Usulan Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Untuk Meminimalkan Kecelakaan Kerja Pada Proyek Konstruksi Di rumah Sakit Limijati Bandung.

(1)

USULAN PEDOMAN KESELAMATAN DAN

KESEHATAN KERJA (K3) UNTUK

MEMINIMALKAN KECELAKAAN KERJA PADA

PROYEK KONSTRUKSI DI RUMAH SAKIT

LIMIJATI BANDUNG

Mega Tristanto

Nrp : 0621037

Pembimbing : Maksum Tanubrata, Ir., M.T.

ABSTRAK

Pekerjaan di bidang konstruksi bangunan gedung setiap tahun banyak yang mengalami cedera, penyakit akibat kurangnya kebersihan area proyek, bahkan sampai meninggal. Survei penelitian di R.S. Limijati karena pengerjaan proyek konstruksi telah melaksanakan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000(E) dan menganalisa pedoman pelaksanaan K3 konstruksi serta membuat usulan pedoman pelaksanaan K3.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa pedoman pelaksanaan K3 konstruksi serta membuat usulan pedoman pelaksanaan K3. Metode pengumpulan dengan melakukan survei, kuesioner, dan wawancara ke proyek. Data kemudian diolah menggunakan metode statistik deskriptif dan dibuat usulan solusi untuk melaksanakan pekerjaan proyek untuk mengantisipasi kecelakaan kerja di proyek.

Proyek R.S. Limijati yang ditangani oleh kontraktor P.T. TATAMULIA sudah mempunyai manajemen K3 secara tertulis. Akan tetapi kurangnya pengawasan dan sosialisasi kepada pekerja menjadikan para pekerja kurang diperhatikan dan bisa berakibat pada kecelakaan kerja.


(2)

PROPOSED GUIDELINES FOR SAFETY AND

HEALTH ACCIDENT TO MINIMIZE THE PROJECT

CONSTRUCTION WORK IN HOSPITAL LIMIJATI

BANDUNG

Mega Tristanto Nrp : 0621037

Supervisor : Maksum Tanubrata, Ir., M.T.

ABSTRACT

Jobs in the field of building construction every year a lot of injury, illness due to lack of cleanliness of the project area, even to death. Survey research in R.S. Limijati because of project construction has implemented Quality Management System ISO 9001:2000 (E) and analyze the implementation of K3 construction guidelines and make recommendations K3 guideline implementation.

The purpose of this study was to analyze the implementation of K3 construction guidelines and make recommendations K3 guideline implementation. Collection methods by conducting surveys, questionnaires, and interviews to the project. The data were processed using descriptive statistical methods and the proposed solutions are made to carry out project work in anticipation of occupational accidents in the project.

Project R.S. Limijati handled by contractors P.T. TATAMULIA already have K3 management in writing. However, lack of supervision and socialization to workers make workers less attention and could result in workplace accidents. Key words: K3, buildings, contractors, project, RS Limijati.


(3)

DAFTAR ISI

Halaman Judul i

Surat Keterangan Tugas Akhir iii

Surat Keterangan Selesai Tugas Akhir iv

Lembar Pengesahan v

Pernyataan Orisinalitas Laporan Tugas Akhir vi

Pernyataan Publikasi Laporan Tugas Akhir vii

Kata Pengantar viii

Abstrak x

Daftar Isi xii

Daftar Tabel xiv

Daftar Gambar xv

Daftar Notasi xvi

Daftar Lampiran xvii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Tujuan Penelitian 2

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan 2

1.4. Sistematika Pembahasan 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4

2.1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja 4

2.2. Kerugian Akibat Kecelakaan 4

2.2.1. Kecelakaan 4

2.2.2. Sakit 5

2.3. Perlindungan Terhadap Pekerja dan Peralatan 6

2.3.1. Peralatan 7

2.3.2. Cairan mudah terbakar 7

2.3.3. Pekerjaan perbaikan 8

2.4. Pembangunan 8


(4)

2.4.2. Pembongkaran struktur 9

2.5. Manajemen dan K3 11

2.5.1. Organisasi K3 11

2.5.2. Elemen Sistem Manajemen K3 13

2.5.3. Penyusunan Rencana Kerja 15

2.6. Identifikasi Bahaya dan Resiko 17

2.6.1. Analisis 19

2.6.2. Penilaian Resiko 21

2.6.3. Komponen Rencana Kerja 29

2.6.4.Tugas dan Tanggung Jawab Safety Team 30

2.7. Peraturan yang berlaku mengenai K3 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32

3.1. Penjelasan Peraturan K3 P.T. Tatamulia Nusantara 32

3.2. Metodologi Penelitian 39

3.2.1. Metoda Pengumpulan Data 42

3.2.2. Daftar Responden Kuisioner 42

3.2.3. Analisa Data 44

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 45

4.1. Umum 45

4.1.1. Data Pustaka 45

4.1.2. Data Wawancara dari Responden Supervisor K3 53

4.2. Pengetahuan Responden 55

4.2.1. Data Kuisioner Responden Safety Team 55 4.2.2. Data Kuisioner Responden Tenaga Kerja 71

4.3. Resume Hasil Analisa 73

4.3.1. Data Pustaka 73

4.3.2. Usulan Hasil Analisis 75

BAB V SIMPULAN 81

5.1 Simpulan 81

5.2 Saran 82

Daftar Pustaka 83


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Ketentuan nilai denda bagi pekerja proyek R. S. Limijati Bandung 34

