PENGAWASAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN PENYETARAAN GURU SEKOLAH DASAR DI KOTAMADYA PEKANBARU.

PENGAWASAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN
PENYETARAAN GURU SEKOLAH DASAR
DI KOTAMADYA PEKANBARU

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh
Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh:

ALMANARSYAH
NIM. 949610

PROGRAM PASCASARJANA (S2)

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
199 6


DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

LiH^
PROF. DR. H. ENGKOSWARA, M.Ed.
Pembimbing I

DR. H. DJAM'AN SATORI, MA

Pembimbing II

PROGRAM PASCA SARJANA (S2)

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
IKIP BANDUNG
1 996

Menqetahui:

Koordinator


Program Studi Administrasi Pendidikan
Program Pascasarjana
IKIP Bandung

PROF. DR. H. E. KUSMANA, M.Pd

MOTTO:

Jadikanlah lebih baik masa mendatang
dari pada masa sekarang.

Sebaik-baik manusia adalah

yang bermanfaat bagi manusia lainnya

Pemberian tugas pada yang bukan ahlinya,
tunggulah saat-saat kehancurannya.

ABSTRAK


Pengawasan Pelaksanaan Pendidikan Penyetaraan
Guru Sekolah Dasar di Kota Madya Pekanbaru

Untuk meningkatkan mutu para guru sekolah dasar, pemerintah telah
mengadakan program penyetaraan D-II. Dalam pelaksanaan program penyetaraan

D-II ini, tanpaknya pengawasan pelaksanaan program penyetaraan belum berjalan
sebagai mana mestinya.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauhmana pelaksanaan

pengawasan program penyetaraan guru SD di Kotamadya Pekanbaru, serta mencari
jalan keluarnya agar pengawasan pelaksanaan program penyetaraan berjalan dengan
baik dan benar.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
sebelum memasuki lapangan peneliti terlebih dahulu mengadakan prasurvey, setelah
turun kelapangan untuk mendapatkan informasi, peneliti menggunakan instrumen
seperti wawancara, observasi dan studi dokumentasi.


Kesimpulan penelitian dari kedua program penyetaraan dapat digambarkan
sebagai berikut yaitu: pada program penyetaraan yang dikelola oleh UPBJJ belum
efektif bila dibandingkan dengan pelakasanaan program penyetaraan yang dikelola

oleh LPTK UNRI. Untuk lebih jelasnya lihat sebaran lulusan dari kedua pelaksana
program penyetaraan tersebut.

xn

DAFTARISI

Halaman

HALAMANJUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
KATAPENGANTAR
UCAPAN TERIMA KASIH DAN APRESIASI
ABSTRAK
DAFTAR ISI


i
ii
iii
vi
xii
xiii

DAFTAR TABEL

xv

DAFTAR GAMBAR

xvi

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
B. Permasalahan danPertanyaan Penelitian

C. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan Penelitian
E. Kerangka Acuan Penelitian

1
7
17
18
19

BAB II EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI SISTEM PENGAWASAN PELAK
SANAAN PENYETARAAN D-II GURU SD

A. Dimensi-dimensi Efektivitas dan Efisiensi
1. Dimensi-dimensi efektivitas
2. Dimensi-dimensi efisiensi

21
22
28


B. Konsep, Pengertian dan Tugas-tugas Lapangan
Administrasi Pendidikan

35

C. Konsep dan Makna Pemantauan (Monitoring) dan

Tujuannya Didalam Administrasi Pendidikan

44

D. Hakekat, Fungsi dan Tujuan Pengawasan
E. Kesimpulan Teoritis dan Implikasinya Terhadap

57

Penelitian Ini

68


BAB III PROSEDUR DAN METODOLOGl PENELITIAN
A. Metode dan Pendekatan Penelitian

71

B. Obyek Penelitian/Sumber Data Penelitian

76

C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

77

D. Pelaksanaan Penelitian
E. Prosedur Analisa Data
F. Keabsahan Hasil Penelitian

78
82

85

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN

A. Organisasi Pelaksanaan Program Penyetaraan D-II
GuruSD

89

B. Efektivitas Pengawasan Pelaksanaan Penyetaraan D-II
xiii

GuruSD

99

C. Mekanisme Sistem Informasi Pengawasan Pelaksanaan

Program Penyetaraan D-II
D. Tindak Lanjut Pengolahan Hasil Pengawasan

E. Pembahasan Hasil Penelitian

133
145
150

BABV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

178

B. Rekomendasi

185

DAFTAR PERPUSTAKAAN

192


LAMPIRAN-LAMPERAN

1. Pedoman Wawancara

195

2. Surat Izin Penelitian:

a. Surat Izin Penelitian dari Rektor EKIP Bandung

203

b. Surat Izin Dari Sospol Prop. Dati I Jabar
c. Surat Izin Dari Sospol Prop. Dati I Riau
d. Surat Izin Dari Sospol Kodya Pekanbaru

204
205
206

e. Surat IzinPenelitiandari Kakanwil Propinsi Riau

207

f. Surat Izin Dari Dinas P&K Dati I Riau

208

g. Surat Jalan Dari PPS IKIP Bandung
3.RiwayatHidup

209
21°

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

1. IPK Siswa ProgramPenyetaraan Yang dikelola oleh
PGSD UPBJJ

105

2. IPK Siswa Program Penyetaraan Yang dikelola oleh
PGSDLPTKUNRI

106

3. Absensi Guru/Karyawan pada Penyetaraan PGSD
UPBJJ

121

4. Absensi Guru/Karyawan pada penyetaraan PGSD
LPTKUNRI

122

5. Rekapitulasi Hasil Penelitian

174

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Peranan Pendidikan Dalam Pembangunan

3

2. Struktur Organisasi Penyelenggaraan Jenjang D-II

11

3. Fungsi dan Bidang Organisasi Pengawasan Sekolah

12

4. Kerangka Pengawasan Pelaksanaan Pendidikan

Program Penyetaraan

16

5. Kerangka Penelitian

20

6. Keefektivan Model Dimensi Waktu

22

7. Matrik Sekolah Secara Sistem

38

8. Komponen Penanggung Jawab Program Penyetaraan

90

9. Forum Koordinasi Tingkat II Penyetaraan

93

xvi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tujuan pembangunan jangka panjang kedua yaitu mewujudkan bangsa

Indonesia yang maju, mandiri, serta sejahtera lahir dan bathin sebagai landasan bagi

tahap pembangunan berikutnya menuju masyarakat adil dan makmur dalam negara
kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945. Sasaran umum pembangunan tersebut adalah terciptanya kualitas manusia dan

masyarakat Indonesia yang maju dan mandiri dalam suasana tenteram dan sejahtera
lahir dan bathin, dengan titik berat pada pembangunan bidang ekonomi, sebagai

penggerak utama pembangunan seiring dengan perkembangan kualitas sumber daya
manusia (GBHN: 1993).

Gambaran di atas menunjukkan betapa besarnya perhatian pemerintah

terhadap masalah sumber daya manusia dalam penyelenggaraan pembangunan. Hal
ini disebabkan karena keberhasilan pembangunan itu sangat ditentukan oleh faktor

manusia, dan untuk menentukan keberhasilan ini haruslah manusia yang mempunyai

kemampuan membangun. Walaupun ditegaskan bahwa titik berat pembangunan itu
diletakkan pada sektor ekonomi, namun keberhasilan dan kemajuan ekonomi
ditentukan oleh berbagai faktor dan yang paling menentukan adalah faktor manusia.

