Gambaran Karakteristik Pasien Rawat Inap Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode 1 Januari 2012 - 31 Desember 2012.

(1)

  iv 

ABSTRAK

GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN RAWAT INAP DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG

PERIODE 1 JANUARI 2012- 31 DESEMBER 2012

Erfina Saumiandiani, 2013 :

Pembimbing I : dr. Dani ,M.Kes.

Pembimbing II : dr. Decky Gunawan, M.Kes, AIFO.

Diabetes melitus adalah penyakit kronik (menahun) yang disebabkan oleh berkurangnya produksi insulin, baik kekurangan ini absolut maupun relatif. Lebih dari 371 juta orang di seluruh dunia mengidap diabetes melitus tipe 2. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pasien rawat inap penyakit diabetes melitus tipe 2 berdasarkan usia, jenis kelamin, pekerjaan, tekanan darah, serta Body Mass Index (BMI) di Rumah Sakit Immanuel periode 1 Januari 2012 – 31 Desember 2012.

Metode penelitian ini bersifat observasional deskriptif dengan data cross sectional retrospektif berupa rekam medik pasien diabetes melitus tipe 2 di Rumah Sakit Immanuel Bandung. Data yang diambil dikumpulkan kemudian diolah secara manual dan dianalisa secara statistik deskriptif dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dengan format jumlah dan penghitungan secara persentase. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, didapatkan penderita diabetes melitus tipe 2 lebih banyak terjadi pada pasien dengan rentang usia 41-60 tahun persentase 64,18%; lebih banyak terjadi pada pasien perempuan daripada laki-laki dengan persentase sebesar 64,18%; secara umum lebih banyak terjadi pada ibu rumah tangga dengan persentase sebesar 54,05%. Penderita diabetes melitus tipe 2 lebih banyak terjadi dengan pasien yang mempunyai BMI ≥ 23kg/m2 dengan persentase 58,79%. Penderita diabetes melitus tipe 2 lebih banyak mempunyai tekanan darah ≥ 140/90 mmHg sebanyak 67,57%.

Dengan demikian, karakteristik penderita rawat inap Diabetes melitus tipe 2 di Rumah Sakit Immanuel Bandung periode 1 Januari 2012- 31 Desember 2012 lebih banyak terjadi di usia 41-60 tahun, perempuan, ibu rumah tangga, pasien dengan BMI (Body Mass Index) ≥ 23 kg/m2 dan pasien yang mempunyai tekanan darah ≥ 140/90 mmHg.


(2)

ABSTRACT

THE DESCRIPTION OF DIABETES MELITUS TYPE 2 INPATIENTS IN IMMANUEL HOSPITAL BANDUNG

PERIODE 1ST JANUARY 2012- 31ST DECEMBER 2012

Erfina Saumiandiani, 2013 :

TUTOR I : dr. Dani, M.Kes.

TUTOR II : dr. Decky Gunawan, M.Kes, AIFO.

Diabetes melitus is a chronic disease (chronic) caused by reduced insulin production, both the absolute and relative shortage. More than 371 million people worldwide suffer from diabetes melitus type 2.

The purpose of this study is to describe inpatients with type 2 diabetes melitus based on age, sex, occupation, blood pressure and Body Mass Index (BMI) at Immanuel Hospital period 1st January 2012-31st December 2012.

Methods This study was an observational descriptive cross sectional retrospective data in the form of medical records of patients with diabetes melitus type 2 in Immanuel Hospital Bandung. Data taken manually collected and then processed and analyzed by descriptive statistics in the form of a frequency distribution table with format number and percentage calculation.

Based on the research conducted, it was found people with type 2 diabetes melitus occurs more frequently in patients with age range 41-60 years the percentage of 64.18 %; occurs more frequently in female patients than males with a percentage of 64.18 %; generally more more common in housewives with a percentage of 54.05 %. Patients with type 2 diabetes melitus are more prevalent in patients who have a BMI ≥ 23kg/m2 with a percentage of 58.79 %. Patients with type 2 diabetes melitus have more blood pressure ≥ 140/90 mmHg as much as 67.57 %.

