PERANAN MISSIONAR PETER HINRICH JOHANSEN DALAM PENYEBARAN AGAMA KRISTEN PROTESTAN DI SILINDUNG (1866-1898).

(1)

PERANAN MISSIONAR PETER HINRICH

JOHANSEN DALAM PENYEBARAN AGAMA

KRISTEN PROTESTAN DI SILINDUNG

(1866-1898)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Sejarah

Oleh :

BERKAT PANGGABEAN

3103121008

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2014


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Berkat Panggabean. NIM. 3103121008. Peranan Missionar Peter Hinrich Johansen Dalam Penyebaran Agama Kristen Protestan Di Silindung (1866-1898). Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Medan. Medan. 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang proses penyebaran Agama Kristen Protestan oleh Missionar Johansen di Silindung, untuk mengetahui bagaimana kondisi religi masyarakat Silindung/Pansurnapitu sebelum dan sesudah kedatangan Missionar Johansen, untuk mengetahui apa saja buah dari peranan yang dilakukan Missionar Johansen dalam menyebarkan Agama Kristen Protestan di Silindung.

Penelitian ini merupakan penelitian Historis dengan data kualitatif. Dengan mengumpulkan data-data, penulis melakukan penelitian kepustakaan dengan mengumpulkan buku-buku, dokumen, artikel, naskah, dan sejenisnya. Selain itu untuk mendukung data, penulis juga melakukan penelitian lapangan (Field Research) dengan observasi, wawancara dan data dokumentasi yang berhubungan dengan Peranan Missionar Peter Hinrich Johansen dalam Penyebaran Agama Kristen Protestan di Silindung (1866-1898). Dalam penelitian ini penulis mendatangi dan mewawancarai orang-orang yang kemungkinan mengetahui tentang Peranan Missionar Peter Hinrich Johansen dalam Penyebaran Agama Kristen Protestan di Silindung/Pansurnapitu seperti Pendeta, Guru Jemaat, Penatua Senior dan tokoh masyarakat yang ada di Pansurnapitu.

Dari hasil penelitian yang dilakukan maka diketahui bahwa sebelum adanya Missionar Johansen di Pansurnapitu, masyarakat saat itu sudah memiliki religi sendiri, berupa kepercayaan kepada sombaon (berhala). Setelah kedatangan Missionar Johansen sejak tahun 1866, masyarakat berangsur-angsur mau menerima ajaran Missionar Johansen dan mau dibaptis menjadi Kristen. Berbagai buah peranan yang dilakukan Missionar Johansen seperti Mendirikan Gereja pada tanggal 29 Maret 1867 di lokasi sombaon (berhala) aek namulbas. Selain mendirikan Gereja, Missionar Johansen juga menjadi satu guru dari tiga missionar yang menjadi guru pada sikkola mardalan-dalan (sekolah berjalan-jalan) mulai tahun 1873-1877. Sekolah ini kemudian ditutup pada tahun 1877 dan didirikan seminari yaitu sekolah Guru Jemaat dan pendeta yang ada di Pansurnapitu. Seminari ini merupakan cikal bakal dari Seminarium dan STT HKBP yang ada pada saat ini. Disela-sela kesibukannya dalam menyebarkan injil Missionar Johansen juga berhasil menerjemahkan Perjanjian Lama ke dalam bahasa Batak Toba dimana menjelang tahun 1894 sudah rampung secara keseluruhan.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih karunia dan anugerahnya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan dengan judul “Peranan Missionar Peter Hinrich Johansen Dalam Penyebaran Agama Kristen Protestan Di Silindung (1866-1898)”.

Dalam menulis Skripsi ini penulis sudah berusaha seoptimal mungkin untuk memberikat hasil yang terbaik, namun sebagai manusia biasa yang memiliki keterbatasan kemapuan dan pengetahuan, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kelemahan. Oleh karena itu, masukan berupa saran serta kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini kelak.

Dalam melaksanakan penelitian maupun penulisan Skripsi ini, penulis banyak mendapat dukungun dan bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si. selaku Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Bapak Dr. H. Restu, MS. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial. 3. Bapak dan Ibu pembantu Dekan Fakultas Ilmu Sosial.

4. Ibu Dra. Lukitaningsih, M.Hum selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah UNIMED dan Ibu Dra. Hafnita Sari Dewi Lubis, M.Si selaku sekretaris Jurusan Pendidikan Sejarah.


(7)

5. Ibu Dra. Flores Tanjung, M.A selaku dosen pembimbing skripsi penulis yang banyak memberikan bibmbingan, arahan, masukan, dan pemikiran dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Tappil Rambe, S.Pd, M.Si selaku dosen pembimbing akademik dan penguji penulis yang banyak memberikan bimbingan kepada penulis selama duduk di bangku perkuliahaan.