Tabel 3.2. Rambu – rambu yang dipakai pada proyek R. S. Limijati 35

Tabel 3.3. Data Kelompok Safety Team 43

Tabel 3.4. Data Kelompok Tenaga Kerja 43

Tabel 4.1. Data Kelompok Responden Kelompok Safety Team 46

Tabel 4.2. Data Kelompok Responden Kelompok Tenaga Kerja 47

Tabel 4.3. Rekapitulasi Data Kuisioner 47

Tabel 4.4. Rekapitulasi Data Kuisioner 51


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. FlowchartProses Analisis Keselamatan Kerja 27

Gambar 3.1. Kebijakan Mutu dan K3 PT. Tatamulia Nusantara 32 Gambar 3.2. Pernyataan Project Manager pada proyek R. S. Limijati Bandung 33

Gambar 3.3. Denah tempat pelaksanaan K3 proyek R. S. Limijati Bandung 34

Gambar 3.4. Bagan Alir PembuatanTugas Akhir 40

Gambar 4.1. Flowchart Tanggap Darurat Kecelakaan Ringan 67

Gambar 4.2. Flowchart Tanggap Darurat Kebakaran 68

Gambar 4.5. Flowchart Tanggap Darurat Kecelakaan Berat 69


(7)

DAFTAR NOTASI

HE = Hazard Effect (Tingkat Keparahan)

ISO = Organisasi Standar Internasional

JAMSOSTEK = Jaminan Sosial Tenaga Kerja

JSA = Job Safety Analysis (Proses Analisis Keselamatan Kerja)

K3 = Keselamatan dan Kesehatan Kerja

MSDS = Material Safety Data Sheet (Data Keselamatan Bahan)

OHSAS = Occupantional Health and Safety Assesment Series (standar internasional untuk penerapan sistem manajemen K3)

P = Probability (Kemungkinan)

P2K3 = Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja

RAB = Rancangan Anggaran Biaya

UUD = Undang – Undang Dasar

WQA = Worldwide Quality Assurance (lembaga audit bidang mutu pelayanan)


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran L1 Daftar Kuesioner 84

Lampiran L2 Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 88


(9)

LAMPIRAN


(10)

(11)

(12)

(13)

LAMPIRAN 2

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

KEBIJAKAN KESELAMATAN

DAN KESEHATAN KERJA

Pimpinan dan pegawai di semua unit kerja departemen pekerjaaan umum bersepakat menciptakan dan memelihara lingkungan kerja yang selamat dan sehat dengan kebijakan sebagai berikut :

 Memastikan semua peraturan perundangan tentang keselamatan dan kesehatan kerja ditegakkan secara konsisten oleh semua pihak,

 Memastikan keselamatan dan kesehatan kerja menjadi nilai utama pada setiap penyelenggaraan kegiatan,


(14)

 Memastikan setiap orang bertanggungjawab atas keselamatan dan kesehatan kerja masing – masing, orang yang terkait dan orang yang berada di sekitarnya,

 Memastikan semua potensi bahaya disetiap tahapan pekerjaan baik terkait dengan tempat, alat, maupun proses kerja telah diidentifikasi, dianalisis, dan dikendalikan secara efisien dan efektif guna mencegah kecelakaan dan sakit akibat kerja.

 Memastikan penerapan system manajemen keselamatan dan kesehatan kerja guna mengeliminasi, mengurangi, dan menghindari resiko kecelakaan dan sakit akibat kerja,

 Memastikan peningkatan kapasitas keselamatan dan kesehatan kerja para pejabat dan pegawai sehingga berkompetensi menerapkan SMK3 di lingkungan departemen pekerjaan umum,

 Memastikan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja ini disosialisasikan dan diterapkan oleh para pejabat, pegawai dan mitra kerja departemen Pekerjaan Umum.

Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja ini akan selalu dimuktahirkan sehingga tetap relevan.

Jakarta, 12 Februari 2009 MENTERI PEKERJAAN UMUM,


(15)

LAMPIRAN 3

UNDANG – UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970

TENTANG

KESELAMATAN KERJA BAB I

TENTANG ISTILAH – ISTILAH Pasal 1

Dalam Undang – undang ini yang dimaksud dengan :

1. “tempat kerja” ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau sering dimasuki tempat kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber – sumber bahaya sebagaimana diperinci dalam pasal 2;

Yang termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian – bagian atau berhubung dengan tempat kerja tersebut;

2. “pengurus” ialah orang yang mempunyai tugas langsung sesuatu tempat kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri;

3. “pengusaha” ialah :

a. Orang atau badan hukum yang menjalankan sesuatu usaha milik sendiri dan untuk keperluan itu mempergunakan tempat kerja;

b. Orang atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan sesuatu usaha bukan miliknya dan untuk keperluan itu mempergunakan tempat kerja;

c. Orang atau badan hukum, yang di Indonesia mewakili orang atau badan hukum termaksud pada (a) dan (b), jikalau yang memiliki kedudukan di luar Indonesia.


