetris. Artinya, ketika proses penyusunan anggaran dengan melibatkan partisipasi manajer yang mempunyai informasi akurat berkenaan dengan tugas (job relevant information), maka para manajer akan memberikan informasi walaupun itu merupakan kelebihan yang dimiliki olehnya dan membagi terhadap atasannya. Atasan tetap dituntut harus mampu menggali informasi lebih dari bawahannya. Hal ini sesuai dengan hipotesa alternatif kedua yang dihapakan yaitu tingkat job relevant information yang tinggi akan berpengaruh terhadap menurunnya informasi asimetris. Sehingga hasil pengujian ini menerima hipotesa alternatif kedua.

Hasil analisis regresi untuk budaya paternalistik menujukkan adanya hubungan yang signifikan dengan informasi asimetris. Hal ini sesuai dengan hipotesa alternatif ketiga yang dihapakan yaitu tingkat budaya paternalistik yang tinggi akan berpengaruh terhadap terjadinya informasi asimetris. Sehingga hasil pengujian ini menerima hipotesa alternatif ketiga. adanya budaya paternalistik yang tinggi akan semakin meningkatkan terjadinya informasi asimetris dikarenakan adanya rasa enggan bawahan terhadap atasannya yang telah memperlakukan mereka dengan baik sehingga menahan keterbukaan dalam penyampaian informasi ketika penyusunan anggaran berlangsung.


(12)

B.Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu:

1. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang langsung dibagikan dan didampingi peneliti dalam proses pengisian kuesioner tersebut, tetapi ada sebagian kuesioner pada saat proses pengisian tidak didampingi oleh peneliti secara langsung sehingga ada kemungkinan terjadinya jawaban yang kurang sesuai dengan maksud dari masing-masing pertanyaan yang ada.

2. Hasil-hasil penelitian terdahulu yang membahas tentang konsep anggaran sebagian besar dilakukan dalam organisasi sektor swasta, sehingga penulis mengalami kesulitan untuk mencari jurnal-jurnal penelitian dan literatur-literatur yang khusus membahas tentang konsep tersebut dalam konteks pemerintahan.

3. Penelitian ini hanya melibatkan 12 Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dari total 24 SKPD yang ada pada Pemerintah Kota Metro, yaitu: Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Dinas Sosial, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset, Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungaan Masyarakat, Rumah Sakit Umum Daerah, Inspektorat, BAPPEDA, Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu dan Satuan Polisi Pamong Praja.

4. Variabel-variabel yang diukur dalam penelitian ini hanya diukur secara kualitatif untuk mengetahui persepsi dari masing-masing responden yang terlibat dalam penyusunan anggaran.


(13)

66

C.Saran Penelitian

1. Ada baiknya Pemerintah Kota Metro memperhatikan hal-hal berikut ini, yaitu:

a. Partisipasi dalam penyusunan anggaran dipemerintah mungkin dilakukan tetapi tidak menutup kemungkinan untuk menimbulkan informasi asimetris. Secara normatif, prosedur partisipasi mungkin dilakukan tapi tidak mengakomodasi kebutuhan dari bawahan.

b. Semakin besar serangkaian informasi yang dimiliki bawahan berkaitan dengan tugas akan berbanding terbalik dengan penurunan informasi asimetris. Ini dimungkinkan dengan adanya bawahan yang

menyampaikan keseluruhan informasi yang dimiliki walaupun mereka mempunyai pengetahuan lebih, mereka tidak menahan informasi tersebut dikarenakan untuk kepentingan pencapaian tujuaan.

c. Manajer tingkat atas memperlakukan bawahaannya dengan baik maka bawahan akan semakin sulit untuk menyampaikan informasi yang dimilikinya kepada atasan dikarenakan rasa enggan.

Sehingga disarankan untuk manajer tingkat atas (Pucuk pimpinan SKPD) untuk lebih aktif menggali informasi yang berhubungan dengan kegiatan instansinya sebelum penyusunan anggaran dilaksanakan sehingga tujuan awal dari SKPD tersebut dapat terlaksana sesuai harapan.

2. Penelitian selanjutnya hendaknya mengambil lokasi penelitian pada jenis Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang lain atau pada jenis Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang sama di daerah lain agar hasil penelitian dapat dibandingkan dengan penelitian sebelumnya.


(14)

3. Penelitian selanjutnya diharapkan bisa memperluas sampel penelitian sehingga dapat memberikan gambaran dan hasil yang lebih baik. 4. Konstruksi teori dalam penelitian ini masih banyak mengadopsi dari

penelitian di sektor swasta jadi untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggunakan teori-teori dalam sektor publik saja.

5. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan peneliti dapat selalu mendampingi responden dalam proses pengisian kuesioner sehingga data yang dihasilkan sesuai dengan maksud dari setiap item pertanyaan yang ada.

6. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah faktor-faktor lain yang belum digunakan dalam penelitian ini sehingga tingkat pengaruhnya akan lebih besar.


(1)

7

3. Untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh budaya paternalistik terhadap informasi asimetris pada Pemerintah Kota Metro.

D.Kegunaan Penelitian

1. Sebagai sarana penambah ilmu pengetahuan dibidang akuntansi khususnya akuntansi keperilakuan dengan memberikan bukti empiris tentang pengaruh partisipasi anggaran, job relevant information dan budaya paternalistik terhadap informasi asimetris.

2. Sebagai referensi bagi pihak-pihak yang akan melakukan penelitian-penelitian berikutnya.

3. Menjelaskan kondisi reel yang terjadi pada Pemerintah Kota Metro yang diharapkan dapat berguna dalam rangka penyusunan anggaran dan pengambilan kebijakan nantinya.


(2)

BAB V

SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

A.Simpulan Penelitian

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan dalam penelitian ini menunjukan angka p-value secara berturut-turut untuk partisipasi anggaran, job relevant information dan budaya paternalistik sebesar 0,490; 0,014; 0,010 sehingga hasil pengujian ini secara statistik adalah signifikan pada tingkat signifikansi 0,05. Berdasarkan hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan:

Hasil analisis regresi untuk partisipasi anggaran menunjukkan tidak adanya pengaruh dengan informasi asimetris. Artinya walaupun anggaran yang disusun telah berdasarkan tingkat partisipasi belum tentu akan mengurangi terjadinya terjadinya informasi asimetris. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesa alternatif pertama yang dihapakan yaitu tingkat partisipasi anggaran akan berpengaruh terhadap terjadinya informasi asimetris. Sehingga hasil pengujian ini menolak hipotesa alternatif pertama. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian-penelitian terdahulu seperti yang dilakukan oleh Mulyasari (2005) dan Kren (1992).


(3)

64

Hasil analisis regresi untuk job relevant information menujukkan adanya hubungan yang signifikan dengan informasi asimetris. Artinya, ketika proses penyusunan anggaran dengan melibatkan partisipasi manajer yang mempunyai informasi akurat berkenaan dengan tugas (job relevant information), maka para manajer akan memberikan informasi walaupun itu merupakan kelebihan yang dimiliki olehnya dan membagi terhadap atasannya. Atasan tetap dituntut harus mampu menggali informasi lebih dari bawahannya. Hal ini sesuai dengan hipotesa alternatif kedua yang dihapakan yaitu tingkat job relevant information yang tinggi akan berpengaruh terhadap menurunnya informasi asimetris. Sehingga hasil pengujian ini menerima hipotesa alternatif kedua.

Hasil analisis regresi untuk budaya paternalistik menujukkan adanya hubungan yang signifikan dengan informasi asimetris. Hal ini sesuai dengan hipotesa alternatif ketiga yang dihapakan yaitu tingkat budaya paternalistik yang tinggi akan berpengaruh terhadap terjadinya informasi asimetris. Sehingga hasil pengujian ini menerima hipotesa alternatif ketiga. adanya budaya paternalistik yang tinggi akan semakin meningkatkan terjadinya informasi asimetris dikarenakan adanya rasa enggan bawahan terhadap atasannya yang telah memperlakukan mereka dengan baik sehingga menahan keterbukaan dalam penyampaian informasi ketika penyusunan anggaran berlangsung.


(4)

B.Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu:

1. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang langsung dibagikan dan didampingi peneliti dalam proses pengisian kuesioner tersebut, tetapi ada sebagian kuesioner pada saat proses pengisian tidak didampingi oleh peneliti secara langsung sehingga ada kemungkinan terjadinya jawaban yang kurang sesuai dengan maksud dari masing-masing pertanyaan yang ada.

2. Hasil-hasil penelitian terdahulu yang membahas tentang konsep anggaran sebagian besar dilakukan dalam organisasi sektor swasta, sehingga penulis mengalami kesulitan untuk mencari jurnal-jurnal penelitian dan literatur-literatur yang khusus membahas tentang konsep tersebut dalam konteks pemerintahan.

