Peningkatan Hasil Belajar PKn dalam Materi Peranan Globalisasi Melalui Pendekatan Contekstual Teaching Learning (CTL) di kelas IV MI. Masyirotul Islamiyah Tambora Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2013/2014.

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn DALAM MATERI PERANAN
GLOBALISASI MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING
AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS IV MI. MASYIROTUL
ISLAMIYAH TAMBORA JAKARTA BARAT
TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi
Persyaratan Akademik Program Kualifikasi S1 Kependidikan Islam dan Mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan

oleh
YAYAN SURYANAH
NIM. 801118300096

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
DUAL MODE SISTEM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA

2015

ABSTRAK

YAYAN SURYANAH, 801118300096: Peningkatan Hasil Belajar PKn dalam
Materi Peranan Globalisasi Melalui Pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL) pada Siswa Kelas IV MI. Masyirotul Islamiyah Tambora Jakarta
Barat Tahun Pelajaran 2013/2014, Skripsi Jakarta: Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar PKn
dalam materi peranan globalisasi melalui pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL) pada siswa kelas IV MI. Masyirotul Islamiyah Tambora Jakarta
Barat tahun pelajaran 2013/2014.
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
bertempat di kelas IV MI. Masyirotul Islamiyah Tambora Jakarta Barat. Penelitian
ini dilaksanakan dalam dua siklus, setiap tindakan terdiri dari empat tahap yaitu
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Hasil refleksi dijadikan
dasar untuk menyusun rencana tindakan selanjutnya. Pengumpulan data yang
digunakan adalah pengamatan atau observasi, catatan lapangan, jurnal siswa,

dokumentasi, dan instrumen tes.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan niai rata-rata pembelajaran
PKn siswa melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning yang diketahui
pada siklus I (69,75) mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 8,0 menjadi
(77,75) yang berarti bahwa tindakan ini telah melebihi KKM sebesar 70.
Peningkatan juga terjadi terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran PKn dan
berada pada kategori “baik.” Seluruh siswa memberikan respons yang baik dalam
pembelajaran pembelajaran PKn dan pada saat tugas kelompok yang diberikan
guru. Kegiatan melalui pendekatan CTL memotivasi siswa untuk berani maju ke
depan kelas saat mempresentasikan hasil diskusi dan dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Kegiatan pendekatan CTL dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
pembelajaran PKn dan hasil belajar siswa serta upaya peningkatan mutu
pendidikan di SD/MI, khususnya dalam materi peranan globalisasi.
Kata Kunci: Pembelajaran PKn, Pendekatan Contextual Teaching and Learning
(CTL)

i

ABSTRACT


YAYAN SURYANAH, 801118300096: Improved Learning Outcomes Civics in
Materials Role of Globalization Through Contextual Approach Teaching and
Learning (CTL) in Class IV MI. Masyirotul Islamiyah Tambora West Jakarta
Academic Year 2013/2014, Thesis Jakarta: Elementary School Teacher
Education, Faculty of MT And Teaching, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
This study aims to determine the increase in the material Civics lessons role of
globalization through an approach Contextual Teaching and Learning (CTL) in
grade IV MI. Masyirotul Islamiyah Tambora West Jakarta 2013/2014 school year.
This study uses a Class Action Research (CAR), which is housed in a class IV
MI. Masyirotul Islamiyah Tambora West Jakarta. This study was conducted in
two cycles, each action consists of four stages: planning, implementation,
observation, and reflection. The results are used as a basis to plan further action.
Data collection is observation or observation, field notes, student journals,
documentation, and test instruments.
The results showed an increase of means were Civics student learning through
Contextual Teaching and Learning approach known in the first cycle (69.75)
increased in the second cycle of 8.0 be (77.75), which means that this action has
been exceeded by KKM 70. the increase also occurred against students in learning
activities Civics and is in the category of "good." All students give a good
response in Civics and learning lessons when the teacher's group assignment. CTL

activity approach motivates students to dare to come forward when presenting the
results of the discussion and can improve student learning outcomes. CTL activity
approach can be used to improve learning Civics and student learning outcomes as
well as efforts to improve the quality of education at the elementary / MI,
especially in the matter of globalization role.
Keywords: Learning Outcomes Civics, Approach Contextual Teaching and
Learning (CTL)

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah
SWT yang maha pengasih lagi penyayang, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar PKn dalam Materi Peranan
Globalisasi Melalui Pendekatan Contekstual Teaching Learning (CTL) di kelas
IV MI. Masyirotul Islamiyah Tambora Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2013/2014.”
Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar kesarjanaan di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sholawat serta salam
senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah

membawa umatnya dari zaman kebodohan ke zaman kecerdasan.
Dengan selesainya skripsi ini, penulis menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah memberikan dukungan dan
doa kepada penulis baik berupa moral maupun material, Oleh karena itu penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Nurlena Rifa’I, MA, Ph, D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan., UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Fauzan, MA., sebagai Ketua Jurusan PGMI.
3. Dindin Ridwanuddin, M.Pd., Sebagai Koordinator program Dual Mode Sistem
4. Syaripulloh, M.Si., sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan
pengarahan dan membantu penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan
hingga

bersedia

meluangkan

waktu,

tenaga,


dan

pikirannya

untuk

terselesaikannya skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah
memberikan Ilmu Pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama
mengikuti perkuliahan.
6. Aeniah, A.Ma., Sebagai kepala sekolah MI. Masyirotul Islamiyah Tambora
Jakarta Barat., Yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk
melaksanakan penelitian.

