Implementasi Protokol Palermo dalam Menanggulangi Permasalahan Tenaga Kerja Wanita Indonesia yang Menjadi Korban Human Trafficking.

IMPLEMENTASI PROTOKOL PALERMO DALAM
MENANGGULANGI PERMASALAHAN TENAGA KERJA
WANITA INDONESIA YANG MENJADI KORBAN HUMAN
TRAFFICKING
SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Politik pada
Program Studi Hubungan Internasional

Disusun oleh:
Marcellena Nirmala Chrisna Moeri
NIM. 1021105053

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2016

KATA PENGANTAR
Shalom aleichem,
Salam sejahtera,

Puji syukur kehadapan Tuhan Yesus Kristus, Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat
dan berkat yang Tuhan anugerahkan bagi kita sekalian. Merupakan sebuah kebanggan yang luar
biasa karena penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “IMPLEMENTASI
PROTOKOL PALERMO DALAM MENANGGULANGI PERMASALAHAN TENAGA
KERJA WANITA INDONESIA SEBAGAI KORBAN HUMAN TRAFFICKING”.
Skripsi ini tentu tidak lepas dari bantuan banyak pihak baik secara materiil dan moril
dalam proses penyusunannya. Pada kesempatan ini, penulis akan menyampaikan rasa
penghargaan dan terimakasih kepada pihak-pihak tersebut:
1. Rektor Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD
2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana, Dr. Drs. I Gusti
Putu Bagus Suka Arjawa, M.Si.
3. Ketua Program Studi Hubungan Internasiona dan sekaligus sebagai Dosen
Pembimbing I, Idin Fasisaka, S.IP., M.A. yang sudah memberikan ilmu, motivasi,
bimbingan dan saran kepada penulis untuk menyempurnakan skripsi ini.
4. Putu Titah Kawitri Resen, S.IP, M.A selaku Dosen Pembimbing II yang sudah
memberikan pengetahuan lebih mengenai Human Security dan human trafficking serta
saran yang sangat mendukung dalam penyusunan skripsi ini.
5. Sukma Susanthi, S.S.,M.Si, A. A. Bagus Surya Widya Nugraha, S.IP., M.Si dan Ni
Wayan Rainy Priadarsini, S.SS., M.Hub.Int selaku para dosen penguji yang telah
memberikan kritik dan saran agar skripsi ini dapat menjadi lebih baik.

6. Seluruh dosen yang mengajar di Program Studi Hubungan Internasional serta pegawai
TU Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana.
7. Kepada kedua orang tua Penulis, Bapak Christian William Herling Moeri, S.T dan Ibu
Dra. Nanik Yuli Hastuti, kedua adik kandung Penulis, Marcellino Adi dan Carolina
Putri serta Oma Carolina Bath yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan
moral dari awal hingga selesai studi.

8. I Nyoman Andry Christian, S.IP, seorang pria yang selalu membantu, mendukung,
memotivasi, menemani dan mendoakan Penulis dalam penyusunan skripsi hingga
Penulis dapat menyelesaikannya dengan baik.
9.

Ruth Mona Patricia, S.IP, seorang teman baik, teman curhat, teman cerita, teman ke
kampus, teman pelayanan, teman yang selalu bersama Penulis dalam mengerjakan
skripsi dari awal, tahap ujian proposal sampai siding skripsi. Thank you, darls !

10. Seluruh rekan-rekan Program Studi Hubungan Internasional 2010, rekan-rekan
Perkantas Bali, dan seluruh pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu per satu yang
sudah mendukung penuh dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, maka dari itu

Penulis mohon maaf. Penulis mengharapkan kritik dan saran dalam usaha memperbaiki
skripsi ini agar menjadi lebih baik. Akhir kata, Penulis berharap skripsi ini dapat
bermanfaat bagi seluruh pihak, terutama dalam bidang human security dan human
trafficking.

