PELAKSANAAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN PENGARUHNYA PADA TUGAS-TUGAS GURU: Studi Pendapat Guru Tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah Dasar di Kotamadya Bandar Lampung.
PELAKSANAAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
DAN PENGARUHNYA PADA TUGAS-TUGAS GURU
f
(Studi Pendapat Guru Tentang Kepemimpinan Kepala
Sekolah Dasar di Kotamadya Bandar Lampung)
Diajukan kepada Panitia Ujian Tesis
Institut Keguruan dan llmu Pendidikan Bandung
untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat
Program Pasca Sarjana (S2)
Bidang Studi Administrasi Pendidikan
Oleh :
EDY
SANTOSO
389/A/XVI-8
FAKULTAS
PASCA
SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
19 8 8
Halaman
Pengesahan
Disetujui
dan
disahkan
JzuaJ^
Prof. Dr.
A. SANUSI. S.H. M.P^A.
Pembimbing
Prof. Dr. Oteng Sutisna,J)*rSc
Pembimbi
ABSTRAK
Tesis yang berjudul : 'Pelaksanaan
Kowm.i.rnPi n:m
Kepala Sekolah' dan Pengaruhnya •. Pada Tugas - Tugas Guru
(Studi Pendapat Guru Tentang Kepemimpinan; ,Kepala Sekolah
Dasar di Kotamadya Bandar Lampung)..
berawal dari
nilai
hasil ujian EBTANAS siswa Sekolah Dasar di Kotamadya Ban
dar Lampung yang kurang memuaskan.
EBTANAS siswa Sekolah Dasar tidak memberikan kriteria lulus atau tidak lulus, tetapi hanya member!
bobotan terhadap kemampuan siswa dalam mengikuti
pem-
ujian.
Berdasarkan hal tersebut maka permasalahan dalam penelitian ini ialah: Bagaimana pendapat guru tentang kepemim
pinan yang dilakukan Kepala Sekolah dan bagaimana pendapatnya tentang tugas-tugas yang dilakukannya.
Mengacu teori kepemimpinan dan paradigma Getzel &
Guba, bahwa tugas pemimpin dihadapkan kepada dua dimensi
yaitu dimensi tugas untuk mencapai tujuan dan dimensi hubungan dengan stafnya, serta Buku Petunjuk Administrasi
Sekolah Dasar hasil Keputusan Bersama Menteri
Pendidikan
dan Kebudayaan dengan Menteri Dalam Negeri No. 33
tahun
1983 dan No. 02a/U/1983, peneliti berusaha membuktikan
hipotesis yang diajukan.
Menggunakan analisis deskriptif dari jawaban ang-
ket yang peneliti berikan kepada 150 orang guru
nx
sebagai
sampel, didapatkan hasil sebagai berikut:
Guru-guru yang berpendapat dalam kategori senang
sampai
dengan senang sekali terhadap kepemimpinan yang dilaku-
kan Kepala Sekolah sebanyak 121 orang (80%),
sedangkan
dalam kategori netral sebanyak 17 orang (11,3$) dan ka
tegori kurang senang sampai dengan sangat kurang
senang
24 orang (8,7 #).
Pendapat guru tentang tugas yang dilakukannya terdapat:
Kategori senang sampai dengan sangat senang sekali
102
orang (68$), kategori netral 37 orang (24,6$) dan kate
gori kurang senang sampai dengan kurang senang
sekali
11 orang (7,4%).
Unsur-unsur kepemimpinan yang sangat disenangi
oleh guru-guru ialah:
Pemeriksaan kebersihan kelas oleh Kepala Sekolah;
Kesalahan guru ditegur secara terbuka dalam rapat;
Evaluasi penyelesaian kurikulum dan GBPP.
Unsur-unsur pelaksanaan kepemimpinan yang
kurang
disenangi guru:
Kunjungan kelas ketika guru mengajar;
Meneliti kesalahan guru;
Penyusunan grafik absensi guru.
Unsur-unsur pelaksanaan tugas guru yang
disenangi:
iv
sangat
Menyusun Satuan Pelajaran (S.P);
Mencatat siswa yang tertinggal pelajaran;
Menyusun daftar hadir siswa menurut nomor urut nomor.
Unsur-unsur yang kurang disenangi ialah:
Ditegur Kepala Sekolah karena tidak menyusun S.P;
Mencatat siswa yang mengalami kelainan;
Mengarsipkan nama-nama siswa beserta nama dan pekerjaan
orang tua/wali.
Hal-hal tersebut hanya berlaku untuk 150
sampel penelitian.
v
orang
DAFTAR ISI
Halaman
±±±
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
vi
UGAPAN TSRIMA KASIH
;•
DAFTAR ISI
x
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I.
xvii
PENDAHULUAN
1
A.-Latar Belakang Masalah
1
1. Pendidikan Sebagai Organisasi......
2. Kekuasaan (power) dan Otoritas
B. Identifikasi Masalah
BAB II.
viii
1
7
12
1. Masalah Organisasional
16
2. Masalah Motivasi Kerja
3. Masalah Suasana Kerja
4. Kepemimpinan dan Administrasi Pen
17
19
didikan
C. Perumusan Masalah
20
22
KERANGKA TEORI •
25
A. Kepemimpinan Pendidikan
25
B. Model-Model Kepemimpinan
29
1. Model Perilaku
29
2. Model Kepemimpinan Kontinum
3. Model Managerial Grid
31
33
C. Pengaruh Tipe Kepemimpinan Kepada Staf
36
D. Pendapat (Perception) Staf Terhadap
Pimpinan
40
x
Halaman
1. Pengertian Pendapat (Perception)
2. Pendapat (Perception) Staf
E. Administrasi Pendidikan
1. Fungsi Administrasi
2. Tanggung Jawab Kepala Sekolah sebagai
Administrator
•
3. Tugas Guru Sekolah Dasar
F. Beberapa Hasil Penelitian Terdahulu
G. Paradigma Penelitian
40
43
45
45
4'
49
50
52
55
H. Hipotesxs
BAB III MET0D0L0GI PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
2. Sampel Penelitian
B. Teknik Pengumpulan Data
1. Data Pendapat Guru tentang Kepemimpin
an yang dilakukan oleh Kepala Sekolah
2. Data Pendapat Guru tentang Tugas- Tu-
gas yang Dilakukannya
C. Definisi Operasional dan Cara Pengukuran
D. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ...
1. Validitas Alat Ukur
2. Reliabilitas Alat Ukur
57
->'
5?
58
61
o±
•b3
63
69
69
69
70
E. Uji Hipotesxs
BAB IV. DATA LAPANGWAN ANALISIS UJI HIPOTESIS
72
72
A. Data Lapang4
W
(PENI
LAIAN) KEPADA GURU YANG DILAKUKAN
OLEH KEPALA SEKOLAH
±{J?
Tabel 17. PENDAPAT GURU TENTANG PELAKSANAAN PRO
SES BELAJAR MENGAJAR (P.B.M.)
DILAKUKANNYA
YANG
Tabel 18. PENDAPAT GURU TENTANG BIMBINGAN KEPADA SISWA YANG DILAKUKANNYA
Tabel 19. PENDAPAT GURU TENTANG PELAKSANAAN AD-
a
^ MINISTRASI SEKOLAH YANG DILAKUKANNYA.
±Ut>
±1U
114
Tabel 20. REKAPITULASI PENDAPAT GURU TENTANG KE
PEMIMPINAN YANG DILAKUKAN OLEH KEPALA
SEKOLAH DASAR BANDAR LAMPUNG
UNTUK
SAMPEL 150 ORANG GURU
Tabel 21. REKAPITULASI PENDAPAT GURU
TENTANG
TUGAS-TUGAS YANG DILAKUKANNYA
XXV
1J-0
a?
DAPTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Model Struktur Inisiasi dan Considerasi
dari Dimensi Kepemimpinan oleh Andrew
W. Halpin
Gambar
29
2. Kontinum Hubungan Pimpinan
Dengan
Ba
wahan Menurut Tannembaum dan W.H.Schmxdt
3-L
Gambar
3. Basic Leader Behavior Styles dari Model
Managerial Grid R.R. Blake & J Mounton
33
Gambar
4. Paradigma Getzel dalam
Administrative
Theory as a Guide to Action
5. Hubungan Motivasi dan Probabilitas un
35
Gambar
tuk Sukses Menurut
D.C. McClelland
&
J.W. Atkinson
39
Gambar 6. Bagan Pendapat (Perception)
Menurut
Mar* at
•
4U
Gambar 7. Hubungan Kepribadian, Kognisi, Pendapat
(Perception) dengan Si^ap Individu
Gambar 8. Hubungan Pendapat (Perception),
dan Kecenderungan Bertindak pada
vidu. Diadaptasikan dari Krech,
fxkap
Indx-
Baliachey & Crutchfield
Gambar
9. Hubungan Unsur-unsur Administrasi
4^
44
Pen
didikan dengan Fungsi-fungsi -Admxnxstra
si Pendidikan
Gambar 10. Paradigma Penelitian
53
54
Gambar 11. Struktur Organisasi Data Tatakerja Di
nas P & K Kotamadya Dati II Bandar Lampung
♦
Gambar 12. Kurva Pendapat Guru Tentang
Supervisi
yang Dilakukan Kepala Sekolah Berdasar-
kan X±eu dan X&ct#
90
Gambar 13. Kurva Pendapat Guru tentang Pengawasan
yang Dilakukan Kepala Sekolah Berdasarkan Xid dan X&ct
Gambar 14. Kurva Pendapat Guru tentang
Bvaluasi
yang Dilakukan Kepala Sekolah Berdasar-
kanX.d dan X&ct
xv
xu>
Halaman
Gambar 15. Kurva Pendapat Guru tentang Proses
Belajar Mengajar yang Dilakukannya
110
Berdasarkan X. , dan ^-ac^m
Gambar 16. Kurva Pendapat Guru tentang Bimbim
bingan Kepada Siswa yang Dilakukan
nya Berdasarkan Xid< dan X&ct>••••
Gambar 17.
113
Kurva Pendapat Guru tentang Admi nistrasi Sekolah dilakukannya,ber
dasarkan Xj^ dan Xact ^
•
118
Gambar 18. Orientasi Kepala Sekolah Terhadap
121
Guru-Guru
xvx
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN A. ANGKET UNTUK GURU-GURU SEKOLAH DASAR
KOTAMADYA BANDAR LAMPUNG
131
LAMPIRAN B. TABULASI SEKOR ANGKET: PENDAPAT GURU
TENTANG KEPEMIMPINAN YANG.DILAKUKAN
OLEH KEPALA SEKOLAH DASAR KOTAMADYA
BANDAR LAMPUNG
139
LAMPIRAN C. TABULASI SEKOR ANGKET: PENDAPAT GURU
GURU TENTANG TUGAS YANG DILAKUKANNYA
PADA SEKOLAH DASAR KOTAMADYA BANDAR
LAMPUNG
LAMPIRAN D.
11+5
TABEL KERJA UJI RELIABILITAS ANGKET:
PENDAPAT GURU TENTANG PELAKSANAAN TU
GAS YANG DILAKUKANNYA PADA GURU-GURU
SEKOLAH DASAR KOTAMADYA BANDAR LAM
PUNG
LAMPIRAN E.
155
TABEL KERJA UJI RELIABILITAS ANGKET:
PENDAPAT GURU TENTANG PELAKSANAAN KE
PEMIMPINAN YANG DILAKUKANNYA OLEH KE
PALA SEKOLAH DASAR KOTAMADYA BANDAR
LAMPUNG
156
LAMPIRAN F. KISI-KISI ANGKET PENELITIAN PENDAPAT
GURU TENTANG KEPEMIMPINAN YANG
DILAKSANAKAN OLEH KEPALA SEKOLAH DASAR
LAMPIRAN G.
KOTAMADYA BANDAR LAMPUNG
157
KISI-KISI ANGKET PENDAPAT GURU TEN
PADA
TANG TUGAS YANG DILAKUKANNYA.
SEKOLAH DASAR DI BANDAR LAMPUNG
158
xvxx
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
1. Pendidikan sebagai Organisasi Formal
Lembaga pendidikan sebagai suatu organisasi, mem-
punyai tatanan dan aturan yang harus ditaati oleh semua
fihak yang terlibat di dalamnya.
Pimpinan organisasi pendidikan sebagai pengendali
staf dalam melaksanakan tugas, diharapkan dapat menumbuhkan suatu kondisi kerjasama yang baik. Kerjasama
itu
akan baik, kalau hubungan yang terjalin merupakan hubung
an saling mengisi untuk mencapai tujuan secara efektif,
tetapi apabila hubungan tersebut kurang harmonis, maka
organisasi pendidikan akan berjalan secara kurang wajar.
Hubungan pimpinan organisasi dengan
staf
akan
mempunyai pengaruh pada produktivitas, baik ditinjau da
ri segi kuantitas (jumlah) maupun dari segi
kualitas
(mutu), lebih-lebih apabila ditinjau dari segi efektifitasnya.
Hubungan yang baik dan harmonis juga akan
ber-
pengaruh terhadap suasana kerja yang menyenangkan
dan
iklim organisasi yang sehat, lebih-lebih dalam organi
sasi pendidikan hal ini sangat dibutuhkan.
Organisasi
1
pendidikan mengelola manusia dengan berbagai ragam
si-
fat dan latar belakangnya, baik kultur, ekonomi dan
so-
sialnya. Suasana kerja yang menyenangkan adalah
suatu
situasi kerja yang saling membantu antara anggota
staf,
tanpa menimbulkan rasa takut dan curiga mencurigai anta
ra sesama anggota.
Sedangkan iklim organisasi yang sehat ialah kon-
disi organisasi yang berjalan sesuai dengan tatanan
or
ganisasi, serta nasing-masing pihak menduduki posisinya.
Kondisi-kondisi yang telah peneliti paparkan
di
atas akan menunjukkan kepada kita, apakah seorang kepala
organisasi itu juga seorang pemimpin organisasi.
Studi
tentang kepemimpinan menunjukkan bahwa ada perbedaan an
tara seorang kepala (pimpinan) dengan seorang pimpinan .
Seorang pemimpin organisasi dituntut untuk memiliki
mampuan mengorganisir staf dan menggerakkan serta
kemem-
pengaruhinya untuk melakukan hal-hal yang harus dilaksanakan atau tidak melakukan hal-hal yang dilarang
untuk
dilakukan agar tujuan organisasi dapat dicapai. Kemampu-
an-kemampuan demikian disebut dengan istilah kepemimpin
an. Sedangkan seorang Kepala hanyalah seorang yang
cara formal diangkat untuk mengepalai suatu
se
organisasi.
Pungsi utama kepemimpinan terutama mengarah kepa
da dua hal, yaitu:
Fungsi yang bertalian dengan pencapaian tujuan yang akan
dicapai oleh organisasi.
Fungsi yang bertalian dengan penciptaan suasana kerja un
tuk mencapai tujuan tersebut.
Fungsi yang bertalian dengan pencapaian tujuan meliputi:
Merumuskan tujuan dengan jelas berdasarkan
kesepakatan
organisasi, sehingga setiap anggota merasa
berkepenti-
ngan dan turut bertanggung jawab.
