PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA MATERI HIMPUNAN PADA SISWA KELAS VII MTS SWASTA YAYASAN PERGURUAN ISLAMIYAH �.

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN

KONSEP MATEMATIKA MATERI HIMPUNAN PADA SISWA KELAS VII MTs SWASTA YAYASAN PERGURUAN

ISLAMIYAH – BATANG KUIS T.A 2012/2013

Oleh : Faisal Roni NIM 071744127059

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2013


(2)

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji hanyalah milik ALLAH SWT yang segala sesuatu ada pada kuasa-NYA, dan hanya atas rahmat, kehendak, dan karunia-NYA penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Penerapan Model Pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL) Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Materi Himpunan Pada Siswa Kelas VII MTs Swasta Yayasan Perguruan Islamiyah – Batang Kuis T.A 2012/2013.” Untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.

Dalam penyelesaian skripsi ini penulis banyak menerima bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Melalui kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar M.Si., selaku Rektor Universitas Negeri Medan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Drs. Syafari, M.Pd., sebagai Ketua Jurusan Matematika Universitas Negeri Medan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Drs. Syafari, M.Pd., Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si., dan Bapak Mulyono, S.Si, M.Si., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan dan saran-saran dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu Dr. Nugaan Yulia Wardhani Siregar, M.Psi., selaku Direktur Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Nonformal, dan Informal (PPTK PAUDNI), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu Dra. Rokayah, selaku Kepala Sekolah MTs Swasta Yayasan Perguruan Islamiyah (YPI) – Batang Kuis dan Ibu Nikmah Seri Pulungan, S.Pd selaku guru matematika kelas VII-1 MTs Swasta Yayasan Perguruan Islamiyah (YPI) – Batang Kuis.


(3)

v

Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada ibunda tercinta Hj. Norma Pasaribu dan ayahanda tercinta Fahyuril Azian Nasution, serta mertua tercinta ayahanda (Alm) Yunus dan ibunda Kancina yang sudah memberikan restu, ridho, kasih-sayang dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan studi di UNIMED. Teristimewa juga kepada “belahan jiwaku” istri tercinta Susiana, S.Si.,M.Si., yang selalu memberikan motivasi dan perhatiannya untuk penulis, dan anak – anakku tercinta Safinah Annajah Nasution, Shada Fathimah Nasution, Shada Zainab Nasution dan “si bungsu jagoanku” Musa Husayn Nasution, terima kasih dari ayah untuk kalian semua atas pengertian, semangat dan hiburan-hiburannya.

Tidak lupa penulis juga sangat berterima kasih kepada om Syahfan, etek Nurhayati Pasaribu, adik-adik tercinta Ita, Irma, Arfan, Fitri, Dinda, dan ipar terbaik yuk Yamti, kang Sutikno, yuk Ponti, yuk Susiasni, yuk aini, Mariana, dan keponakan Fajar, Panji, Nur, Rian dan Farhan serta semua anggota keluarga lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas pengertian dan bantuannya yang sudah diberikan selama ini.

. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada sahabat-sahabat terbaikku, bang Syufrizal dan bang Chairul, sahabat-sahabat terbaikku dari RPG 2007 dan kelas Eks’07, khususnya Intan, Yudi, Tuti, Dewi, Fitri, Uteh, Shinta, Pumpe dan teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu serta buat teman-teman seangkatan seperjuangan. Terimakasih karena telah banyak membantu penulis selama perkuliahan sampai menyelesaikan skripsi ini.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan penelitian ini. Kiranya penelitian ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan.

Medan, Juli 2013 Penulis,

Faisal Roni


(4)

iii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN

KONSEP MATEMATIKA MATERI HIMPUNAN PADA SISWA KELAS VII MTs SWASTA YAYASAN PERGURUAN

ISLAMIYAH – BATANG KUIS T.A 2012/2013 Faisal Roni (NIM 071744127059)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) di kelas VII-1 MTs Swasta Yayasan Perguruan Islamiyah (YPI) – Batang Kuis dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa dalam materi Himpunan di kelas VII-1 MTs Swasta YPI – Batang Kuis Tahun Ajaran 2012/2013.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action

research). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-1 MTs Swasta YPI

– Batang Kuis yang berjumlah 24 orang. Tindakan dilaksanakan dalam dua siklus, masing masing siklus terdiri dari tiga pertemuan. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini berupa lembar observasi pelaksanaan pembelajaran matematika dengan penerapan model

Contextual Teaching and Learning (CTL), angket respons siswa, wawancara

terhadap siswa dan guru, tes tertulis, dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) melalui tujuh prinsip yang ada didalamnya yakni Constructivism, Questioning, Modelling,

