Perencanaan Lanskap Wisata Alam Danau Maninjau, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat

(1)

PERENCANAAN LANSKAP WISATA ALAM DANAU MANINJAU, KECAMATAN TANJUNG RAYA, KABUPATEN AGAM,

SUMATERA BARAT

ALTRIFIANUS AKBAR

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(2)

(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perencanaan Lanskap Wisata Alam Danau Maninjau, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014 Altrifianus Akbar NIM A44100065


(4)

(5)

ABSTRAK

ALTRIFIANUS AKBAR. Perencanaan Lanskap Wisata Alam Danau Maninjau, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Dibimbing oleh ALINDA F.M. ZAIN.

Sumatera Barat merupakan provinsi yang memiliki keanekaragaman unit lanskap, dengan Danau Maninjau sebagai danau vulkanik yang menjadi salah satu ikon provinsi ini. Di sekeliling Danau Maninjau terdapat berbagai tujuan wisata dengan daya tariknya masing-masing, namun arah perkembangan zaman membawa Danau Maninjau ke kondisi memburuk, sehingga mengakibatkan tujuan-tujuan wisata tersebut tidak berkembang dan dikelola dengan baik. Dengan dilakukannya perencanaan lanskap wisata alam Kawasan Danau Maninjau, maka keberlangsungan Danau Maninjau dan lokasi-lokasi wisata alam yang terdapat disekelilingnya dapat terjaga dan memberikan manfaat bagi lingkungan sekitar dan masyarakat setempat terutama dalam hal ekonomi. Penelitian ini mempertimbangkan faktor ekologis, pengembangan rencana pemerintah daerah terhadap Kawasan Danau Maninjau, aspek legal dan usaha pengembangan kualitas visual. Metode yang digunakan pada penelitian ini mengacu kepada Gold (1980). Terdapat beberapa potensi yang mendukung kegiatan wisata alam di Kawasan Danau Maninjau, seperti keragaman hayati dan adat istiadat yang mampu menjaga lingkungan, dan obyek-obyek alam yang indah. Disisi lain, penurunan kualitas air danau dan dominasi pengembangan keramba jaring apung menjadi kendala dalam pengembangan wisata alam di kawasan ini. Zona yang direncanakan yaitu zona penerimaan (0.6 ha), zona transisi (38.1 ha), zona lindung kawasan (7356.25 ha), zona kegiatan wisata (5024 ha), zona penyangga (1045.65 ha), dan zona industri perikanan (166.4 ha).

Kata kunci: daya dukung, lingkungan , perencanaan, Maninjau, wisata

ABSTRACT

ALTRIFIANUS AKBAR. Nature Tourism Landscape Planning in Maninjau Lake Region, Tanjung Raya Sub-District, Agam District, West Sumatera Province. Supervised by ALINDA F.M. ZAIN.

West Sumatera is a Province that have varieties in landscape units, and Maninjau Lake as one of the province iconic landscape. There are some of tourism destinations with each beautyness. But day by day, Maninjau Lake getting worst in quality, so, turn the tourism destinations become undeveloped and unmaintained well. By the planning of Nature Tourism in Maninjau Lake, the sustainability of the lake can be proven and the destinations can be protected so that giving the incentive to the community, especially in economic rising. This research considering the ecological factors, local government plan development, and visual quality increasing. Method that used in this research refer to the Gold (1980) method. There are some potentials that can raise the nature tourism activity in Maninjau Lake region, like biodiversity and local knowledge which can protect the environment, and also the nature objects. In the other hand, the constraints like the derivation of the water quality and KJA development still restrain the nature tourism development. The zones that planned are entrance zone (0.6 ha), transition zone (38.1 ha), preservation zone (7356.25 ha), tourism zone (5024 ha), buffer zone (1045.65 ha), and fisheries industrial zone (166.4 ha).


(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa

mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya

untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmuah,

penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah;

dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh


(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Arsitektur Lanskap

PERENCANAAN LANSKAP WISATA ALAM DANAU MANINJAU, KECAMATAN TANJUNG RAYA, KABUPATEN AGAM,

SUMATERA BARAT

ALTRIFIANUS AKBAR

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(8)

(9)

Judul Skripsi : Perencanaan Lanskap Wisata Alam Danau Maninjau, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat

Nama : Altrifianus Akbar NIM : A44100065

Disetujui oleh

Dr. Ir. Alinda F.M. Zain, M.Si Pembimbing I

Diketahui oleh


(10)

(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penelitian ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2014 ini adalah perencanaan lanskap yang bertujuan untuk melindungi sumberdaya yang ada di dalamnya dan memberikan penghasilan tambahan bagi penduduk lokal.

Terima kasih penulis ucapkan kepada :

1. Allah S.W.T yang telah memberikan kasih sayang, rahmat, dan hidayahnya agar penulis dapat mengerjakan dan menyelesaikan penelitian ini.

2. Ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. 3. Ibu Dr Ir Alinda FM Zain, M.Si selaku pembimbing dan Dr. Ir. Siti

Nurisjah, MALA yang sebelumnya telah membimbing penyusunan proposal ini.

4. Ibu Pingkan Nuryanti ST, M.Eng dan Ibu Fitriah Nurul H Utami ST, MT. selaku dosen penguji dalam ujian akhir.

5. Keluarga besar di Maninjau, Mak Dang, Pihak LIPI Maninjau, Dinas Pertanian Kabupaten Agam, Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Agam, Badan Perencanaan dan Pengembangan Daerah Kabupaten Agam, Badan Pusat Statistik Kabupaten Agam, Dinas Pariwisata Kabupaten Agam, Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kabupaten Agam.

6. Teman-teman angkatan 47 sebimbingan, Imaniar Putri, Harsalina Eka Saraya, Annisa Burman, Adi Tri Wibowo, I Made PDN, dan Bang Rama. 7. Teman-teman seperkumpulan di Kantin Seruni, Dilfan, Ramlan, Reja

Mien, Adi, Made, Shendi, Ilham, Bro Ega, Bagus, Adhrid, Sapi, dan Abi. 8. Teman-teman “Undesign Studio”, Made, Arif, Digo, Ramlan, dan Adhrid. 9. Teman-teman IPA 1 SMAN 3 Padang yang telah membantu dan

memberikan semangat dalam pengerjaan skripsi ini. Semoga penelitian ini kedepannya bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014


(12)

(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ii

DAFTAR GAMBAR ii

DAFTAR LAMPIRAN iii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 4

Perencanaan Lanskap 4

Ekowisata dan Wisata alam 4

Danau 5

METODE 5

Lokasi dan Waktu 5

Batasan 6

Alat dan Bahan 7

Tahapan 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 17

Kondisi Umum 17

Aksesibilitas 24

Analisis dan Sintesis 26

Konsep dan Rencana Pengembangan 43

Perencanaan Lanskap 48

SIMPULAN DAN SARAN 71

Simpulan 71

Saran 71

DAFTAR PUSTAKA 72

LAMPIRAN 74


(14)

DAFTAR TABEL

1 Jadwal Kegiatan Penelitian 6

2 Jenis data inventarisasi 8

3 Klasifikasi dan nilai skor menurut kelerengan lahan 9 4 Klasifikasi dan nilai skor menurut intensitas hujan 10 5 klasifikasi dan nilai skor menurut jenis tanah 10

6 Kriteria aspek daya tarik kawasan 11

7 Kriteria aspek aksesibilitas 12

8 Kriteria Aspek Akomodasi 13

9 Kriteria aspek Sosial dan ekonomi 13

10 Sarana dan prasarana penunjang (Radius 10 Km) 14

11 Interval penilaian ODTW 14

12 Kriteria penilaian obyek daya tarik wisata 15 13 Luasan masing – masing nagari di Kecamatan Tanjung Raya 17 14 Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di masing-masing nagari 19 15 Jumlah keramba jaring apung tahun 1992 - 2009 19 16 Klasifikasi kemiringan lahan kawasan Danau Maninjau 19 17 Klasifikasi Jenis Tanah di Kawasan Danau Maninjau 20 18 Luas penggunaan lahan di kawasan Danau Maninjau 20

19 Daftar pasar di kawasan Danau Maninjau 23

20 Akomodasi kegiatan wisata di kawasan Danau Maninjau 24 21 Daftar obyek wisata alam dan daya tariknya di kawasan Danau

Maninjau 26

22 Atraksi sosial budaya di kawasan Danau Maninjau 28 23 Wisata kegiatan minat khusus di kawasan Danau Maninjau 29

24 Penilaian keunikan sumberdaya kawasan 29

25 Penilaian jumlah sumberdaya alam yang menonjol pada kawasan 29 26 Penilaian faktor yang mempengaruhi kebersihan kawasan 30

27 Penilaian keamanan kawasan 30

28 Penilaian banyaknya spot kegiatan wisata alam pada kawasan 30

29 Penilaian kenyamanan pada kawasan 31

30 Penilaian aspek aksesibilitas kawasan 31

31 Penilaian aspek akomodasi kawasan 31

32 Penilaian perkembangan sosial dan ekonomi masyarakat 32 33 Penilaian aspek sarana dan prasarana pendukung wisata alam pada 32 34 Analisis penilaian potensi obyek dan daya tarik kawasan wisata 33 35 Hasil analisis kondisi kawasan wisata Danau Maninjau 33 36 Penilaian prioritas pengembangan obyek dan daya tarik wisata alam 33 37 Kegiatan adat dan kesenian di kawasan Danau Maninjau 35 38 Hasil analisis kepekaan fisik erosi kawasan 40 39 Klasifikasi rencana aktivitas dan fasilitas berdasarkan ruang pada

kawasan wisata alam Danau Maninjau 54

40 Rencana ruang aktivitas dan fasilitas masing-masing obyek 57 41 Rencana perjalanan wisata alam kawasan Danau Maninjau 64 42 Rencana daya dukung per fasilitas per ruang 69


(15)

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka Pikir 3

2 Peta Orientasi Tapak Penelitian 6

3 Peta Batas Administrasi Kecamatan Tanjung Raya 6 4 Tahapan Perencanaan Lanskap (Gold modifikasi,1980) 7 5 Peta Batas Administrasi Kecamatan Tanjung Raya dan Nagari 18 6 Peta danau dan sungai di Kecamatan Tanjung Raya 22

7 Kondisi pasar di kawasan Danau Maninjau 24

8 Kondisi akibat longsor di akses menuju Danau Maninjau 25 9 Peta alternatif akses menuju Danau Maninjau 25

10 Kondisi wisata di kawasan Danau Maninjau 27

11 Panorama Danau Maninjau dari Obyek Wisata Linggai 27 12 Peta persebaran obyek wisata di kawasan Danau Maninjau 28 13 Peta persebaran obyek wisata Kecamatan Tanjung Raya berdasarkan

prioritas pengembangan 34

14 Peta topografi Kecamatan Tanjung Raya 37

15 Peta klasifikasi kemiringan lahan Kecamatan Tanjung Raya 38 16 Peta klasifikasi jenis tanah Kecamatan Tanjung Raya 39 17 Peta kepekaan fisik Kecamatan Tanjung Raya 41 18 Penampang ruang penyangga sebagai sempadan danau 45

19 Diagram konsep pembagian ruang 46

20 Diagram Pembagian Sirkulasi 47

21 Peta Rencana Pembagian Ruang Kawasan Wisata Alam Danau

Maninjau 49

22 Skema KJA Berlapis 53

23 Penampang melintang sirkulasi utama 60

24 Peta rencana pembagian sirkulasi 61

25 Rencana blok lanskap wisata alam kawasan Danau Maninjau 62 26 Rencana lanskap wisata alam kawasan Danau Maninjau 63 27 Rencana Jalur Wisata Alam Kawasan Danau Maninjau 67

DAFTAR LAMPIRAN

1 Daftar Vegetasi di Kawasan Danau Maninjau 74

2 Daftar Satwa Liar Jenis Mamalia di Kawasan Danau Maninjau 75 3 Daftar Spesies Burung di Kawasan Danau Maninjau 76 4 Daftar Obyek Wisata di Kawasan Danau Maninjau 76 5 Daftar Kesenian dan Budaya di Kawasan Danau Maninjau 76 6 Potensi Wisata Kegiatan Minat Khusus di Kawasan Danau Maninjau 77 7 Potensi Wisata Sejarah dan Budaya Kawasan Danau Maninjau 77 8 Akomodasi dan Lokasi Penginapan di Kawasan Danau Maninjau 77 9 Perbesaran Rencana Lanskap Wisata Alam Kawasan Danau Maninjau 79 10 Ilustrasi Kegiatan Wisata di Kawasan Danau Maninjau 80


(16)

(17)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Danau Maninjau merupakan salah satu danau vulkanik yang terletak di Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat. Danau dengan luas sekitar 99.5 km2 dan dengan kedalaman mencapai 495 meter. Masyarakat sekitar menggunakan danau ini untuk kepentingan perikanan darat yang saat ini mengembangkan ternak lobster air tawar. Hal ini tentu saja akan memiliki dampak yang besar bagi keberlangsungan penggunaan Danau Maninjau dikemudian hari jika tidak terencana dengan baik. Di sekeliling Danau Maninjau terdapat berbagai tujuan wisata dengan daya tariknya masing-masing seperti museum Buya Hamka, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Danau Maninjau, Pemandian Air Panas Gasang, hamparan sawah luas dan sebagainya. Namun lokasi-lokasi ini masih belum dikembangkan dan dikelola untuk menjadi suatu kawasan wisata terintegrasi sehingganya masih belum dapat memberikan nilai lebih terhadap danau ini.

