Efek Infusa Daun Sambiloto (Andrographis paniculata Nees), Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff)Boefl), dan Kombinasinya Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Mencit Yang Diinduksi Aloksan.
iv ABSTRAK
EFEK INFUSA DAUN SAMBILOTO (Andrographis paniculata Nees), BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boefl), DAN KOMBINASINYA TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH MENCIT
YANG DIINDUKSI ALOKSAN
Sanggam T. H. H., 2010. Pembimbing I : Dr. Diana K. Jasaputra, dr., M.Kes. Pembimbing II: Adraian Suhendra, dr., Sp.PK., M.Kes.
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan karakterisitik hiperglikemi karena kelainan sekresi atau kerja insulin. Peningkatan prevalensi DM mendukung penelitian mengenai berbagai alternatif pengobatan DM, antara lain dengan sambiloto, mahkota dewa, dan kombinasinya. Tujuan penelitian adalah untuk menilai pengaruh sambiloto, mahkota dewa, dan kombinasinya terhadap penurunan kadar glukosa darah (KGD) mencit yang diinduksi aloksan. Disain penelitian adalah eksperimental laboratorium, menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) bersifat komparatif. Metode penelitian adalah uji diabetes Aloksan menggunakan 25 ekor mencit jantan Swiss Webster, dibagi menjadi 5 kelompok secara acak (n=5) diberi perlakuan berturut-turut sambiloto, mahkota dewa, kombinasinya dengan dosis 1.56 g/kgBB, 1.56 g/kgBB, 0.78 g/kgBB, glibenklamid dengan dosis 0,65 mg/kgBB sebagai kontrol positif, akuades sebagai kontrol negatif. Data yang diukur adalah KGD puasa perlakuan dan sesudah 7 hari perlakuan. Persentase penurunan KGD dianalisis menggunakan statistik ANOVA satu arah dengan Tukey Test Method dengan α = 0,05. Hasil penelitian penurunan KGD setelah pemberian sambiloto (31.92%), mahkota dewa (34.51%), kombinasinya (25.98%), glibenklamid (52.92%), dan akuades (-1.58%). Sambiloto, mahkota dewa, dan kombinasinya berbeda bermakna secara statistik menurunkan KGD mencit dibandingkan kontrol negatif dengan (p < 0.05), dan berbeda tidak bermakna dibandingkan kontrol positif dengan (p > 0.05). Kesimpulan: infusa sambiloto, mahkota dewa, dan kombinasinya efektif menurunkan KGD dan memiliki potensi penurunan KGD yang setara dengan glibenklamid.
Kata Kunci: Diabetes melitus, sambiloto, mahkota dewa, kadar glukosa darah
(2)
v ABSTRACT
THE EFFECT OF SAMBILOTO INFUSION (Andrographis paniculata Nees), MAHKOTA DEWA INFUSION (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl), AND
THEIR COMBINATION TO BLOOD GLUCOSE LEVEL ON ALLOXAN INDUCED MICE
Sanggam T. H. H., 2010. 1st Tutor : Dr. Diana K. Jasaputra, dr., M.Kes 2nd Tutor: Adrian Suhendra, dr., Sp.PK., M.Kes
Diabetes mellitus (DM) is a group of metabolic disorder that is characterized by hyperglycemia due to insulin secretion or functional disorder. The increase of people suffering from DM is one of the reasons why alternative medication for DM is needed for further research, such as sambiloto, mahkota dewa, and their combination. The aim of the research is to know the effect of sambiloto, mahkota dewa, and their combination in reducing the percentage of blood glucose level on alloxan-induced mice. The research are true prospective experimental using Random Complete Design with comparative characteristic. The method is Alloxan-induced diabetes test using Swiss Webster mice which were devided into 5 groups (n=5) and given sambiloto, mahkota dewa, and their combination with each dose 1.56 g/kgBW, 1.56 g/kgBW, 0.78 g/kgBW, glibenclamide with each dose 0.65 mg/kg/BW use as positive control, and aquadest use as negative control. The blood glucose levels of mice was measured after 7 days of treatment. The results were analyzed by one way ANOVA with Tukey Test Method. The reduce of blood glucose level percentage of sambiloto (31.92%), mahkota dewa (34.51%), their combination (25.98%), glibenclamide (52.92%), aquadest (-1.58%). The statistical analysis on sambiloto, mahkota dewa, and their combination shows a different significant effect of lowering the blood glucose level compare negative control with (p<0.05), and shows no difference statically compared control positive with (p>0.05). In conclusion, sambiloto infusion, mahkota dewa infusion, and their combination effectively reduce the percentage of blood glucose level and has the same potential in reducing blood glucose level as glibenclamide.
