Permasalahan Human Trafficking di Indone

Permasalahan Human Trafficking di Indonesia

Oleh:
Sarah Syifa Malahayati (115105011)

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS FALSAFAH DAN PERADABAN
UNIVERSITAS PARAMADINA
JAKARTA
2016

DAFTAR ISI

BAB 1......................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang Masalah..................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan Makalah..............................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................5
KAJIAN TEORI....................................................................................................................5
2.1 Teori Asosiasi Diferensial (Differential Association Theory).........................................5

BAB III...................................................................................................................................6
PEMBAHASAN....................................................................................................................6
3.1 Pengertian Human Trafficking........................................................................................6
3.2 Modus Human Trafficking..............................................................................................7
3.3 Pelaku Human Trafficking...............................................................................................7
3.4 Korban Incaran Human Trafficking................................................................................7
3.5 Faktor-faktor Pendorong Human Trafficking..................................................................8
3.6 Dampak Human Trafficking............................................................................................9
3.7 Perkembangan Kasus Human Trafficking di Indonesia..................................................9
3.8 Hambatan Pemberantasan.............................................................................................11
3.9 Solusi Masalah Human Trafficking di Indonesia..........................................................12
BAB IV.................................................................................................................................15
PENUTUP............................................................................................................................15
4.1 Kesimpulan...................................................................................................................15
4.2 Saran..............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................16

2

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dewasa ini masalah yang terjadi disuatu negara sangatlah bervariasi mulai dari sektorsektor yang paling utama meliputi ekonomi yang memang fatal keberlangsungannya
kesejahteraan bagi kehidupan manusia, kesehatan pun tak kalah pentingnya serta pendidikan
yang memang dasar utama bagi kemajuan semua peradaban kemajuan negara. Sumber daya
alam yang ada diberikan dan menjadi nikmat dapat diolah sebagai bahan pemenuhan
kebutuhan hidup manusia yang diibangi dengan keberadaan daya dukung sumber daya
manusia yang dapat dimana Indonesia merupakan negara ke empat terbesar yang memiliki
jumlah penduduk banyak cukup wakili bahwa kita sebagai warga negara negara berkembang
memanfaatkan sumber daya alam secara efisien dan melestarikannya.
Aktivitas manusia yang dijalankan dapat berdampak positif serta ada pula yang
berdampak negatif, keberadaan manusia dapat menguntungkan suatu negara bahkan juga
dapat mempersulit gerak suatu negara. Hal yang terkait menguntungkan negara dapat kita
lihat contohnya ialah jasa para tenaga kerja yang berada di luar negeri devisa yang mereka
hasilkan membuat pendapatan negara bertambah hasilnya dapat dirasakan juga timbal
baliknya bagi mereka semua sarana dan fasilitas umum dapat rakyat rasakan. Akan tetapi
banyak penyimpangan yang terjadi para calon tenaga kerja indonesia yang awam tidak
memiliki pengalaman bekerja di luar negeri mudah ditipu oleh para oknum yang tidak
bertanggung jawab dalam jasa penyaluran kerjanya, hanya dengan diiming-imingi upah besar
para calon TKI menurutinya padahal mereka masuk dalam perangkap perdagangan manusia

yang dikirim keluar negeri tugasnya berbagai macam bekerja sebagai pemuas kebutuhan para
lelaki, sebagai budak, PSK dan lain sebagainya, sisi kehidupan seperti ini dapat menyebabkan
faktor kerugian bagi negara bahkan masyarakat Indonesia khususnya. Dengan adanya masalah
seperti ini maka Penulis membahas tentang perdagangan manusia dalam konteks pengertian,
dampak, kondisi perdagangan manusia di Indonesia saat inim serta solusi penyelesaiannya.

1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka akan menimbulkan berbagai macam partanyaan.
Adapun permasalahan yang akan Penulis bahas adalah sebagai berikut :
3

1. Apakah Pengertian, Pelaku dan Faktor pendorong Human Trafficking di Indonesia?
2. Bagaimana perkembangan kasus Human Trafficking di Indionesia saat ini?
3. Bagimana dampak dan solusi Human Trafficking di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui :
1. Pengertian, siapa pelaku dan apa faktor pendorongnya masalah Human Trafficking di
Indonesia.
2. Memahami dampak dan solusi penyelesaian masalah Human Trafficking di Indonesia.

