Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Oleh P2K3 Untuk Meminimalkan Kecelakaan Kerja Di PT Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2008

(1)

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN

DAN KESEHATAN KERJA OLEH P2K3 UNTUK

MEMINIMALKAN KECELAKAAN KERJA

DI PT WIJAYA KARYA BETON

MEDAN TAHUN 2008

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh

RAHIMAH AZMI D

NIM 021000012

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(2)

ABSTRACT

IMPLEMENTATION OF SAFETY MANAGEMENT SYSTEMS AND HEALTH BY OCCUPATIONAL SAFETY AND HEALTH COMMITTEE TO MINIMIZE WORKPLACE ACCIDENTS IN THE COMPANY WIJAYA KARYA BETON CONCRETE PRODUCTS FACTORY TOWN MEDAN YEAR 2008

This research aims to known about the application of the image management system of safety and health work to minimize workplace accidents in the company Wijaya Karya Beton years 1999-2008 based on the mannual implementation of the system management safety and health PERMENAKER NO.05/MEN/1996 attachment 1, with the type of descriptive research . Research is done with describe the document safety management systems and health in 1999-2008. sample is 16 person Occupational Safety and Health Committee staff in the company Wijaya Karya Beton

From the results of the research is that the company has started building the commitment and the policy of safety and health is based on the hazard identification and risk assessment, and also the implementation of safety management systems and work with good health since 1999, as well as measurement and evaluation and re-review by management. In the year 2008 Company Wijaya Karya Beton has implemented 97% criteria of safety management system and health.

To improve the implementation of safety management systems and health in order to provide maximum results, disseminating information about the required system management safety and health to all labor and supervision carried out by the management to the implementation of the management system of safety and health work in the company.

Keywords : Safety Management Systems and Health, Occupational Safety and Health Committee


(3)

ABSTRAK

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA OLEH P2K3 UNTUK MEMINIMALKAN KECELAKAAN KERJA DI PT WIJAYA KARYA BETON MEDAN TAHUN 2008

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penerapan SMK3 dalam upaya meminimalkan kecelakaan kerja di PT. Wijaya Karya Beton tahun 1999 – 2008 berdasarkan Pedoman Penerapan SMK3 Lampiran 1 PERMENAKER No. 05/MEN/1996, dengan jenis penelitian deskriptif. Penelitian ini dilakukan dengan mendeskripsikan dokumen SMK3 sejak tahun 1999 – 2008. Sampel adalah 16 orang petugas P2K3 di PT Wijaya Karya Beton Medan.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa perusahaan telah mulai membangun komitmen dan kebijakan K3 yang berdasarkan pada identifikasi bahaya dan penilaian resiko, serta melakukan penerapan SMK3 dengan baik sejak tahun 1999, begitu juga dengan pengukuran dan evaluasi serta tinjauan ulang oleh pihak manajemen. Tahun ini PT WIKA BETON menerapkan 97 % kriteria audit SMK3.

Untuk meningkatkan pelaksanaan SMK3 agar memberikan hasil maksimal perlu sosialisasi berbagai informasi tentang SMK3 pada seluruh tenaga kerja dan dilakukan pengawasan oleh pihak manajemen atas pelaksanaan SMK3 di perusahaan.


(4)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Rahimah Azmi Dalimunthe

Tempat / Tanggal Lahir : Medan / 11 Maret 1985

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin

Alamat : Jl. Damar Laut V No. 175 Perumnas Bagelen, Tebing Tinggi.

Riwayat Pendidikan :

1. 1990 – 1996 : SD Negeri No. 166322 Tebing Tinggi, lulus tahun 1996 2. 1996 – 1999 : SMP Negeri 1 Tebing Tinggi, lulus tahun 1999

3. 1999 – 2002 : SMU Negeri 1 Tebing Tinggi, lulus tahun 2002


(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunianya yang luar biasa dan begitu melimpah sehingga skripsi ini dengan judul “Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Oleh P2K3 Untuk Meminimalkan Kecelakaan Kerja Di PT Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2008”.

Selama menjalani masa perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sampai kepada penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan do’a, dorongan, bantuan, nasehat dan bimbingan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Lina Tarigan, Apt, M.S sebagai Ketua Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai Dosen Pembimbing II serta Dosen Penguji I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(6)

3. Bapak dr. Muhammad Makmur Sinaga, M.S. sebagai Dosen Pembimbing I dan juga Ketua Penguji yang telah meluangkan waktu dan memberikan banyak sumbangan pikiran dalam proses membimbing dan memberikan arahan selama proses penulisan skripsi ini.

4. Ibu dr. Halinda Sari Lubis, M.KKK. sebagai Dosen Penguji I yang telah meluangkan waktu dan memberikan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

5. Ibu Ir. Kalsum, M.Kes sebagai Dosen Penguji II yang telah memberikan arahan dan masukan bagi penulis.

6. Seluruh Dosen dan staf pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

7. Bapak Manajer PT Wijaya Karya Beton Sumatera Utara dan Bapak Kepala Seksi Teknik dan Mutu yang telah memberikan izin penulis untuk melakukan research pada PT Wijaya Karya Beton Sumatera Utara

8. Bapak Muharyanto, Bapak Muchtar, Bapak Saidi serta Seluruh staf dan pegawai PT Wijaya Karya Beton Sumatera Utara yang telah banyak membantu penulis selama melakukan research dan memberikan data-data yang sangat penulis butuhkan.

9. Teristimewa orang tua tercinta Abdul Rohim Dalimunthe, S.P & Fathimah Tanjung, S.PdI yang telah memberikan perhatian, kasih sayang, doa, dukungan dan semangat kepada penulis baik secara moril dan material sehingga penulis dapat menyelesaikan


(7)

10. Kepada Nenek dan Abo serta Adik-Adik yang sangat penulis sayangi, Lia Sabrina Dalimuthe, S.E, Solly Amri Dalimunthe, Mhd. Akbar Dalimunthe, Rina Khairani Dalimunthe, Fahmi, Fikri, yang telah memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

11. Kepada Mas Budi Aswin, yang telah memberikan waktu, semangat, dukungan baik moril dan materil dan kasihnya selalu penulis rasakan hingga kini.

12. Kepada sahabat tersayang, Nita dan Tia yang selalu ada dalam suka ataupun duka. 13. Teman-teman stambuk ’02, Indah, Ira, Lince dan lainnya serta adik dan kakak

stambuk yang telah banyak membantu selama proses perkuliahan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, masih banyak kekurangan baik dari isi maupun penyajiannya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Januari 2009


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... ... i

RIWAYAT HIDUP... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR……….. xi

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.3.1 Tujuan Umum ... 8

1.3.2 Tujuan Khusus ... 8


(9)

2.1 Pengertian dan Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 10

2.1.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 10

2.1.2 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 10

2.2 Kecelakaan Kerja ... 11

2.3 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( SMK3 ) ... 13

2.3.1 Pelaksanaan Audit SMK3 ... 16

2.3.2 Pertimbangan Ditetapkannya PERMENAKER No. 05/ MEN/ 1996 ... 18

2.3.3 Manfaat Penerapan SMK3 ... 18

2.3.4 Faktor Penghambat dan Keberhasilan SMK3 ... 19

2.3.5 Pedoman Penerapan SMK3 (Lampiran I PERMENAKER No. 05/ MEN/ 1996) ... 20

2.4 Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( P2K3 ) ... 33

2.4.1 Pengertian dan Tujuan P2K3 ... 33

2.4.2 Dasar Hukum Pembentukan, Keanggotaan dan Mekanisme Kerja P2K3 ... 34

2.4.3 Pembentukan dan Keanggotaan P2K3 ... 35

2.4.4 P2K3 Sebagai Organisasi K3 ... 36

2.5 Kerangka Konsep ... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………. 38


(10)

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 38

3.2.2 Waktu Penelitian ... 38

3.3 Populasi dan Sampel ... 38

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 39

3.5 Pengolahan dan Analisa Data ... 39

3.6 Defenisi Operasional ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN………. 41

4.1 Gambaran Umum PT. Wijaya Karya Beton ... 41

4.1.1 Jumlah Tenaga Kerja ... 42

4.1.2 Hasil dan Proses Produksi ... 43

4.1.3 Waktu Kerja ... 45

4.1.4 Struktur Organisasi ... 46

4.1.5 Trend Kecelakaan Kerja PT WIKA BETON SUMUT ... 48

4.2 Gambaran Penerapan SMK3 di PT Wijaya Karya Beton Sumatera Utara ... 48

4.2.1 Komitmen dan Kebijakan ... 51

4.2.2 Perencanaan ... 54


(11)

4.2.5 Tinjauan Ulang ... 77

4.3 Gambaran Hasil Penelitian dengan Kuesioner di PT WIKA BETON SUMUT ... 78

4.3.1 Umur ... 78

4.3.2 Tingkat Pendidikan ... 79

4.3.3 Masa kerja ... 79

4.3.4 Pelaksanaan SMK3 Menurut responden ... 79

BAB V PEMBAHASAN……… 81

5.1 Penerapan SMK3 di PT WIKA BETON SUMUT ... 81

5.2 Hasil Penelitian dengan kuesioner ... 91

5.2.1 Pelaksanaan SMK3 ... 91

5.2.2 Pelaksanaan Komitmen dan Kebijakan K3 ... 91

5.2.3 Pelaksanaan Perencanaan SMK3 ... 92

5.2.4 Pelaksanaan Penerapan SMK3 ... 93

5.2.5 Pelaksanaan Pengukuran dan evaluasi ... 93

5.2.6 Pelaksanaan Tinjauan Ulang ... 94

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN………. 97

6.1 Kesimpulan ... 97

6.2 Saran... 99 DAFTAR PUSTAKA


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Trend Kecelakaan Kerja PPB SUMUT Tahun 1999 – 2008 ... 48

Tabel 4.2 Analisa Kesehatan Tahun 2008, Persentase Penyakit Akibat

Kerja ... 70 Tabel 4.3 Hasil Perolehan Audit SMK3 PT. WIKA BETON PPB

SUMUT ... 74 Tabel 4.4 Contoh Rencana Tindakan Perbaikan (RTP) PPB SUMUT

Tahun 2008 ... 75 Tabel 4.5 Hasil Pemeriksaan Audiometri Tenaga Kerja di PT WIKA


(13)

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Umur di PT WIKA BETON SUMUT Tahun 2008 ... 78 Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di PT

WIKA BETON SUMUT Tahun 2008 ... 79 Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja di PT WIKA

BETON SUMUT Tahun 2008 ... 79 Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Pelaksanaan Perencanaan

di PT WIKA BETON SUMUT Tahun 2008 ... 80 Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Pelaksanaan Tinjauan

Ulang di PT WIKA BETON SUMUT tahun 2008 ... 80

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Wijaya Karya Beton ... 47

Gambar 4.2 Struktur Organisasi P2K3 PT. Wijaya Karya Beton Sumatera

Utara ... 49 Gambar 4.3 Jalur Komunikasi dan Tindakan Bila Terjadi Kebakaran di PT

WIKA BETON... 67 Gambar 4.4 Prosedur Penanganan Tindak Lanjut Hasil Inspeksi ... 72 Gambar 4.5 Grafik Pencapaian Nilai Audit SMK3 PT WIKA BETON


(14)

SUMUT 1999-2008 ... 74

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pembangunan nasional dewasa ini berjalan seiring dengan perkembangan industri yang pesat dan mandiri dalam rangka mewujudkan era industrialisasi yang ditandai dengan mekanisme, elektrifikasi, dan modernisasi.