Manusia yang berkualitas dimaksud adalah memiliki pengetahuan, terampil,

berdisiplin, dan mempunyai daya juang yang tinggi yang memungkinkan ia
membangun ekonomi dan berkemampuan untuk memanfaatkan berbagai faktor
pendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi. Dalam kegiatan pembangunan yang

terus melaju masih dihinggapi dalam kesenjangan atau krisis produktivitas kualitas
manusia (Engkoswara, 1987 : 10).

Bangsa Indonesia pada umumnya dan pemerintah khususnya telah menyadari
bahwa masalah kesenjangan kualitas sumber daya manusia ini merupakan faktor

penghambat dalam kemajuan pembangunan, sehingga sumber daya manusia yang
berkualitas dijadikan prasyarat dalam pembangunan jangka panjang tahap kedua.
Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber manusia tersebut

adalah pendidikan, Karena pendidikan merupakan "the process oftrainning and the
develoving the knowledge, skill, mind, character, etc" (Webster's : 1957). Karena itu

pendidikan menduduki peranan yang amat penting dalam upaya meningkatkan
kualitas manusia Indonesia baik dalam segi sosial, spritual, intelektual maupun

profesional, sebagai kekuatan pertama dan utama dalam pembangunan nasional
bangsa Indonesia.

Selanjutnya Achmad Sanusi (1989 : 45) mengemukakan bahwa "pendidikan

sebagai proses pengembangan sumber daya manusia, yang merupakan faktor paling

penting dalam pembangunan nasional". Pentingnya paranan pendidikan dalam
pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas, tercermin dalam tujuan

pendidikan nasional Indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan

bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, berkepribadian yang
mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (UUSPN,
1989).

Selanjutnya

pendidikan dalam

Fakry

Gaffar

(1989)

menggambarkan

bahwa

"peranan

pembangunan dan pengembangan sumber daya manusia

merupakan salah satu prioritas yang cukup penting yang kedudukan dan peranannya

unik". Pendidikan bukan hanya merupakan sektor yang harus dibangun tapi juga
harus turut endukung sektor lain, sebagai mana terlihat dalam gambar ini.
Gambar 1.

Perananan Pendidikan Dalam Pembangunan
Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia

Pembangunan nasional
Pertanian
Perindustrian

Berbagai sektor PN

Perdagngan
Energi
Sosbud

Dll

SDM yang berkualitas
Pendidikan

atau berkemampuan

Masalahnya sekarang adalah apakah sistem pendidikan yang ada telah
mampu menciptakan atau melayani kebutuhan akan manusia pembangunan yang
berkualitas tersebut?. Pendidikan yang bagaimana yang akan menghasilkan manusia

berkualitas seperti yang diharapkan tersebut? Untuk dapat menghasilkan sumber
daya manusia yang berkualitas, dituntut agar sistem pendidikan nasional dengan

semua jalur, jenis dan jenjang serta program pendidikannya juga mempunyai

produktivitas dan kualitas yang tinggi. GBHN menggariskan kebijakan dalam bidang
pendidikan mengacu pada meningkatkan mutu disemua jenjangpendidikan.
Berdasarkan uraian di atas upaya mewujudkan manusia pembangunan yang

berkualitas tidak lepas dari peran pendidikan terutama pada tingkat pendidikan

dasar. Oleh karena itu sudah sepantasnya para guru Sekolah Dasar Negeri dan

Swasta berkewajiban untuk meningkatkan pengetahuannya. Dengan pembenahan

pendidikan dasar itu akan memberi bekal kemampuan kepada peserta didik untuk
mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara
dan anggota umat manusia, serta mempersiapkannya untuk mengikuti pendidikan

menengah (PP.RI No.28/1990, bab II. pasal 3). Jadi pendidikan dasar merupakan
sarana kunci dalam pembangunan bangsa. Oleh karena itu sudah selayaknya bagi

para guru SD Negeri dan Swasta yang nota benenya berijazah SPG atau KPG serta
SLTA lainnya, untuk mengikuti suatu Program Penyetaraan yang dilaksanakan

pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas dan menambah ilmu pengetahuan
sejalan dengan makin berkembangnya ilmudanteknologi pada dewasa ini.

Kepedulian terhadap peningkatan kualitas pada jenjang pendidikan ini
merupakan suatu keharusan yang tidak dapat ditunda-tunda lagi, agar keluaran yang
dihasilkan menjadi investasi sumber daya manusia yang benar-banar bemilai. Yang
dimaksudkan dengan SDM yang berkualitas ialah keluaran atau output dari

pendidikan yang berkemampuan inteletual, moral dan berprilaku baik. Pendidikan
harus mampu membentuk anak didiknya menjadi insan-insan pembangunan yang
bermutu tinggi.

Dengan demikian output tidak dapat dinilai semata-mata dari jumlah siswa

yang berhasil menempuh ujian akhir saja, tetapi juga dari kemampuannya untuk
memecahkan persoalan-persoalan dan tantangan di kemudian hari. Jadi pembinaan

guru Sekolah Dasar melalui suatu program penyetaraan merupakan suatu hal yang
sangat strategis, karena sekolah dasar adalah salah satu jenjang kependidikan yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pendidikan.

Lebih lanjut B.S. Mardiatmadja (Analisis, CSIS Nomor 5 : 1990)
menjelaskan bahwa:

"... isi pendidikan selanjutnya sangat ditentukan oleh pendidikan dasar; mutu
proses didik selanjutnya sangat dipengaruhi oleh proses didik perdana yang
terjadi dalam pendidikan dasar. Maka akhirnya baik produktivitas maupun
mutu manusia Indonesia selanjutnya sangat ditentukan oleh dalam dan mutu

pendidikan dasarnya. Maka pada pendidikan dasarlah bergantungnya mutu
pembangunan kita di masa depan".

Peningkatan mutu pendidikan dasar ini dapat dilakukan dengan berbagai
cara. Abin Syamsuddin (1986 : 10) mengemukakan bahwa salah satu cara atau

tindakan yang strategis untuk meningkatkan kualitas hasil atau produktivitas dari
suatu sistem, antara lain melalui menejemen dan pengendalian terhadap unsur proses

operasi sistem yang bersangkutan. Jadi peningkatan mutu pendidikan dasar salah
satunya dilakukan melalui manajemen yang efektif dan efisien yang diikuti dengan
suatu pengawasan.

Kenyataannya, program penyetaraan guru SD saat ini sedang menghadapi
masalah yaitu masih rendahnya efektivitas dan efisiensi terutama dalam pelaksanaan

pengawasan pelaksanaan program tersebut. Meskipun secara kuantitatif sampai
tahun 1994/1995 program penyetaraan guru SD telah mampu menampung kira-kira
45% dari jumlah guru SD yang ada di Kota Madya Pekanbaru, namun secara

kualitatif pelaksanaan program tersebut masih menghadapi berbagai masalah yang
memetlukan perhatian dan usaha pemecahan yang tepat dari berbagai instansi yang
terkait.

Keberadaan masalah efektivitas dan efisiensi pada pelaksanaan program

penyetaraan guru SD, terlihat dengan adanya beberapa masalah yang dihadapi
program tersebut, yaitu tingkat mengulang pada beberapa mata kuliah yang cukup

tinggi,dan kualitas guru atau dosen yang belum memuaskan.