Thus , the characteristics of hospitalized patients with diabetes melitus type 2 in Immanuel Hospital Bandung the period 1st January 2012 - December 31st, 2012 are more prevalent in the age of 41-60 years, female, housewife, patients with a BMI (Body Mass Index) ≥ 23 kg/m2 and patients who have blood pressure ≥ 140/90 mmHg.


(3)

  viii  DAFTAR ISI

JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 2

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.4.1 Manfaat Akademis ... 3

1.4.2 Manfaat Praktis ... 3

1.5 Metode Penelitian ... 3

1.6 Landasan Teori ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Pengertian Diabetes Melitus tipe 2 ... 6

2.2 Epidemiologi Diabetes Melitus tipe 2 ... 7

2.3 Faktor Risiko Diabetes Melitus tipe 2 ... 7

2.4 Patogenesis ... 11

2.5 Manifestasi Klinik ... 13

2.6 Komplikasi ... 14


(4)

2.6.2 Komplikasi Kronis ... 16

2.7 Diagnosis Diabetes Melitus ... 19

2.8 Penatalaksanaan ... 21

2.9 Upaya Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

3.1 Bahan Penelitian ... 28

3.2 Metode Penelitian ... 28

3.2.1 Design Penelitian ... 28

3.2.2 Variabel Penelitian ... 28

3.3. Metode Analisis ... 28

3.4 Kriteria Data Penelitian ... 28

3.4.1 Kriteria Data Inklusi ... 28

3.4.2 Kriteria Data Eksklusi ... 29

3.5 Teknik Sampel ... 29

3.6 Definisi Operasional ... 29

3.7 Lokasi dan Waktu ... 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31

4.1 Hasil Penelitian ... 31

4.2 Pembahasan ... 33

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 36

5.1 Simpulan ... 36

5.2 Saran ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 37

LAMPIRAN ... 40


(5)

  x 

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Nilai Body Mass Index (BMI) Asia Pasifik ... 9 Tabel 2.2 Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan Penyaring

dan Diagnosa Diabetes melitus (md/dl) ... 20 Tabel 2.3 Langkah-langkah Diagnostik Diabetes Melitus dan Gangguan

Toleransi Glukosa ... 21 Tabel 4.1 Penderita Diabetes Melitus tipe 2 Berdasarkan Usia di Rumah Sakit

Immanuel Bandung ... 31 Tabel 4.2 Penderita Diabetes Melitus tipe 2 Berdasarkan Jenis Kelamin di

Rumah Sakit Immanuel Bandung ... 31 Tabel 4.3 Penderita Diabetes Melitus tipe 2 Berdasarkan Pekerjaan di Rumah

Sakit Immanuel Bandung ... 32 Tabel 4.4 Penderita Diabetes Melitus tipe 2 Bberdasarkan BMI (Body Mass

Index) di Rumah Sakit Immanuel Bandung ... 32 Tabel 4.5 Penderita Diabetes Melitus tipe 2 Berdasarkan Tekanan Darah di


(6)

DAFTAR GAMBAR


(7)

  xii 

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Data Sekunder dari Data Rekam Medik Pasien Rawat Inap Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode 1 Januari 2012 – 31 Desember 2012 ... 40 LAMPIRAN 2 Surat Pengantar dari Fakultas Kedokteran Universitas Kristen

Maranatha ... 50 LAMPIRAN 3 Surat Ijin Penelitian dari Rumah Sakit Immanuel ... 51


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes melitus merupakan suatu kondisi hiperglikemi yang menimbulkan risiko kerusakan mikrovaskular seperti retinopati, nefropati dan neuropati. Hal ini terkait dengan harapan hidup yang berkurang, morbiditas yang signifikan karena terkait dengan komplikasi kerusakan mikrovaskuler, peningkatan risiko komplikasi makrovaskuler seperti penyakit jantung iskemik, stroke, penyakit pembuluh darah perifer dan kualitas hidup yang berkurang diabetes melitus tipe 2 merupakan jenis diabetes melitus yang paling sering ditemukan di tempat praktik. Diperkirakan 90% dari semua jenis penderita diabetes melitus adalah penderita diabetes melitus tipe 2. Diabetes melitus tipe 2 disebabkan dan dipercepat oleh gaya hidup yang tidak sehat, seperti konsumsi gula dan lemak berlebihan (WHO, 2006).