(15)

pesawat-tersebut disamping memberikan kemudahan proses produksi dapat pula menambah jumlah dan ragam bahaya di tempat kerja. Selain itu akan terjadi pula lingkungan kerja yang kurang memenuhi syarat, proses dan sifat pekerjaan yang berbahaya, serta peningkatan intensitas kerja operasional tenaga kerja. Masalah tersebut akan sangat mempengaruhi dan mendorong peningkatan jumlah maupun tingkat keseriusan kecelakaan kerja. (Depnaker RI, 1991)

Di dalam pasal 9 Undang-Undang No. 14 tahun 1969 tentang ketentuan-ketentuan pokok mengenai tenaga kerja disebutkan bahwa tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan, kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama. (Zulmiar Yanri, 2005)

Sejalan dengan Undang-Undang tersebut diatas, sejak januari 1970 telah berlaku UU No. 1/ 1970 tentang keselamatan kerja yang mengamanatkan agar setiap tenaga kerja mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan, setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja perlu terjamin keselamatannya, setiap sumber produksi dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien serta terhindar dari peledakan, kerusakan proses produksi, kebakaran, penyakit akibat kerja yang pada gilirannya dapat tercipta tenaga kerja yang sehat, produktif serta peningkatan kesejahteraan tenaga kerja secara menyeluruh. (Zulmiar Yanri, 2005)

Untuk dapat meningkatkan produktifitas dan efisiensi yang tinggi, sangat tergantung kepada sistem manajemen yang diterapkan dan kualitas pekerja yang


(16)

digunakan. Kualitas pekerja mempunyai korelasi yang erat dengan kecelakaan kerja sedangkan kecelakaan kerja erat kaitannya dengan produktifitas.

Data dari International Labour Organization ( ILO, 2000 ) menunjukkan bahwa setiap tahun diperkirakan paling sedikit terjadi 1,1 juta kematian karena penyakit atau kecelakaan akibat kerja. Dari angka tersebut 300.000 kematian merupakan akibat 250 juta kecelakaan yang terjadi dalam industri di seluruh dunia.

Berdasarkan data kecelakaan kerja PT. Jamsostek, jumlah kasus kecelakaan kerja di Indonesia pada tahun 2002 sebanyak 103.804 kasus. Tahun 2003 sebanyak 105.846 kasus. Tahun 2004 sebanyak 95.418 kasus. Tahun 2005 terjadi 99.023 kasus, Tahun 2006 terjadi 95.624 kasus sedangkan tahun 2007 terjadi 81.852 kasus kecelakaan kerja. ( www.jamsostek.co.id )

Berdasarkan data PT Jamsostek wilayah I, jumlah kasus kecelakaan kerja di Sumatera Utara tahun 2006 adalah 11.414 kasus, 132 orang diantaranya meninggal dunia. Pada tahun 2007 mengalami penurunan menjadi 9.349 kasus, dimana 116 orang meninggal dunia. Sedangkan pada tahun 2008 sampai bulan Juni terjadi 4.551 kasus kecelakaan kerja, 66 diantaranya meninggal dunia. Kepala kantor wilayah I PT. Jamsostek juga mengungkapkan bahwa setiap harinya di sumatera utara terjadi 39 kasus kecelakaan kerja dimana 5 orang diantaranya meninggal dunia. (Laporan tahunan PT. Jamsostek Wilayah I tahun 2006, 2007, 2008)


(17)

dimana yang menempati urutan pertama adalah Singapura, disusul Malaysia, Thailand dan Filipina.

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( SMK3 ) mendapat perhatian yang sangat penting dewasa ini karena masih tingginya angka kecelakaan kerja. SMK3 bertujuan menciptakan sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif. (Sastro Hadiwiryo, 2002)

Pengelolaan K3 dalam pendekatan modern mulai lebih maju dengan diperhatikan dan diikutkannya K3 sebagai bagian dari manajemen perusahaan. Hal ini mulai disadari karena dari data kecelakaan yang terjadi juga mengakibatkan kerugian yang cukup besar. Dengan memperhatikan banyaknya resiko yang diperoleh perusahaan maka mulailah diterapkan manajemen resiko yang telah menerapkan pola preventif terhadap kecelakaan yang akan terjadi. Manajemen resiko menuntut tidak hanya keterlibatan pihak manajemen tetapi juga komitmen manajemen dan seluruh pihak yang terkait. (Rudiyanto, 2003)

ILO ( International Labour Organization ) menilai penerapan SMK3 di Indonesia kurang memuaskan, dipaparkan bahwa dari sekitar 15.043 perusahaan skala besar, hanya sekitar 317 perusahaan (2,1 %) yang menerapkan SMK3. Itu berarti meskipun Indonesia


(18)

sudah menerapkannya, tetapi masih perlu memperbaiki penerapan SMK3 itu. (Junita, 2005)

Dari hasil penelitian Junita (2005) diperoleh bahwa secara umum persepsi tenaga kerja terhadap SMK3 kurang baik oleh sebab itu perlu dilaksanakan sosialisasi untuk menginformasikan berbagai hal tentang K3, serta perlu dibuat pelatihan tentang SMK3 secara kontiniu dan harus dipastikan bahwa tenaga kerja dapat mengerti dengan baik materi pelatihan tersebut, dan yang tidak kalah pentingnya sangat diperlukan pengawasan dan pemantauan pihak manajemen perusahaan dalam pelaksanaan SMK3 di tempat kerja.

Subroto (2002) dari hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa umumnya penerapan SMK3 secara optimal dilakukan oleh perusahaan saat akan di audit saja dan setelah di audit penerapan SMK3 mengalami kemunduran yang cukup berarti, bahkan rekomendasi upaya perbaikan yang disarankan tim audit diabaikan. Ia juga mengungkapkan bahwa dengan penerapan SMK3 yang lebih baik maka produktifitas yang diperoleh perusahaan akan lebih baik pula, sebaliknya penerapan SMK3 yang buruk maka akan terjadi penurunan produktifitas.

Penerapan K3 diperusahaan sesungguhnya merupakan suatu kebutuhan, baik dalam rangka pertimbangan ekonomi ( efisiensi dan safety ), maupun kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku dalam rangka mewujudkan tanggung jawab sosial perusahaan. Pertimbangan lainnya adalah dalam rangka perdagangan bebas ( Free Trade Barrier) yang menuntut kepedulian terhadap sistem manajemen mutu, sistem manajemen


(19)

dengan penerapan SMK3 sudah menjadi prasyarat dalam ISO (International

Organization Standardization) 9000:2000 dan CEPAA (Council on Economic Priorities

Accreditiation Agency) Social Accountability. (Rudiyanto 2003)

Soeripto (1998) mengatakan bahwa kenyataan dilapangan masih banyak pimpinan perusahaan yang melupakan tanggung jawabnya dengan tidak memasukkan K3 kedalam fungsi manajemen. Hal ini disebabkan oleh adanya pandangan bahwa penerapan K3 diperusahaan merupakan pengeluaran kedua ( investasi kedua ) yang tidak memberikan keuntungan secara langsung atau merupakan suatu kerugian belaka. Tanpa disadari dengan tidak menerapkan SMK3 justru dapat memberikan kerugian yang besar baik bagi perusahaan tenaga kerja beserta keluarga dan masyarakat sekitar perusahaan.

Mengingat tingginya angka kecelakaan kerja di Indonesia, maka pemerintah mengeluarkan UU RI No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan. Pasal 87 UU tersebut mewajibkan setiap perusahaan menerapkan SMK3 sebagai bagian dari Manajemen perusahaan, dan bagi yang tidak menerapkannya akan diberikan sanksi. Selain itu, telah dikeluarkan pula PERMENAKER No. 05/ MEN/ 1996 tentang pedoman penerapan SMK3 dan parameter audit SMK3.

PT. Wijaya Karya Beton adalah perusahaan yang meproduksi beton pracetak seperti tiang listrik beton, tiang telepon beton, tiang pancang beton, bantalan jalan rel,

bridge girders, PC-U girders, sheet piles yang digunakan dalam proses konstruksi

jembatan, gedung, jalan raya serta berbagai infrastruktur lainnya. Perusahaan ini mempekerjakan 299 orang pekerja, dimana 119 orang diantaranya pekerja tetap dan 180


(20)

orang pekerja harian. Pekerja harian ini bekerja sesuai permintaan barang dan dibawahi oleh mandor harian. Urusan yang menyangkut upah dan jaminan kesehatan serta keselamatan diurus secara terpisah oleh mandor harian.

Perusahaan ini termasuk kedalam perusahaan besar dengan tingkat resiko tinggi. Ini terlihat dari proses produksinya yang banyak menggunakan mesin-mesin berteknologi tinggi sehingga menimbulkan potensi bahaya yang cukup banyak. Misalnya saja penggunaan hoyce crane untuk pengangkutan tulangan, produk, atau cetakan produk. Posisi hoyce crane yang berada diatas kepala berpotensi untuk putus dan menimpa pekerja. Begitu pula dengan penggunaan mesin baching untuk pembuatan adukan beton. Operator yang menangani mesin ini bisa terkena cipratan mortar atau tubuh terputar mixer beton. Belum lagi pada proses pengecoran beton yang menimbulkan kebisingan sampai 97 dBA. Juga penggunaan mesin spinning untuk memadatkan beton yang berputar dengan kecepatan putaran 1800 rpm, ditambah lagi dengan penggunaan mesin boiler untukmenghasilkan uap dan genset dengan kapasitas besar. Semua ini menyebabkan PT Wijaya Karya Beton wajib menerapkan SMK3.

Tahun 1999 PT Wijaya Karya Beton mulai menerapkan SMK3, dan telah 4 kali melakukan audit SMK3 eksternal, yaitu tahun 1999, 2002, 2005 dan 2008. Dari 4 audit SMK3 yang dilakukan oleh badan audit Sucofindo ini, PT Wijaya Karya mendapat 4 kali sertifikat dan bendera emas. Selain audit SMK3 eksternal, PT Wijaya Karya Beton juga melakukan audit internal setiap 6 bulan sekali bersamaan dengan audit mutu internal


(21)

Dari hasil survei awal dan wawancara dengan salah seorang anggota P2K3 di PT. Wijaya Karya Beton diketahui bahwa selama periode penerapan SMK3 di perusahaan ini terjadi kecelakaan kerja pada tahun 1999 sebanyak 12 kasus, tahun 2000 sebanyak 11 kasus, tahun 2001 terjadi 9 kasus, tahun 2002 terjadi 9 kasus, tahun 2003 terjadi 7 kasus, tahun 2004 terjadi 4 kasus, tahun 2005 terjadi 2 kasus, tahun 2006 terjadi 4 kasus, tahun 2007 terjadi 3 kasus dan tahun 2008 sampai bulan Oktober belum terjadi satupun kasus kecelakaan kerja. Jenis kecelakaan kerja yang terjadi sejak tahun 1999 s/d 2007 umumnya adalah kecelakaan kerja ringan yaitu kecelakaan yang menyebabkan luka dan memerlukan perawatan medis sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan tidak lebih dari 1 (satu) hari.

Dari data diatas diketahui bahwa angka kecelakaan kerja dari tahun 1999 s/d 2007 rata-rata melebihi sasaran keselamatan dan kesehatan kerja PT Wijaya Karya Beton Sumatera Utara, dimana jumlah kecelakaan kerja ringan yang ditargetkan per pabrik produk beton dalam setahun tidak lebih dari 2 kali kejadian dengan jam kerja hilang sebanyak-banyaknya 16 jam kerja/orang. Namun untuk tahun 2008, belum terjadi satupun kasus dan diharapkan dapat memperoleh Zero Accident.

Oleh sebab itu penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana gambaran penerapan SMK3 secara umum sejak awal penerapannya di tahun 1999 sampai tahun 2008 sebagai upaya untuk meminimalkan kecelakaan kerja di PT Wijaya Karya Beton Medan.


(22)

1. 2 Perumusan Masalah

Belum diketahuinya bagaimana gambaran penerapan SMK3.yang telah dilakukan di PT Wijaya Karya Beton Medan.

1. 3 Tujuan Penelitian 1. 3. 1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran penerapan SMK3 dalam upaya meminimalkan kecelakaan kerja di PT. Wijaya Karya Beton tahun 1999 – 2008.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui komitmen dan kebijakan pihak manajemen terhadap SMK3 di PT Wijaya Karya Beton tahun 1999 – 2008.