Dalam pelita V yang lalu ada beberapa masalah yang dihadapi oleh

pendidikan dasar, antara lain mutu dan status profesional tenaga guru, kesenjangan
antara kurikulum dengan pelaksanaannya, menejemen sekolah yang belum

menjamin pembinaan guru secara profesional, serta masalah pendayagunaan dan
pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan yang tersedia (Sutjipto, 1991).
Pada sisi lain dalam pemanfaatan waktu sebagai mana dikemukakan oleh

Muchdarsyah Sinungan (1992) dalam bukunya yang lain "banyak kejadian di sekitar
kita betapa kurangnya pemanfataan waktu kerja yang merupakan upaya paling
mendasar dalam produktivitas kerja, banyak diabaikan bahkan secara sengaja

dilanggar", lebih lanjut ia memaparkan bahwa suatu unit kerja terlihat bahwa sekitar
25% dari pekerja baik tingkat atas, menengah, dan lapisan bawah yang benar-benar

bekerja keras dengan memamfaatkan semua waktu kerja yang ada, sementara itu

75% dari pekerja tidak memamfaatkan jam kerja yang ada, bahkan cenderung untuk
mengurangi waktu kerjayang tersedia itu.

Indikator lain yang dikemukakan adalah rendahnya kemampuan guru atau

dosen penyetaraan guru SD itu sendiri, dalam menguasai bidang studi. Penelitian

menunjukkan bahwa dari sejumlah guru atau dosen penyetaraan guru SD itu, yang
terdiri dari Kepala sekolah-kepala sekolah dan Penilik-penilik TK-SD, beberapa
diantaranya hanya memiliki Ijazah yang sederajat dengan SLTA.

Memperhatikan indikator-indikator di atas serta hasil pembicaraan informal
yang dilakukan dengan beberapa orang siswa atau guru SD sebagai peserta didik

yang telah menamatkan program penyetaran guru SD itu, juga pendapat kepala
UPBJJ-UT Pekanbaru, diperoleh gambaran bahwa tingkat mengulang para siswa

atau peserta penyetaraan guru SD tersebut cukup tinggi. Dari siswa atau para peserta
didik yang masuk pada semester satu, hanya kira-kira 50% dari mereka yang dapat
menyelesaikan semua beban SKS, yang diberikan berdasarkan banyaknya

pengalaman mengajar sebagai mana yang diatur dalambuku panduan PPDII.
Jadi karena banyaknya siswa atau peserta didik penyetaraan yang mengulang

padasemester berikutnya, danjuga diketemukan bahwa guru atau dosen sering tidak
datang dalam melaksanakan tugasnya pada waktu tatap muka (tutorial), hal ini
menimbulkan beberapa konsekwensi sebagai mana yang digambarkan di atas. Hal

inilah yang menarik penulis untuk meneliti lebih jauh tentang efektivitas dan
efisiensi sistem pengawasan terhadap pelaksanaan program penyetaraan guru SD
yang dikelola UPBJJ-UT Pekanbaru Propinsi Riau.

B. Permasaiahan dan Pertanyaan Penelitian

Program penyetaraan guru SD yang dikelola oleh UPBJJ-UT Pekanbaru,

merupakan tempat untuk pelaksanan menyetaraan bagi guru-guru yang masih
berijazah SPG, KPG, dan SLTA lainnya. Untuk meningkatkan kualitas peserta
penyetaraan pada guru SD, dituntut guru/tutor yang memenuhi persyaratan-

persyaratan sebagai mana yang tercantum pada buku panduan PPD II. Untuk
menunjang hasil yang maksimal dari pelaksanaan program penyetaraan tersebut
dibutuhkan program pengajaran yang terpadu dan terorganisir, serta dilaksanaan
dengan pengawasan yangefektif.

Agar sesuai dengan waktu yang ditetapkan yaitu selama tiga tahun, dengan
kalkulasi beban SKS berdasarkan pengalaman kerja atau mengajar, dimana bagi

yang berpengalaman kerja atau mengajar (0-4th) jumlah beban SKS nya 82, dan bagi

yang berpengalaman kerja atau mengajar (5-8th) beban SKS nya sebanyak 74 SKS,

begitu juga bagi yang berpengalaman kerja atau mengajar (9-12 th) jumlah beban
SKS nya 72 SKS, serta yangberpengalaman kerja atau mengajar diatas 12thjumlah
beban SKS nya hanya 66 SKS saja.

Guru SD yang telah selesai mengikuti program penyetaraan ini, diharapkan
akan kembali kesekolahnya semula untuk memanfaatkan dan mengembangkan ilmu

yang telah ia dapatkan selama menempuh studi pada penyetaraan tersebut, agar
dapat mencapai tujuan pendidikan nasional pada umumnya dan tujuan pendidikan
dasar pada khususnya lebih baik.

Supaya tujuan tersebut dapat terlaksana secara efektif dan efisien, maka

manajemen yang profesional mutlak diperlukan. Manajemen diperlukan bagi
pengelolaan dan bagi pengawasan, agar instrumen-instrumen yang ada dapat
dioptimalisasikan dan semua komponen-komponen dari sistem berjalan secara

terencana, terorganisir, terarah, termonitoring, terkordinir, dan terkontrol/terkendali
serta terevaluasi baik pada segi efektivitas maupun pada segi efisiensinya

(Kauffman, 1972). Jadi agar manajemen program penyetaraan guru SD bermakana,
maka diperlukan suatau mekanisme supaya komponen-komponen sistem

persekolahan dapat berfungsi secara optimal untuk dapat mencapai tujuan
pendidikan secara efektif dan efisien.

Pencapain efektivitas dan efisiensi pendidikan yang optimal, dipengaruhi
oleh berbagai faktor yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan

penyelenggaraan pendidikan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang merupakan
sistem terbuka, di samping menerima dan memberi pengaruh dari dan pada

lingkungannya, juga dipengaruhi oleh komponen-komponen

yang merupakan

substansi-substansi dari sistemnya sendiri.

Ini menunjukkan bahwa efektivitas dan efisiensi organisasi termasuk
organisasi pelaksanaan penyetaraan, terlahir karena adanya interaksi proses
transformasi yang tidak terlepas dari lingkungan. Hal ini menunjukkan adanya kaitan

yang sangat erat antara faktor manusia dengan faktor-faktor fisik lainnya yang
didayagunakan dalam proses pendidikan, untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Oleh karena itu aspek yang paling mendasar dalam kaitan dengan manajemen sistem

pendidikan penyetaraan guru SD, adalah kualitas guru/tutor dan peran kepala UPBJJ
dalam memberdayagunakan setiap komponen yang ada serta keterkaitannya dengan

sistem pendidikan. Komponen yang harus didayagunakan itu tidak hanya yang ada
dalam lingkungan sekolah saja tetapi juga yang ada di luar sekolah (Ace Suryadi,
1991:20).

Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa aspek pengawasan terhadap

pelaksanaan pendidikan penyetaraan guru SD oleh pengelola, merupakan aspek yang
dapat diduga sebagai penyebab siswa tidak dapat menyelesaikan studinya tepat
waktu dan sesuai dengan yang direncanakan. Masalah pengawasan merupakan suatu
masalah yang cukup luas dan kompleks, dan tidak semua input dan output yang

terkait dapat dikendalikan secara efektif. Pengawasan yang komprehensif, harus

diarahkan pada berbagai aspek mulai dari input proses, dan output bahkan sampai
pada outcome dari sistem pendidikan. Kajian pelaksanaan program penyetaraan guru

SD ini dapat dilihat dari berbagai sudut, antara lain dari struktur organisasi

penyelenggaraan program penyetaraan guru SD, pada tingkat makro dan mikro.
Semula program ini dikelola oleh satu Departemen yakni Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan. Pelaksanaannya baik dalam pengawasan di tingkat Kecamatan dan

10

Kabupaten serta Propinsi mutlak menjadi tanggung jawab kapala UPBJJ-UT

Pekanbaru. Akan tetapi dalam pengadaan peserta didik sudah ikut Departemen
Dalam Negeri, dalam hal ini Pemda Tingak I. Sedangkan pada tingkat mikro yaitu
pada tingkat satuan pendidikan atau sekolah dikelola oleh Kepala penyetaran

ditingkat Provinsi, dalam hal ini disebut dengan Kepala UPBJJ. Jadi dalam
pelaksanaan program penyetaraan ini hal-hal yang menyangkut peserta didik
ditentukan oleh Dinas P dan K tingkat II, sedangkan Pemda menydiakan fasilitas dan
masalah penempatan guru. Untuk lebih jelasnya dapat

kita perhatikan struktur

pelaksanaan program pendidikan penyetaraan D-JJ guru SD pada gambar 2, seperti
tertera pada halaman berikut ini.

Selanjutnya Fakry Gaffar (1989) mengemukakan fungsi pokok manajemen

itu pada dasamya adalah: Perancanaan, Pelaksanaan, dan Pemgawasan. Dalam buku
Pedoman Administrasi Sekolah Dasar (Dirjen Dikdasmen, 1991) ditegaskan bahwa

administrasi dilihat sebagai proses kegiatan manajemen yang dilaksanakan pimpinan

melalui tahapan kegiatan: Perencanaan, Pelaksanaan, dan Pengawasan. Ketiga fungsi
ini harus dilaksanakan secara berkesenambungan dan meliputi semua bidang

kegiatan administrasi pendidikan disekolah dan semuabidang tugas pimpinan.

Tinjauan terhadap manajemen sekolah juga bisa dilihat dari sudut bidangbidang tugas yang harus dikelola. Dalam hubungan ini Tim Dosen MKDK
Administrsi Pendidikan EKEP Bandung (1991), yang juga sejalan dengan Dirjen

Dikdasmen (1991) mengemukakan bidang-bidang garapan administrasi pendidikan
sebagai berikut:

GAMBAR 2

11

STRUKTUR ORGANISASI PENYELENGGARAAN
PENDIDIKAN GURU SD JENJANG D-II

(PRAJABATAN DAN PENYETARAAN)

MENDtKBUD

RAPAT TERAS TERBATAS

FORUM
KOORDINASI

UNIT-UNIT
TERKAITDI

DITJEN

DITJEN

BALITBANG

DIKTI

DIKDASMEN

DIKBUD

KEBUAKSANAAN

PUSAT

DI PUSAT

SEKRETAR1AT
BERSAMA

!

FORUM

UMT-UMTDI
LPTK

KONSULTASI TEKNIS

PUSAT YANG

LPTKBJJ

TERKAIT

DI PUSAT

i
I

|

!

FORUM
UNIT-UNIT DI

LP
TERF ADU

TERKAIT

i

GURU DI WILAYAH

i

i

FORUM KOORDINASI

I
i

KOORDINASI PENGADAAN

PUSAT YANG

KANVWL

UPBJJ

UNIT-UNIT DI
KABUPATEN

KANDEP

!

PENYELENGGARAAN
|
PROGRAM PENYETARAAN

YANG TERKAIT

i

|

i

DI KABUPATEN

I

FORUM KOORDINASI
UNIT-UNIT DI

KECAMATAN

KANCAM

YANO TERKAIT

PENYELENGGARAAN

|
j

PROGRAM PENYETARAAN

i

PG SD

PG SD

PROGRAM

PROGRAM

PRA

PENYETA

JABATAN

RAAN

Garis Komando

Garis Koordinasi
Garis Pembinaan Akademik

BJJ

Belajar Jarak Jauh

Sumber: PPDDepdikbud 1993

DI KECAMATAN

UPBJJ Unit Program Belajar Jarak Jauh

LPTK Terpadu IKIP,FKIP. SPG, SGO. SGPLB, PPPG, BPG
PG SD Program Studi Pendidikan Guru SD

12

1. Program pengajaran.

2. Murid atau peserta didik.
3. Personil lembaga pendidikan.
4. Kantor dan fasilitas lembaga pendidikan.
5. Keuangan lembaga pendidikan.

6. Pelayananbantu lembaga pendidikan.
7. Hubungan lembaga dan masyarakat.

Fungsi-fungsi pokok pengawasan pada bidang-bidang tugas tersebut tidak

bisa dipisahkan antara satu dengan lainnya dalam pelaksanaan operasionalnya.
Hubungan antara keduanya dapat dilukiskan sebagaimana pada Gambar-3 berikut
mi:

Gambar 3.

Fungsi Dan Bidang Organisasi
Pengawasan Sekolah
FAS.

BLDANG
PENG

MURID

UANG

LAYAN

HUMAS

PERSON

FUNGSI
PERENCANAAN

PELAKSANAAN

Dilihat dari tanggung jawab pelaksana penyetaraan guru SD dalam hal ini

kepala UPBJJ-UT sebagai pengelola pendidikan pada sekolah yang dipimpinnya.
Menurut pasal 12 PP 28 tahun 1990 kepala sekolah bertanggung jawab atas

penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga
kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana.

13

Masalah efektivitas dan efisiensi suatu kegiatan pendidikan merupakan suatu

hal yang kompleks. Oleh karena itu pada penelitian ini hanya difokuskan pada
efektivitas dan efisiensi internal, seperti halnya yang tergambar dalam konsep

Depdikbud, yaitu masalah efektivitas dilihat dari prestasi belajar, jumlah tamatan,
efisiensi dilihat dari masukan biaya yang digunakan, dan juga dapat dilihat dari ba

nyaknya tahun yang butuhkan untuk penyelesaian suatu persekolahan oleh kelompok
mahasiswa/siswa tertentu.

Semakin banyak peserta didik/siswa yang mengulang, semakin banyak waktu

yang diboroskan, berarti semakin rendah pula nilai efisiensi pada suatu persekolahan
karena hal ini akan mengacu kepada semakin besarnnya biaya yang dibutuhkan

untuk mencapai suatu penyelasaian pada pembelajaran tertentu. Selanjutnya dilihat
dari konsep efektivitas, menurut pandangan Etzioni (1982), efektivitas pada suatu

organisasi dapat diukur dari tingkat sejauh mana ia berhasil mencapai tujuannya,
sedangkan efisiensi suatu organisasi dapat dikaji dari jumlah besarnya biaya yang
digunakan untuk menghasilkan suatu unit yang dikeluarkan (out-put).
Jadi dalam melihat efektivitas suatu organisasi sudut pandangan harus

diarahkan pada pencapaian tujuan. Rumusan keberhasilan organisasi tidak saja

mempertimbangkan sasaran organisasi, tetapi juga mekanismenya mempertahankan
diri dari mengejar pada suatu sasaran. Kalau kita memeperhatikan dengan konsep
sistem, maka konsep efektivitas sacara umum berkenaan dengan efektivitas

pendidikan, maka yang dimaksud dengan efektivitas dalam penelitian ini adalah
kemampuan penyetaraan guru SD di Kotamadya Pekanbaru. Hal ini dicapai dengan

mengoptimalisasikan sistem pengawasan pada seluruh komponen-komponen secara
benar sehingga menghasilkan lulusan dari suatu unit masukan tertentu secara baik

14

dan konsekwen.

