Pemberian latihan aerobik meningkatkan kapasitas kardiorespirasi mahasiswa perokok aktif di Denpasar.

PEMBERIAN LATIHAN AEROBIK MENINGKATKAN KAPASITAS KARDIORESPIRASI
PADA MAHASISWA PEROKOK AKTIF DI DENPASAR
1
Ni Kadek Rieska Dewi Apsari Putri , 1Ni Wayan Tianing, 2I Made Muliarta
1. Program Studi Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar Bali
2. Bagian Faal Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar Bali

ABSTRAK

Perokok aktif adalah orang yang mempunyai kebiasaan menghisap rokok atau mengkonsumsi rokok.
Penurunan oksigen (O2) karena merokok menyebabkan perokok memiliki tingkat jantung istirahat yang lebih
tinggi daripada bukan perokok yang berarti jantung mereka selalu bekerja keras untuk memompa darah dan
oksigen (O2) ke tubuh. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa latihan aerobik dapat
meningkatkan kapasitas kardiorespirasi pada mahasiswa perokok aktif. Latihan aerobik yang diberikan adalah
jogging dan sepeda . Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan pre dan post test control
group design. Sampel penelitian berjumlah 30 orang yang dibagi ke dalam dua kelompok. Kelompok 1 diberikan
latihan jogging sedangkan Kelompok 2 diberikan latihan sepeda . Pengukuran kapasitas kardiorespirasi
menggunakan tes cooper (lari 12 menit). Setelah memperoleh data hasil penelitian, dilakukan uji normalitas
dengan Shapiro Wilk Test dan uji homogenitas dengan Levene’s Test. Selanjutnya dilakukan uji hipotesis dengan
Paired Sample t-test untuk mengetahui perbedaan rerata sebelum dan sesudah latihan pada masing-masing
kelompok. Pada Kelompok 1 diperoleh hasil p=0,000 dengan beda rerata 11,66±2,25 dan pada Kelompok 2

diperoleh hasil p=0.000 dengan beda rerata 11,46±2,23. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat peningkatan
kapasitas kardiorespirasi yang bermakna pada setiap kelompok. Pada uji beda selisih antara Kelompok 1 dengan
Kelompok 2 yang menggunakan Independent Sample T-test diperoleh p=0,809 (p>0,05). Berdasarkan hasil
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pemberian latihan aerobik dapat meningkatkan kapasitas
kardiorespirasi pada mahasiswa perokok aktif di Denpasar.
Kata Kunci: latihan, aerobik,, kapasitas, kardiorespirasi, perokok aktif
AEROBIC EXERCISE IMPROVES CARDIORESPIRATORY CAPACITY AMONG ACTIVELYSMOKING STUDENTS IN DENPASAR
ABSTRACT
Active smokers are people who have the habit of sucking or consuming cigarettes. Oxygen depletion due
to smoking causes smokers have resting heart rates are higher than in non-smokers, which means they are always
the heart work harder to pump blood and oxygen to the body. The purpose of this study was to prove that aerobic
exercise can improve cardiorespiratory capacity in students active smokers. Aerobic exercise is jogging and bike
given. This research is an experimental research design with pre and post test control group design. These
samples included 30 people who were divided into two groups. One group was given exercises jogging while
Group 2 was given an exercise bike. Cardiorespiratory capacity measurement using cooper test (running 12
minutes). After receiving the result of the research, conducted by Shapiro Wilk normality test and homogeneity
test with Levene's test. Furthermore test the hypothesis by paired sample t-test to determine the differences
between the mean before and after exercise in each group. In the first Group 1 obtained the value p = 0.000 with
a mean difference 11,66±2,25, while the second Group 2 obtained the value p = 0.000 with a mean difference
11,46±2,23. The results showed that there was a significant increase in cardiorespiratory capacity in each group.