Key Words: Diabetes mellitus, sambiloto, mahkota dewa, blood glucose level
(3)
viii DAFTAR ISI
JUDUL... i
LEMBAR PERSETUJUAN... ii
SURAT PERNYATAAN... iii
ABSTRAK... iv
ABSTRACT... v
PRAKATA... vi
DAFTAR ISI... viii
DAFTAR TABEL... xi
DAFTAR GAMBAR... xii
DAFTAR GRAFIK... xiii
DAFTAR LAMPIRAN... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Identifikasi Masalah... 2
1.3 Maksud dan tujuan penelitian... 2
1.4 Manfaat karya tulis ilmiah... 3
1.5 Kerangka pemikiran dan hipotesis... 4
1.5.1 Kerangka pemikiran... 4
1.5.2 Hipotesis... 5
1.6 Metodologi... 6
1.7 Lokasi dan waktu... 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 2.1 Anatomi Pankreas dan Fisiologi Pankreas... 7
2.2 Histologi Pankreas... 8
(4)
ix
2.4 Diabetes Melitus... 12
2.4.1 Defenisi... 12
2.4.2 Faktor Resiko... 12
2.4.3 Klasifikasi... 13
2.4.4 Patogenesis... 15
2.4.5 Pemeriksaan Penyaring dan Diagnosis... 17
2.4.5.1 Pemeriksaan Penyaring... 17
2.4.5.2 Diagnosis... 18
2.4.6 Penatalaksanaan... 18
2.5 Radikal Bebas... 21
2.6 Aloksan... 22
2.7 Antioksidan... 23
2.8.Tumbuhan Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl)... 25
2.9 Tumbuhan Sambiloto (Andrographis paniculata Nees)... 27
BAB 3 BAHAN DAN METODE PENELITIAN 30
3.1 Alat dan Bahan Penelitian... 30
3.1.1 Alat- Alat Penelitian... 30
3.1.2 Bahan-Bahan... 30
3.1.3 Hewan Coba... 30
3.1.4 Tempat dan Waktu Penelitian... 30
3.2. Metode Penelitian... 31
3.2.1 Desain Penelitian... 31
(5)
x
3.2.3 Variabel Penelitian... 32
3.2.3.1 Defenisi Konsepsional Variabel... 32
3.2.3.2 Defenisi Operasional ... 32
3.3 Prosedur Kerja... 33
3.3.1 Pengumpulan dan Persiapan Bahan Uji... 33
3.3.2 Penyiapan Hewan Coba... 33
3.3.3 Pengujian Efek Penurunan Kadar Glukosa Darah... 34
3.4 Cara Pemeriksaan... 34
3.5 Metode Analisis... 35
3.6 Kriteria Uji... 35
3.7 Aspek Etik Penelitian... 36
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 37
4.1 Hasil Penelitian... 37
4.2 Pembahasan... 40
4.3 Uji Hipotesis... 42
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN... 45
5.1 Kesimpulan... 45
5.1.1 Kesimpulan Umum... 45
5.1.2 Kesimpulan Tambahan... 45
5.2 Saran... 45
DAFTAR PUSTAKA... 46
LAMPIRAN ... 49
(6)
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Klasifikas Etiologik DM 14
Tabel 2.2 Kadar GDP dan GDS Sebagai Patokan Pemeriksaan Penyaring
18
Tabel 2.3 Mekanisme Kerja, Efek Samping Utama, Pengaruh OHO dan Insulin Terhadap Penurunan HBA1C (Hb-glikosilat)
20
Tabel 4.1 Kadar Glukosa Sesudah Induksi Aloksan 37 Tabel 4.2 Penurunan Kadar Glukosa Darah Sebelum dan Sesudah
Perlakuan
38
Tabel 4.3 Hasil Uji dengan Student Newman-Keuls Method pada Persentase penurunan kadar glukosa darah
(7)
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Anatomi Pankreas 8
Gambar 2.2 Histologi Pulau Langerhans Pankreas 9
Gambar 2.3 Struktur Insulin Gambar 2.4 Mekanisme OHO
10 21
Gambar 2.5 Struktur Aloksan 23
Gambar 2.6 Buah Mahkota Dewa 26
(8)
xiii
DAFTAR GRAFIK
Halaman Grafik 4.1 Rerata Persentase Penurunan KGD untuk Tiap Kelompok 41
(9)
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keputusan Etik 49
Lampiran 2 Perhitungan dosis 50
Lampiran 3 Hasil Uji Statistik Setelah Induksi Aloksan 54
(10)
49 LAMPIRAN 1
(11)
50 LAMPIRAN 2
Hasil Perhitungan Konversi Dosis
1. Larutan Glibenklamid
Dosis manusia untuk Glibenklamid sebesar 5 mg dan konversi dosis dari manusia ke mencit = 0,0026 (Sunthornsaj N,et al, 2006).