Denpasar, 1 Agustus 2016

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Permasalahan human trafficking yang terjadi di Indonesia kini kondisinya

sangat mengkhawatirkan. Pada era globalisasi sekarang ini, modern slavery marak
dalam wujudnya yang illegal dan terselubung berupa human trafficking. Suatu
bentuk penguasaan atas diri orang lain yang dilakukan dengan cara membujuk,

merayu, menipu, bahkan mengancam kelompok yang rentan (dalam hal ini
perempuan dan anak-anak) untuk direkrut dan dibawa kedaerah lain bahkan
kenegara lain untuk diperjualbelikan dan dipekerjakan diluar kemauan dan
keinginan orang tersebut dalam berbagai bentuk pekerjaan yang bersifat
eksploitatif. Selanjutnya isu human trafficking menjadi suatu permasalahan besar
yang menarik perhatian regional maupun internasional. Human trafficking
merupakan tindakan yang bertentangan dengan Hak Asasi Manusia. Awalnya,
human trafficking dinilai hanya sebatas sebagai tindakan kriminal memperkerjakan
orang sebagai Pekerja Seks, akan tetapi saat ini permasalahan tersebut sudah jauh
berkembang menjadi masalah yang lebih memprihatinkan.
Bentuk-bentuk human trafficking antara lain kerja paksa seks dan
eksploitasi seks, pembantu rumah tangga (PRT), Penari penghibur, pengantin
pesanan, dan transpalansi organ tubuh. Hal ini terjadi akibat adanya faktor-faktor
yang sangat mempengaruhi terjadinya praktik human trafficking antara lain,
kualitas hidup miskin, perilaku konsumtif, factor budaya masyarakat yang

mencakup peran perempuan dalam keluarga yang menomorduakan derajat
perempuan dan perkawinan dini terhadap anak perempuan, jeratan hutang,
kurangnya pencatatan kelahiran, korupsi dan lemahnya penegakan hukum, serta
peran media massa yang belum maksimal dalam memberikan berita dan informasi

terkait human trafficking. Penelitian ILO-IPEC pada tahun 2003 di Jawa Tengah,
DI Yogyakarta, Jawa Timur, Jakarta, dan Jawa Barat menyimpulkan bahwa human
trafficking di Indonesia merupakan masalah yang sangat kompleks karena juga
diperluas oleh faktor ekonomi dan sosial budaya.
Pratik human trafficking di Indonesia, perempuan dan anak menjadi jumlah
korban paling tinggi, khususnya para perempuan yang bekerja sebagai TKW.
Karena hal tersebut menjadi pintu gerbang yang sangat rentan bagi para TKW untuk
diperjualbelikan secara tidak manusiawi oleh para pelakunya dengan cara yang
illegal. Tindakan human trafficking ini juga merupakan bentuk kejahatan yang
bertumbuh palingcepat dalam dunia kejahatan terorganisir, bahkan menjadi sumber
pendapatan dan keuntungan terbesar ketiga bagi organisasi kejahatan internasional,
setelah perdagangan narkotika dan perdagangan gelap senjata (IOM, Trafficking In
Woman And Children From The Republic Of America: A Study, 2001). Indonesia
dinyatakan sebagai negara dengan kasus perdagangan orang untuk pemasaran
domestik yang sangat meluas dan bahkan menjadi negara sumber (supplier) bagi
praktik human trafficking internasional.
Data yang laporkan oleh Embassy of the United States di Jakarta dalam
Laporan Perdagangan Manusia 2013 menyebutkan bahwa Indonesia merupakan
negara asal utama, negara tujuan dan negara transit untuk kegiatan human


trafficking

(www.indonesian.jakarta.usembssy.gov).

