ANJING PELIHARAAN DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT MINANGKABAU KECAMATAN TANJUNG ARYA KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT.

(1)

ANJING PELIHARAAN (SIRICIH) DALAM PERSPEKTIF

MASYARAKAT MINANGKABAU KECAMATAN

TANJUNG RAYA KABUPATEN AGAM

SUMATERA BARAT

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH:

FIRA GUSTINA NIM : 3103122017

ROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNVERSITAS NEGERI MEDAN

2014


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Fira Gustina: 3103122017, Anjing Peliharaan dalam Perspektif Masyarakat Minangkabau Kecamatan Tanjung Arya Kabupaten Agam Sumatera Barat. Program Studi Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

Penelitian ini mengenai Anjing Peliharaan dalam Persfektif Masyarakat Minangkabau Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam Sumatera Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kedekatan antara anjing dan masyarakat Minangkabau, serta pandangan mereka terhadap anjing tersebut.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan observasi partisipasi serta wawancara, peneliti terlibat langsung dengan atifitas masyarakat yang sedang diamati dan melalui tanya jawab. Data dari hasil penelitian ini didukung oleh hasil wawancara yang peneliti lakukan,yaitu terlibat langsung dengan aktifitas yang sedang diamati dalam penelitian Anjing Peliharaan (Siricih) dalam Perspektif Masyarakat Minangkabau Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam Sumatera Barat.

Memelihara anjing (Siricih) telah menjadi kebiasaan pada masyarakat Minangkabau khususnya di daerah Kenagarian Tanjung Sani Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam Sumatera Barat.. Anjing yang dipelihara diperlakukan dengan baik oleh masyarakat karena bagi mereka anjing (Siricih) dianggap sebagai teman dekat dan banyak keuntungan yang dperoleh dengan memelihara anjing tersebut, yaitu menjaga rumah, ternak, sawah, ladang, serta anjing digunakan sebagai hewan pemburu babi. Tujuannya yaitu membasmi hama ( babi hutan) yang merusak lahan pertanian serta pemukiman penduduk.

Kegiatan berburu babi ini dilakukan baik oleh masyarakat pedesaan maupun perkotaan. Permainan ini diminati oleh kaum lelaki saja baik muda maupun yang telah paruh baya. Sasaran objek yang akan diburu adalah binatang-binatang yang meresahkan dan merugikan masyarakat, terutama masyarakat yang berusaha disektor pertanian dan perkebunan seperti babi hutan.


(6)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang mana telah memberika kesehatan dan karunia-Nya kepada penulis serta kekuatan untuk menyelesaikan skripsi : Anjing Peliharaan (Siricih) dalam Perspektif Masyarakat Minangkabau di Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam Sumatera Barat.

Penyelesaian tulisan ini tidak terlepas bantuan dari berbagai pihak yang terkait secara langsung maupun tidak langsung, terutuama dan teristimewa dipersembahkan kepada kedua orang tua, Ayahanda Afrizal dan Ibunda Irnawati tercinta yang senantiasa mencurahkan rasa sayang, didikan, materi serta doa yang tak henti-hentinya kepada penulis. Selanjutnya maka penulis dalam hal ini mengucapkan terimakasih dan kerendahan hati kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan beserta jajarannya.

2. Bapak Dr. Restu M.Si Selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial beserta jajarannya.

3. Ibu Dra. Puspitawati M.Si selaku Ketua Prodi Pendidikan Antropologi 4. Bapak Drs. Tumpal Simarmata M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi

yang memberikan arahan serta masukan yang sangat berarti hingga penyelesaian skripsi ini.

5. Ibu Dra. Nurjannah M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik sekaligus Penguji I, Ibu Supsiloani M.Si sebagai penguji II, serta Ibu Noviy Hasanah


(7)

M.Hum sebagai penguji III. Serta ucapan terimakasih juga kepada seluruh dosen-dosen Pendidikan Antropologi UNIMED diantaranya adalah Prof. Dr. Bungaran Antonius Simanjuntak, Dr. Phill Ichwan Azhari MS, Drs. Payerli Pasaribu M.Si, Bakhrul Khair M.Si, Sulian Ekomila, S.Sos MSp, Murni Eva Marlina Rumapea M.Si, Rosramdhana Nasution M.Si, Muhammad Iqbal S.Sos, Onggal Sihite M.Si, dan Agung Suharyanto M.Si yang telah banyak sekali memberikan bantuan, arahan, semangat serta motivasi , petunjuk dan juga telah memberikan begitu banyak sumber dan referensi sehingga terselesaikannya skripsi ini walaupun didalamnya masih terdapat kekurangan pada penulisannya.