Pembagian tugas sesuai dengan kemampuan masing - masing
anggota secara adil dan merata. Dalam pembagian
tugas
tersebut harus jelas:
siapa yang melaksanakan tugas-tugas tertentu (who),
kapan tugas itu harus selesai (when),
kepada siapa dia harus bertanggung jawab (to whom).
Menyusun rencana kerja yang mantap, yang berarti rencana
kerja tersebut harus sudah dipertimbangkan dengan baik,
dengan memperhatikan:
faktor-faktor penunjang dan penghambat yang diperkirakan bakal terjadi,
memperhatikan tingkat kemampuan para pelaksana
yang
diberi tugas,
memperhitungkan waktu yang tersedia,
memperhitungkan dana yang tersedia, serta faktor-faktor
lain yang datangnya tiba-tiba di luar dugaan.
Menyusun kriteria keberhasilan (evaluasi keberhasilan)
yang meliputi:
ketepatan pelaksanaan kerja dengan perintah yang
di-
berikan,
ketepatan waktu kerja yang sesuai dengan waktu
yang
sesuai dengan waktu yang disediakan,
kerapihan kerja,
kerjasama antara anggota.
Fungsi yang bertalian dengan penciptaan
«
suasana
kerja yang harmonis dalam mencapai tujuan meliputi:
Menciptakan hubungan kerja yang harmonis antara pimpinan
dengan staf (hubungan vertikal), serta hubungan kerjasa
ma antara anggota (hubungan horisontal).
Menciptakan suasana kerja yang tanang, sehingga menimbulkan gairah kerja. Staf akan bekerja dengan rasa
aman,
tanpa merasa adanya tekanan-tekanan dan rasa takut untuk
berinisiatif dan takut untuk mendapatkan hukuman.
Menciptakan kepuasan kerja bagi para anggota, mereka me
rasa dihargai hasil kerjanya, mendapatkan imbalan
sesuai dengan beban tugasnya dengan waktu yang
yang
tepat
tanpa potongan-potongan yang tidak resmi (sah).
Menghindarkan diri dari janji-janji yang sukar dipenuhi
atau bahkan tidak mungkin dipenuhi, yang akhirnya - justru akan menimbulkan kekecewaan anggota.
Janji-janji tersebut misalnya tentang promosi untuk sua
tu jabatan tertentu.
Menciptakan disiplin kerja yang baik.
Disiplin kerja yang baik, berarti bukan suatu
yang kaku (rigid) tanpa mau menerima suatu
disiplin
alasanpun
untuk setiap kesalahan stafnya.
Dalam hal yang demikian maka tugas pimpinan adalah meng-
adakan perbaikan terhadap setiap kesalahan, karena
hu-
kuman adalah merupakan jalan terakhir apabila semua usaha perbaikan menemui kegagalan.
Pada Sekolah Dasar Negeri, tatanan yang
demikian
telah diatur oleh Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri
dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
No. 33 tahun 1983 dan No. 026a/U/l983, tentang Petunjuk
Administrasi Sekolah Dasar.
Garis besar keputusan tersebut berisl:
Petunjuk Umum Administrasi Sekolah Dasar terdapat
dalam
Buku I;
Administrasi Program Pengajaran, terdapat dalam Buku II;
Administrasi Kemuridan, terdapat dalam Buku III;
Administrasi Kepegawaian, terdapat-dalam;-Buku IV;
Administrasi Keuangan, terdapat dalam Buku V;
Administrasi Perlengkapan/Barang, terdapat dalam
Buku
VI.
Sebenarnya Kepala Sekolah Dasar dalam
hanya sebagai pelaksana peraturan yang sudah
hal
ini
disusun
atasan. Walaupun demikian tidak menutup kemungkinan un
tuk terjadi kesalahan-kesalahan teknis yang menimbulkan
suasana kerja yang berbeda antara sekolah dasar satu de
ngan yang lain.
Suasana kerja yang demikian, akhir-akhir ini
me-
nyelubungi situasi pendidikan kita pada umumnya.
Sekolah Dasar-Sekolah Dasar dituntut meningkatkan
produktivitasnya, dalam arti jumlah lulusan yang banyak,
sehingga para guru dihadapkan pada dilema antara jumlah
dan mutu lulusan.
Kesulitan yang dihadapi para peneliti pada Seko
lah Dasar, ialah apabila kita mengadakan pelacakan melalui nilai guru dalam DP3 (Daftar Penilaian
Pelaksanaan
Pekerjaan). Obyektivitas penilaian penilaian sangat di-
ragukan, disebabkan DP3 lebih cenderung diartikan seba
gai persyaratan kenaikan pangkat bagi guru daripada keadaan-nyata dari setiap individu.
Dalam Buku IV Petunjuk Administrasi Sekolah Dasar
(halaman 10), dituliskan bahwa persyaratan kenaikan pang
kat seorang guru antara lain:
Lampiran yang diperlukan:
- Salinan sah Surat Keputusan Pengangkatan
dalam
pangkat terakhir.
- Salinan sah Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan
tahun terakhir.
Pada halaman berikutnya (halaman 11) tertulis: "Dan mem-
punyai nilai rata-rata baik, tidak ada nilai kurang da
lam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan 2 (dua) tahun
terakhir."
Adapun sebaran nilai dalam Daftar Penilaian
Pelaksanaan
Pekerjaan ialah sebagai berikut:
1. Amat baik dengan nilai 91 s.d 100
2. Baik, dengan nilai 76 s.d. 90
3. Cukup, dengan nilai 61 s.d. 75
4. Sedang, dengan nilai 51 s.d. 60
5. Kurang dengan nilai 50 ke bawah.
Memperhatikan sebaran nilai yang telah ditentukan
oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan serta
persya
ratan tersebut, maka Kepala Sekolah dihadapkan
kepada
suatu dilema, yaitu memberi nilai secara obyektif
dalam
mengisi DP3 yang berarti ada kemungkinan menghambat
ke
naikan pangkat, atau hanya memperhatikan unsur
kemanu-
siaan demi kenaikan pangkat para bawahan, yang
berarti
penilaian dilakukan tidak secara obyektif.
2. Kekuasaan (Power) dan Otoritas (Authority)
Kepala Sekolah Dasar di Indonesia juga
dianggap
sebagai seorang pemimpin. Pemimpin di sini akan
punyai konotasi kekuasaan (power) dan otoritas
rity). Kekuasaan (power) merupakan kemampuan
mem-
(autho
seseorang
atau kelompok untuk mengubah tingkah laku orang lain se
suai dengan yang dia inginkan (Materi Dasar
Pendidikan
Program Akta V, Buku II C, Administrasi Pendidikan 1983/
1984, 57).
8
Otoritas (authority) adalah kekuasaan yang
sah
yang dipunyai seseorang dan diakui oleh kelompoknya.Oto
ritas (authority) biasanya lebih ditaati bawahan, karena
dia mempunyai dasar hukum yang sah. Keterpaduan kekuasa
an dengan otoritas akan lebih menguatkan kedudukan
se
orang pemimpin atau Kepala Sekolah Dasar.
Terjadinya pola-pola perilaku yang berbeda
pada
guru, sebagai anggota suatu organisasi pendidikan salah
satu sebabnya ialah kurang mempunyai Kepala Sekolah memadukan kekuasaan dan otoritas (Materi Dasar Pendidikan
Program Akta Mengajar V, 1983/1984: 58).
Pola perilaku yang berbeda tersebut tentu
akan menghambat tercapainya tujuan organisasi,
saja
karena
antara pimpinan dengan anggota tidak serasi,
sehingga
seolah-olah pemimpin akan berusaha sendiri mencapai tu
juan yang diharapkan tanpa mendapat dukungan dari
ang
gota.
Tidak terpadunya kekuasaan (power) dengan
oto
ritas. (authority), akan mengakibatkan beberapa kemungkinan, yaitu:
Lembaga akan berjalan dengan baik, dengan kondisi
hu
bungan yang baik.
Lembaga akan berjalan dengan baik, dengan kondisi
hu
bungan yang buruk.
Lembaga akan berjalan dengan buruk,
dengan
kondisi
hubungan yang buruk.
Lembaga akan berjalan dengan buruk, dengan kondisi
hu
bungan yang baik.
Lembaga berjalan dengan baik, artinya bahwa
guru
guru menunaikan tugas dengan rasa tanggung jawab.
Lembaga berjalan dengan buruk, apabila
guru-guru
melaksanakan tugas kurang bertanggung jawab, sehingga tu
gas-tugasnya menjadi terbengkalai.
Kondisi hubungan yang baik, artinya hubungan ker
ja antara guru dengan Kepala Sekolah harmonis, akrab dan
saling mempercayai.
Kondisi hubungan yang buruk artinya hubungan ker
ja Kepala Sekolah dengan guru-guru kurang harmonis
dan
saling mencurigai.
Sebagai akibat hal-hal tersebut di atas, maka da
lam pelaksanaannya di Sekolah Dasar akan terjadi
empat
kemungkinan:
Kemungkinan kondisi pertama: guru tetap melaksanakan tu
gasnya dengan rasa tanggung jawab, hubungan kerja Kepala
Sekolah dengan guru-guru akrab, sehingga
menghasilkan
jumlah lulusan yang banyak dengan nilai yang baik.
Kemungkinan kondisi kedua: guru melaksanakan tugasnya de
ngan rasa tanggung jawab, tetapi hubungan kerja terjalin
kurang akrab, produktivitas lulusan dapat tetap
tinggi
jumlahnya, tetapi nilai yang didapat rata-rata
cukup.
10
Kemungkinan kondisi kedua: guru melaksanakan tugasnya de
ngan rasa tanggung jawab, tetapi hubungan kerja
terjalin
kurang akrab, produktivitas lulusan dapat tetap
tinggi
jumlahnya, tetapi nilai yang didapat rata-rata cukup.
Kemungkinan kondisi ketiga: guru melaksanakan tugas
ku
rang bertanggung jawab, hubungan kerja dengan Kepala
Se
kolah kurang akrab, hasil yang didapat kurang
memuaskan
baik dalam jumlah maupun nilainya.
Kemungkinan keempat: Guru melaksanakan tugas kurang
tanggung jawab, tetapi hubungan kerja cukup akrab
ber
jumlah
lulusan tetapi tinggi namun nilainya kurang memuaskan.
Apabila kita hubungkan dengan kriteria penggolongan nilai hasil belajar siswa, maka sebaran tersebut
ada
lah sebagai berikut:
Kategori nilai hasil belajar baik terdiri dari:
Angka 10 dengan pengertian nilai istimewa.
Angka 9 dengan pengertian nilai baik sekali.
Angka 8 mempunyai pengertian nilai baik.
Kategori nilai belajar cukup terdiri dari:
Angka 7 mempunyai pengertian nilai lebih dari cukup.
Angka 6 mempunyai pengertian nilai cukup.
Angka 5 mempunyai pengertian nilai hampir cukup.
Kategori nilai hasil belajar kurang terdiri dari:
Angka 4 mempunyai pengertian nilai kurang.
Angka 3 mempunyau pengertian nilai kurang sekali.
11
Kategori nilai hasil belajar buruk terdiri dari:
Angka 2 mempunyai pengertian nilai buruk.
Angka 1 mempunyai pengertian nilai buruk sekali.
Kondisi-kondisi yang peneliti ungkapkan
merupakan kondisi yang umum terjadi pada setiap
di rauka
lembaga
pendidikan. Kepala sekolah harus mampu memantau kondisi
lembaga yang dipimpinnya, terutama tentang
pelaksanaan
tugas guru serta hubungan kerja yang terjadi antara Ke
pala Sekolah itu sendiri dengan guru-guru yang dipimpin
nya. Adakalanya Kepala Sekolah terjebak oleh
keadaan
yang terselubung, yaitu hubungan kerja yang tidak riil,
sebagai contoh: apabila Kepala Sekolah hadir di
sekolah
maka kelihatan, bahwa guru-guru bersungguh-sungguh dalam
melaksanakan tugasnya, dan akrab dengan Kepala
Sekolah,
tetapi hal ini akan berubah sekali apabila Kepala
Seko
lah sedang berhalangan sehingga tidak dapat hadir di se
kolah, guru-guru akan bekerja semaunya dan kurang
ber
tanggung jawab.
Berdasarkan kenyataan tersebut, maka latar
kang masalah penelitian ini ialah berpangkal dari
bela
ren-
dahnya nilai EBTANAS yang disebabkan oleh belum berfung-
sinya Kepala Sekolah dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya, sehingga berpengaruh kepada pelaksanaan tugas gu
ru-guru.
12
B. Identifikasi Masalah
Pendidikan di Sekolah Dasar dihadapkan pada dilema
antara jumlah (kuantitas) dan mutu (kualitas). Jumlah lu
lusan yang banyak dengan nilai rata-rata yang banyak
de
ngan nilai rata-rata yang tinggi merupakan idaman
semua
lembaga pendidikan, tetapi biasanya hal tersebut
sukar
dicapai secara bersamaan.
Nilai-nilai lulusan siswa yang tinggi dapat
ter
jadi apabila diawali dengan seleksi nilai kenaikan kelas
yang ketat. Tetapi biasanya Kepala Sekolah lebih menekan-
kan kepada jumlah yang banyak untuk setiap kenaikan kelas
tetapi kurang memperhatikan nilai-nilai siswa.
Berpijak pada situasi yang demikian, maka timbullah persaingan antara sekolah satu dengan sekolah
lain-
nya, baik dalam jumlah siswa yang naik kelas maupun dalam
jumlah kelulusan (output). Hal yang demikian akan merupa
kan kebanggaan tersendiri baik Kepala Sekolah maupun
gu
ru- gurunya.
Hal tersebut akan terlihat pada data pra peneliti
an Hasil
EBTANAS Sekolah Dasar di Kotamadya
pung tahun ajaran 1986/1987 sebagai berikut:
Bandar Lam
13
TABEL 1
REKAPITULASI PENGELOMPOKAN NILAI MATA PELAJARAN
HASIL EBTANAS SEKOLAH DASAR NEGERI DAN SWASTA
DI KOTAMADYA BANDAR LAMPUNG, 1986/1987
Status
S.D.
Negeri
Swasta
Jumlah
S.D.
168
34
Negeri
168
Swasta
34
Negeri
Swasta
Negeri
Jumlah
Peserta
Mat a
Kip.
Pljr
nilai
9.875
P.M.P
2.402
9.875
2,402
P.M.P
B.Ind.
B.Ind
168
9.875
Mat em
34
2,402
Mat em
168
9.875
I.P.S
34
2,402
I.P.S
Negeri
168
9.875
I.P.A
Swasta
34
2.4P2
I.P.A
Swasta
Slumber deit a:
6,01
6,00
5,99
6,01
6,00
5,99
6,01
6,00
5,99
6,01
6,00
5,99
6,01
6,00
5,99
6,01
6,00
5,99
6,01
6,00
5,99
6,01
6,00
5,99
6,01
6,00
5,99
6,01
6,00
5,99
Jumlah
siswa
7.463
271
2.141
1.953
85
364
7.559
159
2.157
1.356
48
498
1.752
408
£
76
3
21
81
4
15
77
2
21
77
2
21
18
4
7.725
882
134
78
37
1.386
3.297
57
34
244
2
6.33 A
1.209
131
64
50
5
1.062
45
41
4
55
47
6
4.001
360
5.514
1.103
75
1,224
Laporsin Penyedenggar*lan EBTiINAS
•>-.
