Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Prinsip Pengaturan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronika (ITE) terhadap Pencemaran Nama Baik T1 312012051 BAB I

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Di negara demokrasi tuntutan masyarakat akan keterbukaan informasi semakin besar. Perkembangan Teknlogi Informatika (telematika) ini telah melahirkan penyimpangan-penyimpangan bagi lingkungan sekitarnya termasuk didalamnya manusia. Perubahan sosial yang timbul sebagai implikasi berkembangnya ranah telematika haruslah menempatkan hukum sebagai sandaran kerangka untuk mendukung usaha-usaha perubahan yang terjadi dalam masyarakat1. Pada masa sekarang ini kemajuan akan teknologi informasi, media elektronika dan globalisasi terjadi hampir disemua bidang kehidupan. Komputer merupakan salah satu penyebab munculnya perubahan sosial pada masyarakat, yaitu mengubah perilakunya dalam berinteraksi dengan manusia lainnya, yang terus menjalar kebagian lain dari sisi kehidupan manusia, sehingga muncul adanya norma baru, nilai-nilai baru, dan sebagainya2.

Komputer adalah alat untuk memproses data elektronik, magnetik, optik, atau sistem yang melaksanakan fungsi logika, aritmatika, dan penyimpan3. Pesatnya perkembangan dan kemajuan teknologi komunikasi, menyebabkan kegiatan kehidupan manusia dalam berbagai bidang yang secara langsung dan mempengaruhi lahirnya bentuk-bentuk perbuatan

1

Maskun, Kejahatan Ciber Cyber Crime Suatu Pengantar, Kencana, Jakata, 2013, hal., 9.

2

Dikdik M. Arif mansyur, dan Elisatris Gultom, CYBER LAW Aspek Hukum Teknologi Informasi, Refika Aditama, Bandung, 2005, hal., 3.

3


(2)

hukum baru. Penggunaan dan pemamfaatan teknologi informasi harus terus dikembangkan untuk menjaga, memelihara, dan memperkukuh persatuan dan kesatuan nasional. Berdasarkan peraturan perundang-undangan demi kepentingan nasional, disamping itu pemamfaatan teknologi informasi berperan penting dalam perdagangan dan pertumbuhan perekonomian nasional untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat4.

Perkembangan teknologi komputer khususnya yang berbasis telekomunikasi, mengenal suatu hal baru yang popular dengan sebutan internet. Internet diartikan sebagai jaringannya jaringan yang telah berkembang di seluruh dunia dan menjadi suatu fenomena yang mengasyikkan dengan tantangan baru tersendiri. Dalam konteks yang sangat kompleks, fenomena internet kemudian lebih dikenal dengan cyber space 5 .Yang mana dengan perkembangan fenomena internet ini kemuadian menimbulkan banyaknya konflik yang terjadi antara manusia yang satu dengan manusia lainnya yang menyebabkan banyaknya terjadi kasus-kasus di media sosial misalnya pencemaran nama baik seseorang.

Dengan munculnya internet ini juga dapat mengudang tangan-tangan kriminal dalam beraksi baik untuk mencari keuntungan materi maupun sekunder dan melampiaskan keisengan dari sipelaku internet itu sendiri. Suatu teori menyatakan, criem is product of society its self 6. Adanya

4

Siswanto Sunarso, Hukum Informasi dan Transaksi Elektronik Studi Kasus : Prita Mulya Sari,

Rineka Cipta, Jakarta, 2009, hal., v.

5

Maskun , Op, Cit., hal., 2.

6


(3)

pengaruh globalisasi dengan penggunaan sarana teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah pola hidup masyarakat dan berkembang pada tatanan kehidupan baru dan mendorong terjadinya perubahan sosial, ekonomi, budaya, pertahanan, keamanan, dan penegakan hukum. Perkembangan teknologi juga telah dimamfaatkan dalam kehidupan sosial masyarakat, dan telah memasuki berbagai sektor kehidupan baik dalam pemerintahan, sektor bisnis, perbankan, pendidikan ,kesehatan, dan kehidupan pribadi.