iii

7. Guru-guru dan karyawan MI. Masyirotul Islamiyah Tambora Jakarta Barat,
terima kasih atas dukungannya.
8. Seluruh siswa kelas empat MI. Masyirotul Islamiyah yang telah setia

menerima pembelajaran PKn melalui pendekatan CTL dan dapat bekerja sama
dengan baik.
9. Ayahanda H. Saman (almarhum) yang dirahmati Allah, semoga Dia
menempatkannya di surga-Nya yang luas, dan Ibunda Hj. Ijot semoga Allah
senantiasa memberikan kesehatan kepada beliau.
10. Suami tercinta Maulana, anak-anakku tersayang Rayyan dan Azwan yang
selalu mendoakan penulis untuk tetap semangat untuk menuntut ilmu, dan
memberikan cinta kasih serta dukungan dan saran baik moral maupun material
11. Sahabat-sahabat terbaikku, Idah Saidah Fikriyah dan Royanih yang selalu
menjadi penyemangat dan setia menemani penulis baik susah maupun senang.
12. Teman-teman seperjuangan yang selalu memberikan semangat kepada
penulis, semoga Allah selalu melindungi kita semua.
Penulis berdoa semua pihak yang telah membantu dengan kebaikan dan
ketulusan mendapat balasan dan menjadi ladang amal disisi Allah SWT dan
semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak, meskipun skripsi ini masih
banyak kekurangan, amin,
Jakarta, 13 April 2014
Penulis

Yayan Suryanah

NIM. 801118300096

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
UJI REFERENSI
LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH

ABSTRAK ...................................................................................................... i
ABSTRAC....................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah……………………………………….. ...... 1
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian………………………… ..... 8
C. Batasan Fokus Penelitian………………………………………. ..... 8
D. Rumusan Masalah……………………………………………… ..... 9
E. Tujuan Penelitian……………………………………….……… ..... 9
F. Manfaat Penelitian…………………………………………….. ...... 9
BAB II LANDASAN TEORETIS
A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti…………………….. ..... 11
1. Hakikat Hasil Belajar PKn………………..………………. ....... 11
a. Pengertian Hasil Belajar………………………………........ 11
b. Pengertian PKn………………………………………… ..... 12
c. Pengertian Pembelajaran PKn………………………….. ..... 13
d. Tujuan PKn di SD/MI…………………………………. ...... 14
e. Karakteristik PKn……………………………………… ...... 14

v

2. Hakikat pendekatan CTL…………………………………. ....... 16
a. Pengertian pendekatan Contextual and Teaching Learning
(CTL)…………………………………………………. ....... 16

b. Komponen-Komponen Pembelajaran CTL………….. ........ 17
c. Langkah-Langkah Pembelajaran CTL……………….. ........ 18
B. Hasil Penelitian yang Relevan…………………………………… .. 19
C. Kerangka Berpikir……………………………………………….. ... 20
D. Hipotesis Tindakan……………………………………………….... 21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian……………………………………. .. 22
1. Tempat………………………………………………………..... 22
2. Waktu……………………………………………………….. .... 22
B. Metode Penelitian dan Rancangan……………………………… .... 22
C. Subjek/Partisipan dalam Penelitian…………………………….. ..... 26
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian…………………….. ..... 26
E. Tahap Intervensi Tindakan…………………………………….. ...... 26
1. Rencana Tindakan…………………………………………. ...... 26
2. Pelaksanaan Tindakan……………………………………… ..... 27
3. Pengamatan………………………………………………… ..... 27
4. Refleksi ……………………………………………………. ..... 28
F. Hasil Intervensi Tindakan……………………………………… ..... 28
G. Data dan Sumber Data………………………………………… ...... 28
H. Instrument Pengumpulan Data………………………………… ...... 29

1. Instrument Tes……………………………………………......... 29
2. Instrument Non Tes……………………………………….. ....... 30
a. Pedoman wawancara………………………………….. ....... 30
b. Lembar Observasi……………………………………… ..... 30
c. Catatan Lapangan……………………………………… ...... 32
d. Jurnal Siswa……………………………………………. ..... 32
e. Dokumentasi …………………………………………… .... 32

vi

I. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………… ... 32
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi……………………... ... 33
K. Analisis Data dan Interpretasi Data………………………………... 33
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan………………………….. ... 35
BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Profil Sekolah……………………………………………….. .... 36
1. Gambaran Umum MI. Masyirotul Islamiyah………...…. .... 36
2. Status Akreditasi………………………………………… ... 37
3. Keadaan Guru…………………………………………….... 38
4. Keadaan Siswa………………………………………….. .... 39
B. Deskripsi Data Hasil Pengamatan/Hasil Intervensi Tindakan.. .. 39
1. Deskripsi Kondisi Awal (Pra Siklus)…………………… .... 39
2. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus I……………….. ... 43
3. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus II………………. ... 50
C. Analisis Data………………………………………………… ... 57
1. Hasil Analisis Data……………………………………….... 57
2. Analisis Data Nilai Postest……………………………… .... 60
3. Interpretasi Hasil Analisis………………………………. .... 61
D. Pembahasan tentang Penemuan…………………………….. .... 62
1. Deskripsi Tingkah Laku Siswa dalam Pembelajaran…… .... 62
2. Hasil Analisis Catatan Lapangan dan Jurnal Siswa
dalam Pembelajaran……………………………………. ..... 64
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………….. ... 67
B. Saran………………………………………………………….... 67
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. ... 69
LAMPIRAN

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Keadaan Guru MI. Masyirotul Islamiyah………...…………… 38
Tabel 2 : Jumlah Siswa MI. Masyirotul Islamiyah ………….…………. 39
Tabel 3 : Jumlah Siswa Kelas I s.d. Kelas VI MI. Masyirotul Islamiyah
Tahun Pelajaran 2013/2014…………………………………

39

Tabel 4 : Hasil Nilai Awal Pembelajaran PKn Siswa Kelas IV...….…

41

Tabel 5 : Hasil Nilai Postest Pembelajaran PKn Siswa
Kelas IV siklus I……………………………..……………….

46

Tabel 6 : Penilaian Aktivitas guru pada siklus I …………….…………

48

Tabel 7 : Hasil Nilai Postest Pembelajaran PKn Siswa Kelas IV
siklus II………………………………………………………..

54

Tabel 8 : Penilaian Aktivitas guru pada siklus II……………………….