(16)

4. “direktur” ialah pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk melaksanakan undang – undang ini.

5. “pegawai pengawas” ialah pegawai teknis berkeahlian khusus dari Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.

6. “ahli keselamatan kerja” ialah tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk mengawasi ditaatinya Undang – undang ini.

BAB II RUANG LINGKUP

Pasal 2

1. Yang diatur oleh Undang – undang ini ialah keselamatan kerja dalam segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.

2. Ketentuan – ketentuan dalam ayat (1) tersebut berlaku dalam tempat kerja dimana :

a. Dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat, perkakas, peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat menimbulkan kecelakaan atau peledakan;

b. Dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut, atau disimpan atau bahan yang dapat meledak, mudah terbakar, menggigit, beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi;

c. Dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan, atau pembongkaran rumah, gedung, atau bangunan lainnya termasuk bangunan perairan, saluran atau terowongan di bawah tanah dan sebagainya atau dimana dilakukan pekerjaan persiapan.

d. Dilakukan usaha: pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan hutan, pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan, dan lapangan kesehatan;


(17)

e. Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan: emas, perak, logam atau bijih logam lainnya, batu – batuan, gas, minyak, atau mineral lainnya, baik di permukaan atau di dalam bumi, maupun di dasar perairan;

f. Dilakukan pengangkutan barang, binatang, atau manusia, baik di darat, melalui terowongan, di permukaan air, di dalam air maupun di udara; g. Dikerjakan bongkar muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga, dok,

stasiun, atau gudang;

h. Dilakukan penyelamatan, pengambilan benda dan pekerjaan lain di dalam air;

i. Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian di atas permukaan tanah atau perairan;

j. Dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau rendah;

k. Dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan, terkena pelantingan benda, terjatuh atau terperosok, hanyut atau terpelanting;

l. Dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur atau lobang;

m. Terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, suhu, kotoran, api, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran;

n. Dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah;

o. Dilakukan pemancaran, penyinaran atau penerimaan radio, radar, televisi, atau telepon;

p. Dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset (penelitian) yang menggunakan alat teknis;

q. Dibangkitkan, dirobah, dikumpulkan, disimpan, dibagi – bagikan atau disalurkan listrik, gas, minyak atau air;

r. Diputar film, pertunjukan sandiwara atau diselenggarakan reaksi lainnya yang memakai peralatan, instalasi listrik atau mekanik.

3. Dengan peraturan perundangan dapat ditunjuk sebagai tempat kerja, ruangan

– ruangan atau lapangan – lapangan lainnya yang dapat membahayakan keselamatan atau kesehatan yang bekerja atau yang berada di ruangan atau lapangan itu dan dapat dirubah perincian tersebut dalam ayat (2).


(18)

BAB III

SYARAT – SYARAT KESELAMATAN KERJA Pasal 3

1. Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat – syarat keselamatan kerja untuk :

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan; b. Mencegah, dan memadamkan kebakaran; c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;

d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian – kejadian lain yang berbahaya;

e. Memberi pertolongan pada kecelakaan;

f. Memberi alat – alat perlindungan diri pada para pekerja;

g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran;

h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physic maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan.

i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai; j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik; k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup; l. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban;

m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya;

n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman, atau barang;

o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;

p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang;

q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;

r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.


(19)

2. Dengan peraturan perundangan dapat dirubah perincian seperti tersebut dalam ayat (1) sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknik dan teknologi serta pendapatan – pendapatan baru di kemudian hari.

Pasal 4

1. Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat – syarat keselamatan kerja dalam perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang, produk teknis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.

2. Syarat – syarat tersebut memuat prinsip – prinsip teknis ilmiah menjadi suatu kumpulan ketentuan yang disusun secara teratur, jelas dan praktis yang mencakup bidang konstruksi, bahan, pengolahan dan pembuatan, perlengkapan alat – alat perlindungan, pengujian dan pengesahan, pengepakan atau pembungkusan, pemberian tanda – tanda pengenal atas bahan, barang, produk teknis dan aparat produk guna menjamin keselamatan barang – barang itu sendiri, keselamatan tenaga kerja yang melakukannya dan keselamatan umum.

3. Dengan peraturan perundangan dapat dirubah perincian seperti tersebut dalam ayat (1) dan (2); dengan peraturan perundangan ditetapkan siapa yang berkewajiban memenuhi dan mentaati syarat – syarat keselamatan tersebut.

BAB IV PENGAWASAN

Pasal 5

1. Direktur melakukan pelaksanaan umum terhadap Undang – undang ini sedangkan para pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja ditugaskan menjalankan pengawasan langsung terhadap ditaatinya Undang – undang ini dan membantu pelaksanaannya.


(20)

2. Wewenang dan kewajiban direktur, pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja dalam melaksanakan Undang – undang ini diatur dengan peraturan perundangan.