Saat ini perkembangan penggunaan Danau Maninjau sampai pada tingkat eksploitasi yang berlebihan dengan membuka tambak perikanan air tawar yang dapat menurunkan kualitas air danau. Hal ini didukung dengan data dari limnologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang menyebutkan bahwa jumlah keramba jaring apung di Danau Maninjau hingga tahun 2008 adalah sebanyak 15 051 unit. Kondisi ini tentu akan mengurangi minat para wisatawan yang ingin menikmati alam di sekitar Danau Maninjau dikarenakan polusi air dan bau yang ditimbulkan dari perikanan air tawar, sehingganya peran Danau Maninjau, terutama wisata danau menjadi terhambat. Selain itu, dengan terjadinya penurunan kualitas air di Danau Maninjau warga setempat akan menjadi lebih sulit untuk mencari sumber air yang dapat digunakan untuk pertanian dan peternakan mereka, serta pengembangan sektor pariwisata.

Sektor pariwisata di Kawasan Danau Maninjau telah menurun dari tahun ke tahun karena penurunan kualitas air danau. Hal ini mengakibatkan banyaknya obyek dan daya tarik wisata serta tempat-tempat rekreasi menjadi jarang dikunjungi, sehingga mengakibatkan minimnya perolehan biaya untuk pengelolaan Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) dan tempat rekreasi tersebut. Perencanaan lanskap wisata alam Danau Maninjau dan sekitarnya, maka keberlangsungan Danau Maninjau dan lokasi-lokasi wisata alam yang terdapat disekelilingnya dapat terjaga dan memberikan manfaat bagi lingkungan sekitar dan masyarakat setempat terutama dalam hal ekonomi. Selain itu juga dapat menjadi mata pencaharian pengganti bagi para penduduk agar tidak terlalu bergantung dengan penggunaan danau sebagai pendukung utama kegiatan perikanan air tawar sebagai penghasilan utama mereka. Sehingga penggunaan air untuk kebutuhan pembangkit tenaga listrik di PLTA Maninjau dan pemenuhan kebutuhan air bagi warga sekitar akan dapat tercukupi secara berkelanjutan.


(18)

2

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum : Merencanakan Lanskap Wisata Alam di Kawasan Maninjau dan sekitarnya dengan Danau Maninjau sebagai pusat wisata.

Tujuan Khusus :

1. Mengidentifikasi dan menganalisis potensi dan kendala Danau Maninjau dan sekitarnya yang berpengaruh terhadap kegiatan wisata alam.

2. menganalisis jenis kegiatan wisata alam yang dapat dilakukan di Danau Maninjau.

3. menyusun rencana lanskap wisata alam Kawasan Danau Maninjau. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah

1. sebagai rujukan kepada pemerintah untuk mengembangkan kawasan wisata alam berupa danau beserta dengan wisata pendukung di sekelilingnya,

2. menjadi salah satu sarana untuk meningkatkan pendapatan penduduk setempat,

3. menjadi alternatif perekonomian baru bagi warga setempat selain perikanan air tawar yang telah memberikan dampak lingkungan yang besar bagi Danau Maninjau.

Kerangka Pikir

Danau Maninjau yang terletak di Desa Maninjau merupakan bentukan alam yang menjadi tumpuan utama bagi penduduk di sekitarnya, terutama dalam bidang pariwisata dan perikanan. Kelayakan kawasan ini dikembangkan menjadi kawasan wisata alam ditentukan berdasarkan penilaian terhadap aspek-aspek yang mendukung terbentuknya suatu kegiatan dan penilaian terhadap potensi dan kendala yang terdapat di dalamnya (Gambar 1).


(19)

3

Gambar 1 Kerangka Pikir

Danau Maninjau

Kondisi Kawasan Danau Maninjau

Potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW)

Kondisi Fisik Kawasan Preferensi dan AkseptibilitasMasyarakat

Daya Tarik Aksesibilitas

Akomodasi Perkembangan

Sosial-Ekonomi Sarana dan Prasarana

Pendukung

Kemiringan Lahan Jenis Tanah Curah Hujan

Pendapat dari Ahli dan Pemuka Adat Adat dan Larangan

Pengembangan Rencana Pengembangan

Pemerintah Daerah

Analisis Daya Tarik ODTW Analisis Kesesuaian Lahan Analisis Preferensi dan Akseptibilitas

Pengembangan Wisata Alam Kawasan Danau Maninjau

Zonasi Pengembangan Wisata Alam Kawasan Danau Maninjau

Konsep Wisata Alam Aspek Legal

Sirkulasi Pengembangan Wisata Alam Kawasan Danau Maninjau

Rencana Lanskap Wisata Alam Kawasan Danau Maninjau


(20)

4

TINJAUAN PUSTAKA

Perencanaan Lanskap

Menurut Gold (1980), perencanaan lanskap adalah suatu alat yang sistematis dan dapat digunakan untuk menentukan awal suatu keadaan dan merupakan cara yang baik untuk mencapai keadaan yang diharapkan dari suatu kegiatan. Selain itu, perencanaan merupakan proses untuk pengambilan keputusan berjangka panjang guna mendapatkan suatu model lanskap atau bentang alam yang fungsional, estetis dan lestari yang mendukung berbagai kebutuhan dan keinginan manusia dalam upaya meningkatkan kualitas lanskap.

Ekowisata dan Wisata alam Definisi

Menurut Weaver (2001), secara deskriptif wisata alam adalah wisata berbasis alam. Kegiatan yang dilakukan dalam wisata alam merupakan kegiatan-kegiatan yang secara langsung berinteraksi dengan alam sekitar. Lebih lanjut Weaver (2001) menjelaskan bahwa wisata alam seharusnya memiliki sajian yang secara lingkungan dan budaya berkelanjutan, dipilih melalui cara yang dapat meningkatkan sumber daya alam dan sumber daya budaya lokasi tujuan dan mempromosikan kemampuan dari setiap kegiatan di dalamnya.

Ekowisata adalah wisata berbasis alam yang berkelanjutan secara ekologis dan didasarkan pada area alami yang secara relatif tidak terganggu tanpa kerusakan dan degradasi, secara langsung berkontribusi untuk perlindungan yang diteruskan dan pengelolaan kawasan lindung dan bagian dari regime pengelolaan yang adequate dan appropriate. Sejalan dengan pemikiran tersebut, The International Ecotourism Society (TIES) (2000) menjelaskan bahwa ekowisata adalah kegiatan perjalanan wisata alam yang bertanggung jawab dengan cara mengkonservasi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal. Konsep dan Prinsip Wisata alam

Menurut From (2004), wisata alam memiliki tiga konsep dasar, yaitu perjalanan outdoor di kawasan alam yang tidak menyebabkan kerusakan lingkungan, penggunaan fasilitas transportasi yang diciptakan dan dikelola masyarakat sekitar dan perhatian besar pada lingkungan alam dan budaya lokal.

The International Ecotourism Society, TIES (2000) menyebutkan bahwa terdapat 7 prinsip pelaksanaan kegiatan ekowisata, yakni :

1. mengurangi dampak negatif berupa kerusakan atau pencemaran lingkungan dan budaya lokal akibat kegiatan wisata,

2. membangun kesadaran dan penghargaan atas lingkungan dan budaya destinasi wisata, baik pada diri wisatawan, masyarakat lokal maupun pelaku wisata lainnya,

3. menawarkan pengalaman-pengalaman positif bagi wisatawan maupun masyarakat lokal melalui kontrak budaya yang lebih intensif dan kerjasama dalam pemeliharaan atau konservsasi objek daya tarik wisata, 4. memberikan keuntungan finansial secara langsung bagi keperluan


(21)

5 5. memberikan keuntungan finansial dan pemberdayaan bagi masyarakat lokal dengan menciptakan produk wisata yang mengedepankan nilai-nilai lokal,

6. meningkatkan kepekaan terhadap situasi sosial, lingkungan dan politik di daerah tujuan wisata, dan

7. menghormati Hak Asasi Manusia (HAM) dan perjanjian kerja dalam arti memberikan kebebasan kepada wisatawan dan masyarakat lokal untuk menikmati atraksi wisata sebagai hak asasi serta tunduk pada aturan main yang adil dan disepakati bersama dalam pelaksanaan transaksi-transaksi wisata.

Contoh Kegiatan Ekowisata

Menurut Weaver (2001), wisata alam memiliki dua bentuk, yaitu Nature Based Tourism dan Hybrid. Nature Based Tourism menilai bahwa ekowisata merupakan subset wisata alam, membiarkan bagian suplementer wisata alam yang fokus pada budaya daerah tujuan. Sedangkan jenis Hybrid merupakan gabungan dari berbagai jenis wisata alam seperti petualangan, wisata air, tracking dan sebagainya. Lebih lanjut Weaver (2001) menyebutkan bahwa contoh dari kegiatan wisata alam dapat berupa nature observations, bird watching, nature photography, outdoor educations, outdoor research dan sebagainya.

Danau

Danau adalah salah satu bentuk ekosistem yang menempati daerah yang relatif kecil pada permukaan bumi jika dibandingkan dengan habitat laut dan daratan. Lingkungan sekitar danau diubah untuk dicocokkan dengan cara hidup dan bermukim manusia agar ruang dan tanah di sekitar kawasan ini dirombak untuk menampung berbagai bentuk kegiatan manusia seperti permukiman, prasarana jalan, saluran limbah rumah tangga, tanah pertanian, perkebunan, rekreasi dan sebagainya (Connell & Miller, 1995).

Keberadaan danau sangat penting dalam turut menciptakan keseimbangan ekologis dan tata air. Dari sudut ekologi, danau merupakan ekosistem yang terdiri dari unsur air, kehidupan akuatik dan daratan yang dipengaruhi tinggi rendahnya muka air sehingga kehadiran danau akan mempengaruhi iklim mikro dan keseimbangan ekosistem di sekitarnya. Sebagai sumber air paling praktis danau sudah menyediakannya melalui terkumpulnya air secara alami melalui aliran permukaan yang masuk ke danau, aliran sungai-sungai yang menuju ke danau dan melalui aliran di bawah tanah yang secara alami mengisi cekungan di muka bumi ini. Bentuk fisik danau pun memberikan daya tarik sebagai tempat membuang yang praktis (Sirojuzilam et al, 2008).