Selain berdampak positif, perkembangan teknologi komunikasi juga menimbulkan dampak negatif yakni menimbulkan peluang untuk melakukan kejahatan-kejahatan baru atau sering disebut (ciber crime) sehingga diperlukan upaya protektif dari pemerintah. Sehingga dapat juga dikatakan bahwa teknologi Informasi dan Komunikasi bagaikan pedang bermata dua dimana selain memberikan dampak positif bagi peningkatan kesejahteraan, kemajuan, dan peradapan manusia, juga menjadi sarana potensial dan sarana efektif untuk melakukan perbuatan melawan hukum7. perbuatan melawan hukum di dunia maya merupakan fenomena yang sangat menghawatirkan mengingat tindakan carding, hacking, penipuan, terorisme dan penyebaran informasi destriktif telah menjadi bagian dari aktivitas pelaku kejahatan di dunia maya8.

Oleh karena itu, untuk menjamin kepastian hukum pemerintah berkewajiban untuk melakukan regulasi terhadap aktivitas terkait dengan pemamfaatan teknologi informasi dan komunikasi tersebut. Oleh sebab itu

7

(log), Op, Cit., hal., 39-41.

8


(4)

Pemerintah mengundangkan Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Teknologi Elektronika sebagai wujud dari tanggung jawab yang harus diemban oleh Negara. Untuk memberikan perlindungan maksimal bagi masyarakat pengguna media sosial agar terlindungi dengan baik dari potensi penyalahgunaan teknologi tersebut.

Pada saat sekarang ini telah ada regulasi atau Undang Undang yaitu Undang Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi Elektronik atau yang lebih dikenal oleh masyarakat dengan UU ITE. Sanksi hukum atas perbuatan yang dikategorikan sebagai suatu kejahatan atau tindak pidana didalam dunia maya tersebut dengan perbuatan yang dilarang diatur sebanyak 11 pasal yaitu dari pasal 27 sampai dengan pasal 37 dengan sanksi hukum yang bervariasi, dari sanksi hukum pidana penjara paling lama enam tahun sampai dengan pidana penjara paling lama 12 tahun.

Sebagaimana yang diatur dalam pasal 45 sampai pasal 52 Undang-Undang Informasi dan Transakai Elektronika (UU ITE). Diantara perbuatan yang dilarang didalam ketentuan UU ITE tersebut yang paling menarik dan paling banyak mendapatkan perhatian masyarakat adalah ketentuan sebagaimana yang diatur dalam pasal 27 ayat (3) jo pasal 45 ayat (1) UU ITE mengatur sebagai berikut9.

Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 1.000.000.000 (satu miliar rupiah).

9


(5)

Demikian adanya UU ITE ini marak diberitakan tentang tuduhan pencemaran nama baik oleh berbagai pihak penyebabnya beragam, mulai dari penulisan dimaling list (milis), meneruskan (forward) email, melaporkan korupsi, memberitakan suatu informasi yang kurang penting dan merugikan orang lain di media sosial, mengungkapkan hasil penelitian, serta sederet tindakan lainnya.

Dalam perspektif KUHP, seseorang dianggap telah melakukan penghinaan, pencemaran atau telah mencemarkan nama baik orang lain yaitu, ketika seseorang tersebut dengan sengaja dan dengan bertujuan untuk sesuatu hal yang berkaitan dengan kehormatan atau nama baik seseorang yang diketahuinya itu supaya diketahui oleh orang lain. R. Soesilo menerangkan apa yang dimaksut dengan “menghina”, yaitu “menyerang kehormatan dan nama baik seseorang”. Yang diserang biasanya merasa “malu”. Kehormatan yang diserang disini hanya mengenai kehormatan tentang “nama baik”, bukan “kehormatan” dalam lapangan seksual10.

Kehormatan atau nama baik merupakan hal yang dimiliki oleh manusia yang masih hidup. Karena itulah tindak pidana terhadap kehormatan dan nama baik pada umumnya ditujukan terhadap seseorang yang masih hidup. Demikian halnya dengan badan hukum, pada hakikatnya tidak mempunyai kehormatan, tetapi KUHP menganut

10

Teffi oktarin, Pertanggung jawaban Pidana Terhadap Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik Melalui Media Elektronika tentang Media Informasi dan Transaksi Elektronika, disertasi, univrsitas Andalas , 16 juni 2015, hal., 6.