Dosis larutan Glibenklamid dikonversikan dari manusia ke mencit (20 g) = 5 mg * 0,0026
= 0,013 mg = 0.65 mg/kgBB
Dosis untuk mencit dengan berat badan 29 g = 29/20 * 0,013
= 0,0189 mg
Jadi dosis larutan glibenklamid yang diberikan pada mencit adalah 0,0189 mg / 0,5 ml 2. Larutan Aloksan
Dosis = 120 mg/ kgBB
Volume penyuntikan intravena mencit = 0,2 ml
a. Rata-rata berat badan mencit kelompok I = 25,3 gr Dosis untuk mencit 25,3 gram = 25,3 /1000 x 120 mg = 3,036 mg
Dosis aloksan mencit intravena kelompok I = 3,036 mg/ 0,2 ml b. Rata-rata berat badan mencit kelompok II = 32,875 gr
Dosis untuk mencit 32,875 gram = 32,875 /1000 x 120 mg = 3.945 mg
Dosis aloksan mencit intravena kelompok II = 3.945 mg/ 0,2 ml c. Rata-rata berat badan mencit kelompok III = 24,3 gr
Dosis untuk mencit 24,3 gram = 24,3 /1000 x 120 mg = 2,916 mg
(12)
51
3. Infusa
a. Dosis infusa tunggal I sambiloto (Andographis paniculata) :
Dosis infusa tunggal I pada manusia adalah masing masing simplisia sebesar 12 g/pemberian
Konversi dosis dari manusia ke mencit (20 g) adalah sebesar 0,0026 Jadi dosis pada mencit (20 g) adalah 0,0312 g 1.56 g/kgBB Dosis untuk mencit dengan berat badan 29,3 g
= 29,3/20 * 0,0312 = 0,0457 g
Jadi dosis infusa kombinasi I yaitu :
Sambiloto (Andographis paniculata) yang diberikan pada mencit adalah 0,0457 g / 0,5 ml
b. Dosis infusa tunggal II mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) :
Dosis infusa tunggal II pada manusia adalah masing masing simplisia sebesar 12 g/pemberian
Konversi dosis dari manusia ke mencit (20 g) adalah sebesar 0,0026 Jadi dosis pada mencit (20 g) adalah 0,0312 g 1.56 g/kgBB Dosis untuk mencit dengan berat badan 3,54 g
= 3,54/20 * 0,0312 = 0,0552 g
Jadi dosis infusa kombinasi II yaitu :
Buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) yang diberikan pada mencit adalah 0,0552 g / 0,5 ml
c. Dosis infusa kombinasi III sambiloto (Andographis paniculata), dan mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) :
Dosis infusa kombinasi III pada manusia adalah masing masing simplisia sebesar 6 g/pemberian
Konversi dosis dari manusia ke mencit (20 g) adalah sebesar 0,0026 Jadi dosis pada mencit (20 g) adalah 0,0156 g 0.78 g/kgBB
(13)
52
Dosis untuk mencit dengan berat badan 32,875 g = 32,875/20 * 0,0156
= 0,0256 g
Jadi dosis infusa kombinasi III yaitu :
Sambiloto (Andographis paniculata) yang diberikan pada mencit adalah 0,0256 g / 0,5 ml
Buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) yang diberikan pada mencit adalah 0,0256 g / 0,5 ml
(14)
54
LAMPIRAN 3
HASIL UJI STATISTIK SETELAH INDUKSI ALOKSAN
One way analysis of variance Data source : Data 1 in Notebook Normality test : Failed (P=0.012)
Test execution endeed by user request, ANOVA on Ranks begun Kruskal-Wallis One Way Analysis of Variance on Ranks
Data Source : Data 1 in Notebook
Group N Missing
Col 1 5 0
Col 2 5 0
Col 3 5 0
Col 4 5 0
Col 5 5 0
Group Median 25% 75%
Col 1 130.000 128.750 233.250
Col 2 164.000 145.500 172.000
Col 3 178.000 141.750 284.500
Col 4 257.000 214.750 291.750
Col 5 384.000 263.750 413.250
(15)
55
The differences in the median values among the treatment groups are grater than would be expected by chance ; there is a statistically significant difference (P=0.039)
To isolate the group or groups that differ from the others use a multiple comparison procedure.
All Pairwise Multiple Comparison Procedures (Student-Newman-Keuls Method)
Comparison Diff of Ranks p Q P< 0.05
Col 5 vs Col 1 60.000 5 3.646 No
Col 5 vs Col 2 57.000 4 4.309 No Test
Needed
Col 5 vs Col 3 38.000 3 3.800 No Test
Needed
Col 5 vs Col 4 15.000 2 2.216 No Test
Needed
Col 4 vs Col 1 45.000 4 3.402 No Test
Needed
Col 4 vs Col 2 42.000 3 4.200 No Test
Needed
Col 4 vs Col 3 23.000 2 3.397 No Test
Needed
Col 3 vs Col 1 22.000 3 2.200 No Test
Needed
Col 3 vs Col 2 19.000 2 2.806 No Test
Needed
Col 2 vs Col 1 3.000 2 0.443 No Test
(16)
56 LAMPIRAN 4
HASIL UJI STATISTIK SETELAH PERLAKUAN
One Way Analysis of Variance Data source : Data 1 in Notebook
Normality Test : Passed (P=0.508)
Equal Variance Test : Passed (P=0.418)
Group N Missing
Col 1 5 0
Col 2 5 0
Col 3 5 0
Col 4 5 0
Col 5 5 0
Group Mean Std Dev SEM
Col 1 -31.924 17.431 7.795
Col 2 -34.510 6.689 2.991
Col 3 -25.974 13.283 5.931
Col 4 -52.920 6.815 3.048
Col 5 1.578 6.119 2.737
(17)
57
Source of variation
DF SS MS F P
Between treatments
4 7774.673 1943.668 15.975 <0.001
Residual 20 2433.426 121.671
Total 24 10208.099
The differences in the median values among the treatment groups are greater than would be expected by chance ; there is a statistically significant difference (P = <0.011).