3. Mengetahui perkembangan kasus Human Trafficking saat ini yang terjadi di Indonesia.

4

BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Teori Asosiasi Diferensial (Differential Association Theory)
Sutherland menghipotesakan bahwa perilaku kriminal itu dipelajari melalui asosiasi yang
dilakukan dengan mereka yang melanggar norma-norma masyarakat termasuk norma hukum.
Proses mempelajari tadi meliputi tidak hanya teknik kejahatan sesungguhnya, namun juga
motif, dorongan, sikap dan rasionalisasi yang nyaman yang memuaskan bagi dilakukannya
perbuatan-perbuatan anti sosial. Teori asosiasi differensial Sutherland mengenai kejahatan
menegaskan bahwa :
a. Perilaku kriminal dipelajari dalam hubungan interaksi dengan orang lain melalui
suatu proses komunikasi.
b. Bagian penting dari mempelajari perilaku kriminal terjadi dalam pergaulan intim
dengan mereka yang melakukan kejahatan, yang berarti dalam relasi langsung di
tengah pergaulan.
c. Mempelajari perilaku kriminal, termasuk didalamnya teknik melakukan kejahatan
dan motivasi/ dorongan atau alasan pembenar.

d. Dorongan tertentu ini dipelajari melalui penghayatan atas peraturan perundangundangan; menyukai atau tidak menyukai.
e. Seseorang

menjadi

deliquent

karena

penghayatannya

terhadap

peraturan

perundangan lebih suka melanggar daripada mentaatinya.
f. Asosiasi diferensial ini bervariasi tergantung dari frekuensi, durasi, prioritas dan
intensitas.
g. Proses mempelajari perilaku kriminal melalui pergaulan dengan pola kriminal dan
anti kriminal melibatkan semua mekanisme yang berlaku dalam setiap proses

belajar.
h. Sekalipun perilaku kriminal merupakan pencerminan dari kebutuhan umum dan
nilai-nilai, akan tetapi tingkah laku kriminal tersebut tidak dapat dijelaskan melalui
kebutuhan umum dan nilai-nilai tadi, oleh karena perilaku non kriminal pun
merupakan pencerminan dari kebutuhan umum dan nilai-nilai yang sama.

5

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Human Trafficking
Krisis moneter berkepanjangan dan lesunya perekonomian menyebabkan banyak keluarga
kehilangan sumber pendapatannnya dalam kondisi ini, pelacuran dianggap memberi
kesempatan yang lebih baik kepada anak dan perempuan mendapatkan uang. Banyak anak
dan perempuan dari desa yang mau meninggalkan kampung halamannya karena tergiur oleh
janji-janji yang diberikan oleh para trafficker (orang yang memperdagangkan) untuk bekerja
di kota dengan gaji yang besar, tetapi sesampainya di kota, diperdaya atau dipaksa untuk
menjadi pekerja seks.
Human Trafficking adalah salah satu bentuk kekerasan yang dilakukan terhadap anak,
yang menyangkut kekerasan fisik,mental dan atau seksual. Human Trafficking merupakan

perekrutan, pengangkutan, pemindahan, penampungan atau penerimaan seseorang dengan
ancaman atau penggunaan kekerasan atau bentuk-bentuk paksaaan lainnya, penculikan,
pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, ataupun memberi atau
menerima bayaran atau manfaat, untuk tujuan eksploitasi seksual, perbudakan atau praktikpraktik lain, pengambilan organ tubuh. Berdasarkan hal ini, dapat diketahui bahwa proses
trafficking adalah perekrutan, pengangkutan, pemindahan, penampungan (penyekapan),
penerimaan. Human Trafficking dilakukan dengan cara: ancaman, kekerasan, paksaan,
penculikan, penipuan, penyalahgunaan wewenang. Tujuan dilakukan Human Trafficking
adalah untuk: transplantasi organ tubuh, penyalahgunaan obat, perdagangan anak lintas batas,
pornografi, seksual komersil, perbudakan/penghambaan dan lain-lain. Secara umum, faktorfaktor yang mendorong terjadinya Human Trafficking anak adalah kemiskinan, terbatasnya
kesempatan kerja, konflik sosial, lemahnya penegakan hukum, rendahnya pendidikan dan
kesehatan, kekerasan dalam rumah tangga, desakan ekonomi.
Perdagangan orang merupakan kejahatan yang keji terhadap Hak Asasi Manusia (HAM),
yang mengabaikan hak seseorang untuk hidup bebas, tidak disiksa, kebebasan pribadi, pikiran
dan hati nurani, beragama, hak untuk tidak diperbudak, dan lainnya. Anak dan perempuan
adalah yang paling banyak menjadi korban perdagangan orang (Trafficking in Persons),
menempatkan mereka pada posisi yang sangat berisiko khususnya yang berkaitan dengan
kesehatannya baik fisik maupun mental spritual, dan sangat rentan terhadap tindak kekerasan,
6