Sebuah

data

resmi

Departemen Luar Negeri Amerika Serikat tahun 2010 yang lalu mengungkap secara
jelas posisi Indonesia dalam human trafficking ini berada di tier 2, yang mana
Indoneisa termasuk dalam kategori negara-negara dengan pemerintah yang tidak
sepenuhnya memenuhi standar minimum Undang-Undang, tetapi melakukan
beberapa upaya yang berarti untuk memenuhi standar tersebut.
Pemerintah Indonesia telah mengundangkan UU Nomor 21 tahun 2007
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang (UU PTPPO) sejak
tanggal 19 April 2007 yang lebih berfokus pada tindak pidananya. Namun,
ditetapkannya Undang-Undang Nomor 21 tahun 2007 tersebut belum dapat
meredakan rasa kekhawatiran dan keadilan masyarakat, karena permasalahan

human trafficking belum dapat diselesaikan dengan optimal melalui perundangan
ini (Resmila, 2013).
Adanya kesenjangan sosial ekonomi antar daerah dan perbedaan tingkat
pendapatan dengan negara-negara tetangga telah menjadi alasan bagi banyak warga
Indonesia meninggalkan kampung halamannya untuk mencari kehidupan yang
lebih baik di kota-kota besar dan di luar negeri sebagai tenaga kerja (Labetubun,
2009). Pusat Penelitian Pengembangan dan Informasi Badan Nasional Penempatan
dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia menunjukan bahwa sepanjang tahun
2009 Indonesia telah menempatkan tenaga kerja dengan jumlah penempatan pertahun mencapai 632.172 orang. Kemudian pada tahun 2010, jumlah TKI tersebut
berada pada 575.804 orang dan pada tahun 2011 jumlah penempatan TKI tidah jauh
berbeda yakni berada pada angka 586.802 orang. Selanjutnya, pada tahun 2012

mengalami perbedaan jumlah penempatan TKI yaitu 494.609 orang dan jumlah
tersebut kembali meningkat drastis pada tahun 2013 sebanyak 512.168 orang.
Berikut ini merupakan tabel data Penempatan TKI tahun 2009-2013:
No

Tahun

Jumlah TKI


1

2009

632.172

2

2010

575.804

3

2011

586.802

4


2012

494.609

5

2013

512.168

Table 1.1: Tabel Penempatan TKI tahun 2009-2013 (PUSLITFO BNP2TKI
2013)
Para TKI yang di berangkatkan oleh pemerintah Indoensia ke luar negri
akan bekerja dalam dua kategori yakni TKI yang bekerja formal yang secara umum
akan bekerja pada sebuah perusahaan dan TKI yang bekerja informal yang akan
melakukan pekerjaan di dalam rumah dan berprofesi sebagai penata laksana rumah
tangga (PLRT), perawat atau penjaga orang tua/jompo, perawat bayi, supir
keluarga, dan perawat kebun.
Jumlah kasus human trafficking di Indonesia yang tinggi tersebut

disebabkan tidak adanya peraturan perundang-undangan yang komperhensif dan
lemahnya penegakan hukum ditambah dengan kurangnya kepekaan pejabat
pemerintah serta kesadaran masyarakat (Suhardin, 2008). Meningkatnya kasus
kejahatan human trafficking disebabkan karena kemajuan teknologi dalam era
globalisasi, dimana mobilitas manusia semakin meningkat. Hal ini terjadi tidak

hanya pada kota-kota besar di Indonesia, bahkan pada batas wilayah negara. Akan
tetapi, keamanan di wilayah perbatasan sangatlah kurang sehingga semua orang
termasuk para TKW dapat bebas keluar masuk.Keadaan tersebut diperburuk
dengan belum terlaksananya implementasi kebijakan nasional penghapusan
perdagangan perempuan dan anak dengan baik. Kebijakan mengenai human
trafficking di Indonesia tidak terlepas dari adanyapengaruh sistem internasional,
dimana human trafficking merupakan suatu kejahatan transnasional. Protokol
Plaermo yang telah diratifikasi oleh Indonesia membuat negara Indonesia harus
sangat memperhatikan ketentuan-ketentuan yang telah diatur oleh masyarakat
internasional, maka dalam pembentukan kebijakan nasional terutama dalam
kebijakan mengenai human trafficking, harus memperhatikan keserasian antara
falsafah hidup dankebutuhan bangsa negara serta masyarakat Indonesia dengan
ketentuan yang ada didalam Protokol Palermo.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak pada periode

