PENGEMBANGAN KARAKTER SISWA MELALUI PKN : Studi Kasus pada SD Islam Al-Azhar 30 Bandung.

(1)

x DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR BAGAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Definisi Operasional... 8

F. Asumsi Penelitian ... 13

G. Metode Penelitian... 14

H. Lokasi dan Subyek Penelitian ... 14

I. Paradigma Penelitian ... 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 16

A. Pendidikan Kewarganegaraan ... 16

1. Sejarah dan Ruang Lingkup PKn ... 16


(2)

xi

a. Definisi PKn ... 26

b. Tujuan PKn ... 27

c. Materi PKn ... 27

d. Media Pembelajaran ... 28

3. Integrasi Pendidikan Karakter dalam Mata Pelajaran PKn ... 28

a. Tahap Perencanaan... 28

b. Tahap Pelaksanaan ... 29

c. Tahap Evaluasi ... 32

B. Definisi dan Ruang Lingkup Karakter ... 34

1. Hakikat Karakter ... 34

2. Hakikat Pendidikan Karakter ... 36

3. Jenis Karakter ... 39

a. Karakter Individual ... 39

b. Karakter Privat dan Publik ... 40

c. Karakter Cerdas ... 41

d. Karakter Baik ... 42

e. Karakter Bangsa ... 42

4. Pengembangan dan Pembinaan Karakter di Sekolah ... 48

a. Pengembangan dan Pembinaan Karakter melalui Pembelajaran ... 48

b. Pengembangan dan Pembinaan Karakter melalui Ekstrakurikuler ... 49


(3)

xii

c. Pengembangan dan Pembinaan Karakter melalui

Manajemen Sekolah ... 50

d. Alternatif Pengembangan dan Pembinaan Karakter di Sekolah sebagai Aktualisasi Budaya Sekolah ... 51

5. Hubungan antara Pendidikan Karakter dan PKn ... 52

C. Penelitian Terdahulu ... 53

BAB III METODE PENELITIAN ... 56

A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 56

B. Lokasi dan Subyek Penelitian ... 60

1. Lokasi Penelitian ... 60

2. Subyek Penelitian ... 61

C. Teknik Pengumpulan Data ... 63

1. Observasi ... 63

2. Wawancara ... 64

3. Studi Dokumentasi ... 67

4. Studi Literatur ... 68

D. Instrumen Penelitian... 69

E. Teknik Analisis Data ... 69


(4)

xiii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 73

A. Deskripsi Umum SD Islam Al-Azhar 30 Bandung ... 73

1. Sejarah singkat SD Islam Al-Azhar 30 Bandung ... 73

2. Visi dan Misi ... 74

3. Tujuan SD Islam Al-Azhar 30 Bandung ... 75

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 75

1. Cara mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalam mata pelajaran PKn pada tahap perencanaan ... 76

2. Cara mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalam mata pelajaran PKn pada tahap pelaksanaan ... 80

3. Cara mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalam mata pelajaran PKn pada tahap penilaian ... 88

4. Kendala yang terjadi dalam melaksanakan pengintegrasian pendidikan karakter ke dalam mata pelajaran PKn ... 89

5. Solusi dalam melaksanakan pengintegrasian pendidikan karakter ke dalam mata pelajaran PKn... 93

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 96

1. Integrasi Pendidikan Karakter ke dalam Pendidikan Kewarganegaraan pada Tahap Perencanaan ... 96

2. Integrasi Pendidikan Karakter ke dalam Pendidikan Kewarganegaraan pada Tahap Pelaksanaan... 99

3. Integrasi Pendidikan Karakter ke dalam Pendidikan Kewarganegaraan pada Tahap Penilaian ... 110


(5)

xiv

4. Kendala Pelaksanaan pengintegrasian Pendidikan karakter

ke dalam mata pelajaran PKn ... 120

5. Solusi dalam Melaksanakan Pengintegrasian Pendidikan karakter ke dalam mata pelajaran PKn ... 128

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 140

A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum ... 140

2. Kesimpulan Khusus ... 141

B. Rekomendasi ... 147

DAFTAR PUSTAKA ... 149

LAMPIRAN-LAMPIRAN 1. Hasil Wawancara... 153

2. Hasil Observasi ... 154

3. Administrasi (silabus, RPP, Promes, dan Prota) ... 155

4. Bagan Organigram SD Islam Al-Azhar 30 Bandung ... 156

5. Kisi-kisi Penelitian ... 157

6. Pengembangan Karakter ... 158

7. Surat-surat Penelitian ... 159


(6)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Hal.

2.1. Paradigma karakter individual ... 40

4.1. Bentuk kegiatan pengembangan diri ... 76

4.2. Kegiatan bimbingan dan konseling ... 78

4.3. SK, KD, Indikator dan Aspek Nilai Kelas 2 Semester 2 ... 80

4.4. SK, KD, Indikator dan Aspek nilai Kelas 4 Semester 2 ... 81

4.5. Visi dan Misi SD Islam Al-Azhar 30 Bandung ... 83

4.6. Kegiatan Ekstrakurikuler ... 85

4.7. Hubungan komunikasi ... 85

4.8. Langkah-langkah Pembelajaran Kelas 2 Semester 2………...102

4.9. Langkah-langkah Pembelajaran Kelas 4 Semester 2……….. 104

4.10. Alat Penilaian………..112

4.11. Aspek Penilaian Karakter………....114

4.12. Bentuk soal kelas 2 semester 2………117


(7)

xvi

DAFTAR BAGAN

Bagan Hal. 5.1.1. Interaksi Proses Pembelajaran……….100 5.1.2. Interaksi Media Kegiatan Belajar Mengajar………109 5.1.3. Pendidikan Karakter secara Mikro………..137


(8)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Suatu bangsa yang demokratis tidak akan tercapai apabila warga negara tidak aktif dalam pemerintahannya sendiri. Artinya cita-cita demokrasi hanya dapat diwujudkan dengan sesungguhnya bila setiap warga negara dapat berpartisipasi dalam pemerintahannya. Untuk mencapai hal tersebut, Pendidikan Kewarganegaraan mempunyai peranan yang sangat berarti. Peranan tersebut adalah karakter warga negaranya. Karakter suatu bangsa yang demokratis harus mulai diterapkan sejak usia dini, yaitu pada masa sekolah dasar. Apabila karakter warga negara sudah dikembangkan pada usia dini maka cita-cita demokrasi yang penuh tantangan ini ke depan dapat terwujud.

Pendidikan Kewarganegaaraan mempunyai tujuan untuk membentuk siswa sebagai warga negara yang mempunyai karakter. Karakter yang diharapkan dalam Pendidikan Kewarganegaraan turtuang dalam Undang-undang NKRI Nomer 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas yang isinya adalah

Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Namun pada kenyataannya, masih ada tindak kekerasan, rendahnya etika, tidak toleransi, tidak saling menghargai. Maka dari itu, tujuan dan pengharapan dari Pendidikan Kewarganegaraan

belum tercapai.

Keterkaitan Pendidikan Kewarganegaraan terhadap pengembangan karakter dikemukakan oleh Cogan (1998:13) yang menyatakan Pendidikan Kewarganegaraan adalah kontribusi atau dampak pendidikan terhadap pengembangan karakteristik yang menandai seorang warga negara. Maka dari itu,


(9)

2 untuk mencapai warga negara yang berkarakter diperlukanlah lingkup pendidikan formal.

Pendidikan formal bukan hanya melaksanakan proses pembelajaran yang efektif dan bermakna tetapi harus memberikan pengalaman dalam menerapkan pengetahuan, memecahkan masalah, membuat pilihan dan berpartisipasi dalam membangun prioritas sehingga sekolah dapat meningkatkan kompetensi siswa bagi pertahanan diri terhadap perubahan yang cepat serta mendidik untuk kearganegaraan.

Penjelasan tersebut sebagaimana yang diungkapkan oleh Bastian (Winataputra dan Budimansyah, 2007:11) yang menyatakan “ … to apply knowledge, to solve problems, to make choices and participate in setting priorities. Hal itu diyakini akan meningkatkan “ … their changes for survival in a rapidly shifting and diversifying job market schools should educate students for

citizenship”.

Dipihak lain kontribusi yang sama juga disampaikan oleh Djahiri (2002:90) dalam pernyataannya adalah bahwa dalam pembinaan karakteristik warga negara tersebut diperlukan rekayasa pendidikan dengan mengacu pada falsafah negara dan menjadikan sekolah sebagai laboratorium kewarganegaraan yang demokratis.

Sebagaimana yang dikemukakan di atas, dalam prakteknya menghadapi beberapa kendala yang mengakibatkan jauhnya tujuan pembelajaran PKn dan tidak bermakna. Pernyataan dari kelemahan PKn tersebut diungkapkan oleh Budimansyah (2009:18) yang menyatakan bahwa pertama, proses pembelajaran dan penilaian lebih menekankan pada dampak instruksional yang terbatas pada


(10)

3 penguasaan materi/pada dimensi kognitif. Kedua, pengelolaan kelas belum mampu menyiapkan suasana kondusif dan produktif untuk memberikan pengalaman belajar kepada siswa.

Kelemahan lainnya disampaikan oleh Winataputra (2001:17) adalah : yang menitikberatkan kepada pemberian PKn berubah peran dan fungsi menjadi proses yang indoktrinasi ideologi negara yang cenderung mengabaikan konsep, visi, misi, dan strategi pendidikan demokrasi sehingga terkesan kurang memberi dampak instruksional dan pengiring bagi tumbuhnya wawasan, nilai, sikap, dan keterampilan demokrasi. Sekolah dasar sebagai pusat sentral dalam pengembangan karakter bukan hanya mengalami kelemahan dari segi pembelajaran tapi segi moral yang masih jauh dari harapan. Padahal, moral adalah faktor utama dalam pembentukan karakter siswa , baik di sekolah, di rumah, maupun dilingkungan masyarakat.

Hal tersebut sejalan yang dikemukakan oleh Adler (Sidi, 2001:78) ada beberapa tujuan pokok pendidikan dasar pada semua situasi, yaitu mempersiapkan anak didik untuk menjadi :

1. orang yang bermoral,

2. seorang warga negara yang mampu melaksanakan kewajibannya sebagai seorang warga negara,

3. orang dewasa yang mampu memperoleh pekerjaan dengan cara memberikan keterampilan dasar yang umum bagi semua pekerjaan di dalam suatu masyarakat kepada anak didik.