55

Tabel 9 : Penilaian Nilai Awal Pembelajaran PKn Siswa Kelas IV…..

57

Tabel 10 : Penilaian Nilai Postest Pembelajaran PKn Siswa Kelas IV
siklus I………………………………………………….…….. 58
Tabel 11 : Penilaian Nilai Postest Pembelajaran PKn Siswa Kelas IV
siklus II………………………………………………….……. 59
Tabel 12 : Perbandingan Pembelajaran PKn siswa kelas IV …….…....… 61
Tabel 13 : Hasil rata-rata skor aktivitas siswa dalam pembelajaran……… 62
Tabel 14 : Hasil penilaian Pembelajaran PKn secara kelompok

viii

kelas IV MI. Masyirotul Islamiyah ……………………..…… 64
Tabel 15 : Penilaian Pembelajaran PKn secara kelompok pada
kelas IV MI. Masyirotul Islamiyah siklus I……………..…… 65
Tabel 16 : Penilaian Pembelajaran PKn secara kelompok pada
kelas IV MI. Masyirotul Islamiyah siklus I……………..…… 66

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2 : Struktur Organisasi Masyirotul Islamiyah …………………… 38
Gambar 3 : Kegiatan Belajar Mengajar……………………………………. 48

x

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan kewarganegaraan dalam pengertian sebagai citizenship
education, secara substantif dan pedagogis didesain untuk mengembangkan
warga negara yang cerdas dan baik untuk seluruh jalur dan jenjang
pendidikan. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan program
pendidikan

berdasarkan

nilai-nilai

pancasila

sebagai

wahana

untuk

mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada
budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat menjadi jati diri yang
diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari peserta didik
baik sebagai individu, sebagai anggota masyarakat dan makhluk ciptaan tuhan
Yang Maha Esa.
Dalam pendidikan nasional pendidikan kewarganegaraan terbagi dalam
lima status. Pertama, sebagai mata pelajaran disekolah. Kedua, sebagai mata
kuliah di perguruan tinggi. Ketiga, sebagai salah satu cabang pendidikan
disiplin ilmu pengetahuan sosial dalam kerangka program pendidikan guru.
Keempat, sebagai program pendidikan politik yang dikemas dalam bentuk
penataran pedoman penghayatan dan pengamalan pancasila (penataran P4).
Kelima, sebagai kerangka konseptual dalam bentuk pemikiran individual dan
kelompok pakar terkait, yang dikembangkan sebagai landasan dan kerangka
berfikir mengenai pendidikan kewarganegaraan dalam empat status yang lain.
Terkait dengan status Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang pertama
yaitu sebagai mata pelajaran di sekolah, dalam perkembangannya pendidikan
kewarganegaraan di Indonesia terutama untuk Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah
Dasar telah mengalami berbagai perubahan nama dengan sangat cepat karena
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) tersebut sangat rentan

1

2

terhadap perubahan politik, namun isi secara umum dan pendekatan serta
sistem penyampaiannya kebanyakan tidak berubah.
Perubahan nama pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn) pada tingkat Sekolah Dasar di mulai tahun 1968 digunakan istilah
kewargaan Negara sebagai nama mata pelajaran, yang didalamnya tercakup
sejarah Indonesia, geografi Indonesia, dan civics (yang diterjemahkan sebagai
pengetahuan kewargaan negara). Di dalam kurikulum Proyek Perintis Sekolah
Pembangunan (PPSP), digunakan beberapa istilah, yakni pendidikan
kewargaan negara, studi sosial, “civics” dan hukum.1 Untuk SD 8 tahun pada
PPSP digunakan istilah pendidikan kewargaan negara yang merupakan mata
pelajaran IPS terpadu atau identik dengan “integrated social studies” di
Amerika.
Selanjutnya dalam kurikulum 1975 diubah menjadi Pendidikan Moral
Pancasila (PMP) yang berisikan materi pancasila sebagaimana diuraikan
dalam Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila atau P4. Mata
pelajaran PMP dalam kurikulum 1975 dan kurikulum 1984. PMP dalam
kurikulum 1984 merupakan mata pelajaran yang sangat penting dan strategis
sifatnya, dan telah ditetapkan oleh MPR sejak tahun 1973. GBHN menyatakan
bahwa “pendidikan pancasila termasuk pendidikan moral pancasila dan unsurunsur yang dapat meneruskan dan mengembangkan jiwa dan nilai-nilai 1945
kepada generasi muda dimasukkan ke dalam kurikulum di sekolah-sekolah
mulai dari Taman Kanak-kanak sampai Universitas, baik negeri maupun
swasta.”2 Adapun tujuan mata pelajaran PMP adalah
1. Memberikan pengertian, pengetahuan dan pemahaman tentang
pancasila yang benar dan sah.
2. Meletakkan dan membentuk pola pikir yang sesuai dengan
pancasila dan ciri khas dan watak ke Indonesiaan.
3. Menanamkan nilai-nilai moral pancasila ke dalam diri anak
didik.
1

Dasim Budimansyah dan Karim Suryadi, PKN dan Masyarakat Multikultural, (Bandung:
Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan UPI, 2008), Cet. I, h. 10
2
Aziz Wahab, dkk., Materi Pokok Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN)
Modul 7-12, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), Cet. 14, h. 12.7