Tlnv
Lampung"1986/1987 hal. 121, 122
123 dan 125.
3
50
14
Berdasarkan data tersebut, maka apabila dirata-ra-
takan adalah sebagai berikut: Sekolah Dasar Negeri:
*T-n •
Nxlax
a o-.
76 + 77 + 18 + 34 + 41
6,01
= _____
x i £ = 49,2 £
5
6,00 =
3+2 + 4+2 + 4
— x 1 £ - 3 $>
5
21+21+78+64+55
—
x 1 + = 47,8 £
Sekolah Dasar Swasta:
81 + 77 + 37 + 50 + 46
6,01 =
—
x 1 = 58,2
5
6,00 =
5,99 _
Nilai-nilai
4+2 + 6 + 5 + 3
— xl^= 4 %
15+21+57+50+45
x 1 $> = 37,8 #
tersebut di atas ialah untuk melihat
bobot
pengetahuan siswa pada Nilai EBTANAS Murni (NEM), sedang
kan untuk menentukan nilai dalam STTB digunakan
sebagai berikut :
P + Q + nR
2
+
n
rumus
15
Keterangan:
P = Nilai Rapor Caturwulan I kelas VI
Q - Nilai Rapor Caturwulan II kelas VI
R = Nilai EBTANAS Murni
n = Koefisien R yang nilainya bergerak antara
2 - 0,5 yaitu: 2, 1, 0, 9, 8, 0, 7, 0, 6,
0, 5).
Sedangkan untuk menentukan nilai bidang studi yang
cantumkan dalam STTB yang diperoleh dari EBTA
di-
digunakan
rumus sebagai berikut :
P + Q + 2R
Keterangan:
P = nilai rapor Caturwulan I kelas VI
Q = nilai rapor caturwulan II kelas VI
R = nilai rapor yang diperoleh pada EBTA
(SK Kakanwil DEPDIKBUD Propinsi Lampung, 1986: 17-18)
Memperhatikan ketentuan tersebut di atas,
makin
jelaslah bahwa EBTA maupun EBTANAS lebih cenderung
nentukan bobot pengetahuan seorang siswa pada
me
kelompok-
nya dan bukan menentukan lulus atau tidaknya seorang sis
wa Sekolah Dasar.
Kondisi hasil EBTA siswa Sekolah Dasar
tersebut
secara organisasi menurut Warren Benis (1978: 281-193 )
dapat disebabkan oleh tiga dimensi, yaitu dimensi teknis,
16
dimensi konsep dan dimensi manusia.
Dimensi teknis lebih cenderung berhubungan
dengan
tatanan organisasi berdasarkan organisasi, yaitu
yang
berhubungan dengan mekanisme organisasi, jalur tatakerja,
jalur informasi, pembagian tugas dan wewenang.
Dimensi konsep lebih cenderung berhubungan dengan
filsafat organisasi, tujuan organisasi, alasan didirikan-
nya suatu organisasi serta kriteria keberhasilan organi
sasi .
Dimensi manusia erat hubungannya dengan unsur pa
ra pelaksana. Unsur pelaksana merupakan unsur yang
sa
ngat menentukan.
Masalah yang dihadapi oleh seorang pemimpin
or
ganisasi dalam hubungan ini ialah:
Masalah organisasional, masalah motivasi kerja dan masa
lah suasana kerja.
1. Masalah Organisasional
Masalah ini menyangkut usaha memadukan
kepen-
tingan organisasi dan kepentingan anggota. Seorang memasuki suatu organisasi disebabkan oleh adanya kepentingan-
kepentingan tertentu, demikian juga suatu organisasi didirikan karena adanya maksud-maksud tertentu juga.
Seorang Kepala Sekolah Dasar Negeri
merupakan
wakil Pemerintah untuk mengelola sekolah yang dipimpin
nya, 0leh sebab itu wajarlah kalau kalau Kepala Sekolah
17
berupaya untuk memajukan Sekolah yang dipimpinnya.
Upaya
tersebut tercermin dalam perilaku kepemimpinannya
yang
dapat terlihat dalam cara memberi perintah kepada
guru-
guru, membagi tugas, membimbing guru-guru maupun tindakan
tindakan yang lain.
Dalam melaksanakan tugas, baik guru-guru
maupun
Kepala Sekolah, mempunyai keterbatasan yaitu karakteristik individu dan karakteristik organisasi.
Karakteristik individu meliputi :
Tingkat kemampuan individu,
Tingkat kebutuhan individu, dan
Kepercayaan individu terhadap dirinya,
Pengalaman,
Sifcap individu.
Sedangkan karakteristik organisasi menyangkut
masalah
yang berhubungan dengan:
hirargi,
tugas-tugas,
wewenang,
imbalan,
kontrol.
2. Masalah Motivasi Kerja
Tidak akan dimungkiri, bahwa sebagian besar orang
bekerja, mengharapkan suatu imbalan, biasanya
yang paling dominan ialah bersifat materi.
imbalan
18
Tingkat pencapaian prestasi individu dalam bekerja
suatu lembaga tidak seluruhnya tergantung dari
pada
imbalan
yang diterima.
Motiv berprestasi ini akan menjadi makin
tinggi
apabila :al tersebut dapat menimbulkan kebahagiaan
sendiri (kepuasan kerja). Pengakuan pimpinan
ter-
terhadap
prestasi kerja staf akan menarnbah gairah kerja staf,
se-
baliknya apabila pimpinan kurang dapat menghargai
pres
tasi kerja staf, maka secara tidak langsung akan
menira-
bulkan motivasi kerja yang^bergairah. Hal xnx akan
punyai akibat terlambatnya pencapaian tujuan yang
mem
diha
rapkan, hasil kerja yang kurang bermutu, serta hambatanhambatan lain yang senantiasa mengganggu kelancaran orga
nisasi.
Teori Thorndike yang diterapkan dalam
organisa
si tentang konsep penguatan (reinforcement concept),
sa
ngat erat hubungannya dengan motivasi. Perbedaannya ada
lah apabila motivasi cenderung timbul
dari dalam
individu, maka teori penguatan (reinforcement)
diri
merupakan
perilaku yang ditimbulkan oleh adanya pendorong dari luar
atau adanya rangsangan tertentu (Edgar H. Schein,
1983:
101).
Ada tiga unsur penguat (reinforce) yang dapat
me
nimbulkan penguatan (reinforcement) tindakan individu :
Adanya hadiah yang bersifat materi.
19
Adanya unsur-unsur yang menyenangkan.
Adanya unsur-unsur yang membuahkan kenaikan hubungan
(association) antara respon dan stimulus yang dihasilkan-
nya. Sifat konsep yang ketiga ini dapat bersifat
menye
nangkan atau tidak menyenangkan (Edgar H. Schein,
1983:
101-102).
McClelland dalam hal yang demikian
mengemukakan
teori kebutuhan yang dihubungkan dengan n Ach ( need
achievement), yaitu kebutuhan akan prestasi,
for
kebutuhan
akan afiliasi dan kebutuhan akan kekuasaan. Kesan
yang
diperoleh dari hasil penelitiannya ialah :
Orang yang mempunyai n Ach tinggi lebih
senang
menghindari tujuan hasil karya yang mudah dan sukar.
Mereka sebenarnya lebih menyenangi tujuan yang sebatas kemampuannya yang
dapat mereka capai.
Orang yang mempunyai n Ach tinggi lebih
menyenangi
umpan balik yang cepat, tampak dan efisien
mengenai
hasil karya mereka.
Orang yang mempunyai n Ach tinggi senang
bertanggung
jawab akan pemecahan persoalan.
(Djurban Wahid, 1984: 100).
3. Masalah Suasana Kerja
Suasana kerja timbul sebagai akibat dari
adanya
iklim organisasi. Sedangkan iklim organisasi itu
timbul sebagai akibat hubungan kerja yang harmonis
sendiri
atau
tidak harmonis dalam suatu organisasi.
Iklim organisasi yang menunjang akan dapat
menim
bulkan suasana kerja.yang sehat dan baik, dan
sebaliknya
suasana kerja yang buruk dapat timbul sebagai
akibat
20
iklim organisasi yang buruk. Hubungan kerja yang
buruk
apabila pimpinan organisasi bersifat birokratis,
kurang
memperhatikan situasi stafnya pada saat tertentu.
Kondisi-kondisi seperti tersebut di atas akan mem
punyai pengaruh kepada sikap dan perilaku staf dalam me
laksanakan tugasnya. Sikap senang akan menimbulkan
ke-
cenderungan staf untuk bekerja secara sungguh-sungguh
serta penuh tanggung jawab.
Suasana kerja yang penuh gairah, sebenarnya
sangat menguntungkan bagi pimpinan organisasi,
akan
terutama
bagi pencapaian tujuan organisasi itu sendiri. Staf yang
kurang bergairah dalam bekerja sukar diharapkan
untuk
mencapai target tertentu. Guru-guru beranggapan bahwa keberhasilannya dalam bekerja lebih c nderung hanya
kepentingan Kepala Sekolah, karena guru-guru
untuk
mendapat
perlakuan yang sama baik guru yang raj in maupun yang ku
rang raj in, misalnya dalam hal kenaikan pangkat
pangkat
ataupun nilai guru dalam DP3.
4. Kepemimpinan dan Administrasi Pendidikan
Administrasi merupakan alat, alat tersebut
dapat
membantu kelancaran usaha organisasi untuk mencapai tuju
an dengan efektif. Untuk kelancaran usaha tersebut diper
lukan aturan-aturan tertentu, yang mengikat semua
anggo
ta yang terlibat di dalamnya untuk memahami dan melaksa-
21
nakan tugasnya dengan tanggung jawab.
Keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai
tujuan
yang diharapkan adalah menjadi tanggung jawab sepenuhnya
pimpinan yang mengatur pelaksanaan administrasi tersebut.
Pemimpin harus mampu mengatur tiga unsur pokok administra
si yang dikenal dengan sebutan "the 3. M_sM, yaitu : Man,
Material and Money.
Untuk kelancaran pelaksanaan tugasnya,seorang
mimpin membagi-bagi tugas yang ada pada anggota
pe
stafnya
sesuai dengan kemampuan staf tersebut masing-masing.
Da
lam hal yang demikian maka tugas seorang pemimpin hanya-
lah membagi tugas, mengawasi dan mengevaluasi hasil kerja
yang didapat.
Administrasi pendidikan mempunyai
prinsip-prinsip
dan aturan-aturan yang tidak jauh berbeda dengan prinsip
prinsip serta aturan administrasi pada umumnya.
Administrasi pendidikan mencakup semua
kegiatan
dan pengurusan masalah pendidikan, termasuk juga kegiatan
dan pengaturan tentang administrasi sekolah. Administrasi
pendidikan tidak akan menjadi baik, kalau pengelolaan ad
ministrasi sekolahnya kurang baik, oleh sebab itu
peran
seorang Kepala Sekolah sangat penting.
Kepala Sekolah sebagai pengelola administrasi
se
kolah yang dipimpinnya dituntut untuk menguasai tugas-tugas administrasi yang menjadi tanggung jawab.
22
Tugas-tugas administrasi sekolah yang
menjadi
tanggung jawabnya meliputi:
Administrasi keuangan.
Administrasi kepegawaian
Administrasi pengajaran
Administrasi kesiswaan
Administrasi perlengkapan
Administrasi umum.
Secara operasional maka Kepala Sekolah hanya
se
bagai pengatur terhadap pelaksana administrasi sekolah,
sedangkan pelaksana yang sebenarnya ialah para guru-guru.
Tugas Kepala Sekolah adalam hal ini ialah: mengorganisa-
sikan guru dalam tugas-tugas tertentu, mengawasi
sanaannya dan mengevaluasi hasil kerja yang
pelak-
dilakukan
oleh guru-guru tersebut.
C. Perumusan Masalah
Kepemimpinan Kepala Sekolah Dasar yang
dimaksud
dalam penelitian ini ialah pelaksanaan tugas-tugas Kepa
la Sekolah Dasar yang berhubungan dengan guru,untuk men
capai tujuan pendidikan.
Seperti telah diungkapkan di muka tugas-tugas Ke
pala Sekolah Dasar tersebut meliputi:
Melaksanakan proses belajar mengajar (P.B.M), melaksana
kan bimbingan siswa dan melaksanakan administrasi kelas.
23
Berdasarkan hal tersebut, maka permasalahan pokok
dalam penelitian ini ialah: pelaksanaan kepemimpinan Ke
pala Sekolah dan pelaksanaan tugas guru, sedangkan perumusan masalahnya ialah: Bagaimana pendapat guru tentang
pelaksanaan Kepemimpinan Kepala Sekolah, dan
bagaimana
pendapat guru tentang tugas-tugasnya.
Komponen pembahasan yang berhubungan dengan masa
lah tersebut meliputi:
Pendapat guru tentang supervisi yang dilakukan Kepala Se
kolah;
Pendapat guru tentang pengawasan yang dilakukan Kepala
Sekolah;
Pendapat guru tentang evaluasi yang dilakukan Kepala Se
kolah;
Pendapat guru tentang pelaksanaan proses belajar
meng
ajar yang dilakukannya;
Pendapat guru tentang bimbingan siswa yang dilakukannya;
Pendapat guru tentang administrasi kelas yang dilakukan
nya;
Berdasarkan komponen-komponen tersebut di
atas,
maka tujuan penelitian ini ialah:
Mengungkapkan pendapat guru tentang supervisi yang dila
kukan oleh Kepala Sekolah;
Mengungkapkan pendapat guru tentang pengawasan yang di
lakukan oleh Kepala Sekolah;
24
Mengungkapkan pendapat guru tentang penilaian yang
di
lakukan oleh Kepala Sekolah;
Mengungkapkan pendapat guru tentang proses belajar meng
ajar yang dilakukannya.
Mengungkapkan pendapat guru tentang bimbingan kepada sis
wa yang dilakukannya;
Mengungkapkan pendapat guru tentang administrasi
kelas
yang dilakukannya;
Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi para
Kepala Sekolah di Bandar Lampung khususnya untuk lebih
raeningkatkan diri sebagai pemimpin sekolahnya, sedangkan
bagi guru-guru diharapkan untuk lebih memahami dan meng-
hayati tugas-tugasnya sebagai suatu kewajiban dan bukan
sebagai suatu beban yang memberatkan dirinya,
akan timbul suatu hubungan yang harmonis antara
Sekolah dengan guru-guru yang dipimpinnya.
sehingga
Kepala
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian ini, maka populasi
penelitian ini mengacu kepada karakteristik pendapat gu
ru tentang kepemimpinan yang dilakukan oleh Kepala Seko
lah dan pendapat guru tentang tugas yang dilaksanakannya,
dengan wilayah penelitian di Kotamadya Bandar
Lampung.
Karakteristik yang diharapkan dapat dipantau oleh
penelitian ini meliputi:
Kepemimpinan yang dilakukan Kepala Sekolah:
Supervisi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah;
Pengawasan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah;
Evaluasi kerja guru yang dilakukan Kepala Sekolah.