(11)

4 Dari uraian tersebut, sejalan dalam penjelasan Undang-Undang NKRI Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal 37 menjelaskan bahwa pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi wajib memuat Pendidikan Kewarganegaraan. Kurikululm yang sedang dilaksanakan adalah KTSP yang merupakan pengembangan dari KBK yang menuntut siswa mempunyai kompetensi yang nantinya berguna dalam kehidupan siswa.

Tujuan akhir dari Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah dasar bukan hanya ketanggapan, kritisasi, dan kreatifitas sosial tetapi penanaman moral yang diharapkan dapat membentuk akhlak mulia siswa sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang NKRI Nomer 20 Tahun 2008 Pasal 3 menyatakan menanamkan moral yang diharapkan pada karakter berakhlak mulia konteks kehidupan bermasyarakat secara tertib, damai, dan kreatif.

Pandangan tersebut sesuai dengan penyataan Depdiknas (2000:23) yang menyatakan bahwa:

pendidikan dasar bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dimasyarakat serta mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah.

Dipertegas pandangan Bronson (1998:8) yang menyebutkan bahwa Menurut Bronson (1998:8) Pendidikan Kewarganegaraan menekankan pada tiga aspek, yaitu civic knowledge, civic diposition, dan civic skills. Pada sekolah dasar ketiga kompetensi tersebut harus diterapkan secara berimbang agar dapat membentuk siswa menjadi manusia seutuhnya.

Untuk mencapai pada pengetahuan, watak, dan keterampilan harus mengacu pada pengembangan berbagai potensi siswa baik secara kognitif,


(12)

5 afektif, dan psikomotor. Sebagaimana dikemukakan oleh Kerr ( Winataputra dan Budimansyah, 2007:6) :

education for citizenship yang bertitik berat pada seperangkat pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap, serta nilai dan watak-watak tertentu akan berguna bagi siswa dalam partisipasinya dikehidupannya sehari-hari. Selain itu, pembelajaran haruslah kontekstual sehingga akan memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa.

Dalam konteks penelitian ini, spektrum permasalahan pada moral disposition yang dibatasi pada sikap siswa tentang pengembangan karakter sebagaimana termuat dalam Kurikulum PKn Sekolah Dasar Tahun 2006 yang

dikenal dengan KTSP.

Pengembangan karakter di SD Islam Al-Azhar 30 Bandung proses pembelajaran bukan hanya pada aspek wawasannya saja tetapi berimbang dengan iman dan takwa diantaranya: pembiasaan mengucapkan salam, pelaksanaan sholat berjamaah, membaca Al-Qur’an sebelum belajar, mempunyai targetan untuk khatam Al-Qur’an serta kedisiplinan. Selain itu, pihak sekolah selalu mengikuti berbagai perlombaan, baik tingkat kecamatan maupun tingkat kota sebagai ajang proses keberanian yang wajib diikuti oleh seluruh siswa.

Berdasarkan penjelasan di atas penulis tertarik untuk menganalisis dan mengkaji mengenai pembentukan karakter siswa yang harus dikembangkan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang mengarah pada terwujudnya karakter yang dapat diandalkan pada siswa sekolah dasar. Maka dalam tesis ini, peneliti mengangkat judul penelitian mengenai : “Pengembangan Karakter Siswa Melalui Pendidikan Kewarganegaraan”


(13)

6 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka penulis mengajukan rumusan masalah pokok penelitian ini, yaitu: “Bagaimanakah pengembangan karakter siswa melalui Pendidikan Kewarganegaraan?”

Agar penelitian ini lebih terarah dan terfokus pada pokok permasalahan, maka masalah pokok tersebut penulis jabarkan dalam beberapa sub-sub masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana cara mengintegrasikan pendidikan karakter dalam mata pelajaran PKn pada tahap perencanaan ?

2. Bagaimana cara mengintegrasikan pendidikan karakter dalam mata pelajaran PKn pada tahap pelaksanaan ?

3. Bagaimana cara mengintegrasikan pendidikan karakter dalam mata pelajaran PKn pada tahap penilaian?

4. Kendala apa saja yang terjadi dalam melaksanakan pengintegrasian pendidikan karakter ke dalam mata pelajaran PKn ?

5. Solusi apa yang dilakukan dalam melaksanakan pengintegrasian pendidikan karakter ke dalam mata pelajaran PKn ?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengembangan pendidikan karakter siswa melalui Pendidikan Kewarganegaraan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap pengambil kebijakan dalam upaya mengarahkan karakter siswa melalui Pendidikan


(14)

7 Kewarganegaraan yang diharapkan. Tujuan umum tersebut dijabarkan ke dalam tujuan secara khusus, yaitu untuk:

1. Mengetahui cara mengintegrasikan pendidikan karakter dalam mata pelajaran PKn pada tahap perencanaan.

2. Mengetahui cara mengintegrasikan pendidikan karakter dalam mata pelajaran PKn pada tahap pelaksanaan.

3. Mengetahui cara mengintegrasikan pendidikan karakter dalam mata pelajaran PKn pada tahap penilaian

4. Mengetahui kendala yang terjadi dalam melaksanakan pengintegrasian pendidikan karakter ke dalam mata pelajaran PKn.

5. Mengetahui solusi dalam melaksanakan pengintegrasian pendidikan karakter ke dalam mata pelajaran PKn

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah besifat teoretik dan praktis. Adapun manfaat tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Teoretis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk mengembangkan karater dalam membina siswa pada keadaan yang dapat merangsang melalui pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, sehingga akan terbentuk karakter siswa.

2. Praktis

a. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan untuk mengembangkan karakter melalui pembelajaran PKn di sekolah, sehingga


(15)

8 akan tercipta proses pembelajaran yang dapat mengarah pada karakter siswa.

b. Bagi sekolah, penelitian ini bermanfaat terutama sebagai upaya kebijakan sekolah dalam mengarahkan pembelajaran PKn agar siswa dapat memiliki nilai-nilai karakter.

c. Bagi guru, penelitian ini bermanfaat sebagai acuan dalam melaksanakan proses pembelajaran yang mengarah pada nilai-nilai karakter.

d. Bagi siswa, penelitian ini bermanfaat agar setiap proses pembelajaran senantiasa mempunyai nilai-nilai yang bermakna positif, baik dilingkungan sekolah maupun dimasyarakat.

E. Definisi Operasional 1. Karakter

Secara harfiah, karakter merupakan mempunyai makna psikologis atau sipat kejiwaan karena terkait dengan kepribadian, akhlak/budi pekerti, tabiat, watak, sifat kualitas yang membedakan seseorang dari yang lain/kekhasan (particular quality) yang dapat menjadikan seseorang terpercaya dari orang lain (Sapriya, 2007).

Menurut Indonesia Heritage Foundation (Megawangi, 2004:95) ada 9 (sembilan) pilar karakter yang perlu diajarkan kepada peserta didik, yaitu :

a. Cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya. b. Kemandirian dan tanggung jawab c. Kejujuran, amanah, dan kebijaksanaan d. Hormat dan santun


(16)

9 e. Dermawan, suka menolong, dan gotong royong

f. Percaya diri, kreatif, dan pekerja keras g. Kepemimpinan dan keadilan

h. Baik dan rendah hati

i. Toleransi, damai, dan kesatuan.

2. Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran dasar yang dirancang untuk mempersiapkan para pemuda warga negara untuk dapat melakukan peran aktif dalam masyarakat kelak setelah mereka dewasa (Cogan, 1999:40). Budimansyah (2006) mengemukakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada dua tujuan utama, yaitu pembentukan warga negara Indonesia yang memahami dan mampu melaksanakan kewajiban dan hak-hak nya dan pengembangan warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamantkan oleh Pancasila dan UUD RI 1945. Integrasi pendidikan karakter ke dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang meliputi:

a. Tahap Perencanaan

Menurut Komalasari (2010:58) dalam merencanakan suatu pembelajaran diperlukan desain pembelajaran yang lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu.

Maka dari itu berdasarkan penjelasan di atas, guru dalam melaksanakan tugasnya harus profesional dan memahami serta memiliki keterampilan dalam


(17)

10 mengembangkan proses pembelajaran yang efektif, kreatif, dan menyenangkan sebagaimana tersirat dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

b. Tahap Pelaksanaan

Menurut Komalasari (2010:232) tahap pembelajaran merupakan inti proses pendidikan. Maka daari itu, peningkatan kualitas pendidikan perlu difokuskan pada kualitas pembelajaran. Dalam suatu sistem pendidikan, subsistem pembelajaran meliputi beberapa komponen sebagai berikut:

Dalam suatu sistem pendidikan, subsistem pembelajaran meliputi beberapa komponen sebagai berikut :

1. Peserta didik

Komponen peserta didik adalah salah satu komponen terpenting karena adanya kebutuhan peserta didik inilah yang memicu suatu proses pembelajaran. Peserta didik merupakan input suatu proses pendidikan yang harus ditransformasikan menjadi lulusan yang berpengetahuan luas, kompeten, berketerampilan tinggi, serta memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan norma di dalam masyarakat tempat mereka berada.

2. Guru

Guru memiliki peran strategis dalam proses pembelajaran karena fungsinya sebagai narasumber /fasilitator dalam proses pembelajaran. Kompetensi dan profesionalisme guru sangat penting dalam proses transformasi peserta didik guna mencapai tujuan pembelajaran yang dikehendaki.


(18)

11 3. Materi dan bahan

Materi dan bahan ajar didasarkan pada tujuan pembelajaran dan kurikulum yang telah disepakati. Bahan pembelajaran berperan penting dalam proses pendidikan yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta didik, menumbuhkan sikap yang positif terhadap lingkungan dan dunia tempat tinggalnya serta berperilaku sesuai dengan norma masyarakat.

4. Media

Media berfungsi membantu peserta didik dan pengajar dalam menciptakan suatu proses pembelajaran yang efektif. Pemilihan media pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan karakteristik materi yang diajarkan dapat membantu pencapaian tujuan pembelajaran tercapai dengan baik.

5. Sarana dan prasarana

Proses pembelajaran tidak dapat berlangsung dengan baik tanpa tersedianya sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung proses pembelajaran yang efektif. Sarana dan prasarana ini dapat berupa perangkat keras ataupun perangkat lunak.