Inquiry, Learning community, Authentic assessment, dan Reflection dapat

meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata nilai siswa kelas VII-1 meningkat dari tes kemampuan awal sebesar 48,5 menjadi 68,33 pada siklus I dan 75,92 pada siklus II. Ketuntasan belajar siswa secara klasikal mencapai 62,5% pada siklus I, kemudian meningkat menjadi 83,33% pada siklus II. Selain itu, persentase nilai setiap indikator pemahaman konsep matematika telah mencapai kriteria tinggi pada akhir siklus II. Peningkatan rata-rata persentase nilai setiap indikator pemahaman konsep matematika dari siklus I ke siklus II yaitu : 1) menyatakan ulang sebuah konsep meningkat sebesar 7,09%; 2) mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya meningkat sebesar 6,28 %; 3) memberi contoh dan bukan contoh dari suatu konsep meningkat sebesar 8,85%; 4) menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis meningkat sebesar 8,17%; 5) mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep meningkat sebesar 6,25%; 6) menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu meningkat sebesar 6,25%; 7) mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah meningkat sebesar 6,67%. Berdasarkan angket respons siswa terhadap pembelajaran matematika menggunakan

Contextual Teaching and Learning (CTL), menunjukkan respon sangat baik


(5)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN i

RIWAYAT HIDUP ii

ABSTRAK iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN x

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Identifikasi Masalah 7

1.3 Batasan Masalah 7

1.4 Rumusan Masalah 7

1.5 Tujuan Penelitian 8

1.6 Manfaat Penelitian 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9

2.1 Kerangka Teoritis 9

2.1.1 Pembelajaran Matematika 9

2.1.2 Pemahaman Konsep Matematika 11

2.1.3 Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 14

2.2. Materi Pokok : Himpunan 21

2.2.1. Pengertian Himpunan 21

2.2.2 Notasi dan Anggota Himpunan 21

2.2.3 Menyatakan suatu Himpunan 22

2.2.4 Himpunan Kosong dan Himpunan Semesta 23

2.2.5 Diagram Venn 23

2.2.6 Himpunan Bagian 24

2.2.7 Hubungan Antar Himpunan 26

2.2.8 Operasi Himpunan 28

2.2.9 Menggunakan kopsep himpunan dalam pemecahan masalah 31

2.3 Kerangka Konseptual 32

2.4 Hipotesis Tindakan 33

BAB III METODE PENELITIAN 34

3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian 34

3.2 Subjek dan Objek Penelitian 34

3.2.1 Subjek Penelitian 34

3.2.2 Objek Penelitian 34

3.3 Jenis Penelitian 34

3.4 Alat Pengumpul Data 34

3.4.1 Tes 35

3.4.2 Observasi 36


(6)

vii

3.4.3 Wawancara 36

3.5 Prosedur Penelitian 37

3.6 Teknik Analisis Data 42

3.6.1 Reduksi Data 42

3.6.1.1Analisis Data Hasil Observasi 42

3.6.1.2Analisis Data Hasil Angket Respon Siswa 43

3.6.1.3Analisis Data Hasil Tes 44

3.6.2 Paparan Data 45

3.6.3 Interpretasi Data atau Penyimpulan 45

3.7 Indikator Keberhasilan 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 47

4.1 Siklus I 47

4.1.1 Permasalahan I 47

4.1.2 Perencanaan Tindakan I (Alternatif Pemecahan) 48

4.1.3 Pelaksanaan Tindakan I 49

4.1.4 Tahap Observasi I 54

4.1.5 Tahap Analisa Data I 55

4.1.6 Tahap Refleksi I 59

4.2 Siklus II 60

4.2.1 Permasalahan II 60

4.2.2 Perencanaan Tindakan II (Alternatif Pemecahan) 61

4.2.3 Pelaksanaan Tindakan II 62

4.2.4 Tahap Observasi II 67

4.2.5 Tahap Analisa Data II 68

4.2.6 Tahap Refleksi II 72

4.3 Temuan Penelitian 73

4.4 Pembahasan 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 80

5.1 Kesimpulan 80

5.2 Saran 81


(7)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Banyaknya Himpunan Bagian pada suatu Himpunan 25 Tabel 3.1 Pedoman Skor Angket Respons Siswa 43 Tabel 3.2 Kualifikasi Persentase Skor Angket Respons Siswa 44 Tabel 3.3 Kualifikasi Pemahaman Konsep Siswa 45

Tabel 4.1 Daftar Nilai Tes Akhir Siklus I 55

Tabel 4.2 Analisis Hasil Nilai Tes Akhir Siklus I 57 Tabel 4.3 Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

untuk Guru Siklus I 58

Tabel 4.4 Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

untuk Siswa Siklus I 58

Tabel 4.5 Daftar Nilai Tes Akhir Siklus II 68 Tabel 4.6 Analisis Hasil Nilai Tes Akhir Siklus II 69 Tabel 4.7 Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

untuk Guru Siklus II 70

Tabel 4.8 Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran 71 Tabel 4.9 Analisis Hasil Angket Respon Siswa Terhadap Pembelajaran 72 Tabel 4.10 Nilai Rata-rata Siswa Kelas VII-1 76 Tabel 4.11 Ketuntasan Belajar Siswa Kelas VII-1 76 Tabel 4.12 Persentase Indikator Pemahaman Konsep Matematika


(8)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu bidang ilmu yang aplikasinya dapat ditemukan hampir dalam setiap aktivitas kehidupan. Penggunaan matematika dapat ditemukan dalam aktivitas seorang ibu yang sedang berbelanja di pasar, seorang ibu yang sedang memasak kue di dapur, sekelompok anak yang sedang bermain di taman, sekelompok eksekutif muda yang sedang berdiskusi dalam rencana kerja, seorang dokter yang sedang mengobati pasiennya, dan aktivitas-aktivitas kehidupan lainnya.