7. Bapak Dr. Phill Ichwan Azhari, MS selaku dosen penguji ahli yang telah banyak memberikan pemikiran dan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Ibu Dra. Lukitaningsih, M.Hum selaku dosen pembanding ahli yang banyak memberikan pandangan serta masukan bagi penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

9. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Sejarah serta tata usaha, terimakasih atas semua ilmu yang diberikan selama penulis duduk di bangku kuliah.

10.Terkhusus kepada Orangtua penulis, Among Parsinuan Dahlan Winner Panggabean dan Inong Pangittubu Roslyi Situmorang atas segala kasih sayang yang tak terhingga dan buat segala pengorbanan yang diberikan kepada penulis selama perkuliahan dan sampai penulisan skripsi ini dan meraih gelar Sarjana Pendidikan. Semua ini penulis persembahkan buat kedua orangtua penulis.

11.Kepada akkang dan ito penulis, Akkang Hendra Panggabean, SE, Akkang Boru Marisi Situmorang, Akkang Nasib M Panggabean, S.Pd, Akkang Boru Desi Tambun, Akkang Pratu Riomart Panggabean, Akkang Andreas


(8)

Panggabean, Amd dan ito Roswin Panggabean dan ito Nerly Panggabean terimaksih penulis ucapkan atas dukungan dan semangat yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Mauliate godang di hamu sude akkang ni iba dohot iboto ni iba.

12.Kepada seluruh keluarga penulis keluarga Amangtua Nursani, keluarga Amangtua Gusti, keluarga Uda Widia, keluarga Uda Davit, keluarga Amangboru Simbolon/boru Panggabean, keluarga Nadeak/boru Panggabean terimakasih atas segala dukungan kepada penulis.

13.Kepada Bapak/ibu pegawai di Kantor Bappeda Taput, Kantor Kesbang Taput, Kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Taput, Kantor BPS Taput, Kantor Kecamatan Siatas Barita dan Perpustakaan Daerah dan Arsip Taput atas segala bantuan dalam mengurus administrasi dan data selama peneliti melakukan penelitian.

14.Kepada informan penulis Pdt. R.R Siahaan, selaku Pendeta HKBP Pansurnapitu, serta Guru P. Sipahutar selaku Guru Jemaat HKBP Pansurnapitu dengan segala ketulusan memberikan informasi yang relevan dengan penelitian penulis.

15.Kepada informan Bapak Sahala Pasaribu, Bapak St. Parluhutan Panggabean, Bapak St. Amin Panggabean yang telah banyak memberikan informasi yang sesuai dengan apa yang ingin penulis peroleh dan segala kehangatan yang penulis dapatkan saat penulis berkunjung ke kediaman masing-masing informan.


(9)

16.Kepada wanita spesial dalam hati penulis Desi Ratnasari Manurung, terimakasih atas segala dukungan selama ini, semoga kita dapat mendapatkan cita-cita kita yang impikan.

17.Nantulang Boru Aritonang, Tulang M Manurung dan Nantulang M Siagian, terimaksih atas segala bimbingan kepada penulis selama ini. 18.Oppung kos, oppung Siregar dan keluarga atas segala dukungan kepada

penulis selama ini.

19.Teman-teman kos di Jalan Pasar 3 Gang Bunga Matahari No. 8, Carles, Dwi, Bang Andolin dan Bang Juven, terimakasih atas semua kebersamaan kita selama ini.

20.Seluruh teman-teman DUBIDU 2010, Jems, Rinces, Santi, Sonti, Renata, Frianko, Davit H, Davit S, Erianto, Dimas, Yaena, Yustini dan yang lain yang tidak bisa saya tuliskan satu persatu, semoga kebersamaan semasa SMA tetap bisa kita jaga, sukses untuk kita semua dan tercapai angan dan cita-cita kita semua.

21.Sahabat penulis seluruh kawan-kawan Kelas A-Reguler 2010, Agus, Aina, Arinda, Ayu, Boy, Candra, Iqbal, Dedi, Dilla, Dora, Eka, Elya, Eros, Radius, Irma, Evan, Fatwa, Febri, Ferry, Fitri, Flora, Frianko, Hesry, Hetti, Hotresly, Indri, Jarahman, Josrai, Juliar, Junita, Budi, Hadi, Mariya, Morris, Muna, Naomi, Nelly, Nirwan, Norma, Nur Indah, Nurhairina, Pratica, Putri, Riduan Edo, Rima, Rio, Muslim, Rode, Sugi, Susi, Tono, Windah, Yosep, Zarahman, terimakasih atas kebersamaan selama ini semoga kita bisa mengejar cita-cita masing-masing.


(10)

22.Seluruh teman-teman stambuk 2010 yang telah banyak memberikan dukungan dalam proses perkuliahaan. Terimakasih juga buat teman-teman satu PS atas dukungan satu sama lain.