6. Biaya

Salah satu subsistem dalam pembelajaran adalah biaya. Ketersediaan biaya yang dapat menunjang kebutuhan setiap subsistem merupakan unsur penentu tercapainya kualitas pembelajaran. Rekrutmen dan penorganisasian peserta didik, insentif guru yang berkeadilan, pengembangan dan penyediaan bahan


(19)

12 ajar yang berkualitas, penyediaan dan penggunaan media yang tepat guna dan penyediaan sarana dan prasarana yang memadai seluruhnya membutuhkan biaya yang cukup.

7. Kurikulum tersembunyi

Pada dasarnya peserta didik tidak hanya belajar dari materi dan bahan ajar yang disampaikan oleh guru di kelas. Keseluruhan lingkungan sekolah, interaksi antar peserta didik dan antara guru dengan peserta didik, budaya sekolah bahkan lingkungan tempat tinggal peserta didik amat memengaruhi proses pembelajaran. Sarana dan prasarana yang dimiliki peserta didik , baik yang dipergunakan di sekolah maupun dalam proses belajar mandiri di rumah sangat menentukan keberhasilan proses pembelajaran pula.

c. Tahap Evaluasi

Evaluasi merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hsil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam mengambil keputusan (Depdiknas, 2003:20).

Sedangkan menurut Djahiri (2005:2) evaluasi pembelajaran PKn merupakan momentum/instrumen untuk mengukur/menilai tingkat keberhasilan, kegagalan, kelebihan atau kekurangan proses dan hasil belajar serta momentum untuk melakukan relearning yang bersifat kontinyu, multidimensional, dan terbuka. Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan adanya evaluasi kompetensi pembelajan dapat diukur ketercapaiannya.


(20)

13 Komalasari (2010) berpendapat Alat-alat penilaian yang digunakan guru di sekolah dapat berupa alat penilaian standar dan alat penilaian buatan guru sendiri. Alat penilaian standar bersumber dari pemerintah atau lembaga pembuat alat-alat penilaian, sedangkan penilaian guru bersumber dari guru sekolah. Sebuah alat penilaian yang sudah distandarisasikan disebut sebagai alat penilaian standar, biasanya dilengkapi dengan sebuah manual. Manual ini memuat keterangan-keterangan terutama yang menjelaskan tentang pelaksanaan, menskor, dan mengadakan interpetasi.

F. Asumsi Penelitian

Di sekolah dasar Pendidikan Kewarganegaraan lebih dititikberatkan pada penghayatan dan pembiasaan diri untuk berperan sebagai warganegara yang demokratis. Tujuan akhir Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah dasar adalah menanamkan kepekaan, ketanggapan, krititsasi, dan kreatifitas sosial dalam konteks kehidupan bermasyarakat secara tertib, damai dan kreatif.

Pandangan di atas sejalan dengan Depdiknas (2000:23) bahwasanya pendidikan dasar bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dimasyarakat serta mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pandidikan menengah.


(21)

14 G. Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Syaodih (2005:60) penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas sosial, sikap kepercayaan, resepsi, dan pemikiran orang secara individu maupun kelompok. Dalam paradigma ini realitas sosial dipandang sebagai sesutu yang holistik/utuh, kompleks, dinamis dan penuh makna

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, maka digunakan teknik pengumpulan data yang terdiri dari:observasi partisipatif, wawancara, studi dokumentasi, dan triangulasi data. Sedangkan teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif yang mengikuti konsep Miles dan Huberman (1992), yaitu data reduction, data display, dan conclution drawing/verivication.

H. Lokasi dan Subyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Islam Al-Azhar 30 Bandung. Subjek penelitian kualitatif adalah sasaran atau sumber penelitian yang dapat memberikan informasi secara bertalian dengan tujuan tertentu. Sedangkan yang menjadi subyek penelitiannya adalah kepala sekolah/wakil kepala sekolah, guru PKn, dan siswa.


(22)

15 I. Paradigma Penelitian

Penelitian ini berangkat dari kehidupan nyata lingkungan sekolah dasar yang masa anak-anaknya secara tidak sadar berada pada jalur yang mengkhawatirkan dari dampak era global sekarang ini. Untuk itu diperlukan pembelajaran yang seimbang dengan penjiwaan pada karakter siswa.

Menurut Winataputra dan Budimansyah (2008:181) Pembelajaran Pkn masa lalu secara pragmatik sarat dengan muatan afektif namun dilaksanakan secara kognitif telah disikapi secara keliru sebagai satu-satunya obat mujarab untuk mengatasi persoalan kehidupan para siswa khususnya yang menyangkut perilaku dan moral.


(23)

(24)

(25)

56 BAB III

METODE PENELITIAN

A.Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif (qualitative research) adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas social, sikap kepercayaan, resepsi, dan pemikiran orang secara individu maupun kelompok. Dalam paradigm ini, realitas social dipandang sebagai sesuatu yang holistic/utuh, kompleks, dinamis, dan penuh makna (Syaodih, 2005:60). Penelitian kualitatif pada hakekatnya adalah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha untuk memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya (Nasution, 1996:5).

Berdasarkan hal tersebut penelitian yang relevan adalah pendekatan kualitatif. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Nasution (1996:18) bahwa :

Penelitian kualitatif disebut juga dengan penelitian naturalistik disebut kualitatif karena sifat data yang dikumpulkan yang bercorak kualitatif bukan kuantitatif, karena tidak menggunakan alat pengukur. Disebut natiralistik karena situasi dilapangan bersifat natural atau wajar sebagaimana adanya tanpa manipulasi, diatur dengan eksperimen atau suatu tes.

Penelitian kualitatif harus bersumber pada realitas yang nyata. Orientasi dari penelitian kualitatif adalah pada proses bukan pada hasil atau keluaran. Untuk memperoleh data yang realistis maka perlu dilakukan studi dokumentasi, wawancara, dan observasi partisipan untuk melihat secara langsung pengembangan karakter siswa melalui PKn.


(26)

57 Hal tersebut sejalan dengan pendapat Lincoln dan Guba (1985:39), yaitu ontologi ilmiah menghendaki adanya kenyataan-kenyataan sebagai keutuhan yang tidak dapat dipahami jika dipisahkan dari konteksnya. Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap obyek yang diteliti.

Pemilihan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini didasarkan pada dua alasan. Pertama, penelitian ini memberikan gambaran atau deskriptif dan informasi yang aktual tentang pengembangan karakter siswa melalui PKn. Kedua, pemilihan pendekatan ini berdasarkan pada keterkaitan masalah yang dikaji dari subyek penelitian yang datang secara langsung dan tidak dapat dipisahkan dari keadaan yang diamati.

Maka dari itu, Bogdan dan Biklen (1982:27-28) mengemukakan lima karakteristik utama dari penelitian kualitatif sebagai berikut:

1. Peneliti sendiri sebagai instrumen utama untuk mendatangi secara langsung sumber data.

2. Mengimplementasikan data yang dikumpulkan dalam peneliti ini lebih cenderung dalam bentuk kata-kata daripada angka.

3. Menjelaskan bahwa hasil penelitian lebih menekankan kepada proses tidak semata-mata kepada hasil.

4. Melalui analisa induktif, peneliti mengungkapkan makna dari keadaan yang diamati.


(27)

58 Nasution (1966:54) mempertegas bahwa si peneliti yang menjadi instrument utama yang terjun langsung ke lapangan serta berusaha sendiri mengumpulkan informasi melalui observasi dan wawancara.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Metode ini dilakukan secara intensif , terperinci, dan mendalam terhadap suatu kelompok, organisasi, lembaga atau gejala tertentu. Mulyana (2002:201) mengemukakan bahwa studi kasus merupakan uraian dan penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek dari seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi (komunitas), suatu program atau suatu situasi sosial. Selain itu, peneliti mempelajari semaksimal mungkin subyek penelitian dengan tujuan untuk memberikan pandangan yang lengkap dan mendalam mengenai subyek yang diteliti.

Maxfield (dalam Nazir, 1983:66) studi kasus adalah penelitian tentang status subyek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Yang subyek penelitiannya dapat berupa individu, kelompok, lembaga maupun masyarakat. Sehingga dapat memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus yang kemudian dari sifat-sifat khas di atas akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum.


(28)

59 Ditinjau dari lingkup wilayahnya, Arikunto (1998:115) mengemukakan sebagai berikut :

Penelitian kasus hanya meliputi daerah atau subyek yang sangat sempit, tetapi ditinjau dari sifat penelitiannya penelitian kasus lebih mendalam dan membicarakan kemungkinan untuk memecahkan masalah yang aktual dengan mengumpulkan data, menyusun, dan mengaplikasikannya serta menginterpretasikannya.

Melalui penggunaan metode studi kasus, penelitian ini diharapkan dapat mengungkapkan fakta-fakta secara komprehensif tentang pengembangan karakter siswa melalui PKn dimulai dari perencanaan, pelaksanaan samapai pada evaluasi. Selain dari itu, dapat juga menggambarkan kendala-kendala yang terjadi dan solusi yang terbaik dalam mengatasi kendala tersebut.

Di dalam penelitian ini selama proses penelitian penulis akan lebih banyak berhubungan dengan orang-orang di sekitar lokasi penelitian yaitu di SD Islam Al-Azhar 30 Kota Bandung. Dengan begitu, peneliti lebih leluasa mencari informasi dan data yang terperinci tentang berbagai hal yang diperlukan untuk kepentingan penelitian.

Sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang telah dirumuskan yaitu untuk memperoleh gambaran dari pengembangan karakter siswa melalui PKn, diperlukan suatu metode penelitian yang menitikberatkan pada upaya yang dihasilkan pada suatu solusi praktis dan kontekstual terhadap permasalahan yang diteliti.


(29)

60 B.Lokasi dan Subyek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Menurut Nasution (1996) lokasi penelitian menunjukan pada pengertian tempat atau lokasi sosial penelitian yang dicirikan oleh adanya tiga unsur, yaitu pelaku, tempat, dan kejadian yang dapat diobservasi.