3

4. Menggugah kesadaran anak didik sebagai warga negara dan
warga masyarakat Indonesia untuk selalu mempertahankan dan
melestarikan nilai-nilai moral pancasila tanpa menutup
kemungkinan bagi diakomodasikannya nilai-nilai lain dari luar
yang sesuai dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai moral
pancasila terutama dalam menghadapi arus globalisasi dan
dalam rangka kompetisi dalam pasar bebas dunia.
5. Memberikan motivasi agar dalam dalam setiap tingkah
laku/laku lampahnya bertindak dan berperilaku sesuai dengan
niali, moral dan norma pancasila.
6. Mempersiapkan anak-anak didik untuk menjadi warga negara
dan warga masyarakat Indonesia yang baik dan bertanggung
jawab serta mencintai bangsa dan negaranya.3
Kemudian pada kurikulum 1994 diperkenalkan nama baru yaitu
pendidikan pancasila dan kewarganegaraan atau PPKn. Berbeda dengan
kurikulum sebelumnya, kurikulum PPKn 1994 mengorganisasikan materi
pembelajarannya bukan atas dasar rumusan butir-butir nilai P4, tetapi atas
dasar konsep nilai yang disaripatikan dari P4 dan sumber resmi lainnya yang
ditata dengan menggunakan pendekatan spiral meluas. Pendekatan ini
mengartikulasikan sila-sila pancasila dengan jabaran nilainya untuk setiap
jenjang pendidikan dan kelas serta catur wulan dalam setiap kelas.4
Menurut kurikulum 1994 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
(PPKn) merupakan mata pelajaran yang termasuk ke dalam kategori social
studies tradisi citizenship transmision dengan nilai dan moral yang bersumber
dari budaya Indonesia sebagai muatannya yang pada gilirannya diharapkan
dapat

diwujudkan

dalam

perilaku

sehari-hari

dalam

kehidupan

bermasyarakat.5 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) di
SD/MI bertujuan untuk “menanamkan sikap dan perilaku dalam kehidupan
sehari-hari yang didasarkan kepada nilai-nilai pancasila baik sebagai pribadi
maupun sebagai anggota masyarakat, dan memberikan modal kemampuan
untuk mengikuti pendidikan di SLTP.”6 Dari rumusan tujuan tersebut dapat

3

Ibid, h. 12.7-12.8
Dasim Budimansyah dan Karim Suryadi, Op.cit, h. 10
5
Ibid.,
6
Ibid, h. 11
4

4

disimpulkan bahwa jenjang pendidikan yang lebih rendah secara sinabung
dikembangkan di jenjang pendidikan berikutnya. Selain itu PKn juga memiliki
peran dan fungsi sebagai:
1. Pendidikan nilai dan moral pancasila serta Undang-Undang Dasar 1945.
2. Pendidikan politik.
3. Pendidikan kewarganegaraan.
4. Pendidikan hukum dan kemasyarakatan.7
Sementara itu untuk mengimbangi dinamika perkembangan masyarakat
dan kemajuan ilmu pengetahuan, tekhnologi dan seni (ipteks) yang demikian
cepat yang disebut dengan era globalisasi, maka sejak tahun 2004
diberlakukan kurikulum berbasis kompetensi atau KBK. KBK diartikan
sebagai “suatu konsep kurikulum yang menekankan pada kemampuan
melakukan tugas-tugas dengan standar performansi tertentu sehingga hasilnya
dapat dirasakan oleh peserta didik berupa penguasaan terhadap seperangkat
kompetensi tertentu”.8 Tak lama dari diberlakukan kurikulum 2004 dengan
mengacu pada Permen nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi dikemukakan
bahwa “ mata pelajaran

pendidikan kewarganegaraan merupakan mata

pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang
memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk
menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang
diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945.”9 dan permen nomor 23 tahun
2006 tentang standar kompetensi lulusan dijelaskan bahwa:
“Standar kompetensi kelompok mata pelajaran kewarganegaraan
dan kepribadian untuk SD/MI/SDLB/Paket A sebagai berikut:
1. Menunjukkan kecintaan dan kebanggaan terhadap bangsa,
negara, dan tanah air Indonesia.
2. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam
lingkungannya.
3. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan
golongan sosial ekonomi di lingkungan sekitarnya.
4. Menunjukkan kecintaan dan kepedulian terhadap lingkungan.
7

Aziz Wahab, dkk, Op.cit, h. 12.11
Dasim Budimansyah dan Karim Suryadi, Op.cit, h. 13
9
Udin S. Winataputra, Pemvbelajaran PKN di SD, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2014), Cet.
14, h. 1.15
8

5

5. Mengenal kekurangan dan kelebihan diri sendiri.
6. Menunjukkan rasa keingintahuan yang tinggi dan menyadari
potensinya.
7. Berkomunikasi secara santun.
8. Menunjukkan kegemaran membaca.
9. Menunjukkan kebiasaan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan
memanfaatkan waktu luang.
10. Bekerja sama dalam kelompok, tolong-menolong, dan menjaga
diri sendiri dalam lingkungan keluarga dan teman sebaya.
11. Menunjukkan kemampuan mengekspresikan diri melalui
kegiatan seni dan budaya lokal.”10
Berdasarkan standar isi dan standar kompetensi lulusan tersebut yang
merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam menyusun KTSP,
maka KBK dirubah menjadi KTSP. Seiring dengan perubahan kurikulum
tersebut mata pelajaran PPKn pun diubah lagi namanya menjadi Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn). Bertolak dari dokumen tersebut diharapkan para
guru dapat melaksanakan pembelajaran yang tidak hanya menanamkan
pengetahuan materi kepada siswa tetapi dampak dari pembelajaran tersebut
akan membentuk karakter siswa yang terampil dan cerdas sesuai harapan dari
tujuan pendidikan nasional.
Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) bertujuan agar peserta
didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi
isu kewarganegaraan.
2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan
bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi.
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk
diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar
dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia
secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan
tekhnologi informasi dan komunikasi.11
Dalam standar isi juga dijelaskan ruang lingkup mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) untuk pendidikan dasar dan menengah
10
11

Lampiran Permendiknas No. 23 Tahun 2006, h. 8
Dasim Budimansyah dan Karim Suryadi, Op.cit, h. 15