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya fikir manusia. Perkembangan pesat dibidang teknologi dan komunikasi sangat membutuhkan peran matematika. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi dimasa depan diperlukan penguasaan matematika yang baik sejak dini.

Turmudi (2008:20) dalam bukunya menyatakan bahwa:

“ Kebutuhan untuk memahami matematika menjadi hal yang mendesak bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, karena matematika diperlukan dalam kehidupan sehari-hari; (1) matematika untuk kehidupan, (2) matematika merupakan bagian dari warisan budaya, (3) matematika diperlukan di dunia kerja, (4) matematika untuk masyarakat ilmiah dan masyarakat teknologi.”

Sejalan dengan hal diatas, mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berfikir logis, analisis, sistematis, kritis, kreatif serta kamampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.


(9)

2 Dalam sistem pendidikan di Indonesia, pembelajaran matematika telah menjadi kurikulum wajib dan mendapat porsi waktu yang lebih banyak dibanding dengan mata pelajaran lain pada setiap tingkat pendidikan. Namun, sampai saat ini hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika masih belum memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan PISA (Programme for

International Student Assesment), yang merupakan program penilaian skala

internasional yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa (berusia 15 tahun) dapat menerapkan pengetahuan yang sudah mereka pelajari di sekolah. Pada PISA matematika 2009, diperoleh hasil bahwa hampir setengah dari siswa Indonesia (yaitu 43,5 %) tidak mampu menyelesaikan soal PISA paling sederhana, sepertiga siswa Indonesia (yaitu 33,1 %) hanya bisa mengerjakan soal jika pertanyaan dari soal kontekstual diberikan secara eksplisit serta semua data yang dibutuhkan untuk mengerjakan soal diberikan secara tepat, dan hanya 0,1% siswa Indonesia yang mampu mengembangkan dan mengerjakan pemodelan matematika yang menuntut keterampilan berfikir dan penalaran (Wijaya, 2012:1). Hal menarik yang dapat disimpulkan dari hasil PISA diatas adalah bahwa kebanyakan siswa hanya sebatas mengetahui suatu konsep dan menggunakan rumus tanpa mempunyai pemahaman yang menyeluruh tentang konsep tersebut. Ini menyebabkan daya kreativitas dari siswa belum memuaskan, karena ruang gerak siswa hanya terbatas dalam dinding-dinding rumus matematika tanpa paham akan maknanya.

Fakta diatas juga menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah pada siswa masih rendah. Kemampuan menyelesaikan suatu masalah sangat dipengaruhi oleh pemahaman konsep matematika yang baik oleh siswa. Kesalahan dalam memahami suatu konsep dapat menyebabkan kekeliruan dalam penyelesaian suatu masalah.

Konsep-konsep dalam matematika terorganisasikan secara sistematis, logis, dan hierarkis dari yang paling sederhana ke- yang paling kompleks. Seorang siswa harus mampu menguasai suatu konsep yang menjadi prasyarat untuk penguasaan konsep yang lebih tinggi. Seorang siswa yang sudah menguasai suatu


(10)

3 konsep dengan baik, dapat meng-elaborate suatu masalah sehingga diperoleh solusi yang diinginkan.

Hasil diatas mungkin masih masuk akal, mengingat sampai saat ini pelajaran matematika masih dikatakan sulit, matematika masih dianggap sebagai pelajaran yang kurang menarik dan membosankan serta merupakan salah satu mata pelajaran yang ditakuti oleh siswa (http://health.detik.com). Stigma negatif inilah yang sering mengantarkan siswa menjadi fobia terhadap metematika sehingga hasil yang diharapkan kurang memuaskan.

Pada kenyataannya, jika mau melihat ke dalam ruang-ruang kelas pembelajaran matematika disekolah, masih banyak dijumpai suasana pembelajaran matematika yang kurang menggairahkan (kurang hidup). Hanya sebagian kecil siswa saja yang aktif dalam proses pembelajaran. Kebanyakan siswa hanya diam, mendengar dan mencatat saja apa yang diucapkan oleh guru.

Memang tak dapat di-nafi-kan bahwa masih banyak ditemukan kelas-kelas dimana guru hanya memberikan rumus-rumus matematika tanpa memberikan makna, kemudian memberikan contoh penggunaan rumus tersebut dan selanjutnya siswa diberikan latihan yang tentu saja berkenaan dengan penggunaan rumus tersebut. Alhasil, matematika dikenal sebagai pelajaran yang penuh dengan rumus-rumus yang harus dihapal. Hal itu pula-lah yang saat ini banyak dilakukan oleh para siswa, senantiasa menghapal rumus tapi kosong akan makna.