23.Seluruh kawan-kawan yang tergabung dalam PANSER FC, Bang Daniart, Frianko, Tono, Radius, Josrai, Agus, Boy, Morris, Rio, Yosep, Risky, Marihot, Treboy, Jenry, Berkat Gea, Renhard, Rades, Candra Canon, Cosmos, Damson atas segala kebersamaan suka dan duka yang kita jalani, serta dukungan satu sama lain. Semoga persahabatan kita tidak hanya sampai di masa perkuliahan.

24.Seluruh saudara/I yang tergabung dalam IMKRIS UNIMED, atas segala kebersamaan dalam melayani satu sama lain dan dukungan dalam proses perkuliahan.

25.Seluruh saudara/I yang tergabung dalam GMKI Komisariat FIS UNIMED atas segala ilmu yang boleh penulis peroleh dan kebersamaan yang selama ini kita jalani.

26.Seluruh saudara/I yang tergabung dalam NHKBP Tegal Rejo Medan, Lamro, Samuel, Jefri, Steven, Monang, Pinta, Anggi, Bang Maruli dan semua yang tidak dapat saya tuliskan satu persatu, atas segala kebersamaan yang kita lalui selama ini.

27.Teman-teman satu PPLT SMP N 1 Balige, Lamtio, Hertina, Lien, Gusti, Eflinda, Rahmad, Siska, Riris, Lufita, Tri, Lincon, Bang Fitra, Ellinora, Debbi, Priska, Ernika dan terimakasih atas segala kebersamaan dan


(11)

dukungan yang selama ini diberikan kepada penulis. Semoga kita dapat meraih segala kesuksesan yang kita impikan.

Skripsi ini bisa terselesaikan berkat bantuan dan doa dari semua pihak. Dan kepada teman-teman dan pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satupersatu namanya. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi semua pembaca.

Medan, Februari 2014 Penulis

Berkat Panggabean NIM. 3103121008


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah Pegawai (PNS/CPNS) Tingkat Kecamatan Menurut Instansi/Kantor dan Golongan Kepangkatan Kecamatan Siatas Barita 2011 ... 32 Tabel 2. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Desa/Kelurahan Kecamatan Siatas Barita 2011 ... 33 Tabel 3. Jumlah Sekolah Menurut Desa/Kelurahan dan Jenjang Sekolah Kecamatan Siatas Barita 2011 ... 34

Tabel 4. Luas Lahan Sawah Menurut Desa/Kelurahan dan Jenis Irigasi 2011 (Ha).. ... 35

Tabel 5. Populasi Usaha Hasil SE06 L2 Menurut Kategori Dan Desa/Kelurahan 2006 ... 36


(13)

DAFTAR ISTILAH

Begu : Roh yang ditakuti

Debata Mulajadi Nabolon : Tuhan Yang Maha Kuasa

Dolok : Bukit

Guru Bolon : Guru Besar

Guru Huria : Guru jemaat

Halonganan : Keajaiban

Mardalan pat : Jalan kaki

Pargodungan : Pos/tempat menyebarkan Injil Parsombaonan : Tempat pemujaan berhala

Porang : Perang

Raja Huta : Kepala Kampung

Rura Silindung : Lembah Silindung Seminarium : Sekolah Pendeta Sibontar Mata : Mata putih Sikkola mardalan-dalan : Sekolah Berjalan

Sombaon : Berhala

Sopo : Gubuk

Sumangot ni Daompung : Pesan-pesan leluhur

Tardidi : Dibaptis


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Pedoman Observasi ... 1

Lampiran 2. Daftar Pedoman Wawancara ... 2

Lampiran 3. Daftar Informan ... 3

Lampiran 4. Foto-foto penelitian ... 5

Lampiran 5. Foto-foto peneliti saat melakukan wawancara dengan informan . 12 Lampiran 6. Peta lokasi penelitian ... 14


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia merupakan negara yang masyarakatnya bebas memeluk Agama dan Kepercayaannya masing-masing. Dimana salah satu agama tersebut adalah Agama Kristen Protestan, yang merupakan salah satu dari 6 (enam) Agama di Indonesia yang diakui secara hukum. Dimana sebagian besar penduduk di Provinsi Sumatera Utara menganut Agama ini. Secara khusus suku Batak Toba yang berdiam di daerah Tapanuli.

Penyebaran Agama Kristen Protestan di Tapanuli dimulai pada tahun 1861, dimana awalnya Zending melakukan penyebaran di daerah Tapanuli bagian selatan, di daerah Parau Sorat, Sipirok.

Seperti dinyatakan dalam Almanak HKBP 2006 (2006 : 392) dituliskan bahwa “31 Maret na parjolo tardidi sian halak Batak, ima Simon Siregar dohot

Jakobus Tampubolon nididihon ni Pdt Van Asselt di Sipirok”. Diterjemahkan secara bebas “Pada Tanggal 31 Maret 1861 orang batak pertama yang dibaptis adalah Simon Siregar dan Jakobus Tampubolon oleh Pendeta Van Asselt di sipirok.