6

secara umum meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1) Persatuan dan kesatuan
bangsa, 2) Norma, hukum dan peraturan, 3) Hak asasi manusia, 4) Kebutuhan
warga negara, 5) Konstitusi negara, 6) Kekuasaan dan politik, 7) Pancasila, 8)
Globalisasi.12
1. Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi hidup rukun dalam perbedaan,
cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda,
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisispasi dalam
pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik
Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan.
2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi tertib dalam kehidupan keluarga,
tata tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturanperaturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan
internasional.
3. Hak asasi manusia, meliputi hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban
anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM,
pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.
4. Kebutuhan warga negara, meliputi hidup gotong royong, harga diri sebagai
warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan
pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan
kedudukan warga negara.
5. Konstitusi Negara, meliputi proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang
pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia,
hubungan dasar negara dengan konstitusi.
6. Kekuasaan dan politik, meliputi pemerintahan desa dan kecamatan,
pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintahan pusat, demokrasi dan
sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat
madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi.
7. Pancasila, meliputi kedudukan pancasila sebagai dasar negara dan ideologi
negara, proses perumusan pancasila sebagai dasar negara, pengamalan
12

Udin S. Winataputra, Op.cit, h. 1.17-1.18

7

nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari, pancasila sebagai
ideologi terbuka.
8. Globalisasi, meliputi globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri
Indonesia di era globalisasi, peranan globalisasi, dampak globalisasi,
hubungan internasional dan organisasi internasional, dan mengevaluasi
globalisasi.
Berdasarkan hasil observasi awal di MI. Masyirotul Islamiyah Tambora,
terlihat bahwa situasi belajar mengajar di Madrasah Ibtidaiyah masih
mengikuti pola lama yang berpusat pada guru dan sekolah. Sistem pengajaran
yang berpusat pada guru/sekolah memiliki banyak kelemahan, namun sampai
sekarang sistem sekolah pada umumnya dirancang dengan pola seperti ini.
Setiap usaha menerapkan pendekatan selalu mengalami kegagalan karena
semua komponen mulai dari lembaga, guru dan siswa telah terbiasa dengan
pola yang bersifat tradisional. Sehingga berdampak pada kurangnya
keterlibatan siswa pada pembelajaran, minat dan motivasi siswa yang
cenderung rendah karena siwa merasa bosan dalam mengikuti proses
pembelajaran. Selain itu prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn di MI
Masyirotul Islamiyah masih rendah dan menunjukkan nilai yang masih di
bawah Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM=70). Sistem pengajaran
yang baik seharusnya dapat membantu siswa mengembangkan diri secara
optimal serta mampu mencapai tujuan-tujuan belajarnya.13
Melihat penjelasan di atas penting kiranya seorang guru dapat berperan
dalam pembelajaran dengan memadukan strategi, metode, teknik, dan
pendekatan agar tercapai hasil belajar yang sesuai dengan yang diharapkan.
Hasil belajar merupakan ukuran kemampuan siswa setelah menjalani proses
belajar. Gagne membagi lima kategori hasil belajar yaitu, informasi verbal,
keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan motoris.
Dari latar belakang di atas perlu dicarikan alternatif lain untuk meningkatkan
hasil belajar PKn siswa pada materi peranan globalisasi. Hal ini mengingat
13

Elin Rosalin, Gagasan Merancang Pembelajaran Kontekstual, (Bandung: Karsa Mandiri
Persada, 2008), h. 3

8

pentingnya pengajaran PKn untuk membentuk karakter siswa tingkat
Madrasah Ibtidaiyah, sehingga dipilihlah pendekatan CTL yang diharapkan
dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran PKn pada
materi peranan globalisasi. Selain itu penerapan CTL menekankan keaktifan
siswa dalam pembelajaran sehingga merangsang kemampuan berfikir yang
diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pembelajaran PKn
pada materi peranan globalisasi.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar PKn dalam Materi Peranan
Globalisasi Melalui Pendekatan Contekstual Teaching Learning (CTL) di
kelas IV MI. Masyirotul Islamiyah Tambora Jakarta Barat Tahun
Pelajaran 2013/2014”. Dalam sebuah tugas akademik sebagai syarat meraih
gelar sarjana di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah.

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasi masalah
yang timbul dan dapat diteliti yaitu:
1. Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran masih kurang
2. Kurangnya motivasi dan minat belajar PKn siswa
3. Prestasi belajar siswa pada pembelajaran PKn khususnya materi peranan
globalisasi masih sangat rendah
4. Kegiatan pembelajaran yang masih menggunakan pendekatan yang
berpusat kepada guru.
5. Kurangnya pengetahuan guru tentang pendekatan pembelajaran yang
inovatif.

C. Pembatasan Fokus Penelitian
Agar penelitian ini lebih terarah dan terfokus serta sesuai dengan
keterbatasan penulis dalam hal waktu, tenaga, biaya, maka perlu ada
pembatasan masalah. Atas dasar pertimbangan tersebut, penelitian ini dibatasi

9

hanya berusaha meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn) siswa melalui pendekatan Contekstual Teaching Learning (CTL) di
kelas IV MI Masyirotul Islamiyah.

D. Rumusan Masalah
Bagaimana penerapan pendekatan Contekstual Teaching Learning
(CTL) dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
pada materi peranan globalisasi di kelas IV MI Masyirotul Islamiyah Tambora
Jakarta Barat?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan
pendekatan Contekstual Teaching Learning (CTL) yang dapat meningkatkan
hasil belajar PKn pada materi peranan globalisasi di kelas IV MI.

F. Manfaat Penelitian
Manfaat hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti
tentang pendekatan Contekstual Teaching Learning (CTL) dalam
pembelajaran PKn khususnya materi peranan globalisasi.

2. Secara praktis
a. Bagi peserta didik
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pembelajaran PKn
dalam materi peranan globalisasi karena pendekatan CTL mengajak
siswa aktif terlibat dalam kegiatan belajar mengajar.
b. Bagi peneliti
Penelitian ini merupakan pengalaman berharga dalam menerapkan
pendekatan

CTL

dalam

pembelajaran

PKn

sehingga

dapat

10

memperbaiki kinerja pembelajaran PKn tentang materi peranan
globalisasi.

c. Bagi sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan dalam pengembangan
dan perbaikan kurikulum tentang pendekatan pembelajaran yang
inovatif.