Hal ini di perparah dengan adanya fakta bahwa tidak sedikit pula para guru yang masih menganut paradigma transfer of knowledge dalam pembelajaran matematika masa kini. Paradigma ini beranggapan bahwa siswa merupakan objek atau sasaran belajar, sehingga dalam proses pembelajaran berbagai usaha lebih banyak dilakukan oleh guru, mulai dari mencari, mengumpulkan, memecahkan dan menyampaikan informasi ditujukan agar peserta didik memperoleh pengetahuan (Ansari, 2009:2).

Pola seperti inilah yang terkadang dapat menyesatkan siswa dalam pemecahan masalah. Pemahaman konsep yang belum matang membuat siswa menjadi bingung dan putus asa ketika menghadapi situasi dan kondisi lain di luar konteks yang diajarkan.


(11)

4 Pemahaman konsep dalam matematika merupakan pemahaman yang dilandasi oleh pengetahuan tentang mengapa konsep tertentu digunakan dalam memecahkan suatu masalah. Pada setiap pembelajaran diusahakan lebih ditekankan pada penguasaan konsep agar siswa memiliki bekal dasar yang baik untuk mencapai kemampuan dasar yang lain, seperti ; penalaran, komunikasi, koneksi dan pemecahan masalah (http://mediaharja.blogspot.com).

Pemahaman yang baik terhadap suatu konsep matematika tertentu akan memudahkan siswa dalam mengikuti materi-materi selanjutnya. Misalnya, untuk menyelesaikan masalah sistem persamaan linier, seorang siswa harus sudah memahami konsep operasi bentuk aljabar dengan baik.

Kondisi yang sama juga terjadi di Madrasah Tsanawiyah Swasta Yayasan Perguruan Islamiyah (YPI) Batang Kuis. Sebagaimana pantauan dari peneliti terhadap proses pembelajaran matematika di sekolah tersebut, dimana ketika pembelajaran matematika berlangsung, sebagian besar siswa lebih banyak diam (pasif) dan kurang memberikan respon yang positif terhadap materi yang diajarkan. Hal ini dibenarkan oleh Ibu Nikmah Seri Pulungan, S.Pd selaku guru bidang studi matematika di Yayasan tersebut. Beliau juga menambahkan bahwa:

“ siswa-siswa seperti tidak mempunyai motivasi untuk belajar matematika, mereka diam ketika diberi waktu untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami, terkadang mereka malah bermain ketika diberikan waktu untuk mengerjakan latihan. Untuk mengajarkan suatu konsep matematika, saya harus menerangkan secara detail, memberi contoh, dan memberi latihan persis seperti contoh yang saya berikan. Mereka akan kesulitan jika latihan yang diberikan berbeda dari contoh yang diberikan.”

Masih berdasarkan informasi dari ibu Nikmah Seri Pulungan, S.Pd bahwa banyak siswa yang kurang tertarik dalam pembelajaran matematika dikarenakan mereka menganggap bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit. Dalam setiap kelas pembelajaran matematika yang dilakukannya hanya 3-5 siswa saja yang aktif dan dapat memahami materi yang diajarkan serta mencapai hasil yang memuaskan. Akhirnya pembelajaran matematika sering berjalan hanya sekedar rutinitas harian saja yang nantinya akan segera berakhir waktunya.


(12)

5 Salah satu materi yang diajarkan kepada siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) adalah materi himpunan. Penguasaan yang baik oleh siswa terhadap kompetensi ini sangat penting mengingat materi ini akan menjadi penunjang utama saat siswa belajar materi-materi selanjutnya, seperti peluang dan logika.

Selanjutnya ibu Nikmah Seri Pulungan, S.Pd, juga menyatakan; bahwa dalam proses pembelajaran matematika masih banyak ditemui permasalahan, khususnya pada materi himpunan (untuk semester II), dimana siswa kurang memahami sejumlah fakta-fakta matematika mengenai himpunan bagian, irisan dan gabungan himpunan, selisih dua himpunan, komplemen dari sebuah himpunan. Hal ini ditandai dengan banyaknya kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal-soal pada materi ini, siswa terkadang salah dalam menggunakan konsep yang sesuai dengan soal yang mereka hadapi.

Berdasarkan akar permasalahan yang dikemukakan di atas, maka perlu dicarikan solusinya sehingga oleh peneliti dipandang perlu melakukan suatu penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model yang mengakomodasi peningkatan pemahaman konsep.

Berbagai usaha terus dikembangkan oleh para penggiat pendidikan untuk memaksimalkan pembelajaran matematika guna mencapai tujuan yang diinginkan, baik dari segi model, strategi, maupun metode pembelajaran yang sesuai dengan konsep yang diajarkan. Salah satu alternatif yang disarankan adalah pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual (CTL). Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) bertujuan membantu siswa memahami makna materi ajar dengan mengaitkan materi tersebut terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari baik sebagai pribadi, anggota keluarga, maupun anggota masyarakat (Rosalin, 2008:25).