(6)

bahwa badan hukum tertentu, antara lain: Presiden atau Wakil Presiden, Kepala Negara, Perwakilan Negara Sahabat, Golongan/Agama/Suku, atau badan umum, memiliki kehormatan dan nama baik.

Delik pencemaran nama baik bersifat subjektif, yaitu penilaian terhadap pencemaran nama baik tergantung pada pihak yang diserang nama baiknya. Pencemaran nama baik hanya dapat diproses oleh polisi apabila ada pengaduan dari pihak yang merasa dicemarkan nama baiknya11. Tindak pidana yang oleh KUHP dalam kualifikasi pencemaran atau penistaan (smaad) dirumuskan didalam Pasal 310, yaitu :

Ayat 1: barang siapa sengaja menyerang kehormatan atau nama baik seseorang dengan menuduhka sesuatu hal, yang maksutnya terang supaya hal itu diketahui umum, diancam karena pencemaran dengan pidan penjara paling lama Sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Ayat 2 : jika hal itu dilakukan dengan tulisan atau gambaran yang disiarkan, ditunjukkan atau ditempelkan di muka umum, maka diancam karena pencemaran tertulis dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

Ayat 3 : tidak merupakan pencemaran atau pencemaran tertulis, jika perbuatan jelas dilakukan demi kepentingan umum atau karena terpaksa untuk membela diri12.

KUHP menguraikan secara jelas tentang pencemaran nama baik yang merupakan delik aduan, yaitu seperti tercantum dalam pasal 310 ayat 1 sampai dengan 3. Peristiwa pidana yang merupakan penghinaan adalah perbuatan fitnah yang menjatuhkan kedudukan, martabat dan nama baik

11

Leden Marpaung, Tindak Pidana Terhadap Kehormatan, Sinar Grafika, Jakarta, 2010, hal., 47.

12


(7)

seseorang dengan menuduh sesuatu hal, yang maksudnya terang supaya hal tersebut diketahui umum dan seluruh masyarakat.

Perbuatan penghinaan ini diancam pidana penjara paling lama sembilan bulan dan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupi13. Sementara dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia (UUD RI 1945) jelas dinyatakan bahwa kemerdekaan meyampaikan pendapat dimuka umum adalah hak asasi manusia yang dijamin oleh pasal 28 Undang Undang Dasar 1945 yang menyatak14. “kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan, tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan Undang Undang.”

Hal ini sejalan dengan ketentuan Pasal 19 deklarasi Univesal Hak-hak Asasi Manusia dan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat dimuka umum. Pengertian kemerdekaan mengemukakan pendapat dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998, bahwa kemerdekaan menyampaikan pendapat adalah hak setiap warga negara untuk menyampaikan pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya secara bebas dan bertanggungjawab sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Upaya membangun sosial dan menjamin hak asasi manusia diperlukan adanya suasana aman, tertib, dan damai, dan

13

Yuli yusuffisyam, ”pencemaran nama baik antara hukum islam” 07/2011,

http://yuliyusufisyam..com, dikunjungi pada, 17 juni 2015, pukul 13:00.

14

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 dan UU RI No 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi, Jakarta, 2006, hal., 9.


(8)

dilaksanakan secara bertanggungjawab sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku15.

Namun bertolak dari UUD 1945 dan pada ketentuan pasal deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia banyak pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di dunia maya dan banyak pula diantara mereka yang harus sampai berurusan kepengadilan yaitu, tersangkut pada UU No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronika16.

Seperti halnya Kasus pencemaran nama baik yang menimpa Prita Mulyasari dengan rumah sakit Omni Internasional. Dasar penahanan Prita adalah karena dianggap melanggar Pasal 310 KUHP dan Pasal 27 ayat (3) UU ITE, dengan ancaman hukuman enam tahun penjara dan denda Rp. 1 Miliar.

Berdasarkan kasus yang dialamami Prita Mulyasari, Emeritus sebagai guru besar Sosiologi Hukum Undip Semarang Satjipto Raharjo, mengkaji kasus Prita Mulyasari dengan pendekatan sosiologis hukum. Prita Mulyasari adalah perempuan biasa, ibu rumah tangga, ibu dari dua anak balita yang berusia tiga tahun dan satu tahun tiga bulan. Prita bukan koruptor, atau penjahat. Namun hanya tersandung email ia harus berurusan dengan polisi, jaksa, bahkan masuk tahanan. Prita itu hanya ingin curhat kepada teman-temannya layanan rumah sakit terhadap dirinya melalui email.