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti
1. Hakikat Hasil Belajar PKn
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar berasal dari dua kata yaitu hasil dan belajar. Dalam kamus
besar bahasa Indonesia hasil adalah “sesuatu yg diadakan (dibuat, dijadikan,
dsb)

oleh

usaha.

Sedangkan

belajar

adalah

berusaha

mengetahui

sesuatu;berusaha memperoleh ilmu pengetahuan(kepandaian, keterampilan).”1
Sudjana mengemukakan hasil belajar adalah “kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.”.2 Horwart Kingsley
dalam Sudjana menjelaskan pula bahwa “hasil belajar dapat dibedakan dalam
tiga komponen yang diantaranya:
a. Keterampilan dan kebiasaan.
b. Pengetahuan dan pengarahan.
c. Sikap dan cita-cita.” 3
Hasil belajar merupakan pengalaman siswa sebagai hasil interaksi
dunia fisik dengan lingkungannya.4 Berdasarkan pendapat tersebut maka hasil
belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui siswa, konsepkonsep, tujuan dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang
dipelajari.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar merupakan ukuran kemampuan siswa memahami dan menguasai
1

Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: Gramedia, 2008), Ed.
IV, Cet. 1, h. 24 dan 513
2
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2004), Cet. 7, h. 22
3
Ibid., h. 22
4
Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011),
h. 127

11

12

materi pelajaran dan pengetahuan serta kemampuan bertindak serta
menggunakan pengetahuan tersebut untuk merubah perilaku menjadi
lebih dewasa dan mampu memecahkan masalah.

b. Pengertian PKn
Materi pokok Pendidikan Kewarganegaraan adalah tentang hubungan
antara warga negara dan negara serta Pendidikan Pendahuluan Bela Negara
(PPBN). Secara bahasa, istilah Civic Education oleh sebagian pakar
diterjemahkan

kedalam

bahasa

Indonesia

menjadi

Pendidikan

Kewarganegaraan.
Menurut Azra, pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan yang
cakupannya lebih luas dari pendidikan demokrasi dan pendidikan HAM.5
Sementara itu, Zamroni berpendapat bahwa Pendidikan Kewarganegaraan
adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga
masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis, melalui aktivitas
menanamkan kesadaran kepada generasi baru bahwa demokrasi adalah bentuk
kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak-hak warga masyarakat.6
Pengertian lain didefinisikan oleh Merphin Panjaitan, bahwa
Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang
bertujuan untuk mendidik generasi muda menjadi warga negara yang
demokratis dan partisipatif melalui suatu pendidikan yang diagonal.
Sementara Soedijarto mengartikan Pendidikan Kewarganegaraan
sebagai pendidikan politik yang bertujuan untuk membantu peserta
didik untuk menjadi warga negara yang secara politik dewasa dan ikut
serta membangun sistem politik yang demokratis.7
Pendidikan

kewarganegaraan

merupakan

mata

pelajaran

yang

memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara

5

Dede Rosyada, dkk, Buku Panduan Dosen Pendidikan Kewargaan (Civic Education)
Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani, (Jakarta: Prenada Media, 2004), Ed. 1,
h. 1
6
Ibid, h. 2
7
Sondy Damanik, Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan, diakses Senin, 7 April 2014,
Pukul. 10.46 WIB, http://informasilive.blogspot.com/2013/04/pengertian-pendidikankewarganegaraan.html

13

Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oeleh
pancasila dan UUD 1945.8
Berdasarkan

penjelasan

dari

pengertian

tentang

Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn) maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan
kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi dan politik yang bertujuan
untuk membentuk warga negara yang menyadari dan mampu melaksanakan
hak dan kewajibannya untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan dan
kemajuan negara.

c. Pengertian Hasil Belajar PKn
Hasil belajar merupakan ukuran kemampuan siswa memahami dan
menguasai materi pelajaran dan pengetahuan serta kemampuan bertindak
serta menggunakan pengetahuan tersebut untuk merubah perilaku menjadi
lebih dewasa dan mampu memecahkan masalah.
Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi dan politik
yang bertujuan untuk membentuk warga negara yang menyadari dan mampu
melaksanakan hak dan kewajibannya untuk ikut berpartisipasi dalam
pembangunan dan kemajuan negara.
Pembelajaran PKn adalah pembelajaran nilai dan moral pancasila dan
UUD 1945 yang bermuara pada terbentuknya watak pancasila dan UUD 1945
dalam diri peserta didik.
Dari uraian di atas maka hasil belajar PKn adalah ukuran kemampuan
siswa memahami dan menguasai materi pelajaran dan pengetahuan serta
kemampuan bertindak serta menggunakan pengetahuan tersebut untuk
merubah perilaku sebagai hasilproses pendidikan demokrasi dan politik
yang bertujuan untuk membentuk warga negara yang memiliki nilai, moral
dan watak pancasila dan UUD 1945.

8

Dasim Budimansyah dan Karim Suryadi, PKN dan Masyarakat Multikultural, (Bandung:
Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan UPI, 2008), Cet. I, h. 14

14

d. Tujuan PKn di SD
Di Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar, PKn lebih dititikberatkan pada
penghayatan dan pembiasaan diri untuk berperan sebagai warga negara yang
demokratis dalam konteks Indonesia. Untuk itu guru PKn harus menjadi
model warga negara yang demokratis sehingga menjadi teladan bagi peserta
didiknya.
Pendidikan kewarganegaraan bertujuan untuk membangun karakter
bangsa Indonesia yang antara lain: membentuk kecakapan partisipatif warga
negara yang bermutu dan bertanggung jawab dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, menjadikan warga negara yang cerdas, aktif, kritis, dan demokratis,
namun tetap memiliki komitmen menjaga persatuan dan integritas bangsa,
mengembangkan kultur demokrasi yang berkeadaban, yaitu kebebasan,
persamaan, toleransi, dan tanggung jawab.9
Tujuan pendidikan kewarganegaraan pada dasarnya adalah menjadikan
warga negara Indonesia yang cerdas, bermartabat dan aktif dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.