At different test the difference between Group 1 with Group 2 that using independent sample t-test obtained by
value p = 0,809 (p > 0.05). Based on these results, it can be concluded that the administration of aerobic exercise
can improve cardiorespiratory capacity in students active smokers in Denpasar
Keywords: aerobic, exercise,, cardiorespiratory, capacity, active smokers

PENDAHULUAN
Perkembangan zaman di Indonesia saat
ini membawa banyak perubahan bagi
lingkungan
maupun
masyarakatnya.
Perubahan yang sering terjadi ialah
perubahan perilaku pada seseorang. Ada
perilaku yang menguntungkan dan juga
merugikan diri sendiri serta orang lain.
Salah satu contoh perilaku yang merugikan
diri sendiri dan juga orang lain ialah
merokok. Merokok cenderung dilakukan
oleh orang dewasa, namun seiring dengan
perkembangan zaman merokok juga

banyak dilakukan oleh remaja bahkan
anak-anak. Saat ini prevelansi perokok
umur 15 tahun ke atas mengalami
kenaikan dari 27% (1995) mencapai
34,7% (2010). Jumlah perokok laki-laki
dewasa pada tahun 1995 sebesar 53% dan
meningkat menjadi 66%1.
Pada tahun 2009 Indonesia menempati
peringkat ke-4 di dunia dengan jumlah
rokok yang dikonsumsi sebesar 260.800
rokok (4%)2. Banyak dampak negatif yang
disebabkan oleh kebiasaan merokok, salah
satunya terjadi perubahan struktur dan
fungsi saluran pernafasan dan jaringan
paru3. Hal ini menyebabkan seorang
perokok memiliki keterbatasan saat
melakukan aktivitas karena struktur dan
fungsi organ jantung dan paru yang
menurun
mengakibatkan

kebugaran
fisiknya juga menurun. Kebugaran fisik
adalah kemampuan seseorang untuk
melakukan tugasnya sehari-hari dengan
mudah tanpa merasa lelah yang berlebihan
serta masih mempunyai sisa atau cadangan
tenaga
untuk
menikmati
waktu
senggangnya dan untuk keperluankeperluan mendadak4. Pada prinsipnya
latihan adalah memberikan tekanan fisik
secara
teratur,
sistematik
dan
berkesinambungan
sedemikian
rupa
sehingga dapat meningkatkan kemampuan

fisik
dalam
melakukan
aktivitas3.
Seseorang dengan kapasitas aerobik yang
baik memiliki jantung yang efisien, paruparu yang efektif serta peredaran darah
yang baik sehingga dapat mensuplai otot-

otot agar mampu bekerja secara kontinu
tanpa
mengalami
kelelahan
yang
berlebihan6.
Merokok
menyebabkan
kapasitas
kardiorespirasi
menurun
sehingga

kebugaran
fisiknya
juga
menurun. Hal ini terjadi karena suplai
oksigen
(O2)
berkurang
sehingga
hemoglobin (Hb) (Hb)akan lebih berikatan
dengan karbon monoksida (CO) daripada
dengan oksigen (O2) sehingga suplai
oksigen (O2) bagi jantung maupun paruparu menjadi tidak optimal7.
VO2 maks erat kaitannya dengan
kerja paru dan jantung yang berfungsi
untuk mengatur pengangkutan oksigen
(O2) oleh hemoglobin (Hb). Pada seorang
perokok aktif suplai oksigen (O2)
dibutuhkan lebih tinggi dibandingkan
bukan perokok aktif untuk daya tahan
tubuh. Jika seseorang merokok 10-12

batang sehari, maka kadar oksigen (O2)
yang disuplai ke jaringan-jaringan tubuh
akan menurun kurang lebih 5%. Penurunan
kadar oksigen (O2) ini memang tidak
begitu tampak tanda-tandanya pada waktu
perokok beristirahat. Dengan latihan dan
berolahraga yang cukup dan teratur, pada
perokok aktif
kemampuannya untuk
mengambil oksigen (O2) secara maksimal
dapat dinaikkan 10-12 %7.
METODE PENELITIAN
Desain Telaah
Desain telaah yang dipakai adalah
eksperimental dengan desain pre dan post
test control group design. Pemberian
latihan dalam penelitian ini dilakukan pada
April sampai Mei 2015. Sampel yang
ditargetkan yaitu seluruh mahasiswa
perokok aktif di Denpasar yang berumur