2. Untuk mengetahui perencanaan SMK3 di PT Wijaya Karya Beton tahun 1999 – 2008.

3. Untuk Mengetahui bagaimana penerapan program SMK3 di PT Wijaya Karya Beton tahun 1999 – 2008.

4. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pengukuran dan evaluasi program SMK3 di PT. Wijaya Karya Beton tahun 1999 – 2008

5. Untuk mengetahui tinjauan ulang terhadap program SMK3 yang telah dilakukan di PT Wijaya Karya Beton tahun 1999 – 2008.


(23)

1. 4 Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian dapat menjadi masukan kepada pihak pengambil keputusan perusahaan dalam meningkatkan derajat K3 di perusahaan.

2. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis khususnya di bidang SMK3 3. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Pengertian dan Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2. 1. 1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Secara filosofis, keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan pada anusia pada umumnya beserta hasil karya dan budayanya menuju asyarakat adil dan makmur.

Ditinjau dari segi keilmuan keselamatan dan kesehatan kerja dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

2. 1. 2 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Hakikat dan tujuan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3 ) yaitu bahwa faktor K3 berpengaruh langsung terhadap efektifitas kerja pada tenaga kerja dan juga berpengaruh terhadap efisiensi produksi dari suatu perusahaan industri, sehingga dengan demikian mempengaruhi tingkat pencapaian produktifitasnya. Karena pada dasarnya tujuan K3 adalah untuk melindungi para tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam


(25)

sehingga upaya pencapaian produktifitas yang semaksimalnya dari suatu perusahaan industri dapat lebih terjamin.

Upaya peningkatan keselamatan kerja tidak dapat dipisahkan dengan pencegahan kecelakaan karena pencegahan kecelakaan merupakan program utama keselamatan kerja di suatu perusahaan. Adapun tujuan dari keselamatan kerja adalah :

1. Melindungi tenaga kerja atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan dan meningkatkan produksi serta produktifitas nasional

2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja 3. Sumber produksi terpakai secara aman dan efisien.

2. 2 Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja merupakan resiko yang dihadapi oleh setiap tenaga kerja yang melakukan pekerjaan dengan kerugian tidak hanya korban jiwa dan materi bagi pekerja dan pengusaha tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara keseluruhan dan merusak lingkungan yang pada akhirnya berdampak langsung dengan masyarakat sekitar.

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan atau disengaja atau direncanakan atau diinginkan yang berkaitan dengan hubungan kerja yakni sebagai akibat pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan yang termasuk dalam perjalanan menuju atau pulang dari tempat kerja yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktifitas.

Kecelakaan kerja umumnya diakibatkan oleh berbagai faktor ( penyebab ). Teori tentang penyebab terjadinya kecelakaan kerja antara lain :


(26)

1. Teori Kebetulan Murni ( Pure Chance Theory )

Kecelakaan terjadi atas kehendak Tuhan sehingga tidak ada pola yang jelas dala rangkaian peristiwanya, karena itu kecelakaan kerja terjadi secara kebetulan saja. 2. Teori Kecenderungan Belaka ( Accident Prone Theory )

Pada pekerja tertentu lebih sering tertimpa kecelakaan karena sifat-sifat pribadinya yang memang cenderung untuk mengalami kecelakaan.

3. Teori Tiga Faktor Utama ( Three Main Factors Theory )

Penyebab kecelakaan adalah faktor peralatan, lingkungan dan manusia pekerja itu sendiri.

4. Teori Dua Faktor Utama ( Two Main Factors Theory )

Kecelakaan disebabkan oleh kondisi berbahaya ( Unsafe Conditions ) dan tindakan atau perbuatan berbahaya ( Unsafe Actions ).

5. Teori Faktor Manusia ( Human Factor Theory )

Menekankan bahwa pada akhirnya semua kecelakaan kerja, baik langsung maupun tidak langsung disebabkan oleh kesalahan manusia. (M. Sukaelan, 2003) Dari kelima teori diatas, teori dua faktor utama yang dikemukakan oleh H.W. Heinrich tahun 1920 hingga sekarang masih dianut dan diterapkan oleh para ahli keselamatan kerja. Kondisi yang tidak aman ( Unsafe Condition ) adalah suatu kondisi fisik atau keadaan yang berbahaya yang mungkin dapat langsung menyebabkan terjadinya kecelakaan. Sedangkan tindakan yang tidak aman ( Unsafe Action) adalah


(27)

suatu pelanggaran terhadap prosedur keselamatan yang memberikan peluang terhadap terjadinya kecelakaan.

Sekitar awal tahun 1970, dikemukan teori lain yang menyatakan bahwa sebab utama kecelakaan adalah ketimpangan pada sistem manajemen , sedangkan tindakan atau perbuatan maupun keadaan yang tidak aman hanya merupakan gejala atau fenomena saja. Oleh sebab itu dikemukakanlah konsep “Loss Control Management” dan manajemen resiko maka dimulailah pembentukan cikal bakal serta inti dari SMK3.

2. 3 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( SMK3 )

Manajemen adalah suatu proses kegiatan yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasi, pelaksanaan, pengukuran dan tindak lanjut yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan manusia dan sumber daya yang ada. Sistem Manajemen adalah kegiatan manajemen yang teratur dan saling berhubungan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 05/ MEN/ 1996 pasal 1 menyebutkan bahwa SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharan kebijakan K3 dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.


(28)

Tujuan dan sasaran SMK3 adalah menciptakan suatu sistem K3 di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat yang aman, efisien dan produktif. (pasal 2)

Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 100 orang atau lebih dan atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja wajib menerapkan SMK3. (PERMENAKER NO. 05/ MEN/ 1996 pasal 3)

Pengelolaan SMK3 ini memiliki pola “Total Loss Control” (Loss Control

Management) yaitu suatu kebijakan untuk menghindarkan kerugian bagi perusahaan,

properti, personil di perusahaan dan lingkungan melalui penerapan SMK3 yang mengintegrasikan sumber daya manusia, material, peralatan, proses, bahan, fasilitas dan lingkungan dengan pola penerapan prinsip manajemen yaitu Planning, Do, Check, dan Improvement ( PDCI ). ( Rudiyanto, 2003 )

Dalam penerapan SMK3 perusahaan wajib melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai berikut ( pasal 4 ayat 1 ) :

1. Menetapkan kebijakan K3 dan menjamin komitmen terhadap penerapan SMK3. 2. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran penerapan SMK3.


(29)

3. Menerapkan kebijakan secara efektif dengan mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan untuk mencapai kebijakan, tujuan dan sasaran penerapan K3.

4. Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja K3 serta melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan.

5. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan SMK3 secara berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja K3.

Langkah-langkah dalam mengembangkan Sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Peraturan PerUndang-Undangan dan Standar

Sebelum implementasi harus diidentifikasi semua peraturan perUndang-Undangan dan standar K3 yang berlaku dalam perusahaan yang bersangkutan. Sebaiknya dibentuk tim untuk mendokumentasikan peraturan perUndang-Undangan dan standar dibidang K3. Dari hasil identifikasi ini kemudian disusun Peraturan K3 perusahaan dan Pedoman pelaksanaan K3. Praktek pada banyak perusahaan, peraturan keselamatan dan kesehatan kerja dicetak dalam bentuk buku saku yang selalu dibawa oleh tenaga kerja, agar setiap pekerja memahami peraturan tersebut harus menjelaskan peraturan perundangan dan persyaratan lainnya kepada setiap tenaga kerja.

2. Menetapkan Kebijakan K3 Perusahaan

yaitu pernyataan mengenai komitmen dari organisasi untuk melaksanakan K3 yang menegaskan keterikatan perusahaan terhadap pelaksanaan K3 dengan melaksanakan


(30)

semua ketentuan K3 yang berlaku sesuai dengan operasi perusahaan, melindungi keselamatan dan kesehatan semua pekerja termasuk kontraktor dan stacholder lainnya seperti pelanggan dan pemasok.

3. Mengorganisasikan

Untuk melaksanakan kebijakan K3 secara efektif dengan peran serta semua tingkatan manajemen dan pekerja. Bagaiana Top Manajemen menempatkan organisasi K3 diperusahaan serta dukungan yang diberikan merupakan pencerminan dari komitmen terhadap K3.

4. Merencanakan SMK3

Perusahaan harus membuat perencanaan yang efektif guna mencapai keberhasilan penerapan dan kegiatan Sistem Mana-jemen K3 dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur.

5. Penerapan SMK3

Perusahaan harus menyediakan personil yang memiliki kualifikasi, sarana yang memadai sesuai sistem Manajemen K3 yang diterapkan dengan membuat prosedur yang dapat memantau manfaat yang akan didapat maupun biaya yang harus dikeluarkan.

6. Mengukur dan memantau hasil pelaksanaan, dengan menggunakan standar yang telah ditetapkan terlebih dahulu.


(31)

Ada dua macam ukuran yang dapat digunakan yaitu ukuran yang bersifat reaktif yang didasarkan pada kejadian kecelakaan dan ukuran yang bersifat proaktif, karena didasarkan kepada upaya dari keseluruhan sistem.

7. Melakukan audit dan meninjau ulang secara menyeluruh. 2. 3. 1. Pelaksanaan Audit SMK3

Dengan melaksanakan Audit K3, manajemen dapat memeriksa sejauh mana organisasi telah melaksanakan komitmen yang telah disepakati bersama, mendeteksi berbagai kelemahan yang masih ada, yang mungkin terletak pada perumusan komitmen dan kebijakan K3, atau pada pengorganisasian, atau pada perencanaan dan


(32)

melalui badan audit yang di tunjuk oleh menteri (PERMENAKER No. 05/ MEN/ 1996 pasal 5 ayat 1). Audit SMK3 meliputi 12 elemen sebagai berikut :

1. Pembangunan dan Pemeliharaan Komitmen 2. Strategi Pendokumentasian

3. Peninjauan Ulang Desain dan Kontrak 4. Pengendalian Dokumen

5. Pembelian

6. Keamanan bekerja berdasarkan SMK3 7. Standar Pemantauan

8. Pelaporan dan Perbaikan Keuangan 9. Pengelolaan Material dan Pemindahannya 10. Pengumpulan dan Penggunaan Data 11. Pemeriksaan Sistem Manajemen

12. Pengembangan Keterampilan dan Kemampuan.

Kriteria penilaian hasil audit dalam suatu perusahaan sesuai dengan PERMENAKER No. 5 tahun 1996 tentang penentuan penilaian hasil audit Sistem Manajemen K3 adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan kecil atau perusahaan dengan tingkat resiko rendah harus menerapkan sebanyak 64 kriteria.


(33)

3. Perusahaan besar atau perusahaan dengan tingkat resiko tinggi harus menerapkan sebanyak 166 kriteria.

Keberhasilan penerapan SMK3 di tempat kerja diukur sebagai berikut :

1. Pencapaian penerapan 0 – 59 % pelanggaran peraturan perundangan dikenai tindakan hukum.

2. Pencapaian penerapan 60 – 84 % diberikan sertifikat dan bendera perak. 3. Pencapaian penerapan 85 – 100 % diberikan sertifikat dan bendera emas. 2. 3. 2. Pertimbangan Ditetapkannya PERMENAKER No. 05/ MEN/ 1996

Pertimbangan ditetapkannya PERMENAKER No. 05/ MEN/ 1996 adalah : 1. Bahwa terjadinya kecelakaan kerja sebagian besar disebabkan oleh faktor

manusia dan sebagian kecil oleh faktor teknis.

2. Bahwa untuk menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja maupun orang lain yang berada di tempat kerja, serta sumber produksi, proses produksi dan lingkungan kerja dalam keadaan aman, maka perlu penerapan SMK3.