Akan tetapi di Tapanuli bagian selatan Agama Kristen Protestan kurang mendapat perhatian dari masyarakat kerena penduduknya sudah terlebih dahulu


(16)

menerima dan menganut agama Islam. Agama Islam masuk dan berkembang di Tapanuli bagian selatan tidak terlepas dari keberadaannya yang dekat dengan Sumatera Barat yang pada saat itu, masyrakatnya mayoritas menganut agama Islam.

Pada bulan Mei 1964 , barulah daerah Tapanuli bagian utara yang menjadi bagian dari fokus penyebaran Agama Kristen Protestan setelah Missionar IL. Nommensen yang diutus oleh Rheinische Missions Gesellschaft (RMG) yaitu suatu badan Zending dari Jerman, melakukan upaya penyebaran ke daerah

Silindung, yang sekarang dikenal sebagai Kota Tarutung yang merupakan daerah dari 3 (tiga) kecamatan di Tapanuli Utara, yaitu Kecamatan Tarutung, Kecamatan Sipoholon dan Kecamatan Siatas Barita. Dimana Pargodungan (pos) pertama yang menjadi pusat penyebaran injil di Silindung terletak di Huta Dame Desa Sait Ni Huta. Dengan merujuk pada tahun 1861, awal masuknya Agama Kristen tersebut, maka pada tahun 2011 lalu masyarakat Batak Toba yang beragama Kristen Protestan secara Khusus Jemaat HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) merayakan acara Jubileum 150 tahun injil masuk ke Tanah Batak.

Sejarah penyebaran Agama Kristen Protestan di Silindung selama ini kebanyakan masyarakat secara khusus jemaat HKBP beranggapan sebagai buah kerja keras dari Missionar IL Nommensen seorang. Memang apa yang diperbuat oleh Beliau dalam menyebarkan injil di Silindung tidak dapat dipungkiri, tetapi tidaklah injil dengan cepat menyebar luas tanpa adanya bantuan dari missionar yang lainnya yang turut serta dalam upaya penyebaran Agama Kristen Protestan di Silindung dan kedaerah yang lainnya.


(17)

Setelah Missionar IL. Nommensen mendapat simpati dari masyarakat Silindung, maka banyak penduduk yang ingin dibaptis dan menjadi umat Kristen Protestan. Dengan makin bertambahnya permintaan dari masyarakat maka beliau pun meminta kepada RMG supaya mengirimkan missionar yang lain untuk mendukung pelayanannya di Silindung.

Dalam Pasaribu (2004:133) dituliskan bahwa :

“Missionar Nommensen berulang-ulang menulis ke Kongsi

Barmen (RMG) tentang keberhasilannya memberitakan Injil di Silindung, dia meminta agar segera dikirim beberapa orang lagi missionar untuk membantunya memberitakan Firman Tuhan”.

Maka pada tahun 1866, RMG mengutus Pendeta Peter Hinrich

Johansen untuk mendampingi Ompui Nommensen dalam menyebarkan Injil di

Silindung, tetapi setelah sampai di Silindung Johansen tidaklah langsung ikut serta dalam menyebarkan Injil. Peter Hinrich Johansen lahir pada tanggal 9 November 1839 di Weddingstedt, Jerman. Johansen juga seorang lulusan sekolah Pendeta dari RMG dan menjadi missionar kedua yang diutus oleh kongsi RMG ke Silindung. Beliau terlebih dahulu melakukan adaptasi dengan kehidupan masyarakat Batak Toba di daerah Silindung, dimulai dengan belajar bahasa dan adat-istiadat dari masyarakat Silindung.

Melihat keadaan Huta Dame yang sudah bisa dipimpin oleh Missionar IL Nommensen sendiri, dengan kesepakan bersama kedua missionar ini mencari pos kedua yang akan dijadikan sebagai pusat dalam menyebarkan injil di daerah Silindung. Dalam Pasaribu (2008:48) dituliskan bahwa Saitnihuta yang pertama, Pansurnapitu yang kedua, Silindung telah menerima Kerajaan Sorga.


(18)

Setelah mencari tempat untuk penyebaran injil, maka Desa Pansurnapitu menjadi tempat yang jadi pilihan untuk dijadikan pos kedua, karena para Raja Kampung (Raja Huta) memberikan ijin untuk mendirikan pos di desa tersebut. Walau desa tersebut terkenal angker dan merupakan tempat untuk pemujuan roh-roh nenek moyang (Sombaon), akan tetapi Missionar Johansen tidaklah takut dan gentar sebab ini sudah merupakan tugas panggilan bagi dirinya untuk melayani dan menyebarkan injil ke masyarakat yang masih menyembah berhala tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang “Peranan Missionar Peter Hinrich Johansen dalam Penyebaran Agama Kristen Protestan di Silindung (Tahun 1866-1898)”, sebab masih terbatas pengetahuan khalayak ramai, khususnya Orang Batak Kristen Protestan secara khusus jemaat HKBP di seluruh dunia tentang siapa itu Johansen dan masih minimnya literatur-literatur, karya ilmiah ataupun hasil penelitian yang menulis tentang Peranan Missionar Peter Hinrich Johansen dalam Penyebaran Agama Kristen Protestan di Silindung.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti mengungkapkan beberapa identifikasi masalah dalam penelitian ini, antara lain :