Pendapat guru tentang yang dilaksanakannya meliputi:
Pendapat guru tentang proses belajar mengajar yang dila
kukannya;
Pendapat guru tentang bimbingan kepada siswa yang dila
kukannya;
Pendapat guru tentang tugas aiministrasi sekolah
yang
dilakukannya.
Adapun subyek populasi penelitian ini
57
sebanyak
58
3.652 orang guru yang bertugas di Kotamadya Bandar
pung, yang terdiri dari 3.283 guru Sekolah Dasar
Lam
Negeri
dan 369 orang guru Sekolah Dasar Swasta.
TABEL 2
JUMLAH SEKOLAH DASAR NEGERI DAN SWASTA SERTA
JUMLAH GURU SEKOLAH DASAR NEGERI DAN SWASTA
DI KOTAMADYA BANDAR LAMPUNG 1987
No
Nama Kecamatan
Jml. Sekolah Swasta
Neg.
Swt
. r.
Jml.
Guru
Neg.
Swt.
r
448
38
486
525
62
587
25
484
39
523
6
29
385
69
454
23
3
26
389
22
411
7
2
9
107
38
145
Sukarame
10
2
12
167
20
187
8.
Panjang
14
4
18
253
39
292
9.
Kedaton
23
4
27
525
42
567
168
34
202
3283
1.
T. Karang Barat
28
3
31
2.
T. Karang Pusat
.19
6
25
3.
T, Karang Timur
21
4
4.
T. Betung Utara
23
5.
T. Betung Sel.
6.
T.Betung Barat
7.
Jumlah
•
369
3652
Sumber: Laporan Bulanan Dinas DIKBUD. Kodya Bandar
Lampung 1987.
2. Sampel Penelitian
Menginagt jumlah populasi yang cukup besar,
maka
penelitian ini menggunakan sampel. Alasan penggunaan sam
pel dalam penelitian ini ialah:
Waktu yang tersedia terbatas;
Terbatasnya dana yang tersedia.
59
Agar sampel yang diambil cukup representatif,ser
ta mampu mewakili populasi yang ada, maka digunakan tek
nik random sampling berdasarkan proporsi guru pada
se
tiap kecamatan. Adapun besarnya proporsi pada setiap ke-
capatan ialah 4$.
TABEL 3
SAMPEL PENEL: jTTAN DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK
' PROPORTIONAL RANDOM SAMPLING GURU-GURU
SEKOLAH DASAR KOTAMADYA BANDAR LAMPUNG
^^^Sekolah Dasar
Negeri
Sampel
Swasta
(4*)
Kecama- ^^\^^
tan
^"-^^
Sampel
(4#)
^
•
T. Karang Barat
448
18
38
2
20
T. Karang Pusat
525
21
62
3
24
T. Karang Timur
484
20
39
2
22
T. Betung Utara
385
15
69
3
13
T. Betung Seltn.
389
16
22
1
17
T. Betung Barat
107
4
38
2
6
Sukarame
167
7
20
1
8
Panjang
253
10
39
2
12
Kedaton
525
21
42
2
24
18
150
Jumlah Sampel
132
Berdasarkan tabel tersebut maka sampel yang diguna
kan dalam penelitian ini sebesar 150 orang guru yang tersebar pada 9 kecamatan.
Untuk menentukan lokasi sampel,
maka peneliti
60
mengadakan undian, yang menghasilkan lokasi seperti pada
tabel berikut:
TABEL 4
NAMA-NAMA SEKOLAH DASAR NEGERI DAN SWASTA
DI KOTAMADYA BANDAR LAMPUNG
YANG
DIJADIKAN
SAMPEL
PENELITIAN
Nama Sekolah
No.'
Dasar
Kecamatan
Negeri
1.
T.Karang Barat
SDN 5 Kemiling
SDN 14 Sukajawa
SD Inpres GD.Air
2.
T.Karang Pusat
SDN 1 Simpur
SDN 2 Penengahan
SDN 2 Penengahan
SDN 2 Kp.
Swasta
SD Dharmawijata
SD Persit K.C.K
Sawah
3. T.Karang Timur
SDN 4 Kedamaian
SDN 5 Wonosari
T.Betung Utara
SDN 3 Smr. Batu
SD K. Lydia
SDN 3 Pengajaran
4.
SD
5.
T.Betung Sltn
SD Kaverius
Inpres Peng
ajaran
SDN 3
Gd.Pakuon
SD Bodhisatwa
SDN 6 Sukaraja
6.
T.Betung Barat
SDN 1
Gd.Pakuon
SDN 2
Pahoman
SD Muhammadiyah
SDN 1 Longsir
7.
Sukarame
SDN 1
Sukabumi
SDN 4
Sukarame
SD Tunas Karya
8. Panjang
SDN 4 Way Lunik
SDN 1 Srengsem
SD Muhammadiyah
9. Kedaton
SDN 2 Kmp.Baru
SD Sejahtera
SDN 4 Kedaton
SDN 2 Labuhan Ratu
61
B. Teknik Pengumpulan Data
1. Data Pendapat Guru tentang Kepemimpinan yang
Dilakukan Kepala Sekolah
Teknik pengumpulan data tentang kepemimpinan yang
dilakukan oleh Kepala Sekolah dalam penelitian ini meng
gunakan teknik angket. Pertanyaan-pertanyaan
tersebut
berisi tentang pendapat guru yang dihubungkan dengan ke
pemimpinan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah.
Pertanyaan-pertanyaan yang mengacu tentang
kepe
mimpinan Kepala Sekolah terdiri atas tiga kelompok,
ya
itu:
Supervisi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah;
Pengawasan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah;
Evaluasi (penilaian) kepada guru yang dilakukan
oleh Kepala Sekolah.
Angkat yang harus dijawab oleh guru berupa pernyataan-
pernyataan (statement). Pada setiap nomor pernyataan,ha
nya ada dua alternatif jawaban, yaitu: senang - tidak se
nang.
Jumlah item perkelompok adalah sebagai
berikut :
Supervisi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah terdiri da
ri 12 item -pernyataan;
Pengawasan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah terdiri da
ri 8 item pernyataan;
62
Evaluasi (penilaian) kepada guru yang dilakukan oleh Ke
pala Sekolah terdiri dari 5 item pernyataan.
2. Data Pendapat Guru tentang Tugas-tugas yang
Dilakukannya
Seperti halnya pada pengumpulan data
Pelaksanaan
Kepemimpinan Kepala Sekolah, maka di sini juga digunakan
teknik angket.
Tugas-tugas guru dalam penelitian ini dikelompokan dalam tiga kelompok, yaitu:
Tugas melaksanakan administrasi sekolah;
Tugas melaksanakan Proses Belajar, Mengajar;
Tugas melaksanakan bimbingan kepada siswa.
Item disusun berdasarkan pernyataan (statement),
dan bukan pertanyaan.
Alternatif jawaban setiap pernyataan ialah: setu-
ju atau tidak setuju. Banyaknya item pada setiap
kelom
pok adalah sebagai berikut:
Tugas melaksanakan administrasi sekolah terdiri dari
95
pernyataan.
Tugas melaksanakan Proses . Belajar Mengajar terdiri
da
ri 15 pernyataan.
Tugas melaksanakan bimbingan kepada siswa terdiri
dari
11 pernyataan.
Sekor jawaban pilihan: setuju ialah 1 (satu),
sedangkan
63
untuk pilihan tidak setuju ialah 0 (nol).
C. Definisi Operasional dan Cara Pengukuran
1. Definisi Operasional variabel X
Kepemimpinan ialah suatu kegiatan pimpinan
membantu bawahan dalam mencapai tujuan bersama,
untuk
dengan
melaksanakan fungsi yang bertalian dengan tujuan
dan
fungsi yang bertalian dengan hubungan dan suasana
kerja
(J.F. Tahalele, 1975: 3).
Sesuai dengan Buku Petunjuk Administrasi
Dasar, maka tugas Kepala Sekolah Dasar ialah
Sekolah
melaksana
kan supervisi kepada guru, pengawasan kepada guru
dan
evaluasi (penilaian) terhadap pelaksanaan tugas guru.
Berdasarkan hal tersebut maka untuk memahami pelaksanaan
kepemimpinan tersebut peneliti menyusun angket
tentang
supervisi yang dilakukan Kepala Sekolah, Pengawasan yang
dilakukan Kepala Sekolah dan evaluasi (penilaian)
yang
dilakukan Kepala Sekolah.
Supervisi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah.
Definisi operasional: "Supervisi ialah
kegiat
an pelayanan yang membantu guru untuk menyelesaikan
tu
gasnya dengan baik".(Kimbal Wiles, 1953: 3).
Cara pengukuran: Pendapat guru tentang supervisi yang di
lakukan oleh Kepala Sekolah diukur dengan menjumlahkan
sekor pendapat guru, senang sekor 1 (satu) dan tidak se
nang sekor 0 (nol). Adapun kegiatan-kegiatan
supervisi
64
yang dilakukan oleh Kepala Sekolah sesuai dengan Buku Pe
tunjuk Administrasi Sekolah Dasar, meliputi:
Mengadakan rapat-rapat rutin dengan guru, mengadakan kun
jungan kelas ketika guru mengajar, mengadakan rapat
ngan guru dalam hal memutuskan sesuatu, mengadakan
de
rapat
khusus kalau terjadi hal-hal yang mendesak, menyelesaikan
perselisihan antar guru, mengadakan rapat dalam
membagi
tugas, memeriksa daftar hadir guru, menegur guru yang ti
dak hadir tanpa ijin, memeriksa Satuan Pelajaran (S.P)
guru, memeriksa guru untuk bertanggung jawab terhadap tu
gasnya, membimbing guru menyusun rencana kegiatan.
Pengawasan Kepala Sekolah.
Definisi operasional: Pengawasan Kepala Sekolah
ialah kegiatan Kepala Sekolah memantau pelaksanaan
tugas
guru. (J.F. Tahalele, 1975: 89).
Cara pengukuran pendapat guru tentang
pengawasan
Kepala Sekolah dengan menjumlahkan sekor pendapat
Pendapat senang dengan sekor 1 (satu), tidak senang
kor 0 (nol).
Adapun kegiatan-kegiatan tersebut beliputi:
Menegur kesalahan guru dalam forum rapat;
Mengadili guru secara terbuka;
Menegur guru secara pribadi;
Mengawasi guru melalui laporan guru lain;
Mempercayai informasi guru
Melaporkan kesalahan guru kepada Penilik T.K./S.D.
guru.
se
65
Evaluasi (penilaian) Kepala Sekolah kepada
guru.
Definisi operasional: Evaluasi (penilaian) Kepala
Sekolah ialah kegiatan Kepala Sekolah dalam
mempertim-
bangkan pelaksanaan tugas guru.
Cara Pengukuran evaluasi (penilaian) Kepala
Seko
lah: Pengukuran pendapat guru tentang penilaian yang di
lakukan Kepala Sekolah dengan menjumlahkan sekor
penda
pat guru, senang dengan sekor 1 (satu) dan tidak
senang
dengan sekor 0 (nol).
Adapun kegiatan-kegiatan evaluasi (penilaian) ter
sebut meliputi:
Membuat catatan tentang penyelesaian tugas guru;
Membuat daftar hadir guru;
Memberhatikan catatan harian yang dibuat untuk
mengisi
DP3 (Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan).
Mencatat guru-guru yang bermasalah;
Mendisiplinkan guru-guru melalui pengisian DP3;
Mengisi DP3, secara obyektif;
Memperhatikan tingkat penyelesaian GBPP guru setiap akhir
semester.
2. Definisi operasional tentang pendapat pendapat
guru dalam melaksanakant tugasnya ialah: kon
disi psikologis yang mengiringi guru dalam me
laksanakan proses belajar mengajar, melksana kan bimbingan kepada siswa dan melaksanakan ad
ministrasi sekolah.
66
Untuk mengetahui hal tersebut, maka dalam peneli
tian ini diadakan pembahasan setiap komponen yang
dise-
susaikan dengan Buku Petunjuk Administrasi Sekolah Dasar
yaitu: Pendapat guru dalam melaksanakan proses
belajar
mengajar.
Definisi operasional: ialah kondisi psikologis guru yang
bersifat senang atau tidak senang pada waktu
melakukan
kegiatan pengajaran.
Kegiatan tersebut meliputi:
Menyusun Satuan Pelajaran (S.P.) sebagai suatu kewajiban
Menyusun alat peraga;
Melaksanakan kegiatan tatap muka;
Menyiapkan materi pelajaran;
Menghadapi murid yang tertinggal secara individual;
Mengajar menggunakan Satuan Pelajaran (S.P)
Menyusun Satuan Pelajaran (S.P) dibimbing Kepala Sekolah;
Satuan Pelajaran (S.P) dikontrol Kepala Sekolah;
Rapat sebelum mendapatkan tugas mengajar;
Dikunjungi Kepala Sekolah ketika sedang mengajar;
Ditegur Kepala Sekolah karena tidak menyusun Satuan Pel
ajaran (S.P);
Mengajar sesuai dengan GBPP;
Mengajar sesuai dengan jadwal yang telah disusun.
Sekor pendapat senang adalah 1 (satu), tidak senang ada
lah nol (0).
67
*
Pendapat guru dalam melaksanakan bimbingan kepa
da siswa.
Definisi operasional: Pendapat guru dalam melak
sanakan bimbingan kepada siswa ialah kondisi psikologis
yang mengiringi guru dalam membantu siswa mengatasi ke
sulitan belajar. Kondisi psikologis tersebut bisa
se
nang atau tidak senang.
Cara pengukuran pendapat guru dalam melaksanakan
bimbingan kepada siswa tersebut dengan menggunakan ang
ket tentang:
Pendapatnya dalam mengadakan absensi siswa;
Pendapatnya dalam memberi bimbingan secara indivdual ke
pada siswa;
Pendapatnya dalam membuat catatan tentang kemajuan bel
ajar siswa;
Pendapatnya dalam mencatat siswa yang mengalami kelainan;
Pendapatnya dalam memecahkan masalah siswa;
Pendapatnya tentang pelaksanaan kunjungan ke rumah sis
wa;
Pendapatnya dalam membuat buku penghubung;
Pendapatnya tentang raemperbaiki kesalahan siswa;
Pendapatnya tentang hukuman kepada siswa.
Sekor untuk ini didapat dengan menjumlahkan pen
dapat yang senang adalah 1 (satu) dan tidak senang ada
lah 0 (nol)
68
Pendapat Guru melaksanakan tugas administrasi se
kolah
Definisi operasional tentang pendapat guru
melaksanakan tugas administrasi sekolah ialah:
dalam
kondisi
psikologis yang mengiringi guru dalam membantu Kepala Se
kolah untuk mencatat atau menyusun laporan tentang kegia
tan atau situasi sekolah.