Tujuan dari pendidikan kewarganegaraan di kelas MI/SD ini adalah
tumbuh-kembangnya kepekaan, ketanggapan, kritisasi, dan kreativitas
sosial dalam konteks kehidupan bermasyarakat secara tertib, damai,
dan kreatif. Para peserta didik dikondisikan untuk selalu bersikap kritis
dan berperilaku kreatif sebagaianggota keluarga, warga sekolah,
anggota masyarakat, warga negara, dan ummat manusia
dilingkungannya yang cerdas dan baik. Proses pembelajaran
diorganisasikan dalam bentuk belajar sambil berbuat (learning by
doing), belajar memecahkan masalah sosial (social problem solving
learning), belajar melalui perlibatan sosial (socio-participatory
learning), dan belajar melalui interaksi sosial-kultural sesuai dengan
konteks kehidupan masyarakat.10
e. Karakteristik PKn
Karakteristik dapat diartikan sebagai ciri-ciri atau tanda yang
menunjukan suatu hal berbeda dengan lainya. PKn sebagai mata pelajaran

9

A. Ubaedillah dan Abdul Rozak, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) Demokrasi,
Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2012), Cet. 8, h.
18
10 Sapriya, Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKN), (Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, 2012), Cet. 2, h. 17

15

yang sangat penting bagi siswa memiliki karakteristik yang cukup berbeda
dengan cabang ilmu pendidikan lainnya. Karakteristik PKn ini dapat dilihat
dari objek, lingkup materinya, strategi pembelajaran, sampai pada sasaran
akhir dari pendidikan ini. Pendidikan kewarganegaraan merupakan mata
pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang
memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk
menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang
diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
Adapun karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah
1) PKn termasuk dalam proses ilmu sosial (IPS)
2) PKn diajarkan sebagai mata pelajaran wajib dari seluruh program
sekolah dasar sampai perguruan tinggi
3) PKn menanamkan banyak nilai, diantaranya nilai kesadaran, bela
negara, penghargaan terhadap hak azasi manusia, kemajemukan
bangsa, pelestarian lingkungan hidup, tanggung jawab sosial,
ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak, serta sikap dan
perilaku anti korupsi, kolusi, dan nepotisme.
4) PKn memiliki ruang lingkup meliputi aspek Persatuan dan
Kesatuan bangsa, Norma, hukum dan peraturan, Hak asasi
manusia, Kebutuhan warga negara, Konstitusi Negara, Kekuasan
dan Politik, Pancasila dan Globalisasi
5) PKn memiliki sasaran akhir atau tujuan untuk terwujudnya suatu
mata pelajaran yang berfungsi sebagai sarana pembinaan watak
bangsa (nation and character building) dan pemberdayaan warga
negara.
6) PKn merupakan suatu bidang kajian ilmiah dan program
pendidikan di sekolah dan diterima sebagai wahana utama serta
esensi pendidikan demokrasi di Indonesia.
7) PKn mempunyai 3 pusat perhatian yaitu Civic Intellegence
(kecerdasan dan daya nalar warga negara baik dalam dimensi
spiritual, rasional, emosional maupun sosial), Civic Responsibility
(kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara yang
bertanggung jawab dan Civic Participation (kemampuan
berpartisipasi warga negara atas dasar tanggung jawabnya, baik
secara individual, sosial maupun sebagai pemimpin hari depan)
8) PKn lebih tepat menggunakan pendekatan belajar kontekstual
(CTL) untuk mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan,
keterampilan, dan karakter warga negara Indonesia. Contextual
Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan

16

antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari.
9) PKn mengenal suatu model pembelajaran VCT (Value
Clarification Technique/Teknik Pengungkapan Nilai), yaitu suatu
teknik belajar-mengajar yang membina sikap atau nilai moral
(aspek afektif).11
Dari karakteristik yang ada, terlihat bahwa PKn merupakan mata
pelajaran yang memiliki karakter berbeda dengan mata pelajaran lain.
Walaupun PKn termasuk kajian ilmu sosial namun dari sasaran / tujuan akhir
pembentukan hasil dari pelajaran ini mengharapkan agar siswa sebagai warga
negara memiliki kepribadian yang baik, bisa menjalankan hak dan
kewajibannya dengan penuh kessadaran karena wujud cinta atas tanah air dan
bangsanya sendiri sehingga tujuan NKRI bisa terwujud.

2. Hakikat pendekatan CTL
a. Pengertian Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep
pembelajaran yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik
membuat

hubungan

antara

pengetahuan

yang

dimilikinya

dengan

penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat.12 CTL menekankan pada pemberdayaan siswa sehingga hasil
belajar bukan hanya sebatas pada pengenalan nilai, melainkan lebih pada
penghayatan dan penerapan nilai-nilai dalam kejidupan nyata.
Menurut Wina Sanjaya CTL adalah “suatu strategi pembelajaran yang
menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat
menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi
kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya
dalam kehidupan mereka”. Pembelajaran Contextual teaching learning lahir
11

Oktodwi, Karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan (PKN), diakses hari Senin, 1 April
2004, Pukul 13.35WIB, http://id.netlog.com/oktodwi/blog/blogid=142121
12

Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2013), Cet. 10, h. 79

17

dari faham kontruktivisme yaitu faham yang berpendapat bahwa pembelajaran
yang bermakna bermula dari pengetahuan dan pengalaman peserta didik.
Melalui landasan kontruktivisme tersebut maka pendekatan Contextual
Teaching Learning (CTL) dapa diartikan sebagai “konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia
nyata dengan mendorong siswa untu membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari menjadi
alternatif strategi belajar yang baru”.13
Berdasarkan

penjelasan

beberapa

definisi

tentang

pendekatan

Contextual Teaching Learning (CTL), maka dapat disimpulkan bahwa
pendekatan Contextual Teaching Learning(CTL) merupakan pendekatan
pembelajaran yang menekankan pada keterlibatan siswa dalam pembelajaran,
mendorong siswa mengaitkan materi dengan kehidupan nyata, dan mendorong
siswa untuk menerapkannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

b. Komponen-Komponen Pembelajaran CTL
Ada tujuh komponen pembelajaran CTL yaitu Konstruktivisme,
inkuiri, bertanya (questioning), masyarakat belajar (Learning community),
pemodelan (modelling), refleksi, dan penilaian autentik.14
1) Konstruktivisme

merupakan

proses

membangun

atau

menyusun

pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman.
Penerapan asas kontruktivisme mendorong siswa untuk mengkonstruksi
sendiri pengetahuan yang dimilikinya melalui pengalaman yang telah
dilaluinya secara nyata.
2) Inkuiri adalah proses penemuan pengetahuan, dalam inkuiri siswa dituntut
berfikir secara sistematis, dengan harapan siswa dapat berkembang secara
utuh baik intelektual, mental, emosional, maupun pribadinya.
3) Bertanya (questioning), belajar pada hakikatnya bertanya dan menjawab
pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan
13

Elin Rosalin, Gagasan Merancang Pembelajaran Kontekstual, (Bandung: Karsa Mandiri
Persada, 2008), h. 24-25
14
Agus Suprijono, Op.cit, h. 85

18

setiap

individu,

sedangkan

menjawab

pertanyaan

mencerminkan

kemampuan seseorang dalam berpikir.
4) Masyarakat belajar (learning community), pengetahuan dan pemahaman
anak ditopang oleh komunikasi dengan orang lain. Asas masyarakat
belajar dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui
kelompok belajar.
5) Pemodelan (modelling), yang dimaksud dengan modelling adalah proses
pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat
ditiru oleh setiap siswa.15
6) Refleksi (reflection) proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari
yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadia-kejadian atau
nperistiwa pembelajaran yang telah dilaluinya.
7) Penilaian nyata (authentic assessment), proses yang dilakukan guru untuk
mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan
siswa. Penilaian yang autentik dilakukan secar terintegrasi dengan proses
pembelajaran. Penilaian ini dilakukan terus menerus selama kegiatan
pembelajaran berlangsung.

c. Langkah-langkah pembelajaran CTL
Penerapan pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching
Learning (CTL) dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Guru menjelaskan konmpetensi yang harus dicapai serta manfaat dari
proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari.
2) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL dengan cara membagi
siswa dalam beberapa kelompok sesuai jumlah siswa, tiap kelompok
ditugaskan

untuk

melakukan

observasi,

melalui

observasi

siswa

ditugaskan untuk mencatat berbagai hal yang ditemukan.
3) Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh
siswa.
15

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,(Jakarta:
Kencana Prenada Media, 2011), Ed. I, Cet. 8, h. 267

19

4) Siswa melakukan observasi dan mencatat hal-hal yang mereka temukan
pada proses observasi.
5) Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan kelompoknya
masing-masing.
6) Siswa melaporkan hasil diskusi.
7) Setiap kelompok menjawab pertanyaan yang diajukan oleh kelompok lain.
8) Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan hasil observasi.
9) Guru melakukan refleksi.

B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian dengan menggunakan pendekatan Contekstual Teaching
Learning (CTL) telah banyak diujicobakan atau dilakukan oleh beberapa
sekolah dalam brbagai mata pelajaran. Seperti penelitian yang dilakukan oleh
Nurul Hidayah (07140085), mahasiswa jurusan PGMI Fakultas Tarbiyah UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang dalam skripsinya “Peningkatan Prestasi
Belajar Matematika Melalui Pendekatan CTL (Contekstual Teaching and
Learning) pada Siswa Kelas IV SDN Madyopuro I di Malang” hasil penelitian
yang dilakukannya terbukti dari nilai hasil evaluasi menunjukan adanyah
peningkatan prestasi, dari pre tes ke siklus satu pertemuan pertama 21,27%.
Dari siklus satu pertemuan satu kepertemuan dua naik 29,8%. Dari siklus satu
pertemuan dua kesiklus dua pertemuan satu naik 2,14%. Dari siklus dua
pertemuan satu kepertemuan dua naik 10,64%. Sehinga dapat disimpulkan
bahwa dengan pendekatan CTL siswa dapat lulus 100% padahal sebelum
tindakan yang lulus hanya sebanyak 40,43%.16
Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Nurul Hidayah dengan
penelitian ini terletak pada mata pelajaran yang diteliti dan tempat
pelaksanaan penelitian.

16

Nurul Hidayah, Abstrak Skripsi, Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Melalui
Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) Pada Siswa Kelas IV SDN Madyopuro I
Malang, (Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim, 2009)

20

Begitu

Dokumen yang terkait

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Sumber Energi Gerak melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) ( Penelitian Tindakan Kelas di MI Muhammadiyah 2 Kukusan Depok)

0 14 135

Peningkatan Hasil Belajar PKn dalam Materi Peranan Globalisasi Melalui Pendekatan Contekstual Teaching Learning (CTL) di kelas IV MI. Masyirotul Islamiyah Tambora Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2013/2014.

0 4 180

Peningkatan Aktivitas Belajar Matematika Melalui Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Pada Siswa Kelas IV MI Mathlaul Anwar

0 15 174

Penerapan Pendekatan Contekstual Teaching adnd Learning untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Kondisi Fisik Wilayah Indonesia

0 0 12

Peningkatan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) melalui Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

0 0 7

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Tentang Macam-Macam Sumber Energi Melalui Pendekatan Discovery Learning

0 1 17

Peningkatan Hasil Belajar Luas Bangun Datar Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada Siswa Kelas III SDN 31 Lubuk Alung

0 1 7

Upaya Peningkatan Hasil Belajar Soal Cerita Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Pada Siswa Kelas III Sekolah Dasar Negeri 07 Batang Anai

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Discovery Learning Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018

0 0 68

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning Siswa Kelas IV SDN 2 Purworejo Kecamatan Blora Kabupaten Blora Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 50