15

https://www.google.co.id/#q=contoh+proposal+skripsi+tentang+prinsip+pengaturan+uu+ite di kunjungi pada tanggal 08 juli 2015, pukul,10.47.

16


(9)

Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronika (ITE) dikatakan UU ITE itu dibuat antara lain untuk memberikan semacam hak untuk mengumumkan informasi. Justru prita tersandung saat ingin berbagi informasi dengan teman-temannya. Masalah itu berkisar pada konsep hukum apa guna hukum, dan cara berhukum dengan membahas hal-hal itu, diharapkan akan menurangi, syukur meniadakan timbulnya kejadian seperti kasus prita pada kemudian hari17.

Bila melihat dari kasus ini pertanggungjawaban pidana hanya dapat dilakukan terhadap seseorang yang melakukan tindak pidana saja. Dapat dicelanya si pembuat justru bersumber dari celaan yang ada pada tindak pidana, yang dilakukan sipembuat, Oleh karena itu ruang lingkup pertanggungjawaban pidana mempunyai kolerasi penting dengan struktur tindak pidana. Suatu perbuatan dipandang sebagai tidak pidana merupakan cerminan penolakan masyarakat terhadap perbuatan itu, dan karenanya perbuatan tersebut kemudian dicela. Pertaggungjawaban pidana pada hakekatnya merupakan suatu mekanisme yang dibangun oleh hukum untuk bereaksi terhadap pelanggaran atas kesepakatan menolak suatu perbuatan tertentu.

Pertanggungjawaban pidana menjurus kepada pemidanaan pelaku dengan maksut untuk menentukan apakah orang yang melakukan perbutan pidana dipertanggung jawabkaan atas suatu tindakan pidana yang terjadi atau tidak terjadi. Maka pertanggung jawaban hanya apat terjadi setelah

17


(10)

seseorang melakukan tindak pidana. Agar dapat dipidanya si pelaku, tindak pidana yang dilakukannya itu harus memenuhi unsur-unsur yang telah ditentukan dalam Undang-undang. Seseorang akan diminta pertaggungjawaban atas tidakan-tindakannya apabila tindakan tersebut melawan hukum serta tidak ada alasan pembenar atau peniadaan sifat melawan hukum untuk pidana yang diakukannya.

Dengan melihat latar belakang masalah di atas maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang Bagaimanakah prinsip pengaturan Undang-Undang Informasi dan Teknologi Elektronika (ITE) terhadap pencemaran nama baik.

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, penulis merumuskan masalah yang ada, sebagai berikut :

Bagaimanakah prinsip pengaturan Undang-Undang Informasi dan Teknologi Elektronika (ITE) terhadap pencemaran nama baik?

1.3

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian skripsi ini adalah untuk mengkaji dan menganalisis pengaturan dalam Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronika (UU ITE) terhadap pencemaran nama baik.


(11)

Adapun mamfaat penulisan proposal ini bagi penulis merupakan salah satu syarat wajib untuk memperoleh gelar sarjana hukum.

a. Hasil penelitian ini bermamfaat bagi kajian ilmu pengetahuan khususnya di bidang hukum pidana dibidang elektronika atau media sosial, dan dapat menambah literature terutama yang berkaitan dengan pertanggungjawaban dalam tindak pidana pencemaran nama baik melalui media elektronika dikaitkan dengan Undang–Undang Informasi dan Tansaksi Elektronik.

b. Melatih dan mempertajam daya analisis terhadap persoalan dinamika hukum yang terus berkembang seiring perkembangan Zaman dan teknologi, bagaimanakah pengaturan UU ITE memenuhi tuntutan perkembangan teknologi dalam Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

1.5

Metode Penelitian

penelitian ini digunakan untuk memahami mengenai pengaturan prinsip pengaturan Undang-Undang ITE, oleh karena itu dalam metode penelitian, penulis akan melakukan penelitian yuridis normatif yang di dukung dengan pendekatan konsep (conceptual approach), pendekatan perUndang-Undangan (statue approach), dan pendekatan kasus (case approach)18. Maksud dari pendekatan tersebut adalah bahwa dalam penelitian penulis mencoba memahami masalah dengan melalui beberapa

18

Johni ibrahim, teori dan metodologi penelitian hukum normatif, bayu media, surabaya, hal., 302-322.