METODE

Lokasi dan Waktu Lokasi

Lokasi penelitian terletak di Danau Maninjau, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, yang terletak pada 0°19′LS 100°12′BT


(22)

6

berada dalam wilayah Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam dengan ketinggian 461.50 meter diatas permukaan laut (Gambar 2).

Gambar 2 Peta Orientasi Tapak Penelitian Sumber : Bappeda Kabupaten Agam, 2014 Waktu

Kegiatan penelitian berlangsung mulai bulan April hingga bulan Juli 2014 dengan rincian waktu pelaksanaan sebagai berikut.

Tabel 1 Jadwal Kegiatan Penelitian

Kegiatan Maret April Mei Juni Juli

Persiapan Pengumpulan Data Awal

Inventarisasi dan Pengumpulan Data Tapak

Analisis Data Tapak Sintesis Data Tapak Perencanaan Lanskap Penyusunan Skripsi

Batasan

Batasan tapak penelitian adalah sesuai dengan batasan administratif Kecamatan Tanjung Raya dengan luasan 244.04 Ha, yang tergambar pada Gambar 3.

Gambar 3 Peta Batas Administrasi Kecamatan Tanjung Raya Sumber : Bappeda Kabupaten Agam, 2014


(23)

7 Batasan penelitian ini adalah mempertimbangkan faktor ekologis, pengembangan rencana pemerintah daerah terhadap kawasan Danau Maninjau, aspek legal dan usaha pengembangan kualitas visual.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini merupakan alat-alat yang digunakan untuk survei seperti, Global Positioning System (GPS), kamera, Auto CAD 2010, Trimble Sketchup 8 Pro, Microsoft Excel, Microsoft Word dan GIS (Geographical Information System). Bahan yang digunakan sebagai acuan penilaian adalah peta dan data wilayah yang secara detail akan dijabarkan di tabel 2.

Tahapan

Metode yang digunakan dalam perencanaan lanskap wisata alam Danau Maninjau dan sekitarnya mengacu kepada proses perencanaan menurut Gold (1980) yang dimodifikasi, dijelaskan pada (Gambar 4).


(24)

8

Persiapan Inventarisasi

Persiapan inventarisasi merupakan tahapan pengumpulan informasi-informasi terkait tapak yang direncanakan. Pada tahap ini penulis mengumpulkan data-data geografis dan pendukung yang dapat menunjang penelitian ini melalui pihak-pihak penyedia data penelitian seperti Badan Informasi Geospasial (BIG), Limnologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Inventarisasi

Tahap inventarisasi merupakan tahapan pengumpulan data dan informasi yang berkaitan dengan seluruh aspek yang berkaitan dengan perencanaan lanskap wisata alam baik aspek fisik, biologis maupun sosial-budaya. Data yang diperoleh pada tahap ini diperoleh melalui dua cara, yaitu primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dengan cara pengamatan dan pengukuran langsung ke tapak dan wawancara pihak terkait. Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui badan-badan atau instansi-instansi terkait dan studi literatur.

Jenis data yang dikumpulkan pada tahapan ini berupa data yang berasal dari aspek fisik, biologis dan sosial-budaya. Secara lengkap mengenai jenis data dan cara untuk mendapatkan data tersebut terpapar pada (Tabel 2). Metode yang digunakan untuk mengambil data-data primer di lapangan berbeda satu dengan yang lainnya. Data sosial dan budaya, data diambil melalui metode kuesioner dan pengamatan terhadap kehidupan warga setempat.

Tabel 2 Jenis data inventarisasi

Aspek Jenis Data Pengumpulan Sumber Data Bentuk Data Fisik

Geografi Kemiringan Lahan

Literatur Bappeda Kab. Agam Peta Kemiringan Lahan

Tanah dan Geologi

Literatur Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kab. Agam

Peta Tanah Topografi Literatur Bappeda Kab. Agam Peta Elevasi Batas Tapak Literatur BAPPEDA Kab. Agam Peta Administrasi

Wilayah Penutupan Lahan Literatur dan Pengamatan Lapang

Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kab. Agam

Peta Tutupan Lahan Iklim Curah Hujan,

suhu, dan RH

Literatur Kec. Tanjung Raya dalam Angka

Deskriptif

Hidrologi pH Literatur Limnologi LIPI Deskriptif Warna Pengamatan

Lapang

Pengamatan Deskriptif Kualitas Air Literatur Limnologi LIPI Deskriptif Biologis

Satwa Persebaran Satwa Pengamatan Lapang Pengamatan BPLH Deskriptif Vegetasi Persebaran

Vegetasi Pengamatan Lapang Pengamatan BPLH Deskriptif


(25)

9 Tabel 2 Jenis data inventarisasi (lanjutan)

Aspek Jenis Data Pengumpulan Sumber Data Bentuk Data Sosial Budaya

Kegiatan Adat Pengamatan Lapang

Pengamatan Deskriptif Posisi Obyek

Wisata

Pengamatan Lapang

Pengamatan Peta Sebaran Obyek Wisata Lokasi Atraksi

Wisata

Pengamatan Lapang

Pengamatan Peta Sebaran Atraksi Wisata Kebiasaan

Masyarakat

Pengamatan Lapang

Pengamatan Deskripsi Kegiatan Masyarakat Analisis

Tahap ini dilakukan untuk memenuhi tujuan identifikasi karakteristik tapak, potensi dan kendala dalam pengembangan lanskap wisata alam Kawasan Danau Maninjau. Analisis dilakukan dengan beberapa metode, yaitu analisis deskriptif, kuantitatif, analisis konten dan spasial kuantitatif, dengan menggunakan aspek-aspek yang mempengaruhi pengembangan lanskap wisata alam.

1. Aspek kepekaan fisik erosi

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui lokasi yang memiliki kepekaan erosi yang tinggi, dengan kata lain mempunyai kecenderungan untuk dijadikan kawasan konservasi, dengan menggunakan data kemiringan lahan, jenis tanah, dan hujan. Data-data ini digunakan untuk mendapatkan nilai kepekaan terhadap kawasan yang dapat dikembangkan menjadi kawasan wisata alam, yaitu kawasan dengan kepekaan fisik erosi yang rendah. Analisis aspek fisik kawasan dilakukan secara spasial kuantitatif, yaitu dengan melakukan penilaian terhadap indikator-indikator yang disusun berdasarkan S.K. Menteri Pertanian No. : 837/Kpts/Um/11/1980. Setelah mengetahui nilai masing-masing indikator yang digambarkan secara spasial, selanjutnya dilakukan perhitungan dengan cara menjumlahkan masing-masing nilai untuk setiap aspek, yaitu kemiringan lahan, jenis tanah, dan curah hujan yang dijelaskan tabel 3, tabel 4, dan tabel 5.

Tabel 3 Klasifikasi dan nilai skor menurut kelerengan lahan KLASIFIKASI DAN NILAI SKOR MENURUT KELERENGAN LAHAN

KELERENGAN (%) SIFAT SKOR

0-8 Datar 20

8-15 Landai 40

15-25 Agak curam 60

25-40 Curam 80

>40 Sangat curam 100


(26)

10

Tabel 4 Klasifikasi dan nilai skor menurut intensitas hujan KLASIFIKASI DAN NILAI SKOR MENURUT INTENSITAS HUJAN

INTENSITAS HUJAN (mm/hari)

SIFAT SKOR

0-13.6 Sangat rendah 10

13.6-20.7 Rendah 20

20.7-27.7 Sedang 30

27.7-34.8 Tinggi 40

>34.8 Sangat tinggi 50

Sumber : S.K. Menteri Pertanian No. : 837/Kpts/Um/11/1980

Tabel 5 klasifikasi dan nilai skor menurut jenis tanah KLASIFIKASI DAN NILAI SKOR MENURUT JENIS TANAH

JENIS TANAH KETERANGAN SKOR

Aluvial, literita air tanah Tidak peka 15

Latosol Agak peka 30

Brown forest soil, mediteran Kurang peka 45 Andosol, podsolik, podsol, laterit Peka 60 Regosol, litosol, organosol, renzina Sangat peka 75

Sumber : S.K. Menteri Pertanian No. : 837/Kpts/Um/11/1980

Setelah penilaian secara spasial dilakukan, selanjutnya yaitu mengelompokkan nilai-nilai setiap zona kedalam interval kelas yang menggunakan rumus sebagai berikut;

Interval Kelas (IK) = Skor Maksimum (SMa) – Skor Minimum (SMi) Jumlah Kategori

Tinggi = SMi + 2IK + 1 sampai SMa

Sedang = SMi + IK + 1 sampai (SMi + 2IK) Rendah = SMi sampai SMi + IK

2. Aspek Potensi Pengembangan dan Status Kawasan Wisata Alam

Penentuan potensi kawasan wisata yang akan dikembangkan akan mengacu kepada indikator penilaian yang disusun berdasarkan Pedoman Penilaian Daya Tarik Wisata (Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, 2007) dengan beberapa aspek penilaian, yaitu daya tarik, aksesibilitas, kondisi lingkungan sosial dan ekonomi, akomodasi, serta sarana dan prasarana penunjang, dengan penilaian berdasarkan kriteria pada tabel 6, 7, 8, 9, dan10.

a. Aspek Daya Tarik Kawasan

Aspek ini dinilai dengan menghitung jumlah Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTW) yang terdapat di sekitar Danau Maninjau dan titik yang mempengaruhi keberlangsungan kegiatan wisata di Kawasan Danau Maninjau (Tabel 6).


(27)

11 Tabel 6 Kriteria aspek daya tarik kawasan

No Unsur / Sub-Unsur Jumlah dan Nilai

1 Keunikan Sumber Daya > 4 3 2 1 Tidak Ada 30 25 20 15 10 Air Terjun

Flora Fauna Sungai

Kesenian Tradisional Peninggalan Sejarah Upacara Adat

Kebudayaan Masyarakat

2 Banyaknya potensi sumber daya alam yang menonjol

>4 3 2 1 Tidak Ada 30 25 20 15 10 Batuan

Flora Fauna Air Terjun Gejala Alam

3 Spot Kegiatan Wisata Alam yang Dapat Dilakukan

>5 4 3 2 1 30 25 20 15 10 Menikmati Keindahan Alam

Melihat Flora dan Fauna yang Ada Memancing

Trekking

Mandi / Berenang Penelitian dan Pendidikan Berkemah

Perahu

4 Jumlah Faktor yang Mempengaruhi Kebersihan Tidak Ada 1 2 3 >4 30 25 20 15 10 Industri

Jalan Ramai dan Kendaraan Bermotor Pemukiman Penduduk

Sampah Vandalisme Binatang


(28)

12

Tabel 6 Kriteria aspek daya tarik kawasan (lanjutan) No

Unsur / Sub-Unsur Jumlah dan Nilai

5 Kenyamanan >5 4 3 2 1

30 25 20 15 10 Udara Bersih dan Sejuk

Bebas dari Bau yang Mengganggu Bebas dari Kebisingan

Pelayanan yang Memuaskan

6 Kemanan >5 4 3 2 1

30 25 20 15 10 Tidak Ada Arus yang Berbahaya

Tidak Ada Pencurian Tidak Ada Perambahan Liar

Tidak Ada Kepercayaan yang Mengganggu Tidak Ada Penyakit yang Berbahaya

Sumber : Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dengan modifikasi, 2007 b. Aspek Aksesibilitas

Analisis aksesibilitas melihat seberapa mudah kawasan dapat ditempuh dari pusat kegiatan terdekat seperti Ibukota Kabupaten Agam, Kota Bukittinggi, dan Kota Padang. Kemudahan ini dilihat dari kondisi jalan dan tipe jalan yang digunakan untuk menuju kawasan (Tabel 7).