Pada tahun 2005, diperkirakan 1,1 juta orang meninggal karena diabetes, hampir 80% di antaranya terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah, setengahnya di bawah usia 70 tahun, 55% dari kematian diabetes melitus adalah wanita. Di negara-negara maju sebagian besar orang dengan diabetes di atas usia pensiun, sedangkan di negara-negara berkembang yang paling sering terkena adalah berusia antara 35 tahun dan 64 tahun (WHO, 2006).

Diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit metabolik yang prevalensinya meningkat dari tahun ke tahun. Indonesia dengan jumlah penduduk yang melebihi 200.000.000 jiwa, sejak awal abad ini telah menjadi negara dengan jumlah penderita diabetes melitus nomor 4 terbanyak didunia (Arifin, 2011). WHO memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang diabetes yang cukup besar pada tahun-tahun mendatang. Kenaikan jumlah penyandang diabetes melitus di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030 (WHO, 2006). Senada dengan WHO, International Diabetes Federation pada tahun 2009, memprediksi kenaikan jumlah penyandang diabetes melitus dari 7,0 juta pada tahun 2009 menjadi 12,0 juta pada tahun 2030. Meskipun terdapat


(9)

  2  perbedaan angka prevalensi, laporan keduanya menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyandang diabetes melitus sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030. Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 oleh Departemen Kesehatan, menunjukkan bahwa prevalensi diabetes melitus di daerah urban Indonesia untuk usia diatas 15 tahun sebesar 5,7% (PERKENI, 2011).

Berdasarkan pola pertambahan penduduk, diperkirakan pada tahun 2030 nanti akan ada 194 juta penduduk yang berusia di atas 20 tahun dan dengan asumsi prevalensi diabetes melitus pada urban 14,7% dan rural 7,2% maka diperkirakan terdapat 12 juta penyandang diabetes di daerah urban dan 8,1 juta di daerah rural (PERKENI, 2011). Berdasarkan data Riskesdas 2007, proporsi penyebab kematian akibat diabetes melitus pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%, sedangkan daerah pedesaan, diabetes melitus menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8% (PERKENI, 2011).

Berdasarkan hal-hal diatas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti gambaran karakteristik penderita diabetes melitus tipe 2 dan mengambil data rekam medik di Rumah Sakit Immanuel Bandung periode 1 Januari 2012–31 Desember 2012.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Bagaimana gambaran pasien diabetes melitus tipe 2 berdasarkan identitas pasien berupa jenis kelamin, pekerjaan, dan umur.

2. Bagaimana gambaran pasien diabetes melitus tipe 2 berdasarkan BMI (Body Mass Index).

3. Bagaimana gambaran pasien diabetes melitus tipe 2 berdasarkan tekanan darah.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui karakteristik pasien kasus diabetes melitus tipe 2 berdasarkan jenis kelamin, umur, pekerjaan, BMI (Body Mass Index), dan tekanan darah di Rumah Sakit Immanuel Bandung periode 1 Januari 2012- 31 Desember 2012.


(10)

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan menambah informasi serta gambaran tentang kasus penyakit diabetes melitus tipe 2 dan menjadi data dasar untuk penelitian selanjutnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

Dengan hasil penelitian ini diharapkan menambah wawasan tentang penyakit diabetes melitus tipe 2 kepada masyarakat dan penderita diabetes melitus tipe 2 sehingga dapat dilakukan langkah-langkah pencegahan untuk menurunkan angka kejadian di masa depan dan meningkatkan mutu pelayanan penderita diabetes melitus demi mencapai masyarakat yang sehat.

1.5 Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif observasional dengan data cross sectional retrospektif berupa rekam medik pasien diabetes melitus tipe 2 di Rumah Sakit Immanuel Bandung 1 Januari 2012- 31 Desember 2012.