(12)

pendekatan. Pendekatan koseptual dilakukan dengan maksut, dengan prisip pengaturan undang-undang ITE secara koseptual, pendekatan perundang-undangan dilakukan untuk membantu memahami masalah melalui pasal-pasal yang berhubungan, dan pendekatan kasus digunakan untuk membantu memahami prinsip pengaturan undang-undang ITE.

Data-data penunjang metode penelitian tersebut didapatkan dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berupa studi dokumen (leterature study) yang dimana menghasilkan data sekunder yang terdiri dari berbagai jenis bahan hukum, bahan-bahan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut19.

a. Bahan hukum primer, yaiu bahan-bahan hukum yang merupakan putusan pengadilan Kitap Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), KItap Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), Undang-Undng Nomor 11 Tahun 2008 tentan Informasi dan Transaksi Elektronika, dan perauran perudang-undangan lainnya yag berkaitan dengan penelitian.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang memberi penjelasan mengenai bahan hukum primer yang mana berupa buku-buku yang berhubungan dengan permasalahan.

c. Bahan hukum tertier, yaitu bahan-bahan yang dapat memberikan petunjuk maupun penjelasan mengenai bahan hukum primer, dan bahan hukum sekunder yang mana berupa kamus besar dan ensiklopedi

19

Soerdjono soekanto dan sri mamudji, penelitian hukum normatif: suatu tinjauan singkat, rajagrafindo persada, jakarta, 2003, hal., 13.


(13)

1.5.1

Metode Analisis

Dalam skripsi ini penulis menggunakan analisis kualitatif dilakukan secara yuridis normatif. Data dalam skripsi ini diperoleh dari studi kepustakaan, aturan perundang – undangan dan hasil-hasil karya ilmiah. Kemudian penulis menguraikan dan menghubungkan sedemikian rupa, sehingga disajikan dalam penulisan yang lebih sistematis guna menjawab permasalahan yang telah dirumuskan.

1.5.2 Unit Amatan

a) Undang – Undang Dasar 1945.

b) Kitab Undang – Undang Hukum Pidana (KUHP). c) Undang - Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang ITE. d) Undang – Undang No. 39 Tahun1999 tentang Hak Asasi

Manusia.

e) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang

Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum.

1.5.3 Unit Analisa

Dalam skripsi ini yang menjadi unit analisa penulis adalah Bagaimanakah prinsip pengaturan Undang-Undang Informasi dan Teknologi Elektronika (ITE) terhadap pencemaran nama baik ?


(14)

1.6 Sistematika Penulisan

Sistem pembahasan penelitian yang akan disajikan dalam penelitian ini terdiri atas tiga bab, yang secara terinci sebagai berikut :

Bab I : Bab ini memuat tentang Latar Belakang Permasalahan yang menguraikan hal-hal yang menjadi dasar pertimbangan dibuatnya tulisan ini. Dalam bab ini juga dapat dibaca Pokok Permasalahan, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

Bab II : Dalam bab ini penulis akan menguraikan mengenai

a. Kajian pustaka terkait pengaturan Undang-Undang Informasi dan Teknologi Elektronika sebagai wujud memenuhi tuntutan perkembangan teknologi sehingga terwujudnya penggunaan media elektronika secara tertib? b. Teori Hukum terkait Jaminan UU ITE terhadap

penggunaan Media Social Elektronika menurut pendapat – pendapat para ahli hukum

Bab III : Bab ini merupakan bab terakhir, dalam bab ini penulis akan mengemukakan beberapa kesimpulan dan saran.


(1)

Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronika (ITE) dikatakan UU ITE itu dibuat antara lain untuk memberikan semacam hak untuk mengumumkan informasi. Justru prita tersandung saat ingin berbagi informasi dengan teman-temannya. Masalah itu berkisar pada konsep hukum apa guna hukum, dan cara berhukum dengan membahas hal-hal itu, diharapkan akan menurangi, syukur meniadakan timbulnya kejadian seperti kasus prita pada kemudian hari17.