Cara pengukuran pendapat guru dalam melaksanakan
tugas
administrasi sekolah ialah dengan angket yang berisi pertanyaan tentang:
Pendapat guru dalam menyusun daftar siswa menurut urutan
nomor induk;
Membuat catatan kelompok kemampuan siswa;
Mengarsipkan nama-nama siswa berikut identitas orang tua/
walinya;
Membuat catatan tentang situasi sekolah;
Membuat catatan tentang hasil rapat dengan Kepala Sekolah;
Mengisi buku nilai harian siswa;
M
DAN PENGARUHNYA PADA TUGAS-TUGAS GURU
f
(Studi Pendapat Guru Tentang Kepemimpinan Kepala
Sekolah Dasar di Kotamadya Bandar Lampung)
Diajukan kepada Panitia Ujian Tesis
Institut Keguruan dan llmu Pendidikan Bandung
untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat
Program Pasca Sarjana (S2)
Bidang Studi Administrasi Pendidikan
Oleh :
EDY
SANTOSO
389/A/XVI-8
FAKULTAS
PASCA
SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
19 8 8
Halaman
Pengesahan
Disetujui
dan
disahkan
JzuaJ^
Prof. Dr.
A. SANUSI. S.H. M.P^A.
Pembimbing
Prof. Dr. Oteng Sutisna,J)*rSc
Pembimbi
ABSTRAK
Tesis yang berjudul : 'Pelaksanaan
Kowm.i.rnPi n:m
Kepala Sekolah' dan Pengaruhnya •. Pada Tugas - Tugas Guru
(Studi Pendapat Guru Tentang Kepemimpinan; ,Kepala Sekolah
Dasar di Kotamadya Bandar Lampung)..
berawal dari
nilai
hasil ujian EBTANAS siswa Sekolah Dasar di Kotamadya Ban
dar Lampung yang kurang memuaskan.
EBTANAS siswa Sekolah Dasar tidak memberikan kriteria lulus atau tidak lulus, tetapi hanya member!
bobotan terhadap kemampuan siswa dalam mengikuti
pem-
ujian.
Berdasarkan hal tersebut maka permasalahan dalam penelitian ini ialah: Bagaimana pendapat guru tentang kepemim
pinan yang dilakukan Kepala Sekolah dan bagaimana pendapatnya tentang tugas-tugas yang dilakukannya.
Mengacu teori kepemimpinan dan paradigma Getzel &
Guba, bahwa tugas pemimpin dihadapkan kepada dua dimensi
yaitu dimensi tugas untuk mencapai tujuan dan dimensi hubungan dengan stafnya, serta Buku Petunjuk Administrasi
Sekolah Dasar hasil Keputusan Bersama Menteri
Pendidikan
dan Kebudayaan dengan Menteri Dalam Negeri No. 33
tahun
1983 dan No. 02a/U/1983, peneliti berusaha membuktikan
hipotesis yang diajukan.
Menggunakan analisis deskriptif dari jawaban ang-
ket yang peneliti berikan kepada 150 orang guru
nx
sebagai
sampel, didapatkan hasil sebagai berikut:
Guru-guru yang berpendapat dalam kategori senang
sampai
dengan senang sekali terhadap kepemimpinan yang dilaku-
kan Kepala Sekolah sebanyak 121 orang (80%),
sedangkan
dalam kategori netral sebanyak 17 orang (11,3$) dan ka
tegori kurang senang sampai dengan sangat kurang
senang
24 orang (8,7 #).
Pendapat guru tentang tugas yang dilakukannya terdapat:
Kategori senang sampai dengan sangat senang sekali
102
orang (68$), kategori netral 37 orang (24,6$) dan kate
gori kurang senang sampai dengan kurang senang
sekali
11 orang (7,4%).
Unsur-unsur kepemimpinan yang sangat disenangi
oleh guru-guru ialah:
Pemeriksaan kebersihan kelas oleh Kepala Sekolah;
Kesalahan guru ditegur secara terbuka dalam rapat;
Evaluasi penyelesaian kurikulum dan GBPP.
Unsur-unsur pelaksanaan kepemimpinan yang
kurang
disenangi guru:
Kunjungan kelas ketika guru mengajar;
Meneliti kesalahan guru;
Penyusunan grafik absensi guru.
Unsur-unsur pelaksanaan tugas guru yang
disenangi:
iv
sangat
Menyusun Satuan Pelajaran (S.P);
Mencatat siswa yang tertinggal pelajaran;
Menyusun daftar hadir siswa menurut nomor urut nomor.
Unsur-unsur yang kurang disenangi ialah:
Ditegur Kepala Sekolah karena tidak menyusun S.P;
Mencatat siswa yang mengalami kelainan;
Mengarsipkan nama-nama siswa beserta nama dan pekerjaan
orang tua/wali.
Hal-hal tersebut hanya berlaku untuk 150
sampel penelitian.
v
orang
DAFTAR ISI
Halaman
±±±
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
vi
UGAPAN TSRIMA KASIH
;•
DAFTAR ISI
x
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I.
xvii
PENDAHULUAN
1
A.-Latar Belakang Masalah
1
1. Pendidikan Sebagai Organisasi......
2. Kekuasaan (power) dan Otoritas
B. Identifikasi Masalah
BAB II.
viii
1
7
12
1. Masalah Organisasional
16
2. Masalah Motivasi Kerja
3. Masalah Suasana Kerja
4. Kepemimpinan dan Administrasi Pen
17
19
didikan
C. Perumusan Masalah
20
22
KERANGKA TEORI •
25
A. Kepemimpinan Pendidikan
25
B. Model-Model Kepemimpinan
29
1. Model Perilaku
29
2. Model Kepemimpinan Kontinum
3. Model Managerial Grid
31
33
C. Pengaruh Tipe Kepemimpinan Kepada Staf
36
D. Pendapat (Perception) Staf Terhadap
Pimpinan
40
x
Halaman
1. Pengertian Pendapat (Perception)
2. Pendapat (Perception) Staf
E. Administrasi Pendidikan
1. Fungsi Administrasi
2. Tanggung Jawab Kepala Sekolah sebagai
Administrator
•
3. Tugas Guru Sekolah Dasar
F. Beberapa Hasil Penelitian Terdahulu
G. Paradigma Penelitian
40
43
45
45
4'
49
50
52
55
H. Hipotesxs
BAB III MET0D0L0GI PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
2. Sampel Penelitian
B. Teknik Pengumpulan Data
1. Data Pendapat Guru tentang Kepemimpin
an yang dilakukan oleh Kepala Sekolah
2. Data Pendapat Guru tentang Tugas- Tu-
gas yang Dilakukannya
C. Definisi Operasional dan Cara Pengukuran
D. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ...
1. Validitas Alat Ukur
2. Reliabilitas Alat Ukur
57
->'
5?
58
61
o±
•b3
63
69
69
69
70
E. Uji Hipotesxs
BAB IV. DATA LAPANGWAN ANALISIS UJI HIPOTESIS
72
72
A. Data Lapang4
W
(PENI
LAIAN) KEPADA GURU YANG DILAKUKAN
OLEH KEPALA SEKOLAH
±{J?
Tabel 17. PENDAPAT GURU TENTANG PELAKSANAAN PRO
SES BELAJAR MENGAJAR (P.B.M.)
DILAKUKANNYA
YANG
Tabel 18. PENDAPAT GURU TENTANG BIMBINGAN KEPADA SISWA YANG DILAKUKANNYA
Tabel 19. PENDAPAT GURU TENTANG PELAKSANAAN AD-
a
^ MINISTRASI SEKOLAH YANG DILAKUKANNYA.
±Ut>
±1U
114
Tabel 20. REKAPITULASI PENDAPAT GURU TENTANG KE
PEMIMPINAN YANG DILAKUKAN OLEH KEPALA
SEKOLAH DASAR BANDAR LAMPUNG
UNTUK
SAMPEL 150 ORANG GURU
Tabel 21. REKAPITULASI PENDAPAT GURU
TENTANG
TUGAS-TUGAS YANG DILAKUKANNYA
XXV
1J-0
a?
DAPTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Model Struktur Inisiasi dan Considerasi
dari Dimensi Kepemimpinan oleh Andrew
W. Halpin
Gambar
29
2. Kontinum Hubungan Pimpinan
Dengan
Ba
wahan Menurut Tannembaum dan W.H.Schmxdt
3-L
Gambar
3. Basic Leader Behavior Styles dari Model
Managerial Grid R.R. Blake & J Mounton
33
Gambar
4. Paradigma Getzel dalam
Administrative
Theory as a Guide to Action
5. Hubungan Motivasi dan Probabilitas un
35
Gambar
tuk Sukses Menurut
D.C. McClelland
&
J.W. Atkinson
39
Gambar 6. Bagan Pendapat (Perception)
Menurut
Mar* at
•
4U
Gambar 7. Hubungan Kepribadian, Kognisi, Pendapat
(Perception) dengan Si^ap Individu
Gambar 8. Hubungan Pendapat (Perception),
dan Kecenderungan Bertindak pada
vidu. Diadaptasikan dari Krech,
fxkap
Indx-
Baliachey & Crutchfield
Gambar
9. Hubungan Unsur-unsur Administrasi
4^
44
Pen
didikan dengan Fungsi-fungsi -Admxnxstra
si Pendidikan
Gambar 10. Paradigma Penelitian
53
54
Gambar 11. Struktur Organisasi Data Tatakerja Di
nas P & K Kotamadya Dati II Bandar Lampung
♦
Gambar 12. Kurva Pendapat Guru Tentang
Supervisi
yang Dilakukan Kepala Sekolah Berdasar-
kan X±eu dan X&ct#
90
Gambar 13. Kurva Pendapat Guru tentang Pengawasan
yang Dilakukan Kepala Sekolah Berdasarkan Xid dan X&ct
Gambar 14. Kurva Pendapat Guru tentang
Bvaluasi
yang Dilakukan Kepala Sekolah Berdasar-
kanX.d dan X&ct
xv
xu>
Halaman
Gambar 15. Kurva Pendapat Guru tentang Proses
Belajar Mengajar yang Dilakukannya
110
Berdasarkan X. , dan ^-ac^m
Gambar 16. Kurva Pendapat Guru tentang Bimbim
bingan Kepada Siswa yang Dilakukan
nya Berdasarkan Xid< dan X&ct>••••
Gambar 17.
113
Kurva Pendapat Guru tentang Admi nistrasi Sekolah dilakukannya,ber
dasarkan Xj^ dan Xact ^
•
118
Gambar 18. Orientasi Kepala Sekolah Terhadap
121
Guru-Guru
xvx
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN A. ANGKET UNTUK GURU-GURU SEKOLAH DASAR
KOTAMADYA BANDAR LAMPUNG
131
LAMPIRAN B. TABULASI SEKOR ANGKET: PENDAPAT GURU
TENTANG KEPEMIMPINAN YANG.DILAKUKAN
OLEH KEPALA SEKOLAH DASAR KOTAMADYA
BANDAR LAMPUNG
139
LAMPIRAN C. TABULASI SEKOR ANGKET: PENDAPAT GURU
GURU TENTANG TUGAS YANG DILAKUKANNYA
PADA SEKOLAH DASAR KOTAMADYA BANDAR
LAMPUNG
LAMPIRAN D.
11+5
TABEL KERJA UJI RELIABILITAS ANGKET:
PENDAPAT GURU TENTANG PELAKSANAAN TU
GAS YANG DILAKUKANNYA PADA GURU-GURU
SEKOLAH DASAR KOTAMADYA BANDAR LAM
PUNG
LAMPIRAN E.
155
TABEL KERJA UJI RELIABILITAS ANGKET:
PENDAPAT GURU TENTANG PELAKSANAAN KE
PEMIMPINAN YANG DILAKUKANNYA OLEH KE
PALA SEKOLAH DASAR KOTAMADYA BANDAR
LAMPUNG
156
LAMPIRAN F. KISI-KISI ANGKET PENELITIAN PENDAPAT
GURU TENTANG KEPEMIMPINAN YANG
DILAKSANAKAN OLEH KEPALA SEKOLAH DASAR
LAMPIRAN G.
KOTAMADYA BANDAR LAMPUNG
157
KISI-KISI ANGKET PENDAPAT GURU TEN
PADA
TANG TUGAS YANG DILAKUKANNYA.
SEKOLAH DASAR DI BANDAR LAMPUNG
158
xvxx
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
1. Pendidikan sebagai Organisasi Formal
Lembaga pendidikan sebagai suatu organisasi, mem-
punyai tatanan dan aturan yang harus ditaati oleh semua
fihak yang terlibat di dalamnya.
Pimpinan organisasi pendidikan sebagai pengendali
staf dalam melaksanakan tugas, diharapkan dapat menumbuhkan suatu kondisi kerjasama yang baik. Kerjasama
itu
akan baik, kalau hubungan yang terjalin merupakan hubung
an saling mengisi untuk mencapai tujuan secara efektif,
tetapi apabila hubungan tersebut kurang harmonis, maka
organisasi pendidikan akan berjalan secara kurang wajar.
Hubungan pimpinan organisasi dengan
staf
akan
mempunyai pengaruh pada produktivitas, baik ditinjau da
ri segi kuantitas (jumlah) maupun dari segi
kualitas
(mutu), lebih-lebih apabila ditinjau dari segi efektifitasnya.
Hubungan yang baik dan harmonis juga akan
ber-
pengaruh terhadap suasana kerja yang menyenangkan
dan
iklim organisasi yang sehat, lebih-lebih dalam organi
sasi pendidikan hal ini sangat dibutuhkan.
Organisasi
1
pendidikan mengelola manusia dengan berbagai ragam
si-
fat dan latar belakangnya, baik kultur, ekonomi dan
so-
sialnya. Suasana kerja yang menyenangkan adalah
suatu
situasi kerja yang saling membantu antara anggota
staf,
tanpa menimbulkan rasa takut dan curiga mencurigai anta
ra sesama anggota.
Sedangkan iklim organisasi yang sehat ialah kon-
disi organisasi yang berjalan sesuai dengan tatanan
or
ganisasi, serta nasing-masing pihak menduduki posisinya.
Kondisi-kondisi yang telah peneliti paparkan
di
atas akan menunjukkan kepada kita, apakah seorang kepala
organisasi itu juga seorang pemimpin organisasi.
Studi
tentang kepemimpinan menunjukkan bahwa ada perbedaan an
tara seorang kepala (pimpinan) dengan seorang pimpinan .
Seorang pemimpin organisasi dituntut untuk memiliki
mampuan mengorganisir staf dan menggerakkan serta
kemem-
pengaruhinya untuk melakukan hal-hal yang harus dilaksanakan atau tidak melakukan hal-hal yang dilarang
untuk
dilakukan agar tujuan organisasi dapat dicapai. Kemampu-
an-kemampuan demikian disebut dengan istilah kepemimpin
an. Sedangkan seorang Kepala hanyalah seorang yang
cara formal diangkat untuk mengepalai suatu
se
organisasi.
Pungsi utama kepemimpinan terutama mengarah kepa
da dua hal, yaitu:
Fungsi yang bertalian dengan pencapaian tujuan yang akan
dicapai oleh organisasi.
Fungsi yang bertalian dengan penciptaan suasana kerja un
tuk mencapai tujuan tersebut.
Fungsi yang bertalian dengan pencapaian tujuan meliputi:
Merumuskan tujuan dengan jelas berdasarkan
kesepakatan
organisasi, sehingga setiap anggota merasa
berkepenti-
ngan dan turut bertanggung jawab.