Sedangkan efisiensi berkaitan dengan kemampuan penyelenggara pendidikan

dengan tepat waktu dan dengan dana yang seminimal mungkin. Dalam hal ini
diharapkan penyelenggaraan penyetaraan yang dikelola oleh UPBJJ-UT Pekanbaru
benar-benar produktif. Untuk melaksanakan tugas sistem pengawasan agar

menghasilkan keluaran dengan menggunakan sumber/masukan (studen years)
semenimal mungkin. Oleh karena itu indikator-indikator efektivitas yang digunakan
adalah pelaksanaan tugas-tugas kepala UPBJJ sebagai bagian dan pengawasan

pelaksanaan pendidikanpada penyetaraan guru SD yang dipimpinnya dan indikatorindikator output yang akan dilihat dari jumlah tamatan, dan prestasi kognitif yang

dicapainya Suharsimi (1988) mengemukakan bahwa indikator-indikator dari
efektivitas administrator dapat dilihat dari tujuh daerah tugas yaitu: kurikulum dan

pengajaran, personil, murid, biaya dan urusan manajemen, gedung dan sarana,
hubungnan dengan masyarakat, dan pengembangan profesionalisasi.

Berdasarkan pemikiran-pemikiran di atas, maka yang dijadikan fokus

penelitian ini adalah efektivitas dan efisiensi sistem pengawasan pelaksanaan
penyetaraan guru SD yang dilakukan oleh kepala UPBJJ dan instansi yang terkait.
Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan, maka fokus penelitian

ini penulis ajukan dalam bentuk pertanyaan yang berbunyi: "Sejauh manakah

Efektivitas Sistem Pengawasan Pelaksanaan pendidikan Penyetaraan D-II guru SD
di Kotamadya Pekanbaru." Kemudian permasalahan penelitian tersebut dapat
dijabarkan lagi menjadi pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana organisasi pelaksanaan program pendidikan penyetaraan D-II guru SD
di Kotamadya Pekanbaru?

15

Pertanyaan ini dirinci sebagai berikut:

a. Pihak-pihak mana saja yang terkait dalam pelaksanaan pendidikan program
penyetaraan D-IIguruSD, dan apa tugas masing-masing unittersebut?
b. Bagaimana koordinasi antar istansi terkait dalam pelaksanaan pengawasan

program pendidikan penyetaraan D-II guru SD dengan pihak yang telibat di
Kodya Pekanbaru?

c. Hambatan-hambatan apa yang dihadapi dalam proses koordinasi pengawasan

program penyetaraan D-IIdan bagaimana cara pamecahannya?

2. Bagaimana efektivitas dan efisiensi pengawasan pelaksanaan penyetaraan D-II
guru SD di Kotamadya Pekanbaru?

Pertanyaan ini dapat dirinci sebagai berikut:

a. Apakah tujuan atau sasaran pengawasan pelaksanaan pendidikan program
penyetaraan D-II guruSD di Kotamadya Pekanbaru?

b. Aspek-aspek apa yang diawasi dalam pelaksanaan pendidikan program

penyeta-raan D-II guru SD Kodya pekanbaru dalam pengelolaan pengajaran?
3. Bagaimana mekanisme sistem informasi pengawasan pelaksanaan pendidikan
program penyetaraan D-II guru SD di Kota Madya Pekanbaru ditinjau dari
layanan unit/istansi di luar organisasi?

a) Informasi apa saja yang diperlukan dalam rangka pengawasan pelasanaan
program penyetaraan D-II guru SD di Kota Madya Pekanbaru?

b) Bagaimana pemanfaatan informasi hasil pengawasan atas pelaksanaan pendi
dikan program penyetaraan D-II guru SD di Kota Madya Pekanbaru?
c) Apakah sistem informasi pengawasan pelaksanaan pendidikan program

penyeta-raan D-II guru SD di Kota Madya Pekanbaru telah berjalan secara

16

efektif?

4. Bagaimana tindak lanjut pengolahan hasil pengawasan pelaksanaan pendidikan
program penyetaraan D-II guru SD di Kota Madya Pekanbaru?
Selanjutnya untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas, bagaimana

struktur pengawasan pada program penyetaraan D-II, maka penulis akan menyajikan
kerangka pengawasan atas pelaksanaan pendidikan program penyetaraan D-II guru
sekolah dasar di Kota Madya Pekanbaru, yang menggambarkan letaknya masalah

dalam pelaksanaan program penyetaraan D-II padaGambar-4 berikut ini.
GAMBAR 4.

Kerangka Pengawasan Pelaksanaan
Pendidikan Program Penyetaraan
STRUKTUR

PENGAWASAN PENYETARAAN D-H

Pengawasan

UPBJJ

Kanwil
Komando

Pembinaan

- Kualitas bahan

belajar.
- Pendistribusian

bahan belajar.
Penetapan siswa.

- Tutorial

Mengawasi:

•Proses belajar

- PokJar/Kancam

mandiri
- Praktikum

- Kabupaten
- Wilayah

PPL

PELAKSANAAN PENYETARAAN
GURU SEKOLAH DASAR
PENINGKATAN

MUTU SEKOLAH DASAR
KODYA PEKANBARU

17

C. Tujuan Penelitian

Tujuan secara umum penelitian ini merupakan kelanjutan dari penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Muchamad Ichsan (1991) yang mengkaji

meningkatkan mutu pelaksanaan supervisi instruksional di SMA Kotamadya Malang

dengan aspek yang ditelitinya proses supervisi mengenai observasi kelas,

pelaksanaan supervisi kelas, mengamati unjuk kerja guru mengajar, teknik-teknik
supervisi seperti pembicaraan induvidual, teknik supervisi kelompok melalui rapat,

dan pola pendekatan supervisi seperti pembicaraan individual setelah observasi
kelas. Dengan kesimpulan pelaksanaan supervisi instruksional, tidak hanya memberi
bantuan dan dorongan, tetapi juga sebagai media penilaian dan pengawasan. Unsur

penilaian terbukti dengan adanya pengamatan proses belajar mengajar dengan
supervisi guru di kelas. Sedangkan unsur pengawasan terbukti dengan adanya

penunjukkan tentang kesalahan-kesalahan yang dilakukan guru pada waktu mengajar
di kelas.

Penelitian ini lebih khusus mengkaji serta menganalisa tentang efektivitas

sistem pengawasan pelaksanaan pendidikan penyetaraan guru SD di Kotamadya
Pekanbaru, sehingga dapat ditemukan permasalahan-permasalahan dan kemungkinan

jalan keluamya guna meningkatkan hasil guna dan daya guna penyelenggaraan

penyetaraan guru SD di Kotamadya Pekanbaru. Sedangkan tujuan khususnya adalah
untuk:

1. Mendiskripsikan bagaimana organisasi pelaksanaan pendidikan penyetaraan D-II

guru SD dilihat dari: pihak-pihak yang terkait, dan koordinasi antar instansi, serta
hambatan-hambatan apa yang dihadapi oleh kepala UPBJJ di Kotamadya
Pekanbaru.