3. Bahwa dengan penerapan SMK3 dapat mengantisipasi hambatan teknis dalam era globalisasi perdagangan.

2. 3. 3. Manfaat Penerapan SMK3

SMK3 bukan hanya tuntutan pemerintah, masyarakat, pasar atau dunia internasional saja tetapi juga tanggung jawab pengusaha untuk menyediakan tempat kerja yang aman bagi pekerjanya. Selain itu, penerapan SMK3 juga mempunyai banyak manfaat bagi industri antara lain :


(34)

a) Manfaat Langsung

1. Mengurangi jam kerja yang hilang akibat kecelakaan kerja. 2. Menghindari kerugian material dan jiwa akibat kecelakaan kerja. 3. Menciptakan tempat kerja yang efisien dan produktif karena tenaga kerja

merasa aman dalam bekerja. b) Manfaat Tidak Langsung

1. Meningkatkan image market terhadap perusahaan.

2. Menciptakan hubungan yang harmonis bagi karyawan dan perusahaan. 3. Perawatan terhadap mesin dan peralatan semakin baik sehingga membuat

umur alat semakin lama. 2. 3. 4. Faktor Penghambat dan Keberhasilan SMK3

PT. Sucofindo (Persero) dalam Seminar Nasional K3 di Medan tahun 2005 mengungkapkan beberapa faktor penghambat dan faktor keberhasilan penerapan SMK3. Faktor-faktor penghambat SMK3 antara lain :

1. Belum adanya persyaratan dari konsumen mengenai pembuktian penerapan SMK3.

2. Dampak krisis ekonomi.

3. Tidak terdapatnya konsekuensi bagi perusahaan yang menunda dan menolak pelaksanaan audit SMK3.


(35)

4. Kekurangsiapan perusahaan dikarenakan ketidaktahuan perusahaan untuk menerapkan SMK3.

5. Biaya audit yang dianggap memberatkan perusahaan.

6. Frame koordinasi pelaksanaan audit dengan Departemen Teknis lain belum

terwujud.

Faktor-faktor keberhasilan penerapan SMK3 antara lain :

1. Telah diterapkannya beberapa sistem manajemen yang mendukung penerapan SMK3.

2. Tingginya komitmen K3 dari manajemen puncak atau perusahaan induknya. 3. Melakukan studi banding.

4. Adanya tenaga ahli di bidang K3.

5. Adanya departemen atau bagian yang khusus menangani K3. 6. Telah diperolehnya penghargaan di bidang K3 dari institusi asing.

7. Telah dimilikinya Safety Committee yang berperan aktif dalam pelaksanaan K3.

8. Terdapatnya tuntutan dari pihak konsumen kepada perusahaan untuk menerapkan SMK3 yang tersertifikasi.

9. Terpacunya suatu perusahaan dalam sektornya karena perusahaan lain telah berhasil menerapkan SMK3.

10. Adanya upaya pembinaan mengenai SMK3 baik dari asosiasi profesi ataupun dari pembina kawasan perusahaan.


(36)

2. 3. 5. Pedoman Penerapan SMK3 (Lampiran I PERMENAKER No. 05/ MEN/ 1996)

1. Komitmen dan Kebijakan a) Kepemimpinan dan Komitmen

Pengurus harus menunjukan kepimpinan dan komitmen terhadap keselamatan dan kesehatan kerja dengan menyediakan sumber daya yang memadai. Pengusaha dan pengurus perusahaan harus menunjukan komitmen terhadap keselamatan kerja yang diwujudkan dalam :

1. Menempatkan organisasi K3 pada posisi yang dapat menentukan keputusan perusahaan.

2. Menyediakan anggaran, tenaga kerja yang berkualitas dan sarana-sarana yang lain yang diperlukan di bidang K3.

3. Menetapkan personal yang mempunyai tanggung jawab, wewenang dan kewajiban yang jelas dalam penanganan K3.

4. Perencanaan K3 yang terkoordinasi.

5. Malakukan penilaian kerja dan tindak lanjut pelaksanaan K3..

Setiap tingkat pimpinan dalam perusahaan harus menunjukan komitmen terhadap K3 sehingga penerapan Sistem Manajemen K3 berhasil diterapkan dan dikembangkan. Setiap tenaga kerja dan orang lain yang berada di tempat kerja harus berperan serta dalam menjaga dan mengendalikan pelaksanaan K3.


(37)

Peninjauan awal kondisi keselamatan dan kesehatan kerja perusahaan saat ini dilakukan dengan :

1. Identifikasi kondisi yang ada dibandingkan dengan ketentuan pedoman ini. 2. Identifikasi sumber bahaya yang berkaitan dengan kaitan perusahaan.

3. Penilaian tingkat pengetahuan, pemenuhan peraturan perundangan dan standar keselamatan dan kesehatan kerja.

4. Membandingkan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja dengan perusahaan dan sektor lain yang lebih baik.

5. Meninjau sebab dan akibat kejadian yang membahayakan, kompensasi dan gangguan serta hasil penilaian sebelumnya yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja.

6. Menilai efisiensi dan efektifitas sumber daya yang disediakan. c) Kebijakan K3

Kebijakan K3 adalah suatu pernyataan tertulis yang ditandatangani oleh pengusaha dan atau pengurus yang memuat keseluruhan visi dan tujuan perusahaan, komitmen dan tekad melaksanakan K3, kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan secara menyeluruh yang bersifat umum dan atau operasional.

Kebijakan K3 dibuat melalui proses konsultasi antara pengurus dan wakil tenaga kerja yang kemudian harus dijelaskan dan disebarluaskan kepada semua tenaga kerja, pemasok dan pelanggan. Kebijakan K3 kerja bersifat dinamik dan selalu


(38)

2. Perencanaan

Perusahaan harus membuat perencanaan yang efektif guna mencapai keberhasilan penerapan dan kegiatan Sistem Manajemen K3 dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur. Perencanaan harus memuat tujuan, sasaran dan indikator kinerja yang diterapkan dengan mempertimbangkan identifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian risiko sesuai persyaratan perUndangan yang berlaku serta hasil pelaksanaan tinjauan awal terhadap K3

a) Perencanaan Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko dari kegiatan, produk barang dan jasa harus dipertimbangkan pada saat merumuskan rencana untuk memenuhi kebijakan K3. Untuk itu harus ditetapkan dan dipelihara prosedurnya.

b) Peraturan Perundangan dan Persyaratan Lainnya.

Perusahaan harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk inventarisasi, identifikasi dan pemahaman peraturan perundangan dan persyaratan lainnya yang berkaitan dengan K3 sesuai dengan kegiatan perusahaan yang bersangkutan. Pengurus harus menjelaskan peraturan perundangan dan persyaratan lainnya kepada setiap tenaga kerja.

c) Tujuan dan Sasaran

Penetapan tujuan dan sasaran kebijakan K3 harus dikonsultasikan dengan wakil tenaga kerja, Ahlli K3, P2K3 dan pihak-pihak lain yang terkait. Tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan ditinjau kembali secara teratur sesuai dengan perkembangan.


(39)

d) Indikator Kinerja

Dalam menetapkan tujuan dan sasaran kebijakan K3, perusahaan harus menggunakan indikator kinerja yang dapat diukur sebagai dasar penilaian kinerja K3 yang sekaligus merupakan informasi mengenai keberhasilan pencapaian SMK3.

e) Perencanaan Awal dan Perencanaan Kegiatan yang Sedang Berlangsung. Penerapan awal Sistem Manajemen K3 yang berhasil memerlukan rencana yang dapat dikembangkan secara berkelanjutan serta menetapkan tujuan serta sasarannya dengan jelas, yang dapat dicapai dengan :

a) Menetapkan sistem pertanggungjawaban dalam pencapaian tujuan dan sasaran sesuai dengan fungsi dan tingkat manajemen perusahaan yang bersangkutan. b) Menetapkan sarana dan jangka waktu untuk pencapaian tujuan dan sasaran

SMK3. 3. Penerapan

Dalam mencapai tujuan K3 perusahaan harus menunjuk personal yang mempunyai kualifikasi yang sesuai dengan sistem yang diterapkan.

a) Jaminan Kemampuan

1. Sumber Daya Manusia, Sarana dan Dana

Dalam penerapan SMK3 yang efektif perlu dipertimbangkan :

a) Menyediakan sumber daya yang memadai sesuai dengan ukuran dan kebutuhan.


(40)

b) Melakukan identifikasi kompetensi kerja yang diperlukan pada setiap tingkatan manajemen perusahaan dan menyelenggarakan setiap pelatihan yang dibutuhkan.

c) Membuat ketentuan untuk mengkomunikasikan informasi K3 secara efektif.

d) Membuat peraturan untuk mendapatkan pendapat dan saran dari para ahli. e) Membuat peraturan untuk pelaksanaan konsultasi dan keterlibatan tenaga

kerja secara aktif. 2. Integrasi K3

Perusahaan dapat mengintegrasikan Sistem Manajemen K3 ke dalam sistem manajemen perusahaan yang ada. Dalam hal pengintegrasian tersebut terdapat pertentangan dengan tujuan dan prioritas perusahaan , maka :

a) Tujuan dan prioritas Sistem Manajemen K3 harus diutamakan.

b) Penyatuan Sistem Manajemen K3 dengan Sistem Manajemen Perusahaan dilakukan secara selaras dan seimbang.

3. Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat Perusahaan harus :

a) Menentukan, menunjuk, mendokumentasikan dan mengkomunikasikan tanggung jawab dan tanggung gugat K3 dan wewenang untuk bertindak dan menjelaskan hubungan pelaporan untuk semua tingkatan manajemen, tenaga kerja, kontraktor, subkontraktor dan pengunjung.


(41)

b) Mempunyai prosedur untuk memantau dan mengkomunikasikan setiap perubahan tanggung jawab dan tanggung gugat yang berpengaruh terhadap sistem dan program K3.

c) Dapat memberikan reaksi secara cepat dan tepat terhadap kondisi yang menyimpang atau kejadian-kejadian lainnya.

Tanggung jawab pengurus terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah: a) Pimpinan yang ditunjuk untuk bertanggung jawab harus memastikan

bahwa SMK3 telah diterapkan dan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan oleh setiap lokasi dan jenis kegiatan dalam perusahaan.

b) Pengurus harus mengenali kemampuan tenaga kerja sebagai sumber daya yang berharga yang dapat ditunjuk untuk menerima pendelegasian wewenang dan tanggung jawab dalam menerapkan dan mengembangkan SMK3.

4. Konsultasi, Motivasi dan Kesadaran

Pengurus harus menunjukan komitmennya terhadap K3 melalui konsultasi dan dengan melibatkan tenaga kerja maupun pihak lain yang terkait di dalam penerapan, pengembangan dan pemeliharaan SMK3 , sehingga semua pihak merasa ikut memiliki dan merasakan hasilnya.

Tenaga kerja harus memahami serta mendukung tujuan dan sasaran SMK3, dan perlu disadarkan terhadap bahaya fisik, kimia, ergonomik, radiasi, bilogis dan pskologis yang mungkin dapat menciderai dan melukai tenaga kerja pada


(42)

saat bekerja serta harus memahami sumber bahaya tersebut sehingga dapat mengenali dan mencegah tindakan yang mengarah terjadinya insiden.

5. Pelatihan dan Kompetensi Kerja

Penerapan dan pengembangan SMK3 yang efektif ditentukan oleh kompetensi kerja dan pelatihan dari setiap tenaga kerja di perusahaan. Pelatihan merupakan salah satu alat penting dalam keselamatan dan kesehatan kerja. Prosedur untuk melakukan identifikasi standar kompetensi kerja dan penerapannya melalui program pelatihan harus tersedia.