Penelitian ini dilakukan di SD Islam Al-Azhar 30 Bandung. Pengembangan karakter siswa melalui PKn dapat meningkatkan kompetensi yang diharapkan sehingga penulis memungkinkan dapat memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Penelitian ini dilakukan di SD Islam Al-Azhar 30 Bandung. Alasan peneliti melakukan penelitian dengan studi kasus ini karena sesuai dengan sifat dan tujuan penelitian yang ingin diperoleh dari gambaran nyata tentang bagaimana pengembangan karakter siswa melalui Pendidikan Kewarganegaraan. Karena penelitian ini bersifat kualitatif, maka instrumen utama dari penelitian ini adalah peneliti terjun langsung ke lapangan untuk mencari informasi melalui observasi dan wawancara. Sebagaimana dikemukakan oleh Moleong (2000:103) mengemukakan bahawa bagi peneliti kualitatif manusia adalah instrumen utama karena ia menjadi segala bagi proses penelitian. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis, penafsir, dan akhirnya menjadi pelapor penelitian.


(30)

61 Jadi selama proses penelitian, peneliti akan banyak berhubungan dengan orang-orang di lingkungan sekitarnya khususnya di lokasi penelitian SD Islam Al-Azhar 30 Bandung. Dengan demikian di tempat tersebut peneliti lebih leluasa mencari informasi dan data yang terperinci tentang berbagai hal yang diperlukan dalam penelitian.

Adapun alasan memilih penelitian di SD Islam Al-Azhar 30 Bandung adalah sebagai berikut :

a. Sekolah ini merupakan sekolah unggulan yang mengedapankan visi dan misi keIslaman.

b. Sekolah yang mengembangkan karakter melalui program secara kontinu terutama dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang secara inovatif dan kreatif.

c. Sekolah telah mengikuti berbagai ajang lomba dan mendapat juara/prestasi, baik di tingkat kecamatan, tingkat gugus maupun tingkat kota.

2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian kualitatif adalah pihak-pihak tertentu yang menjadi sasaran yang dapat memberikan informasi secara purposif bertalian dengan tujuan tertentu. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Moleong (2000:165) bahwa “… pada penelitian kualitatif tidak ada sampel acak tetapi sampel bertujuan”.


(31)

62 Sedangkan yang menjadi subyek penelitiannya adalah kepala sekolah/wakil kepala sekolah, guru PKn, dan siswa. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Nasution (1996:32) yaitu :

Dalam penelitian kualitatif yang dijadikan sampel hanyalah sumber yang dapat memberi informasi. Sampel dapat berupa hal, peristiwa manusia, dan situasi yang diobservasi. Sering sampel dipilih secara purposive bertalian dengan purpose atau tujuan tertentu. Sering pula responden diminta untuk menunjuk orang lain yang dapat memberikan informasi kemudian responden ini diminta pula untuk menunjuk orang lain dan seterusnya. Cara lazim ini disebut snowball sampling yang dilakukan secara serial atau berurutan.

Adapun yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang terkait dalam pengembangan karakter melalui PKn adalah guru di kelas rendah dan di kelas tinggi. Guru di kelas rendah, yaitu kelas 1, 2, dan 3. Sedangkan di kelas tinggi, yaitu kelas 4, 5, 6. Pihak-pihak yang terkait tersebut adalah :

1) EN beliau adalah wali kelas 1 2) RR beliau adalah wali kelas 2 3) TS beliau adalah wali kelas 3

4) RN beliau adalah guru PKn yang memegang di kelas 4, 5, 6.

Peneliti juga melakukan wawancara kepada HA. Beliau merupakan Kepala Sekolah SD Islam Al-Azhar 30 Bandung. Untuk melengkapi data selain wawancara, peneliti juga melakukan observasi pada siswa di kelas rendah dan tinggi.


(32)

63 Dalam penelitian kualitatif, sampel yang dipillih bersifat purposif sehingga besarnya sampel ditentukan oleh adanya pertimbangan perolehan informasi. Penentuan sampel dianggap telah memadai apabila telah sampai pada titik jenuh seperti yang dikemukakan oleh Nasution (1996:32-33) sebagai berikut :

Untuk memperoleh informasi sampai dicapai taraf “redundancy” ketentuan atau kejenuhan aartinya bahwa dengan menggunakan responden selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru yang dianggap berarti.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa pengunpulan data dari responden didasarkan pada kejenuhan data dan informasi yang diberikan. Apabila dari beberapa responden yang dimintai keterangan diperoleh informasi yang sama, maka hal itu sudah dianggap cukup untuk proses pengumpulan data yang diperlukan sehingga tidak perlu meminta keterangan dari responden berikutnya.

C.Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui teknik observasi, wawancara, studi dokumentasi, dan studi literatur.

1. Observasi

Observasi adalah pemusatan terhadap suatu objek dengan pengamatan. Arikunto (1998:129) berpendapat bahwa observasi dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan instrumen pengamatan maupun tanpa instrumen pengamatan.


(33)

64 Dengan dilakukannya pengamatan, dapat melihat sebagaimana mestinya tanpa adanya rekayasa dari keadaan subyek pada waktu itu sehingga peneliti dapat merasakan dan menghayati. Selain dari itu, memungkinkan untuk menjadi sumber data. Sebagaimana dikatakan Moleong (2000:126) bahwa “pengamatan memungkinkan pembentukan pengetahuan yang diketahui bersama, baik dari pihak pengamat maupun dari pihak subyek.”

Jadi dengan adanya observasi secara langsung tujuan dari metode studi kasus dalam penelitian ini diharapkan akan dapat mengungkap fakta-fakta secara lebih mendalam dan leluasa. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan di kelas rendah yang diwakili oleh kelas 2 dan di kelas tinggi yang diwakili oleh kelas 4.

2. Wawancara

Wawancara atau interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi (Nasution, 2003:113). Maksudnya adalah dengan adanya kegiatan wawancara untuk membuat suatu konstruksi mengenai orang, peristiwa, aktivitas, motivasi, perasaan, dan lain sebagainya.

Tujuan dari wawancara ini adalah untuk mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran dan hati orang lain, bagaimana pandangannya tentang dunia, yaitu hal-hal yang tidak dapat kita ketahui melalui observasi” (Nasution, 2003:73).

Sedangkan menurut Mulyana (2002:18) wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu.


(34)

65 Melalui wawancara ini diharapkan memperoleh informasi dari semua responden disesuaikan dengan ciri-ciri resonden. Hal tersebut dimungkinkan sebagaimana dikemukakan Mulyana (2002:181) bahwa :

Wawancara bersifat luwes, susunan pertanyaan dan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah saat wawancara, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi saat wawancara, termasuk karakteristik sosial budaya (agama, suku, gender, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan dan sebagainya) responden yang dihadapi.

Wawancara menurut Dexter (dalam Lincoln dan Guba, 1985:268) adalah percakapan dengan suatu tujuan. Tujuan yang dimaksud adalah meliputi hal-hal di luar diri yang diwawancarai, capaian yang sedang dijalani subyek penelitian saat ini, suatu peristiwa, aktivitas, organisasi, perasaan, motivasi, pengakuan dan berbagai macam lainnya.

Menurut Patton (1990:280) pertanyaan-petanyaan yang diajukan dalam penelitian naturalistik dapat mengikuti tiga macam pilihan, yaitu :

1. Wawancara percakapan informal (the informal conversation interview) adalah wawancara yang sepenuhnya didasarkan pada susunan pertanyaan spontan ketika interaksi berlangsung khususnya pada proses observasi partisipatif di lapangan. Pada saat wawancara melalui percakapan informasi berlangsung terkadang orang yan diwawancarai tidak diberitahu bahwa mereka sedang diwawancarai.


(35)

66 2. Wawancara umum dengan pendekatan terarah (the general interview guide approach) adalah jenis wawancara yang menggariskan sejumlah isu yang harus digali dari setiap responden sebalum wawancara di mulai. Pertanyaan yang diajukan tidak perlu dalam urutan yang diatur terlebih dahulu atau dengan kata-kata yang dipersiapkan.

3. Wawancara terbuka yang baku (the standardized open-ended interview) meliputi seperangkat pertanyaan yang secara seksama disusun dengan maksud untuk menjaring informasi mengenai isu-isu yang sesuai dengan urutan dan kata-kata yang sudah dipersiapkan sebelumnya.

Mengenai pertanyaan yang diajukan kepada subyek penelitian menurut Patton (1989:198) yaitu:

a) Pertanyaan berkaitan dengan pengalaman dan perilaku b) Pertanyaan berkaitan dengan pendapat atau nilai c) Pertanyaan berkaitan dengan perasaan

d) Pertanyaan berkaitan dengan pengetahuan e) Pertanyaan berkaitan dengan indra

f) Pertanyaan berkaitan dengan latar belakang atau demogafi

Dengan penjelasan yang sudah diuraikan, maka metode ini memungkinkan subyek yang diwawancarai dapat mendefinisikan sendiri dengan menggunakan istilah-istilah mereka sendiri mengenai berbagai hal yang diteliti dan tidak sekedar menjawab pertanyaan.


(36)

67 Maka dalam penelitian ini, peneliti menulis permasalahan tesis yang berjudul pengembangan karakter siswa melalui PKn melakukan wawancara kepada:

1) Kepala Sekolah SD Islam Al-Azhar 30 Bandung 2) Guru PKn SD Islam Al-Azhar 30 Bandung

3. Studi Dokumentasi

Dokumen dan catatan (documen and record) merupakan salah satu sumber informasi yang banyak digunakan. Menurut lincoln dan Guba (1989:276-277) adalah sebagai berikut:

a. Dokumen dan catatan ini selalu dapat digunakan terutama karena mudah diperoleh.

b. Merupakan sumber informasi yang mantap, baik dalam pengertian merefleksikan situasi secara akurat maupun dapat dianalisis ulang tanpa melalui perubahan di dalamnya.

c. Dokumen dan catatan merupakan informasi yang kaya.

d. Keduanya merupakan sumber resmi yang tidak dapat disangkal yang menggambarkan formal.

e. Tidak seperti pada sumber manusia, baik dokumen maupun catatan non-reactive tidak memberi reaksi/respon atas perlakuan peneliti. Meskipun istilah dokumen dan catatan seringkali digunakan untuk menunjukan satu arti, tetapi pada dasarnya kedua istilah tersebut mempunyai arti yang berbeda bila ditinjau dari tujuan dan analisis yang digunakan.