Pasal 6

1. Barang siapa tidak dapat menerima keputusan direktur dapat mengajukan permohonan banding kepada Panitia Banding.

2. Tata cara permohonan banding, susunan Panitia Banding, tugas Panitia Banding dam lain – lainnya ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.

3. Keputusan Panitia Banding tidak dapat dibanding lagi. Pasal 7

Untuk pengawasan berdasarkan Undang – undang ini pengusaha harus membayar retribusi menurut ketentuan – ketentuan yang akan diatur dengan peraturan perundangan.

Pasal 8

1. Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan dipindahkan sesuai dengan sifat – sifat pekerjaan yang diberikan padanya. 2. Pengurus diwajibkan memeriksakan semua tenaga kerja yang berada di bawah

pimpinannya, secara berkala pada Dokter yang ditunjuk oleh Pengusaha dan dibenarkan oleh Direktur.

3. Norma – norma mengenai pengujian kesehatan ditetapkan dengan peraturan perundangan.

BAB V PEMBINAAN

Pasal 9

1. Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang :


(21)

a. Kondisi – kondisi dan bahaya - bahaya serta yang dapat timbul dalam tempat kerja;

b. Semua pengamanan dan alat – alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat kerja;

c. Alat – alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan; d. Cara – cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya. 2. Pengurus hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan setelah

ia yakin bahwa tenaga kerja tersebut telah memahami syarat – syarat tersebut diatas.

3. Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan kebakaran serta peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan.

4. Pengurus wajib memenuhi dan mentaati semua syarat – syarat dan ketentuan – ketentuan yang berlaku bagi usaha dan tempat kerja yang dijalankan.

BAB IV

PANITIA PEMBINA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Pasal 10

1. Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk Panitia Pembina Keselamatan Kerja guna memperkembangkan kerjasama, saling pengertian dan partisipasi efektif dari pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja dalam tempat – tempat kerja untuk melaksanakan tugas dan kewajiban bersama di bidang keselamatan dan kesehatan kerja, dalam rangka melancarkan usaha berproduksi.

2. Susunan Panitia Pembina dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, tugas dan lain – lainnya ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.


(22)

BAB VII KECELAKAAN

Pasal 11

1. Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja yang dipimpinnya, pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.

2. Tata cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan oleh pegawai termaksud dalam ayat (1) diatur dengan peraturan perundangan.

BAB VIII

KEWAJIBAN DAN HAK TENAGA KERJA Pasal 12

Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk : a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan

atau keselamatan kerja;

b. Memakai alat perlindungan diri yang diwajibkan;

c. Memenuhi dan mentaati semua syarat – syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan;

d. Meminta pada Pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan;

e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat kesehatan dan keselamatan kerja serta alat – alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam hal – hal khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas – batas yang masih dapat dipartanggungjawabkan.


(23)

BAB IX

KEWAJIBAN BILA MEMASUKI TEMPAT KERJA Pasal 13

Barang siapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat – alat perlindungan diri yang diwajibkan.

BAB X

KEWAJIBAN PENGURUS Pasal 14

Pengurus diwajibkan :

a. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua syarat keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai Undang – undang ini dan semua peraturan pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan, pada tempat – tempat yang mudah dilihat dan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja;

b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat – tempat yang mudah terlihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.

c. Menyediakan secara cuma - cuma, semua alat perlindungan diri yang diwajibkan pada tenaga kerja berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk – petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.


(24)

BAB IX

KETENTUAN – KETENTUAN PENUTUP Pasal 15

1. Pelaksanaan ketentuan tersebut pada pasal – pasal diatas diatur lebih lanjut dengan peraturan perundangan.

2. Peraturan perundangan tersebut pada ayat (1) dapat memberikan ancaman pidana atas pelanggaran peraturannya dengan hukuman kurungan selama – lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggi – setingginya Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah).

3. Tindak pidana tersebut adalah pelanggaran. Pasal 16

Pengusaha yang mempergunakan tempat – tempat kerja yang sudah ada pada waktu Undang – undang ini mulai berlaku wajib mengusahakan di dalam satu tahun sesudah Undang – undang ini mulai berlaku, untuk memenuhi ketentuan – ketentuan menurut atau berdasarkan Undang – undang ini.

Pasal 17

Selama peraturan perundangan untuk melaksanakan ketentuan dalam Undang – undang ini belum dikeluarkan, maka peraturan dalam bidang keselamatan kerja yang ada pada waktu Undang – undang ini mulai berlaku, tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Undang – undang ini.

Pasal 18

Undang – undang ini disebut “UNDANG – UNDANG KESELAMATAN

KERJA” dan mulai berlaku pada hari diundangkan.

Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang – undang ini dengan menempatkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.


(25)

Disahkan di Jakarta

pada tanggal 12 Januari 1970

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SOEHARTO Diundang di Jakarta tanggal 12 Januari 1970 Sekretaris Negara Republik Indonesia,


(26)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setiap tahun banyak pekerja lapangan bidang industri konstruksi meninggal atau cedera sebagai dampak dari pekerjaannya dan menderita sakit,

seperti misalnya kanker, sakit kulit, ketulian, atau sakit paru – paru. Bahaya –

bahaya tersebut tidak terbatas pada lingkungan kerja saja. Anak – anak dan

anggota masyarakat lainnya juga banyak yang meninggal atau terluka akibat kegiatan pekerjaan konstruksi yang tidak dikendalikan dengan baik. Pada akhir dasawarsa ini kondisi industri konstruksi telah berkembang, tetapi angka kematian, cacat, cedera dan sakit tetap tinggi.