Setelah penilaian kemampuan gambaran kompetensi kerja yang dibutuhkan dilaksanakan, program pelatihan harus dikembangkan sesuai dengan hasil penilaiannya. Prosedur pendokumentasian pelatihan yang telah dilaksanakan dan dievaluasi efektivitasnya harus ditetapkan. Kompetensi kerja harus diintegrasikan kedalam rangkaian kegiatan perusahaan mulai dari penerimaan, seleksi dan penilaian kinerja tenaga kerja serta pelatihan.

b) Kegiatan Pendukung 1. Komunikasi

Komunikasi dua arah yang efektif dan pelaporan rutin merupakan sumber penting dalam penerapan SMK3. Penyediaan informasi yang sesuai bagi tenaga kerja terbaru dikomunikasikan ke semua pihak dalam perusahaan. 2. Pelaporan

Prosedur pelaporan informasi yang terkait dan tepat waktu harus ditetapkan untuk menjamin bahwa SMK3 dipantau dan kinerjanya ditingkatkan.


(43)

3. Pendokumentasian

Pendokumentasian merupakan unsur utama setiap sistem manajemen dan harus dibuat sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Perusahaan harus dengan jelas menentukan jenis dokumen dan pengendaliannya yang efektif.

Pendokumentasian SMK3 mendukung kesadaran tenaga kerja dalam rangka mencapai tujuan K3 dan evaluasi terhadap sistem dan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja. Apabila unsur Sistem Manajemen K3 terintegrasi dengan Sistem Manajemen Perusahaan secara menyeluruh, maka pendokumentasian SMK3 harus diintegrasikan dalam keseluruhan dokumen yang ada.

4. Pengendalian Dokumen

Perusahaan harus menjamin bahwa :

a) Dokumen dapat diidentifikasi sesuai dengan uraian tugas dan tanggung jawab di perusahaan.

b) Dokumen ditinjau ulang secara berkala dan jika diperlukan dapat direvisi. c) Dokumen sebelum diterbitkan harus lebih dahulu disetujui oleh personel

yang berwenang.

d) Dokumen versi terbaru harus tersedia ditempat kerja yang dianggap perlu. e) Seluruh dokumen yang telah usang harus segera disingkirkan.

f) Dokumen mudah ditemukan, bermanfaat dan mudah dipahami. 5. Pencatatan dan Manajemen Informasi.

Pencatatan merupakan sarana bagi perusahaan untuk menunjang kesesuaian penerapan SMK3.


(44)

c) Identifikasi Sumber Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko 1. Identifikasi Sumber Bahaya

Identifikasi sumber bahaya dilakukan dengan mempertimbangkan : (a) Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya.

(b) Jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin dapat terjadi. 2. Penilaian Risiko

Penilaian risiko adalah proses untuk menentukan prioritas pengendalian terhadap tingkat risiko kecelakaan atau penyakit akibat kerja.

3. Tindakan Pengendalian

Perusahaan harus merencanakan manajemen dan pengendalian kegiatan-kegiatan, produk dan jasa yang dapat menimbulkan resiko kecelakaan kerja yang tinggi. Hal ini dapat dicapai dengan mendokumentasikan dan menerapkan kebijakan standar bagi tempat kerja, perancangan pabrik dan bahan, prosedur dan instruksi kerja untuk mengatur dan mengendalikan kegiatan produk barang dan jasa.

Pengendalian resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja dilakukan melalui metode :

a) Pengendalian Teknis/Rekayasa yang meliputi eliminasi, subtitusi, isolasi, ventilasi, higiene dan sanitasi.

b) Pendidikan dan Pelatihan.

c) Pembangunan Kesadaran dan Motivasi yang meliputi sistem bonus, insentif, penghargaan dan motivasi diri


(45)

d) Evaluasi melalui internal audit, penyelidikan insiden dan etiologi e) Penegakan Hukum

4. Perancangan (Desain) dan Rekayasa

Pengendalian resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja dalam proses rekayasa harus dimulai sejak tahap perancangan dan perencanaan. Setiap tahap dari siklus perancangan meliputi pengembangan, verifikasi tinjauan ulang, validasi dan penyesuaian harus dikaitkan dengan identifikasi sumber bahaya, prosedur penilaian dan pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

5. Pengendalian Admnistratif

Personel harus dilatih agar memiliki kompetensi kerja dalam menggunakan prosedur. Prosedur harus ditinjau ulang secara berkala terutama jika terjadi perubahan peralatan, proses atau bahan baku yang digunakan.

6. Tinjauan Ulang Kontrak

Pengadaan barang dan jasa melalui kontrak harus ditinjau ulang untuk menjamin kemampuan perusahaan dalam memenuhi persyaratan K3 yang ditentukan.

7. Pembelian

Sistem pembelian harus menjamin agar produk barang dan jasa serta mitra kerja perusahaan memenuhi persyaratan K3 Pada saat barang dan jasa diterima di tempat kerja, perusahaan harusmenjelaskan kepada semua pihak


(46)

yang akan menggunakan barang dan jasa tersebut mengenai identifikasi, penilaian dan pengendalian resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

8. Prosedur Menghadapi Keadaan Darurat atau Bencana

Perusahaan harus memiliki prosedur untuk menghadapi keadaan darurat atau bencana, yang diuji secara berkala untuk mengetahui keandalan pada saat kejadian yang sebenarnya.

9. Prosedur Menghadapi Insiden

Untuk mengurangi pengaruh yang mungkin timbul akibat insiden perusahaan harus memiliki prosedur yang meliputi :

a) Penyediaan fasilitas P3K dengan jumlah yang cukup dan sesuai sampai mendapatkan pertolongan medik.

b) Proses perawatan lanjutan.

10. Prosedur Rencana Pemulihan Keadaan Darurat

Perusahaan harus membuat prosedur rencana pemulihan keadaan darurat untuk secara cepat mengembalikan pada kondisi yang normal dan membantu pemulihan tenaga kerja yang mengalami trauma.

4. Pengukuran dan Evaluasi

Perusahaan harus memiliki sistem untuk mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja Sistem Manajemen K3 dan hasilnya harus dianalisis guna menentukan keberhasilan atau untuk melakukan identifikasi tindakan perbaikan.

a) Inspeksi dan Pengujian


(47)

1) Personel yang terlibat harus mempunyai pengalaman dan keahlian yang cukup.

2) Catatan inspeksi, pengujian dan pemantauan yang sedang berlangsung harus dipelihara dan tersedia bagi manajemen, tenaga kerja dan kontraktor kerja yang terkait.

3) Peralatan dan metode pengujian yang memadai harus digunakan untuk menjamin telah dipenuhinya standar K3.

4) Tindakan perbaikan harus dilakukan segera pada saat ditemukan ketidaksesuaian terhadap persyaratan K3 dari hasil inspeksi, pengujian dan pemantauan.

5) Penyelidikan yang memadai harus dilaksanakan untuk menemukan inti permasalahan dari suatu insiden.

6) Hasil temuan harus dianalisis dan ditinjau ulang. b) Audit Sistem Manajemen K3

Audit SMK3 harus dilakukan secara berkala untuk mengetahui keefektifan penerapan SMK3. Audit harus dilaksanakan secara sistematik dan independen oleh personil yang memiliki kompetensi kerja dengan menggunakan metodologi yang sudah ditetapkan.

Frekuensi audit harus ditentukan berdasarkan tinjauan ulang hasil audit sebelumnya dan bukti sumber bahaya yang di dapatkan di tempat kerja. Hasil audit harus digunakan oleh pengurus dalam proses tinjauan ulang manajemen.


(48)

Semua hasil temuan dari pelaksanaan pemantauan, audit dan tinjauan ulang SMK3 harus didokumentasikan dan digunakan untuk identifikasi tindakan perbaikan dan pencegahan serta pihak manajemen menjamin pelaksanaannya secara sistematik dan efektif.

d) Tinjauan Ulang dan Peningkatan oleh Pihak Manajemen

Pimpinan yang ditunjuk harus melaksanakan tinjauan ulang SMK3 secara berkala untuk menjamin kesesuaian dan keefektifan yang berkesinambungan dalam pencapaian kebijakan dan tujuan K3.

Ruang lingkup tinjauan ulang Sistem Manajemen K3 harus dapat mengatasi implikasi K3 terhadap seluruh kegiatan, produk barang dan jasa termasuk dampaknya terhadap kinerja perusahaan.

Tinjauan ulang Sistem Manajamen K3 meliputi :

a) Evaluasi terhadap penerapan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja b) Tujuan, sasaran dan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja

c) Hasil temuan audit Sistem Manajemen K3

d) Evaluasi efektifitas penerapan Sistem Manajemen K3 dan kebutuhan untuk mengubah Sistem Manjamen K3 sesuai dengan :

(1) Perubahan peraturan perUndangan

(2) Tuntutan dari pihak yang terkait dan pasar. (3) Perubahan produk dan kegiatan perusahaan. (4) Perubahan struktur organisasi perusahaan.


(49)

(6) Pengalaman yang didapat dari insiden keselamatan dan kesehatan kerja (7) Pelaporan

(8) Umpan balik khususnya dari tenaga kerja.

2. 4. Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( P2K3 ) 2. 4. 1. Pengertian dan Tujuan P2K3

Pelaksanaan dan penerapan SMK3 di perusahaan juga tidak terlepas dari peran serta P2K3. P2K3 merupakan suatu badan yang dibentuk perusahaan sebagai organisasi fungsional yang mengembangkan kerja sama antara pengusaha dan manajemen di satu pihak, dengan tenaga kerja atau karyawan di lain pihak dalam melaksanakan kwajiban bersama untuk meningkatkan keselamatan kerja, pencegahan kebakaran, peledakan dan penyakit akibat kerja di perusahaan. Dengan demikian perusahaan mempunyai suatu panitia yang selain dapat memberikan saran dan pertimbangan baik diminta maupun tidak diminta kepada pengusaha/ pengawas tempat kerja yang bersangkutan tentang masalah-masalah keselamatan dan kesehatan kerja,juga sebagai sarana yang efektif untuk mempercepat pembinaan program-program K3 kepada para karyawan serta sebaliknya untuk meneruskan keluhan-keluhan yang dialami karyawan tentang kekurangan perlindungan K3 di perusahaan.

P2K3 dibentuk di perusahaan dengan tujuan untuk menjamin kelancaran program produksi secara aman, efisien serta berhasil dengan baik dan menjamin tercegahnya kecelakaan, kebakaran, peledakan dan penyakit akibat kerja dengan segala konsekuensinya.


(50)

2. 4. 2. Dasar Hukum Pembentukan, Keanggotaan dan Mekanisme Kerja P2K3 Adapun perundang-undangan yang mendasari terlaksananya P2K3 di perusahaan adalah :

1. UU No. 1 Tahun 1970, Pasal 10

Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk P2K3 guna mengembangkan kerja sama, saling pengertian dan partisipasi aktif dari pengusaha / pengurus dan tenaga kerja dalam tempat-tempat kerja untuk melakukan tugas dan kewajiban bersama dibidang K3 dalam rangka melancarkan usaha berproduksi.

2. KEPMENAKER No. 155/ MEN/ 1984 tentang P2K3 dan DK3N / DK3W. 3. KEPMENAKER No. 04/ MEN/ 1987 tentang P2K3 serta tata cara penunjukan

Ahli Keselamatan Kerja.

4. PERMENAKER No. 02/ MEN/ 1970 tentang penetapan pembentukan P2K3 di tempat kerja.

2. 4. 3. Pembentukan dan Keanggotaan P2K3

Ada dua hal yang menjadi syarat pembentukan P2K3 di perusahaan yaitu :

1. Setiap tempat kerja dengan kriteria tertentu, pengusaha / pengurus wajib membentuk P2K3

a) Tenaga kerja ≥ 50 orang

b) Tenaga kerja < 50 orang dengan tingkat bahaya tinggi.

c) Kelompok tempat kerja ( sentra industri kecil ), dimana tenaga kerja , 50 orang untuk anggota kelompok tempat kerja / perusahaan.


