KONTRIBUSI KOMPENSASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA GURU MENGAJAR DI SEKOLAH (Penelitian Analisisi pada MTs Swasta di lingkungan Kelompok Kerja Madrasah (KKM) MTs. Jatisari Kabupaten Karawang).

(1)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ………. i

DAFTAR ISI ……….. iii

DAFTAR TABEL ………. vii

DAFTAR GAMBAR ………. viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Identifikasi Masalah ……… 10

C. Rumusan Masalah ……… 13

D. Tujuan Penelitian………. 14

E. Manfaat Penelitian ……… 15

F. Paradigma Penelitian ……… 16

G. Asumsi ……… 18

H. Hipotesis ……… 20

I. Definisi Operasional ………. 20

J. Populasi dan Sampel ………. 23

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Kinerja dalam Administrasi Pendidikan 1. Pengertian Kinerja……… 25

2. Posisi Kinerja Guru dalam Administrasi Pendidikan. ……… 32

B. Kinerja Mengajar Guru ………. 34

1. Kinerja Mengajar Guru ……….. 37

2. Tolak Ukur Penilaian Kinerja Guru ……….. 38

C. Kompensasi Guru 1. Pengertian ……… 40

2. Tujuan dan Pentingnya Kompensasi …………. 43

3. Bentuk-bentuk Kompensasi ………. 47

4. Kompensasi Guru ………. 50


(2)

D. Kepuasan Kerja ………. 55

1. Pengertian ……… 55

2. Kepuasan Kerja dalam Organisasi Sekolah… 56 3. Teori Kepuasan Kerja ……… 58

4. Penyebab Kepuasan Kerja ……….. 59

5. Korelasi Kepuasan Kerja ………. 60

6. Mengukur Kepuasan Kerja ………. 64

7. Pengaruh Kepuasan Kerja ……….. 66

8. Pedoman Meningkatkan Kepuasan Kerja……….. 68

E. Hasil Penelitian yang relevan ………….. 70

BAB III METODA PENELITIAN A. Metoda Penelitian ……….. 72

B. Variabel Penelitian ………. 73

1. Kompensasi Guru ………. 74

2. Kepuasan Kerja ………. 76

3. Kinerja Mengajar ……… 88

C. Populasi dan Sampel ………. 79

1. Populasi ……….. 79

2. Sampel ………. 80

D. Teknik Pengumpulan Data ………. 82

1. Penyusunan Instrumen . ………. 82

2. Uji Coba Instrumen ………. 83

a. Validasi Instrumen……… 84

b. Reabilitas Instrumen ……… 87

E. Prosedur Pengolahan Data Penelitian …………. 88

1. Analisis Data ………. 88

a. Seleksi Data ………. 89

b. Tabulasi Data ………. 89

c. Analisis Deskripsif ………. 90


(3)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Deskripsi Keadaan Kompensasi, Kepuasan Kerja,

dan kinerja mengajar guru.…………. …… 96

1. Deskripsi Varibel Kompensasi ………. 100

2. Deskripsi Variabel Kepuasan Kerja ……. 100

3. Deskripsi Variabel Kinerja Guru ……. 101

B. Hasil Deskripsi Data Variabel Kompensasi Guru Menurut Indikator ……… 103

C. Pengujian Hipotesis Penelitian ………. 116

1. Analisis Regresi Linier Ganda ……….. 117

2. Analisis Korelasi Ganda ………. 119

3. Uji Hipotesis Secara Bersama-sama ………… 120

4. Uji Hipotesis Secara Individu ……….. 122

5. Koefisien Determinasi ……… 123

D. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Kompensasi Guru MTs. Swasta …..………….. 130

2. Kepuasan Kerja Guru MTs. ……….. 132

3. Kinerja mengajar Guru……….. 133

4. Kontribusi Kompensasi terhadap Kinerja….. 134

5. Kontribusi Kepuasan Kerja terhadap Kinerja… 135 6. Kontribusi secara bersama-sama Kompensasi Dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Guru…. 137 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ……….. 140

B. Rekomendasi ……….. 142

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jumlah Guru pada Madrasah Tsanawiyah Se KKM Jatisari

Karawang ………. 79

Tabel 2 Jumlah sampel Menurut Sekolah pada MTs se KKM Jatisari Karawang ………. 81

Tabel 3 Keterangan Hasil Validasi dan Realibilitas Instrumen Data Uji Coba Penelitian ……….. 86

Tabel 4 Hasil Seleksi Data ………. 90

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Variabel Kompensasi (X1) …… 96

Tabel 6 Distribusi Frekuensi Variabel Kepuasan Kerja (X2) …… 97

Tabel 7 Distribusi Frekuensi Variabel Kinerja Mengajar (Y) …… 98

Tabel 8 Deskripsi Setiap Variabel Dependen dan Indefenden ….. 99

Tabel 9 Kriteria Interpretasi Skor ………. 102

Tabel 10 Coeffecients ……… 118

Tabel 11 Coeffecients ………. 118

Tabel 12 Koefisien Korelasi dan Taksirannya ………. 119

Tabel 13 Model Summary ………. 120

Tabel 14 Anova ………. 121

Tabel 15 Model Summary ………. 123

Tabel 16 Coefficients ………. 124


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Histogram Variabel Kompensasi Guru