18

2. Menganalisis sejauhmana efektivitas pelaksanaan pendidikan penyetaraan D-II

guru SD ditinjau, dari layanan diluar instansi/organisasi.
3. Mendeskripsikan mekanisme sistem informasi pengawasan pelaksanaan program
penyetaranD-II guru SD di Kotamadya Pekanbaru.

4. Menganalisis bagaimana tindak lanjut hasil pengawasan program penyetaraan D-II
guru SD di Kotamadya Pekanbaru.

D. Kegunaan penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah untuk :

1. Sebagai bahan masukan bagi guru-guru atau para dosen untuk lebih memahami

tentang konsep efektivitas dalam pen-didikan, dan sebagai umpan balik dari
usaha-usaha yang telah mereka lakukan dalam rangka meningkatkan produktivitas
(penyetaraan guru SD di Kodya Pekanbaru).

2. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi kepala UPBJJ UT Pekanbaru dan

pengawas untuk menentukan tindakan-tindakan guna untuk meningkatkan
efektivitas dan efisiensi dalam sistem pengawasan pelaksanaan pendidikan
penyetaraan guru SD.

3. Dalam skala yang lebih luas, hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat

dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan suatu kebijakan guna
meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan pendidikan penyetaraan guru
SD dalam bentuk sistem pengawasan.

19

E. Kerangka Acuan Penelitian

Kerangka acuan dalam penelitian ini yang merupakan suatu landasan atau

dasar pemikiran yang digunakan atau ditempuh dalam menyoroti dan mengkaji
permasalahan penelitian. Disusun berdasarkan pada tinjauan terhadap pengawasan

pelaksanaan pendidikan penyetaraan guru SD dari berbagai sudut pandang. Pertama,
dilihat dari struktur, tanggung jawab operasional dari sistem pengawasan

pelaksanaan penyetaraan guru SD, yang paling menentukan terhadap efektivitas dan
efisiensi pendidikan berada di tangan pengelola atau kepala UPBJJ. Kedua, sebagai
pelaksana satuan pendidikan khususnnya pelaksanaan pendidikan penyetaraan guru

SD, pengelola pendidikan harus melaksanakan fungsi-fungsi yaitu sebagai berikut:
Perancanaan, Pelaksanan, dan Pengawasan (evaluasi dan pembinaan). Ketiga, fungsi-

fungsi di atas hendaknya dilaksanakan secara terpadu dalam melaksanakan tugastugas sistem pengawasan terhadap pelaksanaan pendidikan penyetaraan guru SD,

dan bagi seorang pengelola harus mengerjakan berbagai fungsi diantaranya yaitu (a)
bagaimana mengelola bidang kemuridan atau kemahasiswaan, (b) bidang program

pengajaran, (c) bidang personil, (d) bidang keuangan, (e) bidang periengkapan dan
fasilitas sekolah, (f) bidang hubungan sekolah dan masyarakat, (g) bidang layanan

khusus, (h) serta dibidang supervisi pengajaran. Keempat, kesemuanya di atas
dimaksudkan untuk menghasilkan output pendidikan (keluaran) yang bermutu secara

efektif dan efisien, sebagai hasil dari sistem pengawasan pelaksanaan pendidikan
penyetaraan guru SD yang efektifdan efisien.

Berikut ini akan disajikan kerangka berpikir atau kerangka acuan penelitian

dengan paradigama sebagaimana tertara pada halaman berikut ini:

20
GAMBAR 5
KERANGKA PENELITIAN

SK DIRJEN DIKTI

(UT) Fungsi
penyetaraan
-PP 30 tahun 1990

Pengawasan Mutu

SUMBER
METODE

SUBJEK

SASARAN

TUJUAN

INFORMASI
K
- Pengelola
Peneliti

penyetaraan
Sendiri

guru SD

U
A
L

- Dikdasmen

I
T

-KA Dinas

A

P*K Kodya

Belum
Terlaksana

Secara Efektif

Pekanbaru

T
I
F

Mendeskripsi-

kan organisasi

- Mengatasi

pelaluprog.

masalah-masa-

Penyeteraan

lah pengawas

Menganalisis

an penyetara

efektivitas

an

pelaksanaan

- Mencapai sa

program penye

saran penga

taraan

wasan yang di

Terlaksana

Mengadakan re-

harapkan pada

Secara

komendasi pe-

penyetaraan

Efektif

lak-prog. pe

nyetaraan

Masalah

Organisasi Pelaksana Program Penyetaraan
Efektivitas Pengawasan Prog. Penyetaraan
Mekanisme informasi pengawasan

Belum mampu

mengung- kapkan
pengawasan

penyetaraan

- Latar Belakang Pendidikan
- Persepsi pengawasan
Penyetaraan
•Tindak lanjut dari pengawasan

Mampu

mengungkapkan
penampilan
pengawasan
penyetaraan

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif-analitik dengan menggunakan pendekatan

kualitatif selanjumya Nana Sudjana dan Ibrahim (1989 : 64) mengemukakan bahwa

penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suam gejala
atau peristiwa dan kejadian yang telah terjadi saat sekarang, di mana peneliti
berusaha memotiet peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatiannya untuk
kemudian ia tuangkanatau digambarkan sebagaimana adanya.

Kemudian Faisal, (1990 : 45) mengemukakan bahwa didalam penelitian
kualitatif terjadi proses yang berbentuk suam siklus, dimana dalam proses yang
berbentuk siklus tersebut, dapat diidentifikasikan adanya tiga tahapan yang

berlangsung secara berulang-ulang, yakni tahap (1) eksplorasi yang meluas dan

menyeluruh, dan biasanya masih bergerak pada taraf permukaan, (2) eksplorasi
secara terfokus atau terseleksi guna untuk mencapai tingkat kedalaman dan
keterincian tertentu, (3) pengecekan atau konfirmasi suam hasil atau temuan
penelitian.

Adapun sifat analitik dari penelitian ini adalah merupakan langkah lanjutan

dari deskripsi gajala dan peristiwa. Setelah didapat gambaran yang jelas dan lengkap
tentang aspek-aspek yang diteliti maka selajutnya dilakukan analisis secara
mandalam. Dan analisis dilakukan berdasarkan suam kajian teori.

Tujuan pokok pada penelitian ini adalah mendiskripsikan dan menganalisis
efektivitas dan efisiensi pengawasan pelaksanaan penyetaraan guru sekolah dasar di
71

72

Kota Madya Pekanbaru Propinsi Riau. Dengan kata lain untuk memahami efektivitas
dan efisiensi pengawasan pelaksanaan penyetaraan tersebut, secara konteksmal yang
dilihat secara sistem mulai dari input, proses, dan output. Karena sekolah merupakan
suam sistem sosial yang terbuka, sehingga efektivitas dan efisiensinya merupakan

fenomena yang bersifat totalitas, maka untuk im dalam penelitian ini digunakan
pendekatan kualitatif.

Nasution (1988) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif pada hakekatnya

adalah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka,
berusaha mema-hami dan menafsirkan pikiran mereka tentang dunia mereka.