Adanya pengaitan antara pengalaman-pengalaman siswa terhadap materi yang diajarkan dapat mendorong siswa untuk lebih terlibat dalam proses pembelajaran karena mereka melakukan atau pernah melakukan apa yang sedang dibicarakan. Para siswa akan lebih tertarik dan memiliki sense of belonging (rasa memiliki) terhadap proses pembelajaran karena topik pembelajaran yang dibahas


(13)

6 adalah tentang mereka. Rasa memiliki (sense of belonging) merupakan modal awal untuk melangkah lebih jauh dalam suatu proses pembelajaran dimana hal ini dapat mendorong siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran tersebut.

Johnson (2011:35) dalam bukunya menyatakan tentang Contextual

Teaching and Learning (CTL) sebagai berikut:

“ Pembelajaran dan pengajaran kontekstual melibatkan para siswa dalam aktivitas penting yang membantu mereka mengaitkan pelajaran akademis dengan konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi. Dengan mengaitkan keduanya, para siswa melihat makna di dalam tugas sekolah. Ketika para siswa menyusun proyek atau menemukan permasalahan yang menarik, ketika mereka membuat pilihan dan menerima tanggung jawab, mencari informasi dan menarik kesimpulan, ketika mereka secara aktif memilih, menyusun, mengatur, menyentuh, merencanakan, menyelidiki, mempertanyakan, dan membuat keputusan, mereka mengaitkan isi akademis dengan konteks dalam situasi kehidupan, dan dengan cara ini mereka menemukan makna.”

Sanjaya (2011:225) menyatakan bahwa CTL merupakan strategi yang melibatkan siswa secara penuh dalam proses pembelajaran. Lebih jauh beliau menyatakan bahwa:

“Dalam CTL, siswa didorong untuk beraktivitas mempelajari materi pelajaran sesuai dengan topik yang akan dipelajarinya. Belajar dalam konteks CTL bukan hanya sekedar mendengar dan mencatat, tetapi belajar adalah proses berpengalaman secara langsung. Melalui proses berpengelaman itu diharapkan perkembangan siswa terjadi secara utuh, yang tidak hanya berkembang dalam aspek kognitif saja, tetapi juga aspek efektif dan juga psikomotor. Belajar melalui CTL diharapkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang dipelajarinya.

Dari beberapa pendapat tentang model pembelajaran CTL diatas dapat dikatakan bahwa model pembelajaran CTL dapat menciptakan suasana pembelajaran yang bermakna. Pembelajaran yang bermakna akan memberikan pengalaman-pengalaman yang akan bertahan lama dalam memori siswa. Kegiatan yang mendorong siswa berfikir, melakukan, serta menemukan sendiri penyelesaian dari suatu masalah tentu akan memberikan pemahaman konsep yang baik bagi siswa

. Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat dikatakan model pembelajaran


(14)

7 untuk diterapkan. Sehubungan dengan itu, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Materi Himpunan pada Siswa Kelas VII MTs Swasta Yayasan Perguruan Islamiyah – Batang Kuis T.P 2012/2013”.

1.2. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang sudah diuraikan, dapat diidentifikasikan beberapa masalah antara lain :

1. Pemahaman siswa kelas VII-1 MTs Swasta Yayasan Perguruan Islamiyah (YPI) Batang Kuis terhadap konsep matematika yang diajarkan masih rendah.

2. Hasil belajar matematika siswa kelas VII-1 MTs Swasta Yayasan Perguruan Islamiyah (YPI) Batang Kuis masih rendah.

3. Siswa mengalami kesulitan jika diberikan soal dengan variasi konteks yang berbeda.

4. Siswa tidak aktif (kurang tertarik) dalam proses pembelajaran matematika.

1.3. Batasan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka perlu adanya pembatasan masalah agar lebih jelas dan terarah. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Model pembelajaran yang digunakan model pembelajaran Contextual

Teaching and Learning (CTL).

2. Materi yang diterapkan adalah Himpunan

3. Peningkatan pemahaman konsep siswa dibatasi dua aspek yaitu aspek kognitif dan aspek afektif. Aspek kognitif dibatasi pada pemahaman terhadap materi. Sedangkan aspek afektif dibatasi pada keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.


(15)

8 1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas bahwa rumusan masalah pada penelitian ini adalah : Apakah Penerapan Model Pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan pemahaman

konsep matematika siswa pada Materi Himpunan di Kelas VII-1 MTs Swasta Yayasan Perguruan Islamiyah – Batang Kuis?.

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep matematika siswa dengan menerapkan Model Pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL) pada Materi Himpunan di Kelas VII-1

MTs Swasta Yayasan Perguruan Islamiyah – Batang Kuis setelah diterapkan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)?.