(Variabel X1) ……… 97

Gambar 4.2 Histogram Variabel Kepuasan Kerja

(Variabel X2) ……… 98

Gambar 4.3 Histogram Variabel Kinerja Mengajar

(Variabel Y) ……… 99 Gambar 4.4 Histogram Indikator Variabel Kompensasi Guru

(Variabel X1) ……… 105

Gambar 4.5 Histogram Indikator Variabel Kepuasan Kerja

(Variabel X2) ……… 110

Gambar 4.6 Histogram Indikator Variabel Kinerja Mengajar (Variabel Y) ……… 116


(6)

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah adalah tempat terjadinya proses pendidikan, baik secara formal maupun non-formal. Atau dapat dikatakan bahwa sekolah adalah tempat dilakukannya usaha sadar dan terencana dalam proses pembelajaran. Di sekolah terdapat aktifitas proses pendidikan, yang diatur Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri ataupun peraturan-peraturan lainnya.

Dalam memahami makna sekolah lebih dalam, bahwa sekolah tidak hanya diartikan sebagai sebuah ruangan atau gedung atau tempat anak berkumpul dan mempelajari sejumlah pengetahuan. Akan tetapi sebagai institusi perannya jauh lebih luas. Sekolah sebagai lembaga pendidikan terikat akan norma dan budaya yang mendukungnya sebagai sistem nilai. Sekolah adalah suatu sistem organisasi yang didalamnya terdapat sejumlah orang yang bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan sekolah yang dikenal sebagai tujuan intruksional. Dan guru adalah salah satu personil yang paling dominan dalam pengelolaan organisasi sekolah. “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah” (Pasal1 Ayat 1 UU No 14 Tahun 2003).

Guru adalah petugas profesi. Profesi menurut Udin S (2008: 7) “menunjuk

pada suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab dan kesetiaan terhadap profesi”. Sebagai guru profesi, ia harus profesional “artinya pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber


(8)

penghasilan penghidupan yang memerlukan keahlian, Kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi” (UU Sisdiknas Pasal 1 ayat 4)

Tugas dan fungsi guru tersebut, mengacu pada spesialisasi sebagai tenaga pendidikan di sekolah formal, mulai dari pendidikan usia dini, sampai usia pendidikan menengah dan di perguruan tinggi disebut dosen. Guru bertugas mengajar, artinya tugas menyampaikan pengetahuan berupa ilmu ataupun teknologi. Membimbing dan mengarahkan artinya memberi perhatian pada sikap siswa itu sendiri dalam menjalani interaksi dan komunikasi dengan lingkungannya. Melatih artinya fokus utama dari apa yang telah diketahui siswa yaitu siswa memiliki keterampilan dan kecakapan hidup (Life Skill). Bagian terakhir adalah menilai dan mengevaluasi, merupakan langkah untuk mendapatkan informasi sejauhmana keberhasilan usaha yang telah dilakukannya, sehingga guru mendapatkan feed back dan menemukan kekurangan-kekurangan serta langkah-langkah yang harus dibuat untuk memperbaiki kekurangan itu. Bergeraknya organisasi yang dilakukan manusia adalah untuk keuntungan manusia pula, dan sekolah sebagai organisasi yang dikelola manusia harus mampu menggerakan manusia di sekolah, antara lain siswa.

Dengan tuntutan keprofesionalan guru, maka yang menjadi fokus agar dapat mengantarkan sekolah kepada lembaga yang berkualitas antara lain dengan melihat kinerja guru. Menurut E. Nurzaman (2008:1) hasil penelitian menunjukan bahwa “63 % kualitas pembelajaran dipengaruhi oleh Variabel Guru”. Guru yang profesional adalah guru yang dengan kinerjanya mencapai tujuan institusi.


(9)

Kinerja berakar dari kata performance, menurut Wibowo (2008:7) mempunyai makna yang luas, “pengertiannya bukan hanya pada aspek hasil

kerja, tetapi bagaimana proses kerja itu berlangsung”. Menurut Amstrong dan

Baron, (1998:7) dalam Wibowo (2008:8) “Kinerja merupakan hasil pekerjaan

yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategi organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi pada ekonomi”. Selanjutnya AA Anwar

Prabu (2005:9) menyatakan bahwa “kinerja merupakan hasil kerja secara

kualitas maupun kuantitas yang dicapai oleh karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Dengan

demikian, kinerja terkait dengan apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya. Jika dikaitkan antara kinerja dengan guru, maka kinerja guru adalah hasil kerja secara kualitas maupun kuantitas yang dicapai guru persatu periode dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Ada beberapa indikasi yang ditunjuki Undang-undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen serta Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, yang mengarah pada terbentuknya kinerja guru yang berkualitas mengantarkan sekolah kepada tujuan Nasional. Antara lain bahwa keberhasilan kinerja guru ditentukan oleh : “Kompetensi Guru, Kualifikasi guru, Sertifikasi, sehat jasmani rohani dan

kompensasi guru” ( Bab VI PP No.19 2005)

Organisasi sekolah yang mempunyai visi misi menciptakan produktivitas siswa yang berkualitas harus memaksimalkan kinerja guru dengan memperhatikan faktor-faktor di atas. Hal yang menjadi perhatian adalah faktor Kompensasi dan Kepuasan Kerja Guru.