(51)

2. P2K3 disahkan oleh Menteri Tenaga Kerja atau pejabat yang ditunjuk Langkah yang harus ditempuh dalam pembentukan P2K3 adalah : 1. Tahap persiapan

Hal-hal yang perlu dipersiapkan oleh perusahaan antara lain adanya kebijakan K3 yang dituang secara tertulis, inventarisasi calon anggota, konsultasi ke Kandepnaker setempat. Disamping itu pemerintah juga perlu melakukan inventarisasi perusahaan agar yang sudah memenuhi ketentuan dapat membentuk P2K3.

2. Tahap pelaksanaan

3. Pada tahap ini perusahaan sendiri akan membentuk P2K3 dan melaporkannya ke Kandepnaker setempat. Selanjutnya pemerintah akan menerbitkan SK Pengesahan P2K3 dan melaksanakan pelantikan.

P2K3 merupakan suatu badan dimana keanggotaannya menurut UU memiliki syarat antara lain :

1. Susunan P2K3 dimulai dari ketua, (wakil ketua), sekretaris dan anggota 2. Jumlah anggota untuk tenaga kerja ≥ 100 orang adalah sedikitnya 12 orang, 6

orang mewakili pengusaha / pengurus dan 6 orang mewakili tenaga kerja. Untuk tenaga kerja yang berjumlah 50 – 100 orang maka jumlah anggota paling sedikit 6 orang dengan perincian 3 orang mewakili pengusaha dan 3 0rang mewakili pekerja. Untuk Tenaga kerja berjumlah kurang dari 50 orang


(52)

maka jumlah anggota juga sedikitnya 6 orang terdiri dari 3 oeang perwakilan pengusaha / pengurus dan 3 orang dari pekerja.

2. 4. 4. P2K3 Sebagai Organisasi K3

Berdasarkan Keputusan Menteri No. 125/ MEN/ 1982 tentang Pembentukan Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, telah dibentuk DK3N yang merupakan organisasi tripartit yang terdiri dari wakil pemerintah, wakil serikat pekerja, dan wakil pengusaha.

Dari Dewan K3 Nasional ini akan diperoleh masukan-masukan yang akan menjadi pedoman pemerintah dalam menetapkan peraturan perundang-undangan tentang norma-norma K3 yang harus dipenuhi dan dipedomani. Di tingkat propinsi, Dewan K3 ini dinamakan DK3W (Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Wilayah) yang susunan pengurusnya ditetapkan melalui keputusan Kepala Kanwil Departemen Tenaga Kerja setempat. Di tingkat perusahaan dibentuklah P2K3 sebagai organisasi K3 yang berada di bawah DK3W. P2K3 ini merupakan badan bipartit yang mengandung unsur pengusaha dan tenaga kerja.

P2K3 terdiri dari sekurang-kurangnya ketua, sekretaris dan anggota P2K3. Ketua P2K3 memimpin dan mengkoordinasikan kegiatan P2K3. Sekretaris P2K3 memimpin dan mengkoordinasikan tugas-tugas sekretariat dan melaksanakan keputusan P2K3. Anggota P2K3 mengikuti rapat serta melaksanakan tugas-tugas yang diberikan P2K3.

Ketua P2K3 sebaiknya adalah manajemen tertinggi di suatu tempat kerja atau setidaknya manajemen yang paling dekat dengan pimpinan puncak, sedangkan


(53)

sekretaris P2K3 adalah seorang tenaga profesional K3, yaitu Manajer K3, atau Ahli K3.

2. 5. Kerangka Konsep

Dari kerangka konsep diatas, Penulis akan melakukan penelitian terhadap Sistem Manajemen K3 secara khusus yang dilihat dari aspek Komitmen dan Kebijakan, Perencanaan, Penerapan, Penyuluhan, Evaluasi dan Tinjauan Ulang sejak awal diterapkan yaitu tahun 1999 sampai dengan 2008 yang dilakukan oleh P2K3.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3. 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif yaitu menerangkan SMK3 yang telah dilaksanakan sebagai upaya untuk meminimalkan kecelakaan kerja di PT. Wijaya Karya Beton Medan tahun 1999 – 2008 dengan desain penelitian cross sectional yaitu penelitian yang mengamati subjek dengan pendekatan suatu saat.

SMK3

 Komitmen dan Kebijakan

 Perencanaan

 Penerapan

 Pengukuran dan Evaluasi

 Tinjauan Ulang

Organisasi


(54)

3. 2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3. 2. 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Wijaya Karya Beton Medan dengan pertimbangan :

1. PT. Wijaya Karya Beton Medan telah melaksanakan dan menerapkan SMK3 selama lebih kurang 9 tahun .

2. Adanya dukungan dari perusahaan untuk melakukan penelitian ini.

3. Belum pernah dilakukan penelitian tentang SMK3 di PT. Wijaya Karya Beton kota Medan.

3. 2. 2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2008 – selesai 3. 3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang berwenang dalam penerapan SMK3 di perusahaan yaitu P2K3, sehingga yang menjadi sampel adalah seluruh populasi yaitu seluruh anggota P2K3 yang berjumlah 16 orang.

3. 4. Metode Pengumpulan Data 1. Data Primer

Data primer diperoleh melalui observasi dan wawancara dengan menggunakan kuesioner terstruktur kepada Petugas P2K3 PT Wijaya Karya Beton yang dibuat berdasarkan Lampiran I PERMENAKER No. 05/MEN/1996 tentang Pedoman Penerapan SMK3. Lembar observasi penelitian ini terdiri atas 47 pertanyaan dari 5 kategori dimana penerapan SMK3 dikategorikan baik bila terdapat


(55)

> 75 % pertanyaan yang jawabannya “ya”, dikategorikan sedang bila 40% - 75% dari seluruh pertanyaan yang jawabannya “ya”, dan dikategorikan buruk bila , 40 % pertanyaan yang dijawab “ya”.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari PT. Wijaya Karya Beton bagian Teknik dan Mutu yang meliputi profil perusahaan, jumlah tenaga kerja, struktur organisasi P2K3, proses dan hasil produksi perusahaan, laporan kecelakaan kerja tahun 1999 – 2008, dokumen SMK3 tahun 1999 s/d 2008.

3. 5. Pengolahan dan Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan, diolah dengan komputer dengan menggunakan program SPSS versi 10. Data univariate dianalisa secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Data sekunder disajikan secara narasi dan dianalisa berdasarkan ketentuan yang berlaku.

3. 6. Defenisi Operasional

1. SMK3 adalah : suatu sistem K3 di perusahaan yang melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja dan lingkungan kerja untuk mengurangi kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja di PT Wijaya Karya Beton.

2. Komitmen / kebijakan K3 adalah : tekad, keinginan dan pernyataan tertulis pengusaha atau pengurus dalam pelaksanaan K3 di PT Wijaya Karya Beton.


(56)

3. Perencanaan K3 adalah : suatu perencanaan guna mencapai keberhasilan penerapan SMK3 dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur di PT Wijaya Karya Beton.

4. Penerapan K3 adalah : pelaksanaan K3 di perusahaan yang meliputi jaminan kemampuan, kegiatan pendukung, identifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian resiko di PT Wijaya Karya Beton.

5. Pengukuran dan evaluasi K3 adalah :sistem pengukuran, pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan SMK3 di PT Wijaya Karya Beton.

6. Tinjauan ulang K3 adalah : suatu tinjauan kembali dari pelaksanaan K3 untuk menjamin kesesuaian dan keefektifan di PT Wijaya Karya Beton.

7. P2K3 adalah : Organisasi K3 yang terdiri dari pihak pengusaha dan pekerja untuk melaksanakan tugas di bidang K3 di PT Wijaya Karya Beton.

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4. 1 Gambaran Umum PT. Wijaya Karya Beton

PT. Wijaya Karya (WIKA) adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang konstruksi beton, perdagangan dan industri. PT Wijaya Karya pada mulanya didirikan oleh perusahaan Belanda pada tanggal 11


(57)

perusahaan-perusahaan asing di Indonesia maka Vis & Co berubah menjadi Perusahaan Negara (PN) dengan nama Wijaya Karya.

Pada tahun 1967, PN Wijaya Karya mulai melakukan diversifikasi usaha yang diawali dengan usaha perdagangan dan jasa konstruksi. Usaha perdagangan meliputi perdagangan material dan peralatan industri konstruksi seperti material-material peralatan listrik, jaringan transmisi dan sebagainya. Memasuki tahun 1970, langkah-langkah diversifikasi usaha lebih dikembangkan lagi dengan pembuatan-pembuatan komponen bangunan beton pracetak, metal work dan peralatan kelistrikan. Dari pengembangan usaha ini, PN Wijaya Karya sudah termasuk dalam jajaran kontraktor besar di Indonesia yang mampu mengerjakan berbagai konstruksi.

Dengan adanya kebijaksanaan pemerintah tentang swastanisasi maka status Wijaya Karya berubah menjadi Perseroan Terbatas (PT) pada tanggal 20 Desember 1972.

Memasuki tahun 1980, PT WIKA mengembangkan industri beton pracetak. Industri ini tumbuh dengan pesat dan saat ini PT. WIKA juga dikenal sebagai produsen tiang listrik dan tiang pancang beton sentrifugal terbesar di Indonesia dengan pabrik-pabrik yang tersebar di beberapa kota besar yaitu di Sumatera Utara, Lampung, Bogor, Majalengka, Boyolali, Pasuruan, dan Makasar.

Pada tanggal 30 Maret 1989, didirikan PT WIKA Divisi Produk Beton Sumatera Utara di Padang Sidempuan, berdasarkan akte pendirian No. SK. 01.01/04.136/1990, dengan kontrak penyelesaian 32.000 batang tiang listrik beton


(58)

dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) wilayah Sumatera Utara yang dipasang untuk daerah Tapanuli tahun 1987.

Untuk pengembangan wilayah pemasaran di Sumatera Utara dan Aceh, maka pabrik kemudian dipindahkan ke jalan Medan-Binjai Km 15,5 Desa Sei Mayang, Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang. PT. WIKA Sumatera Utara mempunyai luas lahan 48.309 m2.

Pada tanggal 11 Maret 1997, PT WIKA Sumatera Utara tidak berbentuk divisi lagi, tetapi suda h berdiri sendiri, dimana sudah memiliki manajer pabrik sendiri. Divisi Produk Beton Sumatera Utara berubah menjadi PT Wijaya Karya Beton Sumatera Utara, Medan.

4. 1. 1 Jumlah Tenaga Kerja

PT WIKA BETON mempekerjakan 299 orang pekerja yang semuanya laki-laki dan dibagi atas 119 orang pekerja tetap dan 180 orang pekerja harian. Seluruh pekerja harian diatur oleh seorang mandor harian termasuk urusan pengupahan dan jaminan keselamatan dan kesehatan.Pekerja tetap terbagi atas 112 orang pegawai trampil yang dipekerjakan di semua seksi pabrik dan 7 orang tim manajemen yang terdiri dari 1 orang manajer pabrik, 5 orang kepala seksi dan 1 orang asisten kepala seksi.

Pada unit produksi terdapat 5 plant yaitu :

1. Plant I memproduksi tiang pancang dengan pekerja 22 orang tiap shift.

2. Plant II memproduksi tiang pancang dan tiang listrik dengan pekerja 22 orang tiap shift.


(59)

3. Plant III memproduksi Bantalan Jalan Rel (BJR) dengan pekerja 22 orang tiap shift.

4. Plant IV memproduksi CCSP, sheet piles dan I girders dengan pekerja 25 orang tiap shift.

5. Plant V memproduksi Tiang pancang segi tiga dan U girders dengan pekerja 18 orang tiap shift.

4. 1. 2 Hasil dan Proses Produksi

PT WIKA BETON saat ini menghasilkan produk komponen beton pra cetak yaitu tiang pancang bulat dan tiang pancang segi tiga (60 – 70 batang / hari), bantalan jalan rel (500 batang / hari), CCSP (Corrugated Concret Sheet Piles) untuk tahanan tanah tepi pantai (20 buah / hari), I Girders untuk jembatan laying (3 balok / hari), U girders untuk jembatan(3-4 balok / hari), sheet piles (20 buah / hari), dan tiang listrik (60 buah / hari).