All Pairwise Multiple Comparison Procedures (Tukey Test)
Comparison Diff of Ranks p Q P< 0.05
Col 5 vs Col 4 54.498 5 11.048 Yes
Col 5 vs Col 2 36.088 5 7.316 Yes
Col 5 vs Col 1 33.502 5 6.791 Yes
Col 5 vs Col 3 27.552 5 5.585 Yes
Col 3 vs Col 4 26.946 5 5.426 Yes
Col 3 vs Col 2 8.536 5 1.730 No
Col 3 vs Col 1 5.950 5 1.206 No
Col 1 vs Col 4 20.996 5 4.256 Yes
Col 1 vs Col 2 2.586 5 0.524 No
(18)
58
RIWAYAT HIDUP
Nama : Sanggam T. H. H.
Nomor Pokok Mahasiswa : 0610170
Tempat dan Tanggal Lahir : Medan 22 Februari 1986
Alamat :Jl. Saudara Ujung No.108 Medan, SUMUT Riwayat Pendidikan :
SD Santo Yoseph Medan, 1999 SLTP Santo Thomas I Medan, 2002 SMU Negeri I Medan, 2005
2006 – sekarang mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung
(19)
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kemajuan perkembangan teknologi sangat mempengaruhi gaya hidup masyarakat, salah satu dampak negatifnya ialah munculnya berbagai penyakit degeneratif seperti Diabetes Melitus (DM). DM merupakan kelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan keadaan hiperglikemi karena kelainan sekresi insulin atau kedua-duanya (American Diabetes Asociation, 2005).
Faktor yang menyebabkan DM antara lain faktor genetik, lingkungan, obesitas, dan gaya hidup. Faktor yang memberikan konstribusi pada hiperglikemi ialah berkurangnya sekresi insulin, insulin merupakan salah satu hormon pengatur kadar glukosa darah. Penyakit DM dapat menyebabkan gangguan pada berbagai sistem organ yang sangat membebani individu. Keadaan tersebut berhubungan dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang tidak normal dalam tubuh serta gangguan hormonal seperti insulin, glukagon, kortisol, dan hormon pertumbuhan (Badan POM RI, 2006).
Menurut World Health Organization (WHO), terdapat lebih dari 143 juta penderita DM di seluruh dunia. Jumlah ini meningkat pesat dan diproyeksikan prevalensinya akan meningkat menjadi dua kali lipat pada tahun 2030 dan sebanyak 77% di antaranya terjadi di negara berkembang (World Health Organization. 2006).
Pengobatan penyakit DM harus dijalani seumur hidup, dengan biaya pengobatan yang cukup tinggi. Oleh karena itu, pemanfaatan sumber daya alam sebagai obat alternatif diperlukan untuk menurunkan kadar glukosa darah yang relatif murah dan mudah didapat. Sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan sebagai obat alternatif untuk mengatasi berbagai penyakit adalah tanaman obat yang banyak tumbuh di Indonesia.
(20)
2
Tanaman obat yang secara empirik digunakan untuk mengobati penyakit DM diantaranya adalah sambiloto (Andrographis paniculata Nees) dan mahkota dewa (Phaleria macrocarpa). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh infusa sambiloto (Andrographis paniculata Nees), infusa mahkota dewa (Phaleria macrocarpa), dan kombinasi infusa sambiloto (Andrographis paniculata Nees) dengan mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap kadar glukosa darah mencit Swiss Webster yang diinduksi Aloksan.
1.2Identifikasi masalah
Identifikasi masalah ini, berdasarkan latar belakang tersebut adalah:
- Apakah infusa sambiloto (Andrographis paniculata Nees) menurunkan kadar glukosa darah pada mencit yang diinduksi aloksan
- Apakah infusa mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) menurunkan kadar glukosa darah pada mencit yang diinduksi aloksan
- Apakah kombinasi infusa sambiloto (Andrographis paniculata Nees) dan mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) menurunkan kadar glukosa darah pada mencit yang diinduksi aloksan.
- Bagaimana potensi infusa sambiloto (Andrographis paniculata Nees) dibandingkan infusa mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dan kombinasinya dalam menurunkan kadar glukosa darah pada mencit yang diinduksi aloksan.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud penelitian ini adalah mengembangkan pengobatan tradisional dengan menggunakan sambiloto (Andrographis paniculata Nees) dan mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) sebagai obat alternatif untuk menurunkan kadar glukosa darah pada penderita Diabetes Melitus.
(21)
3
Tujuan penelitian ini adalah
- Menilai efek infusa sambiloto (Andrographis paniculata Nees) terhadap penurunan kadar glukosa darah pada mencit yang diinduksi aloksan
- Menilai efek infusa mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap penurunan kadar glukosa darah pada mencit yang diinduksi aloksan
- Menilai efek kombinasi infusa sambiloto (Andrographis paniculata Nees) dan mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap penurunan kadar glukosa darah pada mencit yang diinduksi aloksan
- Menilai potensi infusa sambiloto (Andrographis paniculata Nees) dibandingkan infusa mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dan kombinasinya terhadap penurunan kadar glukosa darah pada mencit yang diinduksi aloksan
1.4Manfaat Karya Tulis Ilmiah
Manfaat akademis karya tulis ilmiah ini adalah diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai farmakologi tanaman obat yang dapat memberikan efek terapi, khususnya mengenai sambiloto (Andrographis paniculata Nees) dan mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) untuk menurunkan kadar glukosa darah.