(10)

Guru berhak mendapatkan kompensasi sebagai imbalan dari keprofesionalannya. Undang-undang telah mengatur tentang prinsip-prinsip imbalan bagi guru yang profesional antara lain pasal 14 Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 menyebutkan bahwa “Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan,

guru berhak: a. memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan

jaminan kesejahteraan sosial” dan pasal 15 nya merumuskan bahwa :

“Penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 14 ayat (1) huruf a meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, serta penghasilan lain berupa tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus, dan maslahat tambahan yang terkait dengan tugasnya sebagai guru yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi”.

Pasal merumuskan 40 bahwa :

1) “Pendidik dan Tenaga kependidikan berhak memperoleh

a. Penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan

memadai;

b. Penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja;

c. Pembinaan karier sesuai dengan tuntutan dan perkembangan kualitas;

d. Perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas hasil kekayaan intelektual’ dan

e. Kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas

pendidikan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas”.

Pasal-pasal tersebut merumuskan bahwa upaya profesional guru harus dibarengi dengan adanya kompensasi yang profesional pula. Berbagai studi yang dilakukan telah membuktikan, bahwa tingkat kesejahteraan merupakan penentu yang amat penting bagi kinerja guru dalam menjalankan tugasnya. Dari beberapa studi Internasional mengenai mutu pendidikan di berbagai negara, dilaporkan bahwa negara-negara yang memberikan perhatian khusus terhadap gaji dan peningkatan kesejahteraan guru lebih baik mutu pendidikannya. Nilai instrumental


(11)

yang terjadi pada mutu pendidikan yang secara empirik diatribusikan oleh kenaikan gaji yang lebih tinggi.

Tidak dapat dipungkiri bahwa kesejahteraan guru di Indonesia termasuk paling rendah di dunia. Ini dapat dilihat misalnya dari perbandingan kesejahteraan guru di negara-negara manca negaranya, utamanya di negara maju.

Seperti dikutip dari tulisan Suyono dalam harian Kompas ( 7 Maret 2006 ) yang bertajuk Meningkatkan Mutu Guru dari mana dimulai?...

“Bila dibandingkan dengan guru di Negara – Negara Asia Tenggara misalnya: kesejahteraan guru di Indonesia juga paling rendah. Kita ambil contoh guru lulusan sarjana yang mulai bekerja pada sekolah menengah di Indonesia baik guru negeri maupun swasta umumnya, gajinya tak lebih dari Rp. 300 000 atau 40 $ per bulan. Sementara itu guru di Singapura, Malaysia, Brunei Darusalam, Thailand dan Negara – Negara ASEAN umumnya menerima gaji lebih dari 70 $ AS. Guru di Singapura , Malaysia dan Brunei Darusalam bahkan dapat menerima gaji yang lebih dari 100$ AS per bulan, kemudian“Pengalaman tahun 70-an ketika banyak guru Indonesia yang diimpor” Pemerintah Malaysia untuk mengajar di sekolah – sekolah setempat, umumnya memiliki kesan positif. Mengapa? Oleh karena gaji yang diterima jauh lebih memadai daripada gaji yang diterima di Indonesia, Guru – guru menengah di Jepang dapat

menerima 200.000 yen atau sekitar Rp. 15 juta per bulan. Para guru di sekolah – sekolah yang bonafid seperti Shokutoku Yuno, Tokyo Johsi

Gakuen, Honan, Saitama Sakai, Shoiwa Daiichi, Setagaya Gakuen dan

sebagainya akan menerima gaji yang lebih tinggi”.

“Guru – guru di Belanda demikian juga. Dengan 2000 gulden sampai 4000 gulden di tangan setiap bulan, mereka dapat terbang dari Shipol ke Shoekarno – Hatta atau Ngurah-Rai untuk mencari pengalaman hidup yang dapat diceritakan kepada anak didiknya di kelas.Lalu bandingkan dengan guru – guru di Negara tercinta ini. Jangankan satu bulan, dengan mengumpulkan gaji satu tahun pun sukar untuk dapat terbang ke Tokyo, Bangkok, Amsterdam, Kuala Lumpur, dan kota – kota besar lain untuk “menyesuaikan” pengalaman teoritik dengan empiriknya. Jangankan kota – kota besar manca negara, sedangkan Jakarta pun masih banyak guru – guru dari daerah yang belum pernah melihatnya. Itu semua terjadi dikarenakan rendahnya kesejahteraan guru di Indonesia pada

umumnya. (HTTP://WWW,GEOGLE.COM).

Ada suatu kenyataan riset bahwa orang-orang dapat mencapai tingkat hasil kerja yang lebih tinggi, apabila ada harapan memperoleh upah berupa uang yang


(12)

lebih besar sesuai dengan usaha-usaha mereka. Penyelidikan ini menunjukan bahwa pembayaran dianggap suatu cara untuk memenuhi beberapa motif, seperti keamanan, kepuasan psikologis, status, penghargaan dan pengakuan, implikasinya adalah bahwa kebijakan-kebijakan pembayaran akan mempunyai pengaruh yang paling banyak terhadap hasil kerja pegawai. Dengan kompensasi yang memadai diharapkan dapat menghasilkan kepuasan guru dan menjadi motivator kinerja secara maksimal.