3. Penelitian ini hanya melibatkan 12 Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dari total 24 SKPD yang ada pada Pemerintah Kota Metro, yaitu: Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Dinas Sosial, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset, Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungaan Masyarakat, Rumah Sakit Umum Daerah, Inspektorat, BAPPEDA, Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu dan Satuan Polisi Pamong Praja.

4. Variabel-variabel yang diukur dalam penelitian ini hanya diukur secara kualitatif untuk mengetahui persepsi dari masing-masing responden yang terlibat dalam penyusunan anggaran.


(5)

66

C.Saran Penelitian

1. Ada baiknya Pemerintah Kota Metro memperhatikan hal-hal berikut ini, yaitu:

a. Partisipasi dalam penyusunan anggaran dipemerintah mungkin dilakukan tetapi tidak menutup kemungkinan untuk menimbulkan informasi asimetris. Secara normatif, prosedur partisipasi mungkin dilakukan tapi tidak mengakomodasi kebutuhan dari bawahan.

b. Semakin besar serangkaian informasi yang dimiliki bawahan berkaitan dengan tugas akan berbanding terbalik dengan penurunan informasi asimetris. Ini dimungkinkan dengan adanya bawahan yang

menyampaikan keseluruhan informasi yang dimiliki walaupun mereka mempunyai pengetahuan lebih, mereka tidak menahan informasi tersebut dikarenakan untuk kepentingan pencapaian tujuaan.

c. Manajer tingkat atas memperlakukan bawahaannya dengan baik maka bawahan akan semakin sulit untuk menyampaikan informasi yang dimilikinya kepada atasan dikarenakan rasa enggan.

Sehingga disarankan untuk manajer tingkat atas (Pucuk pimpinan SKPD) untuk lebih aktif menggali informasi yang berhubungan dengan kegiatan instansinya sebelum penyusunan anggaran dilaksanakan sehingga tujuan awal dari SKPD tersebut dapat terlaksana sesuai harapan.

2. Penelitian selanjutnya hendaknya mengambil lokasi penelitian pada jenis Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang lain atau pada jenis Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang sama di daerah lain agar hasil penelitian dapat dibandingkan dengan penelitian sebelumnya.


(6)

3. Penelitian selanjutnya diharapkan bisa memperluas sampel penelitian sehingga dapat memberikan gambaran dan hasil yang lebih baik. 4. Konstruksi teori dalam penelitian ini masih banyak mengadopsi dari

penelitian di sektor swasta jadi untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggunakan teori-teori dalam sektor publik saja.

5. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan peneliti dapat selalu mendampingi responden dalam proses pengisian kuesioner sehingga data yang dihasilkan sesuai dengan maksud dari setiap item pertanyaan yang ada.

6. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah faktor-faktor lain yang belum digunakan dalam penelitian ini sehingga tingkat pengaruhnya akan lebih besar.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manager: Peran Kecukupan Anggaran dan Job-Relevant Information Sebagai Variabel Intervening.

0 1 14

Pengaruh Partisipasi Penganggaran, Job Relevant Information, Kejelasan SasaranAnggaran Dan Kapasitas Individu Pada Senjangan Anggaran.

0 6 54

AMEN08. PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN DAN JOB RELEVANT INFORMATION (JRI) TERHADAP INFORMASI ASIMETRIS

0 0 27

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, KOMITMEN ORGANISASI, KEPUASAN KERJA, JOB-RELEVANT INFORMATION DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA PERHOTELAN DI PROVINSI RIAU

0 1 22

JOB RELEVANT INFORMATION DESENTRALISASI DAN PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL Jasintha Dessy Tapatfeto

0 0 23

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP PRESTASI KERJA DAN KEPUASAN KERJA DENGAN JOB RELEVANT INFORMATION SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

0 0 20

PARTISIPASI ANGGARAN DAN KINERJA MANAJERIAL DENGAN KECUKUPAN ANGGARAN DAN JOB-RELEVANT INFORMATION SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

0 0 15

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL MELALUI KEPUASAN KERJA, KOMITMEN TUJUAN ANGGARAN, JOB RELEVANT INFORMATION

0 1 16

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, INFORMASI ASIMETRIS, BUDAYA DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP BUDGETARY SLACK DENGAN JOB RELEVANT INFORMATION (JRI) SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (STUDI KASUS PADA SKPD KABUPATEN KUDUS)

0 0 15

PENGARUH ANGGARAN PATISIPATIF DAN JOB RELEVANT INFORMATION (JRI) TERHADAP INFORMASI ASIMETRIS PADA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 12