STUDI TENTANG KEMAMPUAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENERAPKAN KEPEMIMPINAN SITUASIONAL TERHADAP GURU-GURU DI SEKOLAH DASAR NEGERI KOTAMADYA PEKANBARU.
STUDI TENTANG KEMAMPUAN KEPALA SEKOLAH DALAM
MENERAPKAN KEPEMIMPINAN SITUASIONAL TERHADAP
GURU-GURU Dl SEKOLAH DASAR NEGERI
KOTAMADYA PEKANBARU
TESIS
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari
syarat memperoleh Qelar Magister Pendidikan
Bidang Studi Administrasf Pendidikan
Oleh
AMRI SALAM
9132324
PROGRAM STUDI ADMINISTRASl PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN BANDUNG
1994
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING
PROF. DR. ACHMAD SANUSI, SH. MPA.
PembJmbing I
PROF. DR. ENGKOSWARA, M. Ed.
Pembimbing II
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1994
ABSTRAKS
Penelitian ini diberi judul : "Studi Tentang Ke
mampuan Kepala Sekolah Dalam Menerapkan
Situasional
geri
Kepemimpinan
Terhadap Guru-Guru di Sekolah Dasar
Kotamadya Pekanbaru". Obyeknya adalah
Ne-
beberapa
kepala Sekolah Dasar Negeri yang telah mengikuti pen
didikan/pelatihan jabatan calon kepala SD yang dilaksanakan
oleh Dinas P dan K Propinsi Dati I Riau.
Di
antara materi yang disajikan dalam pendidikan/pelati
han itu, sal ah satu materi pokoknya adalah kepemimpi
nan
situasional (situational leadership).
kepemimpinan
Penerapan
situasional inilah yang menjadi
fokus-
nya.
Permasalahan yang ingin dicari jawabnya
melalui
studi
ini adalah sejauhmana para kepala sekolah
mampu
menerapkan kepemimpinan
guru-guru
raikan
situasional
terhadap
di sekolah. Rumusan permasalahan itu
atas
beberapa pertanyaan
itu
penelitianv
diuyaitu
mengenai pemahaman kepala sekolah terhadap kepemimpi
nan situasional, kecenderungan perilaku kepemimpinan,
kemampuannya
menggunakan
gaya
kepemimpinan
dengan tingkat kematangan guru, kemampuannya
sesuai
menggu
nakan kuasa atau kekuatan (power) sebagai potensi univ
tuk memimpin,
faktor-faktor yang mempengaruhinya
lam menerapkan kepemimpinan situasional
itu di
da
seko
lah serta kepemimpinan yang dilahirkannya dari
pene-
rapan kepemimpinan situasional.
Studi
(natural
Data yang dikumpulkan
berupa kata-kata.
dokumen.
dari
dilakukan dalam situasi
yang
setting) dengan menggunakan metode
listik.
yaitu
ini
bersifat
tindakan atau
natura-
kualitatif,
perilaku
Pengumpulan data dilakukan secara
para responden atau informan
wajar
tanpa
dan
langsung
memberikan
perlakuan (treatment). Sumber data utama (primer) di-
peroleh melalui sumber pertama, yaitu kepala sekolah.
Selain
itu data juga dikumpulkan dari sumber
yaitu para guru,
kedua,
pengajar materi kepemimpinan
situa
sional pada pelatihan jabatan dan penilik sekolah un-
tuk
menunjang data dari sumber pertama. Teknik
digunakan
observasi
dalam pengumpulan data
dan studi
Temuan
adalah
terhadap
yang
adalah
yang
wawancara,
dokumentasi.
diperoleh melalui
penelitian
: (1) sebagian kepala sekolah sangat
perilaku kepemimpinannya,
(2)
ini
concern
para
kepala
sekolah itu nampaknya belum mampu menempatkan masingmasing guru sesuai dengan tingkat kematangannya
M2,
M3, dan M4),
nannya
sehingga penggunaan gaya
(Ml,
kepemimpi
tidak sesuai dengan tingkat kematangan
guru.
(3)
penggunaan kuasa atau kekuatan
(power)
sebagai
potensi untuk memimpin juga tidak sesuai dengan ting
kat kematangan guru. Gaya kepemimpinan kepala sekolah
yang lebih dominan adalah
(telling-Gl)
sebagai
memberitahukan/mengarahkan
gaya
memasarkan/mengkonsultasikan
favorit.
kemudian
(selling-G2),
gaya
setelah
itu gaya mengikutsertakan (participating-G3). Sedang-
kan gaya mendelegasikan (delegating-G4) paling jarang
digunakan.
bahkan di sekolah tertentu
tidak
digunakan. Ada beberapa faktor yang sangat
ruhi
kepala
sekolah dalam
menerapkan
pernah
mempenga-
kepemimpinan
situasional, yaitu kemauan (komitmen terhadap tugas),
tingkat pendidikan, stabilitas emosi dan keluarga.
Selain itu, dalam penelitian ini juga
bahwa
pola perilaku kepemimpinan kepala
ditemukan
sekolah
di
daerah ini akan masih dominan pada tingkat ing ngarso
suns tulodo (karena keteladanan masih memegang
nan
pera-
penting dalam kepemimpinan untuk memperoleh
ngakuan
atau kepatuhan para guru), dan pada
tingkat
ing madyo mangun karso (karena pemimpin masih
perlu
sangat
berperan sebagai motivator bagi pemenuhan
butuhan
guru) yang merupakan faktor yang sangat
nunjang
upaya kepemimpinan. Dalam hal
power
dan
reward power merupakan jenis
ini
ke-
me
referent
kuasa
paling disukai oleh guru. Keadaan seperti itu
pe-
yang
diduga
V 1 1
kuat
ada
kaitannya dengan
budaya
yang
berkembang
dalam masyarakat melayu yang lebih suka menerima (perintah, ide, gagasan atau pendapat) dari pada memberi
atau mengeluarkan ide, gagasan atau pendapat.
Hasil
mendasi
atau
penelitian ini melahirkan beberapa
terhadap berbagai pihak, baik
berkepentingan
langsung dengan
yang
reko
terkait
Sekolah
Dasar
maupun yang tidak langsung. Rekomendasi itu adalah
:
Bagi Dinas P dan K Propinsi dati I Riau/pelaksana pelatihan jabatan calon kepala SD, yaitu .- a) perlu me-
lakukan pembenahan terhadap materi terutama
aian
terhadap
konteks dan relevansi
penyesu-
materi
dengan
kondisi di SD. peningkatan penyajian materi (jam
pe-
nyajian
ke
dan fokusnya) agar lebih tertuju kepada
pemimpinan situasional, peningkatan kualifikasi tena
ga pengajar/fasilitator lainnya, b) pelaksariaan
didikan/pelatihan bagi calon kepala SD dimasa
pen
menda-
tang sebaiknya dilaksanakan dengan bekerjasama dengan
LPTK
perlu
(FKIP Universitas) yang ada di daerah
disusun
kriteria seleksi bagi
ini,
c)
perserta
yang
akan diikutsertakan dalam pendidikan/pelatihan.
Se-
dangkan bagi kepala sekolah, secara
perlu
berangsur-angsur
mengurangi dominasi perilaku yang terlalu
di-
rektif terhadap guru-guru agar mereka bisa lebih man-
diri dan kreatif dalam melaksanakan tugasnya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
i
ABSTRAKS
iv
UCAPAN TERIMA KASIH DAN APRESIASI
viii
DAFTAR ISI
xv
DAFTAR TABEL
xvi ii
DAFTAR GAMBAR
xix
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
xx
: PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Masalah
16
1. Ana 1is is Masa1ah
16
2. Perumusan Masalah
21
C. Tujuan Penelitian
24
1. Tujuan Umum
24
2. Tujuan Khusus
25
D. Kegunaan Penelitian
26
1. Kegunaan Dari Segi Teori
26
2. Kegunaan Dari Segi Praktek
27
E. Paradigma Penelitian
BAB
II : KEPEMIMPINAN SITUASIONAL
LAH TERHADAP GURU-GURU
LENGGARAAN PENDIDIKAN
28
KEPALA SEKO
DALAM PENYE-
31
A. Kepemimpinan Dalam Konteks Adminis
trasi Pendidikan
dan Fungsinya Da-
Penyelenggaraan Pendidikan
xv
31
V 1
B. Kepala
Sekolah
Sebagai
Pemimpin
Pendidikan
38
1. Tugas dan Tanggung
Jawab Kepala
Sekolah
38
2. Profil Kemampuan Kepala Sekolah
Sebagai Pemimpin Pendidikan ....
C. Pemahanan
Kepala Sekolah
39
Terhadap
kepemimpinan Situasional
46
D. Kemampuan Kepala Sekolah Dalam Me
nerapkan Kepemimpinan Situasional ..
47
1. Kecenderungan Perilaku Kepemimpi
nan
...
49
2. Penggunaan Gaya Kepemimpinan dan
Identifikasi Tingkat Kematangan
Guru
51
3. Penggunaan Kuasa (Power) Sebagai
Potensi Untuk Memimpin
67
E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerapan Kepemimpinan
Oleh Kepala Sekolah
Situasional
75
1. Faktor Yang Menghambat
75
2. Faktor Yang Menunjang
77
F. Kesimpulan Hasil Studi Kepustakaan
dan Studi Terdahulu Yang Relevan
Dengan Masalah Penelitian
BAB III
: PROSES PENELITIAN
85
A. Metode dan Teknik Penelitian
1.
Metode Penelitian
2. Teknik
3.
dan
77
Alat Pengumpul Data
Sumber Data
4. Sampel Penelitian
85
85
86
92
94
XVI 1
B. Tahap-Tahap Penelitian
D.
96
1. Tahap Orientasi
96
2. Tahap Eksplorasi
97
3. Tahap Member Check
98
Prosedur Analisis Data
99
E. Pencapaian Tingkat Signifikansi Ha
sil Penelitian
100
1.
101
Kredibilitas
2. Transferabilitas
103
3. Dependabilitas dan Konfirmabi1itas
BAB IV
103
: PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi dan
106
Analisis Data
Studi Telusuran
Tentang
Hasil
Penyajian
Materi Kepemimpinan Situasional Pa
da Pelatihan
Jabatan Calon
Kepala
SD
107
B. Deskripsi dan
Analisis
Penelitian
Data Hasil
:. .. .
113
1. Pemahaman Kepala Sekolah Terha
dap Kepemimpinan Situasional ...
113
2. Kemampuan Kepala Sekolah
Dalam
Menerapkan
Kepemimpinan
Situa
sional
118
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Penerapan Kepemimpinan Situasio
nal
137
4. Penilaian Terhadap
Kepemimpinan
Kepala Sekolah Secara Keseluruhan
BAB
V
: KESIMPULAN,
152
IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
161
161
X V
1 1 1
B. Implikasi
170
C.Rekomendasi
176
DAFTAR PUSTAKA
182
LAMPIRAN-LAMP IRAN
186
RIWAYAT HIDUP
231
DAFTAR TABEL
Tabel
1.2.
2.2.
3.2.
Ha laman
Dimensi Perilaku Tugas dan Perilaku
Hubungan dan Indikatornya
50
Gaya Kepemimpinan Yang Sesuai Dengan
Berbagai Tingkat Kematangan Pengikut
57
Hubungan Tingkat
Kematangan
Dengan
Gaya Kepemimpinan Yang Paling Sesuai
4.3.
Kisi-Kisi
Bantu
men)
5.3.
Keadaan
Instrumen
Bagi
Peneliti
Sebagai
66
Alat
(Human Instru
88
Personil Yang
ponden Penelitian
Menjadi Res
95
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1.1.
Kerangka Berpikir Konseptual Penelitian
29
2.2.
Wilayah Kerja Administrasi Pendidikan
32
3.2.
4.2.
5.2.
6.2.
Jural ah
dan Campuran
Keterampilan Yang
Dibutuhkan Oleh Pemimpin Pada
Level
Berbagai
"
Kepemimpinan Situasional
53
Dampak Sumber Kuasa Pada Berbagai Level
Kematangan
Hubungan
Antara
Basis
Kuasa, Tingkat
Kematangan dan Gaya Kepemimpinan
xx
45
71
73
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1.3.
Haiaman
Pedoman Wawancara Dengan
:
1.3.1. Kepaia SD
186
1.3.2.
189
1.3.3.
Guru
SD
Pengajar Materi Kepemimpinan Situa
sional
191
2.3.
Pedoman
Observasi
192
3.4.
Kuisioner Yang Digunakan
Jabatan Calon Kepala SD
Pada
Pelatihan
193
4.4. Modifikasi dan Adaptasi Terhadap Kuisioner
Yang Digunakan Pada
Pelatihan Jabatan Ca
lon Kepaia SD (Deskripsi Adaptabi1itas dan
Efektivitas Pemimpin)
215
5.4.
224
Keterangan Izin Penelitian
6. Riwayat Hidup
231
xx i
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah
Dasar sebagai suatu bentuk satuan
pen
didikan dasar yang menyelenggarakan kegiatan pendidi
kan pada tingkat paling bawah dalam struktur
jenjang
pendidikan formal, merupakan suatu sektor fundamental
dalam pembangunan bidang pendidikan. Dikatakan funda
mental
karena apabila Sekolah Dasar
kualitas yang baik dalam
telah
memiliki
segala aspeknya, maka
akan
dapat melandasi kualitas satuan pendidikan pada ting
kat di atasnya. Di samping itu Sekolah Dasar merupa
kan pendidikan esensial yang harus ditempuh oleh seorang anak dengan memberikan bekal kemampuan dasar un
tuk
dapat hidup bermasyarakat atau melanjutkan
pen
didikan formalnya ke jenjang yang lebih tinggi.
Penyelenggaraan pendidikan dasar di negara
mempunyai misi
dupan bangsa
kita
luhur, yaitu upaya mencerdaskan
melalui pemberian
kehi
dasar-dasar pengeta
huan, keterampiIan, sikap dan nilai-nilai untuk menghadapi kehidupannya di masa mendatang. Oleh sebab itu
penyelenggaraan
berperan
sebagai
pendidikan di sekolah
sosialisasi ilmu
bukan
hanya
pengetahuan
teknologi seperti yang berlangsung selama ini,
dan
yaitu
proses belajar mengajar di sekolah lebih banyak
fokus
ter-
kepada upaya mentransfer ilmu pengetahuan
teknologi
punyai
mem
kepada peserta didik, melainkan juga
peran pewarisan nilai-nilai luhur bangsa
pada peserta didik dan masyarakat. Hal
ini
dan
ke
dimaksud-
kan sebagai upaya menangkal (counter) terhadap nilainilai dari luar yang tidak sesuai dengan
nilai-nilai
yang dianut oleh masyarakat dan bangsa Indonesia
bagai dampak globalisasi yang tidak mengenal
ruang
dan waktu.
Dengan demikian,
se
batasan
diharapkan
dapat menghindari setidak-tidaknya mengurangi
akan
dampak
"ledakan budaya" yang kurang menguntungkan dari manca
negara kepada peserta didik sejak dini dan
tumbuhnya
kepatuhan terhadap nilai-nilai dan norma-norma
serta
moralitas yang tinggi.