Dengan demikian secara teoritis kompensasi dengan kepuasan kerja mempunyai korelasi yang jelas dan mempunyai pengaruh terhadap kinerja. Sustermeister (1976:10-12) mengidentifikasi bahwa “motivasi seorang pegawai

muncul apabila pegawai merasa puas atas kondisi kerja (Job Condition) dan bila kebutuhan pegawai tersebut (Individual Need) terpenuhi”. Wibowo (2008:299)

menyatakan bahwa “kepuasan kerja merupakan faktor yang mempengaruhi

produktivitas”.

Keith Davis dalam terjemahan Agus Dharma (1985:105) menjelaskan bahwa “kepuasan kerja adalah bagian dari kepuasan hidup, dan imbalan dan

kepuasan kerja menjadi suatu kesatuan yang bolak-balik saling membutuhkan. Apabila imbalan pegawai dipandang pantas dan adil maka akan timbul kepuasan yang lebih besar karena pegawai merasa bahwa mereka menerima imbalan yang sesuai dengan prestasinya”

Dari penjelasan tersebut maka secara teoritis seorang guru yang mendapat kompensasi memadai, otomatis ia akan merasa puas. Dan kepuasan itu akan menjadi daya dorong menghasilkan kinerja dan produktivitas yang maksimal sesuai tujuan organisasi. Jika itu aktivitasnya di sekolah seperti Sekolah


(13)

Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah, maka kepuasan yang dirasakan guru akan memunculkan kinerja mengajar yang diharapkan.

Beberapa penelitian yang pernah dilakukan terhadap kinerja guru menggambarkan bahwa ada hubungan erat antara kompensasi yang mereka terima dengan kepuasan dan kinerja guru. Hasil penelitian Keke T tahun 2005 (www.bpkpenabur.or.id 2008) terhadap guru-guru SMP Swasta di Penabur Jakarta, mengasilkan kesimpulan bahwa terdapat 6,76 % kontribusi kompensasi terhadap kinerja guru, dengan koefisien korelasi sebesar r : 0,26. Hasil penelitian Cucu Supriatna (2007:116) terhadap guru-guru Madrasah Tsanawiyah di Majalengka tahun 2007, memberi kesimpulan bahwa walaupun kinerja guru MTs. swasta dianggap rendah, namun kompensasi dan kesejahteraan guru mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja guru yaitu mencapai 46,64 %. Begitupun hasil penelitian Aang Karyana dalam Warsidi (2004:55), hasil penelitiannya menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kepuasan kerja guru Madrasah Tasanawiyah Tanjungsari Sumedang dengan kinerja guru mengajar, antara lain diperoleh angka korelasi 33,1 %. Dikemukakan bahwa kepuasan kerja akan mempengaruhi tingkat absensi, semangat kerja dan keluhan-keluhan guru. Dan menurut data penelitian ini menunjukan bahwa kelemahan dari kinerja guru di MTs adalah semangat masih tingginya tingkat kemangkiran guru.

Data-data itu memperkuat pendapat bahwa kompensasi dan kepuasan kerja mempunyai hubungan yang erat dengan kinerja mengajar guru, khususnya di Madrasah Tsanawiyah. Oleh karena itu jika ditarik pernyataan balik dari hasil penelitian tersebut, dapat dinyatakan bahwa jika kompensasi dan kepuasan kerja


(14)

kurang baik, maka kinerja guru mengajar akan kurang baik pula. Asumsi demikian menjadi sebuah fokus diadakannya penelitian lebih lanjut di Madrasah Tsanawiyah, khususnya Madrasah Tsanawiyah Swasta dilingkungan Kelompok Kerja Madrasah (KKM) Jatisari Karawang. Selain itu, yang menarik lainnya, bahwa :

1. Keberadaan MTs setarap dengan SMP (Pasal 5,6,7 dan 17 UU Sisdiknas No. 14 Tahun 2003 dan Pasal 7 PP 19 Tahun 2005)

2. MTs Pelajarannya lebih banyak dari SMP, ada 10 jam selisih MTs dan SMP (Permenag No 2 Tahun 2008);

3. MTs adalah sekolah Berciri Khas Agama Islam (pasal 10, ayat (1) dan (2) PP NO 19 Tahun 2005), artinya sekolah di samping harus memenuhi target Ujian Nasional, juga ia harus tetap mempertahankan ciri khasnya.

4. Siswanya terbilang berimbang dengan SMP Negeri, bahkan cenderung terus meningkat, terkait dengan kepercayaan masyarakat yang menganggap bahwa MTs mempunyai nilai lebih dalam pendidikan moral agamnya. Ini terbukti dari tahun-ketahun jumlah siswa MTs meningkat.

Dengan adanya ciri khas, banyaknya beban belajar yang harus dicapai, rendahnya gaji yang mereka terima, dan masalah lainnya, maka diasumsikan bahwa siswa MTs akan banyak yang mengulang ujian dan banyak yang tidak diterima di sekolah-sekolah Negeri. Namun asumsi tersebut ternyata agak berbeda dengan kenyataan di lapangan, karena 2 tahun terakhir siswa MTs, Khususnya MTs Swasta yang tergabung dalam Kelompok Kerja Madrasah (KKM) Jatisari Kab. Karawang kelulusannya ada yang mencapai 100 %. Serta siswa-siswanya banyak diterima pada sekolah-sekolah negeri. Hal itu menunjukan


(15)

kompensasi tidak banyak berpengaruh terhadap kinerja guru, diasumsikan pendorong utama terdongkraknya prestasi siswa adalah faktor kepuasan kerja guru yang tinggi sehingga mengasilkan produk ujian nasional yang baik.