(37)

68 Moleong (2000:161) mengungkapkan kegunaan dokumen sebagai sumber data untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk meramalkan. Sedangkan Arikunto (1998:236) menjelaskan bahwa metode dokumentasi merupakan salah satu cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.

Dengan studi dokumentasi ini peneliti mendapat suatu penjelasan yang akurat dari data hasil observasi dan wawancara yang telah dilaksanakan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan masalah, tujuan, fungsi dan sebagainya.

4. Studi Literatur

Studi literatur merupakan alat pengumpul data untuk mengungkapkan berbagai teori yang relevan dengan permasalahan yang diteliti sebagai pembahasan hasil penelitian. Teknik ini dilkukan dengan cara membaca, mempelajari buku-buku dan sebagainya. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data teoritis yang dapat mendukung kebenaran data yang diperoleh melalui penelitian dan menunjang pada kenyataan yang berlaku pada penelitian.

Faisal (1992:30) mengemukakan bahwa hasil studi literatur bisa dijadikan masukan dan landasan dalam menjelaskan dan merinci masalah-masalah yang akan diteliti termasuk juga memberi latar belakang mengapa masalah tadi penting diteliti.


(38)

69 D.Instrumen Penelitian

Menurut Nasution (1992:9) peneliti adalah key instrument, yaitu peneliti sendiri yang bertindak sebagai pengamat, untuk mengumpulkan data secara mendalam yang dibantu dengan pedoman observasi dan pedoman wawancara.

Agar penelitian ini terarah, peneliti terlebih dahulu menyusun kisi-kisi instrumen penelitian yang selanjutnya dijadikan acuan untuk membuat pedoman wawancara, studi dokumentasi, dan observasi. (kisi-kisi penelitian terlampir).

Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen utama dalam mengumpulkan data dan menginterpretasikan data dengan dibimbing oleh pedoman wawancara dan pedoman observasi. dengan mengadakan observasi dan wawancara mendalam dapat memahami makna interaksi sosial, mendalami perasaan dan nilai-nilai yang tergambar dalam ucapan dan perilaku responden.

E.Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki data. Dalam hal ini Nasution (2003) menyatakan analisis telah dirumuskan dan menjelaskan masalah. Sebelum terjun ke lapangan berlangsung terus sampai peneliti dan hasil peneliti. Dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersama dengan pengumpulan data.

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif yang mengikuti konsep Miles dan Huberman (1992), yaitu aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas dan datanya sampai pada titik jenuh.


(39)

70 Aktifitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclution drawing/verivication.

Mereduksi data berarti merangkum, melihat hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencari bila diperlukan.

Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian yang sering digunakan pada data kualitatif dalam bentuk teks naratif.

Dalam hal ini Miles dan Huberman (1992) menyatakan yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

Kesimpulan dan verifikasi. Miles dan Huberman (1992) berpendapat kesimpulan awal yang ditemukan masih bersifat sementara dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung tahapan pengumpulan data berikutnya. Kesimpulan akhir tergantung pada besarnya kumpulan-kumpulan catatan lapangan, pengkodean, penyimpanan, dan metode pencairan ulang yang digunakan serta kecakapan peneliti.


(40)

71 Pengumpulan

data Penyajian data

Reduksi data

Kesimpulan Penarikan/verivikasi

Gambar 3.1.

Komponen-komponen Analisis Data (Miles dan Huberman, 1992:20)

Bagan tersebut merupakan tiga jenis kegiatan utama analisis data dalam proses siklus dan interaktif. Peneliti harus siap bergerak diantara kumparan itu selama dalam pengumpulan data. Selanjutnya bergerak diantara kegiatan reduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan/verifikasi.

F. Validitas Data

Dalam penelitian kualitatif, keabsahan data (validitas data) terkadang diragukan. Oleh sebab itu, dibutuhkan cara untuk mendapatkan kriteria kredibilitas data. Beberapa cara yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Memperpanjang masa observasi

Dalam suatu data penelitian, absah tidaknya dilakukan perpanjangan masa observasi peneliti di lapangan. Dengan memperpanjang waktu penelitian, diharapkan memperoleh data dan informasi yang valid (sahih) dari sumber data.


(41)

72 2. Pengamatan secara seksama

Pengamatan secara seksama dilakukan secara terus menerus untuk memperoleh gambaran yang nyata tentang pengembangan karakter siswa melalui PKn di SD Islam Al-Azhar 30 Bandung.

3. Trianggulasi

Trianggulasi merupakan suatu teknik pemeriksaan data dengan membandingkan data yang diperoleh dari satu sumber ke sumber lainnya pada saat yang berbeda atau membandingkan data yang diperoleh dari satu sumber ke sumber lainnya dengan pendekatan yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk mengecek atau membandingkan data penelitian yang dikumpulkan sehingga informasi yang didapatkan memperoleh kebenaran.

4. Menggunakan referensi yang cukup

Sebagai bahan referensi untuk meningkatkan kepercayaan akan kebenaran data, peneliti menggunakan bahan dokumentasi berupa catatan hasil wawancara dengan subyek penelitian serta foto-foto.

5. Mengadakan member check

Member check dimaksudkan untuk memeriksa keabsahan data. Member check dilakukan setiap akhir kegiatan wawancara. Dalam hal ini, peneliti berusaha mengulangi kembali garis besar hasil wawancara berdasarkan catatan yang dilakukan peneliti agar informasi yang diperoleh dapat digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud oleh sumber data.


(42)

(43)

(44)

140 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Dalam bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan rekomendasi penelitian yang dirumuskan dari deskripsi temuan penelitian dan pembahasan hasil-hasil penelitian dalam bab IV.

A.Kesimpulan

Merujuk pada hasil temuan dan pembahasan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat dirumuskan beberapa kesimpulan sesuai pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Kesimpulan Umum

Kesimpulan umum penelitian ini bahwa dalam pengembangan pendidikan karakter siswa melalui Pendidikan Kewarganegaraan di SD Islam Al-Azhar 30 Bandung, yaitu pada proses perencanaan, pelaksanaan sampai pada penilaian selalu mengintegrasikan kompetensi-kompetensi sekolah yang meliputi kompetensi iman dan takwa, kompetensi IPTEK, kompetensi kepemimpinan, kompetensi sosial dan kewirausahaan, kompetensi olahraga dan kesenian, kompetensi lingkungan hidup, dan kompetensi komunikasi. Kompetensi-kompetensi tersebut dikembangkan oleh SD Islam Al-Azhar 30 Bandung merupakan penerapan yang dilakukan di sekolah sesuai yang penjabaran dari tujuan pendidikan nasional (Undang-Undang NKRI Tahun 1945 Sistem Pendidikan Nasional Nomer 20 Tahun 2003).


(45)

141 2. Kesimpulan Khusus

1. Cara Mengintegrasikan Pendidikan Karakter dalam Mata Pelajaran PKn pada Tahap Perencanaan.

Pengintegrasian pendidikan karakter dalam Pendidikan Kewarganegaraan pada tahap perencanaan menurut guru-guru PKn pada kelas rendah dan tinggi di SD Islam Al-Azhar 30 Bandung, yaitu membuat silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Dalam membuat silabus dan RPP harus memuat nilai-nilai sikap dan perilaku agar kelak mereka menjadi individu atau warga negara mempunyai potensi yang diharapkan, baik dilingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Selain dari itu, untuk mendukung program-program dari silabus dan RPP yang dilakukan di SD Islam Al-Azhar 30 Bandung adalah dibuat program semester dan program tahunan.

2. Cara mengintegrasikan pendidikan karakter dalam mata pelajaran PKn pada tahap pelaksanaan

a. Langkah - langkah pembelajaran yang dilakukan oleh guru - guru PKn pada kelas rendah dan tinggi di SD Islam Al-Azhar 30 Bandung mencakup kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Dari cakupan tersebut dalam proses pembelajaran harus adanya stimulus atau rangsangan. Dengan adanya stimulus atau rangsangan akan terjadinya interaksi sehingga potensi diri siswa selama proses pembelajaran menjadi terbentuk dan pembelajaran lebih bermakna.


(46)

141 b. Metode pembelajaran menurut guru-guru PKn pada kelas rendah maupun tinggi di SD Islam Al-Azhar 30 Bandung dengan metode yang tepat akan menghasilkan tujuan pembelajaran yang maksimal. Kegunaan metode tersebut adalah siswa dikondisikan pada proses pembelajaran yang lebih terarah dan bermakna. Metode pembelajaran yang dilaksanakan di SD Islam Al-Azhar 30 Bandung oleh guru Pkn di kelas rendah, yaitu ceramah, tanya jawab, diskusi, dan demonstrasi. Sedangkan pada kelas tinggi, yaitu pengamatan, tanya jawab, diskusi, dan demonstrasi.

c. Media menurut guru-guru PKn pada kelas rendah maupun tinggi di SD Islam Al-Azhar 30 Bandung bahwa pelaksanaan pembelajaran di kelas tanpa menggunakan media akan sulit siswa untuk bisa memahami. Tapi dengan adanya media siswa akan menjadi aktif dan terjadinya interaksi dalam proses pembelajaran sehingga materi pembelajaran dapat dicerna dengan mudah.

d. Sarana prasarana menurut guru-guru PKn pada kelas rendah maupun tinggi di SD Islam Al-Azhar 30 Bandung merupakan salah satu komponen terpenting dalam melaksanakan proses pembelajaran. Dengan demikian, dengan adanya sarana dan prasarana yang baik proses pembelajaran siswa menjadi nyaman dan menikmati jalannya pembelajaran sampai akhir terutama pembelajaran berupa praktek akan lebih memudahkan siswa dalam mencerna materi dengan baik.


(47)

143 3. Cara mengintegrasikan pendidikan karakter dalam mata pelajaran PKn

pada tahap penilaian.

Penilaian diasumsikan menurut guru-guru PKn pada kelas rendah maupun tinggi di SD Islam Al-Azhar 30 Bandung sebagai suatu alat untuk mengukur tercapai tidaknya pembelajaran. Penilaian yang dilakukan adalah pertama, penilaian tahap proses (teknik non-tes). Penilaian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran dari nilai-nilai tingkah laku siswa. Penilaian yang dilakukan pada tahap proses ini yang dilakukan di SD Islam Al-Azhar 30 Bandung adalah religius, kejujuran, disiplin, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, bersahabat, cinta damai, peduli sosial, dan tanggung jawab. Kedua, penilaian tahap hasil (teknik tes). Penilaian ini dilakukan untuk memperoleh nilai-nilai secara tertulis. Penilaian tertulis yang dilakukan di SD Islam Al-Azhar 30 Bandung adalah siswa dapat menjawab soal-soal berbentuk pilihan ganda, isian singkat, dan uraian/essay.

