PELAKSANAAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN PENGARUHNYA PADA TUGAS-TUGAS GURU: Studi Pendapat Guru Tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah Dasar di Kotamadya Bandar Lampung.

PELAKSANAAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
DAN PENGARUHNYA PADA TUGAS-TUGAS GURU
f

(Studi Pendapat Guru Tentang Kepemimpinan Kepala
Sekolah Dasar di Kotamadya Bandar Lampung)

Diajukan kepada Panitia Ujian Tesis
Institut Keguruan dan llmu Pendidikan Bandung
untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat
Program Pasca Sarjana (S2)

Bidang Studi Administrasi Pendidikan

Oleh :

EDY

SANTOSO

389/A/XVI-8


FAKULTAS

PASCA

SARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
19 8 8

Halaman

Pengesahan

Disetujui

dan

disahkan


JzuaJ^
Prof. Dr.

A. SANUSI. S.H. M.P^A.
Pembimbing

Prof. Dr. Oteng Sutisna,J)*rSc
Pembimbi

ABSTRAK

Tesis yang berjudul : 'Pelaksanaan

Kowm.i.rnPi n:m

Kepala Sekolah' dan Pengaruhnya •. Pada Tugas - Tugas Guru

(Studi Pendapat Guru Tentang Kepemimpinan; ,Kepala Sekolah
Dasar di Kotamadya Bandar Lampung)..


berawal dari

nilai

hasil ujian EBTANAS siswa Sekolah Dasar di Kotamadya Ban
dar Lampung yang kurang memuaskan.

EBTANAS siswa Sekolah Dasar tidak memberikan kriteria lulus atau tidak lulus, tetapi hanya member!

bobotan terhadap kemampuan siswa dalam mengikuti

pem-

ujian.

Berdasarkan hal tersebut maka permasalahan dalam penelitian ini ialah: Bagaimana pendapat guru tentang kepemim

pinan yang dilakukan Kepala Sekolah dan bagaimana pendapatnya tentang tugas-tugas yang dilakukannya.
Mengacu teori kepemimpinan dan paradigma Getzel &

Guba, bahwa tugas pemimpin dihadapkan kepada dua dimensi
yaitu dimensi tugas untuk mencapai tujuan dan dimensi hubungan dengan stafnya, serta Buku Petunjuk Administrasi
Sekolah Dasar hasil Keputusan Bersama Menteri

Pendidikan

dan Kebudayaan dengan Menteri Dalam Negeri No. 33

tahun

1983 dan No. 02a/U/1983, peneliti berusaha membuktikan
hipotesis yang diajukan.

Menggunakan analisis deskriptif dari jawaban ang-

ket yang peneliti berikan kepada 150 orang guru
nx

sebagai


sampel, didapatkan hasil sebagai berikut:

Guru-guru yang berpendapat dalam kategori senang

sampai

dengan senang sekali terhadap kepemimpinan yang dilaku-

kan Kepala Sekolah sebanyak 121 orang (80%),

sedangkan

dalam kategori netral sebanyak 17 orang (11,3$) dan ka
tegori kurang senang sampai dengan sangat kurang

senang

24 orang (8,7 #).

Pendapat guru tentang tugas yang dilakukannya terdapat:


Kategori senang sampai dengan sangat senang sekali

102

orang (68$), kategori netral 37 orang (24,6$) dan kate

gori kurang senang sampai dengan kurang senang

sekali

11 orang (7,4%).

Unsur-unsur kepemimpinan yang sangat disenangi
oleh guru-guru ialah:
Pemeriksaan kebersihan kelas oleh Kepala Sekolah;

Kesalahan guru ditegur secara terbuka dalam rapat;
Evaluasi penyelesaian kurikulum dan GBPP.


Unsur-unsur pelaksanaan kepemimpinan yang

kurang

disenangi guru:

Kunjungan kelas ketika guru mengajar;
Meneliti kesalahan guru;

Penyusunan grafik absensi guru.

Unsur-unsur pelaksanaan tugas guru yang
disenangi:
iv

sangat

Menyusun Satuan Pelajaran (S.P);
Mencatat siswa yang tertinggal pelajaran;


Menyusun daftar hadir siswa menurut nomor urut nomor.
Unsur-unsur yang kurang disenangi ialah:

Ditegur Kepala Sekolah karena tidak menyusun S.P;
Mencatat siswa yang mengalami kelainan;

Mengarsipkan nama-nama siswa beserta nama dan pekerjaan
orang tua/wali.

Hal-hal tersebut hanya berlaku untuk 150
sampel penelitian.

v

orang

DAFTAR ISI
Halaman

±±±


ABSTRAK
KATA PENGANTAR

vi

UGAPAN TSRIMA KASIH

;•

DAFTAR ISI

x

DAFTAR TABEL

xiii

DAFTAR GAMBAR


xv

DAFTAR LAMPIRAN
BAB I.

xvii

PENDAHULUAN

1

A.-Latar Belakang Masalah

1

1. Pendidikan Sebagai Organisasi......
2. Kekuasaan (power) dan Otoritas
B. Identifikasi Masalah

BAB II.


viii

1
7
12

1. Masalah Organisasional

16

2. Masalah Motivasi Kerja
3. Masalah Suasana Kerja
4. Kepemimpinan dan Administrasi Pen

17
19

didikan
C. Perumusan Masalah

20
22

KERANGKA TEORI •

25

A. Kepemimpinan Pendidikan

25

B. Model-Model Kepemimpinan

29

1. Model Perilaku

29

2. Model Kepemimpinan Kontinum
3. Model Managerial Grid

31
33

C. Pengaruh Tipe Kepemimpinan Kepada Staf

36

D. Pendapat (Perception) Staf Terhadap
Pimpinan

40

x

Halaman

1. Pengertian Pendapat (Perception)
2. Pendapat (Perception) Staf
E. Administrasi Pendidikan
1. Fungsi Administrasi
2. Tanggung Jawab Kepala Sekolah sebagai
Administrator



3. Tugas Guru Sekolah Dasar
F. Beberapa Hasil Penelitian Terdahulu
G. Paradigma Penelitian

40
43
45
45
4'

49
50
52
55

H. Hipotesxs

BAB III MET0D0L0GI PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian
2. Sampel Penelitian
B. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Pendapat Guru tentang Kepemimpin
an yang dilakukan oleh Kepala Sekolah
2. Data Pendapat Guru tentang Tugas- Tu-

gas yang Dilakukannya
C. Definisi Operasional dan Cara Pengukuran
D. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ...
1. Validitas Alat Ukur
2. Reliabilitas Alat Ukur

57
->'

5?
58
61



•b3
63
69
69
69
70

E. Uji Hipotesxs

BAB IV. DATA LAPANGWAN ANALISIS UJI HIPOTESIS

72
72

A. Data Lapang4
W

(PENI

LAIAN) KEPADA GURU YANG DILAKUKAN
OLEH KEPALA SEKOLAH

±{J?

Tabel 17. PENDAPAT GURU TENTANG PELAKSANAAN PRO
SES BELAJAR MENGAJAR (P.B.M.)
DILAKUKANNYA

YANG

Tabel 18. PENDAPAT GURU TENTANG BIMBINGAN KEPADA SISWA YANG DILAKUKANNYA
Tabel 19. PENDAPAT GURU TENTANG PELAKSANAAN AD-

a

^ MINISTRASI SEKOLAH YANG DILAKUKANNYA.

±Ut>
±1U

114

Tabel 20. REKAPITULASI PENDAPAT GURU TENTANG KE

PEMIMPINAN YANG DILAKUKAN OLEH KEPALA
SEKOLAH DASAR BANDAR LAMPUNG
UNTUK

SAMPEL 150 ORANG GURU
Tabel 21. REKAPITULASI PENDAPAT GURU
TENTANG
TUGAS-TUGAS YANG DILAKUKANNYA

XXV

1J-0
a?

DAPTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 1. Model Struktur Inisiasi dan Considerasi
dari Dimensi Kepemimpinan oleh Andrew

W. Halpin
Gambar

29

2. Kontinum Hubungan Pimpinan

Dengan

Ba

wahan Menurut Tannembaum dan W.H.Schmxdt

3-L

Gambar

3. Basic Leader Behavior Styles dari Model
Managerial Grid R.R. Blake & J Mounton

33

Gambar

4. Paradigma Getzel dalam
Administrative
Theory as a Guide to Action
5. Hubungan Motivasi dan Probabilitas un

35

Gambar

tuk Sukses Menurut

D.C. McClelland

&

J.W. Atkinson

39

Gambar 6. Bagan Pendapat (Perception)

Menurut

Mar* at



4U

Gambar 7. Hubungan Kepribadian, Kognisi, Pendapat
(Perception) dengan Si^ap Individu

Gambar 8. Hubungan Pendapat (Perception),

dan Kecenderungan Bertindak pada
vidu. Diadaptasikan dari Krech,

fxkap

Indx-

Baliachey & Crutchfield

Gambar

9. Hubungan Unsur-unsur Administrasi

4^

44
Pen

didikan dengan Fungsi-fungsi -Admxnxstra
si Pendidikan

Gambar 10. Paradigma Penelitian

53

54

Gambar 11. Struktur Organisasi Data Tatakerja Di
nas P & K Kotamadya Dati II Bandar Lampung



Gambar 12. Kurva Pendapat Guru Tentang
Supervisi
yang Dilakukan Kepala Sekolah Berdasar-

kan X±eu dan X&ct#

90

Gambar 13. Kurva Pendapat Guru tentang Pengawasan

yang Dilakukan Kepala Sekolah Berdasarkan Xid dan X&ct

Gambar 14. Kurva Pendapat Guru tentang
Bvaluasi
yang Dilakukan Kepala Sekolah Berdasar-

kanX.d dan X&ct

xv

xu>

Halaman

Gambar 15. Kurva Pendapat Guru tentang Proses
Belajar Mengajar yang Dilakukannya
110

Berdasarkan X. , dan ^-ac^m
Gambar 16. Kurva Pendapat Guru tentang Bimbim
bingan Kepada Siswa yang Dilakukan

nya Berdasarkan Xid< dan X&ct>••••

Gambar 17.

113

Kurva Pendapat Guru tentang Admi nistrasi Sekolah dilakukannya,ber

dasarkan Xj^ dan Xact ^



118

Gambar 18. Orientasi Kepala Sekolah Terhadap
121

Guru-Guru

xvx

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

LAMPIRAN A. ANGKET UNTUK GURU-GURU SEKOLAH DASAR
KOTAMADYA BANDAR LAMPUNG

131

LAMPIRAN B. TABULASI SEKOR ANGKET: PENDAPAT GURU
TENTANG KEPEMIMPINAN YANG.DILAKUKAN
OLEH KEPALA SEKOLAH DASAR KOTAMADYA
BANDAR LAMPUNG

139

LAMPIRAN C. TABULASI SEKOR ANGKET: PENDAPAT GURU
GURU TENTANG TUGAS YANG DILAKUKANNYA
PADA SEKOLAH DASAR KOTAMADYA BANDAR
LAMPUNG
LAMPIRAN D.

11+5

TABEL KERJA UJI RELIABILITAS ANGKET:
PENDAPAT GURU TENTANG PELAKSANAAN TU
GAS YANG DILAKUKANNYA PADA GURU-GURU
SEKOLAH DASAR KOTAMADYA BANDAR LAM
PUNG

LAMPIRAN E.

155

TABEL KERJA UJI RELIABILITAS ANGKET:
PENDAPAT GURU TENTANG PELAKSANAAN KE
PEMIMPINAN YANG DILAKUKANNYA OLEH KE
PALA SEKOLAH DASAR KOTAMADYA BANDAR
LAMPUNG

156

LAMPIRAN F. KISI-KISI ANGKET PENELITIAN PENDAPAT
GURU TENTANG KEPEMIMPINAN YANG
DILAKSANAKAN OLEH KEPALA SEKOLAH DASAR

LAMPIRAN G.

KOTAMADYA BANDAR LAMPUNG

157

KISI-KISI ANGKET PENDAPAT GURU TEN
PADA
TANG TUGAS YANG DILAKUKANNYA.
SEKOLAH DASAR DI BANDAR LAMPUNG

158

xvxx

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

1. Pendidikan sebagai Organisasi Formal

Lembaga pendidikan sebagai suatu organisasi, mem-

punyai tatanan dan aturan yang harus ditaati oleh semua
fihak yang terlibat di dalamnya.

Pimpinan organisasi pendidikan sebagai pengendali
staf dalam melaksanakan tugas, diharapkan dapat menumbuhkan suatu kondisi kerjasama yang baik. Kerjasama

itu

akan baik, kalau hubungan yang terjalin merupakan hubung
an saling mengisi untuk mencapai tujuan secara efektif,
tetapi apabila hubungan tersebut kurang harmonis, maka

organisasi pendidikan akan berjalan secara kurang wajar.
Hubungan pimpinan organisasi dengan

staf

akan

mempunyai pengaruh pada produktivitas, baik ditinjau da
ri segi kuantitas (jumlah) maupun dari segi
kualitas
(mutu), lebih-lebih apabila ditinjau dari segi efektifitasnya.

Hubungan yang baik dan harmonis juga akan

ber-

pengaruh terhadap suasana kerja yang menyenangkan
dan
iklim organisasi yang sehat, lebih-lebih dalam organi
sasi pendidikan hal ini sangat dibutuhkan.
Organisasi
1

pendidikan mengelola manusia dengan berbagai ragam

si-

fat dan latar belakangnya, baik kultur, ekonomi dan

so-

sialnya. Suasana kerja yang menyenangkan adalah

suatu

situasi kerja yang saling membantu antara anggota

staf,

tanpa menimbulkan rasa takut dan curiga mencurigai anta
ra sesama anggota.

Sedangkan iklim organisasi yang sehat ialah kon-

disi organisasi yang berjalan sesuai dengan tatanan

or

ganisasi, serta nasing-masing pihak menduduki posisinya.
Kondisi-kondisi yang telah peneliti paparkan

di

atas akan menunjukkan kepada kita, apakah seorang kepala

organisasi itu juga seorang pemimpin organisasi.

Studi

tentang kepemimpinan menunjukkan bahwa ada perbedaan an
tara seorang kepala (pimpinan) dengan seorang pimpinan .

Seorang pemimpin organisasi dituntut untuk memiliki
mampuan mengorganisir staf dan menggerakkan serta

kemem-

pengaruhinya untuk melakukan hal-hal yang harus dilaksanakan atau tidak melakukan hal-hal yang dilarang

untuk

dilakukan agar tujuan organisasi dapat dicapai. Kemampu-

an-kemampuan demikian disebut dengan istilah kepemimpin
an. Sedangkan seorang Kepala hanyalah seorang yang

cara formal diangkat untuk mengepalai suatu

se

organisasi.

Pungsi utama kepemimpinan terutama mengarah kepa
da dua hal, yaitu:

Fungsi yang bertalian dengan pencapaian tujuan yang akan

dicapai oleh organisasi.

Fungsi yang bertalian dengan penciptaan suasana kerja un
tuk mencapai tujuan tersebut.

Fungsi yang bertalian dengan pencapaian tujuan meliputi:
Merumuskan tujuan dengan jelas berdasarkan

kesepakatan

organisasi, sehingga setiap anggota merasa

berkepenti-

ngan dan turut bertanggung jawab.