Pembagian tugas sesuai dengan kemampuan masing - masing
anggota secara adil dan merata. Dalam pembagian
tugas
tersebut harus jelas:
siapa yang melaksanakan tugas-tugas tertentu (who),
kapan tugas itu harus selesai (when),
kepada siapa dia harus bertanggung jawab (to whom).
Menyusun rencana kerja yang mantap, yang berarti rencana
kerja tersebut harus sudah dipertimbangkan dengan baik,
dengan memperhatikan:
faktor-faktor penunjang dan penghambat yang diperkirakan bakal terjadi,
memperhatikan tingkat kemampuan para pelaksana
yang
diberi tugas,
memperhitungkan waktu yang tersedia,
memperhitungkan dana yang tersedia, serta faktor-faktor
lain yang datangnya tiba-tiba di luar dugaan.
Menyusun kriteria keberhasilan (evaluasi keberhasilan)
yang meliputi:
ketepatan pelaksanaan kerja dengan perintah yang
di-
berikan,
ketepatan waktu kerja yang sesuai dengan waktu
yang
sesuai dengan waktu yang disediakan,
kerapihan kerja,
kerjasama antara anggota.
Fungsi yang bertalian dengan penciptaan
«
suasana
kerja yang harmonis dalam mencapai tujuan meliputi:
Menciptakan hubungan kerja yang harmonis antara pimpinan
dengan staf (hubungan vertikal), serta hubungan kerjasa
ma antara anggota (hubungan horisontal).
Menciptakan suasana kerja yang tanang, sehingga menimbulkan gairah kerja. Staf akan bekerja dengan rasa
aman,
tanpa merasa adanya tekanan-tekanan dan rasa takut untuk
berinisiatif dan takut untuk mendapatkan hukuman.
Menciptakan kepuasan kerja bagi para anggota, mereka me
rasa dihargai hasil kerjanya, mendapatkan imbalan
sesuai dengan beban tugasnya dengan waktu yang
yang
tepat
tanpa potongan-potongan yang tidak resmi (sah).
Menghindarkan diri dari janji-janji yang sukar dipenuhi
atau bahkan tidak mungkin dipenuhi, yang akhirnya - justru akan menimbulkan kekecewaan anggota.
Janji-janji tersebut misalnya tentang promosi untuk sua
tu jabatan tertentu.
Menciptakan disiplin kerja yang baik.
Disiplin kerja yang baik, berarti bukan suatu
yang kaku (rigid) tanpa mau menerima suatu
disiplin
alasanpun
untuk setiap kesalahan stafnya.
Dalam hal yang demikian maka tugas pimpinan adalah meng-
adakan perbaikan terhadap setiap kesalahan, karena
hu-
kuman adalah merupakan jalan terakhir apabila semua usaha perbaikan menemui kegagalan.
Pada Sekolah Dasar Negeri, tatanan yang
demikian
telah diatur oleh Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri
dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
No. 33 tahun 1983 dan No. 026a/U/l983, tentang Petunjuk
Administrasi Sekolah Dasar.
Garis besar keputusan tersebut berisl:
Petunjuk Umum Administrasi Sekolah Dasar terdapat
dalam
Buku I;
Administrasi Program Pengajaran, terdapat dalam Buku II;
Administrasi Kemuridan, terdapat dalam Buku III;
Administrasi Kepegawaian, terdapat-dalam;-Buku IV;
Administrasi Keuangan, terdapat dalam Buku V;
Administrasi Perlengkapan/Barang, terdapat dalam
Buku
VI.
Sebenarnya Kepala Sekolah Dasar dalam
hanya sebagai pelaksana peraturan yang sudah
hal
ini
disusun
atasan. Walaupun demikian tidak menutup kemungkinan un
tuk terjadi kesalahan-kesalahan teknis yang menimbulkan
suasana kerja yang berbeda antara sekolah dasar satu de
ngan yang lain.
Suasana kerja yang demikian, akhir-akhir ini
me-
nyelubungi situasi pendidikan kita pada umumnya.
Sekolah Dasar-Sekolah Dasar dituntut meningkatkan
produktivitasnya, dalam arti jumlah lulusan yang banyak,
sehingga para guru dihadapkan pada dilema antara jumlah
dan mutu lulusan.
Kesulitan yang dihadapi para peneliti pada Seko
lah Dasar, ialah apabila kita mengadakan pelacakan melalui nilai guru dalam DP3 (Daftar Penilaian
Pelaksanaan
Pekerjaan). Obyektivitas penilaian penilaian sangat di-
ragukan, disebabkan DP3 lebih cenderung diartikan seba
gai persyaratan kenaikan pangkat bagi guru daripada keadaan-nyata dari setiap individu.
Dalam Buku IV Petunjuk Administrasi Sekolah Dasar
(halaman 10), dituliskan bahwa persyaratan kenaikan pang
kat seorang guru antara lain:
Lampiran yang diperlukan:
- Salinan sah Surat Keputusan Pengangkatan
dalam
pangkat terakhir.
- Salinan sah Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan
tahun terakhir.
Pada halaman berikutnya (halaman 11) tertulis: "Dan mem-
punyai nilai rata-rata baik, tidak ada nilai kurang da
lam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan 2 (dua) tahun
terakhir."
Adapun sebaran nilai dalam Daftar Penilaian
Pelaksanaan
Pekerjaan ialah sebagai berikut:
1. Amat baik dengan nilai 91 s.d 100
2. Baik, dengan nilai 76 s.d. 90
3. Cukup, dengan nilai 61 s.d. 75
4. Sedang, dengan nilai 51 s.d. 60
5. Kurang dengan nilai 50 ke bawah.
Memperhatikan sebaran nilai yang telah ditentukan
oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan serta
persya
ratan tersebut, maka Kepala Sekolah dihadapkan
kepada
suatu dilema, yaitu memberi nilai secara obyektif
dalam
mengisi DP3 yang berarti ada kemungkinan menghambat
ke
naikan pangkat, atau hanya memperhatikan unsur
kemanu-
siaan demi kenaikan pangkat para bawahan, yang
berarti
penilaian dilakukan tidak secara obyektif.
2. Kekuasaan (Power) dan Otoritas (Authority)
Kepala Sekolah Dasar di Indonesia juga
dianggap
sebagai seorang pemimpin. Pemimpin di sini akan
punyai konotasi kekuasaan (power) dan otoritas
rity). Kekuasaan (power) merupakan kemampuan
mem-
(autho
seseorang
atau kelompok untuk mengubah tingkah laku orang lain se
suai dengan yang dia inginkan (Materi Dasar
Pendidikan
Program Akta V, Buku II C, Administrasi Pendidikan 1983/
1984, 57).
8
Otoritas (authority) adalah kekuasaan yang
sah
yang dipunyai seseorang dan diakui oleh kelompoknya.Oto
ritas (authority) biasanya lebih ditaati bawahan, karena
dia mempunyai dasar hukum yang sah. Keterpaduan kekuasa
an dengan otoritas akan lebih menguatkan kedudukan
se
orang pemimpin atau Kepala Sekolah Dasar.
Terjadinya pola-pola perilaku yang berbeda
pada
guru, sebagai anggota suatu organisasi pendidikan salah
satu sebabnya ialah kurang mempunyai Kepala Sekolah memadukan kekuasaan dan otoritas (Materi Dasar Pendidikan
Program Akta Mengajar V, 1983/1984: 58).
Pola perilaku yang berbeda tersebut tentu
akan menghambat tercapainya tujuan organisasi,
saja
karena
antara pimpinan dengan anggota tidak serasi,
sehingga
seolah-olah pemimpin akan berusaha sendiri mencapai tu
juan yang diharapkan tanpa mendapat dukungan dari
ang
gota.
Tidak terpadunya kekuasaan (power) dengan
oto
ritas. (authority), akan mengakibatkan beberapa kemungkinan, yaitu:
Lembaga akan berjalan dengan baik, dengan kondisi
hu
bungan yang baik.
Lembaga akan berjalan dengan baik, dengan kondisi
hu
bungan yang buruk.
Lembaga akan berjalan dengan buruk,
dengan
kondisi
hubungan yang buruk.
Lembaga akan berjalan dengan buruk, dengan kondisi
hu
bungan yang baik.
Lembaga berjalan dengan baik, artinya bahwa
guru
guru menunaikan tugas dengan rasa tanggung jawab.
Lembaga berjalan dengan buruk, apabila
guru-guru
melaksanakan tugas kurang bertanggung jawab, sehingga tu
gas-tugasnya menjadi terbengkalai.
Kondisi hubungan yang baik, artinya hubungan ker
ja antara guru dengan Kepala Sekolah harmonis, akrab dan
saling mempercayai.
Kondisi hubungan yang buruk artinya hubungan ker
ja Kepala Sekolah dengan guru-guru kurang harmonis
dan
saling mencurigai.
Sebagai akibat hal-hal tersebut di atas, maka da
lam pelaksanaannya di Sekolah Dasar akan terjadi
empat
kemungkinan:
Kemungkinan kondisi pertama: guru tetap melaksanakan tu
gasnya dengan rasa tanggung jawab, hubungan kerja Kepala
Sekolah dengan guru-guru akrab, sehingga
menghasilkan
jumlah lulusan yang banyak dengan nilai yang baik.
Kemungkinan kondisi kedua: guru melaksanakan tugasnya de
ngan rasa tanggung jawab, tetapi hubungan kerja terjalin
kurang akrab, produktivitas lulusan dapat tetap
tinggi
jumlahnya, tetapi nilai yang didapat rata-rata
cukup.
10
Kemungkinan kondisi kedua: guru melaksanakan tugasnya de
ngan rasa tanggung jawab, tetapi hubungan kerja
terjalin
kurang akrab, produktivitas lulusan dapat tetap
tinggi
jumlahnya, tetapi nilai yang didapat rata-rata cukup.
Kemungkinan kondisi ketiga: guru melaksanakan tugas
ku
rang bertanggung jawab, hubungan kerja dengan Kepala
Se
kolah kurang akrab, hasil yang didapat kurang
memuaskan
baik dalam jumlah maupun nilainya.
Kemungkinan keempat: Guru melaksanakan tugas kurang
tanggung jawab, tetapi hubungan kerja cukup akrab
ber
jumlah
lulusan tetapi tinggi namun nilainya kurang memuaskan.
Apabila kita hubungkan dengan kriteria penggolongan nilai hasil belajar siswa, maka sebaran tersebut
ada
lah sebagai berikut:
Kategori nilai hasil belajar baik terdiri dari:
Angka 10 dengan pengertian nilai istimewa.
Angka 9 dengan pengertian nilai baik sekali.
Angka 8 mempunyai pengertian nilai baik.
Kategori nilai belajar cukup terdiri dari:
Angka 7 mempunyai pengertian nilai lebih dari cukup.
Angka 6 mempunyai pengertian nilai cukup.
Angka 5 mempunyai pengertian nilai hampir cukup.
Kategori nilai hasil belajar kurang terdiri dari:
Angka 4 mempunyai pengertian nilai kurang.
Angka 3 mempunyau pengertian nilai kurang sekali.
11
Kategori nilai hasil belajar buruk terdiri dari:
Angka 2 mempunyai pengertian nilai buruk.
Angka 1 mempunyai pengertian nilai buruk sekali.
Kondisi-kondisi yang peneliti ungkapkan
merupakan kondisi yang umum terjadi pada setiap
di rauka
lembaga
pendidikan. Kepala sekolah harus mampu memantau kondisi
lembaga yang dipimpinnya, terutama tentang
pelaksanaan
tugas guru serta hubungan kerja yang terjadi antara Ke
pala Sekolah itu sendiri dengan guru-guru yang dipimpin
nya. Adakalanya Kepala Sekolah terjebak oleh
keadaan
yang terselubung, yaitu hubungan kerja yang tidak riil,
sebagai contoh: apabila Kepala Sekolah hadir di
sekolah
maka kelihatan, bahwa guru-guru bersungguh-sungguh dalam
melaksanakan tugasnya, dan akrab dengan Kepala
Sekolah,
tetapi hal ini akan berubah sekali apabila Kepala
Seko
lah sedang berhalangan sehingga tidak dapat hadir di se
kolah, guru-guru akan bekerja semaunya dan kurang
ber
tanggung jawab.
Berdasarkan kenyataan tersebut, maka latar
kang masalah penelitian ini ialah berpangkal dari
bela
ren-
dahnya nilai EBTANAS yang disebabkan oleh belum berfung-
sinya Kepala Sekolah dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya, sehingga berpengaruh kepada pelaksanaan tugas gu
ru-guru.
12
B. Identifikasi Masalah
Pendidikan di Sekolah Dasar dihadapkan pada dilema
antara jumlah (kuantitas) dan mutu (kualitas). Jumlah lu
lusan yang banyak dengan nilai rata-rata yang banyak
de
ngan nilai rata-rata yang tinggi merupakan idaman
semua
lembaga pendidikan, tetapi biasanya hal tersebut
sukar
dicapai secara bersamaan.
Nilai-nilai lulusan siswa yang tinggi dapat
ter
jadi apabila diawali dengan seleksi nilai kenaikan kelas
yang ketat. Tetapi biasanya Kepala Sekolah lebih menekan-
kan kepada jumlah yang banyak untuk setiap kenaikan kelas
tetapi kurang memperhatikan nilai-nilai siswa.
Berpijak pada situasi yang demikian, maka timbullah persaingan antara sekolah satu dengan sekolah
lain-
nya, baik dalam jumlah siswa yang naik kelas maupun dalam
jumlah kelulusan (output). Hal yang demikian akan merupa
kan kebanggaan tersendiri baik Kepala Sekolah maupun
gu
ru- gurunya.
Hal tersebut akan terlihat pada data pra peneliti
an Hasil
EBTANAS Sekolah Dasar di Kotamadya
pung tahun ajaran 1986/1987 sebagai berikut:
Bandar Lam
13
TABEL 1
REKAPITULASI PENGELOMPOKAN NILAI MATA PELAJARAN
HASIL EBTANAS SEKOLAH DASAR NEGERI DAN SWASTA
DI KOTAMADYA BANDAR LAMPUNG, 1986/1987
Status
S.D.
Negeri
Swasta
Jumlah
S.D.
168
34
Negeri
168
Swasta
34
Negeri
Swasta
Negeri
Jumlah
Peserta
Mat a
Kip.
Pljr
nilai
9.875
P.M.P
2.402
9.875
2,402
P.M.P
B.Ind.
B.Ind
168
9.875
Mat em
34
2,402
Mat em
168
9.875
I.P.S
34
2,402
I.P.S
Negeri
168
9.875
I.P.A
Swasta
34
2.4P2
I.P.A
Swasta
Slumber deit a:
6,01
6,00
5,99
6,01
6,00
5,99
6,01
6,00
5,99
6,01
6,00
5,99
6,01
6,00
5,99
6,01
6,00
5,99
6,01
6,00
5,99
6,01
6,00
5,99
6,01
6,00
5,99
6,01
6,00
5,99
Jumlah
siswa
7.463
271
2.141
1.953
85
364
7.559
159
2.157
1.356
48
498
1.752
408
£
76
3
21
81
4
15
77
2
21
77
2
21
18
4
7.725
882
134
78
37
1.386
3.297
57
34
244
2
6.33 A
1.209
131
64
50
5
1.062
45
41
4
55
47
6
4.001
360
5.514
1.103
75
1,224
Laporsin Penyedenggar*lan EBTiINAS
•>-.