20-25 tahun. Dalam pengambilan sampel
menggunakan teknik purposive sampling
didasarkan atas adanya kriteria inklusi,
kriteria eksklusi dengan sampel sebanyak
30 orang dan nantinya akan dibagi secara
acak dan sama rata menjadi 2 kelompok.
Pada Kelompok 1 diberikan latihan
jogging sedangkan Kelompok 2 diberikan
latihan sepeda.

Instrumen Penelitian
Tes lari 12 menit (tes Cooper)
merupakan parameter yang digunakan
untuk
mengukur
kapasitas
kardiorespirasi. Tes ini dilakukan dengan
menginstruksikan pada subjek untuk
berlari selama 12 menit dan mengukur
jarak yang ditempuh selama 12 menit.

Setelah diperoleh jarak yang ditempuh
selanjutnya dihitung nilai VO2maks untuk
memperoleh
nilai
kapasitas
kardiorespirasi.
Selanjutnya
subjek
diberikan latihan inti yaitu jogging dan
sepeda dalam waktu yang berbeda agar
subjek tidak mengalami kelelahan yang
berlebihan.
Ketika
peneliti
sudah
memberikan perlakuan pada masingmasing kelompok dan telah memperoleh
data yang diperlukan secara lengkap,
dilakukan uji Paired Sample T-test untuk
komparasi data dan mengetahui apakah
terdapat

peningkatan
kapasitas
kardiorespirasi sebelum dan sesudah
pemberian latihan pada kedua kelompok
tersebut.
Kemudian
dilakukan
uji
Independent Sample T-test yang bertujuan
untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan
peningkatan kapasitas kardiorespirasi
pada setiap kelompok.
HASIL PENELITIAN
Karakteristik sampel yaitu umur
Table 1.
Keterangan Sampel Berdasarkan Umur
Ciri-ciri

Mean±SD
KP1

KP2
(tahun)
(tahun)

21,8±1,37 21,9±1,09
Berdasarkan Tabel 1 di atas
menunjukkan bahwa subjek penelitian
Kelompok 1 memiliki rerata umur
(21,8±1,37) tahun dan pada Kelompok 2
memiliki rerata umur (21,9,3±1,09) tahun.
Umur

Tabel 2.
Hasil Uji Normalitas (Shapiro-Wilk Test)
dan Homogenitas (Lavene’s Test)

Kelompok
Data

Uji Normalitas dengan Shapiro Wilk Test
KP1
KP2

Uji
Homogenitas
(Levene’s
Test)

Statistik

P

Statistik

P

Sebelum
Latihan
(ml/kg/min)

0,892

0,072

0,923

0,213

0,745

Sesudah
Latihan
(ml/kg/min)

0,926

0,237

0,919

0,187

0,994

Dari Tabel 3 didapatkan hasil
bahwa data berdistribusi normal dan
homogen (p >0,05).
Tabel 3.
Hasil Uji Paired Sample T-Test
Sebelum
Latihan
(ml/kg/min)

Setelah
Latihan
(ml/kg/min)

Beda
Rerata

P

KP1

22,00

33,66

11,66±2,25

0,000

KP2

22,40

33,86

11,46±2,23

0,000

Berdasarkan Tabel 3 di atas
menunjukkan bahwa pengujian hipotesis
yang dianalisis dengan menggunakan
Paired Sample T-test diperoleh hasil pada
Kelompok
1
untuk
kapasitas
kardiorespirasi
p=0,000
(p