1.6 Landasan Teori

Diabetes melitus tipe 2 merupakan salah satu penyakit terpenting saat ini, yang terjadi peningkatan insiden sebanyak 3% setiap tahunnya di dunia. Di negara berkembang jumlah penderita diabetes melitus tipe 2 juga bertambah akibat peningkatan kemakmuran di negara yang bersangkutan, dimana terdapat perubahan gaya hidup dan peningkatan pendapatan perkapita. Menurut survei yang dilakukan oleh WHO, jumlah penderita diabetes melitus sekitar 347.000.000 orang di seleruh penjuru dunia (WHO, 2012). Lebih dari 70.300.000 orang di Asia Tenggara menderita diabetes melitus dan diperkirakan tahun 2030 akan meningkat menjadi 120.900.000 orang (International Diabetes Federation, 2012). Perlu ditekankan adanya hubungan antara kegemukan dan diabetes melitus tipe 2. Obesitas berkaitan dengan resistensi insulin walaupun tidak terdapat diabetes. Tidaklah mengherankan bahwa obesitas adalah salah satu faktor risiko lingkungan


(11)

  4  yang penting dalam patogenesis diabetes melitus tipe 2 dan diperkirakan berperan penting dalam meningkatkannya insidensi diabetes pada anak (Robbins, 2007). Diabetes melitus tipe 2 terjadi paling sering pada orang dewasa berusia 45 tahun atau lebih dan prevalensi penyakit tersebut meningkat dengan usia lanjut. Seseorang yang berusia ≥45 tahun memiliki peningkatan risiko terhadap terjadinya diabetes melitus dan intoleransi glukosa oleh karena faktor degeneratif yaitu menurunnya fungsi tubuh untuk memetabolisme glukosa. Namun kondisi ini ternyata tidak hanya disebabkan oleh faktor umur saja, tetapi tergantung juga pada lamanya penderita bertahan pada kondisi tersebut. Sejumlah penelitian menunjukan bahwa terdapat peningkatan kasus hingga mencapai usia 60 tahun. Risiko untuk menderita intoleransi glukosa meningkat seiring dengan meningkatnya usia (Romesh Khardori, M. P. 2013).

Hipertensi pada diabetes melitus tipe 2 muncul bersamaan dengan atau mungkin malah mendahului munculnya diabetes. Hal ini disebabkan pada penderita hipertensi sering ditemukan adanya sekumpulan kelainan lainnya seperti: obesitas sentral, dislipidemi, hiperurisemi dan hiperinsulinemia/resistensi insulin atau yang sekarang disebut sindroma metabolik. Sehingga dari penelitian ini diambil kesimpulan bahwa pada hipertensi esensial terdapat suatu keadaan resistensi insulin. Dalam penelitian ini, orang yang memiliki riwayat hipertensi lebih berisiko terkena diabetes melitus tipe-2 dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki riwayat hipertensi. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya di Amerika yang menunjukkan bahwa individu dengan hipertensi 2,5 kali lebih sering mengalami Diabetes melitus tipe-2 dibanding normotensi. Jika seseorang memiliki tekanan darah tinggi (140/90mm Hg atau lebih tinggi), maka dia akan memiliki risiko 20% lebih tinggi terkena diabetes (Diabetescare, 2013). Sekitar 3 juta orang Amerika memiliki diabetes melitus dan Hipertensi. Hipertensi dimiliki sekitar dua kali lebih sering pada individu dengan diabetes melitus (Mokdad, 2001).


(12)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa : 1. Gambaran karakteristik pasien diabetes mellitus tipe 2 berdasarkan identitas

pasien lebih banyak terjadi pada pasien dengan rentang usia 41-60 tahun dengan persentase 64,18%; lebih banyak terjadi pada pasien perempuan daripada laki-laki dengan persentase sebesar 64,18%; secara umum lebih banyak terjadi pada ibu rumah tangga dengan persentase sebesar 54,05%. 2. Penderita diabetes mellitus tipe 2 lebih banyak terjadi dengan pasien yang

mempunyai BMI ≥ 23kg/m2 dengan persentase 58,79%.

3. Penderita diabetes mellitus tipe 2 lebih banyak mempunyai tekanan darah ≥ 140/90 mmHg sebanyak 67,57%.

5.2 Saran

1. Perlu perbaikan dalam sistem pendataan dan penyimpanan data rekam medik yang lebih tertata dan teratur agar memudahkan mencari data pasien saat dibutuhkan.