Tlnv
Lampung"1986/1987 hal. 121, 122
123 dan 125.
3
50
14
Berdasarkan data tersebut, maka apabila dirata-ra-
takan adalah sebagai berikut: Sekolah Dasar Negeri:
*T-n •
Nxlax
a o-.
76 + 77 + 18 + 34 + 41
6,01
= _____
x i £ = 49,2 £
5
6,00 =
3+2 + 4+2 + 4
— x 1 £ - 3 $>
5
21+21+78+64+55
—
x 1 + = 47,8 £
Sekolah Dasar Swasta:
81 + 77 + 37 + 50 + 46
6,01 =
—
x 1 = 58,2
5
6,00 =
5,99 _
Nilai-nilai
4+2 + 6 + 5 + 3
— xl^= 4 %
15+21+57+50+45
x 1 $> = 37,8 #
tersebut di atas ialah untuk melihat
bobot
pengetahuan siswa pada Nilai EBTANAS Murni (NEM), sedang
kan untuk menentukan nilai dalam STTB digunakan
sebagai berikut :
P + Q + nR
2
+
n
rumus
15
Keterangan:
P = Nilai Rapor Caturwulan I kelas VI
Q - Nilai Rapor Caturwulan II kelas VI
R = Nilai EBTANAS Murni
n = Koefisien R yang nilainya bergerak antara
2 - 0,5 yaitu: 2, 1, 0, 9, 8, 0, 7, 0, 6,
0, 5).
Sedangkan untuk menentukan nilai bidang studi yang
cantumkan dalam STTB yang diperoleh dari EBTA
di-
digunakan
rumus sebagai berikut :
P + Q + 2R
Keterangan:
P = nilai rapor Caturwulan I kelas VI
Q = nilai rapor caturwulan II kelas VI
R = nilai rapor yang diperoleh pada EBTA
(SK Kakanwil DEPDIKBUD Propinsi Lampung, 1986: 17-18)
Memperhatikan ketentuan tersebut di atas,
makin
jelaslah bahwa EBTA maupun EBTANAS lebih cenderung
nentukan bobot pengetahuan seorang siswa pada
me
kelompok-
nya dan bukan menentukan lulus atau tidaknya seorang sis
wa Sekolah Dasar.
Kondisi hasil EBTA siswa Sekolah Dasar
tersebut
secara organisasi menurut Warren Benis (1978: 281-193 )
dapat disebabkan oleh tiga dimensi, yaitu dimensi teknis,
16
dimensi konsep dan dimensi manusia.
Dimensi teknis lebih cenderung berhubungan
dengan
tatanan organisasi berdasarkan organisasi, yaitu
yang
berhubungan dengan mekanisme organisasi, jalur tatakerja,
jalur informasi, pembagian tugas dan wewenang.
Dimensi konsep lebih cenderung berhubungan dengan
filsafat organisasi, tujuan organisasi, alasan didirikan-
nya suatu organisasi serta kriteria keberhasilan organi
sasi .
Dimensi manusia erat hubungannya dengan unsur pa
ra pelaksana. Unsur pelaksana merupakan unsur yang
sa
ngat menentukan.
Masalah yang dihadapi oleh seorang pemimpin
or
ganisasi dalam hubungan ini ialah:
Masalah organisasional, masalah motivasi kerja dan masa
lah suasana kerja.
1. Masalah Organisasional
Masalah ini menyangkut usaha memadukan
kepen-
tingan organisasi dan kepentingan anggota. Seorang memasuki suatu organisasi disebabkan oleh adanya kepentingan-
kepentingan tertentu, demikian juga suatu organisasi didirikan karena adanya maksud-maksud tertentu juga.
Seorang Kepala Sekolah Dasar Negeri
merupakan
wakil Pemerintah untuk mengelola sekolah yang dipimpin
nya, 0leh sebab itu wajarlah kalau kalau Kepala Sekolah
17
berupaya untuk memajukan Sekolah yang dipimpinnya.
Upaya
tersebut tercermin dalam perilaku kepemimpinannya
yang
dapat terlihat dalam cara memberi perintah kepada
guru-
guru, membagi tugas, membimbing guru-guru maupun tindakan
tindakan yang lain.
Dalam melaksanakan tugas, baik guru-guru
maupun
Kepala Sekolah, mempunyai keterbatasan yaitu karakteristik individu dan karakteristik organisasi.
Karakteristik individu meliputi :
Tingkat kemampuan individu,
Tingkat kebutuhan individu, dan
Kepercayaan individu terhadap dirinya,
Pengalaman,
Sifcap individu.
Sedangkan karakteristik organisasi menyangkut
masalah
yang berhubungan dengan:
hirargi,
tugas-tugas,
wewenang,
imbalan,
kontrol.
2. Masalah Motivasi Kerja
Tidak akan dimungkiri, bahwa sebagian besar orang
bekerja, mengharapkan suatu imbalan, biasanya
yang paling dominan ialah bersifat materi.
imbalan
18
Tingkat pencapaian prestasi individu dalam bekerja
suatu lembaga tidak seluruhnya tergantung dari
pada
imbalan
yang diterima.
Motiv berprestasi ini akan menjadi makin
tinggi
apabila :al tersebut dapat menimbulkan kebahagiaan
sendiri (kepuasan kerja). Pengakuan pimpinan
ter-
terhadap
prestasi kerja staf akan menarnbah gairah kerja staf,
se-
baliknya apabila pimpinan kurang dapat menghargai
pres
tasi kerja staf, maka secara tidak langsung akan
menira-
bulkan motivasi kerja yang^bergairah. Hal xnx akan
punyai akibat terlambatnya pencapaian tujuan yang
mem
diha
rapkan, hasil kerja yang kurang bermutu, serta hambatanhambatan lain yang senantiasa mengganggu kelancaran orga
nisasi.
Teori Thorndike yang diterapkan dalam
organisa
si tentang konsep penguatan (reinforcement concept),
sa
ngat erat hubungannya dengan motivasi. Perbedaannya ada
lah apabila motivasi cenderung timbul
dari dalam
individu, maka teori penguatan (reinforcement)
diri
merupakan
perilaku yang ditimbulkan oleh adanya pendorong dari luar
atau adanya rangsangan tertentu (Edgar H. Schein,
1983:
101).
Ada tiga unsur penguat (reinforce) yang dapat
me
nimbulkan penguatan (reinforcement) tindakan individu :
Adanya hadiah yang bersifat materi.
19
Adanya unsur-unsur yang menyenangkan.
Adanya unsur-unsur yang membuahkan kenaikan hubungan
(association) antara respon dan stimulus yang dihasilkan-
nya. Sifat konsep yang ketiga ini dapat bersifat
menye
nangkan atau tidak menyenangkan (Edgar H. Schein,
1983:
101-102).
McClelland dalam hal yang demikian
mengemukakan
teori kebutuhan yang dihubungkan dengan n Ach ( need
achievement), yaitu kebutuhan akan prestasi,
for
kebutuhan
akan afiliasi dan kebutuhan akan kekuasaan. Kesan
yang
diperoleh dari hasil penelitiannya ialah :
Orang yang mempunyai n Ach tinggi lebih
senang
menghindari tujuan hasil karya yang mudah dan sukar.
Mereka sebenarnya lebih menyenangi tujuan yang sebatas kemampuannya yang
dapat mereka capai.
Orang yang mempunyai n Ach tinggi lebih
menyenangi
umpan balik yang cepat, tampak dan efisien
mengenai
hasil karya mereka.
Orang yang mempunyai n Ach tinggi senang
bertanggung
jawab akan pemecahan persoalan.
(Djurban Wahid, 1984: 100).
3. Masalah Suasana Kerja
Suasana kerja timbul sebagai akibat dari
adanya
iklim organisasi. Sedangkan iklim organisasi itu
timbul sebagai akibat hubungan kerja yang harmonis
sendiri
atau
tidak harmonis dalam suatu organisasi.
Iklim organisasi yang menunjang akan dapat
menim
bulkan suasana kerja.yang sehat dan baik, dan
sebaliknya
suasana kerja yang buruk dapat timbul sebagai
akibat
20
iklim organisasi yang buruk. Hubungan kerja yang
buruk
apabila pimpinan organisasi bersifat birokratis,
kurang
memperhatikan situasi stafnya pada saat tertentu.
Kondisi-kondisi seperti tersebut di atas akan mem
punyai pengaruh kepada sikap dan perilaku staf dalam me
laksanakan tugasnya. Sikap senang akan menimbulkan
ke-
cenderungan staf untuk bekerja secara sungguh-sungguh
serta penuh tanggung jawab.
Suasana kerja yang penuh gairah, sebenarnya
sangat menguntungkan bagi pimpinan organisasi,
akan
terutama
bagi pencapaian tujuan organisasi itu sendiri. Staf yang
kurang bergairah dalam bekerja sukar diharapkan
untuk
mencapai target tertentu. Guru-guru beranggapan bahwa keberhasilannya dalam bekerja lebih c nderung hanya
kepentingan Kepala Sekolah, karena guru-guru
untuk
mendapat
perlakuan yang sama baik guru yang raj in maupun yang ku
rang raj in, misalnya dalam hal kenaikan pangkat
pangkat
ataupun nilai guru dalam DP3.
4. Kepemimpinan dan Administrasi Pendidikan
Administrasi merupakan alat, alat tersebut
dapat
membantu kelancaran usaha organisasi untuk mencapai tuju
an dengan efektif. Untuk kelancaran usaha tersebut diper
lukan aturan-aturan tertentu, yang mengikat semua
anggo
ta yang terlibat di dalamnya untuk memahami dan melaksa-
21
nakan tugasnya dengan tanggung jawab.
Keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai
tujuan
yang diharapkan adalah menjadi tanggung jawab sepenuhnya
pimpinan yang mengatur pelaksanaan administrasi tersebut.
Pemimpin harus mampu mengatur tiga unsur pokok administra
si yang dikenal dengan sebutan "the 3. M_sM, yaitu : Man,
Material and Money.
Untuk kelancaran pelaksanaan tugasnya,seorang
mimpin membagi-bagi tugas yang ada pada anggota
pe
stafnya
sesuai dengan kemampuan staf tersebut masing-masing.
Da
lam hal yang demikian maka tugas seorang pemimpin hanya-
lah membagi tugas, mengawasi dan mengevaluasi hasil kerja
yang didapat.
Administrasi pendidikan mempunyai
prinsip-prinsip
dan aturan-aturan yang tidak jauh berbeda dengan prinsip
prinsip serta aturan administrasi pada umumnya.
Administrasi pendidikan mencakup semua
kegiatan
dan pengurusan masalah pendidikan, termasuk juga kegiatan
dan pengaturan tentang administrasi sekolah. Administrasi
pendidikan tidak akan menjadi baik, kalau pengelolaan ad
ministrasi sekolahnya kurang baik, oleh sebab itu
peran
seorang Kepala Sekolah sangat penting.
Kepala Sekolah sebagai pengelola administrasi
se
kolah yang dipimpinnya dituntut untuk menguasai tugas-tugas administrasi yang menjadi tanggung jawab.
22
Tugas-tugas administrasi sekolah yang
menjadi
tanggung jawabnya meliputi:
Administrasi keuangan.
Administrasi kepegawaian
Administrasi pengajaran
Administrasi kesiswaan
Administrasi perlengkapan
Administrasi umum.
Secara operasional maka Kepala Sekolah hanya
se
bagai pengatur terhadap pelaksana administrasi sekolah,
sedangkan pelaksana yang sebenarnya ialah para guru-guru.
Tugas Kepala Sekolah adalam hal ini ialah: mengorganisa-
sikan guru dalam tugas-tugas tertentu, mengawasi
sanaannya dan mengevaluasi hasil kerja yang
pelak-
dilakukan
oleh guru-guru tersebut.
C. Perumusan Masalah
Kepemimpinan Kepala Sekolah Dasar yang
dimaksud
dalam penelitian ini ialah pelaksanaan tugas-tugas Kepa
la Sekolah Dasar yang berhubungan dengan guru,untuk men
capai tujuan pendidikan.
Seperti telah diungkapkan di muka tugas-tugas Ke
pala Sekolah Dasar tersebut meliputi:
Melaksanakan proses belajar mengajar (P.B.M), melaksana
kan bimbingan siswa dan melaksanakan administrasi kelas.
23
Berdasarkan hal tersebut, maka permasalahan pokok
dalam penelitian ini ialah: pelaksanaan kepemimpinan Ke
pala Sekolah dan pelaksanaan tugas guru, sedangkan perumusan masalahnya ialah: Bagaimana pendapat guru tentang
pelaksanaan Kepemimpinan Kepala Sekolah, dan
bagaimana
pendapat guru tentang tugas-tugasnya.
Komponen pembahasan yang berhubungan dengan masa
lah tersebut meliputi:
Pendapat guru tentang supervisi yang dilakukan Kepala Se
kolah;
Pendapat guru tentang pengawasan yang dilakukan Kepala
Sekolah;
Pendapat guru tentang evaluasi yang dilakukan Kepala Se
kolah;
Pendapat guru tentang pelaksanaan proses belajar
meng
ajar yang dilakukannya;
Pendapat guru tentang bimbingan siswa yang dilakukannya;
Pendapat guru tentang administrasi kelas yang dilakukan
nya;
Berdasarkan komponen-komponen tersebut di
atas,
maka tujuan penelitian ini ialah:
Mengungkapkan pendapat guru tentang supervisi yang dila
kukan oleh Kepala Sekolah;
Mengungkapkan pendapat guru tentang pengawasan yang di
lakukan oleh Kepala Sekolah;
24
Mengungkapkan pendapat guru tentang penilaian yang
di
lakukan oleh Kepala Sekolah;
Mengungkapkan pendapat guru tentang proses belajar meng
ajar yang dilakukannya.
Mengungkapkan pendapat guru tentang bimbingan kepada sis
wa yang dilakukannya;
Mengungkapkan pendapat guru tentang administrasi
kelas
yang dilakukannya;
Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi para
Kepala Sekolah di Bandar Lampung khususnya untuk lebih
raeningkatkan diri sebagai pemimpin sekolahnya, sedangkan
bagi guru-guru diharapkan untuk lebih memahami dan meng-
hayati tugas-tugasnya sebagai suatu kewajiban dan bukan
sebagai suatu beban yang memberatkan dirinya,
akan timbul suatu hubungan yang harmonis antara
Sekolah dengan guru-guru yang dipimpinnya.
sehingga
Kepala
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian ini, maka populasi
penelitian ini mengacu kepada karakteristik pendapat gu
ru tentang kepemimpinan yang dilakukan oleh Kepala Seko
lah dan pendapat guru tentang tugas yang dilaksanakannya,
dengan wilayah penelitian di Kotamadya Bandar
Lampung.
Karakteristik yang diharapkan dapat dipantau oleh
penelitian ini meliputi:
Kepemimpinan yang dilakukan Kepala Sekolah:
Supervisi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah;
Pengawasan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah;
Evaluasi kerja guru yang dilakukan Kepala Sekolah.