kehamilan yang tak dikehendaki, dan infeksi penyakit seksual termasuk HIV/AIDS. Kondisi

anak dan perempuan yang seperti itu akan mengancam kualitas ibu bangsa dan generasi
penerus bangsa Indonesia.

3.2 Modus Human Trafficking
Modus Human Trafficking di Indonesia terhadap anak dan perempuan, dilakukan
dengan berbagai cara, yaitu :
a. Dengan ancaman dan pemaksaan, biasanya dilakukan oleh trafficker yang telah dikenal
dengan pelaku. Dalam hal tersebut pelaku menggunakan kedekatannya dan kedudukannya
yang lebih superioritas dibanding korban, sehingga membuat korban berada dalam
tekanan dan kedudukan. (Jurnal Perempuan 29, 2002:65)
b. Penculikan; biasanya korban diculik secara paksa atau melalui hipnotis melalui anggota
sindikat. Tak jarang juga korban diperkosa atau disodomi terlebih dahulu oleh aggota
sindikat sehingga menjadi semakin tidak berdaya. . (Jurnal Perempuan 29, 2002:65)
c. Penipuan, kecurangan atau kebohongan; Modus tersebut merupakan modus yang paling
sering dilakukan oleh sindikat trafficking. Korban ditipu oleh anggota sindikat yang
biasanya mengaku sebagai pencari tenaga kerja dengan menjanjikan gaji dan fasilitas yang
meyenangkan sehingga korban tertarik utuk mengikuti tanpa mengetahui kondisi kerja
yang akan dijalani. (Jurnal Perempuan 29, 2002:65)

3.3 Pelaku Human Trafficking

Pelaku dalam Human Trafficking di Indonesia anak dan perempuan dapat dibeakan
dalam 3 unsur. Pembedaan dilakukan berdasarkan peranannya masing- masing dalam
tindakan Human Trafficking di Indonesia:
a. Pihak yang berperan pada awal perdagangan.
b. Pihak yang menyediakan atau menjual orang yang diperdagangkan.
c. Pihak yang berperan pada akhir rantai perdagangan sebagai penerima / pembeli orang
yang diperdagangkan atau sebagai pihak yng menahan korban untuk dipekerjakan secara
paksa dan yang mendapatkan keuntungan dari kerja itu.

3.4 Korban Incaran Human Trafficking
Kelompok rentan Human Trafficking di Indonesia untuk menjadi korban adalah orangorang dewasa dan anak-anak, laki-laki maupun perempuan yang pada umumnya berada dalam
kondisi rentan, seperti laki-laki, perempuan dan anak-anak dari keluarga miskin yang berasal
dari pedesaan atau daerah kumuh perkotaan; mereka yang berpendidikan dan berpengetahuan
terbatas; yang terlibat masalah ekonomi, politik dan sosial yang serius; anggota keluarga yang
7

mengalami krisis ekonomi seperti hilangnya pendapatan suami/orangtua, suami/orang tua
sakit keras, atau meninggal dunia; putus sekolah; korban kekerasan fisik, psikis, seksual; para
pencari kerja (termasuk buruh migran); perempuan dan anak jalanan; korban penculikan;
janda cerai akibat pernikahan dini; mereka yang mendapat tekanan dari orang tua atau

lingkungannya untuk bekerja; bahkan pekerja seks yang menganggap bahwa bekerja di luar
negeri menjanjikan pendapatan lebih.