Manfaat praktis dari penelitian ini yaitu mengetahui efek infusa sambiloto (Andrographis paniculata Nees), efek infusa mahkota dewa (Phaleria macrocarpa), dan efek kombinasi infusa dari keduanya yang dapat digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah pada mencit yang kemudian dikembangkan menjadi obat fitofarmaka.
1.5Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
1.5.1 Kerangka Pemikiran
Diabetes melitus (DM) merupakan suatu sindroma yang ditandai oleh hiperglikemik kronik, disertai dengan gangguan metabolisme glukosa, lemak dan
(22)
4
protein yang dihubungkan dengan defek sekresi insulin. Hiperglikemi dapat meningkatkan konsentrasi radikal bebas dalam tubuh.
Radikal bebas adalah atom, molekul, atau senyawa yang memiliki elekron yang tidak berpasangan dan sangat reaktif. Radikal bebas penting untuk reaksi metabolik sel, fungsi fagositik sel, dan transduksi sinyal. Namun, bila radikal bebas terdapat dalam jumlah yang berlebihan akan menimbulkan gangguan dalam tubuh.
Aloksan dapat mengaktifkan molekul radikal bebas yang merusak sel-sel beta pankreas. Pemberian aloksan digunakan untuk menginduksi DM pada hewan coba. Aloksan memiliki cara kerja yang selektif pada sel beta pankreas, karena struktur aloksan mirip dengan glukosa. Dengan demikian, sel-sel beta pankreas yang berfungsi memproduksi insulin menjadi rusak oleh aloksan.
Tubuh individu yang sehat terdapat antioksidan di dalam sel maupun cairan ekstraseluler yang berfungsi melawan radikal bebas. Sistem antioksidan dalam tubuh manusia melindungi jaringan dari efek radikal bebas, tetapi kadang jumlah antioksidan yang dihasilkan tubuh tidak seimbang dengan jumlah radikal bebas yang mengikat, contohnya pada penderita DM, untuk itu perlu mengonsumsi antioksidan dari luar (Ilham Patu, 2007).
Kandungan kimia dari sambiloto (Andrographis paniculata Nees) terdapat diterpen lakton, flavonoid, alkanae, aldehid, mineral (kalium, kalsium, dan natrium), asam kersik, dan damar. Diterpen laktone terdiri atas andrografolid, neoandrografolid, dan deoksiandrografolid (Badan POM RI, 2004). Andrografolid merupakan komponen utama dari diterpen lakton. Andrografolid yang diisolasi dari daun sambiloto yang diberikan subkutan dan peroral pada tikus diabetes, dapat menurunkan kadar glukosa darah dari tikus pada level normal (Tang W.,1992). Flavonoid merupakan derivate flavon, yang berhasil diisolasi adalah polimetoksiflavon, andrografin, panikulin, mono-O-metilwithin, dan apigenin-7-4-dimetileter (Chang, But, 1987, Setiawan Dalimarta, 2002). Flavonoid dapat berperan sebagai sistem pertahanan antioksidan hepatoseluler (Depkes RI, 2004), juga bertindak sebagai pelindung yang baik terhadap radikal hidroksi dan superoksida dan dengan demikian melindungi lipid membran terhadap reaksi yang
(23)
5
rusak (Robinson, T, 1995). Karena dalam sambiloto (Andrographis paniculata Nees) terdapat andrografolid dan flavonoid maka sambiloto (Andrographis paniculata Nees) dapat berperan dalam menurunkan kadar glukosa darah.
Kandungan kimia dari mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terdapat alkaloid, saponin, flavonoid, dan polifenol. Daging buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) merupakan bagian yang paling banyak dimanfaatkan sebagai obat. Efek hipoglikemi daging buah mahkota dewa tidak terlepas dari senyawa kimia aktif yang terkandung di dalamnya, yaitu flavonoid, alkaloid, dan saponin.
1.5.2 Hipotesis
- Infusa sambiloto (Andrographis paniculata Nees) menurunkan kadar glukosa darah pada mencit yang diinduksi aloksan
- Infusa mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) menurunkan kadar glukosa darah pada mencit yang diinduksi aloksan
- Kombinasi infusa sambiloto (Andrographis paniculata Nees) dan mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) menurunkan kadar glukosa darah pada mencit yang diinduksi aloksan
- Kombinasi infusa sambiloto (Andrographis paniculata Nees) dan infusa mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) memiliki efektivitas yang lebih baik dibandingkan infusa sambiloto (Andrographis paniculata Nees) dan infusa mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) yang diberikan secara tunggal dalam hal penurunan kadar glukosa darah pada mencit yang diinduksi aloksan.