Asumsi ini didasarkan alasan bahwa umunya guru MTs adalah guru yang cenderung religius yang mempunyai prinsip kalau mengajar itu adalah ibadah, mereka mengajar dengan menerima bayaran yang di bawah standar, dengan motivasi ibadah mereka bekerja mencerdaskan siswa. Seperti banyak diungkapkan dalam Al-Qur’anul Karim bahwa :

Manusia harus bekerja keras (Al-Qur’an S. AL-Qashas: 77, Al-Jumu’ah : 11, AT-Taubah : 105)

Bekerja merupakan mukmin yang sukses (Al-Mu’minun: 2) Islam mengangkat nilai-nilai kerja (Al-Baqarah 110, An-Nahl 97) Islam melarang berusaha secara bathil (Annisa :29)

Manusia harus merubah nasib (Q. S. 13 ayat 11)

Hal itu sejalan dengan teori pengelolaan SDM dengan Pendekatan Budaya dan Agama yang dikemukakan oleh Max Weber Bahwa pimpinan perlu menerapkan etika protestan dalam mengelola bisnis, karena etika protestan adalah kunci keberhasilan bagi pembangunan ekonomi masyarakat kapitalis Amerika dan Eropa.begitupun dalam Teori Robert Bellah Menyoroti perubahan yang terjadi pada masyarakat Jepang yang secara drastis dapat maju, karena ada agama Tukugawa, yang dipraktekan menurut kandungan yang ada pada etika protestan.

Dengan kata lain penelitian ini ingin membuktikan kebenaran teori tentang adanya korelasi antara kompensasi guru kepuasan kerja dan kinerja mengajar dan yang menjadi pertanyaan besarnya adalah ”Sejauhmana Kompensasi guru dan


(16)

kepuasan kerja dapat berkontribusi terhadap kinerja mengajar guru di MTs Swasta yang tergabung dalam KKM MTs. Jatisari Kabupaten Karawang ?”

B. Identifikasi Masalah

Sekolah adalah organisasi yang mempunyai personil, sarana, kurikulum dan tujuan. Menurut Postman dan Wiengartner (1973) dalam Saiful Sagala (200:45) mengartikan sekolah sebagai “ School an institution is the specific set essential

fuction is serves in our society”. Sekolah didefinisikan sebagai institusi yang

spesifik dari seperangkat fungsi-fungsi yang mendasar dalam melayani masyarakat. Reimer dalam Saiful Sagala (2007:23) mengemukakan bahwa “sekolah adalah lembaga yang menghendaki kehadiran oleh guru untuk

mempelajari kurikulum yang bertingkat, sekolah adalah suatu sistem organisasi yang didalamnya terdapat sejumlah orang yang bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan sekolah yang dikenal sebagai tujuan intruksional”.

Sebagai sebuah sistem banyak yang mempengaruhi sekolah, khususnya terkait akan eksistensi Sumber Daya Manusia (SDM). SDM yang paling banyak menentukan kesuksesan sekolah adalah Guru. Sebagai tenaga profesional guru mempunyai tugas mendidik dan mengajar. Guru harus mempunyai kompetensi, antara lain disebut dalam PP 19 tahun 2005 adalah Kompetensi Pedagogik, Kompetensi profesional, Kompetensi kepribadian dan kompetensi Sosial.

Hal yang paling banyak kaitannya dengan fungsi kinerja guru sebagai pengajar adalah kompetensi pedagogik dan profesional ”kompetensi pedagogik

adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi


(17)

pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya” sedangkan yang

dimaksud dengan kompetensi profesional adalah “kemampuan penguasaan

materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional” (Penjelasan PP 19 Tahun 2005).

Kedua kompetensi ini yang terkait langsung dengan kinerja guru dalam organisasi sekolah. ”Kinerja atau performance” menurut Prawirasentono (1997:2) artinya ”hasil kerja yang dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam

suatu organisasi sesuai dengan wewenang atau tanggung jawab masing-masing , dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan yang legal dan tidak melanggar hukum serta sesuai dengan moral dan etika’.

Terkait dengan teori kinerja guru, maka faktor yang mempengaruhi kinerja guru adalah faktor kemampuan (Ability) dan faktor motivasi (Motivation) Hal itu sesuai dengan pendapat Keith Davis (1964:484) yang merumuskan bahwa :

1. Human Performance = Ability + Motivation

2. Motivation = Attitude + Situation

3. Ability = Knowledge + Skill

Secara psikologis bahwa kemampuan (ability) guru terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality ( knowledge skill) artinya bahwa guru yang mempunyai IQ tinggi, ia akan lebih mudah mencapai kinerja dan produktifitas yang diharapkan, sehingga guru ditempatkan sesuai dengan keahliannya (the right man in the right place).