Pembagian tugas sesuai dengan kemampuan masing - masing
anggota secara adil dan merata. Dalam pembagian
tugas
tersebut harus jelas:

siapa yang melaksanakan tugas-tugas tertentu (who),
kapan tugas itu harus selesai (when),

kepada siapa dia harus bertanggung jawab (to whom).
Menyusun rencana kerja yang mantap, yang berarti rencana
kerja tersebut harus sudah dipertimbangkan dengan baik,
dengan memperhatikan:

faktor-faktor penunjang dan penghambat yang diperkirakan bakal terjadi,

memperhatikan tingkat kemampuan para pelaksana

yang

diberi tugas,

memperhitungkan waktu yang tersedia,

memperhitungkan dana yang tersedia, serta faktor-faktor
lain yang datangnya tiba-tiba di luar dugaan.

Menyusun kriteria keberhasilan (evaluasi keberhasilan)
yang meliputi:

ketepatan pelaksanaan kerja dengan perintah yang

di-

berikan,

ketepatan waktu kerja yang sesuai dengan waktu

yang

sesuai dengan waktu yang disediakan,
kerapihan kerja,

kerjasama antara anggota.

Fungsi yang bertalian dengan penciptaan

«

suasana

kerja yang harmonis dalam mencapai tujuan meliputi:

Menciptakan hubungan kerja yang harmonis antara pimpinan

dengan staf (hubungan vertikal), serta hubungan kerjasa
ma antara anggota (hubungan horisontal).

Menciptakan suasana kerja yang tanang, sehingga menimbulkan gairah kerja. Staf akan bekerja dengan rasa

aman,

tanpa merasa adanya tekanan-tekanan dan rasa takut untuk
berinisiatif dan takut untuk mendapatkan hukuman.

Menciptakan kepuasan kerja bagi para anggota, mereka me
rasa dihargai hasil kerjanya, mendapatkan imbalan

sesuai dengan beban tugasnya dengan waktu yang

yang

tepat

tanpa potongan-potongan yang tidak resmi (sah).
Menghindarkan diri dari janji-janji yang sukar dipenuhi
atau bahkan tidak mungkin dipenuhi, yang akhirnya - justru akan menimbulkan kekecewaan anggota.

Janji-janji tersebut misalnya tentang promosi untuk sua
tu jabatan tertentu.

Menciptakan disiplin kerja yang baik.

Disiplin kerja yang baik, berarti bukan suatu
yang kaku (rigid) tanpa mau menerima suatu

disiplin
alasanpun

untuk setiap kesalahan stafnya.

Dalam hal yang demikian maka tugas pimpinan adalah meng-

adakan perbaikan terhadap setiap kesalahan, karena

hu-

kuman adalah merupakan jalan terakhir apabila semua usaha perbaikan menemui kegagalan.

Pada Sekolah Dasar Negeri, tatanan yang

demikian

telah diatur oleh Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri
dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

No. 33 tahun 1983 dan No. 026a/U/l983, tentang Petunjuk
Administrasi Sekolah Dasar.

Garis besar keputusan tersebut berisl:

Petunjuk Umum Administrasi Sekolah Dasar terdapat

dalam

Buku I;

Administrasi Program Pengajaran, terdapat dalam Buku II;
Administrasi Kemuridan, terdapat dalam Buku III;
Administrasi Kepegawaian, terdapat-dalam;-Buku IV;

Administrasi Keuangan, terdapat dalam Buku V;
Administrasi Perlengkapan/Barang, terdapat dalam

Buku

VI.

Sebenarnya Kepala Sekolah Dasar dalam

hanya sebagai pelaksana peraturan yang sudah

hal

ini

disusun

atasan. Walaupun demikian tidak menutup kemungkinan un

tuk terjadi kesalahan-kesalahan teknis yang menimbulkan

suasana kerja yang berbeda antara sekolah dasar satu de
ngan yang lain.

Suasana kerja yang demikian, akhir-akhir ini

me-

nyelubungi situasi pendidikan kita pada umumnya.
Sekolah Dasar-Sekolah Dasar dituntut meningkatkan

produktivitasnya, dalam arti jumlah lulusan yang banyak,
sehingga para guru dihadapkan pada dilema antara jumlah
dan mutu lulusan.

Kesulitan yang dihadapi para peneliti pada Seko

lah Dasar, ialah apabila kita mengadakan pelacakan melalui nilai guru dalam DP3 (Daftar Penilaian

Pelaksanaan

Pekerjaan). Obyektivitas penilaian penilaian sangat di-

ragukan, disebabkan DP3 lebih cenderung diartikan seba
gai persyaratan kenaikan pangkat bagi guru daripada keadaan-nyata dari setiap individu.

Dalam Buku IV Petunjuk Administrasi Sekolah Dasar

(halaman 10), dituliskan bahwa persyaratan kenaikan pang
kat seorang guru antara lain:

Lampiran yang diperlukan:

- Salinan sah Surat Keputusan Pengangkatan

dalam

pangkat terakhir.

- Salinan sah Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan
tahun terakhir.

Pada halaman berikutnya (halaman 11) tertulis: "Dan mem-

punyai nilai rata-rata baik, tidak ada nilai kurang da
lam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan 2 (dua) tahun
terakhir."

Adapun sebaran nilai dalam Daftar Penilaian

Pelaksanaan

Pekerjaan ialah sebagai berikut:
1. Amat baik dengan nilai 91 s.d 100

2. Baik, dengan nilai 76 s.d. 90

3. Cukup, dengan nilai 61 s.d. 75

4. Sedang, dengan nilai 51 s.d. 60
5. Kurang dengan nilai 50 ke bawah.

Memperhatikan sebaran nilai yang telah ditentukan
oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan serta

persya

ratan tersebut, maka Kepala Sekolah dihadapkan

kepada

suatu dilema, yaitu memberi nilai secara obyektif

dalam

mengisi DP3 yang berarti ada kemungkinan menghambat

ke

naikan pangkat, atau hanya memperhatikan unsur

kemanu-

siaan demi kenaikan pangkat para bawahan, yang

berarti

penilaian dilakukan tidak secara obyektif.
2. Kekuasaan (Power) dan Otoritas (Authority)
Kepala Sekolah Dasar di Indonesia juga

dianggap

sebagai seorang pemimpin. Pemimpin di sini akan

punyai konotasi kekuasaan (power) dan otoritas
rity). Kekuasaan (power) merupakan kemampuan

mem-

(autho
seseorang

atau kelompok untuk mengubah tingkah laku orang lain se
suai dengan yang dia inginkan (Materi Dasar

Pendidikan

Program Akta V, Buku II C, Administrasi Pendidikan 1983/
1984, 57).

8

Otoritas (authority) adalah kekuasaan yang

sah

yang dipunyai seseorang dan diakui oleh kelompoknya.Oto
ritas (authority) biasanya lebih ditaati bawahan, karena

dia mempunyai dasar hukum yang sah. Keterpaduan kekuasa
an dengan otoritas akan lebih menguatkan kedudukan

se

orang pemimpin atau Kepala Sekolah Dasar.

Terjadinya pola-pola perilaku yang berbeda

pada

guru, sebagai anggota suatu organisasi pendidikan salah
satu sebabnya ialah kurang mempunyai Kepala Sekolah memadukan kekuasaan dan otoritas (Materi Dasar Pendidikan

Program Akta Mengajar V, 1983/1984: 58).
Pola perilaku yang berbeda tersebut tentu
akan menghambat tercapainya tujuan organisasi,

saja
karena

antara pimpinan dengan anggota tidak serasi,
sehingga
seolah-olah pemimpin akan berusaha sendiri mencapai tu
juan yang diharapkan tanpa mendapat dukungan dari

ang

gota.