Kematian, cedera dan sakit ini disamping mengakibatkan penderitaan dan kesusahan, juga kerugian biaya. Pada suatu survei tentang Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan diperoleh data bahwa kerugian akibat kecelakaan mencapai 8.5 % dari perhitungan biaya proyek konstruksi, walaupun tidak terjadi kecelakaan yang serius.

Perencana dan pelaksana struktur umumnya hanya fokus supaya hasil yang dikerjakan dapat memenuhi persyaratan teknis yang berlaku. Dengan demikian, pada saat berfungsi bangunan tersebut dapat menjamin keselamatan pemakainya. Sebagian besar presentasi pembelajaran di perguruan tinggi adalah untuk menghasilkan bangunan yang dapat menjamin keselamatan pemakai dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan masalah yang kompleks pada suatu proyek konstruksi. Kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja umumnya disebabkan oleh faktor manajemen, disamping faktor manusia dan teknis. Perlunya pihak pengelola proyek dalam melakukan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Hal ini dilakukan dengan merencanakan,


(27)

mengupayakan dan melaksanakan tindakan-tindakan pencegahan sebelum kejadian suatu kecelakaan dan mengupayakan suatu strategi supaya kecelakaan yang pernah terjadi tidak terulang kembali. Strateginya antara lain membicarakan keselamatan dan kesehatan kerja pada rapat yang rutin dilaksanakan di proyek, menyediakan peralatan keselamatan kerja dan pelatihan khusus pada periode tertentu. Dengan strategi tersebut diharapkan dapat tercipta suasana kerja yang aman dan nyaman. Dengan demikian para pekerja dapat bekerja dengan selamat sehingga rencana pekerjaan proyek dapat diselesaikan tepat waktu dengan mutu hasil pekerjaan sesuai dengan rencana. Disamping itu juga dapat meningkatkan efisiensi, efektivitas dan produktivitas para pekerja. Dalam hal ini penulis mengambil tempat survei penelitian keselamatan dan kesehatan kerja di Rumah Sakit Ibu dan Anak Limijati Bandung yang dikerjakan oleh P.T. Tatamulia. P.T. Tatamulia dalam pengerjaan proyek konstruksi telah melaksanakan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 (E) dan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja sesuai OHSAS 18001:1999. Survei dilakukan untuk mengetahui dan menganalisa pedoman pelaksanaan K3 konstruksi serta membuat usulan pedoman pelaksanaan K3 pada proyek R. S. Limijati Bandung.

1.2. Tujuan Penelitian

1. Menganalisa pedoman pelaksanaan K3 pada proyek pembangunan

gedung di Rumah Sakit Limijati Bandung.

2. Mengusulkan pedoman dan pengendalian identifikasi kecelakaan

kerja di proyek berdasarkan peraturan keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku.

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Agar permasalahan tidak terlalu luas maka dalam penelitian ini dilakukan pembatasan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja untuk konstruksi struktur


(28)

2. Melakukan survei untuk mengetahui adanya bentuk pelanggaran atau kecelakaan kerja di proyek konstruksi bangunan gedung di Rumah Sakit Limijati Bandung.

3. Membuat usulan pedoman pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja

pada proyek R. S. Limijati Bandung.

4. Usulan pedoman mencakup identifikasi pelaksanaan tanggap darurat dan

pencegahan kecelakaan pada saat proyek berlangsung.

1.4. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan Tugas Akhir ini disusun dalam beberapa bab, yaitu sebagai berikut:

Bab 1, Pendahuluan, berisikan latar belakang masalah, tujuan penelitian,

pembatasan masalah dan sistematika pembahasan. Bab 2, Tinjauan Pustaka,

berisikan pengertian standar keselamatan dan kesehatan kerja, dan

peraturan/undang – undang berkaitan dengan K3 pada proyek bangunan gedung.

Bab 3, Metodologi Penelitian, berisikan diagram alir penelitian, pembahasan

cara survei dan analisa, dan pengumpulan data. Bab 4, Analisis dan

Pembahasan, memuat analisa statistik dan pembahasan solusi bagi kecelakaan


(29)

BAB V

SIMPULAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis perbandingan antara data pustaka dengan data lapangan pada bab sebelumnya, maka didapat beberapa kesimpulan mengenai pedoman keselamatan dan kesehatan kerja (K3) untuk meminimalkan kecelakaan kerja pada proyek konstruksi di R.S Limijati Bandung.

 Pada proyek R.S. Limijati ini pihak kontraktor sudah mempunyai sistem manajemen K3 secara tertulis dan mengikutsertakan tenaga kerjanya dalam mengikuti pelatihan K3 di proyek R.S Limijati Bandung.