(18)

Sedangkan paska lahirnya Undang-undang guru nomor 14 tahun 2005, bahwa pekerjaan guru merupakan pekerjaan profesional yaitu pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Sehingga setiap kegiatan pembelajaran di sekolah merupakan kinerja garapan guru yang harus profesional. Berdasarkan hal tersebut, maka banyak variabel yang berpengaruh terhadap kinerja guru Tsanawiyah, antara lain :

1. Kompetensi dan skill guru 2. Kualifikasi akademik guru 3. Kompensasi yang diberikan 4. Etos kerja

5. Kepuasan kerja..

6. Kinerja dan produktivitas guru.

Dari berbagai hal yang mempengaruhi kinerja guru, peneliti batasi hanya berkisar pada variabel Kompensasi Guru, Kepuasan Kerja dan kinerja mengajar guru di Madrasah Tsanawiyah Swasta yang tergabung dalam Kelompok Kerja Madrasah (KKM) Jatisari Kabupaten Karawang. Adapun alasan memilih variabel tersebut adalah :

1. Madrasah Tsanawiyah adalah lembaga pendidikan yang setarap dengan SMP dan mempunyai ciri khas keagamaan, di Kabupaten Karawang MTs Swasta Jumlahnya lebih banyak dari pada MTs Negeri.

2. Kinerja guru bergantung pada motivasi berprestasi guru, artinya guru yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi akan dapat mengelola kelasnya dengan


(19)

baik dan hasilnya merupakan kepuasan kerja bagi dirinya selain itu juga dirasakan oleh orang lain.

3. Tujuan pemberian kompensasi antara lain sebagai ikatan kerja sama, kepuasan kerja dan motivasi. Uang (gaji) adalah salah satu motivator yang ampuh karena dinilai langsung sebagai imbalan. Namun selain gaji kompensasi diberikan dalam bentuk penghargaan, asuransi, kesempatan untuk belajar. 4. Dilakukan di Kabupaten Karawang, karena saat ini MTs Swasta di Kab.

Karawang jumlahnya banyak dan umumnya mereka dapat meloloskan siswanya lulus ujian nasional, padahal kompetensi mereka masih di bawah standar UMR atau Gaji PNS.

5. Dilakukan pada Kelompok Kerja Madrasah (KKM) Jatisari Karawang, disamping lokasinya dekat, terjangkau juga karena masalah penelitian diwakili di KKM ini.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah tersebut, maka masalah penelitiannya sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran empirik kinerja mengajar guru-guru MTs. swasta yang tergabung dalam Kelompok Kerja MTs Jatisari Kab. Karawang ?

2. Bagaimana gambaran empirik tentang kompensasi guru-guru MTs. swasta yang tergabung dalam Kelompok Kerja MTs Jatisari Kab. Karawang ?

3. Bagaimana gambaran empirik tentang kepuasan kerja guru-guru MTs. swasta yang tergabung dalam Kelompok Kerja MTs Jatisari Kab. Karawang ?

4. Seberapa besar kontribusi kompensasi terhadap kinerjanya guru-guru MTs. swasta yang tergabung dalam Kelompok Kerja MTs Jatisari Kab. Karawang ?


(20)

5. Seberapa besar kontribusi kepuasan kerja terhadap kinerja guru-guru MTs. swasta yang tergabung dalam Kelompok Kerja MTs Jatisari Kab. Karawang ? 6. Seberapa besar kontribusi bersama-sama, kompensasi guru dan kepuasan kerja

terhadap kinerja guru MTs. swasta yang tergabung dalam KKM Jatisari Kab. Karawang?

7. Seberapa besar korelasi kompensasi guru dengan kepuasan kerja guru-guru

MTs. swasta yang tergabung dalam Kelompok Kerja MTs. Jatisari Kab. Karawang ?

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan informasi dari latar belakang, identifikasi masalah dan rumusan masalah, maka penulis rumuskan tujuan dari penelitian ini antara lain untuk mengetahui :

1. Gambaran empirik kinerja mengajar guru-guru MTs. swasta yang tergabung dalam Kelompok Kerja MTs. Jatisari Kab. Karawang.

2. Gambaran empirik tentang kompensasi guru-guru MTs. swasta yang tergabung dalam Kelompok Kerja MTs. Jatisari Kab. Karawang.

3. Gambaran empirik tentang kepuasan kerja guru-guru MTs. swasta yang tergabung dalam Kelompok Kerja MTs. Jatisari Kab. Karawang.

4. Kontribusi kompensasi terhadap kinerjanya guru-guru MTs. swasta yang tergabung dalam Kelompok Kerja MTs. Jatisari Kab. Karawang.

5. Kontribusi kepuasan kerja terhadap kinerja guru-guru MTs. swasta yang tergabung dalam Kelompok Kerja MTs. Jatisari Kab. Karawang.


(21)

6. Kontribusi bersama-sama, kompensasi guru dan kepuasan kerja terhadap kinerja guru MTs. swasta di Kab. Karawang.

7. Korelasi kompensasi guru dengan kepuasan kerja guru-guru MTs. swasta yang tergabung dalam Kelompok Kerja MTs. Jatisari Kab. Karawang.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang sejauhmana kompensasi guru dan kepuasan kerja terhadap kinerja profesional guru, karena guru merupakan ujung tombak utama dalam pengelolaan sekolah. Sebagai tempat proses pendidikan sekolah membutuhkan strategi dan strategi yang telah diaplikasikan diharapkan dapat menjadi sebuah model yang dapat dicontoh oleh lembaga lain yang mempunyai standar sama dengan Madrasah Tsanawiyah atau sekolah yang diteliti. Oleh karena itu manfaat yang diharapkan peneliti antara lain :

1. Secara teoritis dan praktis

a. Secara teoritis bahwa kualifiksi dan kompensasi merupakan salah satu upaya mencapai produktivitas, sehingga apabila kondisinya terukur, maka akan menjadi feedback sekolah dalam mengambil kebijakan-kebijakan selanjutnya;

b. Secara praktis akan memperoleh gambaran tentang strategi sekolah dalam menciptakan sekolah yang produktif yang sesuai dengan standar nasional pendidikan;

2. Bagi guru, dapat memperoleh gambaran tentang bagaimana upaya yang dapat dilakukan oleh sekolah, jika kompensasi guru dan kepuasan kerja ternyata tidak ada pengaruhnya terhadap kinerja profesional guru.