Bila melihat dari kasus ini pertanggungjawaban pidana hanya dapat dilakukan terhadap seseorang yang melakukan tindak pidana saja. Dapat dicelanya si pembuat justru bersumber dari celaan yang ada pada tindak pidana, yang dilakukan sipembuat, Oleh karena itu ruang lingkup pertanggungjawaban pidana mempunyai kolerasi penting dengan struktur tindak pidana. Suatu perbuatan dipandang sebagai tidak pidana merupakan cerminan penolakan masyarakat terhadap perbuatan itu, dan karenanya perbuatan tersebut kemudian dicela. Pertaggungjawaban pidana pada hakekatnya merupakan suatu mekanisme yang dibangun oleh hukum untuk bereaksi terhadap pelanggaran atas kesepakatan menolak suatu perbuatan tertentu.

Pertanggungjawaban pidana menjurus kepada pemidanaan pelaku dengan maksut untuk menentukan apakah orang yang melakukan perbutan pidana dipertanggung jawabkaan atas suatu tindakan pidana yang terjadi atau tidak terjadi. Maka pertanggung jawaban hanya apat terjadi setelah

17


(2)

seseorang melakukan tindak pidana. Agar dapat dipidanya si pelaku, tindak pidana yang dilakukannya itu harus memenuhi unsur-unsur yang telah ditentukan dalam Undang-undang. Seseorang akan diminta pertaggungjawaban atas tidakan-tindakannya apabila tindakan tersebut melawan hukum serta tidak ada alasan pembenar atau peniadaan sifat melawan hukum untuk pidana yang diakukannya.

Dengan melihat latar belakang masalah di atas maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang Bagaimanakah prinsip pengaturan Undang-Undang Informasi dan Teknologi Elektronika (ITE) terhadap pencemaran nama baik.

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, penulis merumuskan masalah yang ada, sebagai berikut :

Bagaimanakah prinsip pengaturan Undang-Undang Informasi dan Teknologi Elektronika (ITE) terhadap pencemaran nama baik?

1.3

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian skripsi ini adalah untuk mengkaji dan menganalisis pengaturan dalam Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronika (UU ITE) terhadap pencemaran nama baik.


(3)

Adapun mamfaat penulisan proposal ini bagi penulis merupakan salah satu syarat wajib untuk memperoleh gelar sarjana hukum.

a. Hasil penelitian ini bermamfaat bagi kajian ilmu pengetahuan

khususnya di bidang hukum pidana dibidang elektronika atau media sosial, dan dapat menambah literature terutama yang berkaitan dengan pertanggungjawaban dalam tindak pidana pencemaran nama baik melalui media elektronika dikaitkan dengan

Undang–Undang Informasi dan Tansaksi Elektronik.

b. Melatih dan mempertajam daya analisis terhadap persoalan

dinamika hukum yang terus berkembang seiring perkembangan Zaman dan teknologi, bagaimanakah pengaturan UU ITE memenuhi tuntutan perkembangan teknologi dalam Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

1.5

Metode Penelitian

penelitian ini digunakan untuk memahami mengenai pengaturan prinsip pengaturan Undang-Undang ITE, oleh karena itu dalam metode penelitian, penulis akan melakukan penelitian yuridis normatif yang di

dukung dengan pendekatan konsep (conceptual approach), pendekatan

perUndang-Undangan (statue approach), dan pendekatan kasus (case

approach)18. Maksud dari pendekatan tersebut adalah bahwa dalam penelitian penulis mencoba memahami masalah dengan melalui beberapa

18

Johni ibrahim, teori dan metodologi penelitian hukum normatif, bayu media, surabaya, hal., 302-322.


(4)

pendekatan. Pendekatan koseptual dilakukan dengan maksut, dengan prisip pengaturan undang-undang ITE secara koseptual, pendekatan perundang-undangan dilakukan untuk membantu memahami masalah melalui pasal-pasal yang berhubungan, dan pendekatan kasus digunakan untuk membantu memahami prinsip pengaturan undang-undang ITE.