Pendapat guru tentang yang dilaksanakannya meliputi:
Pendapat guru tentang proses belajar mengajar yang dila
kukannya;
Pendapat guru tentang bimbingan kepada siswa yang dila
kukannya;
Pendapat guru tentang tugas aiministrasi sekolah
yang
dilakukannya.
Adapun subyek populasi penelitian ini
57
sebanyak
58
3.652 orang guru yang bertugas di Kotamadya Bandar
pung, yang terdiri dari 3.283 guru Sekolah Dasar
Lam
Negeri
dan 369 orang guru Sekolah Dasar Swasta.
TABEL 2
JUMLAH SEKOLAH DASAR NEGERI DAN SWASTA SERTA
JUMLAH GURU SEKOLAH DASAR NEGERI DAN SWASTA
DI KOTAMADYA BANDAR LAMPUNG 1987
No
Nama Kecamatan
Jml. Sekolah Swasta
Neg.
Swt
. r.
Jml.
Guru
Neg.
Swt.
r
448
38
486
525
62
587
25
484
39
523
6
29
385
69
454
23
3
26
389
22
411
7
2
9
107
38
145
Sukarame
10
2
12
167
20
187
8.
Panjang
14
4
18
253
39
292
9.
Kedaton
23
4
27
525
42
567
168
34
202
3283
1.
T. Karang Barat
28
3
31
2.
T. Karang Pusat
.19
6
25
3.
T, Karang Timur
21
4
4.
T. Betung Utara
23
5.
T. Betung Sel.
6.
T.Betung Barat
7.
Jumlah
•
369
3652
Sumber: Laporan Bulanan Dinas DIKBUD. Kodya Bandar
Lampung 1987.
2. Sampel Penelitian
Menginagt jumlah populasi yang cukup besar,
maka
penelitian ini menggunakan sampel. Alasan penggunaan sam
pel dalam penelitian ini ialah:
Waktu yang tersedia terbatas;
Terbatasnya dana yang tersedia.
59
Agar sampel yang diambil cukup representatif,ser
ta mampu mewakili populasi yang ada, maka digunakan tek
nik random sampling berdasarkan proporsi guru pada
se
tiap kecamatan. Adapun besarnya proporsi pada setiap ke-
capatan ialah 4$.
TABEL 3
SAMPEL PENEL: jTTAN DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK
' PROPORTIONAL RANDOM SAMPLING GURU-GURU
SEKOLAH DASAR KOTAMADYA BANDAR LAMPUNG
^^^Sekolah Dasar
Negeri
Sampel
Swasta
(4*)
Kecama- ^^\^^
tan
^"-^^
Sampel
(4#)
^
•
T. Karang Barat
448
18
38
2
20
T. Karang Pusat
525
21
62
3
24
T. Karang Timur
484
20
39
2
22
T. Betung Utara
385
15
69
3
13
T. Betung Seltn.
389
16
22
1
17
T. Betung Barat
107
4
38
2
6
Sukarame
167
7
20
1
8
Panjang
253
10
39
2
12
Kedaton
525
21
42
2
24
18
150
Jumlah Sampel
132
Berdasarkan tabel tersebut maka sampel yang diguna
kan dalam penelitian ini sebesar 150 orang guru yang tersebar pada 9 kecamatan.
Untuk menentukan lokasi sampel,
maka peneliti
60
mengadakan undian, yang menghasilkan lokasi seperti pada
tabel berikut:
TABEL 4
NAMA-NAMA SEKOLAH DASAR NEGERI DAN SWASTA
DI KOTAMADYA BANDAR LAMPUNG
YANG
DIJADIKAN
SAMPEL
PENELITIAN
Nama Sekolah
No.'
Dasar
Kecamatan
Negeri
1.
T.Karang Barat
SDN 5 Kemiling
SDN 14 Sukajawa
SD Inpres GD.Air
2.
T.Karang Pusat
SDN 1 Simpur
SDN 2 Penengahan
SDN 2 Penengahan
SDN 2 Kp.
Swasta
SD Dharmawijata
SD Persit K.C.K
Sawah
3. T.Karang Timur
SDN 4 Kedamaian
SDN 5 Wonosari
T.Betung Utara
SDN 3 Smr. Batu
SD K. Lydia
SDN 3 Pengajaran
4.
SD
5.
T.Betung Sltn
SD Kaverius
Inpres Peng
ajaran
SDN 3
Gd.Pakuon
SD Bodhisatwa
SDN 6 Sukaraja
6.
T.Betung Barat
SDN 1
Gd.Pakuon
SDN 2
Pahoman
SD Muhammadiyah
SDN 1 Longsir
7.
Sukarame
SDN 1
Sukabumi
SDN 4
Sukarame
SD Tunas Karya
8. Panjang
SDN 4 Way Lunik
SDN 1 Srengsem
SD Muhammadiyah
9. Kedaton
SDN 2 Kmp.Baru
SD Sejahtera
SDN 4 Kedaton
SDN 2 Labuhan Ratu
61
B. Teknik Pengumpulan Data
1. Data Pendapat Guru tentang Kepemimpinan yang
Dilakukan Kepala Sekolah
Teknik pengumpulan data tentang kepemimpinan yang
dilakukan oleh Kepala Sekolah dalam penelitian ini meng
gunakan teknik angket. Pertanyaan-pertanyaan
tersebut
berisi tentang pendapat guru yang dihubungkan dengan ke
pemimpinan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah.
Pertanyaan-pertanyaan yang mengacu tentang
kepe
mimpinan Kepala Sekolah terdiri atas tiga kelompok,
ya
itu:
Supervisi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah;
Pengawasan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah;
Evaluasi (penilaian) kepada guru yang dilakukan
oleh Kepala Sekolah.
Angkat yang harus dijawab oleh guru berupa pernyataan-
pernyataan (statement). Pada setiap nomor pernyataan,ha
nya ada dua alternatif jawaban, yaitu: senang - tidak se
nang.
Jumlah item perkelompok adalah sebagai
berikut :
Supervisi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah terdiri da
ri 12 item -pernyataan;
Pengawasan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah terdiri da
ri 8 item pernyataan;
62
Evaluasi (penilaian) kepada guru yang dilakukan oleh Ke
pala Sekolah terdiri dari 5 item pernyataan.
2. Data Pendapat Guru tentang Tugas-tugas yang
Dilakukannya
Seperti halnya pada pengumpulan data
Pelaksanaan
Kepemimpinan Kepala Sekolah, maka di sini juga digunakan
teknik angket.
Tugas-tugas guru dalam penelitian ini dikelompokan dalam tiga kelompok, yaitu:
Tugas melaksanakan administrasi sekolah;
Tugas melaksanakan Proses Belajar, Mengajar;
Tugas melaksanakan bimbingan kepada siswa.
Item disusun berdasarkan pernyataan (statement),
dan bukan pertanyaan.
Alternatif jawaban setiap pernyataan ialah: setu-
ju atau tidak setuju. Banyaknya item pada setiap
kelom
pok adalah sebagai berikut:
Tugas melaksanakan administrasi sekolah terdiri dari
95
pernyataan.
Tugas melaksanakan Proses . Belajar Mengajar terdiri
da
ri 15 pernyataan.
Tugas melaksanakan bimbingan kepada siswa terdiri
dari
11 pernyataan.
Sekor jawaban pilihan: setuju ialah 1 (satu),
sedangkan
63
untuk pilihan tidak setuju ialah 0 (nol).
C. Definisi Operasional dan Cara Pengukuran
1. Definisi Operasional variabel X
Kepemimpinan ialah suatu kegiatan pimpinan
membantu bawahan dalam mencapai tujuan bersama,
untuk
dengan
melaksanakan fungsi yang bertalian dengan tujuan
dan
fungsi yang bertalian dengan hubungan dan suasana
kerja
(J.F. Tahalele, 1975: 3).
Sesuai dengan Buku Petunjuk Administrasi
Dasar, maka tugas Kepala Sekolah Dasar ialah
Sekolah
melaksana
kan supervisi kepada guru, pengawasan kepada guru
dan
evaluasi (penilaian) terhadap pelaksanaan tugas guru.
Berdasarkan hal tersebut maka untuk memahami pelaksanaan
kepemimpinan tersebut peneliti menyusun angket
tentang
supervisi yang dilakukan Kepala Sekolah, Pengawasan yang
dilakukan Kepala Sekolah dan evaluasi (penilaian)
yang
dilakukan Kepala Sekolah.
Supervisi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah.
Definisi operasional: "Supervisi ialah
kegiat
an pelayanan yang membantu guru untuk menyelesaikan
tu
gasnya dengan baik".(Kimbal Wiles, 1953: 3).
Cara pengukuran: Pendapat guru tentang supervisi yang di
lakukan oleh Kepala Sekolah diukur dengan menjumlahkan
sekor pendapat guru, senang sekor 1 (satu) dan tidak se
nang sekor 0 (nol). Adapun kegiatan-kegiatan
supervisi
64
yang dilakukan oleh Kepala Sekolah sesuai dengan Buku Pe
tunjuk Administrasi Sekolah Dasar, meliputi:
Mengadakan rapat-rapat rutin dengan guru, mengadakan kun
jungan kelas ketika guru mengajar, mengadakan rapat
ngan guru dalam hal memutuskan sesuatu, mengadakan
de
rapat
khusus kalau terjadi hal-hal yang mendesak, menyelesaikan
perselisihan antar guru, mengadakan rapat dalam
membagi
tugas, memeriksa daftar hadir guru, menegur guru yang ti
dak hadir tanpa ijin, memeriksa Satuan Pelajaran (S.P)
guru, memeriksa guru untuk bertanggung jawab terhadap tu
gasnya, membimbing guru menyusun rencana kegiatan.
Pengawasan Kepala Sekolah.
Definisi operasional: Pengawasan Kepala Sekolah
ialah kegiatan Kepala Sekolah memantau pelaksanaan
tugas
guru. (J.F. Tahalele, 1975: 89).
Cara pengukuran pendapat guru tentang
pengawasan
Kepala Sekolah dengan menjumlahkan sekor pendapat
Pendapat senang dengan sekor 1 (satu), tidak senang
kor 0 (nol).
Adapun kegiatan-kegiatan tersebut beliputi:
Menegur kesalahan guru dalam forum rapat;
Mengadili guru secara terbuka;
Menegur guru secara pribadi;
Mengawasi guru melalui laporan guru lain;
Mempercayai informasi guru
Melaporkan kesalahan guru kepada Penilik T.K./S.D.
guru.
se
65
Evaluasi (penilaian) Kepala Sekolah kepada
guru.
Definisi operasional: Evaluasi (penilaian) Kepala
Sekolah ialah kegiatan Kepala Sekolah dalam
mempertim-
bangkan pelaksanaan tugas guru.
Cara Pengukuran evaluasi (penilaian) Kepala
Seko
lah: Pengukuran pendapat guru tentang penilaian yang di
lakukan Kepala Sekolah dengan menjumlahkan sekor
penda
pat guru, senang dengan sekor 1 (satu) dan tidak
senang
dengan sekor 0 (nol).
Adapun kegiatan-kegiatan evaluasi (penilaian) ter
sebut meliputi:
Membuat catatan tentang penyelesaian tugas guru;
Membuat daftar hadir guru;
Memberhatikan catatan harian yang dibuat untuk
mengisi
DP3 (Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan).
Mencatat guru-guru yang bermasalah;
Mendisiplinkan guru-guru melalui pengisian DP3;
Mengisi DP3, secara obyektif;
Memperhatikan tingkat penyelesaian GBPP guru setiap akhir
semester.
2. Definisi operasional tentang pendapat pendapat
guru dalam melaksanakant tugasnya ialah: kon
disi psikologis yang mengiringi guru dalam me
laksanakan proses belajar mengajar, melksana kan bimbingan kepada siswa dan melaksanakan ad
ministrasi sekolah.
66
Untuk mengetahui hal tersebut, maka dalam peneli
tian ini diadakan pembahasan setiap komponen yang
dise-
susaikan dengan Buku Petunjuk Administrasi Sekolah Dasar
yaitu: Pendapat guru dalam melaksanakan proses
belajar
mengajar.
Definisi operasional: ialah kondisi psikologis guru yang
bersifat senang atau tidak senang pada waktu
melakukan
kegiatan pengajaran.
Kegiatan tersebut meliputi:
Menyusun Satuan Pelajaran (S.P.) sebagai suatu kewajiban
Menyusun alat peraga;
Melaksanakan kegiatan tatap muka;
Menyiapkan materi pelajaran;
Menghadapi murid yang tertinggal secara individual;
Mengajar menggunakan Satuan Pelajaran (S.P)
Menyusun Satuan Pelajaran (S.P) dibimbing Kepala Sekolah;
Satuan Pelajaran (S.P) dikontrol Kepala Sekolah;
Rapat sebelum mendapatkan tugas mengajar;
Dikunjungi Kepala Sekolah ketika sedang mengajar;
Ditegur Kepala Sekolah karena tidak menyusun Satuan Pel
ajaran (S.P);
Mengajar sesuai dengan GBPP;
Mengajar sesuai dengan jadwal yang telah disusun.
Sekor pendapat senang adalah 1 (satu), tidak senang ada
lah nol (0).
67
*
Pendapat guru dalam melaksanakan bimbingan kepa
da siswa.
Definisi operasional: Pendapat guru dalam melak
sanakan bimbingan kepada siswa ialah kondisi psikologis
yang mengiringi guru dalam membantu siswa mengatasi ke
sulitan belajar. Kondisi psikologis tersebut bisa
se
nang atau tidak senang.
Cara pengukuran pendapat guru dalam melaksanakan
bimbingan kepada siswa tersebut dengan menggunakan ang
ket tentang:
Pendapatnya dalam mengadakan absensi siswa;
Pendapatnya dalam memberi bimbingan secara indivdual ke
pada siswa;
Pendapatnya dalam membuat catatan tentang kemajuan bel
ajar siswa;
Pendapatnya dalam mencatat siswa yang mengalami kelainan;
Pendapatnya dalam memecahkan masalah siswa;
Pendapatnya tentang pelaksanaan kunjungan ke rumah sis
wa;
Pendapatnya dalam membuat buku penghubung;
Pendapatnya tentang raemperbaiki kesalahan siswa;
Pendapatnya tentang hukuman kepada siswa.
Sekor untuk ini didapat dengan menjumlahkan pen
dapat yang senang adalah 1 (satu) dan tidak senang ada
lah 0 (nol)
68
Pendapat Guru melaksanakan tugas administrasi se
kolah
Definisi operasional tentang pendapat guru
melaksanakan tugas administrasi sekolah ialah:
dalam
kondisi
psikologis yang mengiringi guru dalam membantu Kepala Se
kolah untuk mencatat atau menyusun laporan tentang kegia
tan atau situasi sekolah.
Cara pengukuran pendapat guru dalam melaksanakan
tugas
administrasi sekolah ialah dengan angket yang berisi pertanyaan tentang:
Pendapat guru dalam menyusun daftar siswa menurut urutan
nomor induk;
Membuat catatan kelompok kemampuan siswa;
Mengarsipkan nama-nama siswa berikut identitas orang tua/
walinya;
Membuat catatan tentang situasi sekolah;
Membuat catatan tentang hasil rapat dengan Kepala Sekolah;
Mengisi buku nilai harian siswa;
M