(22)

3. Bagi Kepala Sekolah, penelitian ini akan menjadi pertimbangan dalam melakukan pembinaan, baik yang menyangkut kebijakan, implementasi maupun pengawasan yang berkenaan dengan strategi pengelolaan sekolah dalam mencapai kinerja profesional yang maksimal.

4. Bagi instansi yang terkait, baik Depdiknas maupun Depag menjadi masukan dalam membuat strategi-strategi meningkatkan mutu sekolah, khususnya pada tingkat SMP/MTs.

F. Paradigma Penelitian

Dalam penelitian kuantitatif/positivistik, yang dilandasi pada suatu asumsi bahwa suatu gejala itu dapat diklasifikasi, dan hubungan gejala bersipat kausal (sebab akibat), maka peneliti dapat melakukan penelitian dengan memfokuskan kepada beberapa variabel saja. Pola hubungan antara variabel yang akan diteliti tersebut selanjutnya disebut paradigma penelitian

“Paradigma merupakan pandangan atau model, pola pikir yang dapat

dijabarkan sebagai variabel yang akan diteliti, digunakan untuk menggunakan konsepsi dasar seseorang mengenai suatu aspek realitas tertentu, suatu cara untuk menjabarkan masalah-masalah dunia nyata yang kompleks” (Sugiono,

2008:65).

Dasar paradigma ini sesuai dengan permasalahan penelitian, antara lain mencari hubungan antara variabel kualifikasi akademik dan kompensasi terhadap variabel kinerja profesional guru.


(23)

Paradigma Penelitian

Y

Keterangan :

(X1) = Kompensasi Guru (variabel bebas) (X2) = Kepuasan Kerja (variable bebas)

Y = Kinerja Mengajar Guru (Variabel terikat) rX1Y = Besarnya Kontribusi Kompensasi Guru (X1)

terhadap kinerja mengajar guru.

rX2Y = Besarnya kontribusi kepuasan kerja (X2) terhadap kinerja mengajar guru.

rX1 X2Y = Besarnya kontribusi kompensasi guru (X1)

dan kepuasan kerja (X2) terhadap Kinerja mengajar (X3), rX1 X2 = Korelasi antara Kompensasi Guru (X1) dengan kepuasan

mengajar (X2).

rX1Y

X

2

KEPUASAN KERJA

1.Administrasi Gaji 2.Kelayakan 3.Kesesuaian 4.Keadilan

Y

KINERJA MENGAJAR GURU

1. Penguasaan Bahan Pelajaran.

2. Pengelolaan Proses Pembelajaran 3. Pengelolaan Kelas 4. Penggunaan Media 5. Pelaksanaan BP 6. Administrasi Kelas 7. Penelitian Pembelajaran 8. Ekstar Kurikuler 9. Pengembangan Profesi

X

1

KOMPENSASI GURU 1. Imbalan Moneter 2. Imbalan Non Moneter

rX1 X2

RX1 X2

Y


(24)

G. Asumsi

Asumsi atau anggapan dasar merupakan landasan pemikiran dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Hal tersebut sebagaimana dilakukan oleh Suharsimi (2002:55). “Anggapan dasar adalah titik tolak dari pemikiran yang

kebenarannya bisa diterima oleh penyelidik” dan tidak memerlukan pengujian

lagi. Yang dianggap dijadikan dasar misalnya hasi penelitian orang di masa lampau, teori atau pemikiran peneliti.

Berpijak pada uraian di atas, penelitian ini dilandasi oleh beberapa anggapan dasar sebagai berikut :

1. “Sistem imbalan mencerminkan penghargaan organisasi terhadap perilaku

positif para pegawai dan dapat berpengaruh terhadap perilaku yang menentukan efektifitas organisasi” (Edwar E. Lawler, 1983:8)

2. “Bahwa kinerja guru, seperti sumber daya manusia yang lainnya, dipengaruhi

oleh kompensasi yang mereka terima, salah satu tujuan pemberian kompensasi adalah untuk memotivasi personil untuk menampilkan kinerja yang optimum” (Castetter :1996, 459, Schuler :1987 :66)

3. Bahwa kinerja guru dipengaruhi antara lain oleh kepuasan kerja guru Turney et. Al (1992: 29) mengatakan bahwa “ … worker statisfiction and productivity

(Performance) go hand to hand”. Penjelasan ini mengatakan bahwa kepuasan

para pekerja pada produktivitas merupakan dua hal sejalan dan seirama. Artinya pekerja yang merasa puas dengan pekerjaannya akan menunjukan peningkatan kinerja. Sebaliknya pencapaian dalam mencapai tujuan melalui kinerja akan meningkatkan kepuasan kerja. Lebih lanjut Turney et.al (1992:24) mengatakan bahwa “Teacher satisfiction will be enchanced when


(25)

the achievement of scholl goals and individual teacher goals go hand to hand”. Selain pendapat di atas, Schneier (1982:382) mengatakan bahwa “ The assesesment of the extent of job dissactisfiction in organization could be an important first step in improving organizational performance”.