Tidak terpadunya kekuasaan (power) dengan

oto

ritas. (authority), akan mengakibatkan beberapa kemungkinan, yaitu:

Lembaga akan berjalan dengan baik, dengan kondisi

hu

bungan yang baik.

Lembaga akan berjalan dengan baik, dengan kondisi

hu

bungan yang buruk.

Lembaga akan berjalan dengan buruk,

dengan

kondisi

hubungan yang buruk.

Lembaga akan berjalan dengan buruk, dengan kondisi

hu

bungan yang baik.

Lembaga berjalan dengan baik, artinya bahwa

guru

guru menunaikan tugas dengan rasa tanggung jawab.
Lembaga berjalan dengan buruk, apabila

guru-guru

melaksanakan tugas kurang bertanggung jawab, sehingga tu
gas-tugasnya menjadi terbengkalai.
Kondisi hubungan yang baik, artinya hubungan ker

ja antara guru dengan Kepala Sekolah harmonis, akrab dan
saling mempercayai.

Kondisi hubungan yang buruk artinya hubungan ker

ja Kepala Sekolah dengan guru-guru kurang harmonis

dan

saling mencurigai.

Sebagai akibat hal-hal tersebut di atas, maka da

lam pelaksanaannya di Sekolah Dasar akan terjadi

empat

kemungkinan:

Kemungkinan kondisi pertama: guru tetap melaksanakan tu

gasnya dengan rasa tanggung jawab, hubungan kerja Kepala
Sekolah dengan guru-guru akrab, sehingga

menghasilkan

jumlah lulusan yang banyak dengan nilai yang baik.

Kemungkinan kondisi kedua: guru melaksanakan tugasnya de

ngan rasa tanggung jawab, tetapi hubungan kerja terjalin
kurang akrab, produktivitas lulusan dapat tetap

tinggi

jumlahnya, tetapi nilai yang didapat rata-rata

cukup.

10

Kemungkinan kondisi kedua: guru melaksanakan tugasnya de

ngan rasa tanggung jawab, tetapi hubungan kerja

terjalin

kurang akrab, produktivitas lulusan dapat tetap

tinggi

jumlahnya, tetapi nilai yang didapat rata-rata cukup.

Kemungkinan kondisi ketiga: guru melaksanakan tugas

ku

rang bertanggung jawab, hubungan kerja dengan Kepala

Se

kolah kurang akrab, hasil yang didapat kurang

memuaskan

baik dalam jumlah maupun nilainya.

Kemungkinan keempat: Guru melaksanakan tugas kurang

tanggung jawab, tetapi hubungan kerja cukup akrab

ber

jumlah

lulusan tetapi tinggi namun nilainya kurang memuaskan.

Apabila kita hubungkan dengan kriteria penggolongan nilai hasil belajar siswa, maka sebaran tersebut

ada

lah sebagai berikut:

Kategori nilai hasil belajar baik terdiri dari:
Angka 10 dengan pengertian nilai istimewa.
Angka 9 dengan pengertian nilai baik sekali.
Angka 8 mempunyai pengertian nilai baik.

Kategori nilai belajar cukup terdiri dari:

Angka 7 mempunyai pengertian nilai lebih dari cukup.
Angka 6 mempunyai pengertian nilai cukup.

Angka 5 mempunyai pengertian nilai hampir cukup.
Kategori nilai hasil belajar kurang terdiri dari:

Angka 4 mempunyai pengertian nilai kurang.

Angka 3 mempunyau pengertian nilai kurang sekali.

11

Kategori nilai hasil belajar buruk terdiri dari:
Angka 2 mempunyai pengertian nilai buruk.

Angka 1 mempunyai pengertian nilai buruk sekali.
Kondisi-kondisi yang peneliti ungkapkan

merupakan kondisi yang umum terjadi pada setiap

di rauka

lembaga

pendidikan. Kepala sekolah harus mampu memantau kondisi
lembaga yang dipimpinnya, terutama tentang

pelaksanaan

tugas guru serta hubungan kerja yang terjadi antara Ke
pala Sekolah itu sendiri dengan guru-guru yang dipimpin
nya. Adakalanya Kepala Sekolah terjebak oleh

keadaan

yang terselubung, yaitu hubungan kerja yang tidak riil,
sebagai contoh: apabila Kepala Sekolah hadir di

sekolah

maka kelihatan, bahwa guru-guru bersungguh-sungguh dalam
melaksanakan tugasnya, dan akrab dengan Kepala

Sekolah,

tetapi hal ini akan berubah sekali apabila Kepala

Seko

lah sedang berhalangan sehingga tidak dapat hadir di se

kolah, guru-guru akan bekerja semaunya dan kurang

ber

tanggung jawab.

Berdasarkan kenyataan tersebut, maka latar

kang masalah penelitian ini ialah berpangkal dari

bela

ren-

dahnya nilai EBTANAS yang disebabkan oleh belum berfung-

sinya Kepala Sekolah dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya, sehingga berpengaruh kepada pelaksanaan tugas gu
ru-guru.

12

B. Identifikasi Masalah

Pendidikan di Sekolah Dasar dihadapkan pada dilema

antara jumlah (kuantitas) dan mutu (kualitas). Jumlah lu

lusan yang banyak dengan nilai rata-rata yang banyak

de

ngan nilai rata-rata yang tinggi merupakan idaman

semua

lembaga pendidikan, tetapi biasanya hal tersebut

sukar

dicapai secara bersamaan.

Nilai-nilai lulusan siswa yang tinggi dapat

ter

jadi apabila diawali dengan seleksi nilai kenaikan kelas
yang ketat. Tetapi biasanya Kepala Sekolah lebih menekan-

kan kepada jumlah yang banyak untuk setiap kenaikan kelas
tetapi kurang memperhatikan nilai-nilai siswa.

Berpijak pada situasi yang demikian, maka timbullah persaingan antara sekolah satu dengan sekolah

lain-

nya, baik dalam jumlah siswa yang naik kelas maupun dalam
jumlah kelulusan (output). Hal yang demikian akan merupa
kan kebanggaan tersendiri baik Kepala Sekolah maupun

gu

ru- gurunya.

Hal tersebut akan terlihat pada data pra peneliti
an Hasil

EBTANAS Sekolah Dasar di Kotamadya

pung tahun ajaran 1986/1987 sebagai berikut:

Bandar Lam

13

TABEL 1

REKAPITULASI PENGELOMPOKAN NILAI MATA PELAJARAN
HASIL EBTANAS SEKOLAH DASAR NEGERI DAN SWASTA

DI KOTAMADYA BANDAR LAMPUNG, 1986/1987
Status
S.D.

Negeri

Swasta

Jumlah
S.D.

168

34

Negeri

168

Swasta

34

Negeri

Swasta

Negeri

Jumlah
Peserta

Mat a

Kip.

Pljr

nilai

9.875

P.M.P

2.402

9.875
2,402

P.M.P

B.Ind.

B.Ind

168

9.875

Mat em

34

2,402

Mat em

168

9.875

I.P.S

34

2,402

I.P.S

Negeri

168

9.875

I.P.A

Swasta

34

2.4P2

I.P.A

Swasta

Slumber deit a:

6,01
6,00
5,99
6,01
6,00
5,99
6,01
6,00
5,99
6,01
6,00
5,99
6,01
6,00
5,99
6,01
6,00
5,99
6,01
6,00
5,99
6,01
6,00
5,99
6,01
6,00
5,99
6,01
6,00
5,99

Jumlah
siswa

7.463
271
2.141

1.953
85
364
7.559
159
2.157
1.356
48

498
1.752

408

£
76
3
21

81
4

15
77
2
21

77
2
21

18
4

7.725
882
134

78
37

1.386
3.297

57
34

244

2

6.33 A
1.209
131

64
50
5

1.062

45
41
4
55
47

6

4.001

360
5.514
1.103
75

1,224

Laporsin Penyedenggar*lan EBTiINAS
•>-.