1. Latar belakang kedatangan Missionar Johansen ke Silindung.

2. Kondisi Religi masyarakat Silindung/Pansurnapitu sebelum kedatangan Missionar Johansen.


(19)

3. Kondisi Religi masyarakat Silindung/Pansurnapitu setelah kedatangan Missionar Johansen

4. Proses penyebaran Agama Kristen Protestan oleh Missionar Johansen di Silindung.

5. Peranan Missionar Johansen dalam Penyebaran Agama Kristen Protestan di Silindung Tahun 1866-1898.

C. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas, penelitian ini dititik beratkan pada “Peranan Missionar Peter Hinrich Johansen dalam Penyebaran Agama Kristen Protestan di Silindung (Tahun 1866-1898)”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana kondisi Religi masyarakat Silindung/Pansurnapitu sebelum kedatangan Missionar Johansen?

2. Bagaimana kondisi Religi masyarakat Silindung/Pansurnapitu setelah kedatangan Missionar Johansen?

3. Bagaimana proses penyebaran Agama Kristen Protestan oleh Missionar Johansen?

4. Bagaimana Peranan Missionar Johansen dalam penyebaran Agama Kristen Protestan di Silindung Tahun 1866-1898?


(20)

E. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kondisi Religi masyarakat Silindung/Pansurnapitu sebelum kedatangan Missionar Johansen.

2. Untuk mengetahui kondisi Religi masyarakat Silindung/Pansurnapitu setelah kedatangan Missionar Johansen.

3. Untuk mengetahui proses penyebaran Agama Kristen Protestan oleh Missionar Johansen.

4. Untuk mengetahui Peranan Missionar Johansen dalam penyebaran Agama Kristen Protestan di Silindung Tahun 1866-1898.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan masukan yang dapat dijadikan sumber bagi peneliti yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut tentang masalah ini.

2. Dapat melatih peneliti untuk membuat karya ilmiah dalam penelitian sejarah yang berkualitas.

3. Untuk memperkaya informasi dan wawasan baik Civitas Akademika UNIMED maupun masyarakat tentang Peranan Missionar Johansen dalam penyebaran Agama Kristen Protestan di Silindung Tahun 1866-1898.


(21)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian di atas maka kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut :

1. Masyarakat yang ada di Pansurnapitu sebelum tahun 1866 atau sebelum kedatangan Missionar Johansen ke daerah tersebut sudah memiliki kebudayaannya sendiri maupun religinya. Kepercayaan yang dianut oleh masyarakat adalah terhadap sombaon (leluhur yang sudah meninggal dan yang menjadi roh alam yang biasanya ada di tempat yang gelap mengerikan).

2. Dari beberapa lembaga zending yang melakukan usaha untuk menyebarkan injil di daerah Batak, secara khusus Silindung, yang paling berhasil adalah lembaga zending RMG (Rheijnische Mission Gesselschaft) atau sering disebut juga sebagai kongsi Barmen, Jerman.

3. Missionar Nommensen merupakan missionar pertama utusan RMG ke Tanah Batak. Pada bulan Mei 1864 (Tepat pada umur 30 tahun), Nommensen memulai misinya di Silindung.

4. Missionar Johansen merupakan missionar kedua yang diutus RMG ke Silindung untuk memenuhi permintaan Missionar Nommensen yang saat itu mengabarkan keberhasilannya dalam menjalankan missinya untuk menyebarkan injil di Tanah Batak.


(22)

5. Maka pada tahun 1866, RMG mengutus Pendeta Peter Hinrich Johansen untuk mendampingi missionar Nommensen dalam menyebarkan Injil di Silindung, tetapi setelah sampai di Silindung missionar Johansen tidaklah langsung ikut serta dalam menyebarkan Injil, akan tetapi beliau terlebih dahulu melakukan adaptasi terhadap kehidupan masyarakat Batak.

6. Setelah mampu menguasai bahasa Batak Toba dengan baik, maka Missionar Nommensen dan Johansen mencari pos kedua untuk dijadikan sebagai tempat untuk menyebarluaskan injil di Silindung. Setelah ditolak dari dan Hutabarat, Hutagalung, Simorangkir dan Desa Sitompul, akhirnya mereka di terima di Pansurnapitu. Pansurnapitu akhirnya dijadikan sebagai pos penyebaran injil yang kedua di Silindung setelah Huta Dame di Desa Saitnihuta.