Tabel 7 Kriteria aspek aksesibilitas No Unsur / Sub-Unsur Kriteria dan Nilai

1 Kondisi Jalan Baik Cukup Sedang Buruk

30 25 20 15

2 Jarak dari Pusat Kabupaten

< 5 km 5 - 10 km

10 - 15 km

15 - 20 km

30 25 20 15

3 Tipe Jalan Jalan Aspal Lebar > 3m

Jalan Aspal Lebar 2 -3m

Jalan Batu

Jalan Tanah

30 25 20 15

4 Waktu Tempuh dari Pusat

Kabupaten 1 jam 2 -3 jam 3 - 4 jam > 4 jam

30 25 20 15

Sumber : Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dengan modifikasi, 2007 c. Aspek Akomodasi

Penilaian aspek ini mencakup sarana akomodasi yang terdapat di Kawasan Danau Maninjau untuk menampung sejumlah wisatawan yang akan berwisata di dalam kawasan, seperti jumlah kamar hotel dan kendaraan umum di dalam kawasan (Tabel 8).


(29)

13 Tabel 8 Kriteria Aspek Akomodasi

No Unsur / Sub-Unsur Kriteria dan Nilai

1 Jumlah Kamar (Buah) > 100 75 - 100 30 - 75 < 30 Tidak Ada

30 25 20 15 10

2 Waktu Edar Kendaraan Umum ke Pusat Kabupaten / hari

> 12 jam

8 - 12 jam

4 - 8 jam

1- 4 jam

Tidak Ada

30 25 20 15 10

Sumber : Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, 2007 d. Aspek Sosial dan Ekonomi

Aspek ini menilai kondisi sosial dan ekonomi masyarakat yang terdapat di Kawasan Danau Maninjau untuk pertimbangan pengembangan masyarakat terhadap kegiatan pariwisata, dengan mempertimbangkan tata ruang obyek, status kawasan, mata pencaharian masyarakat setempat dan pendidikan terakhir masyarakat (Tabel 9).

Tabel 9 Kriteria aspek Sosial dan ekonomi No Unsur /

Sub-Unsur

Kriteria dan Nilai 1 Tata Ruang

Wilayah Obyek

Ada dan Sesuai

Ada dan Tidak Sesuai

Dalam Proses Penyusunan

Tidak Ada

30 25 20 15

2 Status Lahan Milik Negara

Lahan Adat Hutan Hak Tanah Milik

30 25 20 15

3 Mata

Pencaharian Dominan Pemilik Lahan Industri Rumah Tangga Petani dan Nelayan Buruh Tani

30 25 20 15

4 Pendidikan Terakhir

SMA SMP SD Tidak

Lulus SD

30 25 20 15

Sumber : Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dengan modifikasi, 2007 e. Aspek Sarana dan Prasarana Penunjang

Sarana dan prasarana dinilai untuk melihat kemudahan para pengunjung didalam kawasan pada saat kegiatan pariwisata dilangsungkan (Tabel 10).


(30)

14

Tabel 10 Sarana dan prasarana penunjang (Radius 10 Km) No Unsur / Sub-Unsur Kriteria dan Nilai

1 Prasarana > 4 3 2 1 Tidak Ada

Kantor Pos

Jaringan Telpon

Klinik

Wartel

Warnet

Jaringan Listrik

Jaringan Air Minum

Surat Kabar

2 Sarana Penunjang > 4 3 2 1 Tidak Ada

Rumah Makan

Pasar

Bank / Money Changer

Toko Cindera Mata

Tempat Peribadatan

Toilet Umum

Transportasi

Sumber : Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dengan modifikasi, 2007 Analisis potensi kawasan wisata dilakukan dengan cara menjumlahkan skor dari masing-masing kriteria yang digunakan, dengan menggunakan rumus yang telah ditetapkan oleh Departemen Kehutanan (2007),

S = N x B

dengan (S) sebagai skor, (N) sebagai nilai, dan (B) sebagai bobot.

Setelah mendapatkan skor dari hasil penilaian tersebut, langkah selanjutnya adalah menetapkan interval skor untuk menentukan derajat perlakuan obyek wisata yang dianalisis, dengan rumus selang sebagai berikut

Selang =

dengan Smax sebagai skor tertinggi, Smin sebagai skor terendah, dan K sebagai jumlah derajat.

Penelitian ini menggunakan 5 derajat perlakuan, yaitu sangat baik, baik, sedang, buruk, dan sangat buruk. Dengan menggunakan rumus selang diatas maka akan didapatkan selang nilai untuk masing-masing derajat perlakuan (Tabel 11)

Tabel 11 Interval penilaian ODTW

Derajat Perlakuan Interval Sangat Baik 2328 – 2640

Baik 2016 – 2327

Sedang 1704 – 2015

Buruk 1392 – 1703


(31)

15 3. Analisis Penilaian Prioritas Pengembangan Obyek dan Daya Tarik

Wisata

Jenis potensi ODTW yang terdapat di dalam kawasan yang akan dikembangkan pun perlu untuk dikategorikan dalam kategori ODTW utama, pendukung, ataupun tidak cocok, dengan menggunakan metode penilaian berdasarkan kriteria Inskeep (1991) dalam Rosmalia (1998) yang dimodifikasi (Tabel 12).

Tabel 12 Kriteria penilaian obyek daya tarik wisata

Aspek Bobot Kategori Nilai

Aksesibilitas 20 Dekat Jalan Utama, Kondisi Baik 3 Jalan Sekunder, Kondisi Buruk 2 Jalan Setapak, Kondisi Buruk 1 ODTW 30 Berkaitan Langsung dengan Danau Maninjau 3 Tidak Berkaitan Langsung dengan Danau Maninjau 2 Tidak Berkaitan dengan Danau Maninjau 1

Letak dari Jalan 10 <1 Km 3

1 - 3 Km 2

>3 Km 1

Dampak Kerusakan Terhadap Lingkungan

30 Obyek Memiliki Fungsi Terhadap Lingkungan dan Sosial yang Erat dengan Sekitar 3 Obyek Memiliki Fungsi Terhadap Sosial yang Erat

dengan Sekitar 2

Obyek Tidak Memiliki Fungsi Terhadap

Lingkungan dan Sosial dengan Sekitar 1

Sumber : Inskeep (1991), Rosmalia (1998), dengan modifikasi 4. Analisis Preferensi dan Akseptibilitas

Sedangkan aspek preferensi dan akseptibilitas merupakan aspek yang diteliti guna mengetahui adat dan kebiasaan masyarakat setempat yang dapat dijadikan atraksi wisata budaya khas. Selain itu analisis dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui minat dan apakah ada kegiatan musiman yang dapat dijadikan sebagai daya tarik wisata budaya pada kawasan, serta kebutuhan masyarakat setempat dalam pengembangan kawasan. Metode yang digunakan untuk analisis aspek ini adalah melalui metode purposive sampling, yaitu dengan menentukan target wawancara kepada pihak-pihak yang mengetahui mengenai budaya, pariwisata, dan perkembangan Kawasan Danau Maninjau, yaitu Wali Nagari Koto Gadang, Staf Limnologi LIPI Maninjau, Datuak dari Nagari Maninjau, pelaku bisnis hotel di Kawasan Danau Maninjau sebanyak 2 orang, dan pengelola lokasi wisata di Kawasan Danau Maninjau 2 orang. Berdasarkan hasil wawancara tersebut maka akan dapat diketahui bagaimana kondisi Kawasan Danau Maninjau pada saat ini dan langkah apa yang dapat diambil untuk pengembangannya.

Sosial budaya masyarakat setempat seperti keseharian masyarakat, adat istiadat, dan demografi menjadi aspek penilaian tersendiri dalam analisis terhadap perencanaan lanskap guna mendukung kegiatan wisata alam dan menghasilkan


(32)

16

peta persebaran sosial budaya masyarakat dan tabel kegiatan yang berkaitan dengan adat istiadat masyarakat setempat.

Sintesis

Tahap sintesis merupakan lanjutan dari tahap analisis data yang merupakan proses pengolahan data analisis dan dijadikan sebagai bahan acuan dalam penentuan ruang yang akan dikembangkan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi pada tapak. Berdasarkan data-data tersebut akan muncul pertimbangan zonasi yang akan dikembangkan secara spesifik untuk berbagai kegiatan wisata alam yang tergambar dalam peta zonasi kawasan.

Berdasarkan penilaian kepekaan terhadap aspek fisik lanskap, sintesis yang bisa diperoleh berdasarkan penilaian tersebut yaitu, untuk unit lahan dengan nilai kepekaan lahan ≥ 175, maka unit lahan tersebut sebaiknya dipreservasi, dalam hal ini tidak baik untuk dibangun karena dapat menimbulkan bahaya jika dipaksakan untuk dibangun. Selain itu, untuk menjaga keberlangsungan air danau, sebaiknya terdapat pelindung danau, yaitu 50-100 meter di sekeliling sempadan danau. Apabila nilai kepekaan lahan tersebut 125-174, maka sebaiknya unit lahan difungsikan sebagai ruang penyangga terhadap lahan dengan kepekaan yang tinggi.

Selanjutnya setelah mendapatkan komposisi ruang-ruang yang dapat menunjang kegiatan wisata dan menjaga keberlanjutan lanskap, maka dapat ditentukan kegiatan-kegiatan yang dapat dipenuhi oleh masing-masing ruang dan diikuti oleh penentuan fasilitas-fasilitas yang dapat menunjang untuk setiap kegiatan-kegiatan tersebut. Selanjutnya adalah menjadikan hasil komposisi ruang bentuk peta yang kemudian di overlay dan menghasilkan rencana blok.

Perencanaan Lanskap

Kegiatan ini merupakan pengembangan hasil kegiatan pengembangan konsep yang dihasilkan melalui kegiatan sintesis data. Pada tahap ini rencana blok akan diterjemahkan ke dalam penggambaran kawasan setelah pengembangan untuk menghasilkan rencana lanskap. Keberlanjutan lanskap merupakan tujuan dari kegiatan wisata alam ini, sehingganya perlu dilakukan pendugaan daya dukung kawasan (Boulon dalam WTO dan UNEP, 1992 dalam Siti Nurisjah et al., 2003)dengan rumus,

dengan fungsi dari luasan (A), dan standar rata-rata individu (S). Keluaran

Penelitian ini menghasilkan sebuah rekomendasi rencana lanskap Danau Maninjau yang dilengkapi dengan gambar suasana yang menggambarkan kondisi Danau Maninjau setelah dilakukan perencanaan.


(33)

17

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Kondisi Geografis dan Administrasi

Danau Maninjau yang terletak pada 0°12’ - 0°25’ LS dan 100°0′ - 100°16′ BT berada dalam wilayah Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam dengan ketinggian 461.50 meter diatas permukaan laut. Luas permukaan Danau Maninjau ± 99.5 km2 dengan luas daerah tangkapan air mencapai 24 800 ha. Sementara kedalaman maksimum mencapai ± 165 m. Danau Maninjau yang terletak di Kecamatan Tanjung Raya secara administrasi berbatasan dengan Kecamatan Lubuk Basung di sebelah utara, sedangkan di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Padang Pariaman, di sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Matur, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Tanah Datar. Disekitarnya mengalir empat sungai, yaitu Batang Antokan, Batang Tumayo, Batang Amparan, dan Batang Kurambik. Selain itu Danau Maninjau juga dikelilingi oleh dua lembah, yaitu Lembah Aia Tigo Raso dan Lembah Lubuak Sao (BPS Kabupaten Agam, 2013)

Danau Maninjau dikelilingi oleh sembilan Nagari, yaitu Maninjau, Bayua, Sungai Batang, Duo Koto, Paninjauan, Koto Kaciak, Koto Gadang VI Koto, Koto Malintang, dan Tanjung Sani (Gambar 5). Selain itu juga terdapat 53 “jorong” dengan potensi lanskap danau, perkebunan, persawahan, dan perbukitan. Luas masing-masing Nagari di Kecamatan Tanjung Raya akan digambarkan pada tabel 13 berikut.