6. Bapak Camat Tanjung Raya, Bapak Wali Nagari Tanjung Sani beserta staf yang telah memberi izin penelitian dan data yang dibutuhkan penulis untuk menyelesaikan skripsi..

7. Tserkhusus untuk adik-adik yang penulis sayangi dan banggakan Adri,Tata, dan Rozi yang telah membangkitkan semangat penulis untuk menyelasaikan skripsi ini, serta seluruh pihak keluarga, kakek Mawardi, kakek Joan, Nek Nur, Nenek Dalu-dalu, Om Pan, Abang Udin sekeluarga yang telah banyak membantu penulis, kak Ririn, terimakasih motivasi dan kemurahan hati kakak.

8. Seluruh Informan, Cik Pai, Abang Patiah,serta informan lainnya yang telah memberi kebanyak informasi yang menyangkut penelitian penulis 9. Sahabat-sahabat penulis Yuni Harahap, Anisa M, Winda F, Irma Ries,


(8)

semester satu sampai dengan proses penyelesaian skripsi ini dan insyaAllah pertemanan ini tetap berlanjut seterusnya. Dan kepada teman satu bimbingan skripsi penulis Wirma, Andre, Ichsan, Salvina terimakasih atas kerjasama dan informasinya selama kita dalam proses bimbingan skripsi. Serta kawan-kawan 2010 seperjuangan yang telah membantu penulis. semoga kita sama-sama bisa membesarkan nama Pendidikan Antropologi di luar sana. Amiin

10. Sahabat kos Pondok Anisa terkhusus untuk Vivi Altio, Fauziah Fadlah, Raudhati Maulina Ritonga, yang telah memberi meotivasi serta masukan dalam menyelesaikan skripsi.

11. Teman-teman penulis Siska Filanova, Agus Riyaf, Castrovia jodi, Suchi Mayumi, dan yang penulis kagumi Ahmad Arfah Fansury yang selalu memberi motivasi, dukungan dan semangat kepada penulis. Abangda Asror Syukri Habibie yang senantiasa memberi dukungan, mendoakan, dan sering memberi solusi atas masalah-masalah yang terjadi dalam proses penyelesaian tulisan ini Abangda Taufik Hidayah Tanjung beserta teman-teman IKAMAMI yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

12. Kakanda Ayu Febryani dan Anisa Rodia Harahap yang telah membantu penulis dalam penyusunan berkas penulis, juga untuk seluruh kakak dan abang stambuk 2008,2009,adik-adik 2011,2012,dan 2013, penulis ucapkan terimakasih.

Kiranya semoga Tuhan yang Maha Kuasa senantiasa membalas segala kebaikan yang telah diberikan. Dan semoga segala kerja keras


(9)

dalam penyelesaian skripsi ini kelak dapat memberikan hasil yang bermanfaat bagi seluruh pihak. Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini olehkarenanya segala kritik dan saran yang membangun, akan penulis terima sebagai perbaikan yang positif. Semoga Allah SWT meridhoi tulisan ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Amin ya Rabbal’alamin.

Medan, Juni 2014 Penulis

Fira Gustina NIM. 3103122017


(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR... x

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 4

1.3 Pembatasan Masalah ... 5

1.4 Perumusan Masalah ... 5

1.5 Tujuan penelitian ... 5

1.6 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka ... 7

2.2 Kerangka Konseptual ... 8

2.2.1 Anjing peliharaan ... 8

2.2.2 Perspektif ... 10

2.2.3 Masyarakat Minangkabau ... 11

2.2.4 Mitos ... 13

2.3 Kerangka Teori ... 16

2.3.1 Nilai ... 16

2.3.2 Folklore ... 18


(11)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ... 23

3.2 Lokasi Penelitian ... 23

3.3 Penentuan Informan ... 24

3.4 Teknik Pengumpulan data ... 24

3.5 Teknik Analisa Data ... 27

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 29

4.1.1 Letak Geografis ... 29

4.1.2. Keadaan Alam ... 30

4.1.3 Lingkungan Etnografis ... 31

4.1.4 Administrasi Pemerintahan ... 32

4.1.5.Kependudukan/ Aspek Demografi ... 34

4.1.6 Pendidikan ... 39

4.1.7 Kesenian ... 42

4.1.8 Mata Pencarian ... 44

4.1.9 Sistem Kekerabatan ... 47

4.1.10 Agama ... 48

4.2 Hasil Penelitian ... 50

4.2.1 Makna Antara Anjing (Siricih) dengan Masyarakat Tanjung Raya ... 50

4.2.2 Mitos tentang Anjing ... 52

4.2.3 Anjing Pemburu ... 55


(12)