7. Dalam menjalankan peranannya untuk menyebarkan Agama Kristen Protestan atau injil, Missionar Johansen melakukan berbagai usaha untuk memudahkan injil dapat diterima oleh masyarakat. Salah satu buah peranannya adalah mendirikan gereja. Pada tanggal 29 Maret 1867 gereja didirikan di Desa Pansurnapitu.

8. Selain gereja, dalam menjalankan perananannya Misssionar Johansen juga menjadi guru di sikkola mardalan-dalan atau sekolah berjalan, Mendirikan Sekolah Guru Huria (Guru Jemaat) dan Pendeta (Seminarium) dan Menerjemahkan Alkitab.


(23)

9. Sikkola mardalan-dalan atau sekolah berjalan yang merupakan sekolah guru yang didirikan tahun 1873 Missionar Johansen, bersama Missionar Nommensen (Saitnihuta) dan Mohri (Sipoholon).

10.Missionar Johansen menjadi pelopor dan menjadi pemimpin dalam berdirinya sekolah Guru Jemaat dan Pendeta atau sering disebut Seminarium Pansurnapitu, yang didirikan pada tahun 1877.

11.Disamping itu juga dalam segala kesibukannya untuk menyebarkan injil, Missionar Johansen juga berhasil menterjemahkan Alkitab Perjanjian Lama ke dalam Bahasa Batak Toba yang diselesaikan menjelang tahun 1894.

12.Missionar Johansen menjadi missionar pertama yang wafat dan dikebumikan di Tanah Batak.

B. Saran

Berdasarkan pengalaman saat melakukan penelitian dan analisa terhadap hasil penelitian, penelitin mencoba memberikan saran-saran sebagai berikut :

1. Bagi Masyarakat Setempat

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi sumber pengetahuan sejarah masyarakat terhadap berkembangnya injil di daerah Pansurnapitu dan menjadi bahan refleksi atas kondisi kekristenan yang sekarang yang sudah jauh dari kebiasaan beriman kepada Tuhan.


(24)

Diharapkan hasil penelitian ini menjadi masukan dan tambahan dalam mewujudkan Kota Tarutung, Tapanuli Utara sebagai Kota Wisata Rohani Kristen. Secara khusus kepada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tapanuli Utara untuk memasukkan Pansurnapitu ke peta salah satu tempat wisata rohani di Kabupaten Tapanuli Utara dengan mendirikan bangunan monumental Missionar Johansen di Pansurnapitu.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya, diharapkan hasil penelitian ini menjadi tambahan bahan untuk melakukan penelitian selanjutnya yang lebih rinci terhadap peranan Missionar Johansen dalam penyebaran Agama Kristen Protestan di Silindung serta memberikan pandangan untuk menjadikan Pansurnapitu menjadi salah satu tujuan wisata rohani di Kota Tarutung. Diperlukan juga penelitiaan tentang arsip-arsip missionar di Jerman dengan kajian sejarawan. Perlu juga ada diskusi terbuka antara Uli Kozok dengan Pendeta J.R Hutauruk terkait dengan hasil-hasil penelitian arsip missionar-missionar Jerman yang pernah bekerja di Silindung.


(25)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1991. Psikologi Sosial. Jakarta : Rineka Cipta.

Almanak Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) 2006.Tarutung. Kantor Pusat HKBP Pearaja.

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2011. Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar. Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2012. Siatas Barita Dalam Angka 2012. Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Utara.

Badan Pusat Statistik. 2012. Tapanuli Utara Dalam Angka 2012. Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Utara.

Bintaro dan Surastopo Hadisumarno. 1982. Metode Analisis Geografi. Jakarta : LP3ES.

Fakultas Ilmu Sosial Unversitas Negeri Medan. 2013. Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah. Geertz, Clifford.1992. Kebudayaan dan Agama. Yogyakarta : Kanisius.

Gottschalk, louis. 1985. Mengerti Sejarah. Jakarta : UI Press.

Gultom. I. 2010. Agama Malim di Tanah Batak. Jakarta : Bumi Aksara.

Harianto. 2012. Pengantar Misiologi : Misiologi sebagai Jalan Menuju Pertumbuhan. Yogyakarta : Andi Offset.

Hutauruk, J R. 2011. Lahir, Berakar dan Bertumbuh di dalam Kristus Sejarah 150 Tahun HKBP 7 Oktober 1861-7 Oktober 2011. Tarutung : Kantor Pusat HKBP Pearaja.

Hutauruk, J R. 1986. Tuhan Menyertai Umatnya Garis Besar Sejarah 125 Tahun HKBP 7 Oktober 1861-1986. Tarutung : Kantor Pusat HKBP Pearaja. Koentjaraningrat. 2004. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.


(26)

Koentjaraningrat. 1970. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta : Jembatan.

Koentjaraningrat. 1980. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Radar Jaya Offset.