 Responden dalam penelitian tugas akhir ini dibedakan dalam 2 kelompok, yaitu kelompok safety team yang terdiri dari supervisor K3, Engineer, dan security. Sedangkan kelompok tenaga kerja terdiri dari buruh pekerja dan mekanik. Pengelompokan didasarkan atas perbedaaan pengetahuan pelaksanaan K3 di proyek R.S Limijati Bandung dan sikap tenaga kerja dalam menilai pelaksanaan K3 di proyek R.S Limijati Bandung

 Metode penilaian kuisioner dilakukan dengan cara statistik deskriptif yaitu dengan cara presentase jawaban responden.

 Validasi kuisioner telah dilakukan, akan tetapi masih terdapat responden yang kurang memahami maksud dari pertanyaan dalam kuisioner. Namun hal itu dapat diatasi dengan melakukan wawancara langsung pada responden.

 Berdasarkan sikap kelompok safety team dan tenaga pekerja umumnya memahami adanya pelaksanaan K3. Akan tetapi, safety team kurang jeli dalam mengawasi para pekerja konstruksi dan tenaga pekerja dapat dikatakan memiliki intelektual rendah. Hal ini di sebabkan kurangnya sosialisasi dan pengawasan yang intensif.


(30)

 Berdasarkan pemantauan di lokasi proyek pembangunan R.S. Limijati Bandung bahwa pelaksanaan K3 berhasil dilakukan dengan tidak adanya bentuk pelanggaran maupun kecelakaan kerja.

5.2. Saran

Pada akhir penulisan ini, ada beberapa hal yang disarankan penulis bagi kemajuan ilmu Keselamatan dan Kesehatan Kerja, yaitu :

 Untuk pelaksanaan dan pengawasan K3 yang lebih baik, salah satu alternative yang dilakukan oleh pihak kontraktor adalah memberlakukan track record kinerja pelaksanaan K3 pada setiap proyek, sehingga diharapkan dapat memotivasi kinerja perusahaan kontraktor dalam memberlakukan pelaksanaan dan pengawasan K3.

 Diperlukan dukungan lainnya dari pemerintah agar pelaksanaan K3 dapat mencapai hasil yang maksimal, seperti tata cara pelaksanaan K3 di proyek dan peraturan – peraturan resmi yang mengatur mengenai standar pelaksanaan K3.

 Diperlukan standarisasi proyek pengerjaan bangunan dari pemerintah bahwa anggaran untuk keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dicantumkan saat pelelangan jasa konstruksi.

 Pengawasan dan pemeriksaan bagi pekerja dan kesehatan yang terjamin dari pihak kontraktor guna meningkatkan kesadaran para pelaku jasa konstruksi dalam pelaksanaan K3 di Proyek R.S. Limijati.

 Untuk penelitian lebih lanjut mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja perlu dilakukan studi kasus yang lebih mendalam mengenai pelaksanaan K3 di lapangan karena pada umumnya pada saat ini kontraktor sudah mempunyai sistem tertulis K3 yang memadai tetapi belum berjalan dengan efektif. Jumlah responden yang lebih banyak, jenis konstruksi yang lebih beragam, serta metode penilaian yang lebih objektif dapat menambah keakuratan data yang diharapkan.


(31)

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia tentang Kebijakan

Keselamatan dan kesehatan Kerja Tahun 2009.

2. Ervianto, Wulfram I.,2005. Manajemen Proyek Konstruksi. Andi publisher, Indonesia.

3. Levitt, Raymond E., 1975. The effect of middle Management on Safety in Construction. Technical Reportno. 196, Departement of Civil Enggineering Stanford University, California.

4. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.02 th 1970 tentang panitia Pembina K3

(P2K3) ditempat kerja.

5. Peraturan Menakertrans No. Per 01/Men/1980 tentang Keselamatan dan

Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan.

6. Peraturan Pemerintah No. 29/2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.

7. Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum tahun 2008.

8. Rijanto, B. Budi., 2010. Pedoman praktis keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan (K3L), Mitra Wacana Media, Indonesia.

9. Undang-Undang RI No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.


(1)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setiap tahun banyak pekerja lapangan bidang industri konstruksi meninggal atau cedera sebagai dampak dari pekerjaannya dan menderita sakit, seperti misalnya kanker, sakit kulit, ketulian, atau sakit paru – paru. Bahaya – bahaya tersebut tidak terbatas pada lingkungan kerja saja. Anak – anak dan anggota masyarakat lainnya juga banyak yang meninggal atau terluka akibat kegiatan pekerjaan konstruksi yang tidak dikendalikan dengan baik. Pada akhir dasawarsa ini kondisi industri konstruksi telah berkembang, tetapi angka kematian, cacat, cedera dan sakit tetap tinggi.

Kematian, cedera dan sakit ini disamping mengakibatkan penderitaan dan kesusahan, juga kerugian biaya. Pada suatu survei tentang Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan diperoleh data bahwa kerugian akibat kecelakaan mencapai 8.5 % dari perhitungan biaya proyek konstruksi, walaupun tidak terjadi kecelakaan yang serius.