Pada prinsipnya proses produksi seluruh produk beton sama yaitu : 1. Persiapan Tulangan

Pada proses ini dipersiapkan rangka produk yang terdiri dari plat sambung, PC- wire dan kawat spiral. Pekerjaan ini dilakukan di work shop.


(60)

Proses ini menggunakan mesin baching dengan komposisi :pasir, batu split (batu pecah), semen, air, obat beton (aditif). Bahan-bahan ini diaduk sampai padu dengan takaran tertentu.

3. Perakitan Tulangan ke Cetakan

Rangka produk yang telah selesai dirakit kedalam cetakan beton 4. Pengecoran Beton

Bahan-bahan yang telah selesai diaduk dimesin baching didistribusikan ke dalam cetakan dengan menggunakan hopper.

5. Penutupan Cetakan

Setelah di Cor dengan hopper, cetakan ditutup dan dikunci dengan alat

impacktool yang menggunakan tenaga angin yang dihasilkan kompresor

6. Diberi Gaya Tegangan

Pemberian gaya tegangan dengan menggunakan mesin stressing dengan gaya tegangan 60 – 700 Kg/cm2 tergantung diameternya.

7. Pemutaran Cetakan

Pemutaran cetakan ini bertujuan untuk memadatkan beton. Cetakan yang telah diberi gaya tegangan, diputar di mesin spinning dengan kecepatan putaran mencapai 1800 rpm. Pada proses ini dibagi 3 tahap yaitu:

1) Tahap I : Pendistribusian

Adukan yang tidak rata dicetakan diharapkan akan merata karena di “slam” (pengaturan kekentalan beton).


(61)

Kecepatan spinning pada tahap ini 500 rpm. Bertujuan untuk membentuk beton sesuai cetakan.

3) Tahap III : Pemadatan

Kecepatan spinning ditambah guna memadatkan beton. Proses ini dilakukan selama 15 menit.

8. Penguapan

Cetakan berisi beton dimasukkan ke dalam bak uap lalu ditutup selama 3,5 jam dengan suhu 70 – 80 0C. Proses ini bertujuan untuk mempercepat matangnya beton. Uap dihasilkan oleh boiler.

9. Pengeluaran Produk dari Cetakan

Sebelum cetakan dibuka dilakukan detension (pengendoran gaya tegangan) untuk mempermudah membuka produk. Kemudian produk dirapikan dan diberi tanda.

10. Penumpukan Produk di Stock yard

Disini produk jadi ditumpuk dilapangan terbuka dan dirawat dengan menyiramkan air, untuk kemudian diantar ke pelanggan (delivery).

4. 1. 3. Waktu Kerja

Waktu kerja di PT WIKA BETON terdiri dari dua shift kerja yaitu: 1. Shift I : 08.00 – 17.00. dimana 8 jam kerja dan 1 jam istirahat. 2. Shift II : 20.00 – 04.00, dimana 8 jam kerja dan 1 jam istirahat.


(62)

4. 1. 4. Struktur Organisasi

Untuk mengelola bidang usahanya, PT WIKA BETON membaginya dalam bentuk Pabrik Produk Beton (PPB) dan Wilayah Penjualan (WP), keduanya disebut Pelaksana Pengelolaan Usaha (PPU).

PT. Wijaya Karya Beton Sumatera Utara (PPB Sumatera Utara) dipimpin oleh manajer pabrik yang terdiri dari seksi-seksi :

1. Seksi Teknik dan Mutu

2. Seksi Perencanaan dan Evalusi Produk (PEP) 3. Seksi Keuangan dan Personalia

4. Seksi Peralatan 5. Seksi Produksi


(63)

Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Wijaya Karya Beton.

STRUKTUR ORGANISASI PT. WIKA BETON

Sumber : PT. Wijaya Karya Beton Sumatera Utara Manajer Pabrik

Seksi Produksi

Kepala Seksi

Asst. Kasi

Kepala Shift Seksi Teknik dan Mutu

Kepala Seksi

Staff

Seksi Perenc. & Eval. Prod

Kepala Seksi

Staff

Seksi Peralatan

Kepala Seksi

Staff

Seksi Keuangan & Personalia

Kepala Seksi


(64)

4. 1. 5. Trend Kecelakaan Kerja PT WIKA BETON SUMUT

Tabel 4.1 Trend Kecelakaan Kerja PPB SUMUT Tahun 1999 – 2008

No Tahun Kecelakaan Kerja per Bulan Total jan feb mar apr mei jun jul aug sep oct nov dec

1 1999 2 1 1 3 1 3 1 12

2 2000 1 3 3 2 1 1 11

3 2001 1 4 2 2 9

4 2002 2 5 2 9

5 2003 2 1 1 1 1 1 7

6 2004 1 1 2 4

7 2005 1 1 2

8 2006 1 1 2 4

9 2007 1 1 1 3

10 2008 0

Jenis Kecelakaan yang terjadi dari tahun 1999 s/d 2008 yaitu kecelakaan ringan, adalah kecelakaan yang mengakibatkan luka dan memerlukan perawatan medis, sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan tidak lebih dari 1 hari.

4. 2. Gambaran Penerapan SMK3 di PT Wijaya Karya Beton Sumatera Utara Pada tahun 1998 , seluruh pimpinan dan jajaran PT Wijaya Karya sepakat untuk mengimplementasikan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja SMK3 di seluruh unit kerja khususnya pabrik produk beton maupun proses distribusi dan pemasangan produk oleh wilayah penjualan.disamping sistem manajemen mutu.

Pada tahun 1999, dibentuklah Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) sebagai penanggung jawab dari pelaksanaan operasional dan pengendalian keseluruhan SMK3 yang ada di perusahaan. Adapun struktur organisasi P2K3 berdasarkan SK direksi No.SK.01.01./WB-A./15/5/99 tanggal 1 Mei 1999 adalah sebagai berikut :


(65)

Gambar 4.2 Struktur Organisasi P2K3 PT. Wijaya Karya Beton Sumatera Utara

Dari gambar diatas terlihat jelas bahwa pengurus P2K3 merupakan perwakilan dari seluruh unit kerja sekaligus pihak manajemen yang ada di PT WIKA BETON SUMUT.

Adapun fungsi utama P2K3 di tingkat PPU adalah : 1. Menghimpun dan mengolah data di tempat kerja.

Ketua

Ir. A. Raya Syirwani (MPPB)

Sekretaris Sumarsono. ST (Kasi

Teknik & Mutu) Analisa Teknis

• Suheryanto, S.T (Kasi Peralatan)

• Akhmad Mukharom

(Kasi Produksi)

Inspeksi

• Sumarsono, ST • Saidi

• Muharyanto

(Unit Teknik dan Mutu)

Anggota

• Dwi Wanto, ST (Kasi P&E Produk) • R. Dedy T.W.E, SE (Kasi

Keuangan&Personalia) • Sutikno (Produksi) • Basaruddin (Produksi) • Helfanuddin (P&E Produk) • Perdamean Srg (Peralatan) • Subrojo Dasin (Peralatan) • Prawoto (Peralatan)

• Rahmad. R (Keuangan &Personalia) • Ngadiran (Produksi)


(66)

2. Mengidentifikasi dan menjelaskan kepada setiap karyawan dan tenaga kerja : • Berbagai faktor bahaya di tempat kerja yang dapat menimbulkan gangguan

K3, termasuk bahaya kebakaran, peledakan serta cara penanggulangannya. • Berbagai faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja. • Alat pelindung diri yang sesuai dengan tenaga kerja yang bersangkutan • Cara dan sikap yang benar dan aman dalam melaksanakan pekerjaannya. 3. Melaksanakan tanggung jawab dan wewenang K3

• Mengevaluasi cara kerja, proses dan lingkungan kerja • Melakukan tindakan koreksi dengan alternatif terbaik • Mengembangkan sistem pengendalian bahaya terhadap K3

• Mengevaluasi penyebab timbulnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta mengambil langkah-langkah yang diperlukan

• Mengembangkan penyuluhan dan penelitian dibidang keselamatan kerja, higiene perusahaan, kesehatan kerja dan ergonomi

• Melakukan pemantauan terhadap gizi kerja dan makanan tenaga kerja • Memeriksa kelengkapan K3

• Mengembangkan pelayanan kesehatan tenaga kerja

4. Menghentikan proses pekerjaan yang sedang berlangsung bila ternyata persyaratan K3 belum terpenuhi dan atau terdapat kondisi yang membahayakan K3 dan mengizinkan dimulainya kembali proses produksi bila telah memenuhi persyaratan.


(67)

5. Menbuat laporan kegiatan penerapan SMK3 kepada unit kerja lain baik internal maupun eksternal.

Dalam tahap pelaksanaan kegiatan P2K3 ditentukan sasaran yang ingin dicapai dengan membuat perencanaan dan program kerja yang terarah dan bersifat kontiniu seperti pendidikan dan pelatihan, sidang-sidang, pengawasan, melakukan evaluasi dan analisa kecelakaan.

4. 2. 1 Komitmen dan Kebijakan

Ditahun 1999, perusahaan sudah mulai membangun komitmen K3 dengan melibatkan seluruh karyawan, staf serta pihak manajemen. Komitmen manajemen juga sudah cukup tinggi dengan telah disusunnya kebijakan K3 mulai dari tingkat koorporasi sampai dengan anak perusahaan. Ditahun 1999 ini juga sudah dibentuk P2K3 namun belum memiliki Ahli K3 tapi sudah mengirimkan sekretaris P2K3 untuk mengikuti pelatihan menjadi Ahli K3.

Pada tahun 2000 dilakukan revisi yang menambahkan satu poin baru pada dokumen Sasaran K3 sehingga menjadi :

SASARAN K3

PT WIJAYA KARYA BETON

1. Jumlah Kecelakaan Kerja Berat yang berakibat meninggalnya karyawan per pabrik produk beton dalam setahun adalah 0 (nol) kejadian.

2. Jumlah Kecelakaan Kerja Sedang per pabrik produk beton dalam setahun tidak lebih dari 1 (satu) kali kejadian dengan jam kerja yang hilang sebanyak-banyaknya 56 jam kerja orang (man-hours)


(68)

3. Jumlah Kecelakaan Kerja Ringan per pabrik produk beton dalam setahun tidak lebih dari 2 (dua) kali kejadian dengan jam kerja hilang sebanyak-banyaknya 16 jam kerja orang (man-hours).

4. Jumlah Penyakit Akibat Kerja dalam setahun tidak lebih dari 1 % per pabrik.

5. Tingkat Resiko yang dapat menimbulkan Penyakit Akibat Kerja tidak melebihi dari ketentuan yang berlaku.

Ditahun 2002 kembali dilakukan revisi yaitu penambahan dan perubahan pada dokumen Kebijakan K3 PT. Wijaya Karya Beton menjadi :

KEBIJAKAN K3

PT. WIJAYA KARYA BETON

PT Wijaya Karya Beton mengutamakan Keselamatan dan Kesehatan dalam Melaksanakan setiap Tahapan Operasi Perusahaan Sesuai dengan Prinsip-Prinsip K3.

Pada tahun 2006 terdapat revisi pada visi dan misi perusahaan serta kebijakan strategis perusahaan menjadi :

VISI PT. WIJAYA KARYA BETON 2010 “Menjadi perusahaan terbaik dalam industri beton pracetak”

MISI PT WIJAYA KARYA BETON

• Memimpin pasar beton pracetak di Indonesia

• Memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan dengan kesesuaian mutu, ketepatan waktu dan harga bersaing.


(69)

• Menerapkan sistem manajemen dan teknologi yang dapat memacu peningkatan efisiensi, konsistensi mutu, keselamatan dan kesehatan kerja yang berwawasan lingkungan.