1.6. Manfaat Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan masukan yang berguna terhadap peningkatan kualitas pendidikan, terutama bagi :

1. Bagi sekolah, sebagai masukan dan sumbangan pemikiran dalam rangka perbaikan kualitas pembelajaran terutama dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep matematika.

2. Bagi guru, menambah variasi model pembelajaran. Penelitian ini diharapkan mampu memperluas wawasan dan pengetahuan guru mengenai model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) sebagai pembelajaran alternatif dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep matematika.

3. Bagi siswa, memperoleh pengalaman belajar bagaimana cara memahami suatu konsep matematika dengan pendekatan kontekstual.

4. Bagi peneliti, menambah dan membekali diri untuk menjadi seorang pengajar dan pendidik yang akan terjun ke masyarakat.


(16)

80 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan hasil observasi serta pembahasannya dapat diperoleh kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran Contextual

Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan pemahaman konsep

matematika siswa pada materi himpunan di kelas VII-1 MTs Swasta Yayasan Perguruan Islamiyah – Batang Kuis.

Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya nilai rata-rata siswa dari tes kemampuan awal 48,5 menjadi 68,33 pada tes akhir siklus I dan 75,92 pada tes akhir siklus II. Selain itu juga didukung dengan meningkatnya persentase indikator pemahaman konsep matematika siswa dari siklus I ke siklus II dan mencapai kriteria tinggi pada akhir siklus II, yakni: 1) menyatakan ulang sebuah konsep.meningkat sebesar 7,09% dari yang sebelumnya 69,58% pada siklus I menjadi 76,67% pada siklus II; 2) mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya meningkat sebesar 6,28% dari yang sebelumnya 67,26% pada siklus I menjadi 73,54% pada siklus II; 3) memberi contoh dan bukan contoh dari suatu konsep mengalami kenaikan yang paling tinggi sebesar 8,85% dari yang semula hanya 72,92% menjadi 81,77% setelah pelaksanaan siklus II; 4) menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis meningkat sebesar 8,17% yakni 70,45% menjadi 78,62%;5) mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep meningkat sebesar 6,25% dari 64.58% menjadi 70,83%; 6) menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu juga mengalami kenaikan sebesar 6,25% dari yang semula hanya 66,67% menjadi 72,5%; 7) mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah meningkat sebesar 6,67% dari yang semula 6,67% pada siklus I menjadi 72,92% setelah pelaksanaan siklus II.


(17)

81 5.2 Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan terhadap pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang menerapkan model pembelajaran CTL pada pembelajaran matematika di kelas VII-1 MTs Swasta YPI-Batang Kuis, peneliti memberikan masukan atau saran yang perlu dipertimbangkan oleh berbagai pihak yang terkait dengan hal ini, yaitu:

1. Kepada pihak sekolah/guru, diharapkan agar model pembelajaran CTL ini dapat menjadi model pembelajaran alternatif yang digunakan di MTs Swasta YPI-Batang Kuis dan dapat dilaksanakan secara bergantian dengan model pembelajaran yang lain. Karena penerapan model pembelajaran CTL ini dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa. 2. Kepada peneliti lain dapat melakukan penelitian lebih lanjut menggunakan

model pembelajaran CTL dengan mencakup aspek selain pemahaman konsep dan mengaplikasikannya pada materi pembelajaran yang berbeda atau pada mata pelajaran selain matematika.


(18)

ii

RIWAYAT HIDUP

Faisal Roni dilahirkan di Medan, pada tanggal 04 Oktober 1980. Ayah bernama Fahyuril Azian Nasution dan Ibu bernama Hj. Norma Pasaribu, merupakan anak pertama dari enam bersaudara. Pada tahun 1987 penulis masuk SD Negeri 070690 Medan, dan lulus pada tahun 1993. Pada tahun 1993 penulis melanjutkan sekolah di SMP Negeri 3 Medan, dan lulus pada tahun 1996. Pada tahun 2007 penulis sekolah ke SMK Negeri 8 Medan dan lulus pada tahun 2000.

Selanjutnya pada tahun 2004 penulis aktif/mengabdi di PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) yang bernama PKBM Harapan Indonesia yang konsern di bidang sosial-pendidikan anak putus sekolah dan anak jalanan dan menjabat sebagai Tutor Paket B dan C, dan selanjutnya menghantarkan penulis pada tahun 2007 memperoleh beasiswa Rintisan Pendidikan Gelar (RPG) dari Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Nonformal, dan Informal (PPTK PAUDNI), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia dan mendapat tugas belajar di Universitas Negeri Medan (UNIMED) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Jurusan Matematika Program Studi Pendidikan Matematika.


(1)

6 adalah tentang mereka. Rasa memiliki (sense of belonging) merupakan modal awal untuk melangkah lebih jauh dalam suatu proses pembelajaran dimana hal ini dapat mendorong siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran tersebut.