Kozok, Uli. 2010. Utusan Damai di Kemelut Perang Peran Zending Dalam Perang Toba. Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Lembaga Alkitab Indonesia. 2011. Alkitab Dengan Kidung Jemaat. Jakarta.

Lemp, Walter. 1976. Benih Yang Tumbuh XII Suatu Survey Mengenai Gereja-Gereja di Sumatera Utara. Semarang : Satya Wacana.

Loeb, Edwin M. 2013. Sumatra Sejarah dan Masyarakatnya. Yogyakarta : Ombak.

Munthe, R T, dkk. 2007. Abstraksi Pelayanan Dr. Ingwer Ludwig Nommensen di Tanah Batak.

Panggabean, J. 1957. Jubileum Si 90 Taon ni HKBP Pansurnapitu. Pansurnapitu Pasaribu, Patar. 2004. DR. Ingwer Ludwig Nomensen “Apostel di Tanah

Batak”. Medan : UHN.

Pasaribu, Patar. 2008. Sejarah Ringkas HKBP Pansurnapitu & Warna Sari. Pansurnapitu, Tarutung.

Pedersen, Paul Bodholdt. 1975. Darah Batak dan Jiwa Protestan Perkembangan Gereja-gereja Batak di Sumatera Utara. Jakarta : BPK Gunung Mulia.

Sidjabat, W B. 2007. Ahu Sisingamangaraja. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. Simanjuntak, B A. 2011. Pemikiran Tentang Batak Setelah 150 Tahun Agama Kristen di Sumatera Utara. Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Simatupang, dkk. 2011. Panggilan Orang Kristen Selaku Warga Negara. Medan : Mitra.

Simorangkir, Mangisi. 2011. Napak Tilas Ingwer Ludwig Nommensen. Medan : Mitra

Sitompul, A. A. 1981. Sitotas Nambur Hakristenon Di Tano Batak. Jakarta : Dian Utama.


(27)

Sjamsuddin. Helius. 2012. Metodologi Sejarah. Yogyakarta : Ombak.


(1)

5. Maka pada tahun 1866, RMG mengutus Pendeta Peter Hinrich Johansen untuk mendampingi missionar Nommensen dalam menyebarkan Injil di Silindung, tetapi setelah sampai di Silindung missionar Johansen tidaklah langsung ikut serta dalam menyebarkan Injil, akan tetapi beliau terlebih dahulu melakukan adaptasi terhadap kehidupan masyarakat Batak.

6. Setelah mampu menguasai bahasa Batak Toba dengan baik, maka Missionar Nommensen dan Johansen mencari pos kedua untuk dijadikan sebagai tempat untuk menyebarluaskan injil di Silindung. Setelah ditolak dari dan Hutabarat, Hutagalung, Simorangkir dan Desa Sitompul, akhirnya mereka di terima di Pansurnapitu. Pansurnapitu akhirnya dijadikan sebagai pos penyebaran injil yang kedua di Silindung setelah Huta Dame di Desa Saitnihuta.

7. Dalam menjalankan peranannya untuk menyebarkan Agama Kristen Protestan atau injil, Missionar Johansen melakukan berbagai usaha untuk memudahkan injil dapat diterima oleh masyarakat. Salah satu buah peranannya adalah mendirikan gereja. Pada tanggal 29 Maret 1867 gereja didirikan di Desa Pansurnapitu.

8. Selain gereja, dalam menjalankan perananannya Misssionar Johansen juga menjadi guru di sikkola mardalan-dalan atau sekolah berjalan, Mendirikan Sekolah Guru Huria (Guru Jemaat) dan Pendeta (Seminarium) dan Menerjemahkan Alkitab.


(2)

9. Sikkola mardalan-dalan atau sekolah berjalan yang merupakan sekolah guru yang didirikan tahun 1873 Missionar Johansen, bersama Missionar Nommensen (Saitnihuta) dan Mohri (Sipoholon).

10.Missionar Johansen menjadi pelopor dan menjadi pemimpin dalam berdirinya sekolah Guru Jemaat dan Pendeta atau sering disebut Seminarium Pansurnapitu, yang didirikan pada tahun 1877.

11.Disamping itu juga dalam segala kesibukannya untuk menyebarkan injil, Missionar Johansen juga berhasil menterjemahkan Alkitab Perjanjian Lama ke dalam Bahasa Batak Toba yang diselesaikan menjelang tahun 1894.

12.Missionar Johansen menjadi missionar pertama yang wafat dan dikebumikan di Tanah Batak.

B. Saran

Berdasarkan pengalaman saat melakukan penelitian dan analisa terhadap hasil penelitian, penelitin mencoba memberikan saran-saran sebagai berikut :

1. Bagi Masyarakat Setempat

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi sumber pengetahuan sejarah masyarakat terhadap berkembangnya injil di daerah Pansurnapitu dan menjadi bahan refleksi atas kondisi kekristenan yang sekarang yang sudah jauh dari kebiasaan beriman kepada Tuhan.