Tabel 13 Luasan masing – masing nagari di Kecamatan Tanjung Raya

No Nagari Luasan (Km2) Persentase (%)

1 Maninjau 25.60 10.50

2 Bayua 30.74 12.60

3 Sungai Batang 28.13 11.53

4 Duo Koto 11.69 4.79

5 Paninjauan 7.03 2.88

6 Koto Kaciak 19.59 8.03

7 Koto Gadang VI Koto 17.08 7.00

8 Koto Malintang 29.14 11.94

9 Tanjung Sani 75.03 30.74

Total 244.03 100


(34)

18

Gambar 5 Peta Batas Administrasi Kecamatan Tanjung Raya dan Nagari Sumber : Bappeda Kabupaten Agam

Kondisi Sosial Budaya

Mengacu kepada data Tanjung Raya dalam Angka 2013, penduduk Kecamatan Tanjung Raya berjumlah 33 350 jiwa dengan jumlah laki-laki 16 616


(35)

19 jiwa dan perempuan 16 934 jiwa, dengan rincian jumlah penduduk masing-masing Nagari sebagai berikut (Tabel 14).

Tabel 14 Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di masing-masing nagari

No. Nagari Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Maninjau 1827 1953 3780

2 Bayua 2886 2872 5758

3 Sungai Batang 2658 2816 5474

4 Duo Koto 1477 1551 3028

5 Paninjauan 840 839 1679

6 Koto Kaciak 1791 1753 3544

7 Koto Gadang VI Koto 961 1063 2024

8 Koto Malintang 1868 1886 3754

9 Tanjung Sani 2308 2201 4509

Total 18 151 18 695 33 550

Sumber : BPS Kabupaten Agam, 2013

Kegiatan perekonomian warga didominasi oleh kegiatan perikanan yang menggunakan Danau Maninjau sebagai pusat kegiatan. Metode yang digunakan untuk pengembangan perikanan di kawasan ini adalah dengan metode keramba jaring apung (KJA). Jumlah penggunaan keramba pada kawasan ini berkembang dari tahun ke tahun, karena dianggap sebagai mata pencaharian yang menjanjikan bagi masyarakat setempat, dengan rincian perkembangan jumlah keramba sejak tahun 1992 hingga 2008 sebagai berikut (Tabel 15).

Tabel 15 Jumlah keramba jaring apung tahun 1992 - 2009

TAHUN JUMLAH KJA (unit)

1992 12

1996 1886

1997 3500

2000 3856

2005 8955

2007 9686

2008 15 051

2009 12 860

Sumber : limnologi.lipi.go.id, 2010 Kondisi Bio-Fisik

Bentuk Danau Maninjau memanjang dari arah utara ke selatan dengan panjang ± 17 km dan lebar sekitar 8 km, danau ini memiliki sebuah outlet alami yaitu Sungai Batang Antokan yang mengalir ke arah barat. Sementara sumber lain menyebutkan bahwa bagian tengah Gunung Maninjau ditempati oleh kaldera dengan ukuran panjang ± 20 km dan lebar ± 8 km. Sumber air Danau Maninjau 89% berasal dari aliran air tanah yang mengalir mulai dari Kecamatan Malalak hingga Kecamatan Tanjung Raya.

Danau Maninjau merupakan danau yang terbentuk akibat peristiwa vulkanik dengan dikelilingi oleh bukit-bukit yang curam. Kawasan Danau Maninjau memliki keragaman topografi mulai dari 0% hingga >45% (Tabel 16) dan memiliki tiga jenis tanah di kawasan ini, yaitu andosol, latosol, litosol, dan alluvial (Tabel 17).


(36)

20

Klasifikasi Kemiringan Lahan Luasan (Ha) Persentase (%)

0 – 8 % 2274.51 16.69

8.01 – 15 % 1470.45 10.79

15.01 – 25 % 2094.07 15.36

25.01 – 45 % 2670.24 19.59

> 45% 5121.73 37.57

Total 13 631 100

sumber : BPS Kabupaten Agam, 2013

Tabel 17 Klasifikasi Jenis Tanah di Kawasan Danau Maninjau

Jenis Tanah Luasan (Ha) Persentase (%)

Alluvial 5499.74 40.35

Latosol 610.37 4.48

Andosol 1689.20 12.39

Litosol 5831.7 42.78

Total 13 631 100

Sumber : BPS Kabupaten Agam, 2013

Interaksi manusia dengan lingkungan di Kawasan Danau Maninjau mengakibatkan perbedaan dalam penggunaan lahan. Menurut data Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Agam, terdapat 10 penggunaan lahan di Kawasan Danau Maninjau yang dijabarkan pada tabel 18.

Tabel 18 Luas penggunaan lahan di kawasan Danau Maninjau

Penggunaan Lahan Luasan (Ha) Persentase (%)

Kampung 2137 8.757

Hutan Lebat 1839 7.536

Belukar 515 2.11

Sawah 5654 23.169

Kebun Campuran 3506 14.367

Danau 10 752 44.142

Total 24 403 100

Sumber : Dinas Perkebunan dan Kehutanan, 2014

Menurut Limnologi LIPI, (2010), keragaman vegetasi dan satwa yang terdapat di Kawasan Danau Maninjau sangat beragam. Hal ini karena disekelilingnya masih terdapat hutan hujan tropis dengan berbagai jenis vegetasi didalamnya seperti jenis-jenis Fagaceae (Quercus sp. dan Castanopsis sp.), Lauraceae dan Myrtaceae sebagai pohon kanopi, dan jenis Anacardiaceae (Mangifera sp. dan Swintonia sp.) atau Shorea platyclados (Dipterocarpaceae) yang mencuat. Selain itu juga terdapat sisa dari hutan asli adalah spesies lapisan atas, yakni seperti jenis-jenis Burseraceae (Canarium, Santiria, Dacryodes), Fagaceae (Lithocarpus, Quercus), beberapa sisa Dipterocarpaceae (Shorea sumatrana, S. sororia, Hopea mengarawan, Parashorea lucida), dan sejenis Mimosaceae khas (Acrocarpus fraxinifolius). Vegetasi lapisan bawah terdiri dari Meliaceae (Aglaia argentea, A. gango, Chisocheton spp., Disoxylon macrocarpum, D. cauliforum, Toona sinensis), Lauraceae (Cinnamomum parthenoxylon, Litsea spp., Actinodaphne sp.) Annonaceae, Euphorbiaceae, dan Myristicaceae. Spesies pohon dari formasi yang lebih awal dalam suksesi adalah Octomeles sumatrana (Datiscaceae), Alstonia angustiloba (Apocynaceae),


(37)

21 Terminalia spp (Combretaceae), Pisonia umbellifera (Nyctaginaceae), Artocarpus spp. (Moraceae) (Lampiran 1).

Selain vegetasi, di Kawasan Danau Maninjau juga terdapat berbagai jenis satwa liar ataupun budidaya yang terdapat baik di hutan seperti mamalia, moluska, dan burung, dan di danau, terdapat jenis-jenis ikan yang dapat dibudidayakan ataupun liar (Lampiran 2) dan (Lampiran 3).

Kondisi Hidrologi

Kondisi hidrologi kawasan danau secara umum dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu air permukaan dan air tanah. Air permukaan di kawasan danau sebagaian besar mengalir melalui pola penyaluran yang telah terbentuk. Sumber air Danau Maninjau terutama berasal dari sungai-sungai yang mengalir sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang Antokan yang bermuara ke danau dan air hujan (Gambar 6).

Di kawasan danau terdapat delapan puluh delapan buah sungai besar dan kecil dengan lebar maksimum 8 meter yang mengalir ke danau. Kebanyakan dari sungai tersebut (61.4%) kering pada waktu musim kemarau, sedangkan sungai-sungai yang berair sepanjang tahun hanya tiga puluh empat buah sungai. Sungai-sungai tersebut mengalir dengan debit yang relatif kecil. Sungai-sungai yang bermuara ke Danau Maninjau memiliki pola linier (lurus atau tidak bercabang), sedangkan sungai di sebelah barat danau pada umumnya berpola dendritik (bercabang). Dengan demikian maka inflow air Danau Maninjau sebagian besar bersumber dari aliran sungai dan dari dasar danau (Limnologi LIPI, 2010). Keberlangsungan air di Danau Maninjau sangat terkait dengan siklus hidrologi. Air yang masuk ke Danau Maninjau berasal dari air hujan yang langsung masuk ke permukaan danau (281 juta m3/tahun), air permukaan tanah (250 juta m3/tahun), dan recharge air tanah (4180 juta m3/tahun) . Sedangkan outlet Danau Maninjau adalah Sungai Batang Antokan dan intake PLTA Maninjau (4600 juta m3/tahun) (Fakhrudin, 2003).

Tingginya aktivitas perikanan dan sosial masyarakat di sekitar Danau Maninjau mengakibatkan terjadinya pencemaran dan penurunan kualitas air danau oleh zat-zat organik yang berasal dari limbah rumah tangga, pertanian, ataupun perikanan. Menurut hasil penelitian Lembaga Penelitian dan Pengembangan Universitas Muhammadiyah tahun 2006 tercatat bahwa sektor perikanan telah menyumbang limbah dalam jumlah yang sangat besar dibanding sektor lain, yaitu sebesar 393.22 ton/tahun (93%) dari jumlah limbah keseluruhan yang dibuang ke Danau Maninjau (Limnologi LIPI, 2010).


(38)

22

Gambar 6 Peta danau dan sungai di Kecamatan Tanjung Raya Sumber : BAPPEDA Kabupaten Agam, 2014


(39)

23 Kondisi Iklim

Di wilayah Kabupaten Agam, pola curah hujan sangat dipengaruhi oleh ketinggian tempat dan topografinya, karena sebagian besar Kabupaten Agam terletak pada daerah pegunungan dan sebagian terletak tidak jauh dari Pantai Barat Sumatera Barat.Keadaan ini membuat Kabupaten Agam sangat dipengaruhi oleh angin pegunungan dan angin laut.dimana tingkat curah hujannya mencapai 345.58 mm per bulan. Rata-rata hari hujan di kawasan Danau Maninjau ini adalah 164 hari per tahun. Suhu Danau Maninjau rata-rata maksimal 31.27 oC dan rata-rata minimal 22.66 oC. Kelembaban rata-rata 95.20 %. Kecepatan angin yang berada disekitar Danau Maninjau rata-rata sebesar 23.5 km/hr. Menurut Fakhrudin (2003), berdasarkan data stasiun Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Maninjau tahun 2002, curah hujan tertinggi terdapat pada bulan November, yaitu 473 mm/hari dan terendah pada bulan Juni, yaitu 167 mm/hari. Kondisi Wisata

Kecamatan Tanjung Raya memiliki obyek-obyek dan atraksi wisata baik alam maupun non-alam di dalamnya. Selain obyek wisata dan atraksi, Kecamatan Tanjung Raya turut menjadi tuan rumah dalam pelaksanaan beberapa acara-acara olahraga seperti paralayang dan balap sepeda (Tour de Singkarak). Menurut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Agam, tercatat sejumlah obyek dan atraksi wisata yang dapat dikunjungi di Kawasan Danau Maninjau. Selain itu juga terdapat olahraga-olahraga minat khusus yang dapat dikembangkan di Kawasan Danau Maninjau .

Kondisi Fasilitas

Kawasan Danau Maninjau telah berkembang menjadi kawasan dengan berbagai tujuan, seperti wisata, perekonomian, dan budidaya. Hal ini mengakibatkan munculnya berbagai keperluan masyarakat setempat dan para pendatang untuk melangsungkan aktivitas. Kecamatan Tanjung Raya memiliki lima pasar yang buka pada waktu yang berbeda, yaitu hari Minggu, Selasa, Rabu, Kamis, dan Jumat di lima nagari (Tabel 19).

Tabel 19 Daftar pasar di kawasan Danau Maninjau

Lokasi Nama Pasar

Maninjau Pasar Maninjau Koto Kaciak Pasar Rabaa

Bayur Pasar Akad

Sungai Batang Pasar Mudiak Paninjauan Pasar Gadang


(40)

24

Gambar 7 Kondisi pasar di kawasan Danau Maninjau

Demi menunjang kenyamanan wisatawan, Kawasan Danau Maninjau menghadirkan banyak pilihan lokasi untuk tinggal seperti hotel, guesthouse, ataupun home stay dengan kisaran harga yang beragam. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata pada tahun 2012 mencatat terdapat 23 akomodasi penginapan di Kawasan Danau Maninjau dengan total kamar sebanyak 202 unit dan ditunjang oleh 323 unit kasur (Tabel 20).