Johnson (2011:35) dalam bukunya menyatakan tentang Contextual Teaching and Learning (CTL) sebagai berikut:

“ Pembelajaran dan pengajaran kontekstual melibatkan para siswa dalam aktivitas penting yang membantu mereka mengaitkan pelajaran akademis dengan konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi. Dengan mengaitkan keduanya, para siswa melihat makna di dalam tugas sekolah. Ketika para siswa menyusun proyek atau menemukan permasalahan yang menarik, ketika mereka membuat pilihan dan menerima tanggung jawab, mencari informasi dan menarik kesimpulan, ketika mereka secara aktif memilih, menyusun, mengatur, menyentuh, merencanakan, menyelidiki, mempertanyakan, dan membuat keputusan, mereka mengaitkan isi akademis dengan konteks dalam situasi kehidupan, dan dengan cara ini mereka menemukan makna.”

Sanjaya (2011:225) menyatakan bahwa CTL merupakan strategi yang melibatkan siswa secara penuh dalam proses pembelajaran. Lebih jauh beliau menyatakan bahwa:

“Dalam CTL, siswa didorong untuk beraktivitas mempelajari materi pelajaran sesuai dengan topik yang akan dipelajarinya. Belajar dalam konteks CTL bukan hanya sekedar mendengar dan mencatat, tetapi belajar adalah proses berpengalaman secara langsung. Melalui proses berpengelaman itu diharapkan perkembangan siswa terjadi secara utuh, yang tidak hanya berkembang dalam aspek kognitif saja, tetapi juga aspek efektif dan juga psikomotor. Belajar melalui CTL diharapkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang dipelajarinya.

Dari beberapa pendapat tentang model pembelajaran CTL diatas dapat dikatakan bahwa model pembelajaran CTL dapat menciptakan suasana pembelajaran yang bermakna. Pembelajaran yang bermakna akan memberikan pengalaman-pengalaman yang akan bertahan lama dalam memori siswa. Kegiatan yang mendorong siswa berfikir, melakukan, serta menemukan sendiri penyelesaian dari suatu masalah tentu akan memberikan pemahaman konsep yang baik bagi siswa

. Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat dikatakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) sangat menarik dan memungkinkan


(2)

7 untuk diterapkan. Sehubungan dengan itu, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Materi Himpunan pada Siswa Kelas VII MTs Swasta Yayasan Perguruan Islamiyah – Batang Kuis T.P 2012/2013”.

1.2. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang sudah diuraikan, dapat diidentifikasikan beberapa masalah antara lain :

1. Pemahaman siswa kelas VII-1 MTs Swasta Yayasan Perguruan Islamiyah (YPI) Batang Kuis terhadap konsep matematika yang diajarkan masih rendah.

2. Hasil belajar matematika siswa kelas VII-1 MTs Swasta Yayasan Perguruan Islamiyah (YPI) Batang Kuis masih rendah.

3. Siswa mengalami kesulitan jika diberikan soal dengan variasi konteks yang berbeda.

4. Siswa tidak aktif (kurang tertarik) dalam proses pembelajaran matematika.

1.3. Batasan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka perlu adanya pembatasan masalah agar lebih jelas dan terarah. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Model pembelajaran yang digunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).

2. Materi yang diterapkan adalah Himpunan

3. Peningkatan pemahaman konsep siswa dibatasi dua aspek yaitu aspek kognitif dan aspek afektif. Aspek kognitif dibatasi pada pemahaman terhadap materi. Sedangkan aspek afektif dibatasi pada keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.


(3)

8 1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas bahwa rumusan masalah pada penelitian ini adalah : Apakah Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa pada Materi Himpunan di Kelas VII-1 MTs Swasta Yayasan Perguruan Islamiyah – Batang Kuis?.

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep matematika siswa dengan menerapkan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada Materi Himpunan di Kelas VII-1 MTs Swasta Yayasan Perguruan Islamiyah – Batang Kuis setelah diterapkan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)?.

1.6. Manfaat Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan masukan yang berguna terhadap peningkatan kualitas pendidikan, terutama bagi :

1. Bagi sekolah, sebagai masukan dan sumbangan pemikiran dalam rangka perbaikan kualitas pembelajaran terutama dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep matematika.

2. Bagi guru, menambah variasi model pembelajaran. Penelitian ini diharapkan mampu memperluas wawasan dan pengetahuan guru mengenai model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) sebagai pembelajaran alternatif dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep matematika.

3. Bagi siswa, memperoleh pengalaman belajar bagaimana cara memahami suatu konsep matematika dengan pendekatan kontekstual.

4. Bagi peneliti, menambah dan membekali diri untuk menjadi seorang pengajar dan pendidik yang akan terjun ke masyarakat.


(4)

80 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan hasil observasi serta pembahasannya dapat diperoleh kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa pada materi himpunan di kelas VII-1 MTs Swasta Yayasan Perguruan Islamiyah – Batang Kuis.

Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya nilai rata-rata siswa dari tes kemampuan awal 48,5 menjadi 68,33 pada tes akhir siklus I dan 75,92 pada tes akhir siklus II. Selain itu juga didukung dengan meningkatnya persentase indikator pemahaman konsep matematika siswa dari siklus I ke siklus II dan mencapai kriteria tinggi pada akhir siklus II, yakni: 1) menyatakan ulang sebuah konsep.meningkat sebesar 7,09% dari yang sebelumnya 69,58% pada siklus I menjadi 76,67% pada siklus II; 2) mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya meningkat sebesar 6,28% dari yang sebelumnya 67,26% pada siklus I menjadi 73,54% pada siklus II; 3) memberi contoh dan bukan contoh dari suatu konsep mengalami kenaikan yang paling tinggi sebesar 8,85% dari yang semula hanya 72,92% menjadi 81,77% setelah pelaksanaan siklus II; 4) menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis meningkat sebesar 8,17% yakni 70,45% menjadi 78,62%;5) mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep meningkat sebesar 6,25% dari 64.58% menjadi 70,83%; 6) menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu juga mengalami kenaikan sebesar 6,25% dari yang semula hanya 66,67% menjadi 72,5%; 7) mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah meningkat sebesar 6,67% dari yang semula 6,67% pada siklus I menjadi 72,92% setelah pelaksanaan siklus II.


(5)

81 5.2 Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan terhadap pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang menerapkan model pembelajaran CTL pada pembelajaran matematika di kelas VII-1 MTs Swasta YPI-Batang Kuis, peneliti memberikan masukan atau saran yang perlu dipertimbangkan oleh berbagai pihak yang terkait dengan hal ini, yaitu:

1. Kepada pihak sekolah/guru, diharapkan agar model pembelajaran CTL ini dapat menjadi model pembelajaran alternatif yang digunakan di MTs Swasta YPI-Batang Kuis dan dapat dilaksanakan secara bergantian dengan model pembelajaran yang lain. Karena penerapan model pembelajaran CTL ini dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa. 2. Kepada peneliti lain dapat melakukan penelitian lebih lanjut menggunakan

model pembelajaran CTL dengan mencakup aspek selain pemahaman konsep dan mengaplikasikannya pada materi pembelajaran yang berbeda atau pada mata pelajaran selain matematika.


(6)

ii

RIWAYAT HIDUP

Faisal Roni dilahirkan di Medan, pada tanggal 04 Oktober 1980. Ayah bernama Fahyuril Azian Nasution dan Ibu bernama Hj. Norma Pasaribu, merupakan anak pertama dari enam bersaudara. Pada tahun 1987 penulis masuk SD Negeri 070690 Medan, dan lulus pada tahun 1993. Pada tahun 1993 penulis melanjutkan sekolah di SMP Negeri 3 Medan, dan lulus pada tahun 1996. Pada tahun 2007 penulis sekolah ke SMK Negeri 8 Medan dan lulus pada tahun 2000.

Selanjutnya pada tahun 2004 penulis aktif/mengabdi di PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) yang bernama PKBM Harapan Indonesia yang konsern di bidang sosial-pendidikan anak putus sekolah dan anak jalanan dan menjabat sebagai Tutor Paket B dan C, dan selanjutnya menghantarkan penulis pada tahun 2007 memperoleh beasiswa Rintisan Pendidikan Gelar (RPG) dari Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Nonformal, dan Informal (PPTK PAUDNI), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia dan mendapat tugas belajar di Universitas Negeri Medan (UNIMED) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Jurusan Matematika Program Studi Pendidikan Matematika.


Dokumen yang terkait

Peningkatan Hasil Belajar PKn dalam Materi Peranan Globalisasi Melalui Pendekatan Contekstual Teaching Learning (CTL) di kelas IV MI. Masyirotul Islamiyah Tambora Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2013/2014.

0 4 180

Penerapan pendekatan pembelajaran contextual teaching and learnig/CTL untuk meningkatkan hasil belajar PKN pada siswa kelas IV MI Miftahussa’adah Kota Tangerang

0 10 158

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (Ctl) Dengan Pemanfaatan Gelas Plastik Bekas Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Pemahaman Konsep Penjumlahan Dan Pengurangan Pada Aljab

0 3 16

PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (Ctl) Dengan Pemanfaatan Gelas Plastik Bekas Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Pemahaman Konsep Penjumlahan Dan Pengurangan Pada Aljabar (PTK Pada Siswa Kelas VII MTs N 1

0 2 6

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (Ctl) Dengan Pemanfaatan Gelas Plastik Bekas Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Pemahaman Konsep Penjumlahan Dan Pengurangan Pada Aljab

0 1 14

PENERAPAN METODE CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI DALAM Penerapan Metode Contextual Teaching And Learning (Ctl) Untuk Meningkatkan Pemahaman Materi Dalam Pembelajaran Ipa Kelas V Di Sdn Pakis Kecamatan Tambakromo.

0 0 17

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA.

0 1 25

PENERAPAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA PELAJARAN IPA MATERI POKOK GAYA.

0 3 34

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA.

0 1 36

PENERAPAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA KONSEP OPERASI BILANGAN DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA.

0 1 62