Eksistensi dan hakekat pendidikan dasar
dengan
itu
tuntutan dan kebutuhan dasar
relevan
manusia.
diharapkan pendidikan dasar dapat
Untuk
merefleksikan
kebutuhan dasar manusia itu agar dapat hidup layak di
1ingkungannya. Justru itu sudah selayaknya
pembangunan
pendidikan
dasar.
ini nampaknya telah
Hal
diletakkan
pada
prioritas
pendidikan
mendapat
tanggapan
yang serius dari pemerintah, karena sejak tahun-tahun
terakhir
Pelita V yang lalu pemerintah telah
patkan pendidikan dasar (Sekolah Dasar)
menem-
sebagai pri-
oritas
pertama dalam pembangunan bidang
pendidikan,
bahkan pada Pelita VI ini masih merupakan
mengingat
akan
komitmen pemerintah dan
prioritas.
bangsa
Indonesia
menyukseskan penyelenggaraan program wajib
lajar pendidikan dasar sembilan
meningkatkan
mutu pendidikan
tahun. Memang
be
upaya
dasar merupakan
kebu
tuhan yang mendesak dan tak dapat ditunda-tunda.
Hal
ini diungkapkan oleh Imat R. Amidjaja (1991:19)
bah-
wa
:
Meningkatkan mutu pendidikan dasar adalah kebu
tuhan nasional yang urgen dan vital. Vital dalam
arti pendidikan dasar yang bermutu adalah syarat
mutlak untuk pendidikan selanjutnya dan untuk
Peningkatan mutu
tenaga kerja yang produktif.
pendidikan dasar ini juga vital dalam arti
jumlah anak sekolah yang paling besar di seluruh
negara ini adalah murid SD dan SMTP.
Berkenaan dengan hal tersebut, Tilaar (1992:174-
175) menggambarkan pula sebagai berikut :
Sebagai
jenjang pendidikan yang minimal wajib
dipunyai oleh setiap warga negara, misi, isi dan
harkat pendidikan dasar harus menempati
priori
tas tinggi dalam SISDIKNAS. Dalam masyarakat in
dustri modern pendidikan dasar adalah suatu
in-
dustri-strategis dasar yang mengembangkan sumber
daya manusia yang diperlukan dalam pembangunan
masyarakat
industri
itu sendiri.
Lebih lanjut dikemukakan bahwa kualitas pendidi
kan dasar akan meletakkan dasar bagi kualitas
rakat
industri
dasar
adalah
modern. Oleh
fungsi dari
sebab
itu
pembangunan
masya
pendidikan
dan
menjadi
dasar dari masyarakat teknologi itu sendiri.
Beberapa
menghadapi
tahun
belakangan
ini
sekolah
dasar
berbagai permasalahan pada kedua
bidang
tugas, baik edukatif maupun administratif, di antara-
nya yang paling banyak disoroti oleh para pakar,
merhati
dan
masyarakat pada berbagai
media
pe-
massa,
seminar-seminar dan pertemuan-pertemuan ilmiah
lain-
nya adalah mengenai pengelolaan pendidikan, mutu pen
didikan, mutu guru dan mutu kepala sekolah. Hal
ini
akhir
serius
nampaknya perlu mendapat
perhatian
yang
dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan
cara
keseluruhan dalam konteks pembangunan
kan,
karena peningkatan pengelolaan
peningkatan
kepala
ter-
pendidi
pendidikan
mutu guru banyak bergantung kepada
dan
mutu
semua
itu.
Ini perlu ditekankan karena upaya peningkatakan
mutu
guru
sekolah sebagai penanggung jawab
se-
telah banyak dilakukan, baik
penataran
melalui
yang dilaksanakan oleh P2SD.
berbagai
diskusi-dis-
kusi, seminar-seminar maupun program penyetaraan DII,
sedangkan upaya peningkatan mutu kepala sekolah belum
banyak diperhatikan. Untuk itu perlu dilakukan
suatu
upaya yang sungguh-sungguh untuk meningkatkan
kemam
puan
tugas-
tugas
kepala sekolah agar dapat
yang
administratif
berkenaan
dengan
melaksanakan
teknis
ke arah pencapaian tujuan
edukatif
dan
pendidikan.
Tujuan
yang
ingin dicapai
melalui
penyelenggaraan
pendidikan dasar, khususnya sekolah dasar adalah :
1. Mendidik murid agar menjadi manusia Indonesia
seutuhnya berdasarkan Pancasila yang mampu mem-
bangun dirinya sendiri dan
ikut bertanggung
jawab terhadap pembangunan bangsa.
2. Memberikan bekal kemampuan yang diperlukan bagi
murid untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat
yang
lebih tinggi.
3. Memberikan bekal kemampuan dasar untuk hidup di
masyarakat dan mengembangkan diri sesuai dengan
bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya (Depdikbud.1991:1) .
Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan
alat
atau media yang memungkinkan
dapat dicapai
media
secara efektif dan efisien.
Alat
atau
pendidikan
produktif yaitu efektif dan efisien.
wara.1987:42).
ditinjau
nyertakan
Dalam hal
ini
Administrasi
terjadinya
(Engkos-
Pendidikan
dari sudut proses sistem perilaku yang
banyak
orang. Keterlibatan
dalam pencapaian tujuan pendidikan itu
banyak
Agar proses kerja sama
efisien dan terarah kepada
meorang
mengakibatkan
proses interaksi manusia yang akan
hirkan proses kerja saraa.
efektif,
Pen
Administrasi Pendidikan pada dasarnya adalah
media belaka untuk mencapai tujuan
secara
juan,
tersebut
yang dimaksudkan itu adalah Administrasi
didikan.
suatu
tujuan
suatu
pencapaian
diperlukan suatu teori tentang bagaimana
melaitu
tu
mem-
pengaruhi perilaku orang-orang baik secara individual
maupun kelompok. Teori tersebut adalah teori kepemim
pinan. Singkatnya, untuk efektif administrasi
rus
memiliki kepemimpinan (Oteng
Kepemimpinan
di
itu ha-
Sutisna,1985:253).
sini merupakan suatu
topik
kajian
yang penting dalam Administrasi Pendidikan.
Penyelenggaraan pendidikan sebagai suatu
kerja
sama
dalam upaya mencapai
tujuan
proses
pendidikan
serta pencapaian kualitas sekolah seperti yang
diha
rapkan, diperlukan sejumlah sumber daya, baik
daya
manusia
maupun non manusia.
Tanpa
sumber
mengurangi
arti dan peranan sumber daya non manusia, sumber daya
manusia mempunyai peranan penting dan menentukan
ka
rena sumber daya non manusia hanya bermanfaat
dengan
baik
jika dikelola oleh sumber daya manusia.
Sumber
daya
manusia atau tenaga kependidikan yang
dalam
terdiri
penyelenggaraan
pendidikan di
terlibat
sekolah
dasar
atas tenaga pendidik, pengelola satuan
didikan (kepala sekolah) dan penilik sekolah (PP
38
tahun 1992). Di antara sumber daya
manusia
pen
No.
itu.
kepala sekolah memegang posisi utama sebagai pemimpin
formal dalam organisasi sekolah yang memiliki
berba
gai peranan, wewenang dan tanggung jawab atas
penye
lenggaraan pendidikan di sekolahnya.
Dalam konteks organisasi sekolah, kepala sekolah
sebagai
pengelola satuan pendidikan
mempunyai
tiga
peranan pokok, yaitu sebagai administrator,
sor dan leader (pemimpin)
supervi
dengan berbagai tugas
dan
tanggung jawab. Sebagai administrator, kepala sekolah
bertugas merencanakan, mengorganisasikan,
melaksana-
kan
pada
dan
mengawasi pelaksanaan
kegiatan
substansi administrasi sekolah untuk mencapai
tiap
tujuan
sekolah. Sebagai supervisor kepala sekolah
mempunyai
tugas melaksanakan salah satu fungsi khusus
adminis
trasi
sekolah, yaitu supervisi
dalam bentuk
pembi-
naan profesional terhadap guru-guru agar dapat melak
sanakan
proses
Sedangkan
belajar
mengajar
sebagai pemimpin kepala
mempengaruhi,
secara
efektif.
sekolah
bertugas
menggerakkan, mengarahkan dan
mengen-
dalikan guru-guru agar tugas-tugas yang dilaksanakannya
terarah
Antara
kepada
ketiga
pencapaian
tujuan
peranan tersebut di
pendidikan.
dalam
penerapan
tugas-tugasnya tidak dapat dipilah-pilah secara tegas
karena
tugas-tugas
kepemimpinan tercakup
ke
kedua peranan tersebut, dimana administrator dan
dalam
su
pervisor adalah juga pemimpin. Dalam hal ini ada yang
menganggap
salah
satu
fungsi administrasi. Sesuai dengan maksud studi
ini,
maka
kepala
bahwa kepemimpinan merupakan
fokusnya
sekolah
tertuju kepada
dengan
tanpa
peranan
kepemimpinan
mengurangi
arti
dan
peranan lainnya.
Fungsi
menangani
kepemimpinan
antar pribadi, segi
(1992:43)
hubungan
antar
manusia di dalam satu ikatan kerja. Selajutnya
dika-
takan
segi
menurut Riberu
bahwa memimpin berarti berhadapan
nusia,
dengan
dengan hasrat dan keinginannya, dengan
ma
sikap
dan tindak-tanduknya, baik sebagai perorangan
maupun
di
dengan
dalam
kelompok. Oleh
karena
menyangkut
manusia,
maka memimpin selalu berkaitan
dengan
tivasi.
penggunaan pendekatan-pendekatan
dan
mo-
gaya-
gaya kepemimpinan.
Studi mengenai kepemimpinan telah dilakukan oleh
para ahli sejak dahulu hingga sekarang ini dan bahkan
akan masih terus berlanjut.
Hal
itu menandakan
bahwa
kepemimpinan merupakan suatu hal yang penting terutama dalam suatu organisasi. Oleh sebab itu
kepemimpi
nan akan tetap hangat untuk diperbincangkan dan masih
tetap menarik untuk dikaji
(apalagi dengan
mengguna-
kan pendekatan kualitatif) karena menyangkut keprilakuan manusia dalam berinteraksi dengan sesamanya.
Apabila dalam dunia bisnis kepemimpinan
kan
dirasa-
semakin penting peranannya setelah dunia
bisnis
itu semakin kompetitif, baik dalam hal produk
maupun
teknologi
yang digunakan, sehingga tidak jarang
nimbulkan gejolak perubahan. Untuk itu
me-
kepemimpinan
diharapkan dapat mengatasi gejolak perubahan tersebut
(Eksekutif. Oktober 1990). sedangkan dalam dunia pen
didikan, kepemimpinan berperan sebagai penentu
penggerak
dan
pengendali
penyelenggaraan
kegiatan
pendidikan
agar efektif. efisien dan terarah
pencapaian
tujuan pendidikan. Kegiatan
itu
tentunya
dilakukan
tanpa
diungkap oleh John P. Kotter (Naisbitt dan
bahwa kepemimpinan adalah proses
orang
ke
satu
arah
yang
sebagian
kepada
menggerakkan
pemaksaan,
1990)
arah,
seperti
Aburdene.
menggerakkan
besar
melalui
"sarana non coersive".
Pentingnya
dalam
pemimpin
dan
suatu organisasi dapat dilihat
pendapat
Thomas
oleh
peranan
yang
dikemukakan oleh para
(1988). Day dan Lord (1988)
kepemimpinan
dari
beberapa
ahli.
Menurut
seperti .dikutip
Hoy dan Miskel (1992:251) melihat
kepemimpinan
sebagai konsep kunci di dalam memahami dan meningkat
kan organisasi seperti sekolah. Robert (1985)
mukakan
ngaruh
gitu
menge-
bahwa kepemimpinan pendidikan mempunyai
substansial terhadap organisasi sekolah.
pula dengan Lipham (1985:2),
kesimpulan
ia
menarik
bahwa "kualitas kepemimpinan
peBe
suatu
kepala
se
kolah secara substansial berpengaruh terhadap
keber
hasilan
tujuan
suatu sekolah". Tanpa
kepemimpinan,
organisasi
buikan
untuk
tidak akan dapat dicapai dan akan
menim-
kekacauan karena masing-masing orang
bekerja
mencapai tujuan pribadinya. Dalam hal ini
ngat menarik disimak apa yang diungkapkan oleh
sa
Keith
Davis (Oteng Sutisna.1985:255) sebagai berikut :
tanpa kepemimpinan, suatu
lah sejumlah orang yang kacau.
lah kemampuan untuk membujuk
supaya mengejar tujuan yang
organisasi hanya
Kepemimpinan iaorang-orang lain
telah ditetapkan
dengan
faktor
bergairah.
Ia adalah
yang mempersatukan kelompok dan
manusiawi
menggerakkannya
ke arah tujuan-tujuan. Kegiatan-kegiatan manage-
men
seperti merencanakan,
mengorganisasi,
dan
membuat putusan ialah kepompong tersembunyi sampai
saat pemimpin meledakkan kekuatan motivasi
dalam orang dan membimbing mereka ke arah tu
mengubah
potensi
juan-tujuan.
Kepemimpinan
menjadi kenyataan. Ia adalah tindakan akhir yang
membawa kepada keberhasilan semua potensi yang
ada pada organisasi dan orang-orangnya.
Kepemimpinan
yang dimaksudkan untuk
dapat
me
ningkatkan keberhasilan sekolah tentunya kepemimpinan
yang efektif. Tinggi rendahnya kualitas suatu sekolah
atau efektif tidaknya suatu proses pendidikan
banyak
ditentukan
dimana
efektivitas
keberhasilan
oleh kepemimpinan kepala sekolah.
kepemimpinan kepala
sekolah
penyelenggaraan pendidikan
yang dipimpinnyanya. Sehubungan dengal hal
menentukan
di
sekolah
tersebut.
Reilly (1980) dengan tegas menggambarkan hubungan an
tara kepemimpinan kepala sekolah yang efektif
sekolah yang dipimpinnya, yaitu :
dengan
Effective
Such
schools
school
have
effective
leaders are usually
leaders....
described
as
people
who have high expectations
for staff
and students, are knowledgeable in their
jobs,
and set the tone for their schools (Lipham. 1985
:1) .
Upaya kepemimpinan kepala sekolah yang efektif diper
lukan untuk mengarahkan. menggerakkan dan mengendalikan pelaksanaan tugas guru agar proses belajar menga
jar yang dilaksanakannya menjadi efektif dan
terarah
kepada pencapaian tujuan sekolah.
Sebenarnya ada berbagai pendekatan teoritis
da
lam studi kepemimpinan yang dikemukakan oleh para pakar.