Tlnv

Lampung"1986/1987 hal. 121, 122
123 dan 125.

3
50

14

Berdasarkan data tersebut, maka apabila dirata-ra-

takan adalah sebagai berikut: Sekolah Dasar Negeri:
*T-n •

Nxlax

a o-.
76 + 77 + 18 + 34 + 41
6,01
= _____

x i £ = 49,2 £

5

6,00 =

3+2 + 4+2 + 4

— x 1 £ - 3 $>

5

21+21+78+64+55



x 1 + = 47,8 £

Sekolah Dasar Swasta:

81 + 77 + 37 + 50 + 46

6,01 =



x 1 = 58,2
5

6,00 =

5,99 _
Nilai-nilai

4+2 + 6 + 5 + 3

— xl^= 4 %

15+21+57+50+45

x 1 $> = 37,8 #

tersebut di atas ialah untuk melihat

bobot

pengetahuan siswa pada Nilai EBTANAS Murni (NEM), sedang
kan untuk menentukan nilai dalam STTB digunakan
sebagai berikut :

P + Q + nR
2

+

n

rumus

15

Keterangan:

P = Nilai Rapor Caturwulan I kelas VI

Q - Nilai Rapor Caturwulan II kelas VI
R = Nilai EBTANAS Murni

n = Koefisien R yang nilainya bergerak antara

2 - 0,5 yaitu: 2, 1, 0, 9, 8, 0, 7, 0, 6,
0, 5).

Sedangkan untuk menentukan nilai bidang studi yang
cantumkan dalam STTB yang diperoleh dari EBTA

di-

digunakan

rumus sebagai berikut :
P + Q + 2R

Keterangan:

P = nilai rapor Caturwulan I kelas VI
Q = nilai rapor caturwulan II kelas VI
R = nilai rapor yang diperoleh pada EBTA

(SK Kakanwil DEPDIKBUD Propinsi Lampung, 1986: 17-18)
Memperhatikan ketentuan tersebut di atas,

makin

jelaslah bahwa EBTA maupun EBTANAS lebih cenderung
nentukan bobot pengetahuan seorang siswa pada

me

kelompok-

nya dan bukan menentukan lulus atau tidaknya seorang sis
wa Sekolah Dasar.

Kondisi hasil EBTA siswa Sekolah Dasar

tersebut

secara organisasi menurut Warren Benis (1978: 281-193 )
dapat disebabkan oleh tiga dimensi, yaitu dimensi teknis,

16

dimensi konsep dan dimensi manusia.
Dimensi teknis lebih cenderung berhubungan

dengan

tatanan organisasi berdasarkan organisasi, yaitu

yang

berhubungan dengan mekanisme organisasi, jalur tatakerja,
jalur informasi, pembagian tugas dan wewenang.

Dimensi konsep lebih cenderung berhubungan dengan
filsafat organisasi, tujuan organisasi, alasan didirikan-

nya suatu organisasi serta kriteria keberhasilan organi
sasi .

Dimensi manusia erat hubungannya dengan unsur pa

ra pelaksana. Unsur pelaksana merupakan unsur yang

sa

ngat menentukan.

Masalah yang dihadapi oleh seorang pemimpin

or

ganisasi dalam hubungan ini ialah:

Masalah organisasional, masalah motivasi kerja dan masa
lah suasana kerja.

1. Masalah Organisasional

Masalah ini menyangkut usaha memadukan

kepen-

tingan organisasi dan kepentingan anggota. Seorang memasuki suatu organisasi disebabkan oleh adanya kepentingan-

kepentingan tertentu, demikian juga suatu organisasi didirikan karena adanya maksud-maksud tertentu juga.

Seorang Kepala Sekolah Dasar Negeri

merupakan

wakil Pemerintah untuk mengelola sekolah yang dipimpin

nya, 0leh sebab itu wajarlah kalau kalau Kepala Sekolah

17

berupaya untuk memajukan Sekolah yang dipimpinnya.

Upaya

tersebut tercermin dalam perilaku kepemimpinannya

yang

dapat terlihat dalam cara memberi perintah kepada

guru-

guru, membagi tugas, membimbing guru-guru maupun tindakan
tindakan yang lain.

Dalam melaksanakan tugas, baik guru-guru

maupun

Kepala Sekolah, mempunyai keterbatasan yaitu karakteristik individu dan karakteristik organisasi.
Karakteristik individu meliputi :

Tingkat kemampuan individu,

Tingkat kebutuhan individu, dan

Kepercayaan individu terhadap dirinya,
Pengalaman,

Sifcap individu.

Sedangkan karakteristik organisasi menyangkut

masalah

yang berhubungan dengan:
hirargi,
tugas-tugas,
wewenang,

imbalan,
kontrol.

2. Masalah Motivasi Kerja

Tidak akan dimungkiri, bahwa sebagian besar orang

bekerja, mengharapkan suatu imbalan, biasanya
yang paling dominan ialah bersifat materi.

imbalan

18

Tingkat pencapaian prestasi individu dalam bekerja
suatu lembaga tidak seluruhnya tergantung dari

pada

imbalan

yang diterima.

Motiv berprestasi ini akan menjadi makin

tinggi

apabila :al tersebut dapat menimbulkan kebahagiaan
sendiri (kepuasan kerja). Pengakuan pimpinan

ter-

terhadap

prestasi kerja staf akan menarnbah gairah kerja staf,

se-

baliknya apabila pimpinan kurang dapat menghargai

pres

tasi kerja staf, maka secara tidak langsung akan

menira-

bulkan motivasi kerja yang^bergairah. Hal xnx akan

punyai akibat terlambatnya pencapaian tujuan yang

mem

diha

rapkan, hasil kerja yang kurang bermutu, serta hambatanhambatan lain yang senantiasa mengganggu kelancaran orga
nisasi.

Teori Thorndike yang diterapkan dalam

organisa

si tentang konsep penguatan (reinforcement concept),

sa

ngat erat hubungannya dengan motivasi. Perbedaannya ada
lah apabila motivasi cenderung timbul

dari dalam

individu, maka teori penguatan (reinforcement)

diri

merupakan

perilaku yang ditimbulkan oleh adanya pendorong dari luar
atau adanya rangsangan tertentu (Edgar H. Schein,

1983:

101).

Ada tiga unsur penguat (reinforce) yang dapat

me

nimbulkan penguatan (reinforcement) tindakan individu :
Adanya hadiah yang bersifat materi.

19

Adanya unsur-unsur yang menyenangkan.

Adanya unsur-unsur yang membuahkan kenaikan hubungan
(association) antara respon dan stimulus yang dihasilkan-

nya. Sifat konsep yang ketiga ini dapat bersifat

menye

nangkan atau tidak menyenangkan (Edgar H. Schein,

1983:

101-102).

McClelland dalam hal yang demikian

mengemukakan

teori kebutuhan yang dihubungkan dengan n Ach ( need
achievement), yaitu kebutuhan akan prestasi,

for

kebutuhan

akan afiliasi dan kebutuhan akan kekuasaan. Kesan

yang

diperoleh dari hasil penelitiannya ialah :
Orang yang mempunyai n Ach tinggi lebih

senang

menghindari tujuan hasil karya yang mudah dan sukar.
Mereka sebenarnya lebih menyenangi tujuan yang sebatas kemampuannya yang

dapat mereka capai.

Orang yang mempunyai n Ach tinggi lebih
menyenangi
umpan balik yang cepat, tampak dan efisien
mengenai
hasil karya mereka.