3.5 Faktor-faktor Pendorong Human Trafficking
Faktor utama maraknya Human Trafficking di Indonesia terhadap perempuan dan anak
perempuan adalah kemiskinan. Faktor lain adalah :
a. Pendidikan , 15% wanita dewasa buta huruf dan separuh dari anak remaja tidak masuk
sekolah

memberikan

peluang

untuk

menjadi

korban

trafficking.


Kekerasan terhadap perempuan dan anak tidak banyak diketahui hubungan antara
kekerasan dalam rumah tanggga dan kekerasan seksual. Tetapi, sekitar separuh, dari
anak-anak yang dilacurkan pernah mendapatkan kekerasan seksual sebelumnya
Perkawinan usia muda, 30% kawin sebelum usia 16 tahun. Perkawinan usia ini beresiko
tinggi perceraian. (Jurnal Perempuan 29, 2002:24)
b. Kondisi sosial budaya keluarga dan masyarakat Indonesia sebagian besar yang
patriarkhis. Eksploitasi seksual anak merupakan hal yang sulit apabila sudah
terperangkap akan sulit untuk keluar. Menjerumuskan anak pada eksloitasi seksual hanya
membutuhkan waktu singkat dan relatif murah tetapi memulihkan mereka dari situasi
tersebutmembutuhkan waktu yang lama dan biaya yang besar, terlebih lagi mereka yang
mengalami trauma. Anak-anak yang telah memperoleh stigma buruk, sulit diterima
masyarakat. (Jurnal Perempuan 29, 2002:24)
c. Perubahan globalisasi dunia, Indonesia tidak luput dari pengaruh keterbukaan dan
kemajuan diberbagi aspek teknologi, politik, ekonomi, dan sebagainya. Dan kemajuan
tersebut membawa perubahan pula dari segi-segi kehidupan sosial dan budaya dipacu
oleh berbagai kemudahan informasi. Berkaitan dengan perkembangan tersebut Indonesia
menjadi sasaran perdangangan seks terhadap perempuan dan anak perempuan. Hal ini
disebabkan tingkat kesadaran masyarakat masih rendah sehingga peraturan dan hokum
lebih lemah untuk menghapuskan eksploitasi seks terhadap perempuan dan anak
perempuan. (Jurnal Perempuan 29, 2002:24)

8

3.6 Dampak Human Trafficking
Para korban perdagangan manusia mengalami banyak hal yang sangat mengerikan.
Perdagangan manusia menimbulkan dampak negatif yang sangat berpengaruh terhadap
kehidupan para korban. Tidak jarang, dampak negatif hal ini meninggalkan pengaruh yang
permanen bagi para korban.
Dari segi fisik, korban perdagangan manusia sering sekali terjangkit penyakit. Selain
karena stress, mereka dapat terjangkit penyakit karena situasi hidup serta pekerjaan yang
mempunyai dampak besar terhadap kesehatan. Tidak hanya penyakit, pada korban anak-anak
seringkali mengalami pertumbuhan yang terhambat.
Sebagai contoh, para korban yang dipaksa dalam perbudakan seksual seringkali dibius
dengan obat-obatan dan mengalami kekerasan yang luar biasa. Para korban yang
diperjualbelikan untuk eksploitasi seksual menderita cedera fisik akibat kegiatan seksual atas
dasar paksaan, serta hubungan seks yang belum waktunya bagi korban anak-anak. Akibat dari
perbudakan seks ini adalah mereka menderita penyakit-penyakit yang ditularkan melalui
hubungan seksual, termasuk diantaranya adalah HIV / AIDS. Beberapa korban juga menderita
cedera permanen pada organ reproduksi mereka.
Dari segi psikis, mayoritas para korban mengalami stress dan depresi akibat apa yang
mereka alami. Seringkali para korban perdagangan manusia mengasingkan diri dari
kehidupan sosial. Bahkan, apabila sudah sangat parah, mereka juga cenderung untuk
mengasingkan diri dari keluarga. Para korban seringkali kehilangan kesempatan untuk
mengalami perkembangan sosial, moral, dan spiritual. Sebagai bahan perbandingan, para
korban eksploitasi seksual mengalami luka psikis yang hebat akibat perlakuan orang lain
terhadap mereka, dan juga akibat luka fisik serta penyakit yang dialaminya. Hampir sebagian
besar korban “diperdagangkan” di lokasi yang berbeda bahasa dan budaya dengan mereka.
Hal itu mengakibatkan cedera psikologis yang semakin bertambah karena isolasi dan
dominasi. Ironisnya, kemampuan manusia untuk menahan penderitaan yang sangat buruk
serta terampasnya hak-hak mereka dimanfaatkan oleh “penjual” mereka untuk menjebak para
korban agar terus bekerja. Mereka juga memberi harapan kosong kepada para korban untuk
bisa bebas dari jeratan perbudakan.