4. Kendala yang terjadi dalam pengintegrasian pendidikan karakter ke dalam mata pelajaran PKn

a. Kendala yang terjadi dalam pengintegrasian pendidikan karakter dalam mata pelajaran PKn pada tahap perencanaan menurut guru-guru PKn pada kelas bawah dan tinggi di SD Islam Al-Azhar 30 Bandung adalah sebagai berikut. Pertama secara ekstern. Secara ekstern datangnya dari dinas/instansi terkait yang memberlakukan cuti bersama dan upacara-upacara sehingga kegiatan belajar mengajar diliburkan. Kedua secara


(48)

144 intern. Secara intern datangnya dari pihak sekolah selalu mengadakan kegiatan rapat dengan menggunakan jam belajar sekolah dan akhirnya siswa dipulangkan lebih awal. Ketiga guru kesulitan mencari acuan baku mengenai karakter sehingga kurang berimbangnya bimbingan di rumah dan di sekolah bahkan pembinaannya pun cenderung berbeda sehingga yang terjadi adalah siswa lebih diarahkan pada pada kognitifnya bahkan orang tua murid tidak segan-segan untuk memasukan anaknya dengan tambahan belajar di luar jam sekolah, seperti les privat.

b. Kendala yang terjadi dalam pengintegrasian pendidikan karakter dalam mata pelajaran PKn pada tahap pelaksanaan menurut guru-guru PKn pada kelas bawah dan tinggi di SD Islam Al-Azhar 30 Bandung adalah peserta didik lebih fokus pada kesenangan atau bermainnya daripada konteks pembelajarannya yang sedikit tersampaikan; Materi dan bahan ajar yang disampaikan lebih pada kognitifnya; Permasalahan guru dalam proses belajar mengajar adalah kurangnya interaktif antara guru dan peserta didik, proses pembelajaran terpusat pada guru, dan proses pembelajaran lebih memerhatikan materi dan mengabaikan pemilihan metode, serta guru yang mengajar PKn bukan ahli dari bidang studi PKn; pengadaan sarana dan prasarana di SD Islam Al-Azhar 30 Bandung belum secara utuh menjadi bagian dari pengembangan karakter siswa; Peran orang tua lebih menginginkan anaknya untuk lebih fokus pada kemampuan belajarnya.


(49)

144 c. Kendala yang terjadi dalam pengintegrasian pendidikan karakter

dalam mata pelajaran PKn pada tahap penilaian menurut guru-guru PKn pada kelas bawah dan tinggi di SD Islam Al-Azhar 30 Bandung adalah sebagai berikut. Pertama penilaian Proses. Penilaian proses ini sulit dilakukan dikarenakan dampak dari globalisasi terutama media informasi dan komunikasi yang begitu bebas mengakibatkan lingkungan luar paling mendominasi daripada lingkungan sekolah dan rumah, walaupun pihak sekolah selalu melaksanakan pembinaan secara terus menerus. Kedua penilaian hasil. kendala yang terjadi pada penilaian hasil ini adalah siswa masih kesulitan menjawab soal-soal dikarenakan tingkat materi yang sulit dan kurang keseimbangan perkembangan emosional dan intelektualnya sehingga yang ada adalah berupa mogok belajar dan kenakalan.

5. Solusi yang dilakukan dalam pengintegrasian pendidikan karakter ke dalam mata pelajaran PKn

a. Solusi yang dilakukan dalam pengintegrasian pendidikan karakter dalam mata pelajaran PKn pada tahap perencanaan pada kegiatan-kegiatan yang bersifat ekstern (dinas/instansi terkait) dan intern (pihak sekolah) menurut guru-guru PKn pada kelas bawah dan tinggi di SD Islam Al-Azhar 30 Bandung adalah dengan menambah waktu di luar jam pembelajaran atau melakukan remedial.


(50)

146 b. Solusi yang dilakukan dalam pengintegrasian pendidikan karakter

dalam mata pelajaran PKn pada tahap pelaksanaan menurut guru-guru PKn pada kelas bawah dan tinggi di SD Islam Al-Azhar 30 Bandung adalah sebagai berikut: pada siswa adalah merancang proses pembelajaran yang dirancang lebih bermakna dan penguatan situasi dan kondisi, baik di sekolah maupun di luar lingkungan sekolah; bahan pembelajaran bukan hanya meningkatkan segi pengetahuan saja tapi dapat menumbuhkan keterampilan dan dapat mengembangkan sumber pembelajaran yang relevan sehingga siswa akan mendapat pengetahuan yang luas dan mendalam; peran guru yang profesional adalah menguasai dan pemilihan metode yang tepat serta mengembangkan pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi dan informasi; sarana dan prasarana yang memadai; peran orang tua selalu mengontrol perkembangannya anaknya terutama dalam pergaulan kesehariannya, anak diposisikan bukan dengan cara menekan tetapi dengan kenyamanan, dan ditanamkan sejak dini untuk mencapai kesuksesan atau masa depan yang cerah itu hanya bisa dilakukan dengan pendidikan, disiplin dan kerja keras serta menunjukan sikap yang baik.

c. Solusi yang dilakukan dalam pengintegrasian pendidikan karakter dalam mata pelajaran PKn pada tahap penilaian menurut guru-guru PKn pada kelas bawah dan tinggi di SD Islam Al-Azhar 30 Bandung adalah sebagai berikut. Pertama penilaian proses. Pada penilaian proses dilakukan proses pembiasaan, baik yang dilakukan oleh pihak sekolah maupun di dalam kelas. Tapi proses pembiasaan ini harus diimbangi dengan


(51)

147 akibat atau sanksi sehingga proses pembiasaan dapat terjaga dan dipahami dengan penuh rasa tanggung jawab. Kedua penilaian hasil. Pada penilaian hasil bagi siswa yang tidak mencapai ketuntasan belajar maka pihak guru melakukan langkah-langkah kongkrit, seperti mengadakan remedial.

B.Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, penelitian ini merekomendasikan beberapa hal berkaitan dengan pengembangan karakter siswa melalui Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu sebagai berikut :

1) Dinas pendidikan terkait, dalam membangun karakter harus sesuai dengan tujuan pendidikan nasional (Undang-Undang Dasar NKRI Tahun 1945 Nomer 20 Tahun 2003) adalah bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Maka untuk mewujudkan tujuan pembangunan karakter tersebut berbagai elemen yang terkait dengan pembangunan karakter siswa harus sinergis, meliputi: kepala sekolah dan wakil kepala sekolah, pihak yayasan, jamiyyah atau komite sekolah, guru-guru serta orang tua sehingga penciptaan karakter dapat tercapai dan terintegrasi pada proses pembelajaran.

2) Pihak sekolah, pengembangan karakter siswa bukan hanya proaktif oleh sekolah saja tetapi berbagai elemen dari sekolah. Proses pembelajaran bukan hanya dilakukan di dalam kelas tetapi di luar kelas pun harus dilaksanakan.


(52)

148 Selain itu, guru bukan hanya memiliki kemampuan secara teoritis tetapi kemampuan pembelajaran secara pengalaman siswa harus dilibatkan.

3) Penelitian berikutnya, SD Islam Al-Azhar 30 Bandung bukan satu-satunya sekolah yang mengembangkan karakter siswa melalui PKn. Untuk itu, agar dilakukan penelitian sejenis untuk sekolah-sekolah seperti itu. Sehingga diperoleh data dan kesimpulan akurat tentang pengembangan karakter siswa melalui PKn.


(53)

149 a. Materi

Materi yang disajikan dalam mengintegrasikan pendidikan karakter pada mata pelajaran PKn adalah sebagai berikut.


(54)

140 1) Kelas 2 Semester 2

Standar Kompentensi : Menampilkan sikap demokratis Kompetensi Dasar : 1) Mengenal kegiatan bermusyawarah

2) Menghargai suara terbanyak

3) Menampilkan sikap mau menerima kekalahan

2) Kelas 4 Semester 2

Standar Kompentensi: Menunjukan sikap terhadap globalisasi dilingkungan. Kompetensi Dasar: Menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi yang terjadi di lingkungannya.

b. Langkah-langkah Pembelajaran

Langkah-langkah pembelajaran yang diterapkan oleh guru walikelas dua dan guru PKn pada kelas empat, yaitu terdiri dari tiga tahap atau langkah. Langkah-langkah tersebut adalah pendahuluan atau kegiatan awal, kegiatan inti atau pelaksanaan, dan kegiatan akhir.

c. Metode

Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru wali kelas pada kelas rendah, yaitu kelas 2 adalah ceramah, tanya jawab, dan diskusi. Sedangkan pada kelas tinggi, yaitu kelas 4 adalah Pengamatan, diskusi, tanya jawab.


(55)

141 d. Media

Penggunaan media pada kelas rendah, yaitu kelas 2. Kompetensi dasar : Mengenal kegiatan bermusyawarah.

Media : Kertas game

Kompetensi dasar : Menghargai suara terbanyak Media : Tabel, kertas vooting

Kompetensi dasar : Menampilkan sikap mau menerima kekalahan

Media : Sepatu

Penggunaan media pada kelas tinggi, yaitu kelas 4.

Kompetensi dasar : Menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi yang terjadi di lingkungannya.

Media : koran, majalah, internet, dll.

e. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang digunakan pada proses pembelajaran adalah buku pelajaran PKn. Buku yang digunakan pada kelas rendah, yaitu kelas dua dan pada kelas tinggi, yaitu kelas empat adalah Buku PKn dari diknas (BSE) dan buku PKn sumber lainnya adalah dari penerbit Erlangga serta penggunaan perpustakaan


(56)

141 f. Peran lingkungan sekolah dan orangtua murid

Dalam meningkatkan pengembangan pendidikan karakter siswa pihak sekolah selalu menjalin komunikasi. Komunikasi yang dilakukan adalah sebagai berikut.