Hersey dan Blanchard (1977:88-89)
mengemukakan
dua pendekatan pokok studi kepemimpinan, yaitu pende
katan sifat-sifat dan pendekatan situasional.
katan
Pende
sifat-sifat lebih memokuskan perhatiannya
pada sifat-sifat yang dimiliki seseorang
Seseorang
ke
(pemimpin).
dapat menjadi pemimpin atau dipandang
se
bagai pemimpin apabila memiliki karakteristik terten
tu sebagai pemimpin. Karakteristik itu merupakan kua
litas
hir.
pribadi seseorang yang dibawanya semenjak
seperti bakat. kepribadian dan kecerdasan
intelegensi.
berbagai
Pendekatan
kalangan
ini mendapat
karena
mengandung
sorotan
laatau
dari
kelemahan-
kelemahan. Eugene E. Jennings (1961) misalnya menyimpulkan
bahwa,
"Selama 50 tahun
studi
kepemimpinan
12
telah gagal menghasilkan satu sifat kepribadian
seperangkat
kualitas
sifat kepribadian
atau
yang
dapat
digunakan untuk membedakan antara pemimpin dan
bukan
pemimpin". Demikian pula dengan Hemphill (1949)
yang
menegaskan bahwa literatur-literatur dewasa ini
tam-
paknya
atau
lebih mendukung pendekatan
situasional
pendekatan perilaku pemimpin dalam mempelajari
kepe
mimpinan.
Sebaliknya kepemimpinan situasional lebih
memo-
kuskan perhatiannya pada perilaku pemimpin yang dapat
diamati
dalam
situasi kepemimpinan dan
bukan
pada
sifat-sifat pribadi pemimpin. Di samping itu pendeka
tan ini meyakini bahwa peningkatan efektivitas
mimpinan dapat dilakukan melalui pendidikan,
han atau pengembangan. Selanjutnya mereka
kan
kepe
pelati
mengemuka-
beberapa pendekatan kepemimpinan yang
merupakan
pencerminan dua basis pemikiran dalam teori organisa
si, yaitu scientific approach dan human relation
ap
proach. Kedua pendekatan itu mengilhami lahirnya
be
berapa
studi kepemimpinan, seperti studi
Tannembaum
dan Schmidt, studi Universitas Michigan, studi
mika kelompok Cartwright dan Zander, studi
Universi
tas Ohio, Managerial Grid, studi kontingensi
dan efektivitas tiga dimensi Reddin serta
dina-
Fiedler
kepemimpi-
i:
nan
situasional dari Hersey dan
Selanjutnya dari
Blanchard
sendiri.
berbagai studi kepemimpinan yang
diterangkan terakhir. penulis bermaksud untuk melaku-
kan studi mengenai penerapan kepemimpinan situasional
dari Hersey dan Blanchard (1977). Teori ini merupakan
pengembangan
dari
teori kepemimpinan
tiga
dimensi
William J. Reddin. Hal ini bukan berarti bahwa teori-
teori
lainnya itu tidak penting, namun ada
beberapa
alasan yang dapat dikemukakan.
Pertama, penerapan kepemimpinan situasional
pat
melahirkan
kepemimpinan yang
efektif
da
bilamana
menggunakan gaya yang tepat dan sesuai dengan
berba
gai
situa
kondisi. Kedua, pendekatan
kepemimpinan
sional sangat populer di kalangan organisasi dan da
pat diandalkan, seperti diungkapkan oleh Gaffar (1987
:132)
bahwa
: "Teori yang
cukup
dapat
diandalkan
adalah seperti antara lain teori kepemimpinan
sional ...".
terbukti
yang
dan
situa
Ketiga. keberhasilan penerapannya telah
melalui
berbagai studi,
misalnya
seperti
disimpulkan oleh Gumpert dan Hambleton
(Hersey
Blanchard,1982)
yang
diterjemahkan
Dharma (1990:205) sebagai berikut :
oleh .Agus
14
Secara sederhana dapat dikemukakan, para manajer
yang sangat efektif mengetahui kepemimpinan si
tuasional lebih banyak dan lebih sering menerapkannya dibandingkan dengan para manajer yang kurang efektif. Data yang mendukung kesimpulan ini
berasal dari para manajer itu
sendiri. Di
sam-
ping itu ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa
apabila kepemimpinan situasional diterapkan se
cara tepat.
prestasi kerja bawahan akan
dinilai
lebih tinggi dan perolehan dalam prestasi ker
ja adalah signifikan secara praktis dan statistik.
Walaupun
situasional
tian.
keberhasilan
penerapan
kepemimpinan
telah terbukti melalui berbagai
bukan berarti bahwa
kepemimpinan
peneli
situasional
itu merupakan yang terbaik dari semua pendekatan
ke
pemimpinan yang lainnya, akan tetapi kepemimpinan si
tuasional menyediakan pola perilaku pemimpin yang se
suai dengan berbagai situasi bawahan (pengikut).
Me-
mang
dua
unsur
kepemimpinan
pokok.
situasional ditentukan
yaitu pemimpin dan
para
oleh
pengikutnya.
Pemimpin harus memperhatikan tingkat kematangan
para
pengikutnya
gaya
kepemimpinan
itu. kemudian barulah
menggunakan
yang sesuai. Menurut Paul
Hersey
sen
diri. "adaptasi adalah kata kunci dalam kepemimpinan.
Sebuah
kepemimpinan
akan
dinilai
baik
-
artinya
dianggap efektif apabila di dalamnya terdapat kemung-
kinan
untuk beradaptasi yang sangat besar.
Kerangka
adaptasi inilah yang membuat kepeminpinan selalu bersifat situasional" (Harian Kompas,14 Desember
1992).
Lebih lanjut dikatakan bahwa kepemimpinan situasional
ditentukan oleh dua unsur
pokok, yaitu pemimpin
para pengikut. Pemimpin memiliki gaya (G) dan
kut
mempunyai
kematangan
(M).
Adaptasi
dan
pengi-
yang
antara G dan M itulah yang bakal menghasilkan
pas
sebuah
kepemimpinan yang efektif.
Didasarkan
atas pendapat di atas, maka
penulis
berkeinginan untuk mengkaji kemampuan kepala
sekolah
dalam menerapkan kepemimpinan situasional. Pengkajian
tesebut
yang
dilakukan karena para calon
akan
diangkat menjadi kepala
kepala
SD
di
sekolah
Propinsi
Riau, terlebih dahulu mereka diharuskan mengikuti Pe
latihan Jabatan sebagai prasyarat untuk diangkat men
jadi kepala SD. Dalam pelatihan itu disajikan bebera
pa materi. Salah satu materi pokoknya adalah kepemim
pinan
situasional. Materi ini disajikan karena
kon
disi guru yang heterogen, terutama dalam hal pengala
man dan kematangannya dalam bekerja memerlukan perlakuan yang berbeda dari kepala sekolah sebagai
pemim
pin, sehingga diharapkan mampu menampilkan kepemimpi
nan yang efektif.
Memang, pada masa sekarang ini kepemimpinan yang
efektif
karena
crucial
itu
sudah menjadi tuntutan
kepemimpinan
bagi
yang efektif
keberhasilan sekolah
atau
kebutuhan
merupakan
dan
faktor
peningkatan
16
mutu
kepemimpinan merupakan bagian
terpenting
dari
manajemen sekolah. Hal ini dapat pula disimak pernyataan tentang tuntutan bagi pengelola satuan
kan,
pendidi
yaitu, "... menampilkan sikap dan perilaku
pemimpinan
ke
fungsi
yang efektif terhadap pelaksanaan
dan tugasnya" (Depdikbud,1992:12).
Seperti telah diuraikan terdahulu bahwa kepemim
pinan
kepala sekolah yang efektif
diperlukan
menggerakkan, mengarahkan dan mengendalikan
naan
tugas guru ke arah efektivitas
untuk
pelaksa
proses
belajar
mengajar dalam pencapaian tujuan sekolah. Di
samping
itu juga untuk menumbuhkan rasa kohesif dan rasa puas
bagi
guru di dalam melaksanakan tugasnya. Dalam
hal
ini Hemphill (1949) menemukan dua dimensi pokok dalam
situasi kepemimpinan
yang berkorelasi tinggi
dap kepemimpinan. Kedua dimensi itu adalah
terha
"viscidi
ty" (perasaan kohesif dalam kelompok) berupa kekompakan, keakraban dan partisipasi setiap anggota
pok
kelom
dan "hedonictone" (derajat kepuasan anggota
ke
lompok) , yaitu perasaan puas anggota kelompok dan me
reka mau bekerja sama dan menghormati pemimpin.
bila kedua dimensi itu dapat diciptakan dan
hankan oleh pemimpin
guru
akan
Apa
diperta-
(kepala sekolah) tentunya guru-
termotivasi
secara
kondisional
melalui
17
tugas-tugas yang dilaksanakannya.
Untuk dapat menciptakan dan memelihara atau mem-
pertahankan
kedua dimensi itu, kepala sekolah
harus
dapat melaksanakan fungsinya sebagai pemimpin,
yaitu
mewujudkan
hubungan manusiawi
(human
relationship)
yang harmonis dalam rangka membina dan
mengembangkan
kerja sama antar
luruhnya
bergerak ke arah pencapaian tujuan
kesediaan
efisien
personal, agar secara serempak se-
melaksanakan
tugas
dan efektif (Hadari
melalui
masing-masing
Nawawi,1985:90).
hal ini tugas kepala sekolah khusus berkaitan
guru, seperti aspek kepegawaian, pengaturan dan
secara
Dalam
dengan
pem-
bagian tugas, pemberian motivasi dan perhatian terha
dap kesejahteraan, penciptaan dan pemeliharaan suasana kerja yang kondusif serta pembinaan "morale"
ker
ja guru.
B.
Permasalahan
1.
Analisis Masalah
Tugas
dikatakan
dan tanggung jawab kepala
cukup berat karena ia
sekolah
sebagai
dapat
penanggung
jawab utama penyelenggaraan seluruh kegiatan pendidi
kan
pada
di sekolahnya, baik kepada pemerintah maupun ke
masyarakat. Posisi kepala sekolah
berada
"bottle neck" dan sulit di antara berbagai
pada
kepentin-
gan yang kadang-kadang antara satu dengan yang
lain-
18
nya
saling bertentangan. Dari atas ia
menerima
in-
struksi, tanggung jawab dan peraturan-peraturan lain-
nya untuk dilaksanakan, ke atas ia harus
gungjawabkan
mempertang-
pelaksanaan tugas, tanggung
jawab
peraturan-peraturan yang telah ditentukan. Pada
dan
sisi
lain, ke bawah ia juga adalah penanggung jawab terha
dap hal-hal yang berhubungan dengan kepentingan
dan
siswa, terutama di dalam pembagian
tugas
guru
guru,
pembinaan dan pemberian motivasi dan inspirasi kepada
mereka dalam konteks kepemimpinan.
Untuk itu
kepala
sekolah harus dapat menempatkan dirinya pada "posisi"
yang
tepat di antara berbagai
dengan
kepentingan
tetap memperhatikan aturan
main
tersebut
(birokrasi)
yang ada dengan tuntutan profesinya sebagai pemimpin.
Selain
posisi kepala sekolah seperti •diuriakan
di atas, Oteng Sutisna (1985:331) menggambarkan posi
si kepala sekolah sebagai suatu kedudukan administra
tif
yang tercakup ke dalam dua dimensi
umum
yaitu : (1) dimensi eksekutif, dan (2) dimensi
mimpinan.
harus
Pada
dapat
dimensi
eksekutif,
menggunakan dan
kepala
memelihara
struktur
dan
prosedur-prosedur yang
mencapai
tujuan sekolah. Sebagai seorang
pokok,
kepe
sekolah
struktur-
berlaku
untuk
eksekutif,
kepala sekolah dianggap sebagai suatu kekuatan stabi-
19
1isasi.
Sedangkan pada dimensi kepemimpinan.
sekolah
dilihat sebagai orang yang
kepala
melakukan
peru-
bahan. Hal tersebut sejalan dengan apa yang dikemukakan Hemphill
oleh
(1958) dan Lipham (1964) seperti dikutip
Sergiovanni dan kawan-kawan
(1987:58),
dimana
kepemimpinan menurut mereka penekanannya pada
pemba-
haruan (newness) dan perubahan (change).
Khusus mengenai dimensi kepemimpinan,
pada
saat
sekarang ini semakin dituntut kepemimpinan yang
ber-
kualitas
atau efektif dari kepala
sekolah.
apalagi
setelah diberlakukannya keputusan Menpan No.26
tahun
1989
Dalam
tentang
Angka Kredit Bagi Jabatan
Guru
Lingkungan Depdikbud, dimana untuk dapat naik pangkat
guru
harus dapat mengumpulkan sejumlah angka
yang ditetapkan. Pada satu pihak guru harus
kredit
memiliki
dan melaksanakan empat unsur utama, yaitu pendidikan,
proses
han,
belajar mengajar atau bimbingan dan
penyulu-
pengembangan profesi dan penunjang proses
jar mengajar atau bimbingan dan penyuluhan.
bela
Untuk itu
guru harus memenuhi beban tugas maksimal sebagai guru
kelas.
jam
Pada pihak lain guru sulit mendapatkan
jumlah
sesuai dengan beban tugas maksimal tersebut
rena
ada sekolah-sekolah yang jumlah gurunya
bih,
sehingga mereka tidak dapat memenuhi beban
gas maksimal yang dipersyaratkan.
ka
berletu
'
Kondisi aktual yang terjadi di lapangan
memper-
lihatkan gejala-gejala, seperti guru-guru saling berlomba
mencari dan mengumpulkan angka
kredit
seolah
pelaksanaan tugasnya adalah untuk mencari dan mengum
pulkan
angka kredit, adanya kecenderugan
dari
para
guru
untuk lebih mementingkan penyiapan
tugas-tugas
yang
bersifat
pelaksanaan
tugas
administratif dari
pada
mendidik/mengajar, adanya anggapan
dari
para
guru bahwa pelaksanaan tugas mengajar merupakan tugas
rutin
yang tidak memerlukan
keterampiian
dinamika
padahal
tugas
berbagai kemampuan
tersebut
kemanusiaan. Gejala-gejala
penuh
dan
dengan
tersebut
dapat
diasumsikan bahwa ada kaitannya dengan upaya kepemim
pinan
kepala sekolah. terutama yang berhubungan
de
ngan
upaya untuk memperingatkan kembali tentang
tu
juan
yang
guru,
pemantauan terhadap pelaksanaan tugas.
ingin dicapai melalui
pelaksanaan
tugas
pemera-
taan kesempatan untuk berkembang, mengarahkan
pelak
sanaan tugas mereka, memberikan motivasi dan inspirasi untuk mendorong mereka bekerja sesuai dengan
arah
yang telah ditentukan. Untuk itulah kepemimpinan yang
efektif
dari kepala sekolah sangat
diperlukan
agar
tercipta dan terpelihara kekompakan dan kepuasan guru
dalam
melaksanakan
tugasnya
sehari-hari
mengingat
21
kondisi guru yang cukup heterogen. Kondisi guru
yang
heterogen itu memerlukan perlakuan yang berbeda
dari
kepala
sekolah. Di sinilah
situasional
pentingnya
kepemimpinan
itu.
Penerapan
kepemimpinan situasional oleh
sekolah dilihat melalui indikator-indikator
kepala
berikut,
yaitu kecenderungan perilaku kepemimpinannya, penggu
naan
gaya
tingkat
kepemimpinan yang sesuai dengan
berbagai
kematangan guru serta penggunaan kuasa
(po
wer) sebagai potensi bagi kepala sekolah untuk memim
pin
sebagai indikator utama. Selain indikator
itu,
juga dilihat melalui indikator-indikator
kut, yaitu kesediaan guru bekerjasama dan guru
hormati kepala sekolah serta adanya rasa
antara
guru
terakhir
dan
sekolah.
secara
beri
meng-
senang/puas
Kedua
indikator
merupakan akibat dari adanya upaya
taan/pemeliharaan
kondusif
kepala
utama
pencip-
suasana atau kondisi sekolah
keseluruhan.