2. Perlunya diadakan penyuluhan kepada masyarakat agar mereka dapat lebih

mengerti mengenai penyakit Diabetes mellitus tipe 2 termasuk dengan gejala-gejala dan faktor risikonya, sehingga dapat meningkatkan angka penemuan kasus dan pentingnya kepatuhan dalam pengobatan untuk menghindari kegagalan dalam pengobatan.

3. Perlu diberikan edukasi kepada masyarakat mengenai penyakit diabetes mellitus tipe 2 oleh petugas kesehatan dan pihak yang terkait sehingga masyarakat yang menderita diabetes mellitus tipe 2 dapat menghindari komplikasi yang bisa terjadi dan membahayakan nyawa pasien.


(13)

  37 

DAFTAR PUSTAKA

Adnan, Miftahul. 2013. Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) Dengan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Mellitus (DM) Tipe 2 Rawat Jalan Di RS Tugurejo Semarang. Tesis : Universitas Muhammadiyah Semarang.

ADA (American Diabetes Assosiation), 2007. Clinical Practice Recommendations Report of the Expert Commite on the Diagnosis and Classifications of Diabetes Mellitus Diabetes Care, USA: p.S4-S24.

ADA, 2011. Total Prevalence of Diabetes and Pre-Diabetes. http://www.diabetes.org.

Amelya, Y. 2008. Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Rawat Inap di Rumah Sakit Tembakau Deli Medan Tahun 2002-2006. Skripsi Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Arifin, L. Augusta. 2011. Panduan Terapi Diabetes Mellitus Tipe 2 Terkini PANDUAN TERAPI DIABETES MELLITUS TIPE 2 TERKINI. http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2011/03/panduan_terapi_diabetes _mellitus.pdf.

Awad, Nadyah. 2011. Gambaran Faktor Resiko Pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Poliklinik Endokrin Bagian/SMF FK-UNSRAT RSU Prof. , http://www.academia.edu/4696688/GAMBARAN_FAKTOR_RESIKO_PASIE N_DIABETES_MELITUS_TIPE_II_Di_POLIKLINIK_ENDOKRIN_BAGIA N_SMF_FK-UNSRAT_RSU_Nadyah_Awad_2.

Corwin, E. J. 2007. Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

D’adamo, Peter. 2008. Diet Sehat Diabetes sesuai Golongan Darah. Yogyakarta: Delapratasa.

Dalimartha. S, 2000, Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Diabetes Mellitus, Penebar Swadaya, Jakarta.

Darmono, Suhartono. Naskah Lengkap Diabetes Melitus Ditinjau dari Berbagai Aspek Penyakit Dalam. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro; 2007.

Davey, P., 2005. At a Glance Medicine. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Diabetescare, 2013. Risk Factors for Developing Type 2 Diabetes. http://www.diabetescare.net/content_detail.asp?id=1162.


(14)

Gibney, M.J. 2005. Gizi Kesehatan Masyarakat. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Gilbert ,RE. Diabetes and Hypertension. MJA 1995; 163: 372-375. http://www.mja.com.au/public/misc/gilbert/gilbert.html.%20Diakses%206%20 Oktober%202011.

Greenstein, B, 2006. At a Glance Sistem Endokrin. Edisi Kedua. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Handayani SA. Faktor-faktor resiko diabetes melitus tipe-2 di semarang dan sekitarnya [Thesis]. Semarang: Universitas Diponegoro; 2003.

IDF, 2011. IDF Diabetes Atlas. http://www.idf.org/diabetesatlas/5e/diabetes

International federation Diabetes, 2012. IDF DIABETES ATLAS UPDATE 2012. http://www.idf.org/diabetesatlas/5e/Update2012.

Laquatra, Ida Marie. 2004. Nutrition For Weight Management: dalam Mahan LK, Stumpes. Krause’s Food Nutrition and Diet Therapy 11th edition. Pensylvania : Saunders.

Mokdad, A.H., Bowman, B.A., Engelgau, M.M. and Vini- cor, F. 2001 Diabetes trends among American Indians and Alaska natives: 1990-1998.

Noer. 1996. Gambaran Klinis Diabetes Melitus, Dalam : Sarwono W, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi III. Jakarta : FKUI; 1996. P : 590.