(3)

Diharapkan hasil penelitian ini menjadi masukan dan tambahan dalam mewujudkan Kota Tarutung, Tapanuli Utara sebagai Kota Wisata Rohani Kristen. Secara khusus kepada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tapanuli Utara untuk memasukkan Pansurnapitu ke peta salah satu tempat wisata rohani di Kabupaten Tapanuli Utara dengan mendirikan bangunan monumental Missionar Johansen di Pansurnapitu.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya, diharapkan hasil penelitian ini menjadi tambahan bahan untuk melakukan penelitian selanjutnya yang lebih rinci terhadap peranan Missionar Johansen dalam penyebaran Agama Kristen Protestan di Silindung serta memberikan pandangan untuk menjadikan Pansurnapitu menjadi salah satu tujuan wisata rohani di Kota Tarutung. Diperlukan juga penelitiaan tentang arsip-arsip missionar di Jerman dengan kajian sejarawan. Perlu juga ada diskusi terbuka antara Uli Kozok dengan Pendeta J.R Hutauruk terkait dengan hasil-hasil penelitian arsip missionar-missionar Jerman yang pernah bekerja di Silindung.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1991. Psikologi Sosial. Jakarta : Rineka Cipta.

Almanak Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) 2006.Tarutung. Kantor Pusat HKBP Pearaja.

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2011. Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar. Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2012. Siatas Barita Dalam Angka 2012. Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Utara.

Badan Pusat Statistik. 2012. Tapanuli Utara Dalam Angka 2012. Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Utara.

Bintaro dan Surastopo Hadisumarno. 1982. Metode Analisis Geografi. Jakarta : LP3ES.

Fakultas Ilmu Sosial Unversitas Negeri Medan. 2013. Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah. Geertz, Clifford.1992. Kebudayaan dan Agama. Yogyakarta : Kanisius.

Gottschalk, louis. 1985. Mengerti Sejarah. Jakarta : UI Press.

Gultom. I. 2010. Agama Malim di Tanah Batak. Jakarta : Bumi Aksara.

Harianto. 2012. Pengantar Misiologi : Misiologi sebagai Jalan Menuju Pertumbuhan. Yogyakarta : Andi Offset.

Hutauruk, J R. 2011. Lahir, Berakar dan Bertumbuh di dalam Kristus Sejarah 150 Tahun HKBP 7 Oktober 1861-7 Oktober 2011. Tarutung : Kantor Pusat HKBP Pearaja.

Hutauruk, J R. 1986. Tuhan Menyertai Umatnya Garis Besar Sejarah 125 Tahun HKBP 7 Oktober 1861-1986. Tarutung : Kantor Pusat HKBP Pearaja. Koentjaraningrat. 2004. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.


(5)

Koentjaraningrat. 1970. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta : Jembatan.

Koentjaraningrat. 1980. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Radar Jaya Offset.

Kozok, Uli. 2010. Utusan Damai di Kemelut Perang Peran Zending Dalam Perang Toba. Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Lembaga Alkitab Indonesia. 2011. Alkitab Dengan Kidung Jemaat. Jakarta.

Lemp, Walter. 1976. Benih Yang Tumbuh XII Suatu Survey Mengenai Gereja-Gereja di Sumatera Utara. Semarang : Satya Wacana.

Loeb, Edwin M. 2013. Sumatra Sejarah dan Masyarakatnya. Yogyakarta : Ombak.

Munthe, R T, dkk. 2007. Abstraksi Pelayanan Dr. Ingwer Ludwig Nommensen di Tanah Batak.

Panggabean, J. 1957. Jubileum Si 90 Taon ni HKBP Pansurnapitu. Pansurnapitu Pasaribu, Patar. 2004. DR. Ingwer Ludwig Nomensen “Apostel di Tanah

Batak”. Medan : UHN.

Pasaribu, Patar. 2008. Sejarah Ringkas HKBP Pansurnapitu & Warna Sari. Pansurnapitu, Tarutung.

Pedersen, Paul Bodholdt. 1975. Darah Batak dan Jiwa Protestan Perkembangan Gereja-gereja Batak di Sumatera Utara. Jakarta : BPK Gunung Mulia.

Sidjabat, W B. 2007. Ahu Sisingamangaraja. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. Simanjuntak, B A. 2011. Pemikiran Tentang Batak Setelah 150 Tahun Agama Kristen di Sumatera Utara. Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Simatupang, dkk. 2011. Panggilan Orang Kristen Selaku Warga Negara. Medan : Mitra.

Simorangkir, Mangisi. 2011. Napak Tilas Ingwer Ludwig Nommensen. Medan : Mitra

Sitompul, A. A. 1981. Sitotas Nambur Hakristenon Di Tano Batak. Jakarta : Dian Utama.


(6)

Sjamsuddin. Helius. 2012. Metodologi Sejarah. Yogyakarta : Ombak.