1.6Metodologi
Desain penelitian adalah penelitian eksperimental laboratorium, dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) bersifat komparatif. Metode yang digunakan untuk pengukuran kadar glukosa darah adalah uji diabetes aloksan. Data yang diukur adalah kadar glukosa darah dalam mg/dl sebelum diinduksi
(24)
6
aloksan dan setelah pemberian infusa sambiloto (Andrographis paniculata Nees), mahkota dewa (Phaleria macrocarpa), dan kombinasi keduanya.
Analisis data statistik persentase penurunan kadar glukosa darah menggunakan metode Analisis Varian (ANAVA) satu arah, yang apabila ada perbedaan yang signifikan dilanjutkan dengan uji beda rata-rata Tukey HSD dengan α= 0.05 menggunakanbantuan perangkat lunak.
1.7Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, Bandung, dan dilaksanakan mulai Desember 2009 sampai Februari 2011.
(25)
45 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Kesimpulan Umum
- Infusa sambiloto (Andrographis paniculata Nees) sebagai anti diabetik menurunkan kadar glukosa darah pada mencit yang diinduksi aloksan. - Infusa mahkota dewa (Phaleria Macrocarpa) sebagai anti diabetik
menurunkan kadar glukosa darah pada mencit yang diinduksi aloksan. - Kombinasi infusa sambiloto (Andrographis paniculata Nees) dan mahkota
dewa (Phaleria Macrocarpa) sebagai anti diabetik menurunkan kadar glukosa darah pada mencit yang diinduksi aloksan.
- Kombinasi infusa sambiloto (Andrographis paniculata Nees) dan infusa mahkota dewa (Phaleria Macrocarpa) memiliki efektivitas yang setara dengan infusa sambiloto (Andrographis paniculata Nees) dan infusa mahkota dewa (Phaleria Macrocarpa) yang diberikan secara tunggal dalam hal penurunan kadar glukosa darah pada mencit yang diinduksi aloksan.
5.1.2 Kesimpulan Tambahan
- Infusa mahkota dewa memiliki potensi yang setara dengan glibenkamid dalam penurunan kadar glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan.
5.2 Saran
Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan yang dapat dilanjutkan dengan penelitian lain seperti :
(26)
46
Penelitian mengenai mekanisme masing-masing obat herbal sehingga pemberian obat secara kombinasi dapat lebih dipertanggungjawabkan Penelitian menggunakan sediaan lain agar penggunaannya lebih optimal Penelitian mengenai toksisitas dan efek samping obat herbal secara tunggal maupun kombinasi
(27)
46
DAFTAR PUSTAKA
.
American Diabetes Association. 2005. Types of Diabetes Melitus. http://www.diabetes.org/type-diabetes.jsp. May 21st. 2009.
Anonim. 2007. Alloxan. http://www.chemicalbook.com/ChemicalProductProper ty_EN_CB4719885.htm., July 27th. 2009.
B. Mahendra, Rachmawati N.H. Evi. 2007. Atasi Stroke dengan tanaman obat. Jakarta: Penebar swadaya
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2006.
http://www.pom.go.id/public/berita_aktual/detail.asp?id=74&qs_menuid=2. 12 Mei.2009..
Chang, But. 1987. Pharmacology and Aplications of Chinese Materia Medica. 1st.ed. Hongkong : World Scientific. h. 918-24.
Elfahmi, et.al. 2006. The Indonesian Tradisional Herbal Medicine www.pom.go.id/oaie/index.asp?aksi=literatur&hlm=1 15 Agustus 2009
Geneser F. 2007. Atlas berwarna histologi. Jakarta: Binarupa Aksara. h.123-124 Guyton. 1997. Insulin, glukagon, dan diabetes melitus. Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran . Edisi 9. Jakarta: ECG.
Hendromartono. 2001. Peran radikal bebas dan infeksi terhadap komplikasi vaskuler diabetes mellitus. Dalam: Indonesian Journal of Tropical Medicine (Majalah Kedokteran Tropis Indonesia), 1(12): 41.
Hanafiah K.A. 2005. Prinsip percobaan dan perancangannya. Rancangan percobaan aplikatif: aplikasi kondisional bidang pertanaman, peternakan, perikanan, industri dan hayati. Edisi 1. Jakarta: PT. Raya Grafindo Persada. h. 10-12
Maitra A., Abbas A. K. 2005. The endocrine system. In Kumar V., Abbas A. K., Fausto N. Robbins and cotran pathologic basis of disease. 7th Edition
(28)
47
Masharani U., Karam. J.H. 2001. Pancreatic Hormones & Diabetes Mellitus In : Basic & Clinical Endocrinology. 6th Edition. New York: Mc Graw Hill.
P.623-48
Omar Faiz, David Moffat. 2002. Pancreas and Spleen In : Anatomy at a glance. Oxford : Backwell Acien ce Ltd. p. 42
Ilham Patu. 2007. Radikal bebas.http://cpddokter.com/home/
index.php?option=com_content&task=view&d=24&Itemid=57. 12 Mei 2009 PERKENI. 2002. Konsensus pengelolaan diabetes melitus tipe 2 di Indonesia 2002. Semarang : PB PERKENI.
PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia). 2006. Konsensus
pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2 di indonesia. Jakarta: Divisi Metabolik Endokrin, Departemen Ilmu Penyakit Dalam Kedokteran Universitas Indonesia. h. 5-6, 30, 33
Powers G. 2005. Pathogenesis of diabetes melitus.http://en.wikipedia.org/wiki/ patogenesis-diabetes . 23 September 2009
Reno Gustaviani. 2006. Diagnosis dan klasifikasi diabetes melitus. Dalam A.W. Sudoyo, B. Setiyohadi, I. Alwi, M. Simadibrata K., Siti Setiati: Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 4. Jilid III. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. h.1879
Setiawan Dalimartha. 2004. Ramuan tradisional untuk pengobatan diabetes mellitus. Cetakan 9. Jakarta : Penebar Swadaya hal. 62.
Setiawan Dalimartha. 2007. Ramuan tradisional untuk pengobatan diabetes mellitus. Jakarta: Penebar Swadaya. hal. 59.
Sidartawan Soegondo. 2006. Farmakoterapi pada pengendalian glikemia diabetes melitus tipe 2. Dalam A.W. Sudoyo, B. Setiyohadi, I. Alwi, M. Simadibrata K., Siti Setiati: Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 4. Jilid III. Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. h. 1882-1885
Snell R.S. 1997. Rongga abdomen. Dalam: Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi 3 bagian 1. Jakarta: EGC. h. 266-268
(29)
48
Soewoto H. 2001. Antioksidan eksogen sebagai lini pertahanan kedua dalam menanggulangi peran radikal bebas. Dalam: Kursus penyegar 2001 radikal bebas dan antioksidan dalam kesehatan dasar, aplikasi, dan pemanfaatan bahan alam. Jakarta: Bagian Biokimia FKUI. h. 1-25
Syamsuhidayat, S.S.,J.R.Hutapea.1991. Inventaris Tanaman Obat
Indonesia.Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Depkes RI. Jakarta Szkudelski T. 2001. The mechanism of alloxan action in β cells of the rat pancreas. In: Physiology Research. p. 536-554
Wijayakusumah.1994. Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia, Jilid 2. Jakarta: Pustaka Kartini
Wikipedia. 2008. Radikal bebas. http://id.wikipedia.org/wiki/Radikal_bebas. 2 November 2008
Winarto W. P ., 2004, Memamfaatkan Bumbu Dapur untuk Mengatasi Aneka Penyakit. Jakarta : Agromedia Pustaka
World Health Organization. 2006. Diabetes Mellitus.http://en.wiki[pedia.org/wiki/ Diabetes.html. 9 Mei 2009
Yudana, I.G.A.,2009, Mahkota Dewa Musuh Baru Aneka Penyakit, Intisari. Januari 2009
(1)
6
aloksan dan setelah pemberian infusa sambiloto (Andrographis paniculata Nees), mahkota dewa (Phaleria macrocarpa), dan kombinasi keduanya.
Analisis data statistik persentase penurunan kadar glukosa darah menggunakan metode Analisis Varian (ANAVA) satu arah, yang apabila ada perbedaan yang signifikan dilanjutkan dengan uji beda rata-rata Tukey HSD dengan α= 0.05 menggunakan bantuan perangkat lunak.
1.7Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, Bandung, dan dilaksanakan mulai Desember 2009 sampai Februari 2011.
(2)
45 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Kesimpulan Umum
- Infusa sambiloto (Andrographis paniculata Nees) sebagai anti diabetik menurunkan kadar glukosa darah pada mencit yang diinduksi aloksan. - Infusa mahkota dewa (Phaleria Macrocarpa) sebagai anti diabetik
menurunkan kadar glukosa darah pada mencit yang diinduksi aloksan. - Kombinasi infusa sambiloto (Andrographis paniculata Nees) dan mahkota
dewa (Phaleria Macrocarpa) sebagai anti diabetik menurunkan kadar glukosa darah pada mencit yang diinduksi aloksan.
- Kombinasi infusa sambiloto (Andrographis paniculata Nees) dan infusa mahkota dewa (Phaleria Macrocarpa) memiliki efektivitas yang setara dengan infusa sambiloto (Andrographis paniculata Nees) dan infusa mahkota dewa (Phaleria Macrocarpa) yang diberikan secara tunggal dalam hal penurunan kadar glukosa darah pada mencit yang diinduksi aloksan.
5.1.2 Kesimpulan Tambahan
- Infusa mahkota dewa memiliki potensi yang setara dengan glibenkamid dalam penurunan kadar glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan.
5.2 Saran
Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan yang dapat dilanjutkan dengan penelitian lain seperti :
(3)
46
Penelitian mengenai mekanisme masing-masing obat herbal sehingga pemberian obat secara kombinasi dapat lebih dipertanggungjawabkan Penelitian menggunakan sediaan lain agar penggunaannya lebih optimal Penelitian mengenai toksisitas dan efek samping obat herbal secara tunggal maupun kombinasi
(4)
46
DAFTAR PUSTAKA
.
American Diabetes Association. 2005. Types of Diabetes Melitus. http://www.diabetes.org/type-diabetes.jsp. May 21st. 2009.