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), 2011. Konsensus Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2011. Jakarta.

Permana, Hikmat, 2009. Komplikasi Kronik dan Penyakit Penyerta Pada diabetes. Pranadji, 2000. Perencanaan Menu Untuk Penderita Diabetes Mellitus. Jakarta: PT

Penebar Swadaya

Price, 2006. Patofisiologi: Konsep Klonis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Volume 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Robbins, 2007. Buku Ajar Patologi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. p:718-732.

Romesh Khardori, M. P. 2013. Type 2 Diabetes Mellitus . (M. George T Griffing,  Editor)  Retrieved  from  www.emidicine.medscape.com:  http://emedicine.medscape.com/article/117853‐overview. 


(15)

  39   

Silbernagl, S., Lang, F. 2006. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi, EGC,  Jakarta. 

 

Soegondo, S. 2004. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Soegondo, S., Soewondo, P., Subekti, I., 2009. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Edisi kedua, Jakarta: FKUI.

Soewondo, P., 2007. Hidup Sehat Dengan Diabetes. Balai Penerbit FK UI, Jakarta Suyono, Slamet. 2005. Kecenderungan Peningkatan Jumlah Penyandang Diabetes.

Jakarta : FKUI.

Webber, 2004. Changing Epidemiology of Obesity- implications for Diabetes, in: Barnet, A.,H., & Kumar, S., Obesity and diabetes, England, Wileny pp. 1-47. WHO, 2006. Integrated Chronic Disease Prevention and Control. www.who.int. WHO, 2012. Fact Sheets. www.wpro.who.int.

   


(1)

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan menambah informasi serta gambaran tentang kasus penyakit diabetes melitus tipe 2 dan menjadi data dasar untuk penelitian selanjutnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

Dengan hasil penelitian ini diharapkan menambah wawasan tentang penyakit diabetes melitus tipe 2 kepada masyarakat dan penderita diabetes melitus tipe 2 sehingga dapat dilakukan langkah-langkah pencegahan untuk menurunkan angka kejadian di masa depan dan meningkatkan mutu pelayanan penderita diabetes melitus demi mencapai masyarakat yang sehat.

1.5 Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif observasional dengan data cross sectional retrospektif berupa rekam medik pasien diabetes melitus tipe 2 di Rumah Sakit Immanuel Bandung 1 Januari 2012- 31 Desember 2012.

1.6 Landasan Teori

Diabetes melitus tipe 2 merupakan salah satu penyakit terpenting saat ini, yang terjadi peningkatan insiden sebanyak 3% setiap tahunnya di dunia. Di negara berkembang jumlah penderita diabetes melitus tipe 2 juga bertambah akibat peningkatan kemakmuran di negara yang bersangkutan, dimana terdapat perubahan gaya hidup dan peningkatan pendapatan perkapita. Menurut survei yang dilakukan oleh WHO, jumlah penderita diabetes melitus sekitar 347.000.000 orang di seleruh penjuru dunia (WHO, 2012). Lebih dari 70.300.000 orang di Asia Tenggara menderita diabetes melitus dan diperkirakan tahun 2030 akan meningkat menjadi 120.900.000 orang (International Diabetes Federation, 2012). Perlu ditekankan adanya hubungan antara kegemukan dan diabetes melitus tipe 2. Obesitas berkaitan dengan resistensi insulin walaupun tidak terdapat diabetes. Tidaklah mengherankan bahwa obesitas adalah salah satu faktor risiko lingkungan


(2)

yang penting dalam patogenesis diabetes melitus tipe 2 dan diperkirakan berperan penting dalam meningkatkannya insidensi diabetes pada anak (Robbins, 2007). Diabetes melitus tipe 2 terjadi paling sering pada orang dewasa berusia 45 tahun atau lebih dan prevalensi penyakit tersebut meningkat dengan usia lanjut. Seseorang yang berusia ≥45 tahun memiliki peningkatan risiko terhadap terjadinya diabetes melitus dan intoleransi glukosa oleh karena faktor degeneratif yaitu menurunnya fungsi tubuh untuk memetabolisme glukosa. Namun kondisi ini ternyata tidak hanya disebabkan oleh faktor umur saja, tetapi tergantung juga pada lamanya penderita bertahan pada kondisi tersebut. Sejumlah penelitian menunjukan bahwa terdapat peningkatan kasus hingga mencapai usia 60 tahun. Risiko untuk menderita intoleransi glukosa meningkat seiring dengan meningkatnya usia (Romesh Khardori, M. P. 2013).