• Tumbuh dan berkembang bersama mitra kerja secara sehat dan berkesinambungan.

• Mengembangkan kompetensi dan kesejahteraan pegawai. KEBIJAKAN STRATEGIS PERUSAHAAN

1. Perusahaan tumbuh dan berkembang sesuai dengan keinginan pemegang saham berdasarkan asas-asas transparansi, keadilan, akuntabilitas, pertanggungjawaban dan kemandirian.

2. Perusahaan mengutamakan pemenuhan persyaratan dan kepuasan pelanggan dengan selalu meningkatkan mutu atas setiap hasil kerjanya.

3. Kerja sama dengan mitra kerja dilakukan dengan cara yang sehat dan saling menguntungkan.

4. Profesionalisme menjadi landasan utama dalam pengelolaan sumber daya manusia.

5. Perusahaan mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja serta pertimbangan dampak lingkungan dalam setiap kegiatan operasi.

Untuk merealisasikan tujuan tersebut, perusahaan merumuskan dan menetapkan kebijakan K3 yang berlaku di seluruh unit kerja PT. WIKA BETON. Kebijakan K3 tersebut diatas dikomunikasikan kepada seluruh karyawan, tamu, sub kontraktor, pelanggan dan pemasok dengan cara yang tepat sesuai dengan situasi


(1)

---,Perincian Pembayaran Jaminan Akibat Kecelakaan KerjaKantor Cabang PT. Jamsostek (PERSERO) Se Wilayah I, Laporan Tahunan PT Jamsostek Wilayah I Medan, Tahun 2006, 2007, 2008.

Kuswoyo. Standar Keselamatan Kerja Indonesia, 29 April 2004.

Muljono, EL. 1997. Peraturan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Harvarindo, Jakarta.

Marpaung, Junita. 2005. Persepsi Tenaga Kerja Tentang SMK3 dan Pedoman Penerapan SMK3 di PT Inalum Kuala Tanjung Tahun 2005. Skripsi FKM USU. Medan

PK, Suma’mur. Rendahnya Pelayanan Kesehatan Kerja, 24 Juni 2008. http://www.perdoki.or.id/prg/pageo.php/utk=24&nom=1.html

Rudiyanto, 2003. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dan Audit SMK3. Prosiding Seminar Nasional Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Yogyakarta, 20 September 2003

Sastrohadiwiryo, S. 2002. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia, PT Bumi Aksara, Jakarta.

Soeripto, 1998. Manajemen K3 dan Penerapannya. Majalah Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Volume XXXI, No.3 Juli-September 1998.

Subroto, Edi. 2002. Studi Komperatif Penerapan SMK3 terhadap Kecelakaan Kerja dan Produktifitas pada Pabrik Kelapa Sawit di Sumatera Utara Tahun 2002. Karya Akhir Profesional, Program Pasca Sarjana USU Medan. Sukaelan, M. 2003. Kecelakaan Kerja. Prosiding Seminar Nasional Keselamatan

dan Kesehatan Kerja, Yogyakarta, 20 September 2003.

Ums Laurenta. 2001. Pelaksanaan Organisasi P2K3 dalam upaya K3 di PT Goodyear Sumatera Plantations Dolok Merangir Tahun 2001. Skripsi FKM USU Medan.

Yanri, Zulmiar, Dkk. 2005. Himpunan Perundang-Undangan Kesehatan Kerja. Lembaga ASEAN OSHNET Indonesia, Jakarta.


(2)

Rahimah Azmi : Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Oleh P2K3 Untuk

KUESIONER PENELITIAN

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA OLEH P2K3 UNTUK MEMINIMALKAN KECELAKAAN KERJA

DI PT WIJAYA KARYA BETON MEDAN TAHUN 2008 I. DATA UMUM RESPONDEN

Nama :

Umur : ……… tahun

Pendidikan terakhir : a. SMP b. SMU c. Diploma d. S1 e. S2 Masa Kerja : ……… tahun

Jabatan di perusahaan : ………. Jabatan di P2K3 : ………. II. PELAKSANAAN SMK3

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan cara membuat check list (√) pada jawaban yang paling sesuai menurut anda.

Jawaban yang anda berikan tidak akan dinilai dan tidak akan dipublikasikan dalam bentuk apapun.

No Pertanyaan Ya Tdk Tdk

Tau

Ket A KOMITMEN DAN KEBIJAKAN K3

1 Apakah manajemen perusahaan bertanggung jawab atas kinerja K3?

2 Apakah perusahaan menempatkan organisasi K3 di posisi yang dapat menentukan ?


(3)

kerja berkualitas dan sarana-sarana lain yang diperlukan di bidang K3 ?

4 Apakah perusahaan menetapkan personil yang jelas dalam penanganan K3 ?

5 Apakah perencanaan K3 terkoordinasi ?

6 Apakah perusahaan melakukan penilaian kinerja dan tindak lanjut pelaksanaan K3 ?

7 Apakah perusahaan memiliki kebijakan tertulis tentang K3 ?

8 Apakah kebijakan K3 itu dilkomunikasikan dengan tenaga kerja ?

B PERENCANAAN

9 Apakah perencanaan dilakukan dengan mempertimbangkan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko pada kegiatan yang akan dilakukan ?

10 Apakah pengurus menjelaskan peraturan perundangan dan persyaratan lainnya kepada setiap tenaga kerja ?

11 Apakah penetapan tujuan dan sasaran K3 dikonsultasikan dengan wakil tenaga kerja, ahli K3, P2K3 dan pihak lain yang terkait ?

12 Apakah tujuan dan sasaran K3 yang ditetapkan perusahaan ditinjau secara teratur ?

13 Apakah perusahaan menggunakan indikator kinerja yang dapat diukur sebagai dasar penilaian kinerja K3 dan informasi keberhasilan SMK3 ? 14 Apakah penetapan sistem pertanggungjawaban

dalam pencapaian tujuan dan sasaran sesuai dengan fungsi dan tingkat manajemen yang bersangkutan ?

15 Apakah ditetapkan sasaran dan jangka waktu pencapaian tujuan dan sasaran SMK3 ?

C PENERAPAN

16 Apakah perusahaan menyediakan sumber daya manusia, sarana dan dana yang memadai sesuai dengan SMK3 yang akan diterapkan ?

17 Apakah dilakukan identifikasi kompetensi kerja di setiap tingkat manajemen perusahaan dan menyelenggarakan pelatihan yang dibutuhkan ?


(4)

Rahimah Azmi : Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Oleh P2K3 Untuk

18 Apakah perusahaan membuat ketentuan untuk mengkomunikasikan informasi K3 secara efektif ? 19 Apakah dibuat peraturan untuk mendapatkan

pendapat dan saran dari para ahli ?

20 Apakah perusahaan membuat peraturan untuk pelaksanaan konsultasi dan keterlibatan tenaga kerja secara aktif ?

21 Apakah perusahaan mengintegrasikan SMK3 kedalam sistem manajemen perusahaan yang ada ? 22 Apakah perusahaan menentukan, menunjuk,

mendokumentasikan dan mengkomunikasikan setiap perubahan tanggung jawab dan tanggung gugat K3 ?

23 Apakah perusahaan memiliki prosedur untuk memantau dan mengkomunikasikan setiap perubahan tanggung jawab dan tanggung gugat ? 24 Apakah perusahaan memberikan reaksi cepat dan

tepat terhadap kondisi yang menyimpang atau kejadian lainnya?

25 Apakah semua pihak yaitu pengurus, pihak manajemen dan tenaga kerja berperan dalam pelaksanaan SMK3 ?

26 Apakah tersedia prosedur untuk identifikasi standar kompetensi kerja dan penerapannya melalui pelatihan ?

27 Apakah diterapkan kompetensi kerja dan pelatihan untuk setiap tenaga kerja ?

28 Apakah informasi K3 terbaru dikomunikasikan kepada tenaga kerja dan pihak terkait dalam perusahaan ?

29 Apakah perusahaan menetapkan prosedur pelaporan informasi tepat waktu ?

30 Apakah pendokumentasian SMK3 terintegrasi dalam keseluruhan dokumen yang ada ?

31 Apakah dilakukan identifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian resiko ?

32 Apakah dilakukan perancangan dan rekayasa untuk mengendalikan resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja ?

33 Apakah dilakukan tinjauan ulang kontrak dan pembelian barang dan jasa untuk menjamin kemampuan perusahaan dalam memenuhi persyaratan K3 ?


(5)

menghadapi keadaan darurat atau bencana alam ? 35 Apakah perusahaan memiliki prosedur untuk

menghadapi insiden yang meliputi penyedian fasilitas P3K yang cukup dan perawatan lanjutan ? 36 Apakah perusahaan memiliki prosedur rencana

pemulihan keadaan gawat darurat dan pemulihan tenaga kerja yang trauma ?

D PENGUKURAN DAN EVALUASI

37 Apakah inspeksi pengujian dan pemantauan dilakukan oleh personil yang berpengalaman dan punya keahlian yang cukup ?

38 Apakah peralatan dan metode pengujian yang digunakan cukup memadai ?

39 Apakah catatan inspeksi, pengujian dan pemantauan terpelihara dengan baik ?

40 Apakah hasil temuan dianalisa dan di tinjau ulang ?

41 Apakah pelaksanaan audit SMK3 baik internal maupun eksternal dilakukan secara berkala ?

42 Apakah tindakan perbaikan dan pencagahan dilaksanakan berdasarkan berdasarkan hasil temuan ?

E TINJAUAN ULANG

43 Apakah pengurus melakukan tinjauan ulang SMK3 secara berkala ?

44 Apakah dilakukan tinjauan ulang dari evaluasi terhadap penerapan kebijakan K3 ?

45 Apakah dilakukan tinjauan ulang terhadap tujuan, sasaran dan kinerja K3 ?

46 Apakah dilakukan tinjauan ulang dari hasil temuan audit SMK3 ?

47 Apakah dilakukan tinjauan ulang dari evaluasi efektifitas penerapan SMK3 ?


(6)

Dokumen yang terkait

Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Pengurus P2K3 dan Tenaga Kerja terhadap Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. Cakra Compact Aluminium Industries Tanjung Morawa Tahun 2005

17 70 72

Perencanaan Modal Kerja pada PT. Wijaya Karya Beton Medan

0 14 64

Pelaksanaan Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Tenaga Kerja Bagian Produksi Di PT. Wijaya Karya Beton, Binjai Tahun 2013

1 15 97

ANALISIS KESELAMATAN PEKERJAAN UNTUK PENILAIAN DAN PENGENDALIAN RISIKO KECELAKAAN KERJA Analisis Keselamatan Pekerjaan Untuk Penilaian Dan Pengendalian Risiko Kecelakaan Kerja Di Bagian Produksi PT Wijaya Karya Beton Tbk PPB Majalengka.

1 4 17

ANALISIS KESELAMATAN PEKERJAAN UNTUK PENILAIAN DAN PENGENDALIAN RISIKO KECELAKAAN KERJA Analisis Keselamatan Pekerjaan Untuk Penilaian Dan Pengendalian Risiko Kecelakaan Kerja Di Bagian Produksi PT Wijaya Karya Beton Tbk PPB Majalengka.

0 1 16

PENDAHULUAN Analisis Keselamatan Pekerjaan Untuk Penilaian Dan Pengendalian Risiko Kecelakaan Kerja Di Bagian Produksi PT Wijaya Karya Beton Tbk PPB Majalengka.

0 1 6

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT AHMADARIS KABUPATEN TEGAL TAHUN 2015

2 11 68

PENGARUH PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) TERHADAP TINGKATAN KECELAKAAN KERJA KONSTRUKSI

0 2 6

Kajian Risiko Kecelakaan Kerja Terhadap Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) (Proyek Pembangunan Villa Grand Sinensis PT.Wahana Karya Wijaya)

1 9 7

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI

0 2 14