4.2.4 Cerita Rakyat Berburu Babi ... 57

4.2.4.1 Bentuk Pelaksanaan Kegiatan Buru Babi ... 62

4.2.4 Dampak Sosial dalam Masyarakat Minangkabau ... 64

4.2.5.1 Gotong Royong ... 65

4.2.5.2 Sosial ekonomi Masyarakat ... 67

4.2.5.3 Dampak Psikologi dan Kesehatan ... 68

4.3 Pembahasan ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 74

5.2 Saran ... 76 DAFTAR PUSTAKA

PEDOMAN WAWANCARA


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Batas Wilayah Kecamatan Tanjung Raya... 30

Tabel 2. Etnis ... 31

Tabel 3. Luas Kecamatan... 32

Tabel 4. Jumlah Penduduk Kabupaten Agam ... 34

Tabel 5. Jumlah Penduduk Nagari Tanjung Sani... 38

Tabel 6. Usia ... 38

Tabel 7.Tingkat Pendidikan Masyarakat... 39

Tabel 8. Jumlah Sekolah dan SD Menurut Kecamatan... 41

Tabel 9.Mata Pencaharian Pokok... 44


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Berfikir. ... 18 Gambar 2. Diagram ... 37


(15)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Suku bangsa Minangkabau mendiami daratan tengah Pulau Sumatera bagian barat yang sekarang menjadi Propinsi Sumatera Barat. Daerah asli orang Minangkabau ada tiga kesatuan wilayah, yaitu sering disebut Luhak Nan Tigo (wilayah yang tiga). Pertama adalah Luhak Agam yang sekarang menjadi Kabupaten Agam; Luhak Lima puluh Koto yang sekarang menjadi Kabupaten Limapuluh Kota; dan luhak Tanah datar yang sekarang menjadi Kabupaten Tanah datar. Dari ketiga luhak tersebutlah kebudayaan Minangkabau tersebar pengaruhnya ke daerah sekitarnya.

Asal usul nama Minangkabau cukup beragam, tetapi umumnya beranggapan nama itu timbul setelah kemenangan adu kerbau dengan pendatang yang dianggap lebih kuat. Kata Minangkabau bisa berasal dari manang kabau (menang kerbau), bisa juga dari kata minang kabau (sejenis senjata tajam yang dipasang pada kepala kerbau). Ada pula yang membantah bahwa asal nama Minangkabau itu bukan dari adu kerbau, melainkan sudah ada sejak dulu. Tetapi yang jelas, bangunan rumah adat Minangkabau memang mencirikan tanduk kerbau.

Garis keturunan orang Minangkabau bersifat (matrilineal), dengan harta dan tanah diwariskan dari ibu kepada anak perempuan, sementara urusan agama dan politik merupakan urusan kaum lelaki (walaupun setengah wanita turut memainkan peranan penting dalam bidang ini). Walaupun suku


(16)

2

Minangkabau kuat dalam pegangan agama Islam, orang Minang juga kuat dalam mengamalkan amalan turun-temurun yang digelar adat. Beberapa unsur adat Minangkabau berasal dari fahaman animisme dan agama Hindu yang telah lama bertapak sebelum kedatangan Islam. Walau bagaimanapun, pengaruh agama Islam masih kuat di dalam adat Minangkabau, seperti yang tercatat di dalam pepatah mereka, Adat basandi syara', syara' basandi Kitabullah, yang bermaksud, adat (Minangkabau) bersendi hukum Islam dan hukum Islam bersendi Al Qur'an.

Masyarakat Minangkabau pada umumnya memelihara anjing sebagai hewan pemburu, penjaga ternak, penjaga ladang, bahkan dijadikan sebagai kawan. Di Ranah Minang, khususnya di Kabupaten Agam Kecamatan Tanjung Raya, mereka menyebut hewan tersebut dengan sebutan “Siricih”, yang berarti anjing. Petinggi Adat (Mawardi) menyebutkan bahwa Siricih merupakan sebutan halus untuk anjing di Kecamatan Tanjung Raya. Karena bagi masyarakatnya, kata anjing dalam bahasa Minangnya anjiang bisa juga gacik merupakan kata dan sebutan yang kasar bagi masyarakat di daerah tersebut. Kata Siricih berawal dari seorang Bapak yang memanggil anjingnya dengan cara bersorak menyebut kata “cih cih cih cih” walaupun sebenarnya anjing tersebut telah diberi nama oleh induk semangnya. Namun, dalam memanggil anjing yang tidak tahu keberadaanya, tetap di panggil “cih cih cih cih”. Sejak itulah muncul kata “Siricih” sebutan lain yang lebih halus untuk anjing di Kecamatan Tanjung Raya.