Tabel 20 Akomodasi kegiatan wisata di kawasan Danau Maninjau Jenis Hotel

Satuan Hitung

Unit Kamar Tempat Tidur

Hotel Berbintang 2 65 139

Usaha Akomodasi Lainnya

21 137 184

Total 23 202 323

Sumber : BPS Kabupaten Agam, 2012

Transportasi masyarakat di Kawasan Danau Maninjau lebih mengandalkan ojek untuk bepergian lintas nagari, sedangkan untuk bepergian ke luar kawasan, masyarakat lebih mengandalkan jasa angkutan umum seperti bus sedang dan mobil travel. Jalan yang mengelilingi Kawasan Danau Maninjau berada pada kategori jalan kabupaten dengan lebar 6 meter dan kondisi jalan lapisan perkerasan hotmix.

Aksesibilitas

Akses menuju Danau Maninjau dapat melalui dua alternatif jalur darat, yaitu melewati Kecamatan Matur dan Kecamatan Lubuk Basung. Kondisi jalan di kedua alternatif ini dapat dikategorikan pada kondisi baik, yaitu dengan lebar jalan 6 meter dan kondisi jalan diaspal hotmix.

Pengunjung yang berasal dari Kota Padang dapat menempuh jalur Lubuk Alung, Sicincin, Malalak, lalu tembus di Kecamatan Matur. Kondisi jalur alternatif ini relatif sangat baik karena masih tergolong jalan yang baru dibangun dengan lapisan aspal dan dilengkapi dengan lampu penerangan jalan. Kondisi sekitar jalur ini dikelilingi oleh tebing-tebing curam yang dapat longsor sewaktu-waktu. Mengantisipasi hal tersebut pemerintah mengeluarkan rambu-rambu yang menjelaskan kondisi jalur yang rawan longsor tersebut (Gambar 8).


(41)

25

Gambar 8 Kondisi akibat longsor di akses menuju Danau Maninjau Setelah keluar dari jalur Malalak, dari Kecamatan Matur menuju Danau Maninjau dapat ditempuh kurang lebih selama 45 menit melalui Kelok 44. Jika melalui jalur ini, pengunjung atau wisatawan harus berhati-hati pada masing-masing belokan terhadap mobil yang berasal dari arah yang berlawanan dikarenakan belokan yang cukup tajam dan menurun. Jalur ini dapat ditempuh pengunjung yang berasal dari Padang (Ibukota Provinsi) dengan menggunakan travel perjalanan menuju Maninjau selama kurang lebih 3 jam, dengan jarak tempuh 134 km. Sedangkan jalur alternatif dari Kecamatan Lubuk Basung relatif lebih landai dengan kondisi jalan yang baik dengan jarak tempuh 45 km. Wisatawan yang akan menuju Danau Maninjau melalui jalur ini akan menempuh perjalanan selama kurang lebih 1 jam (Gambar 9).

Gambar 9 Peta alternatif akses menuju Danau Maninjau

Kondisi transportasi dan aksesibilitas di dalam kawasan cenderung lebih beragam. Jalan utama kawasan tergolong pada jalan dengan kategori baik dengan


(42)

26

perkerasan hotmix lebar 6 meter. Lubang-lubang di jalan pun tidak banyak, sehingganya memudahkan pengunjung untuk memacu kendaraannya.

Kendaraan umum di dalam kawasan didominasi oleh jenis mobil-mobil tua dengan kapasitas penumpang 11 orang dengan waktu edar menuju ke pusat kabupaten selama 8 jam.

Analisis dan Sintesis Potensi Obyek dan Atraksi

Kawasan Danau Maninjau memiliki berbagai macam obyek dan daya tarik wisata yang dapat dikembangkan untuk menunjang kegiatan pariwisata di Kecamatan Tanjung Raya dan menjadi nilai tambah bagi penduduk setempat. Menurut pengamatan dan data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Agam, terdapat 13 obyek dan atraksi wisata yang terdapat di sekitar Danau Maninjau (Gambar 12) yang selanjutnya dinilai keunikannya berdasarkan pada Tabel 21 dan Tabel 22, yang selanjutnya dianalisis penilaian prioritas pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) pada Tabel 26 untuk dikembangkan menjadi obyek dan atraksi wisata setempat yang tergambar pada pada Gambar 14.

Tabel 21 Daftar obyek wisata alam dan daya tariknya di kawasan Danau Maninjau

Obyek Daya Tarik

Aia Tigo Raso  Merasakan suasana lembah yang menyejukkan

 Menikmati air dengan tiga rasa yang berbeda dari satu wadah

Aia Tajun Cikalo  Pemandangan alam sekitar yang menarik

 Ekosistem sekitar yang masih terjaga

 Nilai mitos yang terkandung didalam objek

 Kesegaran air dari pemandian

Aia Tajun Lubuak Sao  Pemandangan alam sekitar yang menarik

 Ekosistem sekitar yang masih terjaga

 Nilai mitos yang terkandung di dalam objek

 Kesejukan air terjun yang mengalir deras Kawasan Wisata

Muko-Muko

 Pemandangan ke Danau Maninjau dan PLTA

 Rekreasi Keluarga

 Wahana pemancingan umum di danau maninjau Pulau Legenda Angso

Duo

 Keindahan pulau yang masih belum berpenghuni

 Keheningan yang terdapat didalamnya

Linggai  Pemandangan budaya perikanan masyarakat nagari duo koto

 Suasana pegunungan yang menyegarkan

 Panorama danau maninjau dan bukit yang mengelilinginya

Persawahan Masyarakat

 Pemandangan alam yang masih alami Hutan Rakyat  Keanekaragaman hayati yang tinggi


(43)

27 Tabel 21 Daftar obyek wisata alam dan daya tariknya di kawasan Danau Maninjau

(lanjutan)

Obyek Daya Tarik

Sarasah Gasang  Pemandangan alam sekitar yang menarik

 Ekosistem sekitar yang masih terjaga

 Nilai mitos yang terkandung didalam objek

 Kesejukan air terjun yang mengalir deras Aia Angek Gasang  Kehangatan air pemandian yang menenangkan

 Kuantitas air pemandian aia angek yang konstan

 Nilai kesehatan yang terkandung didalam aia angek

Hutan yang

mengelilingi Tanjung Sani

 Keindahan dan kebesaran alam sekitar

 Kekayaan keanekaragaman yang terdapat didalamnya Pangka Tanjuang Sani  Pemandangan alam sekitar yang menarik

 Ekosistem sekitar yang masih terjaga

 Nilai mitos yang terkandung di dalam objek Danau Maninjau  Pemandangan yang luas dan kegiatan perikanan

masyarakat

 Pemandangan bawah air danau

 Suasana tenang ditengah danau

Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Agam dan Pengamatan Lapang

Gambar 10 Kondisi wisata di kawasan Danau Maninjau


(44)

28

Gambar 12 Peta persebaran obyek wisata di kawasan Danau Maninjau Tabel 22 Atraksi sosial budaya di kawasan Danau Maninjau Atraksi Daya Tarik

Atraksi Pergelaran Kesenian Tradisional

 Nilai keindahan budaya masyarakat setempat dalam menyajikan kesenian

 Nilai adat yang terkandung dalam masing-masing pertunjukan

Upacara Perkawinan  Keindahan dan kebesaran alam sekitar

 Kekayaan keanekaragaman yang terdapat didalamnya Pertanian dan

Perkebunan Rakyat

 Nilai pertanian tradisional yang masih dijaga oleh masyarakat setempat

 Keragaman varietas budidaya yang dikembangkan oleh masyarakat setempat

 Keindahan bentang alam yang hijau Keramba Ikan

Masyarkat Setempat

 Nilai pengembangan budidaya oleh masyarakat setempat  Atraksi kegiatan masyarakat setempat dalam mencari

nafkah melalui sektor perikanan

Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Agam dan Pengamatan Lapang, 2013


(45)

29 Tabel 23 Wisata kegiatan minat khusus di kawasan Danau Maninjau Kegiatan Daya Tarik

Paralayang  Kegiatan yang memicu adrenalin pemainnya

 Menikmati pemandangan alam dari sudut pandang yang berbeda

Arung Jeram  Kegiatan yang memicu adrenalin pemainnya

 Menikmati pemandangan alam dari sudut pandang yang berbeda

Sepeda Gunung  Kegiatan yang memicu adrenalin pemainnya

 Menikmati pemandangan alam dari sudut pandang yang berbeda

Berburu Babi  Kegiatan yang memicu adrenalin pemainnya

 Menikmati pemandangan alam dari sudut pandang yang berbeda

 Merasakan kebudayaan masyarakat setempat dalam menjaga sumberdayanya

(sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Agam, 2013) Analisis Potensi Obyek dan Daya Tarik Kawasan Wisata

Kawasan Danau Maninjau memiliki potensi yang beragam untuk melangsungkan kegiatan wisata alam, namun untuk lebih lanjut perlu diketahui status kawasan untuk pengembangan wisata alam dengan kriteria yang ditetapkan oleh Pedoman Penilaian Daya Tarik Wisata (Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, 2007).

1. Aspek Daya Tarik Kawasan

Tabel 24 Penilaian keunikan sumberdaya kawasan

No. Keunikan Sumberdaya Kriteria / Nilai

>4 3 2 1 Tidak Ada 30 25 20 15 10

1 Air Terjun 

2 Flora 

3 Fauna 

4 Sungai 

5 Kesenian Tradisional  6 Peninggalan Sejarah 

7 Upacara Adat 

8 Kebudayaan Masayarakat  Rata-Rata = 30

Tabel 25 Penilaian jumlah sumberdaya alam yang menonjol pada kawasan

No. Banyaknya Sumber Daya Alam yang Menonjol Kriteria / Nilai

>4 3 2 1 Tidak Ada 30 25 20 15 10

1 Air Terjun 

2 Flora 

3 Fauna 

4 Batuan 

5 Gejala Alam 


(46)

30

Tabel 26 Penilaian faktor yang mempengaruhi kebersihan kawasan

No. Faktor yang Mempengaruhi Kebersihan

Kriteria / Nilai Tidak

Ada

1 2 3 >4

30 25 20 15 10

1 Industri 

2 Jalan Ramai dan Kendaraan Bermotor

3 Pemukiman Penduduk 

4 Sampah 

5 Vandalisme 

6 Binatang Liar 

7 Pencemaran Lainnya 

Rata-Rata = 28.75

Tabel 27 Penilaian keamanan kawasan

Tabel 28 Penilaian banyaknya spot kegiatan wisata alam pada kawasan

No. Kemananan Kriteria (spot) / Nilai Tidak Ada 1 2 3 >4 30 25 20 15 10

1 Arus Berbahaya 

2 Pencurian 

3 Perambahan Liar 

4 Kepercayaan yang Mengganggu 

5 Penyakit Berbahaya 

Rata-Rata = 30

No. Spot untuk Melakukan Kegiatan Wisata Alam Kriteria / Nilai

>4 3 2 1 Tidak Ada 30 25 20 15 10

1 Menikmati Keindahan Alam  2 Melihat Flora dan Fauna 

3 Memancing 

4 Trekking 

5 Berenang / Berendam 

6 Penelitian dan Pendidikan 

7 Berkemah 

8 Perahu 


(47)