Hipertensi pada diabetes melitus tipe 2 muncul bersamaan dengan atau mungkin malah mendahului munculnya diabetes. Hal ini disebabkan pada penderita hipertensi sering ditemukan adanya sekumpulan kelainan lainnya seperti: obesitas sentral, dislipidemi, hiperurisemi dan hiperinsulinemia/resistensi insulin atau yang sekarang disebut sindroma metabolik. Sehingga dari penelitian ini diambil kesimpulan bahwa pada hipertensi esensial terdapat suatu keadaan resistensi insulin. Dalam penelitian ini, orang yang memiliki riwayat hipertensi lebih berisiko terkena diabetes melitus tipe-2 dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki riwayat hipertensi. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya di Amerika yang menunjukkan bahwa individu dengan hipertensi 2,5 kali lebih sering mengalami Diabetes melitus tipe-2 dibanding normotensi. Jika seseorang memiliki tekanan darah tinggi (140/90mm Hg atau lebih tinggi), maka dia akan memiliki risiko 20% lebih tinggi terkena diabetes (Diabetescare, 2013). Sekitar 3 juta orang Amerika memiliki diabetes melitus dan Hipertensi. Hipertensi dimiliki sekitar dua kali lebih sering pada individu dengan diabetes melitus (Mokdad, 2001).


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa : 1. Gambaran karakteristik pasien diabetes mellitus tipe 2 berdasarkan identitas

pasien lebih banyak terjadi pada pasien dengan rentang usia 41-60 tahun dengan persentase 64,18%; lebih banyak terjadi pada pasien perempuan daripada laki-laki dengan persentase sebesar 64,18%; secara umum lebih banyak terjadi pada ibu rumah tangga dengan persentase sebesar 54,05%. 2. Penderita diabetes mellitus tipe 2 lebih banyak terjadi dengan pasien yang

mempunyai BMI ≥ 23kg/m2 dengan persentase 58,79%.

3. Penderita diabetes mellitus tipe 2 lebih banyak mempunyai tekanan darah ≥ 140/90 mmHg sebanyak 67,57%.

5.2 Saran

1. Perlu perbaikan dalam sistem pendataan dan penyimpanan data rekam medik yang lebih tertata dan teratur agar memudahkan mencari data pasien saat dibutuhkan.

2. Perlunya diadakan penyuluhan kepada masyarakat agar mereka dapat lebih mengerti mengenai penyakit Diabetes mellitus tipe 2 termasuk dengan gejala-gejala dan faktor risikonya, sehingga dapat meningkatkan angka penemuan kasus dan pentingnya kepatuhan dalam pengobatan untuk menghindari kegagalan dalam pengobatan.

3. Perlu diberikan edukasi kepada masyarakat mengenai penyakit diabetes mellitus tipe 2 oleh petugas kesehatan dan pihak yang terkait sehingga masyarakat yang menderita diabetes mellitus tipe 2 dapat menghindari komplikasi yang bisa terjadi dan membahayakan nyawa pasien.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Adnan, Miftahul. 2013. Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) Dengan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Mellitus (DM) Tipe 2 Rawat Jalan Di RS Tugurejo Semarang. Tesis : Universitas Muhammadiyah Semarang.

ADA (American Diabetes Assosiation), 2007. Clinical Practice Recommendations Report of the Expert Commite on the Diagnosis and Classifications of Diabetes Mellitus Diabetes Care, USA: p.S4-S24.

ADA, 2011. Total Prevalence of Diabetes and Pre-Diabetes. http://www.diabetes.org.

Amelya, Y. 2008. Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Rawat Inap di Rumah Sakit Tembakau Deli Medan Tahun 2002-2006. Skripsi Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Arifin, L. Augusta. 2011. Panduan Terapi Diabetes Mellitus Tipe 2 Terkini

PANDUAN TERAPI DIABETES MELLITUS TIPE 2 TERKINI.

http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2011/03/panduan_terapi_diabetes _mellitus.pdf.