(17)

3

Masyarakat Tanjung Raya mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan anjing. Anjing dijadikan sebagai teman dekat, teman bermain bahkan teman dikala kejenuhan, anjing juga di jadikan sebagai penjaga ternak, dan ladang warga. Sebagaimana yang diketahui bahwa dalam falsafah adat Minangkabau “Adat basandi syara', syara' basandi Kitabullah, yang bermaksud, adat (Minangkabau) bersendi hukum Islam dan hukum Islam bersendi Al-Quran. Dalam Al-Quran dijelaskan bahwa air liur anjing itu merupakan najis besar. Sebagian ulama berpendapat bahwa anjing adalah hewan yang diharamkan, namun mengapa masyarakat Minangkabau yang kuat dalam ajaran Islam, tetapi mereka memelihara dan akrab dengan anjing?

Hingga saat sekarang ini sebagian masyarakat Minang, khususnya di kecamatan Tanjung Raya masih mempercayai apa yang dipercayai oleh orang tuanya dulu tentang anjing. Ada tradisi lisan (Folklore),mitos (mite) yaitu adanya larangan dan pantangan jika melempar anjing,membunuh anjing, dan juga memakan anjing. Konon, barangsiapa yang melempar anjing apalagi membunuhnya akan celaka, baik itu terhadap dirinya sendiri maupun keluarganya. Masyarakat menjadikan anjing sebagai teman dekat mereka dan partner dalam permainan rakyat (berburu babi) Minang yang masih mentradisi hingga saat ini.


(18)

4

Kegiatan berburu babi ini dilakukan baik oleh masyarakat pedesaan maupun perkotaan. Permainan ini diminati oleh kaum lelaki saja baik muda maupun yang telah paruh baya. Sasaran objek yang akan diburu adalah binatang-binatang yang meresahkan dan merugikan masyarakat, terutama masyarakat yang berusaha disektor pertanian dan perkebunan seperti babi hutan. Kegiatan berburu babi hutan ini sampai saat ini masih tetap dipertahankan dan bahkan banyak diminati tidak saja oleh masyarakat pedesaan, tetapi juga oleh masyarakat yang tinggal di perkotaan, dan menjadi semacam kegemaran (hobi) yang mereka lakukan setiap akhir pekan.

Dari uraian latar belakang diatas, penulis melaksanakan penelitian dengan judul; ”Anjing Peliharaan (Siricih) dalam Perspektif Masyarakat Minangkabau Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam Sumatera Barat.”

1.2. Identifikasi Masalah

Dari pemaparan latar belakang di atas penulis mengidentifikasi hal yang ingin diketahui oleh penulis dalam penelitian yang akan dilakukan, sebagai berikut:

1. Kedekatan antara anjing dan masyarakat Minang Kecamatan Tanjung Raya

2. Kepercayaan masyarakat terhadap anjing peliharaan di Kecamatan Tanjung Raya


(19)

5

3. Larangan dan pantangan dalam memelihara anjing

4. Konsep pendidikan generasi muda dalam menyikapi mitos tentang anjing, dalam kehidupan sosial masyarakat Minangkabau?

5. Falsafah pemeliharaan anjing bagi masyarakat Minangkabau

1.3. Pembatasan Masalah

Untuk mendapatkan data yang lebih mendalam dan terarah maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti pada “Anjing Peliharaan (Siricih) dalam Perspektif Masyarakat Minangkabau di Kecamatan Tanjung Raya”.