31 Tabel 29 Penilaian kenyamanan pada kawasan

TOTAL ASPEK DAYA TARIK KAWASAN x6 = 758.75

2. Aspek Aksesibilitas

Tabel 30 Penilaian aspek aksesibilitas kawasan

No Unsur / Sub-Unsur Kriteria dan Nilai Skor

1 Kondisi Jalan Baik Cukup Sedang Buruk 30

30 25 20 15

2 Jarak dari Pusat Kabupaten

< 5 km 5 - 10 km 10 - 15 km 15 - 20 km

15

30 25 20 15

3 Tipe Jalan Jalan Aspal Lebar > 3m

Jalan Aspal Lebar 2 -3m

Jalan Batu

Jalan Tanah

30

30 25 20 15

4 Waktu Tempuh dari Pusat Kabupaten

1 jam 2 -3 jam 3 - 4 jam

> 4 jam

30

30 25 20 15

Total Keseluruhan 105

TOTAL ASPEK AKSESIBILITAS KAWASAN x5 = 525

3. Aspek Akomodasi

Tabel 31 Penilaian aspek akomodasi kawasan

No Unsur / Sub-Unsur Kriteria dan Nilai Skor

1 Jumlah Kasur (Buah) > 100 75 - 100 30 - 75 < 30

Tidak Ada 30

30 25 20 15 10

2 Waktu Edar Kendaraan Umum ke Pusat Kabupaten / hari

> 12 jam

8 - 12 jam

4 - 8 jam

1- 4 jam

Tidak Ada 25

30 25 20 15 10

Total Keseluruhan 55

TOTAL NILAI ASPEK AKOMODASI KAWASAN x3 = 165 No. Kenyamanan Kriteria / Nilai

Sejuk 1

30 25 20 15 10

1 Udara 

2 Bau 

3 Kebisingan 

4 Pelayanan 


(48)

32

4. Aspek Perkembangan Sosial dan Ekonomi Masyarakat

Tabel 32 Penilaian perkembangan sosial dan ekonomi masyarakat

No Unsur / Sub-Unsur

Kriteria dan Nilai Skor

1 Tata Ruang Wilayah Obyek

Ada dan Sesuai

Ada dan Tidak Sesuai

Dalam Proses Penyusunan

Tidak Ada 30

30 25 20 15

2 Status Lahan Milik Negara

Lahan Adat Hutan Hak Tanah Milik

25

30 25 20 15

3 Mata Pencaharian Dominan Pemilik Lahan Industri Rumah Tangga Petani dan Nelayan Buruh Tani 20

30 25 20 15

4 Pendidikan Terakhir Dominan

SMA SMP SD Tidak

Lulus SD 30

30 25 20 15

Total Keseluruhan 105

TOTAL NILAI ASPEK PERKEMBANGAN SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT x5 = 525

5. Aspek Sarana dan Prasarana Pendukung Kawasan

Tabel 33 Penilaian aspek sarana dan prasarana pendukung wisata alam pada kawasan

No Unsur / Sub-Unsur Kriteria dan Nilai

1 Prasarana > 4 3 2 1 Tidak Ada

Kantor Pos 20

Jaringan Telpon 30

Klinik 20

Wartel 10

Warnet 10

Jaringan Listrik 30 Jaringan Air Minum 30

Surat Kabar 25

Rata-Rata Penilaian = 22

2 Sarana Penunjang > 4 3 2 1 Tidak Ada

Rumah Makan 30

Pasar 30

Bank / Money Changer 30 Toko Cindera Mata 30 Tempat Peribadatan 30

Toilet Umum 30

Transportasi 30

Rata-Rata Penilaian = 30

TOTAL NILAI ASPEK SARANA DAN PRASARANA x2 = 104

Setelah penilaian masing-masing aspek dilakukan, secara umum dipaparkan pada Tabel 34.


(49)

33 Tabel 34 Analisis penilaian potensi obyek dan daya tarik kawasan wisata No Aspek Analisis Nilai Rata-Rata Bobot Nilai Keseluruhan

1 Daya tarik kawasan 126.45 6 758.75

2 Aksesibilitas 105 5 525

3 Akomodasi kawasan 55 3 165

4 Perkembangan sosial dan ekonomi masyarakat

105 5 525

5 Sarana dan prasarana pendukung 52 2 104

Total 2077.75

Berdasarkan penilaian terhadap kriteria tersebut, didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa Kawasan Danau Maninjau memiliki nilai potensi pengembangan wisata alam sebesar 2077.75 yang jika mengacu kepada rentang kelas penilaian potensi pengembangan wisata alam yang telah dipaparkan sebelumnya, Kawasan Danau Maninjau berada pada interval baik untuk dikembangkan potensi wisata alam (Tabel 35).

Tabel 35 Hasil analisis kondisi kawasan wisata Danau Maninjau

Derajat Perlakuan Interval

Sangat Baik 2328 – 2640

Baik 2016 – 2327

Sedang 1704 – 2015

Buruk 1392 – 1703

Sangat Buruk 1080 – 1391

Analisis Prioritas Pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam

Obyek dan daya tarik wisata di Danau Maninjau memang terhitung banyak, namun tidak seluruhnya berpotensi untuk dikembangkan menjadi obyek dan atraksi wisata utama (Gambar 13). Sehingga, perlu dilakukan analisis penilaian terhadap kawasan melalui kriteria analisis kesesuaian obyek dan daya tarik wisata alam menurut Inskeep (1991) dalam Rosmalia (1998) yang telah dimodifikasi agar disesuaikan dengan keterkaitan masing-masing obyek dan daya tarik wisata dengan Danau Maninjau (Tabel 36). Danau Maninjau tidak dijadikan sebagai objek wisata dengan pertimbangan Danau Maninjau akan difokuskan kepada kegiatan konservasi, sehingga tidak akan dikembangkan kepada kegiatan yang berkaitan dengan wisata.

Tabel 36 Penilaian prioritas pengembangan obyek dan daya tarik wisata alam

Obyek Parameter Status Obyek

I II III IV Total

Aia Tigo Raso 60 60 30 90 240 Utama Aia Tajun Cikalo 20 90 30 90 230 Utama Aia Tajun Lubuak Sao 20 90 30 90 230 Utama Pulau Legenda Angso Duo 60 60 30 60 210 Utama Taman Wisata Muko-Muko 20 90 30 60 200 Pendukung Kawasan Wisata Linggai 40 60 30 30 160 Pendukung Persawahan Masyarakat 60 90 30 90 270 Utama Hutan Adat Masyarakat 40 90 30 90 250 Utama Sarasah Gasang 20 90 30 90 230 Utama Aia Angek Panurunan 60 60 30 90 240 Utama Hutan dan Tebing Tanjung Sani 60 90 30 90 270 Utama Pangka Tanjuang 60 90 30 90 270 Utama


(50)

34

Gambar 13 Peta persebaran obyek wisata Kecamatan Tanjung Raya berdasarkan prioritas pengembangan


(51)

35 Adat Masyarakat Setempat

Masyarakat Kawasan Danau Maninjau didominasi oleh Suku Minangkabau yang masih memegang erat adat istiadat dari nenek moyangnya dalam segala aspek. Hal ini terlihat jelas dalam hak milik tanah dari masing-masing keluarga dan ketatnya aturan untuk mengembangkan potensi tanah yang mereka miliki. Hal ini kerap kali menjadi kendala bagi pemerintah setempat untuk mengembangkan potensi yang dapat meningkatkan perekonomian warga, terutama dalam bidang pariwisata, sehingga dalam beberapa tahun terakhir wisata di Kawasan Danau Maninjau tidak berkembang.

Disisi lain, masyarakat Kawasan Danau Maninjau masih memelihara beberapa kesenian dan adat-adat setempat, seperti pertunjukan seni, pernikahan, dan acara-acara untuk menyambut hari-hari khusus (Tabel 37).

Tabel 37 Kegiatan adat dan kesenian di kawasan Danau Maninjau

Nama Kesenian Lokasi Keterangan

Tambua Tansa Koto Gadang Koto Kaciak Paninjauan Koto Malintang

Merupakan permainan anak muda untuk mengisi acara-acara adat seperti pernikahan dan pengangkatan kepala adat (panghulu) dengan memainkan alat musik instrumen pukul seperti gandang, tambua, tansa, dan variasi alat musik lainnya.

Talempong Uwai-uwai Koto Malintang VI Koto Koto Gadang Koto Kaciak Paninjauan Balai Belo

Permainan musik dengan alat musik tradisional, yaitu talempong, semacam alat music yang terbuat dari besi tembaga yang dipukul, sehingga mengahasilkan bunyi yang berbeda antara talempong satu dengan yang lainnya. Istimewanya adalah talempong uwai-uwai ini dimainkan oleh orang tua yang berumur diatas 50 tahun.

Randai Cicawan Balai Akad, Nagari Bayur

Perpaduan antara seni musik, teater, dan silat yang menyajikan kisah-kisah rakyat.

Silek Ampek Langkah

Linggai Koto Gadang

Pertunjukan seni bela diri, yang merupakan aliran khas dari Kabupaten Agam. Permainan ini dilakukan oleh anak-anak muda di Kawasan Danau Maninjau

Rabana Masing-masing Nagari

Permainan musik dengan menggunakan rebana yang diiringi oleh nyanyian-nyanyian islami. Pertunjukan ini dilakukan oleh ibu-ibu pengajian yang berasal dari masing-masing surau di Kawasan Danau Maninjau

Rakik-Rakik Danau Maninjau Acara tahunan yang diselenggarakan untuk menyambut bulan suci Ramadhan di Danau Maninjau dengan menggunakan sampan-sampan masyarakat dan dihiasi oleh lampu-lampu. Namun acara ini sudah sangat jarang dilakukan dalam beberapa tahun terakhir.

Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Agam dan Pengamatan Lapang, 2014

Masyarakat Danau Maninjau pada dasarnya berakar dari budaya bertani, berdagang, dan merantau di luar daerah. Hal ini terlihat dari besarnya penggunaan lahan di kawasan Danau Maninjau sebagai daerah pertanian, terutama sawah. Namun sejak diperkenalkannya budaya keramba yang memiliki nilai ekonomis


(52)

36

tinggi, sebagian besar masyarakat mulai meninggalkan kegiatan bercocok tanam dan berubah ke perikanan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa pihak terkait seperti datuak, peneliti, dan instansi-instansi terkait, masyarakat di Kawasan Danau Maninjau telah jauh meninggalkan pola kehidupan yang berbasis kepada kearifan lokal dan lebih memilih untuk mengeruk keuntungan besar dengan menggunakan Danau Maninjau sebagai medianya. Dalih-dalih menggunakan sumber daya adat, ternyata masyarakat telah menuju ke tingkat eksploitasi Danau Maninjau melalui pengembangan sistem perikanan keramba.

Dasarnya, masyarakat minangkabau memegang prinsip yang berasal dari petuah adat,”Alam takambang jadi guru”, yakni sebuah petuah adat yang mengajarkan manusia untuk belajar dari peristiwa-peristiwa alam yang terjadi. Sebagai contoh di Danau Maninjau adalah peristiwa tubo, yaitu peningkatan jumlah kadar belerang secara alami akibat aktivitas Gunung Marapi dan Singgalang yang mengakibatkan ikan-ikan masyarakat mati, namun tidak sebanyak saat ini. Pihak LIPI menyatakan bahwa pada dasarnya tubo merupakan peristiwa alamiah yang tidak membahayakan ikan-ikan di Danau Maninjau, bahkan tubo adalah proses pencucian hara secara alami yang dapat meningkatkan kesuburan danau dan meningkatkan produksi tanaman-tanaman air dan alga yang tidak beracun bagi ikan-ikan. Namun kondisinya saat ini, masyarakat selalu menganggap bahwa setiap terjadi pergerakan angin dengan kecepatan tinggi akan menyebabkan tubo di Danau Maninjau. Di sisi lain, pihak Limnologi LIPI Maninjau beranggapan bahwa tubo yang dimaksud oleh masyarakat adalah pergolakan arus bawah yang mengakibatkan terangkatnya zat-zat organik hasil reaksi endapan sisa pakan ikan dalam kondisi anaerob yang menyebabkan keracunan bagi ikan-ikan masyarakat.