3.7 Perkembangan Kasus Human Trafficking di Indonesia
Perkembangan kasus Human Trafficking (perdagangan orang) di Indonesia sungguh
kian mengkhawatirkan. Dari tahun ke tahun, kasus ini meningkat tajam. Seakan-akan, kasus
Human Trafficking di Indonesia diibaratkan bak gunung es. Artinya, angka yang tersembunyi
9

di bawah permukaan jauh lebih besar ketimbang yang terlihat di permukaan. Data dari
International Organization for Migration (IOM) mencatat hingga April 2006 bahwa jumlah
kasus perdagangan manusia di Indonesia mencapai 1.022 kasus, dengan rinciannya: 88,6
persen korbannya adalah perempuan, 52 persen dieksploitasi sebagai pekerja rumah tangga,
dan 17,1 persen dipaksa melacur (www.bkkbn.go.id).
Sepanjang kasus Human Trafficking mencuat di Indonesia sejak 1993, tahun 2000
merupakan tahun yang paling ramai dengan maraknya kasus ini. Modus tindak pidana Human
Trafficking sangat beragam, mulai dari dijanjikan pekerjaan, penculikan korban, menolong
wanita yang melahirkan, penyelundupan bayi, hingga memperkejakan sebagai PSK komersil.
Umumnya para korban baru menyadari bahwa dirinya merupakan korban Human Trafficking
setelah tidak mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi, alias dieksploitasi di negeri
rantau.
Ada suatu cerita yang memilukan tentang seorang korban Human Trafficking yang
terpaksa melompat dari lantai dua hanya untuk melarikan diri perangkap kasus ini. Rina (19),
seorang perempuan TKI sempat gelisah dan bingung karena ia dipaksa menjadi pekerja seks
komersial. Apalagi, sebelumnya ia sudah disuntik dengan cairan anti-hamil oleh seorang
dokter sebelum melayani tamu. Ia tidak kuasa menerima paksaan itu, namun ia sendiri tidak
mengetahui kepada siapa ia harus minta pertolongan agar bisa lari dan menyelamatkan diri
dari rencana tersebut. Maka, satu-satunya jalan yang mungkin ditempuhnya adalah melarikan
diri alias kabur dari perangkap tersebut. Ia dibantu dengan seorang temannya loncat ke dasar
lantai yang tingginya mencapai empat meter (Kompas, 8/3/2004).
Mendengar cerita di atas hati kita pasti merasa terenyuh. Susah-susah datang ke negeri
rantau, akhirnya cuma “diperdagangkan” secara tidak manusiawi. Rina tidak sendirian. Masih
banyak lagi korban-korban lainnya yang perlu mendapatkan pertolongan dan perhatian. Sudah
seharusnya pemerintah serius menangani masalah ini, termasuk dalam hal penertiban terhadap
agen-agen penyalur jasa tenaga kerja Indonesia (PJTKI) ke luar negeri. Para korban Human
Trafficking awalnya tidak menduga bahwa mereka akan diperdagangkan karena memang
mereka hanya dijanjikan akan mendapatkan pekerjaan setelah sesampainya di negeri orang.
Berikut ini adalah cerita yang mengungkap fakta tentang modus dan tahapan Human
Trafficking yang menimpa TKI di luar negeri, yang dikutip dari www.antara.co.id. Pada bulan
Meret 2007, Kedutaan Besar RI di Kuala Lumpur, Malaysia berhasil menyelamatkan 19 orang
wanita Indonesia yang menjadi korban perdagangan manusia. Pengungkapan kasus tersebut
diawali dengan penangkapan polisi setempat terhadap empat wanita yang dituduh bekerja
dengan memakai visa turis. Pihak Kepolisian RI kemudian dilibatkan dalam pemeriksaan
10