1.4. Rumusan Masalah

1. Bagaimana makna antara anjing dengan masyarakat Minang Kecamatan Tanjung Raya?

2. Bagaimana cerita rakyat berburu babi dalam masyarakat Minangkabau di Kecamatan Tanjung Raya?

3. Bagaimana dampak sosial memelihara ajing (Siricih) dalam masyarakat Minangkabau di Kecamatan Tanjung Raya?

1.5.Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui makna antara anjing dengan masyarakat Minang Kecamatan Tanjung Raya,

2. Untuk mengetahui cerita rakyat berburu babi dalam masyarakat Minangkabau di Kecamatan tanjung Raya


(20)

6

3. Untuk mengetahui dampak sosial memelihara anjing ( Siricih) dalam masyarakat Minangkabau di Kecamatan Tanjung Raya

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang dikaji oleh penulis sebagai berikut :

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan, memperluas pengetahuan kepada peneliti dan juga kepada pembaca mengenai identitas dan nilai-nilai budaya. Dengan ini dapat memberikan gambaran mengenai kedekatan antara hewan peliharaan “Anjing” dengan manusia. Dan memberikan gambaran tentang adanya nilai-nilai budaya yang terdapat dalam tradisi lisan (Folklore, mite) tentang anjing pada masyarakat Minang Kecamatan Tanjung Raya

2. Memberikan gambaran tentang pandangan masyarakat terhadap anjing peliharaan (Siricih), pengaruh terhadap kehidupan sosialnya serta perkembangannya sesuai dengan tuntutan kebutuhan, sehingga diketahui bagaimana kondisinya pada saat ini dan perubahan yang terjadi sesuai dengan jamannya.

3. Sebagai penelitian lanjutan terhadap realitas sosial gaya hidup dan diharapkan memberikan sumbangsih literatur pada peneliti selanjutnya..


(21)

74

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Masyarakat Minangkabau merupakan masyarakat yang berpegang teguh terhadap Syriat Islam. Berdasarkan filosofi adatnya yaitu “Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah”. Artinya “ Adat bersendikan Syariat (agama), Syariat bersendikan Kitab Allah (Alquran dan Hadist).

1. Kebiasaan masyarakat dalam memelihara anjing telah ada sejak nenek moyang dahulu. Konon, dahulu ranah Minang di penuhi oleh hutan dan pemukiman penduduk jarang ditemui, kemudian nenek moyang mulai berfikir untuk memelihara anjing sebagai teman dalam kesehariannya, sebagai penjaga rumah dan ladangnya. Dalam Masyarakat Minangkabau ada mitos yang berangggapan bahwa akan ada kesialan terhadap orang yang menyiksa anjing. Mistos tersebut merupakan suatu informasi yang sebenarnya salah tetapi dianggap benar karena telah beredar dari generasi ke generasi. Informasi yang menjadi mitos tersebut hanyalah larangan untuk tidak menyakiti sesama makhluk ciptaan Tuhan. Sebenarnya tidak hanya anjing saja yang dilarang untuk disakiti, tetapi semua hewan yang dipelihara maupun tidak. Oleh karena anjing (Siricih) merupakan binatang yang banyak dipelihara masyarakat, maka muncullah suatu mitos bahwa akan tertimpa sial bagi siapapun yang menyakiti binatang tersebut.


(22)

75

Hingga saat sekarang masyarakat minangkabau masih memelihara anjing sebagai temannya, penjaga ladang serta lahan pertanian lainnya, selain daripada itu anjing merupakan lakon utama dalam permainan rakyat berburu babi, yang telah mentradisi di ranah Minang khususnya di Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam Sumatera Barat.

Di sanalah etnis Minangkabau berdiam. Banyaknya tradisi unik khas suku Minangkabau, membuat wilayah yang masuk jajaran Bukit Barisan ini dicalonkan menjadi salah satu daerah cagar budaya dunia. Maklum, kekayaan tradisi Minangkabau memang sangat beragam. Satu diantaranya tradis berburu babi atau kandiak. Kata kandiakdalam bahasa setempat berarti babi hutan. Dengan begitu, tradisi ini disebut pula sebagai berburu celeng atau babi hutan.

2. Tradisi berburu babi di Ranah Minang diperkirakan telah berlangsung secara turun-temurun, lebih dari sepuluh abad lampau. Tradisi ini juga menjadi bagian dari kehidupan agraris di Sumatra Barat. Sebagian orang Minang mewariskan tradisi tersebut karena mereka menggantunkan kehidupan dari hasil pertanian. Biasanya, saat memasuki masa panen, sawah para petani kerap diganggu dengan kehadiran babi-babi hutan. Gangguan ini jelas menjengkelkan.