1. Pertemuan awal tahun pembelajaran 2. Pertemuan setiap pembagian nilai raport

3. Komunikasi yang dilakukan yang sifatnya rutin melalui penggunaan buku penghubung.

4. Komunikasi yang dilakukan bersifat rekreatif

g. Sikap peserta didik

Sikap yang diperlihatkan selama proses pembelajaran pada kelas rendah, yaitu kelas 2 adalah aktif dalam memberikan pendapat maupun aktif dalam pembelajaran serta adanya kerjasama yang baik tanpa adanya memilah atau memilih teman.

Sedangkan pada kelas tinggi, yaitu kelas 4 sikap yang diperlihatkan selama proses pembelajaran adalah mampu mengikuti proses pembelajaran sampai akhir, melakukan kerjasama serta berani memberikan pendapat atau menjawab pertanyaan.


(57)

143 3. Cara mengintegrasikan pendidikan karakter dalam mata pelajaran PKn

pada tahap penilaian.

Penilaian mengintegrsikan pendidikan karakter dalam mata pelajaran PKn menurut guru walikelas 2 dan guru PKn kelas 4 adalah ada 2 (dua), yaitu penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses pencapaian karakter yang dilaksanakan selama kegiatan proses kegiatan pembelajaran atau pembiasaan dan penilaian hasil kegiatan pembelajaran pada aspek kognitif, yaitu pemberian soal-soal baik pilihan ganda, isian singkat, maupun essay.

4. Kendala yang terjadi dalam melaksanakan pengintegrasian pendidikan karakter ke dalam mata pelajaran PKn

a. Perencanaan

Kendala dalam pengintegrasian pendidikan karakter ke dalam mata pelajaran menurut guru walikelas dua dan guru PKn kelas 4, yaitu dari intern maupun ekstern. Kendala dari intern adanya peringatan hari besar Islam dan pembelajaran field trip. Pembelajaran field trip adalah pembelajaran yang dilakukan di luar kelas atau di luar sekolah. Sedangkan dari ekstern adalah adanya peringatan hari besar nasional diantaranya peringatan hari pahlawan maupun peringatan lainnya. Hal yang baru-baru ini dilakukan oleh pihak pemerintah adalah adanya cuti bersama.


(58)

144 Permasalahan lainnya adalah membuat tahapan skala sikap yang sesuai dengan tugas perkembangan anak. Artinya skala sikap atau pendidikan karakter penyesuaian pada anak kelas rendah maupun pada kelas tinggi.

b. Tahap Pelaksanaan 1. Peserta didik

Kendala pada peserta didik menurut guru wali kelas 2 dan guru PKn kelas 4 adalah peserta didik lebih dikondisikan pada aspek penilaiannya dan bermainnya dan pada aspek sikapnya hanya sekadar pengetahuan saja belum maksimal pada penerapannya.

2. Materi dan Bahan Ajar

Pada materi pembelajaran isinya lebih fokus pada aspek kognitifnya. Belum adanya kesesuaian antara kognitif, afektif dan psikomotor.

3. Guru

Dalam pelaksanaan pembelajaran kendalanya adalah kurangnya interaksi dengan peserta didik dan cenderung terpusat pada guru.

4. Sarana dan Prasarana

Kendala dari sarana dan prasarana menurut guru wali kelas 2 dan guru PKn kelas 4 berpendapat kurangnya pendukung atau kesulitan dalam pengadaan sarana dan prasarana yang memadai. Penggunaan ruangan dilakukan secara bergantian dan untuk fasilitas media terkesan seadanya.


(59)

144 5. Peran orangtua murid

Kendala dari orangtua murid menurut guru wali kelas 2 dan guru PKn kelas 4 adalah peserta didik lebih fokus pada prestasi belajar. Bagaimana untuk bisa meraih nilai yang maksimal. Sehingga kerangka utama pada nilai sikap diabaikan.

C.Tahap Penilaian

Kendala penilaian guru wali kelas 2 dan guru PKn kelas 4 adalah pertama tahap proses. Pada tahap ini peserta didik sulit untuk diarahkan pada pola pembentukan pengembangan karakter yang sudah direncanakan, baik oleh pihak sekolah maupun di kelas. Hal tersebut dikarenakan di era globalisasi sekarang lingkungan luar yang paling mendominasi pada pola pembentukan karakter siswa. Sehingga pengembangan karakter yang sudah direncanakan mengalami stagnan.

Kedua. Tahap hasil. Pada tahap ini peserta didik diuji kemampuannya dalam mengolah soal. Tetapi pada kenyataannya masih ada peserta didik dalam menjawab soal mengalami kesusahan. Bahkan kesusahan biasanya tingkat materi yang sulit.


(60)

146 5. Solusi yang dilakukan dalam melaksanakan pengintegrasian pendidikan

karakter ke dalam mata pelajaran PKn

a. Tahap perencanaan

Permasalahan pada tahap perencanaan pertama tersitanya waktu oleh berbagai kegiatan, baik dari keagamaan mapun dari nasional. Kedua membuat tahapan skala sikap yang sesuai dengan perkembangan anak.

Menurut guru wali kelas 2 dan guru PKn kelas 4 solusi dari permasalahan yang pertama adalah dengan menambah waktu di luar jam pembelajaran. Sehingga materi bisa tersampaikan dengan baik. Sedangkan yang kedua adalah dilakukan pengenalan nilai-nilai sikap yang menjadi pada proses pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari.

b. Tahap Pelaksanaan 1. Peserta didik

Solusi dari peserta didik menurut guru wali kelas 2 dan guru PKn kelas 4 adalah menciptakan interaksi terhadap peserta didik dengan menciptakan situasi dan kondisi sesuai dengan keadaan peserta didik. Dalam penyampaian materi tidak terfokus pada akademik tapi lebih pada pembiasaan nilai-nilai sikap.


(61)

147 2. Materi dan bahan ajar

Menurut guru wali kelas 2 dan guru PKn kelas 4 solusi dari materi adalah seorang guru harus bisa menyeimbangkan materi antara kognitif, afektif dan psikomotornya. Artinya walaupun materi cenderung fokus pada kognitif guru harus bisa meramu materi tersebut pada afektif dan psikomotronya.

3. Guru

Menurut guru wali kelas 2 dan guru PKn kelas 4 dalam pelaksanaan proses pembelajaran adalah pembelajaran harus terpusat pada peserta didik. sehingga adanya motivasi dan keberanian dalam mengemukakan pendapat sedangkan guru sebagai fasilitator dalam memberikan penjelasan yang tepat apabila jawaban dari peserta didik kurang memadai. Selain itu, penggunaan metode yang tepat yang disesuaikan dengan materi bahan ajar. Dengan metode yang tepat peserta didik lebih memahami baik secara pemahaman maupun pengalaman.

4. Sarana dan prasarana

Menurut guru wali kelas 2 dan guru PKn kelas 4 dalam mencapai keberhasilan pengembangan karakter siswa adalah fasilitas atau sarana dan prasarana yang lengkap. Karena dengan sarana dan prasarana yang lengkap proses pembelajaran terutama dalam pembentukan karakter akan tercapai.


(62)

148 5. Peran orangtua murid

Menurut guru wali kelas 2 dan guru PKn kelas 4 pengembangan karakter siswa agar tercapai hendaknya melakukan koordinasi atau komunikasi antara pihak sekolah maupun dengan orangtua murid. Koordinasi yang dilakukan adalah mengadakan pertemuan setiap awal tahun ajaran dan setiap pembagian rapot serta buku penghubung yang gunanya untuk melakukan pemantauan peserta didik di sekolah dan yang harus dilakukan oleh orangtua murid.

c. Penilaian

Menurut guru wali kelas 2 dan guru PKn kelas 4 penilaian pada tahap proses yaitu dengan pembiasaan dan keteladanan yang dilakukan oleh pihak guru dan karyawan setempat. Apabila melanggar peserta didik siap dengan resiko sanksi bukan pada kekerasan tapi sanksi yang bisa mendidik.

Sedangkan pada tahap hasil apabila peserta didik kurang maksimal dalam penilaian atau tidak mencapai ketuntasan belajar maka guru mengadakan remedial yang dilaksanakan di luar jam pembelajaran sekolah.


(63)

149 D.Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, penelitian ini merekomendasikan beberapa hal berkaitan dengan pengembangan karakter siswa melalui Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu sebagai berikut :

4) Kepada Dinas Pendidikan terkait, melihat keadaan bangsa kondisi saat ini menjadi suatu keharusan dalam membangun karakter yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional (UU NRI Sisdiknas No. 20 Tahun 2003) adalah bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Maka untuk mewujudkan tujuan pembangunan karakter tersebut berbagai elemen yang terkait dengan pembangunan karakter peserta didik harus sinergis, meliputi : kepala sekolah dan wakil kepala sekolah, pihak yayasan, jamiyyah atau komite sekolah, guru-guru serta orangtua peserta didik sehingga penciptaan karakter dapat tercapai dan terintegrsi pada proses pembelajaran.

5) Kepada pihak sekolah, pengembangan karakter siswa bukan hanya proaktif oleh sekolah saja tetapi berbagai elemen dari sekolah. Proses pembelajaran bukan hanya dilakukan di dalam kelas tetapi di luar kelas pun harus dilaksanakan. Selain itu, bukan kemampuan secara teoritis tetapi kemampuan secara pengalaman pun peserta didik harus dilibatkan. Agar ada kesinergisan pembelajaran antara kemampuan dan pengalaman.


(64)

160 6) Pihak guru-guru, baik di kelas rendah maupun di kelas tinggi pada proses pembelajaran dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai pada penilaian harus memuat nilai-nilai etika, moral, sesuai dengan landasan negara yaitu undang-undang RI dan Pancasila. Selain dari itu, dalam pengembangan karakter harus terus dilakukan proses pembiasaan, baik yang dilakukan di sekolah, kelas, lingkungan masyarakat serta di rumah.

7) Untuk penelitian beikutnya, SD Islam Al-Azhar 30 Bandung bukan satu-satunya sekolah yang mengembangkan karakter siswa melalui PKn. Untuk itu, agar dilakukan penelitian sejenis untuk sekolah-sekolah seperti itu. Sehingga diperoleh data dan kesimpulan akurat tentang pengembangan karakter siswa melalui PKn.


(65)

149 DAFTAR PUSTAKA

Acta Civicus (2008). Inovasi Pendidikan Kewarganegaraan dan Masyarakat Multikultural Demokratis. Bandung: Prodi PKn SPs UPI.