Selanjutnya Bogdan dan Biklen (1982) mengatakan pendekatan kualitatif berusaha
memahami dan menafsirkan makna suam peristiwa interaksi prilaku manusia dalam
suam simasi tertentu menurut persepsi sendiri.

Didalampenelitian kualitatifini dapat dibedakan dari penelitiannon kualitatifdilihat
dari segi karakteristik yang dimilikinya yaim:

1) Penelitian kualitatif mempunyai latar alami sebagai sumber data langsung.
2) Manusia sebagai alat atau instrumen penelitian.
3) Penelitian kualitatif bersifat deskriptif analitik.
4) Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses dari pada hasil semata.
5) Dalam penelitian kualitatif, peneliti cenderung menganalisa datanya secara
induktif.

6) Penelitian kualitatif mengutamakan makna (Lihat dalam buku, Bogdan dan
Biklen, 1982: 27-30; dan Buku Nasution, 1988 : 9-12; Sudjana dan Ibrahim,
1989:197-200; Moleong, 1990 : 4-8).

Adapun karakteristik-karakteristik di atas akan mempertimbangkan dalam

penelitian ini. Jadi berdasarkan karakteristik yang pertama, berarti dalam penelitian

ini peneliti langsung terjun ke lapangan untuk mengumpulkan data dan informasi
dari sumber data tanpa melakukan intervensi. Justru im dalam hal ini peneliti

73

langsung pergi kesekolah dimana tempat pelaksanaannya yang dijadikan obyek

penelitian, kemudian mengadakan pengamatan, pembicaraan non formal,
pembicaraan formal dengan kepala sekalah (UPBJJ) dan pengawas, Ka Dinas P&K
Kota Madya Pekanbaru serta para guru. Dengan mjuan untuk memperoleh dan lebih
memahami data dan informasi yang diperoleh secara konteksmal, dan Licon dan

Guba dalam buku karangan Moleong (1990 : 4) mengemukakan dan memandang
kegiatan ini perlu atas dasar asumsi bahwa:

(1) Tindakan pengamatan mempengaruhi apa yang dilihat, karena hubungan
penelitian harus mengambil tempat pada keutuhan dalam konteks, unmk
keperluan pemahaman.

(2) Konteks sangat menentukan dalam menetapkan apakah suam penemuan
mempunyai arti bagi konteks lainnya yang berarti bahwa satu fenomena harus
diteliti dalam keseluruhan pengaruh lapangan.

(3) Sebagian struktur nilai konteksmal bersifat diterminatif terhadap apa yang akan
dicari.

Maka dengan pendekatan ini diharapkan dapat diperoleh gambaran tentang

fenomena pelaksanaan penyetaraan guru sekolah dasar di Kota Madya Pekanbaru

sebagaimana adanya. Berkenaan dengan karakteristik di atas, maka karakte-ristik
yang kedua adalah bahwa pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan langsung
oleh peneliti. Oleh karena im peneliti merupakan alat pengumpul data yang utama,

dasar pemikiran ini disebabkan oleh karena manusia dapat mengadakan penyesuaian
terhadap kenyataan-kenyataan yang ada dilapangan, dan hanya manusia yang dapat

berhubungan dengan responden atau obyek lainnya dan yang mampu memahami
kaitan kenyataan-kenyatan di lapangan.

Di samping im juga hanya manusia sebagai instrumen pulalah yang dapat

menilai apakah kehadirannya menjadi faktor pengganggu, sehingga apabila terjadi

74

hal demikian ia pasti dapat menyadarinya dan berusaha mengatasinya. Karena

menusia mempunyai atau memiliki senjata dalam artian "dapat memumskan" yang

secara luwes dapat digunakannya. Ia senantiasa dapat menilai keadaan dan dapat
mengambil keputusan (Moleong, 1990 : 5-19). Dengan kelebihan-kelebihan tersebut,
dalam pengumpulan data dan informasi manusia dapat memperhalus pertanyaan-

pertanyaan untuk memperoleh data secara rinci dan mendalam sesuai dengan mjuan
yang ingin dicapai (Nasution, 1988 : 54-55).

Adapun karakteristik selanjumya dalam penelitian kualitatif adalah lebih
bersifat deskriptif analitis, dimana data yang diperoleh seperti hasil pengamatan,
hasil wawancara, dan hasil pemotretan (decumentar), cuplikan tertulis dari dokumen

lebih banyak berupa kata-kata, gambar dan bukan dalam bentuk bilangan statistik.
Pada hasil analisisnya lebih banyak berupa gambaran mengenai simasi yang diteliti
dalam bentuk uraian naratif (Sudjana, 1989 : 148). Dengan demikian laporan

penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian
laporan tersebut (Moleong, 1990 : 6). Maka dalam hal ini hakekat pemaparan pada
umumnya menjawab pertanyaan-pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana suatu
fenomena im yang terjadi dalam konteks lingkungannya.

Karakteristik yang keempat yaim, lebih menekankan pada proses dari pada
hasil semata, maka dalam penelitian kualitatif data dan informasi yang dikumpulkan

lebih terfokus kepada kegiatan-kegiatan yang dilakukan, bahkan bukan dari hasil im
semata. Jadi dalam hal ini disebabkan karena hubungan bagian-bagian yang diteliti

akan jauh lebih jelas apabila diamati dalam proses (lihatdalam buku Moleong, 1990
: 7). Maka dalam penelitian ini akan ditekankan pada proses atau kegiatan-kegiatan

pelaksanaan penyetaraan guru sekolah dasar yang dilakukan oleh kepala sekolah

75

dalam hal ini adalah kepala UPBJJ.

Persepektif selanjumya dalam penelitian kualitatif, peneliti lebih cenderung
menggambarkan analisis datanya secara induktif, dalam hal ini penelitian kualitatif
tidak mencari data atau bukti-bukti untuk membuktikan atau menolak hipotesis yang

dibuat sebelumnya, akan tetapi seorang peneliti akan terjun ke lapangan justruunmk
mempelajari suam proses atau masalah yang menjadi fokus penelitiannya secara
alamiah, kemudian mencatat, menganalisanya, dan melaporkan serta menarik suatu

kesimpulan-kesimpulan dari pelaksanaan penyetaraan guru sekolah dasar di Kota

Madya Pekanbaru, serta bagaimana mekanismenya sistem pemantauan dan

pengawasan dalam rangka untuk mempertinggi produkitvitas dan kualitas pada
lembaga pendidikan tersebut.

Selanjumya datadan informasi yang diperlukan guna membuat deskripsi dan

analisis didapatkan dari responden, yaim Kepala Sekolah (UPBJJ), guru-guru dan
instansi yang terkait seperti Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kodya Pekanbaru
serta Dikdasmen dari Kanwil Pekanbaru, dan juga dari dokumentasi-dokumentasi
yang diperoleh.

Menurut Lofland dan dalam buku karangan Moleong (1990 : 112) sumber

data yang utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan serta
dokumen-dokumen lainnya adalah merupakan sumber data tambahan, tetapi jelas
sumber itu tidak bisa diabaikan. Yang dimaksud dengan sumber data disini adalah
kata-kata dan tindakan-tindakan orang yang diamati dan diwawancarai, dan sumbersumber tertulis dari dokumen, serta keadaan yang diamati. Jadi berdasarkan data dan

informasi tersebut, peneliti ingin menggambarkan keadaan yang sebenamnya di

lapangan tentang profil efektivitas dan efisiensi pelasanaan penyetaraan guru sekolah

76

dasar di KodyaPekanbaru yang dijadikan obyek penelitian.