3. Dari bentuk dan fungsi permainan berburu babi yang di mainkan masyarakat Minangkabau di Sumatera Barat, terlihat sebuah bentuk kerjasama dan gotongroyong yang tetrbentuk dari sebuah aktifitas permainan tersebut, dimana dalam permainan ini melibatkan


(23)

lembaga-76

lembaga adat dan merupakan kebanggan bagi ninik mamak di Minangkabau. Identitas inilah yang membedakan bentuk permainan ini dengan permainan serupa dilakukan masyarakat etnis lainnya. Kegiatan berburu babi ini masih digemari oleh berbagai kalangan masyarakat Minangkabau di Sumatera Barat hingga saat ini. Oleh karenanya permainan rakyat ini terus berkembang dan digemari kaum laki-laki di pedesaan propinsi Sumatera Barat.

5.2. Saran

Setelah melakukan penelitian tentang Anjing peliharaan dalam perspektif masyarakat Minangkabau,maka penulis menyarankan untuk:

1. Merawat anjing peliharaan sesuai dengan kebutuhannya,

2. Hindari kedekatan yang berlebihan dengan anjing, karena air liurnya merupakan najis besar yang dapat menyebabkan tersebarnya virus penyakit yang mengganggu kesahatan tubuh

3. Memelihara bentuk dan tradisi permainan rakyat berburu babi sehingga tidak tergilas oleh kemajuan peradaban dan penggunaan teknologi yang semakin canggih ditengah-tengah masyrakat

4. Menghlangkan perilaku dalam barter( jual beli) anjing yang dapat menimbulkan polemic di masyarakat,

5. Memperbaiki pola perilaku para pemburu terhadap cara memperlakukan anjing-anjing pemburunya, sehingga tidak menimbulkan polemic terhadap kelompok masyarakat lain.


(24)

76

DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku:

A.A. Navis, Alam terkembang jadi Guru, Bandung, 1982

Danandjaja. James. 1984. Folklor Indonesia. Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti. Furaxa dada. 1974. Sejarah Kebudayaan Sumatera. Jakarta.: firma “husmar” Haib Darwis. 1965. Seluk-beluk Adat Minangkabau. Percetakan nusantara

Bukittinggi.

Hidayat zulyani. 1997. Ensiklopedia suku bangsa di indonesia. Jakarta: PT.pustaka Lp3Es indonesia.

Hoed, Benny H. 2011. Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya. Depok : Komunitas Bambu

Koentjaraningrat,dkk. 2003. Kamus Istilah Antropologi. Jakarta: Progres Kontjaraningrat. 2009 Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Kencana Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan.Malang: Bumi Aksara

Naim moctar. 1984. Persepsi Minangkabau Minang Rantau. : Jakarta. PT. Madju Nasroen. M. 1971. Dasar Falsafah Minangkabau. Jakarta: Bulan Bintang

Nurana. 1991. Nilai Budaya Dalam Permainan Rakyat. Jakarta

Poerwadarminta, W.J.S,. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Putra. Yerri S. 2007. Minangkabau di Persimpangan Generasi : Padang. Pusat

Studi Humaniora dan Fakultas Sastra UNAND


(25)

77

Yelmi Kusnel dkk. Pengetahuan, Sikap, Kepercayaan, dan Perilaku Generasi Muda dalam Adat Minangkabau di Kota Padang. Padang

Sumber Skripsi dan Thesis:

Dermawan. Yuda Gusti. Tabu dan Mitos Seputar Wanita Hamil pada Etnik Jawa di Desa Bakaran Batu Kabupaten Deli Serdang.Skripsi. Medan : Universitas Negeri Medan

Soeprayogi, Heri. 2004. Berburu Babi: Kajian Antropologis Terhadap Permainan Rakyat Minangkabau Sebagai Salah Satu Pembentuk Identitas Budaya di Sumatera Barat: Tesis. Medan : Pascasarjana Universitas Negeri Medan

Sumber Jurnal dan Artikel:

Arifin Zainal. 2012. Berburu babi: Politik Identitas Laki-laki Minangkabau. Jurnal: Padang: Humaniora.vol

Munir. Misnal.2005. Hidup Dirantau Dengan Damai: Nilai-nilai Kehidupan Orang Minangkabau dalam Menyesuaikan Diri dengan Lingkungan Budaya Baru. Jurnal: Yogyakarta: Fakultas Filsasat.Universitas Gajah Mada


(26)

78

Sumber Internet:

Assad. Muhammad. 2010. Hukum Orang Islam Memelihara Anjing. Diunduh pada http://www.google.com/search?client=msorang-islam-memelihara anjing. Diakses 18 Maret 2014

Mardiansyah. Achmad. 2010. Orang yang Memelihara Anjing. Diunduh pada http:/muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/ -memelihara-anjing.html. Diakses 24 April 2014

Nizhamul. Hifni H. Sistem Pemerintahan Minangkabau. Diunduh pada https://bundokanduang.wordpress.com/tag/sejarah-minangkabau/.