Kegiatan kebudayaan yang mencerminkan kebersamaan masyarakat minang di Kawasan Danau Maninjau juga sudah mulai terkikis. Hal ini terlihat mulai hilangnya budaya kebersamaan dalam melaksanakan acara-acara seperti nikahan, mendirikan rumah, dan menyambut ramadhan. Berdasarkan wawancara dengan Kabid. Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Agam, budaya nikahan yang terdiri dari beberapa prosesi yang dilaksanakan bersama-sama dengan tetaangga sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat, sehingganya sangat sulit untuk melihatnya saat ini. Begitu juga dengan budaya malamang, yaitu budaya membuat lamang bersama-sama yang dimulai dari mencari bambu di hutan bersama-sama dan diakhiri dengan pembagian lamang tersebut.

Analisis Kepekaan Fisik Erosi

Kepekaan fisik erosi kawasan dianalisis dengan mengacu kepada metode penilaian lahan kritis yang ditetapkan berdasarkan S.K. Menteri Pertanian No. 837/Kpts/Um/11/1980 yang menggunakan peta klasifikasi kemiringan lahan (Gambar 15), peta klasifikasi jenis tanah (Gambar 16), dan data curah hujan sebagai bahan pendekatan penilaian. Hasil dari analisis ini merupakan dasar dalam perencanaan penggunaan dan pengembangan tapak selanjutnya.


(53)

37

Gambar 14 Peta topografi Kecamatan Tanjung Raya Sumber : Bappeda Kabupaten Agam, 2014


(54)

38


(55)

39

Gambar 16 Peta klasifikasi jenis tanah Kecamatan Tanjung Raya Sumber : Dishutbun Agam, 2014


(56)

40

Aspek Iklim

Kecamatan Tanjung Raya berada pada ketinggian 415 mdpl dan dikelilingi oleh bukit-bukit yang menyebabkan secara umum memiliki iklim sejuk. Berdasarkan (Agam dalam Angka, 2013), Curah hujan rata-rata (mm/hari) Kawasan ini adalah 6.85 – 9.59 dengan kelembaban udara sebesar 84%. Mengacu kepada metode penilaian kepekaan fisik, dengan curah hujan 6.85 – 9.59 mm/hari maka Kawasan Danau Maninjau mendapatkan skor 10 untuk aspek iklim dalam penilaian kesesuaian lahan. Hal ini mengindikasikan bahwa curah hujan di Kecamatan Tanjung Raya tidak berperan secara signifikan terhadap tingkat kepekaan erosi kawasan.

Hasil Analisis Kepekaan Fisik

Berdasarkan overlay dan penilaian terhadap aspek-aspek tersebut maka didapatkan peta kepekaan fisik erosi yang menunjukkan tingkat kerawanan untuk mengembangkan area-area tersebut yang digambarkan pada (Gambar 17). Terdapat tiga kategori kepekaan fisik erosi di Kawasan Danau Maninjau, dengan data sebagai berikut (Tabel 38).

Berdasarkan analisis tersebut, dapat dikatakan bahwa Kawasan Danau Maninjau didominasi oleh kawasan dengan karakter kepekaan terhadap erosi yang rendah. Hal ini memiliki arti bahwa kawasan-kawasan tersebut dapat dikembangkan tanpa harus melakukan rekayasa yang banyak untuk mencegah erosi. Kawasan dengan kepekaan erosi yang rendah dapat dikembangkan menjadi kawasan peruntukan wisata, kawasan dengan kepekaan erosi yang sedang dapat difungsikan sebagai kawasan penyangga, pemukiman, dan kawasan lindung, dan kawasan kepekaan tinggi difokuskan untuk kawasan lindung.

Tabel 38 Hasil analisis kepekaan fisik erosi kawasan

Karakter Kepekaan Fisik Erosi Luasan (Ha) Persentase (%)

Kepekaan Rendah 8028.43 58.89

Kepekaan Sedang 908.68 6.67

Kepekaan Tinggi 4693.88 34.43


(57)

41


(58)

42

Preferensi dan Akseptibilitas

1. Adat dan Batasan Pengembangan Kawasan

Masyarakat di Kawasan Danau Maninjau merupakan masyarakat yang masih memegang teguh adat-istiadat. Salah satunya adalah terkait dengan kepemilikan lahan. Menurut Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Agam, kepemilikan tanah adat merupakan jumlah yang paling mendominasi, yaitu 82.75 %. Kondisi ini merupakan hal yang dapat menyulitkan pemerintah dalam pengembangan kawasan dalam hal klaim lahan.

Berdasarkan wawancara dengan datuak dari Nagari Maninjau, yang merupakan nagari dengan jumlah akomodasi penginapan paling dominan diantara nagari-nagari lainnya di Kawasan Danau Maninjau, masyarakat di lingkar Danau Maninjau terbuka untuk pengembangan dalam hal wisata, namun melalui perundingan dengan pihak adat.

2. Preferensi Pengembangan oleh Ahli

Berdasarkan wawancara dengan pihak Limnologi LIPI Danau Maninjau, hal yang dibutuhkan untuk pengembangan Danau Maninjau sebelum kepada tahap pengembangan wisata adalah perbaikan kualitas air danau dan cara untuk menjaga kualitas dan kuantitas air danau.

Bapak Agus (Pihak Limnologi LIPI Danau Maninjau) menyebutkan bahwa salah satu cara untuk mengembalikan kualitas air Danau Maninjau adalah dengan menjaga jumlah keramba jaring apung yang terdapat di Danau Maninjau sesuai dengan daya dukung yang mampu ditunjang oleh Danau Maninjau. Lebih lanjut beliau menyatakan bahwa terdapat penelitian terdahulu yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Bung Hatta Sumatera Barat yang menyatakan bahwa jumlah keramba yang dapat didukung oleh Danau Maninjau adalah sekitar 6000 KJA, sedangkan pada saat ini terdapat sekitar 15 051 KJA, sehingga perlu dilakukan pemangkasan jumlah KJA dan zonasi lokasi yang tepat untuk mengembangkan 6000 Keramba Jaring Apung yang dimaksud.

Sedangkan untuk menjaga kuantitas air di Danau Maninjau beliau menyatakan bahwa perlu dilakukan koordinasi dengan kecamatan-kecamatan lain yang terdapat di DAS Antokan, terutama pada kecamatan-kecamatan yang memiliki lokasi daerah tangkapan air, seperti Kecamatan Matur, untuk menjaga hutan yang dimiliki, karena sekitar 90% air dari Danau Maninjau berasal dari aliran air tanah .

3. Rencana Pengembangan Pemerintah Daerah

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Umum Kabupaten Agam telah memiliki rencana-rencana pengembangan bidang wisata yang diharapkan dapat meningkatkan minat wisata dari wisatawan. Berdasarkan penuturan pihak Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Umum Kabupaten Agam, terdapat 17 Ha lahan yang telah dibebaskan oleh pemerintah daerah untuk dikembangkan menjadi lokasi wisata, yaitu di Kawasan Wisata Linggai namun masih menunggu investor untuk masuk mengembangkan lokasi tersebut. Selain itu ada rencana pemerintah untuk membangun kereta gantung yang menghubungkan Puncak Lawang dengan Kawasan Danau Maninjau untuk memudahkan wisatawan menikmati pemandangan Danau Maninjau dari sudut pandang yang lebih tinggi, namun untuk lokasi pembangunannya masih belum diketahui.


(1)

77

Lampiran 6 Potensi wisata kegiatan minat khusus di kawasan Danau Maninjau

No Kegiatan Lokasi

1 Berburu Babi Hutan Kelok 44

2 Paralayang Puncak Lawang – Bayur

3 Rafting Batang Antokan

4 Sepeda Gunung Kelok 44

5 Off Road Paninjauan

(sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Agam, 2014)

Lampiran 7 Potensi wisata sejarah dan budaya kawasan Danau Maninjau

No. Nama Benda Cagar Budaya Lokasi

1 Benteng Jepang Muko-Muko Nagari Muko-Muko

2 Makam Engku Lareh Koto Kaciak Nagari Koto Kaciak 3 Rumah Gadang Engku Lareh Paninjauan Nagari Paninjauan

4 Rumah Batu Putiah Dalimo Nagari Bayur

5 Cabang Rumah Tahanan Negara Bukittinggi Nagari Maninjau

6 Kantor Polsek Maninjau Nagari Maninjau

7 Guess House Annisa Nagari Maninjau

8 Rumah Batu Tuo Pasar Maninjau Nagari Maninjau 9 Rumah Batu Anduang Cimpuak Nagari Maninjau 10 Rumah Batu Tuo Usman Bagindo Pangulu Rajo

Silek

Nagari Maninjau

11 Rumah Rasuna Said Nagari Maninjau

12 Guess House Mutiara Nagari Maninjau

13 Masjid Ummilqura 1907 Nagari Maninjau

14 Rumah Eks Controlleur 1916 Nagari Maninjau 15 Masjid Syeikh Karim Amrullah Nagari Sungai Batang 16 Rumah Gadang Baanjuang Nagari Sungai Batang 17 Rumah Bapak Hasanur / Ibu Fahrani Nagari Sungai Batang

18 Rumah Sutan Basa Nagari Sungai Batang

19 Makam Syekh Dr. H. A. Karim Amrullah Nagari Sungai Batang

20 TK Aisyiah Nagari Sungai Batang

21 Rumah Angku Lareh Koto Piliang Nagari Sungai Batang 22 Rumah Angku Damang Chaniago Nagari Sungai Batang (sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Agam, 2014)

Lampiran 8 Akomodasi dan lokasi penginapan di kawasan Danau Maninjau

Nama Penginapan Lokasi

Hotel Maninjau Indah Maninjau

Hotel Pasir Panjang Permai Gasang

Hotel Tan Dirih Gasang

Hotel Mutiara Danau Maninjau

Arlenoval Paradiso Maninjau

Bayur Beach Inn Bayur

Batu Carano Bayur

Rully Home Stay Bayur

Lilis Home Stay Bayur

Ananda Guess House Maninjau

Palanta Home Stay Maninjau


(2)

78

Lampiran 8 Akomodasi dan lokasi penginapan di kawasan danau maninjau

(lanjutan)

Nama Penginapan Lokasi

Family Guess House Maninjau

Pondok Impian Guess House Gasang

Pilie Home Stay Maninjau

Pondok Tiens Maninjau

Beach Guest House Maninjau

Febbi Home Stay Maninjau


(3)

79

Lampiran 9 Perbesaran rencana lanskap wisata alam kawasan Danau Maninjau


(4)

80

Lampiran 10 Ilustrasi Kegiatan Wisata di Kawasan Danau Maninjau


(5)

81


(6)

82

RIWAYAT HIDUP

Altrifianus Akbar merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari

pasangan Yulianus Syofyan dan Azni Gayatri. Penulis lahir pada tanggal 22

Desember 1992 di Jakarta. Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 1996

di TK Aisyiyah Bekasi, pada tahun 1998 penulis melanjutkan pendidikan di SD

Pertiwi 2 Padang. Pada tahun 2004 penulis melanjutkan pendidikan di SMPN 7

Padang, tahun 2005 penulis melanjutkan pendidikan di SMPN 8 Padang, dan pada

tahun 2007 melanjutkan pendidikan di SMAN 3 Padang dan lulus pada tahun

2010. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada

program mayor Arsitektur Lanskap di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas

Pertanian melalui jalur masuk Ujian Talenta Mandiri Institut Pertanian Bogor

(UTM). Dalam memenuhi syarat kelulusan, penulis mengambil program Minor

Konservasi Sumberdaya Hayati dan Ekowisata di Departemen KSHE, Fakultas

Kehutanan. Selama masa studi di IPB penulis aktif mengikuti kegiatan organisasi

kemahasiswaan IPB dengan menjadi Anggota Divisi

Human Resources

Development International Association of Aagriculture Student (IAAS) 2010/2012

serta aktif di berbagai kegiatan kepanitiaan yang diadakan di lingkungan kampus

IPB. Penulis juga memiliki pengalaman beberapa proyek pengembangan

lingkungan seperti Review Tata Hijau di VIMALA Residence, Gadog dan

Perancangan Taman Welcome Area Rektorat Universitas Padjadjaran.