Alwasilah, A. Chaedar. (2009). Pokoknya Kualitatif (Dasar-dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya.

Arikunto, Suharsimin. (1998). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum. 2010. BAHAN PENELITIAN Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa (Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa). Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional

Bogdan, B, C, dan Biklen, S, K. (1982). Qualitative Research for Education An Introduction to Theory and Methods. Boston: Allyn and Bacon. Branson, M.S. (1998). The Role of Civic Education, A Forthcoming Education Policy

task Force Position Paper from the Communitarian Network. Branson. S. Margareth dkk. (1998). Belajar Civic Education dari Amerika.

Yogyakarta: diterbitkan atas kerjasama: Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LkiS) dan The Asian Foundation (TAF).

Brooks, B.D. and F.G. Goble (1981). the Case For Character Education: The Role of the School in Teaching Values and Virtues. Studios 4 Production. Budimansyah, D. (2009). Membagun Karakter Bangsa di Tengah Arus Globalisasi

dan Gerakan Demokratisasi : Reposisi Peran Pendidikan Kewarganegaraan . Pidato pengukuhan Guru Besar UPI. Bandung : tidak diterbitkan.

Budimansyah, D. (2010). Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan untuk Membangun Karakter Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press. Budimansyah, D dan Karim Suryadi. (2008). PKn dan Masyarakat Multikultural.


(66)

150 Budimansyah, D dan Syaifullah (Ed). (2006). Pendidikan Nilai Moral dalam Dimensi

Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Lab. PKn FPIPS UPI. Cogan, J.J. (1998). Citizenship for the 21 Century : An International Perspective on

Education. London : Cogan Page.

Dahliana, (2011). Pengembangan Habituasi Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler di Sekolah. Tesis. Bandung: SPS UPI. Tidak diterbitkan.

Depdiknas, (2003). UUD RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas, (2009). Tugas dan Peran Kepala Sekolah dalam Manajemen Kurikulum. Jakarta: BP. Dharma Bakti.

Degeng, N.S. (1989). Ilmu Pembelajaran: Taksonomi Variabel. Jakarta: Dirjen Dikti. De Vos, G.A. (1968). “National Character” in Sills, David L. (eds) International

Encyclopedia of the Social Sciences, New York: The Macmillan Company and the Free Press, vol. 11&12, p.14-19.

Djahiri, A.K. (2006). Pendidikan Nilai dan Moral dalam Dimensi PKn. Bandung : Lab. PKn UPI.

Gungwu, W, (Ed). (2005). Nation Building: Five Southeast Asian Histories. Singapura: Institute of Southeast Asian Studies.

Iryana (2006). Kontribusi Pembelajaran Kontekstual dalam Pendidikan Kewarganegaraan Terhadap Pembentukan Karakter Siswa. Tesis. Bandung: SPS UPI. Tidak diterbitkan.

Kahin, G McTurnan, (1952). Nationalism and Revolution in Indonesia. Ithaca and London: Cornell University Press.

Kardiman (2006). Membangun Kembali Karakter Bangsa Melalui Situs-Situs Kewarganegaran. Tesis. Bandung: SPS UPI. Tidak diterbitkan. Koentjaraningrat. (1974). Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta:


(1)

6)

Pihak guru-guru, baik di kelas rendah maupun di kelas tinggi pada proses

pembelajaran dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai pada penilaian

harus memuat nilai-nilai etika, moral, sesuai dengan landasan negara yaitu

undang-undang RI dan Pancasila. Selain dari itu, dalam pengembangan

karakter harus terus dilakukan proses pembiasaan, baik yang dilakukan di

sekolah, kelas, lingkungan masyarakat serta di rumah.

7)

Untuk penelitian beikutnya, SD Islam Al-Azhar 30 Bandung bukan

satu-satunya sekolah yang mengembangkan karakter siswa melalui PKn. Untuk itu,

agar dilakukan penelitian sejenis untuk sekolah-sekolah seperti itu. Sehingga

diperoleh data dan kesimpulan akurat tentang pengembangan karakter siswa

melalui PKn.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Acta Civicus (2008). Inovasi Pendidikan Kewarganegaraan dan Masyarakat

Multikultural Demokratis. Bandung: Prodi PKn SPs UPI.

Alwasilah, A. Chaedar. (2009). Pokoknya Kualitatif (Dasar-dasar Merancang dan

Melakukan Penelitian Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya.

Arikunto, Suharsimin. (1998). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum. 2010. BAHAN PENELITIAN

Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya

Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa (Pengembangan

Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa). Jakarta: Kementrian

Pendidikan Nasional

Bogdan, B, C, dan Biklen, S, K. (1982). Qualitative Research for Education An

Introduction to Theory and Methods. Boston: Allyn and Bacon.

Branson, M.S. (1998). The Role of Civic Education, A Forthcoming Education Policy

task Force Position Paper from the Communitarian Network.

Branson. S. Margareth dkk. (1998). Belajar Civic Education dari Amerika.

Yogyakarta: diterbitkan atas kerjasama: Lembaga Kajian Islam

dan Sosial (LkiS) dan The Asian Foundation (TAF).

Brooks, B.D. and F.G. Goble (1981). the Case For Character Education: The Role of

the School in Teaching Values and Virtues. Studios 4 Production.

Budimansyah, D. (2009). Membagun Karakter Bangsa di Tengah Arus Globalisasi

dan Gerakan Demokratisasi : Reposisi Peran Pendidikan

Kewarganegaraan . Pidato pengukuhan Guru Besar UPI. Bandung

: tidak diterbitkan.

Budimansyah, D. (2010). Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan untuk

Membangun Karakter Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.

Budimansyah, D dan Karim Suryadi. (2008). PKn dan Masyarakat Multikultural.


(3)

Budimansyah, D dan Syaifullah (Ed). (2006). Pendidikan Nilai Moral dalam Dimensi

Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Lab. PKn FPIPS UPI.

Cogan, J.J. (1998). Citizenship for the 21 Century : An International Perspective on

Education. London : Cogan Page.

Dahliana, (2011). Pengembangan Habituasi Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan

Ekstrakurikuler di Sekolah. Tesis. Bandung: SPS UPI. Tidak

diterbitkan.

Depdiknas, (2003). UUD RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas, (2009). Tugas dan Peran Kepala Sekolah dalam Manajemen Kurikulum.

Jakarta: BP. Dharma Bakti.

Degeng, N.S. (1989). Ilmu Pembelajaran: Taksonomi Variabel. Jakarta: Dirjen Dikti.

De Vos, G.A. (1968). “National Character” in Sills, David L. (eds) International

Encyclopedia of the Social Sciences, New York: The Macmillan

Company and the Free Press, vol. 11&12, p.14-19.

Djahiri, A.K. (2006). Pendidikan Nilai dan Moral dalam Dimensi PKn. Bandung :

Lab. PKn UPI.

Gungwu, W, (Ed). (2005). Nation Building: Five Southeast Asian Histories.

Singapura: Institute of Southeast Asian Studies.

Iryana

(2006).

Kontribusi

Pembelajaran

Kontekstual

dalam

Pendidikan

Kewarganegaraan Terhadap Pembentukan Karakter Siswa. Tesis.

Bandung: SPS UPI. Tidak diterbitkan.

Kahin, G McTurnan, (1952). Nationalism and Revolution in Indonesia. Ithaca and

London: Cornell University Press.

Kardiman (2006). Membangun Kembali Karakter Bangsa Melalui Situs-Situs

Kewarganegaran. Tesis. Bandung: SPS UPI. Tidak diterbitkan.

Koentjaraningrat. (1974). Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta:


(4)

Komalasari. (2010). Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT

Refika Aditama.

Leshin, C.B., Pollock, J., dan Reigeluth, C.M. (1992). Instructional Design Strategies

and

Tacties.

Englewood

Diffs:

Educational

Technology

Publication.

Lickona, Thomas (1992). Educating For Character How Our Schools Can Teach

Respect and Responsibility. New

York-Toronto-London-Sydney-Auckland: Bantam Books.

Lincoln. S. Y dan Denzin. K. Norman. (2009). Handbook Of Qualitative Research.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Lincoln, Y.S. & Guba, E.G. (1985). Naturalilstic Inquiry. Beverly Hills: Sage

Publication

Maleong. J. Lexy. (2000). Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya:

Bandung

Martin, B.L. & Briggs, L.J. 1986. The Affective and Cognitive Domains: Integration

of Instruction and Research. New York: Educational Technology

Publication.

Megawangi, R. (2004). Pendidikan Karakter Solusi yang Tepat untuk Membangun

Bangsa. Jakarta : BPMIGAS dan Star Energi.

Miles dan Huberman. (1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UPI-Press.

Moleong, L (1988). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Morgenthau, Hans J. (1963). Politics Among Nation: The Stuggle for Power and

Prace (Third Edition). New York: Alfred A. Knopf.

Nasution, S. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif : cetakan ketiga.

Bandung: Tarsito.

NCSS. (1972). Curriculum Standards for Social Studies: Expectation of Excellence.

Washington DC.


(5)

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008

Tentang Pembinaan Kesiswaan.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006

Tentang Standar Isi.

Quigley, C.N. (1991). Civitas: A Frame Work for Civic Education. Calabasas: CCE.

Ruminiati, (2008). Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Dasar.

Jakarta:Depdiknas.

Sapriya, (2007). Perspektif Pemikiran Pakar tentang Pendidikan Kewarganegaraan

dalam Pembangunan Karakter Bangsa. Bandung: Disertasi prodi

Pendidikan IPS.

Soekarno. (1930). Indonesia Menggugat: Pidato Pembelaan Bung Karno di Muka

Hakim Kolonial tahun 1930. Jakarta: Departemen Penerangan RI.

Somantri, N. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Remaja

Rosda Karya.

Schmit. Et al. (2005). The Heart of the Matter: Character and Citizenship Education

in Alberta schools. Canada: Alberta.

Tim Pendidikan Karakter Kemendiknas. 2010. Pembinaan Pendidikan Karakter di

Sekolah Menengah Pertama. Tidak diterbitkan.

Tuhuteru (2007). Peran Pendidikan Kewarganegaraan dalam Pembentukan Karakter

Generasi Muda Pasca Konflik Sosial Ambon. Tesis. Bandung:

SPS UPI. Tidak diterbitkan.


(6)