Anonim. 2007. Alloxan. http://www.chemicalbook.com/ChemicalProductProper ty_EN_CB4719885.htm., July 27th. 2009.
B. Mahendra, Rachmawati N.H. Evi. 2007. Atasi Stroke dengan tanaman obat. Jakarta: Penebar swadaya
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2006.
http://www.pom.go.id/public/berita_aktual/detail.asp?id=74&qs_menuid=2. 12 Mei.2009..
Chang, But. 1987. Pharmacology and Aplications of Chinese Materia Medica. 1st.ed. Hongkong : World Scientific. h. 918-24.
Elfahmi, et.al. 2006. The Indonesian Tradisional Herbal Medicine www.pom.go.id/oaie/index.asp?aksi=literatur&hlm=1 15 Agustus 2009
Geneser F. 2007. Atlas berwarna histologi. Jakarta: Binarupa Aksara. h.123-124 Guyton. 1997. Insulin, glukagon, dan diabetes melitus. Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran . Edisi 9. Jakarta: ECG.
Hendromartono. 2001. Peran radikal bebas dan infeksi terhadap komplikasi vaskuler diabetes mellitus. Dalam: Indonesian Journal of Tropical Medicine (Majalah Kedokteran Tropis Indonesia), 1(12): 41.
Hanafiah K.A. 2005. Prinsip percobaan dan perancangannya. Rancangan percobaan aplikatif: aplikasi kondisional bidang pertanaman, peternakan, perikanan, industri dan hayati. Edisi 1. Jakarta: PT. Raya Grafindo Persada. h. 10-12
Maitra A., Abbas A. K. 2005. The endocrine system. In Kumar V., Abbas A. K., Fausto N. Robbins and cotran pathologic basis of disease. 7th Edition
(5)
47
Masharani U., Karam. J.H. 2001. Pancreatic Hormones & Diabetes Mellitus In : Basic & Clinical Endocrinology. 6th Edition. New York: Mc Graw Hill.
P.623-48
Omar Faiz, David Moffat. 2002. Pancreas and Spleen In : Anatomy at a glance. Oxford : Backwell Acien ce Ltd. p. 42
Ilham Patu. 2007. Radikal bebas.http://cpddokter.com/home/
index.php?option=com_content&task=view&d=24&Itemid=57. 12 Mei 2009 PERKENI. 2002. Konsensus pengelolaan diabetes melitus tipe 2 di Indonesia 2002. Semarang : PB PERKENI.
PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia). 2006. Konsensus
pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2 di indonesia. Jakarta: Divisi Metabolik Endokrin, Departemen Ilmu Penyakit Dalam Kedokteran Universitas Indonesia. h. 5-6, 30, 33
Powers G. 2005. Pathogenesis of diabetes melitus.http://en.wikipedia.org/wiki/ patogenesis-diabetes . 23 September 2009
Reno Gustaviani. 2006. Diagnosis dan klasifikasi diabetes melitus. Dalam A.W. Sudoyo, B. Setiyohadi, I. Alwi, M. Simadibrata K., Siti Setiati: Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 4. Jilid III. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. h.1879
Setiawan Dalimartha. 2004. Ramuan tradisional untuk pengobatan diabetes mellitus. Cetakan 9. Jakarta : Penebar Swadaya hal. 62.
Setiawan Dalimartha. 2007. Ramuan tradisional untuk pengobatan diabetes mellitus. Jakarta: Penebar Swadaya. hal. 59.
Sidartawan Soegondo. 2006. Farmakoterapi pada pengendalian glikemia diabetes melitus tipe 2. Dalam A.W. Sudoyo, B. Setiyohadi, I. Alwi, M. Simadibrata K., Siti Setiati: Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 4. Jilid III. Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. h. 1882-1885
Snell R.S. 1997. Rongga abdomen. Dalam: Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi 3 bagian 1. Jakarta: EGC. h. 266-268
(6)
Soewoto H. 2001. Antioksidan eksogen sebagai lini pertahanan kedua dalam menanggulangi peran radikal bebas. Dalam: Kursus penyegar 2001 radikal bebas dan antioksidan dalam kesehatan dasar, aplikasi, dan pemanfaatan bahan alam. Jakarta: Bagian Biokimia FKUI. h. 1-25
Syamsuhidayat, S.S.,J.R.Hutapea.1991. Inventaris Tanaman Obat
Indonesia.Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Depkes RI. Jakarta Szkudelski T. 2001. The mechanism of alloxan action in β cells of the rat pancreas. In: Physiology Research. p. 536-554
Wijayakusumah.1994. Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia, Jilid 2. Jakarta: Pustaka Kartini
Wikipedia. 2008. Radikal bebas. http://id.wikipedia.org/wiki/Radikal_bebas. 2 November 2008
Winarto W. P ., 2004, Memamfaatkan Bumbu Dapur untuk Mengatasi Aneka Penyakit. Jakarta : Agromedia Pustaka
World Health Organization. 2006. Diabetes Mellitus.http://en.wiki[pedia.org/wiki/ Diabetes.html. 9 Mei 2009
Yudana, I.G.A.,2009, Mahkota Dewa Musuh Baru Aneka Penyakit, Intisari. Januari 2009