Perencana dan pelaksana struktur umumnya hanya fokus supaya hasil yang dikerjakan dapat memenuhi persyaratan teknis yang berlaku. Dengan demikian, pada saat berfungsi bangunan tersebut dapat menjamin keselamatan pemakainya. Sebagian besar presentasi pembelajaran di perguruan tinggi adalah untuk menghasilkan bangunan yang dapat menjamin keselamatan pemakai dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan masalah yang kompleks pada suatu proyek konstruksi. Kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja umumnya disebabkan oleh faktor manajemen, disamping faktor manusia dan teknis. Perlunya pihak pengelola proyek dalam melakukan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Hal ini dilakukan dengan merencanakan,


(2)

2 Universitas Kristen Maranatha

mengupayakan dan melaksanakan tindakan-tindakan pencegahan sebelum kejadian suatu kecelakaan dan mengupayakan suatu strategi supaya kecelakaan yang pernah terjadi tidak terulang kembali. Strateginya antara lain membicarakan keselamatan dan kesehatan kerja pada rapat yang rutin dilaksanakan di proyek, menyediakan peralatan keselamatan kerja dan pelatihan khusus pada periode tertentu. Dengan strategi tersebut diharapkan dapat tercipta suasana kerja yang aman dan nyaman. Dengan demikian para pekerja dapat bekerja dengan selamat sehingga rencana pekerjaan proyek dapat diselesaikan tepat waktu dengan mutu hasil pekerjaan sesuai dengan rencana. Disamping itu juga dapat meningkatkan efisiensi, efektivitas dan produktivitas para pekerja. Dalam hal ini penulis mengambil tempat survei penelitian keselamatan dan kesehatan kerja di Rumah Sakit Ibu dan Anak Limijati Bandung yang dikerjakan oleh P.T. Tatamulia. P.T. Tatamulia dalam pengerjaan proyek konstruksi telah melaksanakan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 (E) dan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja sesuai OHSAS 18001:1999. Survei dilakukan untuk mengetahui dan menganalisa pedoman pelaksanaan K3 konstruksi serta membuat usulan pedoman pelaksanaan K3 pada proyek R. S. Limijati Bandung.

1.2. Tujuan Penelitian

1. Menganalisa pedoman pelaksanaan K3 pada proyek pembangunan gedung di Rumah Sakit Limijati Bandung.

2. Mengusulkan pedoman dan pengendalian identifikasi kecelakaan kerja di proyek berdasarkan peraturan keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku.

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Agar permasalahan tidak terlalu luas maka dalam penelitian ini dilakukan pembatasan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja untuk konstruksi struktur atas (upper structure) bangunan gedung.


(3)

3 Universitas Kristen Maranatha

2. Melakukan survei untuk mengetahui adanya bentuk pelanggaran atau kecelakaan kerja di proyek konstruksi bangunan gedung di Rumah Sakit Limijati Bandung.

3. Membuat usulan pedoman pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja pada proyek R. S. Limijati Bandung.

4. Usulan pedoman mencakup identifikasi pelaksanaan tanggap darurat dan pencegahan kecelakaan pada saat proyek berlangsung.

1.4. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan Tugas Akhir ini disusun dalam beberapa bab, yaitu sebagai berikut:

Bab 1, Pendahuluan, berisikan latar belakang masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah dan sistematika pembahasan. Bab 2, Tinjauan Pustaka, berisikan pengertian standar keselamatan dan kesehatan kerja, dan peraturan/undang – undang berkaitan dengan K3 pada proyek bangunan gedung.

Bab 3, Metodologi Penelitian, berisikan diagram alir penelitian, pembahasan cara survei dan analisa, dan pengumpulan data. Bab 4, Analisis dan Pembahasan, memuat analisa statistik dan pembahasan solusi bagi kecelakaan kerja. Bab 5, Simpulan, memuat Simpulan dan saran dari hasil analisa.


(4)

81 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis perbandingan antara data pustaka dengan data lapangan pada bab sebelumnya, maka didapat beberapa kesimpulan mengenai pedoman keselamatan dan kesehatan kerja (K3) untuk meminimalkan kecelakaan kerja pada proyek konstruksi di R.S Limijati Bandung.

 Pada proyek R.S. Limijati ini pihak kontraktor sudah mempunyai sistem manajemen K3 secara tertulis dan mengikutsertakan tenaga kerjanya dalam mengikuti pelatihan K3 di proyek R.S Limijati Bandung.

 Responden dalam penelitian tugas akhir ini dibedakan dalam 2 kelompok, yaitu kelompok safety team yang terdiri dari supervisor K3, Engineer, dan security. Sedangkan kelompok tenaga kerja terdiri dari buruh pekerja dan mekanik. Pengelompokan didasarkan atas perbedaaan pengetahuan pelaksanaan K3 di proyek R.S Limijati Bandung dan sikap tenaga kerja dalam menilai pelaksanaan K3 di proyek R.S Limijati Bandung

 Metode penilaian kuisioner dilakukan dengan cara statistik deskriptif yaitu dengan cara presentase jawaban responden.

 Validasi kuisioner telah dilakukan, akan tetapi masih terdapat responden yang kurang memahami maksud dari pertanyaan dalam kuisioner. Namun hal itu dapat diatasi dengan melakukan wawancara langsung pada responden.