Orang yang mempunyai n Ach tinggi senang

bertanggung

jawab akan pemecahan persoalan.

(Djurban Wahid, 1984: 100).
3. Masalah Suasana Kerja

Suasana kerja timbul sebagai akibat dari

adanya

iklim organisasi. Sedangkan iklim organisasi itu
timbul sebagai akibat hubungan kerja yang harmonis

sendiri
atau

tidak harmonis dalam suatu organisasi.

Iklim organisasi yang menunjang akan dapat

menim

bulkan suasana kerja.yang sehat dan baik, dan

sebaliknya

suasana kerja yang buruk dapat timbul sebagai

akibat

20

iklim organisasi yang buruk. Hubungan kerja yang

buruk

apabila pimpinan organisasi bersifat birokratis,

kurang

memperhatikan situasi stafnya pada saat tertentu.
Kondisi-kondisi seperti tersebut di atas akan mem

punyai pengaruh kepada sikap dan perilaku staf dalam me
laksanakan tugasnya. Sikap senang akan menimbulkan

ke-

cenderungan staf untuk bekerja secara sungguh-sungguh
serta penuh tanggung jawab.

Suasana kerja yang penuh gairah, sebenarnya

sangat menguntungkan bagi pimpinan organisasi,

akan

terutama

bagi pencapaian tujuan organisasi itu sendiri. Staf yang

kurang bergairah dalam bekerja sukar diharapkan

untuk

mencapai target tertentu. Guru-guru beranggapan bahwa keberhasilannya dalam bekerja lebih c nderung hanya

kepentingan Kepala Sekolah, karena guru-guru

untuk

mendapat

perlakuan yang sama baik guru yang raj in maupun yang ku
rang raj in, misalnya dalam hal kenaikan pangkat

pangkat

ataupun nilai guru dalam DP3.

4. Kepemimpinan dan Administrasi Pendidikan
Administrasi merupakan alat, alat tersebut

dapat

membantu kelancaran usaha organisasi untuk mencapai tuju

an dengan efektif. Untuk kelancaran usaha tersebut diper
lukan aturan-aturan tertentu, yang mengikat semua

anggo

ta yang terlibat di dalamnya untuk memahami dan melaksa-

21

nakan tugasnya dengan tanggung jawab.

Keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai

tujuan

yang diharapkan adalah menjadi tanggung jawab sepenuhnya
pimpinan yang mengatur pelaksanaan administrasi tersebut.

Pemimpin harus mampu mengatur tiga unsur pokok administra
si yang dikenal dengan sebutan "the 3. M_sM, yaitu : Man,
Material and Money.

Untuk kelancaran pelaksanaan tugasnya,seorang

mimpin membagi-bagi tugas yang ada pada anggota

pe

stafnya

sesuai dengan kemampuan staf tersebut masing-masing.

Da

lam hal yang demikian maka tugas seorang pemimpin hanya-

lah membagi tugas, mengawasi dan mengevaluasi hasil kerja
yang didapat.

Administrasi pendidikan mempunyai

prinsip-prinsip

dan aturan-aturan yang tidak jauh berbeda dengan prinsip
prinsip serta aturan administrasi pada umumnya.
Administrasi pendidikan mencakup semua

kegiatan

dan pengurusan masalah pendidikan, termasuk juga kegiatan

dan pengaturan tentang administrasi sekolah. Administrasi
pendidikan tidak akan menjadi baik, kalau pengelolaan ad
ministrasi sekolahnya kurang baik, oleh sebab itu

peran

seorang Kepala Sekolah sangat penting.

Kepala Sekolah sebagai pengelola administrasi

se

kolah yang dipimpinnya dituntut untuk menguasai tugas-tugas administrasi yang menjadi tanggung jawab.

22

Tugas-tugas administrasi sekolah yang

menjadi

tanggung jawabnya meliputi:
Administrasi keuangan.

Administrasi kepegawaian
Administrasi pengajaran
Administrasi kesiswaan

Administrasi perlengkapan
Administrasi umum.

Secara operasional maka Kepala Sekolah hanya

se

bagai pengatur terhadap pelaksana administrasi sekolah,
sedangkan pelaksana yang sebenarnya ialah para guru-guru.

Tugas Kepala Sekolah adalam hal ini ialah: mengorganisa-

sikan guru dalam tugas-tugas tertentu, mengawasi
sanaannya dan mengevaluasi hasil kerja yang

pelak-

dilakukan

oleh guru-guru tersebut.
C. Perumusan Masalah

Kepemimpinan Kepala Sekolah Dasar yang

dimaksud

dalam penelitian ini ialah pelaksanaan tugas-tugas Kepa
la Sekolah Dasar yang berhubungan dengan guru,untuk men
capai tujuan pendidikan.

Seperti telah diungkapkan di muka tugas-tugas Ke
pala Sekolah Dasar tersebut meliputi:

Melaksanakan proses belajar mengajar (P.B.M), melaksana
kan bimbingan siswa dan melaksanakan administrasi kelas.

23

Berdasarkan hal tersebut, maka permasalahan pokok

dalam penelitian ini ialah: pelaksanaan kepemimpinan Ke
pala Sekolah dan pelaksanaan tugas guru, sedangkan perumusan masalahnya ialah: Bagaimana pendapat guru tentang

pelaksanaan Kepemimpinan Kepala Sekolah, dan

bagaimana

pendapat guru tentang tugas-tugasnya.

Komponen pembahasan yang berhubungan dengan masa
lah tersebut meliputi:

Pendapat guru tentang supervisi yang dilakukan Kepala Se
kolah;

Pendapat guru tentang pengawasan yang dilakukan Kepala
Sekolah;

Pendapat guru tentang evaluasi yang dilakukan Kepala Se
kolah;

Pendapat guru tentang pelaksanaan proses belajar

meng

ajar yang dilakukannya;

Pendapat guru tentang bimbingan siswa yang dilakukannya;
Pendapat guru tentang administrasi kelas yang dilakukan
nya;

Berdasarkan komponen-komponen tersebut di

atas,

maka tujuan penelitian ini ialah:

Mengungkapkan pendapat guru tentang supervisi yang dila
kukan oleh Kepala Sekolah;

Mengungkapkan pendapat guru tentang pengawasan yang di
lakukan oleh Kepala Sekolah;

24

Mengungkapkan pendapat guru tentang penilaian yang

di

lakukan oleh Kepala Sekolah;

Mengungkapkan pendapat guru tentang proses belajar meng
ajar yang dilakukannya.

Mengungkapkan pendapat guru tentang bimbingan kepada sis
wa yang dilakukannya;

Mengungkapkan pendapat guru tentang administrasi

kelas

yang dilakukannya;

Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi para

Kepala Sekolah di Bandar Lampung khususnya untuk lebih
raeningkatkan diri sebagai pemimpin sekolahnya, sedangkan
bagi guru-guru diharapkan untuk lebih memahami dan meng-

hayati tugas-tugasnya sebagai suatu kewajiban dan bukan
sebagai suatu beban yang memberatkan dirinya,
akan timbul suatu hubungan yang harmonis antara
Sekolah dengan guru-guru yang dipimpinnya.

sehingga
Kepala

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian ini, maka populasi

penelitian ini mengacu kepada karakteristik pendapat gu
ru tentang kepemimpinan yang dilakukan oleh Kepala Seko
lah dan pendapat guru tentang tugas yang dilaksanakannya,
dengan wilayah penelitian di Kotamadya Bandar

Lampung.

Karakteristik yang diharapkan dapat dipantau oleh
penelitian ini meliputi:

Kepemimpinan yang dilakukan Kepala Sekolah:
Supervisi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah;
Pengawasan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah;
Evaluasi kerja guru yang dilakukan Kepala Sekolah.