Aspek
ini
yang
diteliti
dengan maksud agar kepemimpinan yang dihasilkan
kepala sekolah dari penerapan kepemimpinan
oleh
situasio
nal tidak terlepas dari konteksnya (kontekstual).
2.
Perumusan Masalah
Oleh
karena
pendekatan
yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah kualitatif yang akan menghasil
kan
data
yang bersifat deskriptif,
maka
perumusan
masalahnya
juga
bersifat
deskriptif.
Permasalahan
deskriptif adalah "suatu permasalahan yang
dengan
berkenaan
variabel mandiri ..." (Sugiyono, 1992 :
Variabel
yang akan diteliti adalah kemampuan
sekolah menerapkan kepemimpinan situasional
35).
kepala
terhadap
guru-guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Sebagaimana telah diuraikan pada latar
bahwa
kepemimpinan adalah bagian
Pendidikan
dari
belakang
Administrasi
dan merupakan komponen vital dalam
orga
nisasi pendidikan untuk mempengaruhi perilaku
orang
yang
ke arah pencapaian tujuan pendidikan.
diteliti
berada
dalam
konteks
orangMasalah
sistem
budaya organisasi sekolah yang merupakan
nilai
pencerminan
dari sistem nilai budaya masyarakatnya. Sistem
budaya
organisasi menurut Charles Handy ( Andy
Undap, 1988) adalah setiap nilai, sikap dan
yang
nilai
ada dalam suatu organisasi dan yang
bagaimana
perilaku
menentukan
nilai,
sikap
dalam
proses
interaksi antara pemimpin dan pengikut, yaitu
antara
dan
organisasi dikelola. Setiap
P.P.
perilaku
kepala
tersebut akan
terlihat
sekolah dengan guru-guru. Aspek
permasalahan
difokuskan kepada kemampuan kepala sekolah menerapkan
kepemimpinan
mengarahkan
situasional dalam
upaya
mempengaruhi,
dan mengendalikan perilaku guru ke
arah
pencapaian tujuan sekolah.
Berdasarkan
uraian
pada
latar
belakang
dan
gejala-gejala yang dikemukakan dalam analisis masalah
dan uraian di atas, maka dapat dirumuskan masalah po
kok dalam penelitian ini, yaitu :
Sejauhmanakah
kepala
sekolah
mampu
menerapkan
kepemimpinan situasional terhadap guru-guru
dalam
pelaksanaan tugas-tugasnya di Sekolah Dasar Negeri
Kotamadya Pekanbaru?"
Dari rumusan masalah tersebut dapat dirinci
berapa
pertanyaan penelitian yang akan dicari
be
jawa-
bannya melalui studi ini, yaitu :
1) Apakah kepala sekolah
tuasiosional
pelatihan
memahami kepemimpinan
yang diperolehnya setelah
jabatan
calon
pendapat mereka tentang
si-
mengikuti
kepala sekolah
?
Apa
materi tersebut ?
2) Apakah kepala sekolah mampu menerapkan kepemimpi
nan
situasional terhadap
tugasnya
sehari-hari?
guru dalam
Pertanyaan ini
pelaksanaan
meliputi .-
- kecenderungan perilaku kepemimpinannya.
- kemampuan menggunakan gaya kepemimpinan.
- kemampuan menggunakan kuasa (power)
sebagai po
tensi untuk memimpin.
3) Faktor-faktor apakah yang
kepemimpinan
situasional
mempengaruhi
oleh
penerapan
kepala sekolah di
dalam
hubungannya dengan
ini meliputi
guru-guru ?
Pertanyaan
:
- faktor-faktor yang menghambat.
- faktor-faktor yang menunjang.
4) Apa hasil yang dicapai oleh kepala sekolah setelah
menerapkan kepemimpinan situasional ?
C. Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Penelitian ini merupakan kelanjutan dari peneli
tian
sebelumnya
yang dilakukan oleh
Yuzamri
(1992). Penelitian sebelumnya itu mengkaji
tas
Yakub
efektivi
pengelolaan pendidikan oleh kepala sekolah
telah mengikuti pelatihan jabatan calon kepala SD
propinsi Riau.
Aspek yang ditelitinya adalah
yang
di
seluruh
substansi administrasi sekolah. meliputi administrasi
program pengajaran,
trasi
administrasi kemuridan,
personal, administrasi keuangan.
perlengkapan,
syarakat,
adminis
administrasi
administrasi hubungan sekolah dan
ketatausahaan serta pengelolaan
ma
supervisi
pengajaran oleh kepala sekolah.
Adapun
penelitian
ini
lebih
khusus
kemampuan kepala sekolah dalam menerapkan
mengkaji
kepemimpi
nan situasional yang diperolehnya dari pelatihan
batan
itu di Kotamadya Pekanbaru.
Tujuannya
ja
adalah
untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai kemam
puan kepala sekolah di
dalam menerapkan kepemimpinan
situasional yang akan melahirkan kepemimpinan yang
efektif melalui identifikasi, deskripsi dan
pola
analisis
perilaku yang ditampilkan oleh kepala
sekolah
serta faktor-faktor apa yang mempengaruhi kepala
kolah
di dalam menerapkan
kepemimpinan
se
situasional
itu di beberapa SD dalam Kotamadya Pekanbaru.
2.
Tujuan Khusus
Didasarkan
atas
tujuan khusus yang
adalah untuk
tujuan
umum
ingin dicapai
tersebut,
maka
melalui studi
ini
.-
1. Mendeskripsikan pemahaman/pendapat
kepala sekolah
terhadap kepemimpinan situasional.
2. Mendeskripsikan dan menganalisis kemampuan
sekolah dalam menerapkan kepemimpinan
yang meliputi
kepala
situasional
.-
- kecenderungan perilaku kepemimpinan.
- kemampuan menggunakan gaya kepemimpinan yang se
suai dengan tingkat kematangan guru.
- kemampuan menggunakan kuasa (power) yang
sesuai
dengan tingkat kematangan guru.
3. Mendeskripsikan
dan
menganalisis
faktor-faktor
yang mempengaruhi kepala sekolah dalam menerapkan
kepemimpinan situasional yang meliputi :
- faktor-faktor yang menghambat.
- faktor-faktor yang menunjang.
4. Mendeskripsikan
kan
hasil kepemimpinan yang
dilahir-
oleh kepala sekolah setelah menerapkan
kepe
mimpinan situasional.
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan dari segi teori
Penelitian ini mengkaji kemampuan kepala sekolah
dalam menerapkan
sesuaikan
kepemimpinan situasional
dengan
konteks budaya
daerah
yang
di-
setempat.
Seperti diketahui bahwa kepemimpinan situasional
rupakan suatu pendekatan yang
me
re1atif baru, akan te-
tapi penerapannya telah diuji coba dan telah berhasil
melalui berbagai studi sehingga pendekatan ini menja
di sangat populer di kalangan organisasi. Untuk
lah
melalui
studi ini diharapkan
dapat
itu
mengetahui
feasibility keberhasilan kepemimpinan situasional
sekolah-sekolah
sesuai
dengan konteks
budaya
di
yang
ada. Hal ini diakui sendiri oleh Dr. Paul Hersey bah
wa kendala utama yang dihadapi seorang pemimpin
ada
lah "tingkat kematangan budaya masyarakat dimana
ke
pemimpinan situasional itu ditumbuhkan" (Harian
Kom-
pas, 14 Desember 1992). Di samping itu juga
kan
dapat mengembangkan konsep
kepemimpinan
diharap
situa-
27
sional sebagai suatu upaya pengembangan ilmu dan
harapkan memberikan kontribusi terhadap
di
Administrasi
Pendidikan yang dapat diterapkan dalam subsistem pen
didikan
serta dikaitkan pula dengan upaya untuk me
nunjang
tugas keprofesian penulis sendiri di
bidang
pendidikan dasar (Dinas P dan K).
2. Kegunaan dari segi praktek
Peneliti
berusaha menampilkan dua
aspek
penelitian ini, yaitu aspek teoritis atau
dan
konseptual
aspek praktek atau aplikasi. Pada aspek
atau
berbagai kontribusi atau
memperbaiki
sesuai
praktek
aplikasi, penelitian ini diharapkan dapat
berikan
dan mengembangkan
manfaat.
praktek
dalam
mem
Pertama.
kepemimpinan
dengan berbagai situasi, seperti tingkat
matangan guru, tingkat kematangan budaya dan
heterogenitas guru di sekolah. Kedua, untuk
ke
tingkat
memberi
kan masukan kepada Dinas P dan K Propinsi Dati I Riau
tentang kemampuan kepemimpinan kepala sekolah setelah
mengikuti
pelatihan
jabatan calon
kepala
sekolah.
Ketiga, untuk memberikan masukan bagi peningkatan dan
pengembangan
materi kepemimpinan pada Pelatihan
batan Bagi Calon Kepala SD di Propinsi Riau yang
laksanakan
oleh
Dinas P dan K
Propinsi
Ja
di-
Dati
Riau
(Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Riau No. Kpts
296/
XI/ 1982 tanggal 9 Nopember 1982), sebagai prasyarat
utama pengangkatan kepala SD Negeri.
E. Paradigma Penelitian
Administrasi
Pendidikan
apabila ditinjau
dari
segi proses atau fungsi secara umum terdiri atas perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan. Di dalam pe
laksanaan proses atau fungsi ini
tercakup kegiatan
kepemimpinan dari administrator. Tapi, seorang pemim
pin hanya memerlukan kemampuan untuk mempengaruhi
perilaku orang lain. Ia tidak harus menjalankan semua
fungsi
seorang administrator (Oteng Sutisna,
1985:
253). Proses administrasi tersebut tidak secara
plisit
menampilkan kegiatan kepemimpinan. Untuk
penulis mengikuti Sergiovanni dan kawan-kawan
16)
eksitu
(1987:
yang secara eksplisit mengemukakan kepemimpinan
dalam proses administratif. dimana dikemukakan empat
proses
kritikal
administratif,
yaitu
perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan.
Berdasarkan
uraian
di atas
dapat
dikemukakan
suatu paradigma penelitian sebagai suatu dasar
pemi-
kiran yang melandasi cara pandang peneliti dalam
me
nyelesaikan masalah penelitian ini dalam bentuk
pola
atau kerangka berpikir konseptual (conceptual
frame
work) sesuai dengan maksud penelitian ini, yaitu .-
29
Proses Administrasi
Kepemimpinan Situasional
Kepala Sekolah
Pendidikan
Sasaran
Hasil
Perencanaan
Pengorganisasian
Perilaku
Kepemimp.
Kepemimpinan
Kepemim
pinan
Guru
Upaya
Penggunaan
Kepemimpinan
gaya Kep.
(dalam
pelak.tu
gasnya)
yang
efektif
Penggunaan
Kuasa
Pengawasan
I—I
Faktor-faktor yang mempe
ngaruhi penerapan kepemimsituasional
:
- faktor penghambat
- faktor pendukung
Gambar 1.1
KERANGKA BERPIKIR KONSEPTUAL PENELITIAN
Secara umum paradigma penelitian difokuskan pada
kepemimpinan
situasional
oleh kepala
sekolah
telah
mengikuti
pelatihan jabatan calon
dalam
mempengaruhi perilaku guru ke arah
kepala
yang
SD
pencapaian
tujuan pendidikan di sekolah.
Kepemimpinan
yang efektif yang dihasilkan
dari
3
penerapan kepemimpinan situasional ini dapat
dilihat
dari indikator-indikator berikut .-
a. kecenderungan perilaku kepemimpinan
(perilaku tu
gas dan perilaku hubungan).
b. penggunaan
gaya kepemimpinan yang
tepat, sesuai
dengan tingkat kematangan guru.
c. penggunaan sumber kuasa yang sesuai dengan tingkat
kematangan guru.
d. guru mau bekerja sama dan menghormati kepala
seko
lah.
e. adanya rasa senang/puas antara guru dan kepala se
kolah.
BAB III
PROSES PENELITIAN
A. Metode dan Teknik Penelitian
1.
Metode Penelitian
Penelitian ini berusaha menampilkan gambaran ke
hidupan
sosial kepala sekolah yang sukbyektif
dalam
interaksinya dengan guru-guru di sekolah serta menge
nai pandangannya dan dunianya. Fokusnya adalah
upaya
kepemimpinan situasional kepala sekolah terhadap
ru-guru
dalam penyelenggaraan
kecenderungan
gaya
perilaku
pendidikan,
kepemimpinannya,
meliputi
penggunaan
kepemimpinan, penggunaan kuasa (power)
sebagai
potensi untuk memimpin serta faktor-faktor yang
pengaruhi kepala sekolah dalam menerapkan
nan
sosialnya itu dilakukan
melalui
mem
kepemimpi
situasional. Pengungkapan terhadap gambaran
hidupan
gu
ke
deskripsi,
pemaparan dan analisis untuk memperoleh pemahaman dan
pengertian.
Untuk maksud penelitian seperti itu,
suatu
metode deskriptif dan holistik,
penelitian
kualitatif
(Taylor
dan
diperlukan
yaitu
metode
Bogdan,1984:V).
Menurut mereka metode kualitatif tidak sekedar teknik
pengumpulan
terhadap
menurut
data,
tetapi merupakan
dunia empiris. Ungkapan
cara
pendekatan
metode
kualitatif
mereka merujuk kepada pengertian
yang
luas
terhadap
penelitian yang menghasilkan data
tif, yaitu berupa kata-kata dan perilaku
deskrip
orang-orang
yang dapat diobservasi baik lisan maupun tulisan.
samping
itu
Nasution (1988:5)
menggambarkan
"penelitian kualitatif pada hakekatnya adalah
mati
orang dalam lingkungan
dengan mereka,
mereka
yang
hidupnya,
Di
bahwa
menga-
berinteraksi
berusaha memahami bahasa dan
tentang dunia sekitarnya". Memang
tafsiran
penelitian
berusaha mengamati perilaku orang (seperti
pe
rilaku kepemimpinan) dan memahami kehidupannya
serta
penafsirannya
terhadap kehidupannya itu lebih
tepat
menggunakan metode kualitatif, dimana peneliti
dapat
berinterkasi dengan mereka.
Penelitian
naturalistik seperti dimaksud
hanya
cocok dilakukan dengan menggunakan instrumen peneliti
sendiri
sebagai "human
Moleong,1988).
bagai
instrument"
Alasannya adalah karena
instrumen mempunyai ciri-ciri
kelebihan
darj
(Nasution,1988;
instrumen lain,
manusia
tersendiri
serta
se
dan
dimungkinkan
terjadinya penyesuaian terhadap perubahan dan perkem
bangan yang terjadi selama proses penelitian berlangsung. Selain itu data yang dikumpulkan dapat menggam
barkan realitas yang diinginkan secara relatif tepat.
2.