Awad, Nadyah. 2011. Gambaran Faktor Resiko Pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Poliklinik Endokrin Bagian/SMF FK-UNSRAT RSU Prof. , http://www.academia.edu/4696688/GAMBARAN_FAKTOR_RESIKO_PASIE N_DIABETES_MELITUS_TIPE_II_Di_POLIKLINIK_ENDOKRIN_BAGIA N_SMF_FK-UNSRAT_RSU_Nadyah_Awad_2.

Corwin, E. J. 2007. Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

D’adamo, Peter. 2008. Diet Sehat Diabetes sesuai Golongan Darah. Yogyakarta: Delapratasa.

Dalimartha. S, 2000, Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Diabetes Mellitus, Penebar Swadaya, Jakarta.

Darmono, Suhartono. Naskah Lengkap Diabetes Melitus Ditinjau dari Berbagai Aspek Penyakit Dalam. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro; 2007.

Davey, P., 2005. At a Glance Medicine. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Diabetescare, 2013. Risk Factors for Developing Type 2 Diabetes. http://www.diabetescare.net/content_detail.asp?id=1162.


(5)

Gibney, M.J. 2005. Gizi Kesehatan Masyarakat. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Gilbert ,RE. Diabetes and Hypertension. MJA 1995; 163: 372-375. http://www.mja.com.au/public/misc/gilbert/gilbert.html.%20Diakses%206%20 Oktober%202011.

Greenstein, B, 2006. At a Glance Sistem Endokrin. Edisi Kedua. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Handayani SA. Faktor-faktor resiko diabetes melitus tipe-2 di semarang dan sekitarnya [Thesis]. Semarang: Universitas Diponegoro; 2003.

IDF, 2011. IDF Diabetes Atlas. http://www.idf.org/diabetesatlas/5e/diabetes

International federation Diabetes, 2012. IDF DIABETES ATLAS UPDATE 2012. http://www.idf.org/diabetesatlas/5e/Update2012.

Laquatra, Ida Marie. 2004. Nutrition For Weight Management: dalam Mahan LK, Stumpes. Krause’s Food Nutrition and Diet Therapy 11th edition. Pensylvania : Saunders.

Mokdad, A.H., Bowman, B.A., Engelgau, M.M. and Vini- cor, F. 2001 Diabetes trends among American Indians and Alaska natives: 1990-1998.

Noer. 1996. Gambaran Klinis Diabetes Melitus, Dalam : Sarwono W, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi III. Jakarta : FKUI; 1996. P : 590.

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), 2011. Konsensus Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2011. Jakarta.

Permana, Hikmat, 2009. Komplikasi Kronik dan Penyakit Penyerta Pada diabetes. Pranadji, 2000. Perencanaan Menu Untuk Penderita Diabetes Mellitus. Jakarta: PT

Penebar Swadaya

Price, 2006. Patofisiologi: Konsep Klonis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Volume 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Robbins, 2007. Buku Ajar Patologi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. p:718-732.

Romesh Khardori, M. P. 2013. Type 2 Diabetes Mellitus . (M. George T Griffing, 

Editor)  Retrieved  from  www.emidicine.medscape.com: 


(6)

 

Silbernagl, S., Lang, F. 2006. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi, EGC,  Jakarta. 

 

Soegondo, S. 2004. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Soegondo, S., Soewondo, P., Subekti, I., 2009. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Edisi kedua, Jakarta: FKUI.

Soewondo, P., 2007. Hidup Sehat Dengan Diabetes. Balai Penerbit FK UI, Jakarta Suyono, Slamet. 2005. Kecenderungan Peningkatan Jumlah Penyandang Diabetes.

Jakarta : FKUI.

Webber, 2004. Changing Epidemiology of Obesity- implications for Diabetes, in: Barnet, A.,H., & Kumar, S., Obesity and diabetes, England, Wileny pp. 1-47. WHO, 2006. Integrated Chronic Disease Prevention and Control. www.who.int. WHO, 2012. Fact Sheets. www.wpro.who.int.