Pendapat guru tentang yang dilaksanakannya meliputi:

Pendapat guru tentang proses belajar mengajar yang dila
kukannya;

Pendapat guru tentang bimbingan kepada siswa yang dila
kukannya;

Pendapat guru tentang tugas aiministrasi sekolah

yang

dilakukannya.

Adapun subyek populasi penelitian ini
57

sebanyak

58

3.652 orang guru yang bertugas di Kotamadya Bandar

pung, yang terdiri dari 3.283 guru Sekolah Dasar

Lam

Negeri

dan 369 orang guru Sekolah Dasar Swasta.
TABEL 2

JUMLAH SEKOLAH DASAR NEGERI DAN SWASTA SERTA
JUMLAH GURU SEKOLAH DASAR NEGERI DAN SWASTA

DI KOTAMADYA BANDAR LAMPUNG 1987

No

Nama Kecamatan

Jml. Sekolah Swasta

Neg.

Swt

. r.

Jml.

Guru

Neg.

Swt.

r

448

38

486

525

62

587

25

484

39

523

6

29

385

69

454

23

3

26

389

22

411

7

2

9

107

38

145

Sukarame

10

2

12

167

20

187

8.

Panjang

14

4

18

253

39

292

9.

Kedaton

23

4

27

525

42

567

168

34

202

3283

1.

T. Karang Barat

28

3

31

2.

T. Karang Pusat

.19

6

25

3.

T, Karang Timur

21

4

4.

T. Betung Utara

23

5.

T. Betung Sel.

6.

T.Betung Barat

7.

Jumlah



369

3652

Sumber: Laporan Bulanan Dinas DIKBUD. Kodya Bandar
Lampung 1987.
2. Sampel Penelitian

Menginagt jumlah populasi yang cukup besar,

maka

penelitian ini menggunakan sampel. Alasan penggunaan sam
pel dalam penelitian ini ialah:
Waktu yang tersedia terbatas;
Terbatasnya dana yang tersedia.

59

Agar sampel yang diambil cukup representatif,ser
ta mampu mewakili populasi yang ada, maka digunakan tek
nik random sampling berdasarkan proporsi guru pada

se

tiap kecamatan. Adapun besarnya proporsi pada setiap ke-

capatan ialah 4$.
TABEL 3

SAMPEL PENEL: jTTAN DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK
' PROPORTIONAL RANDOM SAMPLING GURU-GURU
SEKOLAH DASAR KOTAMADYA BANDAR LAMPUNG

^^^Sekolah Dasar

Negeri

Sampel

Swasta

(4*)

Kecama- ^^\^^
tan
^"-^^

Sampel

(4#)

^



T. Karang Barat

448

18

38

2

20

T. Karang Pusat

525

21

62

3

24

T. Karang Timur

484

20

39

2

22

T. Betung Utara

385

15

69

3

13

T. Betung Seltn.

389

16

22

1

17

T. Betung Barat

107

4

38

2

6

Sukarame

167

7

20

1

8

Panjang

253

10

39

2

12

Kedaton

525

21

42

2

24

18

150

Jumlah Sampel

132

Berdasarkan tabel tersebut maka sampel yang diguna

kan dalam penelitian ini sebesar 150 orang guru yang tersebar pada 9 kecamatan.

Untuk menentukan lokasi sampel,

maka peneliti

60

mengadakan undian, yang menghasilkan lokasi seperti pada
tabel berikut:

TABEL 4
NAMA-NAMA SEKOLAH DASAR NEGERI DAN SWASTA
DI KOTAMADYA BANDAR LAMPUNG
YANG
DIJADIKAN
SAMPEL
PENELITIAN

Nama Sekolah
No.'

Dasar

Kecamatan

Negeri

1.

T.Karang Barat

SDN 5 Kemiling
SDN 14 Sukajawa
SD Inpres GD.Air

2.

T.Karang Pusat

SDN 1 Simpur
SDN 2 Penengahan
SDN 2 Penengahan
SDN 2 Kp.

Swasta

SD Dharmawijata

SD Persit K.C.K

Sawah

3. T.Karang Timur

SDN 4 Kedamaian
SDN 5 Wonosari

T.Betung Utara

SDN 3 Smr. Batu

SD K. Lydia

SDN 3 Pengajaran
4.

SD

5.

T.Betung Sltn

SD Kaverius

Inpres Peng
ajaran

SDN 3

Gd.Pakuon

SD Bodhisatwa

SDN 6 Sukaraja

6.

T.Betung Barat

SDN 1

Gd.Pakuon

SDN 2

Pahoman

SD Muhammadiyah

SDN 1 Longsir
7.

Sukarame

SDN 1

Sukabumi

SDN 4

Sukarame

SD Tunas Karya

8. Panjang

SDN 4 Way Lunik
SDN 1 Srengsem

SD Muhammadiyah

9. Kedaton

SDN 2 Kmp.Baru

SD Sejahtera

SDN 4 Kedaton
SDN 2 Labuhan Ratu

61

B. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Pendapat Guru tentang Kepemimpinan yang
Dilakukan Kepala Sekolah

Teknik pengumpulan data tentang kepemimpinan yang
dilakukan oleh Kepala Sekolah dalam penelitian ini meng
gunakan teknik angket. Pertanyaan-pertanyaan

tersebut

berisi tentang pendapat guru yang dihubungkan dengan ke
pemimpinan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah.
Pertanyaan-pertanyaan yang mengacu tentang

kepe

mimpinan Kepala Sekolah terdiri atas tiga kelompok,

ya

itu:

Supervisi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah;
Pengawasan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah;

Evaluasi (penilaian) kepada guru yang dilakukan
oleh Kepala Sekolah.

Angkat yang harus dijawab oleh guru berupa pernyataan-

pernyataan (statement). Pada setiap nomor pernyataan,ha
nya ada dua alternatif jawaban, yaitu: senang - tidak se
nang.

Jumlah item perkelompok adalah sebagai

berikut :

Supervisi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah terdiri da
ri 12 item -pernyataan;

Pengawasan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah terdiri da

ri 8 item pernyataan;

62

Evaluasi (penilaian) kepada guru yang dilakukan oleh Ke
pala Sekolah terdiri dari 5 item pernyataan.
2. Data Pendapat Guru tentang Tugas-tugas yang
Dilakukannya

Seperti halnya pada pengumpulan data

Pelaksanaan

Kepemimpinan Kepala Sekolah, maka di sini juga digunakan
teknik angket.

Tugas-tugas guru dalam penelitian ini dikelompokan dalam tiga kelompok, yaitu:

Tugas melaksanakan administrasi sekolah;

Tugas melaksanakan Proses Belajar, Mengajar;
Tugas melaksanakan bimbingan kepada siswa.

Item disusun berdasarkan pernyataan (statement),
dan bukan pertanyaan.

Alternatif jawaban setiap pernyataan ialah: setu-

ju atau tidak setuju. Banyaknya item pada setiap

kelom

pok adalah sebagai berikut:

Tugas melaksanakan administrasi sekolah terdiri dari

95

pernyataan.

Tugas melaksanakan Proses . Belajar Mengajar terdiri

da

ri 15 pernyataan.

Tugas melaksanakan bimbingan kepada siswa terdiri

dari

11 pernyataan.