Teknik dan Alat Pengumpul Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini
dilakukan
dengan menggunakan berbagai teknik, yaitu
observasi dan studi dokumentasi.
but
digunakan
yang
wawancara,
Ketiga teknik terse
untuk memperoleh data
saling menunjang dan melengkapi
dan
informasi
tentang
upaya
kepemimpinan kepala sekolah terhadap guru-guru
dalam
penyelenggaraan pendidikan di
Penelitian
MENERAPKAN KEPEMIMPINAN SITUASIONAL TERHADAP
GURU-GURU Dl SEKOLAH DASAR NEGERI
KOTAMADYA PEKANBARU
TESIS
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari
syarat memperoleh Qelar Magister Pendidikan
Bidang Studi Administrasf Pendidikan
Oleh
AMRI SALAM
9132324
PROGRAM STUDI ADMINISTRASl PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN BANDUNG
1994
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING
PROF. DR. ACHMAD SANUSI, SH. MPA.
PembJmbing I
PROF. DR. ENGKOSWARA, M. Ed.
Pembimbing II
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1994
ABSTRAKS
Penelitian ini diberi judul : "Studi Tentang Ke
mampuan Kepala Sekolah Dalam Menerapkan
Situasional
geri
Kepemimpinan
Terhadap Guru-Guru di Sekolah Dasar
Kotamadya Pekanbaru". Obyeknya adalah
Ne-
beberapa
kepala Sekolah Dasar Negeri yang telah mengikuti pen
didikan/pelatihan jabatan calon kepala SD yang dilaksanakan
oleh Dinas P dan K Propinsi Dati I Riau.
Di
antara materi yang disajikan dalam pendidikan/pelati
han itu, sal ah satu materi pokoknya adalah kepemimpi
nan
situasional (situational leadership).
kepemimpinan
Penerapan
situasional inilah yang menjadi
fokus-
nya.
Permasalahan yang ingin dicari jawabnya
melalui
studi
ini adalah sejauhmana para kepala sekolah
mampu
menerapkan kepemimpinan
guru-guru
raikan
situasional
terhadap
di sekolah. Rumusan permasalahan itu
atas
beberapa pertanyaan
itu
penelitianv
diuyaitu
mengenai pemahaman kepala sekolah terhadap kepemimpi
nan situasional, kecenderungan perilaku kepemimpinan,
kemampuannya
menggunakan
gaya
kepemimpinan
dengan tingkat kematangan guru, kemampuannya
sesuai
menggu
nakan kuasa atau kekuatan (power) sebagai potensi univ
tuk memimpin,
faktor-faktor yang mempengaruhinya
lam menerapkan kepemimpinan situasional
itu di
da
seko
lah serta kepemimpinan yang dilahirkannya dari
pene-
rapan kepemimpinan situasional.
Studi
(natural
Data yang dikumpulkan
berupa kata-kata.
dokumen.
dari
dilakukan dalam situasi
yang
setting) dengan menggunakan metode
listik.
yaitu
ini
bersifat
tindakan atau
natura-
kualitatif,
perilaku
Pengumpulan data dilakukan secara
para responden atau informan
wajar
tanpa
dan
langsung
memberikan
perlakuan (treatment). Sumber data utama (primer) di-
peroleh melalui sumber pertama, yaitu kepala sekolah.
Selain
itu data juga dikumpulkan dari sumber
yaitu para guru,
kedua,
pengajar materi kepemimpinan
situa
sional pada pelatihan jabatan dan penilik sekolah un-
tuk
menunjang data dari sumber pertama. Teknik
digunakan
observasi
dalam pengumpulan data
dan studi
Temuan
adalah
terhadap
yang
adalah
yang
wawancara,
dokumentasi.
diperoleh melalui
penelitian
: (1) sebagian kepala sekolah sangat
perilaku kepemimpinannya,
(2)
ini
concern
para
kepala
sekolah itu nampaknya belum mampu menempatkan masingmasing guru sesuai dengan tingkat kematangannya
M2,
M3, dan M4),
nannya
sehingga penggunaan gaya
(Ml,
kepemimpi
tidak sesuai dengan tingkat kematangan
guru.
(3)
penggunaan kuasa atau kekuatan
(power)
sebagai
potensi untuk memimpin juga tidak sesuai dengan ting
kat kematangan guru. Gaya kepemimpinan kepala sekolah
yang lebih dominan adalah
(telling-Gl)
sebagai
memberitahukan/mengarahkan
gaya
memasarkan/mengkonsultasikan
favorit.
kemudian
(selling-G2),
gaya
setelah
itu gaya mengikutsertakan (participating-G3). Sedang-
kan gaya mendelegasikan (delegating-G4) paling jarang
digunakan.
bahkan di sekolah tertentu
tidak
digunakan. Ada beberapa faktor yang sangat
ruhi
kepala
sekolah dalam
menerapkan
pernah
mempenga-
kepemimpinan
situasional, yaitu kemauan (komitmen terhadap tugas),
tingkat pendidikan, stabilitas emosi dan keluarga.
Selain itu, dalam penelitian ini juga
bahwa
pola perilaku kepemimpinan kepala
ditemukan
sekolah
di
daerah ini akan masih dominan pada tingkat ing ngarso
suns tulodo (karena keteladanan masih memegang
nan
pera-
penting dalam kepemimpinan untuk memperoleh
ngakuan
atau kepatuhan para guru), dan pada
tingkat
ing madyo mangun karso (karena pemimpin masih
perlu
sangat
berperan sebagai motivator bagi pemenuhan
butuhan
guru) yang merupakan faktor yang sangat
nunjang
upaya kepemimpinan. Dalam hal
power
dan
reward power merupakan jenis
ini
ke-
me
referent
kuasa
paling disukai oleh guru. Keadaan seperti itu
pe-
yang
diduga
V 1 1
kuat
ada
kaitannya dengan
budaya
yang
berkembang
dalam masyarakat melayu yang lebih suka menerima (perintah, ide, gagasan atau pendapat) dari pada memberi
atau mengeluarkan ide, gagasan atau pendapat.
Hasil
mendasi
atau
penelitian ini melahirkan beberapa
terhadap berbagai pihak, baik
berkepentingan
langsung dengan
yang
reko
terkait
Sekolah
Dasar
maupun yang tidak langsung. Rekomendasi itu adalah
:
Bagi Dinas P dan K Propinsi dati I Riau/pelaksana pelatihan jabatan calon kepala SD, yaitu .- a) perlu me-
lakukan pembenahan terhadap materi terutama
aian
terhadap
konteks dan relevansi
penyesu-
materi
dengan
kondisi di SD. peningkatan penyajian materi (jam
pe-
nyajian
ke
dan fokusnya) agar lebih tertuju kepada
pemimpinan situasional, peningkatan kualifikasi tena
ga pengajar/fasilitator lainnya, b) pelaksariaan
didikan/pelatihan bagi calon kepala SD dimasa
pen
menda-
tang sebaiknya dilaksanakan dengan bekerjasama dengan
LPTK
perlu
(FKIP Universitas) yang ada di daerah
disusun
kriteria seleksi bagi
ini,
c)
perserta
yang
akan diikutsertakan dalam pendidikan/pelatihan.
Se-
dangkan bagi kepala sekolah, secara
perlu
berangsur-angsur
mengurangi dominasi perilaku yang terlalu
di-
rektif terhadap guru-guru agar mereka bisa lebih man-
diri dan kreatif dalam melaksanakan tugasnya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
i
ABSTRAKS
iv
UCAPAN TERIMA KASIH DAN APRESIASI
viii
DAFTAR ISI
xv
DAFTAR TABEL
xvi ii
DAFTAR GAMBAR
xix
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
xx
: PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Masalah
16
1. Ana 1is is Masa1ah
16
2. Perumusan Masalah
21
C. Tujuan Penelitian
24
1. Tujuan Umum
24
2. Tujuan Khusus
25
D. Kegunaan Penelitian
26
1. Kegunaan Dari Segi Teori
26
2. Kegunaan Dari Segi Praktek
27
E. Paradigma Penelitian
BAB
II : KEPEMIMPINAN SITUASIONAL
LAH TERHADAP GURU-GURU
LENGGARAAN PENDIDIKAN
28
KEPALA SEKO
DALAM PENYE-
31
A. Kepemimpinan Dalam Konteks Adminis
trasi Pendidikan
dan Fungsinya Da-
Penyelenggaraan Pendidikan
xv
31
V 1
B. Kepala
Sekolah
Sebagai
Pemimpin
Pendidikan
38
1. Tugas dan Tanggung
Jawab Kepala
Sekolah
38
2. Profil Kemampuan Kepala Sekolah
Sebagai Pemimpin Pendidikan ....
C. Pemahanan
Kepala Sekolah
39
Terhadap
kepemimpinan Situasional
46
D. Kemampuan Kepala Sekolah Dalam Me
nerapkan Kepemimpinan Situasional ..
47
1. Kecenderungan Perilaku Kepemimpi
nan
...
49
2. Penggunaan Gaya Kepemimpinan dan
Identifikasi Tingkat Kematangan
Guru
51
3. Penggunaan Kuasa (Power) Sebagai
Potensi Untuk Memimpin
67
E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerapan Kepemimpinan
Oleh Kepala Sekolah
Situasional
75
1. Faktor Yang Menghambat
75
2. Faktor Yang Menunjang
77
F. Kesimpulan Hasil Studi Kepustakaan
dan Studi Terdahulu Yang Relevan
Dengan Masalah Penelitian
BAB III
: PROSES PENELITIAN
85
A. Metode dan Teknik Penelitian
1.
Metode Penelitian
2. Teknik
3.
dan
77
Alat Pengumpul Data
Sumber Data
4. Sampel Penelitian
85
85
86
92
94
XVI 1
B. Tahap-Tahap Penelitian
D.
96
1. Tahap Orientasi
96
2. Tahap Eksplorasi
97
3. Tahap Member Check
98
Prosedur Analisis Data
99
E. Pencapaian Tingkat Signifikansi Ha
sil Penelitian
100
1.
101
Kredibilitas
2. Transferabilitas
103
3. Dependabilitas dan Konfirmabi1itas
BAB IV
103
: PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi dan
106
Analisis Data
Studi Telusuran
Tentang
Hasil
Penyajian
Materi Kepemimpinan Situasional Pa
da Pelatihan
Jabatan Calon
Kepala
SD
107
B. Deskripsi dan
Analisis
Penelitian
Data Hasil
:. .. .
113
1. Pemahaman Kepala Sekolah Terha
dap Kepemimpinan Situasional ...
113
2. Kemampuan Kepala Sekolah
Dalam
Menerapkan
Kepemimpinan
Situa
sional
118
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Penerapan Kepemimpinan Situasio
nal
137
4. Penilaian Terhadap
Kepemimpinan
Kepala Sekolah Secara Keseluruhan
BAB
V
: KESIMPULAN,
152
IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
161
161
X V
1 1 1
B. Implikasi
170
C.Rekomendasi
176
DAFTAR PUSTAKA
182
LAMPIRAN-LAMP IRAN
186
RIWAYAT HIDUP
231
DAFTAR TABEL
Tabel
1.2.
2.2.
3.2.
Ha laman
Dimensi Perilaku Tugas dan Perilaku
Hubungan dan Indikatornya
50
Gaya Kepemimpinan Yang Sesuai Dengan
Berbagai Tingkat Kematangan Pengikut
57
Hubungan Tingkat
Kematangan
Dengan
Gaya Kepemimpinan Yang Paling Sesuai
4.3.
Kisi-Kisi
Bantu
men)
5.3.
Keadaan
Instrumen
Bagi
Peneliti
Sebagai
66
Alat
(Human Instru
88
Personil Yang
ponden Penelitian
Menjadi Res
95
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1.1.
Kerangka Berpikir Konseptual Penelitian
29
2.2.
Wilayah Kerja Administrasi Pendidikan
32
3.2.
4.2.
5.2.
6.2.
Jural ah
dan Campuran
Keterampilan Yang
Dibutuhkan Oleh Pemimpin Pada
Level
Berbagai
"
Kepemimpinan Situasional
53
Dampak Sumber Kuasa Pada Berbagai Level
Kematangan
Hubungan
Antara
Basis
Kuasa, Tingkat
Kematangan dan Gaya Kepemimpinan
xx
45
71
73
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1.3.
Haiaman
Pedoman Wawancara Dengan
:
1.3.1. Kepaia SD
186
1.3.2.
189
1.3.3.
Guru
SD
Pengajar Materi Kepemimpinan Situa
sional
191
2.3.
Pedoman
Observasi
192
3.4.
Kuisioner Yang Digunakan
Jabatan Calon Kepala SD
Pada
Pelatihan
193
4.4. Modifikasi dan Adaptasi Terhadap Kuisioner
Yang Digunakan Pada
Pelatihan Jabatan Ca
lon Kepaia SD (Deskripsi Adaptabi1itas dan
Efektivitas Pemimpin)
215
5.4.
224
Keterangan Izin Penelitian
6. Riwayat Hidup
231
xx i
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah
Dasar sebagai suatu bentuk satuan
pen
didikan dasar yang menyelenggarakan kegiatan pendidi
kan pada tingkat paling bawah dalam struktur
jenjang
pendidikan formal, merupakan suatu sektor fundamental
dalam pembangunan bidang pendidikan. Dikatakan funda
mental
karena apabila Sekolah Dasar
kualitas yang baik dalam
telah
memiliki
segala aspeknya, maka
akan
dapat melandasi kualitas satuan pendidikan pada ting
kat di atasnya. Di samping itu Sekolah Dasar merupa
kan pendidikan esensial yang harus ditempuh oleh seorang anak dengan memberikan bekal kemampuan dasar un
tuk
dapat hidup bermasyarakat atau melanjutkan
pen
didikan formalnya ke jenjang yang lebih tinggi.
Penyelenggaraan pendidikan dasar di negara
mempunyai misi
dupan bangsa
kita
luhur, yaitu upaya mencerdaskan
melalui pemberian
kehi
dasar-dasar pengeta
huan, keterampiIan, sikap dan nilai-nilai untuk menghadapi kehidupannya di masa mendatang. Oleh sebab itu
penyelenggaraan
berperan
sebagai
pendidikan di sekolah
sosialisasi ilmu
bukan
hanya
pengetahuan
teknologi seperti yang berlangsung selama ini,
dan
yaitu
proses belajar mengajar di sekolah lebih banyak
fokus
ter-
kepada upaya mentransfer ilmu pengetahuan
teknologi
punyai
mem
kepada peserta didik, melainkan juga
peran pewarisan nilai-nilai luhur bangsa
pada peserta didik dan masyarakat. Hal
ini
dan
ke
dimaksud-
kan sebagai upaya menangkal (counter) terhadap nilainilai dari luar yang tidak sesuai dengan
nilai-nilai
yang dianut oleh masyarakat dan bangsa Indonesia
bagai dampak globalisasi yang tidak mengenal
ruang
dan waktu.
Dengan demikian,
se
batasan
diharapkan
dapat menghindari setidak-tidaknya mengurangi
akan
dampak
"ledakan budaya" yang kurang menguntungkan dari manca
negara kepada peserta didik sejak dini dan
tumbuhnya
kepatuhan terhadap nilai-nilai dan norma-norma
serta
moralitas yang tinggi.