 Berdasarkan sikap kelompok safety team dan tenaga pekerja umumnya memahami adanya pelaksanaan K3. Akan tetapi, safety team kurang jeli dalam mengawasi para pekerja konstruksi dan tenaga pekerja dapat dikatakan memiliki intelektual rendah. Hal ini di sebabkan kurangnya sosialisasi dan pengawasan yang intensif.


(5)

82 Universitas Kristen Maranatha  Berdasarkan pemantauan di lokasi proyek pembangunan R.S. Limijati Bandung bahwa pelaksanaan K3 berhasil dilakukan dengan tidak adanya bentuk pelanggaran maupun kecelakaan kerja.

5.2. Saran

Pada akhir penulisan ini, ada beberapa hal yang disarankan penulis bagi kemajuan ilmu Keselamatan dan Kesehatan Kerja, yaitu :

 Untuk pelaksanaan dan pengawasan K3 yang lebih baik, salah satu alternative yang dilakukan oleh pihak kontraktor adalah memberlakukan track record kinerja pelaksanaan K3 pada setiap proyek, sehingga diharapkan dapat memotivasi kinerja perusahaan kontraktor dalam memberlakukan pelaksanaan dan pengawasan K3.

 Diperlukan dukungan lainnya dari pemerintah agar pelaksanaan K3 dapat mencapai hasil yang maksimal, seperti tata cara pelaksanaan K3 di proyek dan peraturan – peraturan resmi yang mengatur mengenai standar pelaksanaan K3.

 Diperlukan standarisasi proyek pengerjaan bangunan dari pemerintah bahwa anggaran untuk keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dicantumkan saat pelelangan jasa konstruksi.

 Pengawasan dan pemeriksaan bagi pekerja dan kesehatan yang terjamin dari pihak kontraktor guna meningkatkan kesadaran para pelaku jasa konstruksi dalam pelaksanaan K3 di Proyek R.S. Limijati.

 Untuk penelitian lebih lanjut mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja perlu dilakukan studi kasus yang lebih mendalam mengenai pelaksanaan K3 di lapangan karena pada umumnya pada saat ini kontraktor sudah mempunyai sistem tertulis K3 yang memadai tetapi belum berjalan dengan efektif. Jumlah responden yang lebih banyak, jenis konstruksi yang lebih beragam, serta metode penilaian yang lebih objektif dapat menambah keakuratan data yang diharapkan.


(6)

83 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia tentang Kebijakan

Keselamatan dan kesehatan Kerja Tahun 2009.

2. Ervianto, Wulfram I.,2005. Manajemen Proyek Konstruksi. Andi publisher, Indonesia.

3. Levitt, Raymond E., 1975. The effect of middle Management on Safety in Construction. Technical Reportno. 196, Departement of Civil Enggineering Stanford University, California.

4. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.02 th 1970 tentang panitia Pembina K3

(P2K3) ditempat kerja.

5. Peraturan Menakertrans No. Per 01/Men/1980 tentang Keselamatan dan

Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan.

6. Peraturan Pemerintah No. 29/2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.

7. Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum tahun 2008.

8. Rijanto, B. Budi., 2010. Pedoman praktis keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan (K3L), Mitra Wacana Media, Indonesia.

9. Undang-Undang RI No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Tingkat Pemahaman Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Manajer Konstruksi Terhadap Keberhasilan Pelaksanaan suatu Proyek Dilihat dari Sisi Peningkatan Kinerja Waktu dan Biaya Pelaksanaan Proyek di PT. Waskita Karya (Persero) Medan

7 42 200

Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Oleh P2K3 Untuk Meminimalkan Kecelakaan Kerja Di PT Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2008

7 94 124

STUDI PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PROYEK KONSTRUKSI DI DAERAH STUDI PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PROYEK KONSTRUKSI DI DAERAH YOGYAKARTA DAN JAWA TENGAH.

0 3 13

TESIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI PROYEK KONSTRUKSI : Kajian terhadap hubungan antara pengaruh persepsi pekerja pada sistem manajemen K3 dan kecelakaan kerja.

0 4 14

PENDAHULUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI PROYEK KONSTRUKSI : Kajian terhadap hubungan antara pengaruh persepsi pekerja pada sistem manajemen K3 dan kecelakaan kerja.

0 2 6

TINJAUAN PUSTAKA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI PROYEK KONSTRUKSI : Kajian terhadap hubungan antara pengaruh persepsi pekerja pada sistem manajemen K3 dan kecelakaan kerja.

0 3 19

KESIMPULAN DAN SARAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI PROYEK KONSTRUKSI : Kajian terhadap hubungan antara pengaruh persepsi pekerja pada sistem manajemen K3 dan kecelakaan kerja.

0 4 18

STK STUDI PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PROYEK KONSTRUKSI.

0 3 12

PENDAHULUAN STUDI PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PROYEK KONSTRUKSI.

0 4 6

PEMODELAN PENGARUH BUDAYA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP KINERJA PROYEK KONSTRUKSI TUGAS AKHIR - PEMODELAN PENGARUH BUDAYA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP KINERJA PROYEK KONSTRUKSI

0 1 16