Sekor jawaban pilihan: setuju ialah 1 (satu),

sedangkan

63

untuk pilihan tidak setuju ialah 0 (nol).
C. Definisi Operasional dan Cara Pengukuran
1. Definisi Operasional variabel X

Kepemimpinan ialah suatu kegiatan pimpinan
membantu bawahan dalam mencapai tujuan bersama,

untuk
dengan

melaksanakan fungsi yang bertalian dengan tujuan

dan

fungsi yang bertalian dengan hubungan dan suasana

kerja

(J.F. Tahalele, 1975: 3).
Sesuai dengan Buku Petunjuk Administrasi
Dasar, maka tugas Kepala Sekolah Dasar ialah

Sekolah

melaksana

kan supervisi kepada guru, pengawasan kepada guru

dan

evaluasi (penilaian) terhadap pelaksanaan tugas guru.
Berdasarkan hal tersebut maka untuk memahami pelaksanaan

kepemimpinan tersebut peneliti menyusun angket

tentang

supervisi yang dilakukan Kepala Sekolah, Pengawasan yang

dilakukan Kepala Sekolah dan evaluasi (penilaian)

yang

dilakukan Kepala Sekolah.

Supervisi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah.

Definisi operasional: "Supervisi ialah

kegiat

an pelayanan yang membantu guru untuk menyelesaikan

tu

gasnya dengan baik".(Kimbal Wiles, 1953: 3).
Cara pengukuran: Pendapat guru tentang supervisi yang di
lakukan oleh Kepala Sekolah diukur dengan menjumlahkan
sekor pendapat guru, senang sekor 1 (satu) dan tidak se

nang sekor 0 (nol). Adapun kegiatan-kegiatan

supervisi

64

yang dilakukan oleh Kepala Sekolah sesuai dengan Buku Pe
tunjuk Administrasi Sekolah Dasar, meliputi:
Mengadakan rapat-rapat rutin dengan guru, mengadakan kun

jungan kelas ketika guru mengajar, mengadakan rapat

ngan guru dalam hal memutuskan sesuatu, mengadakan

de

rapat

khusus kalau terjadi hal-hal yang mendesak, menyelesaikan
perselisihan antar guru, mengadakan rapat dalam

membagi

tugas, memeriksa daftar hadir guru, menegur guru yang ti

dak hadir tanpa ijin, memeriksa Satuan Pelajaran (S.P)
guru, memeriksa guru untuk bertanggung jawab terhadap tu
gasnya, membimbing guru menyusun rencana kegiatan.
Pengawasan Kepala Sekolah.

Definisi operasional: Pengawasan Kepala Sekolah

ialah kegiatan Kepala Sekolah memantau pelaksanaan

tugas

guru. (J.F. Tahalele, 1975: 89).
Cara pengukuran pendapat guru tentang

pengawasan

Kepala Sekolah dengan menjumlahkan sekor pendapat

Pendapat senang dengan sekor 1 (satu), tidak senang
kor 0 (nol).
Adapun kegiatan-kegiatan tersebut beliputi:
Menegur kesalahan guru dalam forum rapat;

Mengadili guru secara terbuka;
Menegur guru secara pribadi;
Mengawasi guru melalui laporan guru lain;
Mempercayai informasi guru

Melaporkan kesalahan guru kepada Penilik T.K./S.D.

guru.

se

65

Evaluasi (penilaian) Kepala Sekolah kepada

guru.

Definisi operasional: Evaluasi (penilaian) Kepala
Sekolah ialah kegiatan Kepala Sekolah dalam

mempertim-

bangkan pelaksanaan tugas guru.

Cara Pengukuran evaluasi (penilaian) Kepala

Seko

lah: Pengukuran pendapat guru tentang penilaian yang di
lakukan Kepala Sekolah dengan menjumlahkan sekor

penda

pat guru, senang dengan sekor 1 (satu) dan tidak

senang

dengan sekor 0 (nol).

Adapun kegiatan-kegiatan evaluasi (penilaian) ter
sebut meliputi:

Membuat catatan tentang penyelesaian tugas guru;
Membuat daftar hadir guru;

Memberhatikan catatan harian yang dibuat untuk

mengisi

DP3 (Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan).
Mencatat guru-guru yang bermasalah;

Mendisiplinkan guru-guru melalui pengisian DP3;
Mengisi DP3, secara obyektif;

Memperhatikan tingkat penyelesaian GBPP guru setiap akhir
semester.

2. Definisi operasional tentang pendapat pendapat

guru dalam melaksanakant tugasnya ialah: kon
disi psikologis yang mengiringi guru dalam me
laksanakan proses belajar mengajar, melksana kan bimbingan kepada siswa dan melaksanakan ad
ministrasi sekolah.

66

Untuk mengetahui hal tersebut, maka dalam peneli
tian ini diadakan pembahasan setiap komponen yang

dise-

susaikan dengan Buku Petunjuk Administrasi Sekolah Dasar

yaitu: Pendapat guru dalam melaksanakan proses

belajar

mengajar.

Definisi operasional: ialah kondisi psikologis guru yang

bersifat senang atau tidak senang pada waktu

melakukan

kegiatan pengajaran.

Kegiatan tersebut meliputi:

Menyusun Satuan Pelajaran (S.P.) sebagai suatu kewajiban
Menyusun alat peraga;

Melaksanakan kegiatan tatap muka;

Menyiapkan materi pelajaran;

Menghadapi murid yang tertinggal secara individual;

Mengajar menggunakan Satuan Pelajaran (S.P)
Menyusun Satuan Pelajaran (S.P) dibimbing Kepala Sekolah;
Satuan Pelajaran (S.P) dikontrol Kepala Sekolah;
Rapat sebelum mendapatkan tugas mengajar;

Dikunjungi Kepala Sekolah ketika sedang mengajar;

Ditegur Kepala Sekolah karena tidak menyusun Satuan Pel
ajaran (S.P);
Mengajar sesuai dengan GBPP;

Mengajar sesuai dengan jadwal yang telah disusun.

Sekor pendapat senang adalah 1 (satu), tidak senang ada
lah nol (0).

67
*

Pendapat guru dalam melaksanakan bimbingan kepa
da siswa.

Definisi operasional: Pendapat guru dalam melak
sanakan bimbingan kepada siswa ialah kondisi psikologis
yang mengiringi guru dalam membantu siswa mengatasi ke
sulitan belajar. Kondisi psikologis tersebut bisa

se

nang atau tidak senang.

Cara pengukuran pendapat guru dalam melaksanakan
bimbingan kepada siswa tersebut dengan menggunakan ang
ket tentang:
Pendapatnya dalam mengadakan absensi siswa;

Pendapatnya dalam memberi bimbingan secara indivdual ke
pada siswa;

Pendapatnya dalam membuat catatan tentang kemajuan bel
ajar siswa;

Pendapatnya dalam mencatat siswa yang mengalami kelainan;

Pendapatnya dalam memecahkan masalah siswa;
Pendapatnya tentang pelaksanaan kunjungan ke rumah sis
wa;

Pendapatnya dalam membuat buku penghubung;

Pendapatnya tentang raemperbaiki kesalahan siswa;
Pendapatnya tentang hukuman kepada siswa.
Sekor untuk ini didapat dengan menjumlahkan pen

dapat yang senang adalah 1 (satu) dan tidak senang ada
lah 0 (nol)

68

Pendapat Guru melaksanakan tugas administrasi se
kolah

Definisi operasional tentang pendapat guru
melaksanakan tugas administrasi sekolah ialah:

dalam

kondisi

psikologis yang mengiringi guru dalam membantu Kepala Se
kolah untuk mencatat atau menyusun laporan tentang kegia
tan atau situasi sekolah.

Cara pengukuran pendapat guru dalam melaksanakan

tugas

administrasi sekolah ialah dengan angket yang berisi pertanyaan tentang:

Pendapat guru dalam menyusun daftar siswa menurut urutan
nomor induk;

Membuat catatan kelompok kemampuan siswa;

Mengarsipkan nama-nama siswa berikut identitas orang tua/
walinya;
Membuat catatan tentang situasi sekolah;

Membuat catatan tentang hasil rapat dengan Kepala Sekolah;
Mengisi buku nilai harian siswa;

M