Eksistensi dan hakekat pendidikan dasar
dengan
itu
tuntutan dan kebutuhan dasar
relevan
manusia.
diharapkan pendidikan dasar dapat
Untuk
merefleksikan
kebutuhan dasar manusia itu agar dapat hidup layak di
1ingkungannya. Justru itu sudah selayaknya
pembangunan
pendidikan
dasar.
ini nampaknya telah
Hal
diletakkan
pada
prioritas
pendidikan
mendapat
tanggapan
yang serius dari pemerintah, karena sejak tahun-tahun
terakhir
Pelita V yang lalu pemerintah telah
patkan pendidikan dasar (Sekolah Dasar)
menem-
sebagai pri-
oritas
pertama dalam pembangunan bidang
pendidikan,
bahkan pada Pelita VI ini masih merupakan
mengingat
akan
komitmen pemerintah dan
prioritas.
bangsa
Indonesia
menyukseskan penyelenggaraan program wajib
lajar pendidikan dasar sembilan
meningkatkan
mutu pendidikan
tahun. Memang
be
upaya
dasar merupakan
kebu
tuhan yang mendesak dan tak dapat ditunda-tunda.
Hal
ini diungkapkan oleh Imat R. Amidjaja (1991:19)
bah-
wa
:
Meningkatkan mutu pendidikan dasar adalah kebu
tuhan nasional yang urgen dan vital. Vital dalam
arti pendidikan dasar yang bermutu adalah syarat
mutlak untuk pendidikan selanjutnya dan untuk
Peningkatan mutu
tenaga kerja yang produktif.
pendidikan dasar ini juga vital dalam arti
jumlah anak sekolah yang paling besar di seluruh
negara ini adalah murid SD dan SMTP.
Berkenaan dengan hal tersebut, Tilaar (1992:174-
175) menggambarkan pula sebagai berikut :
Sebagai
jenjang pendidikan yang minimal wajib
dipunyai oleh setiap warga negara, misi, isi dan
harkat pendidikan dasar harus menempati
priori
tas tinggi dalam SISDIKNAS. Dalam masyarakat in
dustri modern pendidikan dasar adalah suatu
in-
dustri-strategis dasar yang mengembangkan sumber
daya manusia yang diperlukan dalam pembangunan
masyarakat
industri
itu sendiri.
Lebih lanjut dikemukakan bahwa kualitas pendidi
kan dasar akan meletakkan dasar bagi kualitas
rakat
industri
dasar
adalah
modern. Oleh
fungsi dari
sebab
itu
pembangunan
masya
pendidikan
dan
menjadi
dasar dari masyarakat teknologi itu sendiri.
Beberapa
menghadapi
tahun
belakangan
ini
sekolah
dasar
berbagai permasalahan pada kedua
bidang
tugas, baik edukatif maupun administratif, di antara-
nya yang paling banyak disoroti oleh para pakar,
merhati
dan
masyarakat pada berbagai
media
pe-
massa,
seminar-seminar dan pertemuan-pertemuan ilmiah
lain-
nya adalah mengenai pengelolaan pendidikan, mutu pen
didikan, mutu guru dan mutu kepala sekolah. Hal
ini
akhir
serius
nampaknya perlu mendapat
perhatian
yang
dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan
cara
keseluruhan dalam konteks pembangunan
kan,
karena peningkatan pengelolaan
peningkatan
kepala
ter-
pendidi
pendidikan
mutu guru banyak bergantung kepada
dan
mutu
semua
itu.
Ini perlu ditekankan karena upaya peningkatakan
mutu
guru
sekolah sebagai penanggung jawab
se-
telah banyak dilakukan, baik
penataran
melalui
yang dilaksanakan oleh P2SD.
berbagai
diskusi-dis-
kusi, seminar-seminar maupun program penyetaraan DII,
sedangkan upaya peningkatan mutu kepala sekolah belum
banyak diperhatikan. Untuk itu perlu dilakukan
suatu
upaya yang sungguh-sungguh untuk meningkatkan
kemam
puan
tugas-
tugas
kepala sekolah agar dapat
yang
administratif
berkenaan
dengan
melaksanakan
teknis
ke arah pencapaian tujuan
edukatif
dan
pendidikan.
Tujuan
yang
ingin dicapai
melalui
penyelenggaraan
pendidikan dasar, khususnya sekolah dasar adalah :
1. Mendidik murid agar menjadi manusia Indonesia
seutuhnya berdasarkan Pancasila yang mampu mem-
bangun dirinya sendiri dan
ikut bertanggung
jawab terhadap pembangunan bangsa.
2. Memberikan bekal kemampuan yang diperlukan bagi
murid untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat
yang
lebih tinggi.
3. Memberikan bekal kemampuan dasar untuk hidup di
masyarakat dan mengembangkan diri sesuai dengan
bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya (Depdikbud.1991:1) .
Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan
alat
atau media yang memungkinkan
dapat dicapai
media
secara efektif dan efisien.
Alat
atau
pendidikan
produktif yaitu efektif dan efisien.
wara.1987:42).
ditinjau
nyertakan
Dalam hal
ini
Administrasi
terjadinya
(Engkos-
Pendidikan
dari sudut proses sistem perilaku yang
banyak
orang. Keterlibatan
dalam pencapaian tujuan pendidikan itu
banyak
Agar proses kerja sama
efisien dan terarah kepada
meorang
mengakibatkan
proses interaksi manusia yang akan
hirkan proses kerja saraa.
efektif,
Pen
Administrasi Pendidikan pada dasarnya adalah
media belaka untuk mencapai tujuan
secara
juan,
tersebut
yang dimaksudkan itu adalah Administrasi
didikan.
suatu
tujuan
suatu
pencapaian
diperlukan suatu teori tentang bagaimana
melaitu
tu
mem-
pengaruhi perilaku orang-orang baik secara individual
maupun kelompok. Teori tersebut adalah teori kepemim
pinan. Singkatnya, untuk efektif administrasi
rus
memiliki kepemimpinan (Oteng
Kepemimpinan
di
itu ha-
Sutisna,1985:253).
sini merupakan suatu
topik
kajian
yang penting dalam Administrasi Pendidikan.
Penyelenggaraan pendidikan sebagai suatu
kerja
sama
dalam upaya mencapai
tujuan
proses
pendidikan
serta pencapaian kualitas sekolah seperti yang
diha
rapkan, diperlukan sejumlah sumber daya, baik
daya
manusia
maupun non manusia.
Tanpa
sumber
mengurangi
arti dan peranan sumber daya non manusia, sumber daya
manusia mempunyai peranan penting dan menentukan
ka
rena sumber daya non manusia hanya bermanfaat
dengan
baik
jika dikelola oleh sumber daya manusia.
Sumber
daya
manusia atau tenaga kependidikan yang
dalam
terdiri
penyelenggaraan
pendidikan di
terlibat
sekolah
dasar
atas tenaga pendidik, pengelola satuan
didikan (kepala sekolah) dan penilik sekolah (PP
38
tahun 1992). Di antara sumber daya
manusia
pen
No.
itu.
kepala sekolah memegang posisi utama sebagai pemimpin
formal dalam organisasi sekolah yang memiliki
berba
gai peranan, wewenang dan tanggung jawab atas
penye
lenggaraan pendidikan di sekolahnya.
Dalam konteks organisasi sekolah, kepala sekolah
sebagai
pengelola satuan pendidikan
mempunyai
tiga
peranan pokok, yaitu sebagai administrator,
sor dan leader (pemimpin)
supervi
dengan berbagai tugas
dan
tanggung jawab. Sebagai administrator, kepala sekolah
bertugas merencanakan, mengorganisasikan,
melaksana-
kan
pada
dan
mengawasi pelaksanaan
kegiatan
substansi administrasi sekolah untuk mencapai
tiap
tujuan
sekolah. Sebagai supervisor kepala sekolah
mempunyai
tugas melaksanakan salah satu fungsi khusus
adminis
trasi
sekolah, yaitu supervisi
dalam bentuk
pembi-
naan profesional terhadap guru-guru agar dapat melak
sanakan
proses
Sedangkan
belajar
mengajar
sebagai pemimpin kepala
mempengaruhi,
secara
efektif.
sekolah
bertugas
menggerakkan, mengarahkan dan
mengen-
dalikan guru-guru agar tugas-tugas yang dilaksanakannya
terarah
Antara
kepada
ketiga
pencapaian
tujuan
peranan tersebut di
pendidikan.
dalam
penerapan
tugas-tugasnya tidak dapat dipilah-pilah secara tegas
karena
tugas-tugas
kepemimpinan tercakup
ke
kedua peranan tersebut, dimana administrator dan
dalam
su
pervisor adalah juga pemimpin. Dalam hal ini ada yang
menganggap
salah
satu
fungsi administrasi. Sesuai dengan maksud studi
ini,
maka
kepala
bahwa kepemimpinan merupakan
fokusnya
sekolah
tertuju kepada
dengan
tanpa
peranan
kepemimpinan
mengurangi
arti
dan
peranan lainnya.
Fungsi
menangani
kepemimpinan
antar pribadi, segi
(1992:43)
hubungan
antar
manusia di dalam satu ikatan kerja. Selajutnya
dika-
takan
segi
menurut Riberu
bahwa memimpin berarti berhadapan
nusia,
dengan
dengan hasrat dan keinginannya, dengan
ma
sikap
dan tindak-tanduknya, baik sebagai perorangan
maupun
di
dengan
dalam
kelompok. Oleh
karena
menyangkut
manusia,
maka memimpin selalu berkaitan
dengan
tivasi.
penggunaan pendekatan-pendekatan
dan
mo-
gaya-
gaya kepemimpinan.
Studi mengenai kepemimpinan telah dilakukan oleh
para ahli sejak dahulu hingga sekarang ini dan bahkan
akan masih terus berlanjut.
Hal
itu menandakan
bahwa
kepemimpinan merupakan suatu hal yang penting terutama dalam suatu organisasi. Oleh sebab itu
kepemimpi
nan akan tetap hangat untuk diperbincangkan dan masih
tetap menarik untuk dikaji
(apalagi dengan
mengguna-
kan pendekatan kualitatif) karena menyangkut keprilakuan manusia dalam berinteraksi dengan sesamanya.
Apabila dalam dunia bisnis kepemimpinan
kan
dirasa-
semakin penting peranannya setelah dunia
bisnis
itu semakin kompetitif, baik dalam hal produk
maupun
teknologi
yang digunakan, sehingga tidak jarang
nimbulkan gejolak perubahan. Untuk itu
me-
kepemimpinan
diharapkan dapat mengatasi gejolak perubahan tersebut
(Eksekutif. Oktober 1990). sedangkan dalam dunia pen
didikan, kepemimpinan berperan sebagai penentu
penggerak
dan
pengendali
penyelenggaraan
kegiatan
pendidikan
agar efektif. efisien dan terarah
pencapaian
tujuan pendidikan. Kegiatan
itu
tentunya
dilakukan
tanpa
diungkap oleh John P. Kotter (Naisbitt dan
bahwa kepemimpinan adalah proses
orang
ke
satu
arah
yang
sebagian
kepada
menggerakkan
pemaksaan,
1990)
arah,
seperti
Aburdene.
menggerakkan
besar
melalui
"sarana non coersive".
Pentingnya
dalam
pemimpin
dan
suatu organisasi dapat dilihat
pendapat
Thomas
oleh
peranan
yang
dikemukakan oleh para
(1988). Day dan Lord (1988)
kepemimpinan
dari
beberapa
ahli.
Menurut
seperti .dikutip
Hoy dan Miskel (1992:251) melihat
kepemimpinan
sebagai konsep kunci di dalam memahami dan meningkat
kan organisasi seperti sekolah. Robert (1985)
mukakan
ngaruh
gitu
menge-
bahwa kepemimpinan pendidikan mempunyai
substansial terhadap organisasi sekolah.
pula dengan Lipham (1985:2),
kesimpulan
ia
menarik
bahwa "kualitas kepemimpinan
peBe
suatu
kepala
se
kolah secara substansial berpengaruh terhadap
keber
hasilan
tujuan
suatu sekolah". Tanpa
kepemimpinan,
organisasi
buikan
untuk
tidak akan dapat dicapai dan akan
menim-
kekacauan karena masing-masing orang
bekerja
mencapai tujuan pribadinya. Dalam hal ini
ngat menarik disimak apa yang diungkapkan oleh
sa
Keith
Davis (Oteng Sutisna.1985:255) sebagai berikut :
tanpa kepemimpinan, suatu
lah sejumlah orang yang kacau.
lah kemampuan untuk membujuk
supaya mengejar tujuan yang
organisasi hanya
Kepemimpinan iaorang-orang lain
telah ditetapkan
dengan
faktor
bergairah.
Ia adalah
yang mempersatukan kelompok dan
manusiawi
menggerakkannya
ke arah tujuan-tujuan. Kegiatan-kegiatan manage-
men
seperti merencanakan,
mengorganisasi,
dan
membuat putusan ialah kepompong tersembunyi sampai
saat pemimpin meledakkan kekuatan motivasi
dalam orang dan membimbing mereka ke arah tu
mengubah
potensi
juan-tujuan.
Kepemimpinan
menjadi kenyataan. Ia adalah tindakan akhir yang
membawa kepada keberhasilan semua potensi yang
ada pada organisasi dan orang-orangnya.
Kepemimpinan
yang dimaksudkan untuk
dapat
me
ningkatkan keberhasilan sekolah tentunya kepemimpinan
yang efektif. Tinggi rendahnya kualitas suatu sekolah
atau efektif tidaknya suatu proses pendidikan
banyak
ditentukan
dimana
efektivitas
keberhasilan
oleh kepemimpinan kepala sekolah.
kepemimpinan kepala
sekolah
penyelenggaraan pendidikan
yang dipimpinnyanya. Sehubungan dengal hal
menentukan
di
sekolah
tersebut.
Reilly (1980) dengan tegas menggambarkan hubungan an
tara kepemimpinan kepala sekolah yang efektif
sekolah yang dipimpinnya, yaitu :
dengan
Effective
Such
schools
school
have
effective
leaders are usually
leaders....
described
as
people
who have high expectations
for staff
and students, are knowledgeable in their
jobs,
and set the tone for their schools (Lipham. 1985
:1) .
Upaya kepemimpinan kepala sekolah yang efektif diper
lukan untuk mengarahkan. menggerakkan dan mengendalikan pelaksanaan tugas guru agar proses belajar menga
jar yang dilaksanakannya menjadi efektif dan
terarah
kepada pencapaian tujuan sekolah.
Sebenarnya ada berbagai pendekatan teoritis
da
lam studi kepemimpinan yang dikemukakan oleh para pakar.
Hersey dan Blanchard (1977:88-89)
mengemukakan
dua pendekatan pokok studi kepemimpinan, yaitu pende
katan sifat-sifat dan pendekatan situasional.
katan
Pende
sifat-sifat lebih memokuskan perhatiannya
pada sifat-sifat yang dimiliki seseorang
Seseorang
ke
(pemimpin).
dapat menjadi pemimpin atau dipandang
se
bagai pemimpin apabila memiliki karakteristik terten
tu sebagai pemimpin. Karakteristik itu merupakan kua
litas
hir.
pribadi seseorang yang dibawanya semenjak
seperti bakat. kepribadian dan kecerdasan
intelegensi.
berbagai
Pendekatan
kalangan
ini mendapat
karena
mengandung
sorotan
laatau
dari
kelemahan-
kelemahan. Eugene E. Jennings (1961) misalnya menyimpulkan
bahwa,
"Selama 50 tahun
studi
kepemimpinan
12
telah gagal menghasilkan satu sifat kepribadian
seperangkat
kualitas
sifat kepribadian
atau
yang
dapat
digunakan untuk membedakan antara pemimpin dan
bukan
pemimpin". Demikian pula dengan Hemphill (1949)
yang
menegaskan bahwa literatur-literatur dewasa ini
tam-
paknya
atau
lebih mendukung pendekatan
situasional
pendekatan perilaku pemimpin dalam mempelajari
kepe
mimpinan.