B. Obyek Penelitian/Sumber Data Penelitian

Sehubungan dengan sumber data penelitian kualitatif, Judith P.Goetz dan

Margaret D. LeComte (1981:54-55) menyatakan: "the content of theories determines
which elemen-elemen, objects, or people in the empirical world contitute the

researcher's populations or data sources". Jelaslah di sini bahwa elemen-elemen

mana, obyek mana, atau siapa yang merupakan data atau populasi, tergantung pada
isi teori atau konsep yang digunakan.

Dalam hal ini yang dijadikan obyek penelitian/sumber data penelitian adalah

kepala sekolah (UPBJJ), Dikdasgu serta pengawas, dan Ka Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Kodya Pekanbaru. Sesuai dengan fokus masalah yang menekankan pada
mekanisme sistem pengawasan pelaksanaan penyetaraan guru sekolah dasar Kodya
Pekanbaru, termasuk juga sumber data penelitian adalah seluruh personil yang

terkait langsung dengan pelaksanaan penyetaraan guru sekolah dasar tersebut.
Dengan demikian sumber data penelitian ini terdiri dari semua personil yang
memberi informasi demi untuk kelengkapan data yang akan diperlukan, di samping
itu unmk melihat efektivitas sistem pengawasan pelaksanaan penyetaraan guru

sekolah dasar Kodya Pekanbaru juga ditinjau dari unit organisasi yang memanfaatkan data informasi dalam instansi tersebut.

Adapun penarikan sumber data dalam penelitian ini dilakukan dalam dua

tahap, yaim: 1) penarikan sumber data unmk personil yang teriibat dalam

pelaksanaan penyetaraan tersebut, 2) penarikan sumber data untuk bagian dalam
instansi vertikal.

77

Penentuan sumber data dilakakukan secara purposif, dimana penentuan

sumber data disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai, jumlah sumber data tidak
dibatasi sedemikian rupa tetapi tergantung pada pertimbangan kelengkapan pada
data dan informasi yang dikumpulkan.

Penarikan sumber data untuk personil yang teriibat langsung dalam

pelaksanaan penyetaraan guru sekolah dasar Kodya Pekanbaru dilakukan dengan
teknik "bola salju" atau snowball sampling technique (Bogdan & Biklen, 1982;

dalam buku karangan Moleong, 1990). Dengan penggunaan teknik ini, peneliti dapat

mengumpulkan data dan informasi secara lebih efektif, terarah dalam mencapai

mjuan. Informasi yang diperoleh dari informasi pertama akan dapat dibandingkan

dengan informasi dari informasi berikutnya, di samping im dimungkinkan perolehan
informasi yang bersifat melengkapi informasi sebelumnya.
Penentuan informan pertama dilakukan oleh penanggung jawab secara

operasional dalam pelaksanaan penyetaraan guru sekolah dasar Kodya Pekanbaru,
informan kedua ditetukan oleh informan pertama dan seterusnya.

Proses

pengumpulan data dan informasi ini tidak berhenti pada informasi terakhir, tetapi
untuk konfirmasi data dan informasi, peneliti menghubungi kembali informan-

informan sebelumnya. Sumber data dipandang cukup dan memadai apabila data dan
informasi yang dikumpulkan telah cukup dan memadai sesuai dengan yang
dikehendaki.

C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
observasi, study dokumenter, dan wawancara. Ketiga teknik tersebut dipergunakan

78

untuk memperoleh data dan informasi yang saling menunjang, dan saling
melengkapi tentang efektivitas dan efisiensi pengawasan pelaksanaan penyetaraan

guru sekolah dasar Kodya pekanbaru. Sedangkan instrumen yang digunakan sesuai
dengan karakteristik penelitian kualitatif yaim peneliti sendiri. Namun oleh karena
keterbatasan peneliti untuk dapat mengingat semua data dan informasi yang
dilakukan, baik dalam bentuk jumlah, maupun dari segi waktu, maka peneliti

menggunakan instrumen pembantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi
yang dilengkapi dengan buku catatan, tape recorder dan kamera, dengan ini
diharapkan data dan informasi dapat direkam selengkap mungkin. karena menurut

pendapat Bogdan & Biklien (1982 : 73-74), dimana keberhasilan penelitian
naturalistik sangat tergantung pada ketelitian catatan lapangan (field notes) yang
dapat dibuat oleh peneliti.

D. Pelaksanaan Penelitian

Adapun tahap-tahap penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
tahap orientasi, tahap eksplorasi, dantahapmembercheck.
1. Tahap Orientasi

Pada tahap orientasi dalam penelitian kualitatif bertujuan unmk memperoleh

gambaran yang lengkap dan jelas mengenai masalah yang hendak diteliti. Untuk
kegiatan ini dimulai dengan penjajakan lapangan untuk menentukan permasalahan
atau fokus penelitian. Dalam hal ini dilakukan pada tahap orientasi sebagai berikut:
a. Menyusunrancangan penelitian.
b. Memilih lapangan penelitian.

c. Mengurus perizinan, dalam pengurusan perizinan ini dimulai dengan mengajukan

79

permohonan surat pengantar kepada Direktur PPS IKIP Bandung dan selanjumya
dari PPS IKIP Bandung diteruskan kepada Rektor IKIP Bandung unmk
permohonan izin penelitian dari Direktorat Sospol Tingkat I Jawa Barat.

Selanjumya dari Direktorat Sospol Tingkat Jawa Barat diteruskan ke Direktorat
Sospol Tingkat I Riau Surat izin penelitian yang diperoleh dari Direktorat Sospol

Tingkat I Riau ini diteruskan ke Kanwil Provinsi Riau dan ke Pemerintahan
Daerah Tingakt II Kota Madya Pekanbaru, khususnya Kantor Sosial Politik, dari
sini terus ke Kantor Departemen Pendidikan Kodya Pekanbaru, dan dari

Departemen Pendidikan Kodya Pekanbaru diteruskan surat izin penelitian ini ke
sekolah sebagai penyelenggaraan penyetaraan guru sekolah dasar (UPBJJ) dan
disinilah obyek penelitian tersebut.

d. Menjajaki dan menilai keadaan lapangan dalam hal penjajakan dan penilaian
lapangan, akan berlangsung dengan baik apabila peneliti telah membaca terlebih
dahulu situasi dan kondisi baik dari segi kepustakaan maupun melalui orang

"dalam" tentang keadaan yang terjadi sebenarnya ditempat lokasi penelitian yang

dilakukan. Pengenalan dan penjajakan lapangan diteruskan sehingga peneliti
menjadi sebagai anggota kelompok masyarakat yang diteliti. Adapun hal-hal yang

perlu diketahui saat-saat studi lapangan ini adalah: Simasi dan kondisi lapangan
yang berkaitan dengan efektivitas dan efisiensi pemantauan dan pengawasan

pelaksanaan penyetaraan guru sekolah dasar di Kota Madya Daerah Tingkat II
Pekanbaru.

e. Memilih dan menggunakan informan. Imforman adalah orang yang dimanfatkan
unmk memberi informasi tentang simasi dan kondi