pemerintahan yang lalu, Linda Amalia Agum Gumelar menyatakan dalam hasil
wawancara redaksi BNP2TKI, bahwa 70% penyebab dari tindak kejahatan human
trafficking adalah pengiriman TKI illegal keluar negeri (BNP2TKI, 2013). Tenaga
kerja Indonesia diluar negeri sering dijadikan objek perdagangan manusia
diantaranya kerja paksa dan perbudakan (Sinaga, 2010). Data yang ada menunjukan
bahwa perempuan merupakan korban yang paling rentan terhadap kejahatan human
trafficking dengan presentase sebesar 90,3% (BNP2TKI, 2013). Untuk itulah sangat
diperlukan adanya perlindungan terhadap tenaga kerja dimaksudkan untuk
menjamin hak-hak dasar pekerja/buruh dan menjamin kesamaan kesempatan serta

perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apa pun untuk mewujudkan kesejahteraan
pekerja.
Melihat hal ini, penulis ingin lebih dalam lagi melihat bentuk implementasi
protokol Palermo yang sudah diratifikasi oleh Indonesia pada tahun 2009 terhadap
para Tenaga Kerja Wanita Indonesia yang menjadi korban human trafficking.
1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis mengemukakan

rumusan

masalah yakni: “Apa bentuk implementasi Protokol Palermo oleh

pemerintah Indonesia tahun 2009-2013 dalam menanggulangi permasalahan
Tenaga Kerja Wanita Indonesia yang menjadi korban human trafficking?”
1.3

Tujuan Penelitian
Mengacu pada rumusan masalah di atas, maka penelitian ini ditujukan untuk

memberikan penjelasan mengenai bentuk implementasi protokol Palermo oleh
pemerintah Indonesia tahun 2009-2013 dalam menanggulangi permasalahan
Tenaga Kerja Wanita Indonesia yang menjadi korban human trafficking.
1.4

Manfaat Penelitian
a.

Manfaat Akademis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan ilmu
bagi akademisi mengenai bentuk implementasi protokol Palermo pada korban
human trafficking di Indonesia.
b.

Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan informasi dan
pertimbangan ilmiah bagi pihak-pihak yang berkepentingan, khususnya pihak yang
terlibat langsung dalam permasalahan human trafficking.
1.5

Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam laporan penelitian ini terdiri dari empat bab,

adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:
BAB I :

PENDAHULUAN
Penulis akan menguraikan latar belakang masalah, rumusan
masalah, ruang lingkup masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian dan sistematika penulisan dalam bab ini.

BAB II :

TINJAUAN PUSTAKA
Penulis akan menyampaikan karya-karya ilmiah yang terkait
dengan tema yang diteliti berikut dengan hasil dari penelitian
tersebut dan pada bagian ini penulis akan mengemukakan konsep
yang relevan untuk digunakan dalam penelitian ini.

BAB III :

METODOLOGI PENELITIAN
Penulis akan menjabarkan jenis penelitian, sumber data, unit
analisis, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan teknik
penyajian data.

BAB IV :

PEMBAHASAN
Penulis akan menjawab pertanyaan dari rumusan masalah dengan
mencantumkan gambaran umum terkait human trafficking dan
protokol Palermo dan akan dilanjutkan dengan hasil analisis.

BAB V :

PENUTUP
Penulis akan menguraikan simpulan laporan penelitian dari
penjelasan permasalahan dari bab satu sampai bab empat dan akan
mencantumkan saran oleh penulis, serta dalam bab ini akan berisi
jawaban terhadap rumusan masalah.