terhadap empat wanita tersebut. Terungkap fakta bahwa mereka adalah korban penipuan
perdagangan manusia dengan modus menawarkan magang kerja di hotel luar negeri.
Mereka menceritakan bahwa setiap calon korban dimintai uang masing-masing
sebesar Rp. 3,5 juta dengan alasan untuk membiayai tiket pesawat, pengurusan visa, dan
akomodasi selama magang kerja. Namun, kenyataannya mereka justru harus bekerja nonstop
selama setahun penuh tanpa libur dan diupah hanya 400 ringgit Malaysia. Dari upah itu, 50
ringgit dipotong pihak agen tenaga kerja, sehingga korban hanya menerima 350 ringgit atau
sekitar Rp. 800 ribu perbulan. Berbekal keterangan tersebut, pihak KBRI dan polisi Malaysia
dapat menemukan 15 wanita lain yang bernasib sama. Cerita tersebut menunjukkan betapa
pedihnya penderitaan yang dialami para korban Human Trafficking.
Kasus perdagangan manusia ini tidak akan sepenuhnya dapat diatasi selama akar
pemasalahannya belum terselesaikan. Faktor kemiskinan dan kurangnya lapangan pekerjaan
menjadi penyebab terbesar terjadinya perdagangan manusia. Pada umumnya, korban
perdgangan manusia ini tidak memiliki pekerjaan sehingga ketika ditawari pekerjaan mereka
langsung menerimanya. Pada awalnya memang mereka dijanjikan pekerjaan yang layak,
namun pada akhirnya mereka ditipu seperti kasus yang terjadi diatas.

3.8 Hambatan Pemberantasan
Dari berbagai upaya yang telah dilakukan selama ini masih terdapat 3 hambatan kunci
dalam melakukan upaya tersebut, yaitu;
1. Budaya Masyarakat (Culture)
Adanya anggapan bahwa jangan terlibat dengan masalah orang lain terutama yang
berhubungan dengan polisi karena akan merugikan diri sendiri, anggapan tidak usah
melaporkan masalah yang ada dalam masyarakat tersebut masih mempengaruhi cara
berpikir masyarakat dalam melihat persoalan kekerasan perempuan khususnya
kekerasan yang dialami korban perdagangan perempuan dan anak.
2. Kebijakan Pemerintah Khususnya Peraturan Perundang-undangan (Legal Substance)
Belum ada regulasi yang khusus (UU anti Human Trafficking) mengenai perdagangan
perempuan dan anak selain dari Keppres No. 88 tahun 2002 mengenai RAN (Rencana
Aksi Nasional) penghapusan perdagangan perempuan dan anak. Ditambah lagi dengan
masih kurangnya pemahaman tentang perdagangan itu sendiri dan kurangnya
sosialisasi RAN anti Human Trafficking tersebut.
11

3. Aparat Penegak Hukum (Legal Structure)
Keterbatasan peraturan yang ada (KUHP) dalam menindak pelaku perdagangan
perempuan dan anak berdampak pada penegakan hukum bagi korban. Penyelesaian
beberapa kasus mengalami kesulitan karena seluruh proses perdagangan dan
perekrutan hingga korban bekerja dilihat sebagai proses kriminalisasi biasa.