Data-data penunjang metode penelitian tersebut didapatkan dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berupa studi dokumen (leterature study) yang dimana menghasilkan data sekunder yang terdiri dari berbagai jenis bahan hukum, bahan-bahan tersebut dapat dijabarkan

sebagai berikut19.

a. Bahan hukum primer, yaiu bahan-bahan hukum yang

merupakan putusan pengadilan Kitap Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), KItap Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), Undang-Undng Nomor 11 Tahun 2008 tentan Informasi dan Transaksi Elektronika, dan perauran perudang-undangan lainnya yag berkaitan dengan penelitian.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang memberi

penjelasan mengenai bahan hukum primer yang mana berupa buku-buku yang berhubungan dengan permasalahan.

c. Bahan hukum tertier, yaitu bahan-bahan yang dapat

memberikan petunjuk maupun penjelasan mengenai bahan hukum primer, dan bahan hukum sekunder yang mana berupa kamus besar dan ensiklopedi

19

Soerdjono soekanto dan sri mamudji, penelitian hukum normatif: suatu tinjauan singkat, rajagrafindo persada, jakarta, 2003, hal., 13.


(5)

1.5.1

Metode Analisis

Dalam skripsi ini penulis menggunakan analisis kualitatif dilakukan secara yuridis normatif. Data dalam skripsi ini diperoleh dari

studi kepustakaan, aturan perundang – undangan dan hasil-hasil karya

ilmiah. Kemudian penulis menguraikan dan menghubungkan sedemikian rupa, sehingga disajikan dalam penulisan yang lebih sistematis guna menjawab permasalahan yang telah dirumuskan.

1.5.2 Unit Amatan

a) Undang – Undang Dasar 1945.

b) Kitab Undang – Undang Hukum Pidana (KUHP).

c) Undang - Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang ITE.

d) Undang – Undang No. 39 Tahun1999 tentang Hak Asasi

Manusia.

e) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang

Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum.

1.5.3 Unit Analisa

Dalam skripsi ini yang menjadi unit analisa penulis adalah Bagaimanakah prinsip pengaturan Undang-Undang Informasi dan Teknologi Elektronika (ITE) terhadap pencemaran nama baik ?


(6)

1.6 Sistematika Penulisan

Sistem pembahasan penelitian yang akan disajikan dalam penelitian ini terdiri atas tiga bab, yang secara terinci sebagai berikut :

Bab I : Bab ini memuat tentang Latar Belakang Permasalahan yang menguraikan hal-hal yang menjadi dasar pertimbangan dibuatnya tulisan ini. Dalam bab ini juga dapat dibaca Pokok Permasalahan, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

Bab II : Dalam bab ini penulis akan menguraikan mengenai

a. Kajian pustaka terkait pengaturan Undang-Undang

Informasi dan Teknologi Elektronika sebagai wujud memenuhi tuntutan perkembangan teknologi sehingga terwujudnya penggunaan media elektronika secara tertib?

b. Teori Hukum terkait Jaminan UU ITE terhadap

penggunaan Media Social Elektronika menurut pendapat

– pendapat para ahli hukum

Bab III : Bab ini merupakan bab terakhir, dalam bab ini penulis akan mengemukakan beberapa kesimpulan dan saran.


Dokumen yang terkait

TINJAUAN YURIDIS PENCEMARAN NAMA BAIK MENURUT KETENTUAN PASAL 310 DAN 311 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA DAN PASAL 27 AYAT 3 UNDANG-UNDANG NO 11 TAHUN 2OO8 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE).

0 1 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Prinsip Pengaturan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronika (ITE) terhadap Pencemaran Nama Baik

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Prinsip Pengaturan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronika (ITE) terhadap Pencemaran Nama Baik T1 312012051 BAB II

0 4 44

T1 312012051 BAB III

0 0 3

T1 312012051 Daftar Pustaka

0 1 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kedudukan E-Commerce dalam Perspektif Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik T1 312012708 BAB I

0 1 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kedudukan Hukum Tanda Tangan Elektronik (Digital Signature ) dalam Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik T1 312009062 BAB I

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perjanjian Jual Beli Melalui Internet ( E-Commerce ) Pasca Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik T1 312006040 BAB I

0 0 20

Undang-undang ITE | Nugroho's files

0 0 31

T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pertimbangan Hakim dalam Perkara Tindak Pidana Terkait Pencemaran Nama Baik pada Pasal 27 Ayat UndangUndang Informasi dan Transaksi Elektronik T1 BAB I

0 0 16