Diakses pada 18 Maret 2014

Udaeko. 2007. Orang Minangkabau. Diunduh pada http://id.m.wikipedia.org/wiki/orang_Minang. Diakses 18 Maret 2014.

Ulfa. Maria. 2012.Definisi Mitos, Legenda, dan Cerita Rakyat. Diunduh pada

( http://ulfamr.wordpress.com/2012/10/14/definisi-mitos-legenda-dan-cerita-rakyat/. Diakses pada 14 April 2014. 05.40)


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Masyarakat Minangkabau merupakan masyarakat yang berpegang teguh terhadap Syriat Islam. Berdasarkan filosofi adatnya yaitu “Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah”. Artinya “ Adat bersendikan Syariat (agama), Syariat bersendikan Kitab Allah (Alquran dan Hadist).

1. Kebiasaan masyarakat dalam memelihara anjing telah ada sejak nenek moyang dahulu. Konon, dahulu ranah Minang di penuhi oleh hutan dan pemukiman penduduk jarang ditemui, kemudian nenek moyang mulai berfikir untuk memelihara anjing sebagai teman dalam kesehariannya, sebagai penjaga rumah dan ladangnya. Dalam Masyarakat Minangkabau ada mitos yang berangggapan bahwa akan ada kesialan terhadap orang yang menyiksa anjing. Mistos tersebut merupakan suatu informasi yang sebenarnya salah tetapi dianggap benar karena telah beredar dari generasi ke generasi. Informasi yang menjadi mitos tersebut hanyalah larangan untuk tidak menyakiti sesama makhluk ciptaan Tuhan. Sebenarnya tidak hanya anjing saja yang dilarang untuk disakiti, tetapi semua hewan yang dipelihara maupun tidak. Oleh karena anjing (Siricih) merupakan binatang yang banyak dipelihara masyarakat, maka muncullah suatu mitos bahwa akan tertimpa sial bagi siapapun yang menyakiti binatang tersebut.


(2)

Hingga saat sekarang masyarakat minangkabau masih memelihara anjing sebagai temannya, penjaga ladang serta lahan pertanian lainnya, selain daripada itu anjing merupakan lakon utama dalam permainan rakyat berburu babi, yang telah mentradisi di ranah Minang khususnya di Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam Sumatera Barat.

Di sanalah etnis Minangkabau berdiam. Banyaknya tradisi unik khas suku Minangkabau, membuat wilayah yang masuk jajaran Bukit Barisan ini dicalonkan menjadi salah satu daerah cagar budaya dunia. Maklum, kekayaan tradisi Minangkabau memang sangat beragam. Satu diantaranya tradis berburu babi atau kandiak. Kata kandiakdalam bahasa setempat berarti babi hutan. Dengan begitu, tradisi ini disebut pula sebagai berburu celeng atau babi hutan.

2. Tradisi berburu babi di Ranah Minang diperkirakan telah berlangsung secara turun-temurun, lebih dari sepuluh abad lampau. Tradisi ini juga menjadi bagian dari kehidupan agraris di Sumatra Barat. Sebagian orang Minang mewariskan tradisi tersebut karena mereka menggantunkan kehidupan dari hasil pertanian. Biasanya, saat memasuki masa panen, sawah para petani kerap diganggu dengan kehadiran babi-babi hutan. Gangguan ini jelas menjengkelkan.

3. Dari bentuk dan fungsi permainan berburu babi yang di mainkan masyarakat Minangkabau di Sumatera Barat, terlihat sebuah bentuk kerjasama dan gotongroyong yang tetrbentuk dari sebuah aktifitas permainan tersebut, dimana dalam permainan ini melibatkan


(3)

lembaga-lembaga adat dan merupakan kebanggan bagi ninik mamak di Minangkabau. Identitas inilah yang membedakan bentuk permainan ini dengan permainan serupa dilakukan masyarakat etnis lainnya. Kegiatan berburu babi ini masih digemari oleh berbagai kalangan masyarakat Minangkabau di Sumatera Barat hingga saat ini. Oleh karenanya permainan rakyat ini terus berkembang dan digemari kaum laki-laki di pedesaan propinsi Sumatera Barat.