3.9 Solusi Masalah Human Trafficking di Indonesia
Ada beberapa solusi yang dapat dilakukan agar kasus perdagangan manusia dapat
berkurang. Solusi pertama adalah meningkatkan kesadaran masyarakat melalui penyuluhan
pemuka agama dan pemerintah. Apabila kesadaran masyarakat akan bahaya dari perdagangan
manusia sudah muncul, maka diharapkan tingkat perdagangan manusia akan sdikit berkurang.
Solusi kedua adalah memperluas tenaga kerja, fokus pada program Usaha Kecil
Menengah (UKM), serta pemberdayaan perempuan. Apabila lapangan kerja di Indonesia
sudah cukup memenuhi kebutuhan masyarakat, maka keinginan untuk bermigrasi dan bekerja
di luar negeri akan berkurang dan resiko perdagangan manusia pun akan semakin berkurang
juga.
Solusi selanjutnya adalah meningkatkan pengawasan di setiap perbatas NKRI serta
meningkatkan kinerja para aparat penegak hukum. Kejahatan seperti perdagangan manusia
dapat saja terjadi. Kemungkinan untuk terjadi akan semakin besar apabila tidak ada
pengawasan yang ketat oleh aparat yang terkait. Apabila pengawasan sudah ketat dan hukum
sudah ditegakkan, maka kasus perdagangan manusia dapat berkurang.
Solusi lainnya adalah memberikan pengetahuan dan penyuluhan seefektif mungkin
kepada masyarakat. Untuk dapat mencegah masalah ini, perlu diadakan penyuluhan dan
sosialisasi masalah yang rutin mengenai perdagangan manusia kepada masyarakat. Dengan
sosialisasi secara terus-menerus, masyarakat akan mengetahui bahaya masalah ini dan
bagaimana solusinya. Pendidikan tentu saja tidak hanya diberikan kepada masyarakat
golongan menengah ke atas. Justru pendidikan tersebut harus diberikan kepada kaum kelas
bawah, karena mereka rentan sekali menjadi korban praktik perdagangan manusia.
perdagangan manusia seringkali terjadi pada masyarakat dengan taraf pendidikan yang cukup
rendah. Pendidikan harus diberikan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh semua
lapisan masyarakat.

12

Setelah masyarakat mengetahui masalah ini, saatnya mereka memberitahu keepada
orang lain yang belum tahu. Apabila informasi seperti ini tidak disebarluaskan, maka rantai
masalah ini tidak akan pernah terputus. Sudah menjadi kewajiban masyarakan untuk
menyampaikan apa yang terjadi pada orang lain, terlebih lagi orang-orang yang dianggap
berpotensi mengalami tindakan perdagangan manusia. Sebab, orang yang tidak mengetahui
adanya permasalahan ini tidak akan menyadari bahwa hal ini mungkin telah terjadi pada
orang lain di sekitar mereka.
Solusi terakhir adalah berperan aktif untuk mencegah. Setelah mengetahui dan
berusaha berbagi dengan masyarakat yang lain, kita juga dapat berperan aktif untuk
menanggulangi permasalahan ini. Berperan aktif dapat dilakukan dengan cara melaporkan
kasus perdagangan manusia yang diketahui kepada pihak yang berwajib. Masyarakat juga
bisa mengarahkan keluarganya untuk lebih berhati-hati terhadap orang lain, baik yang tidak
dikenal maupun yang sudah dikenal. Mungkin hal yang dilakukan hanyalah sesuatu yang
kecil dan sederhana, namun apabila semua orang bergerak untuk turut melakukannya, bukan
tidak mungkin masalah ini akan teratasi.
Upaya Pemerintah Dalam Upaya Pencegahan dan Mengatasi Human Trafficking di
Indonesia:
(1) Berpedoman pada UU No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang (PTPPO).
(2) Memperluas sosialisasi UU No. 21 Tahun 2007 tentang PTPPO.
(3) Perlindungan anak (UU No. 23 Tahun 2003).
(4) Pembentukkan Pusat Pelayanan Terpadu (PP No. 9 Tahun 2008 tentang tata cara
dan mekanisme pelayanan terpadu bagi saksi atau korban TPPO).
(5) Pemerintah telah menyusun Rencana Aksi Nasional Penghapusan Perdagangan Anak
(Kepres No. 88/2002).
(6) Pembentukkan Gugus Tugas PTPPO terdiri dari berbagai elemen pemerintah dan
masyarakat (PERPRES No. 69 Tahun 2008 tentang Gugus Tugas Pencegahan dan
Penanganan TPPO ).
(7) Penyusunan draft Perda Trafficking.
Upaya yang dilakukan kedepan untuk pencegahan Human Trafficking di Indonesia:
(1) Penyadaran masyarakat untuk mencegah Human Trafficking di Indonesia melalui
sosialisasi kepada berbagai kalangan (Camat, Kepala Desa/Lurah,Guru, Anak Sekolah).
(2) Memperluas peluang kerja melalui pelatihan keterampilan kewirausahaan, pemberdayaan
ekonomi dan lain-lain.
(3) Peningkatan partisipasi pendidikan anak-anak baik formal maupun informal.
13

(4) Kerjasama lintas kabupaten/provinsi dalam rangka pencegahan dan penanganan
trafficking.
Kewajiban masyarakat dalam mencegah Human Trafficking yaitu wajib berperan serta
membantu upaya pencegahan dan penanganan korban tindak pidana perdagangan orang
dengan memberikan informasi/laporan adanya tindak pidana perdagangan orang kepada pihak
berwajib. Dan dalam melakukan hal tersebut masyarakat berhak memperoleh perlindungan
hukum.