Sebaliknya kepemimpinan situasional lebih
memo-
kuskan perhatiannya pada perilaku pemimpin yang dapat
diamati
dalam
situasi kepemimpinan dan
bukan
pada
sifat-sifat pribadi pemimpin. Di samping itu pendeka
tan ini meyakini bahwa peningkatan efektivitas
mimpinan dapat dilakukan melalui pendidikan,
han atau pengembangan. Selanjutnya mereka
kan
kepe
pelati
mengemuka-
beberapa pendekatan kepemimpinan yang
merupakan
pencerminan dua basis pemikiran dalam teori organisa
si, yaitu scientific approach dan human relation
ap
proach. Kedua pendekatan itu mengilhami lahirnya
be
berapa
studi kepemimpinan, seperti studi
Tannembaum
dan Schmidt, studi Universitas Michigan, studi
mika kelompok Cartwright dan Zander, studi
Universi
tas Ohio, Managerial Grid, studi kontingensi
dan efektivitas tiga dimensi Reddin serta
dina-
Fiedler
kepemimpi-
i:
nan
situasional dari Hersey dan
Selanjutnya dari
Blanchard
sendiri.
berbagai studi kepemimpinan yang
diterangkan terakhir. penulis bermaksud untuk melaku-
kan studi mengenai penerapan kepemimpinan situasional
dari Hersey dan Blanchard (1977). Teori ini merupakan
pengembangan
dari
teori kepemimpinan
tiga
dimensi
William J. Reddin. Hal ini bukan berarti bahwa teori-
teori
lainnya itu tidak penting, namun ada
beberapa
alasan yang dapat dikemukakan.
Pertama, penerapan kepemimpinan situasional
pat
melahirkan
kepemimpinan yang
efektif
da
bilamana
menggunakan gaya yang tepat dan sesuai dengan
berba
gai
situa
kondisi. Kedua, pendekatan
kepemimpinan
sional sangat populer di kalangan organisasi dan da
pat diandalkan, seperti diungkapkan oleh Gaffar (1987
:132)
bahwa
: "Teori yang
cukup
dapat
diandalkan
adalah seperti antara lain teori kepemimpinan
sional ...".
terbukti
yang
dan
situa
Ketiga. keberhasilan penerapannya telah
melalui
berbagai studi,
misalnya
seperti
disimpulkan oleh Gumpert dan Hambleton
(Hersey
Blanchard,1982)
yang
diterjemahkan
Dharma (1990:205) sebagai berikut :
oleh .Agus
14
Secara sederhana dapat dikemukakan, para manajer
yang sangat efektif mengetahui kepemimpinan si
tuasional lebih banyak dan lebih sering menerapkannya dibandingkan dengan para manajer yang kurang efektif. Data yang mendukung kesimpulan ini
berasal dari para manajer itu
sendiri. Di
sam-
ping itu ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa
apabila kepemimpinan situasional diterapkan se
cara tepat.
prestasi kerja bawahan akan
dinilai
lebih tinggi dan perolehan dalam prestasi ker
ja adalah signifikan secara praktis dan statistik.
Walaupun
situasional
tian.
keberhasilan
penerapan
kepemimpinan
telah terbukti melalui berbagai
bukan berarti bahwa
kepemimpinan
peneli
situasional
itu merupakan yang terbaik dari semua pendekatan
ke
pemimpinan yang lainnya, akan tetapi kepemimpinan si
tuasional menyediakan pola perilaku pemimpin yang se
suai dengan berbagai situasi bawahan (pengikut).
Me-
mang
dua
unsur
kepemimpinan
pokok.
situasional ditentukan
yaitu pemimpin dan
para
oleh
pengikutnya.
Pemimpin harus memperhatikan tingkat kematangan
para
pengikutnya
gaya
kepemimpinan
itu. kemudian barulah
menggunakan
yang sesuai. Menurut Paul
Hersey
sen
diri. "adaptasi adalah kata kunci dalam kepemimpinan.
Sebuah
kepemimpinan
akan
dinilai
baik
-
artinya
dianggap efektif apabila di dalamnya terdapat kemung-
kinan
untuk beradaptasi yang sangat besar.
Kerangka
adaptasi inilah yang membuat kepeminpinan selalu bersifat situasional" (Harian Kompas,14 Desember
1992).
Lebih lanjut dikatakan bahwa kepemimpinan situasional
ditentukan oleh dua unsur
pokok, yaitu pemimpin
para pengikut. Pemimpin memiliki gaya (G) dan
kut
mempunyai
kematangan
(M).
Adaptasi
dan
pengi-
yang
antara G dan M itulah yang bakal menghasilkan
pas
sebuah
kepemimpinan yang efektif.
Didasarkan
atas pendapat di atas, maka
penulis
berkeinginan untuk mengkaji kemampuan kepala
sekolah
dalam menerapkan kepemimpinan situasional. Pengkajian
tesebut
yang
dilakukan karena para calon
akan
diangkat menjadi kepala
kepala
SD
di
sekolah
Propinsi
Riau, terlebih dahulu mereka diharuskan mengikuti Pe
latihan Jabatan sebagai prasyarat untuk diangkat men
jadi kepala SD. Dalam pelatihan itu disajikan bebera
pa materi. Salah satu materi pokoknya adalah kepemim
pinan
situasional. Materi ini disajikan karena
kon
disi guru yang heterogen, terutama dalam hal pengala
man dan kematangannya dalam bekerja memerlukan perlakuan yang berbeda dari kepala sekolah sebagai
pemim
pin, sehingga diharapkan mampu menampilkan kepemimpi
nan yang efektif.
Memang, pada masa sekarang ini kepemimpinan yang
efektif
karena
crucial
itu
sudah menjadi tuntutan
kepemimpinan
bagi
yang efektif
keberhasilan sekolah
atau
kebutuhan
merupakan
dan
faktor
peningkatan
16
mutu
kepemimpinan merupakan bagian
terpenting
dari
manajemen sekolah. Hal ini dapat pula disimak pernyataan tentang tuntutan bagi pengelola satuan
kan,
pendidi
yaitu, "... menampilkan sikap dan perilaku
pemimpinan
ke
fungsi
yang efektif terhadap pelaksanaan
dan tugasnya" (Depdikbud,1992:12).
Seperti telah diuraikan terdahulu bahwa kepemim
pinan
kepala sekolah yang efektif
diperlukan
menggerakkan, mengarahkan dan mengendalikan
naan
tugas guru ke arah efektivitas
untuk
pelaksa
proses
belajar
mengajar dalam pencapaian tujuan sekolah. Di
samping
itu juga untuk menumbuhkan rasa kohesif dan rasa puas
bagi
guru di dalam melaksanakan tugasnya. Dalam
hal
ini Hemphill (1949) menemukan dua dimensi pokok dalam
situasi kepemimpinan
yang berkorelasi tinggi
dap kepemimpinan. Kedua dimensi itu adalah
terha
"viscidi
ty" (perasaan kohesif dalam kelompok) berupa kekompakan, keakraban dan partisipasi setiap anggota
pok
kelom
dan "hedonictone" (derajat kepuasan anggota
ke
lompok) , yaitu perasaan puas anggota kelompok dan me
reka mau bekerja sama dan menghormati pemimpin.
bila kedua dimensi itu dapat diciptakan dan
hankan oleh pemimpin
guru
akan
Apa
diperta-
(kepala sekolah) tentunya guru-
termotivasi
secara
kondisional
melalui
17
tugas-tugas yang dilaksanakannya.
Untuk dapat menciptakan dan memelihara atau mem-
pertahankan
kedua dimensi itu, kepala sekolah
harus
dapat melaksanakan fungsinya sebagai pemimpin,
yaitu
mewujudkan
hubungan manusiawi
(human
relationship)
yang harmonis dalam rangka membina dan
mengembangkan
kerja sama antar
luruhnya
bergerak ke arah pencapaian tujuan
kesediaan
efisien
personal, agar secara serempak se-
melaksanakan
tugas
dan efektif (Hadari
melalui
masing-masing
Nawawi,1985:90).
hal ini tugas kepala sekolah khusus berkaitan
guru, seperti aspek kepegawaian, pengaturan dan
secara
Dalam
dengan
pem-
bagian tugas, pemberian motivasi dan perhatian terha
dap kesejahteraan, penciptaan dan pemeliharaan suasana kerja yang kondusif serta pembinaan "morale"
ker
ja guru.
B.
Permasalahan
1.
Analisis Masalah
Tugas
dikatakan
dan tanggung jawab kepala
cukup berat karena ia
sekolah
sebagai
dapat
penanggung
jawab utama penyelenggaraan seluruh kegiatan pendidi
kan
pada
di sekolahnya, baik kepada pemerintah maupun ke
masyarakat. Posisi kepala sekolah
berada
"bottle neck" dan sulit di antara berbagai
pada
kepentin-
gan yang kadang-kadang antara satu dengan yang
lain-
18
nya
saling bertentangan. Dari atas ia
menerima
in-
struksi, tanggung jawab dan peraturan-peraturan lain-
nya untuk dilaksanakan, ke atas ia harus
gungjawabkan
mempertang-
pelaksanaan tugas, tanggung
jawab
peraturan-peraturan yang telah ditentukan. Pada
dan
sisi
lain, ke bawah ia juga adalah penanggung jawab terha
dap hal-hal yang berhubungan dengan kepentingan
dan
siswa, terutama di dalam pembagian
tugas
guru
guru,
pembinaan dan pemberian motivasi dan inspirasi kepada
mereka dalam konteks kepemimpinan.
Untuk itu
kepala
sekolah harus dapat menempatkan dirinya pada "posisi"
yang
tepat di antara berbagai
dengan
kepentingan
tetap memperhatikan aturan
main
tersebut
(birokrasi)
yang ada dengan tuntutan profesinya sebagai pemimpin.
Selain
posisi kepala sekolah seperti •diuriakan
di atas, Oteng Sutisna (1985:331) menggambarkan posi
si kepala sekolah sebagai suatu kedudukan administra
tif
yang tercakup ke dalam dua dimensi
umum
yaitu : (1) dimensi eksekutif, dan (2) dimensi
mimpinan.
harus
Pada
dapat
dimensi
eksekutif,
menggunakan dan
kepala
memelihara
struktur
dan
prosedur-prosedur yang
mencapai
tujuan sekolah. Sebagai seorang
pokok,
kepe
sekolah
struktur-
berlaku
untuk
eksekutif,
kepala sekolah dianggap sebagai suatu kekuatan stabi-
19
1isasi.
Sedangkan pada dimensi kepemimpinan.
sekolah
dilihat sebagai orang yang
kepala
melakukan
peru-
bahan. Hal tersebut sejalan dengan apa yang dikemukakan Hemphill
oleh
(1958) dan Lipham (1964) seperti dikutip
Sergiovanni dan kawan-kawan
(1987:58),
dimana
kepemimpinan menurut mereka penekanannya pada
pemba-
haruan (newness) dan perubahan (change).
Khusus mengenai dimensi kepemimpinan,
pada
saat
sekarang ini semakin dituntut kepemimpinan yang
ber-
kualitas
atau efektif dari kepala
sekolah.
apalagi
setelah diberlakukannya keputusan Menpan No.26
tahun
1989
Dalam
tentang
Angka Kredit Bagi Jabatan
Guru
Lingkungan Depdikbud, dimana untuk dapat naik pangkat
guru
harus dapat mengumpulkan sejumlah angka
yang ditetapkan. Pada satu pihak guru harus
kredit
memiliki
dan melaksanakan empat unsur utama, yaitu pendidikan,
proses
han,
belajar mengajar atau bimbingan dan
penyulu-
pengembangan profesi dan penunjang proses
jar mengajar atau bimbingan dan penyuluhan.
bela
Untuk itu
guru harus memenuhi beban tugas maksimal sebagai guru
kelas.
jam
Pada pihak lain guru sulit mendapatkan
jumlah
sesuai dengan beban tugas maksimal tersebut
rena
ada sekolah-sekolah yang jumlah gurunya
bih,
sehingga mereka tidak dapat memenuhi beban
gas maksimal yang dipersyaratkan.
ka
berletu
'
Kondisi aktual yang terjadi di lapangan
memper-
lihatkan gejala-gejala, seperti guru-guru saling berlomba
mencari dan mengumpulkan angka
kredit
seolah
pelaksanaan tugasnya adalah untuk mencari dan mengum
pulkan
angka kredit, adanya kecenderugan
dari
para
guru
untuk lebih mementingkan penyiapan
tugas-tugas
yang
bersifat
pelaksanaan
tugas
administratif dari
pada
mendidik/mengajar, adanya anggapan
dari
para
guru bahwa pelaksanaan tugas mengajar merupakan tugas
rutin
yang tidak memerlukan
keterampiian
dinamika
padahal
tugas
berbagai kemampuan
tersebut
kemanusiaan. Gejala-gejala
penuh
dan
dengan
tersebut
dapat
diasumsikan bahwa ada kaitannya dengan upaya kepemim
pinan
kepala sekolah. terutama yang berhubungan
de
ngan
upaya untuk memperingatkan kembali tentang
tu
juan
yang
guru,
pemantauan terhadap pelaksanaan tugas.
ingin dicapai melalui
pelaksanaan
tugas
pemera-
taan kesempatan untuk berkembang, mengarahkan
pelak
sanaan tugas mereka, memberikan motivasi dan inspirasi untuk mendorong mereka bekerja sesuai dengan
arah
yang telah ditentukan. Untuk itulah kepemimpinan yang
efektif
dari kepala sekolah sangat
diperlukan
agar
tercipta dan terpelihara kekompakan dan kepuasan guru
dalam
melaksanakan
tugasnya
sehari-hari
mengingat
21
kondisi guru yang cukup heterogen. Kondisi guru
yang
heterogen itu memerlukan perlakuan yang berbeda
dari
kepala
sekolah. Di sinilah
situasional
pentingnya
kepemimpinan
itu.
Penerapan
kepemimpinan situasional oleh
sekolah dilihat melalui indikator-indikator
kepala
berikut,
yaitu kecenderungan perilaku kepemimpinannya, penggu
naan
gaya
tingkat
kepemimpinan yang sesuai dengan
berbagai
kematangan guru serta penggunaan kuasa
(po
wer) sebagai potensi bagi kepala sekolah untuk memim
pin
sebagai indikator utama. Selain indikator
itu,
juga dilihat melalui indikator-indikator
kut, yaitu kesediaan guru bekerjasama dan guru
hormati kepala sekolah serta adanya rasa
antara
guru
terakhir
dan
sekolah.
secara
beri
meng-
senang/puas
Kedua
indikator
merupakan akibat dari adanya upaya
taan/pemeliharaan
kondusif
kepala
utama
pencip-
suasana atau kondisi sekolah
keseluruhan.