5.2. Saran

Setelah melakukan penelitian tentang Anjing peliharaan dalam perspektif masyarakat Minangkabau,maka penulis menyarankan untuk:

1. Merawat anjing peliharaan sesuai dengan kebutuhannya,

2. Hindari kedekatan yang berlebihan dengan anjing, karena air liurnya merupakan najis besar yang dapat menyebabkan tersebarnya virus penyakit yang mengganggu kesahatan tubuh

3. Memelihara bentuk dan tradisi permainan rakyat berburu babi sehingga tidak tergilas oleh kemajuan peradaban dan penggunaan teknologi yang semakin canggih ditengah-tengah masyrakat

4. Menghlangkan perilaku dalam barter( jual beli) anjing yang dapat menimbulkan polemic di masyarakat,

5. Memperbaiki pola perilaku para pemburu terhadap cara memperlakukan anjing-anjing pemburunya, sehingga tidak menimbulkan polemic terhadap kelompok masyarakat lain.


(4)

DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku:

A.A. Navis, Alam terkembang jadi Guru, Bandung, 1982

Danandjaja. James. 1984. Folklor Indonesia. Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti. Furaxa dada. 1974. Sejarah Kebudayaan Sumatera. Jakarta.: firma “husmar” Haib Darwis. 1965. Seluk-beluk Adat Minangkabau. Percetakan nusantara

Bukittinggi.

Hidayat zulyani. 1997. Ensiklopedia suku bangsa di indonesia. Jakarta: PT.pustaka Lp3Es indonesia.

Hoed, Benny H. 2011. Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya. Depok : Komunitas Bambu

Koentjaraningrat,dkk. 2003. Kamus Istilah Antropologi. Jakarta: Progres Kontjaraningrat. 2009 Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Kencana Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan.Malang: Bumi Aksara

Naim moctar. 1984. Persepsi Minangkabau Minang Rantau. : Jakarta. PT. Madju Nasroen. M. 1971. Dasar Falsafah Minangkabau. Jakarta: Bulan Bintang

Nurana. 1991. Nilai Budaya Dalam Permainan Rakyat. Jakarta

Poerwadarminta, W.J.S,. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Putra. Yerri S. 2007. Minangkabau di Persimpangan Generasi : Padang. Pusat

Studi Humaniora dan Fakultas Sastra UNAND


(5)

Yelmi Kusnel dkk. Pengetahuan, Sikap, Kepercayaan, dan Perilaku Generasi Muda dalam Adat Minangkabau di Kota Padang. Padang

Sumber Skripsi dan Thesis:

Dermawan. Yuda Gusti. Tabu dan Mitos Seputar Wanita Hamil pada Etnik Jawa di Desa Bakaran Batu Kabupaten Deli Serdang.Skripsi. Medan : Universitas Negeri Medan

Soeprayogi, Heri. 2004. Berburu Babi: Kajian Antropologis Terhadap Permainan Rakyat Minangkabau Sebagai Salah Satu Pembentuk Identitas Budaya di Sumatera Barat: Tesis. Medan : Pascasarjana Universitas Negeri Medan

Sumber Jurnal dan Artikel:

Arifin Zainal. 2012. Berburu babi: Politik Identitas Laki-laki Minangkabau. Jurnal: Padang: Humaniora.vol

Munir. Misnal.2005. Hidup Dirantau Dengan Damai: Nilai-nilai Kehidupan Orang Minangkabau dalam Menyesuaikan Diri dengan Lingkungan Budaya Baru. Jurnal: Yogyakarta: Fakultas Filsasat.Universitas Gajah Mada


(6)

Sumber Internet:

Assad. Muhammad. 2010. Hukum Orang Islam Memelihara Anjing. Diunduh pada http://www.google.com/search?client=msorang-islam-memelihara anjing. Diakses 18 Maret 2014

Mardiansyah. Achmad. 2010. Orang yang Memelihara Anjing. Diunduh pada http:/muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/ -memelihara-anjing.html. Diakses 24 April 2014

Nizhamul. Hifni H. Sistem Pemerintahan Minangkabau. Diunduh pada https://bundokanduang.wordpress.com/tag/sejarah-minangkabau/.

Diakses pada 18 Maret 2014

Udaeko. 2007. Orang Minangkabau. Diunduh pada

http://id.m.wikipedia.org/wiki/orang_Minang. Diakses 18 Maret 2014.

Ulfa. Maria. 2012.Definisi Mitos, Legenda, dan Cerita Rakyat. Diunduh pada ( http://ulfamr.wordpress.com/2012/10/14/definisi-mitos-legenda-dan-cerita-rakyat/. Diakses pada 14 April 2014. 05.40)