14

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Human Trafficking merupakan perekrutan, pengangkutan, pemindahan, penampungan
atau penerimaan seseorang dengan ancaman atau penggunaan kekerasan atau bentuk-bentuk
paksaaan lainnya, penculikan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi
rentan, ataupun memberi atau menerima bayaran atau manfaat, untuk tujuan eksploitasi
seksual, perbudakan atau praktik-praktik lain, pengambilan organ tubuh. Modus Human
Trafficking dilakukan dengan berbagai cara diantaranya ancaman, paksaan, penculikan dan
penipuan. Pelaku Human Trafficking pihak awal perdagangan, pihak yang menyediakan dan
pihak akhir akhir sebagai penerima atau pembeli. Akibatnya dari segi fisik terjangkit penyakit,
segi psikis mengalami depresi. Solusi untuk mengatasinya ada dua cara yaitu : masyarakat
mengikuti penyluhan yang diadakan pemerintah mengenai ketenaga kerjaan dan pemerintah
memperluas lapangan pekerjaan. Pemerintah melakukan berbagai cara untuk mengatasi
masalah ini dengan cara menjalin kerjasama dengan LSM yang menangani masalah ini,
membuat berbagai Undang-undang yang melindungi hak anak dan perdagangan manusia serta
adanya organisasi dunia PBB yang ada dalam ILO membuat suatu aturan tentang seks
manusia dalam (Pasal 29 konvensi ILO).

4.2 Saran
Dengan adanya makalah ini semoga

bermanfaat bagi para pembaca dan dapat

mengimplementasikan ilmu yang telah di sajikan, khususnya dalam menangani masalah
perdagangan anak-anak dan perempuan Human Trafficking dengan cara mengambil nilai-nilai
dan tindakan yang di lakukan oleh negara atau masayarakat bahkan organisasi (LSM) yang
berkecimpung menangani kasus yang krusial seperti ini. Karena kita mahasiswa yang
mempunyai kewajiban sebagai agen perubahan dapat memberikan solusi dan menangani
masalah seperti ini sehingga tidak terjadi masalah ini.

15

DAFTAR PUSTAKA
http://m.beritasatu.com/nasional/112076-indonesia-dikenal-sebagai-surga-human-trafficking.html

Editor, “Sosialisasi Bahaya Trafficking”, Jurnal Perempuan, Edisi 15 Februari 2005
Handhyono, Suparti. Human Trafficking dan Kaitannya dengan Tindak Pidana KDART,
Makalah dalam Seminar di Kota Batu-Malang, tanggal 30 November 2006.
Hartiningih, Maria. Feminisme Migrasi dalam Migrasi Internasional,
http://www.kompas.com./kolomctil.asp.098!?
Jannah, Fathul et.al., Kekerasan terhadap Istri. Yogyakarta: LKIS,2003.
Jurnal

Perempuan,

Peta

Kekerasan

Pengalaman

Perempuan

Indonesia,

Jakarta,

Ameepro,2002
NN, Aliansi Global Menentang Perdagangan Perempuan: Standar HAM untuk Perlakuan
terhadap Orang yang Diperdagangkan, 1999
http://sosialnews.com/peristiwa/perlu-political-will-untuk-lindungi-hak-pekerja.html
http://obormalam.blogspot.com/2014/02/perdagangan-manusia.html
http://news.detik.com/read/2014/05/13/105710/2581041/10/kemlu-kasus-perdaganganmanusia-di-indonesia-meningkat-tajam?nd771104bcj
Ahtlas,F.Teori-teori dalam Kriminologi. Bandung: Pelita Ilmu 2013

16