Aspek
ini
yang
diteliti
dengan maksud agar kepemimpinan yang dihasilkan
kepala sekolah dari penerapan kepemimpinan
oleh
situasio
nal tidak terlepas dari konteksnya (kontekstual).
2.
Perumusan Masalah
Oleh
karena
pendekatan
yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah kualitatif yang akan menghasil
kan
data
yang bersifat deskriptif,
maka
perumusan
masalahnya
juga
bersifat
deskriptif.
Permasalahan
deskriptif adalah "suatu permasalahan yang
dengan
berkenaan
variabel mandiri ..." (Sugiyono, 1992 :
Variabel
yang akan diteliti adalah kemampuan
sekolah menerapkan kepemimpinan situasional
35).
kepala
terhadap
guru-guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Sebagaimana telah diuraikan pada latar
bahwa
kepemimpinan adalah bagian
Pendidikan
dari
belakang
Administrasi
dan merupakan komponen vital dalam
orga
nisasi pendidikan untuk mempengaruhi perilaku
orang
yang
ke arah pencapaian tujuan pendidikan.
diteliti
berada
dalam
konteks
orangMasalah
sistem
budaya organisasi sekolah yang merupakan
nilai
pencerminan
dari sistem nilai budaya masyarakatnya. Sistem
budaya
organisasi menurut Charles Handy ( Andy
Undap, 1988) adalah setiap nilai, sikap dan
yang
nilai
ada dalam suatu organisasi dan yang
bagaimana
perilaku
menentukan
nilai,
sikap
dalam
proses
interaksi antara pemimpin dan pengikut, yaitu
antara
dan
organisasi dikelola. Setiap
P.P.
perilaku
kepala
tersebut akan
terlihat
sekolah dengan guru-guru. Aspek
permasalahan
difokuskan kepada kemampuan kepala sekolah menerapkan
kepemimpinan
mengarahkan
situasional dalam
upaya
mempengaruhi,
dan mengendalikan perilaku guru ke
arah
pencapaian tujuan sekolah.
Berdasarkan
uraian
pada
latar
belakang
dan
gejala-gejala yang dikemukakan dalam analisis masalah
dan uraian di atas, maka dapat dirumuskan masalah po
kok dalam penelitian ini, yaitu :
Sejauhmanakah
kepala
sekolah
mampu
menerapkan
kepemimpinan situasional terhadap guru-guru
dalam
pelaksanaan tugas-tugasnya di Sekolah Dasar Negeri
Kotamadya Pekanbaru?"
Dari rumusan masalah tersebut dapat dirinci
berapa
pertanyaan penelitian yang akan dicari
be
jawa-
bannya melalui studi ini, yaitu :
1) Apakah kepala sekolah
tuasiosional
pelatihan
memahami kepemimpinan
yang diperolehnya setelah
jabatan
calon
pendapat mereka tentang
si-
mengikuti
kepala sekolah
?
Apa
materi tersebut ?
2) Apakah kepala sekolah mampu menerapkan kepemimpi
nan
situasional terhadap
tugasnya
sehari-hari?
guru dalam
Pertanyaan ini
pelaksanaan
meliputi .-
- kecenderungan perilaku kepemimpinannya.
- kemampuan menggunakan gaya kepemimpinan.
- kemampuan menggunakan kuasa (power)
sebagai po
tensi untuk memimpin.
3) Faktor-faktor apakah yang
kepemimpinan
situasional
mempengaruhi
oleh
penerapan
kepala sekolah di
dalam
hubungannya dengan
ini meliputi
guru-guru ?
Pertanyaan
:
- faktor-faktor yang menghambat.
- faktor-faktor yang menunjang.
4) Apa hasil yang dicapai oleh kepala sekolah setelah
menerapkan kepemimpinan situasional ?
C. Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Penelitian ini merupakan kelanjutan dari peneli
tian
sebelumnya
yang dilakukan oleh
Yuzamri
(1992). Penelitian sebelumnya itu mengkaji
tas
Yakub
efektivi
pengelolaan pendidikan oleh kepala sekolah
telah mengikuti pelatihan jabatan calon kepala SD
propinsi Riau.
Aspek yang ditelitinya adalah
yang
di
seluruh
substansi administrasi sekolah. meliputi administrasi
program pengajaran,
trasi
administrasi kemuridan,
personal, administrasi keuangan.
perlengkapan,
syarakat,
adminis
administrasi
administrasi hubungan sekolah dan
ketatausahaan serta pengelolaan
ma
supervisi
pengajaran oleh kepala sekolah.
Adapun
penelitian
ini
lebih
khusus
kemampuan kepala sekolah dalam menerapkan
mengkaji
kepemimpi
nan situasional yang diperolehnya dari pelatihan
batan
itu di Kotamadya Pekanbaru.
Tujuannya
ja
adalah
untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai kemam
puan kepala sekolah di
dalam menerapkan kepemimpinan
situasional yang akan melahirkan kepemimpinan yang
efektif melalui identifikasi, deskripsi dan
pola
analisis
perilaku yang ditampilkan oleh kepala
sekolah
serta faktor-faktor apa yang mempengaruhi kepala
kolah
di dalam menerapkan
kepemimpinan
se
situasional
itu di beberapa SD dalam Kotamadya Pekanbaru.
2.
Tujuan Khusus
Didasarkan
atas
tujuan khusus yang
adalah untuk
tujuan
umum
ingin dicapai
tersebut,
maka
melalui studi
ini
.-
1. Mendeskripsikan pemahaman/pendapat
kepala sekolah
terhadap kepemimpinan situasional.
2. Mendeskripsikan dan menganalisis kemampuan
sekolah dalam menerapkan kepemimpinan
yang meliputi
kepala
situasional
.-
- kecenderungan perilaku kepemimpinan.
- kemampuan menggunakan gaya kepemimpinan yang se
suai dengan tingkat kematangan guru.
- kemampuan menggunakan kuasa (power) yang
sesuai
dengan tingkat kematangan guru.
3. Mendeskripsikan
dan
menganalisis
faktor-faktor
yang mempengaruhi kepala sekolah dalam menerapkan
kepemimpinan situasional yang meliputi :
- faktor-faktor yang menghambat.
- faktor-faktor yang menunjang.
4. Mendeskripsikan
kan
hasil kepemimpinan yang
dilahir-
oleh kepala sekolah setelah menerapkan
kepe
mimpinan situasional.
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan dari segi teori
Penelitian ini mengkaji kemampuan kepala sekolah
dalam menerapkan
sesuaikan
kepemimpinan situasional
dengan
konteks budaya
daerah
yang
di-
setempat.
Seperti diketahui bahwa kepemimpinan situasional
rupakan suatu pendekatan yang
me
re1atif baru, akan te-
tapi penerapannya telah diuji coba dan telah berhasil
melalui berbagai studi sehingga pendekatan ini menja
di sangat populer di kalangan organisasi. Untuk
lah
melalui
studi ini diharapkan
dapat
itu
mengetahui
feasibility keberhasilan kepemimpinan situasional
sekolah-sekolah
sesuai
dengan konteks
budaya
di
yang
ada. Hal ini diakui sendiri oleh Dr. Paul Hersey bah
wa kendala utama yang dihadapi seorang pemimpin
ada
lah "tingkat kematangan budaya masyarakat dimana
ke
pemimpinan situasional itu ditumbuhkan" (Harian
Kom-
pas, 14 Desember 1992). Di samping itu juga
kan
dapat mengembangkan konsep
kepemimpinan
diharap
situa-
27
sional sebagai suatu upaya pengembangan ilmu dan
harapkan memberikan kontribusi terhadap
di
Administrasi
Pendidikan yang dapat diterapkan dalam subsistem pen
didikan
serta dikaitkan pula dengan upaya untuk me
nunjang
tugas keprofesian penulis sendiri di
bidang
pendidikan dasar (Dinas P dan K).
2. Kegunaan dari segi praktek
Peneliti
berusaha menampilkan dua
aspek
penelitian ini, yaitu aspek teoritis atau
dan
konseptual
aspek praktek atau aplikasi. Pada aspek
atau
berbagai kontribusi atau
memperbaiki
sesuai
praktek
aplikasi, penelitian ini diharapkan dapat
berikan
dan mengembangkan
manfaat.
praktek
dalam
mem
Pertama.
kepemimpinan
dengan berbagai situasi, seperti tingkat
matangan guru, tingkat kematangan budaya dan
heterogenitas guru di sekolah. Kedua, untuk
ke
tingkat
memberi
kan masukan kepada Dinas P dan K Propinsi Dati I Riau
tentang kemampuan kepemimpinan kepala sekolah setelah
mengikuti
pelatihan
jabatan calon
kepala
sekolah.
Ketiga, untuk memberikan masukan bagi peningkatan dan
pengembangan
materi kepemimpinan pada Pelatihan
batan Bagi Calon Kepala SD di Propinsi Riau yang
laksanakan
oleh
Dinas P dan K
Propinsi
Ja
di-
Dati
Riau
(Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Riau No. Kpts
296/
XI/ 1982 tanggal 9 Nopember 1982), sebagai prasyarat
utama pengangkatan kepala SD Negeri.
E. Paradigma Penelitian
Administrasi
Pendidikan
apabila ditinjau
dari
segi proses atau fungsi secara umum terdiri atas perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan. Di dalam pe
laksanaan proses atau fungsi ini
tercakup kegiatan
kepemimpinan dari administrator. Tapi, seorang pemim
pin hanya memerlukan kemampuan untuk mempengaruhi
perilaku orang lain. Ia tidak harus menjalankan semua
fungsi
seorang administrator (Oteng Sutisna,
1985:
253). Proses administrasi tersebut tidak secara
plisit
menampilkan kegiatan kepemimpinan. Untuk
penulis mengikuti Sergiovanni dan kawan-kawan
16)
eksitu
(1987:
yang secara eksplisit mengemukakan kepemimpinan
dalam proses administratif. dimana dikemukakan empat
proses
kritikal
administratif,
yaitu
perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan.
Berdasarkan
uraian
di atas
dapat
dikemukakan
suatu paradigma penelitian sebagai suatu dasar
pemi-
kiran yang melandasi cara pandang peneliti dalam
me
nyelesaikan masalah penelitian ini dalam bentuk
pola
atau kerangka berpikir konseptual (conceptual
frame
work) sesuai dengan maksud penelitian ini, yaitu .-
29
Proses Administrasi
Kepemimpinan Situasional
Kepala Sekolah
Pendidikan
Sasaran
Hasil
Perencanaan
Pengorganisasian
Perilaku
Kepemimp.
Kepemimpinan
Kepemim
pinan
Guru
Upaya
Penggunaan
Kepemimpinan
gaya Kep.
(dalam
pelak.tu
gasnya)
yang
efektif
Penggunaan
Kuasa
Pengawasan
I—I
Faktor-faktor yang mempe
ngaruhi penerapan kepemimsituasional
:
- faktor penghambat
- faktor pendukung
Gambar 1.1
KERANGKA BERPIKIR KONSEPTUAL PENELITIAN
Secara umum paradigma penelitian difokuskan pada
kepemimpinan
situasional
oleh kepala
sekolah
telah
mengikuti
pelatihan jabatan calon
dalam
mempengaruhi perilaku guru ke arah
kepala
yang
SD
pencapaian
tujuan pendidikan di sekolah.
Kepemimpinan
yang efektif yang dihasilkan
dari
3
penerapan kepemimpinan situasional ini dapat
dilihat
dari indikator-indikator berikut .-
a. kecenderungan perilaku kepemimpinan
(perilaku tu
gas dan perilaku hubungan).
b. penggunaan
gaya kepemimpinan yang
tepat, sesuai
dengan tingkat kematangan guru.
c. penggunaan sumber kuasa yang sesuai dengan tingkat
kematangan guru.
d. guru mau bekerja sama dan menghormati kepala
seko
lah.
e. adanya rasa senang/puas antara guru dan kepala se
kolah.
BAB III
PROSES PENELITIAN
A. Metode dan Teknik Penelitian
1.
Metode Penelitian
Penelitian ini berusaha menampilkan gambaran ke
hidupan
sosial kepala sekolah yang sukbyektif
dalam
interaksinya dengan guru-guru di sekolah serta menge
nai pandangannya dan dunianya. Fokusnya adalah
upaya
kepemimpinan situasional kepala sekolah terhadap
ru-guru
dalam penyelenggaraan
kecenderungan
gaya
perilaku
pendidikan,
kepemimpinannya,
meliputi
penggunaan
kepemimpinan, penggunaan kuasa (power)
sebagai
potensi untuk memimpin serta faktor-faktor yang
pengaruhi kepala sekolah dalam menerapkan
nan
sosialnya itu dilakukan
melalui
mem
kepemimpi
situasional. Pengungkapan terhadap gambaran
hidupan
gu
ke
deskripsi,
pemaparan dan analisis untuk memperoleh pemahaman dan
pengertian.
Untuk maksud penelitian seperti itu,
suatu
metode deskriptif dan holistik,
penelitian
kualitatif
(Taylor
dan
diperlukan
yaitu
metode
Bogdan,1984:V).
Menurut mereka metode kualitatif tidak sekedar teknik
pengumpulan
terhadap
menurut
data,
tetapi merupakan
dunia empiris. Ungkapan
cara
pendekatan
metode
kualitatif
mereka merujuk kepada pengertian
yang
luas
terhadap
penelitian yang menghasilkan data
tif, yaitu berupa kata-kata dan perilaku
deskrip
orang-orang
yang dapat diobservasi baik lisan maupun tulisan.
samping
itu
Nasution (1988:5)
menggambarkan
"penelitian kualitatif pada hakekatnya adalah
mati
orang dalam lingkungan
dengan mereka,
mereka
yang
hidupnya,
Di
bahwa
menga-
berinteraksi
berusaha memahami bahasa dan
tentang dunia sekitarnya". Memang
tafsiran
penelitian
berusaha mengamati perilaku orang (seperti
pe
rilaku kepemimpinan) dan memahami kehidupannya
serta
penafsirannya
terhadap kehidupannya itu lebih
tepat
menggunakan metode kualitatif, dimana peneliti
dapat
berinterkasi dengan mereka.
Penelitian
naturalistik seperti dimaksud
hanya
cocok dilakukan dengan menggunakan instrumen peneliti
sendiri
sebagai "human
Moleong,1988).
bagai
instrument"
Alasannya adalah karena
instrumen mempunyai ciri-ciri
kelebihan
darj
(Nasution,1988;
instrumen lain,
manusia
tersendiri
serta
se
dan
dimungkinkan
terjadinya penyesuaian terhadap perubahan dan perkem
bangan yang terjadi selama proses penelitian berlangsung. Selain itu data yang dikumpulkan dapat menggam
barkan realitas yang diinginkan secara relatif tepat.
2.
Teknik dan Alat Pengumpul Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini
dilakukan
dengan menggunakan berbagai teknik, yaitu
observasi dan studi dokumentasi.
but
digunakan
yang
wawancara,
Ketiga teknik terse
untuk memperoleh data
saling menunjang dan melengkapi
dan
informasi
tentang
upaya
kepemimpinan kepala sekolah terhadap guru-guru
dalam
penyelenggaraan pendidikan di
Penelitian