Pendapat-pendapat tersebut menjelaskan bahwa betapa pentingnya kepuasan kerja bagi peningkatan kinerja seorang karyawan atau seorang guru yang bertugas untuk mengantarkan siswa menghasilkan produktifitas yang maksimal.

4. Kepuasan kerja guru dipengaruhi antara lain oleh kompensasi yang mereka terima. Sustermeister (1976:65) menyebutkan bahwa “…organization have to

recognize that employee dissatisfiction can quickly occur if wages and salaries do not keep pace with the cost of living”. Begitupun Castetter

(1996:49) mengatakan bahwa “suatu sistem kompensasi yang disusun dan

diadministrasikan secara baik dapat menjadi kontribusi penting untuk menghasilkan tujuan organisasi seperti halnya menghasilkan kepuasan individu anggotanya”

5. Untuk mencapai tingkat kinerja guru yang dapat menghasilkan produk yang bermutu dan berkualitas, maka kompensasi yang memadai menjadi keharusan bagi guru dalam meningkatkan profesionalitasnya sebagaimana diamanatkan pasal 28 dalam Undang-undang Guru dan Dosen dan PP 19 Tahun 2005. antara lain bahwa (1) “Pendidik harus memiliki kompetensi kepuasan kerja

sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”.


(26)

H. Hipotesis

“Hipotesis merupakan jawaban kebenaran, jawaban sementara terhadap

rumusan penelitian, berdasarkan teori yang relevan, belum berdasarkan fakta-fakta yang empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data” (Sugiono,

2008:79).

Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Terdapat kontribusi yang positif dan signifikan antara kompensasi guru dengan Kinerja mengajar guru MTs. Swasta.

2. Terdapat kontribusi yang positif dan signifikan antara kepuasan kerja dengan Kineja mengajar guru.

3. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan kompensasi guru dan kepuasan kerja secara bersama-sama terhadap Kineja mengajar guru.

4. Terdapat hubungan yang positif kompensasi guru dengan kepuasan kerja guru di MTs. Swasta.

I. Definisi Operasional

”Kinerja adalah sebuah penilaian sistematis atas individu karyawan mengenai prestasi kerjanya dan potensinya untuk pengembangan” (Dale S.

Beach) (Ruky, 2001:22). Atau Menurut Suyadi (2003) bahwa ”kinerja atau

prestasi kerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggungjawabnya masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal”(Husein Umar, 2007:209).


(27)

Mengajar :”merupakan perbuatan yang kompleks yaitu penggunaan

secara integratif sejumlah keterampilan untuk menyampaikan pesan.

Pengintegrasian keterampilan-keterampilan yang dimaksud dilandasi oleh seperangkat teori dan diarahkan oleh suatu wawasan. Sedangkan aplikasinya secara unik dalam arti secara simultan dipengaruhi oleh semua komponen belajar mengajar seperti tujuan yang ingin dicapai, pesan yang ingin disampaikan, subjek didik, fasilitas dan lingkungan belajar serta yang tidak kalah pentingnya keterampilan, kebiasaan serta wawasan guru tentang diri dan misinya sebagai pendidik” (Udin Saefudin S : 2009:55)

Guru adalah “pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (Pasal 1 UU Guru dan Dosen No. 14 Tahun

2005)

Dari masing-masing pengertian di atas, maka fokus pembahasan ”Kinerja

Mengajar Guru ” antara lain terkait dengan prestasi dan hasil kerja mengajar guru

sebagai tenaga profesional, termasuk didalamnya tentang keterampilan-keterampilan membuat perencanaan pembelajaran, menyampaikan pelajaran, mengomunikasikan dan mentransperkan pengetahuannya kepada siswa, oleh karena itu variabel-variabel yang terkait dengan kinerja mengjar guru ini meliputi : Penguasaan bahan pelajaran, pengelolaan proses pembelajaran, pengelolaan kelas, penggunaan media, pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan, administrasi kelas, penelitian pembelajaran, aktivitas ekstra kurikuler dan pengembangan profesi.


(28)

Kompensasi menurut Castetter (1996:297) yaitu ”A Direct Financial Income (cash received) and Indirect Income” atau merupakan imbalan moneter

dan non moneter yang diterima guru sebagai balas jasa atas kontribusi yang mereka berikan kepada sekolah menurut jangka waktu tertentu sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Wibowo (2008:133) berpendapat bahwa “kompensasi

merupakan kontra prestasi penggunaan tenaga atau jasa yang telah diberikan oleh tenaga kerja. Kompensasi merupakan jumlah paket yang ditawarkan organisasi kepada pekerja sebagai imbalan penggunaan tenaga kerjanya.

Atau dengan kata lain kompensasi merupakan apa yang diterima pekerja sebagai tukaran atas kontribusinya kepada organisasi. Di dalam kompensasi terdapat sistem insentif yang menghubungkan kompensasi dengan kinerja. Oleh karena itu kompensasi guru adalah Imbalan yang diterima guru baik moneter maupun non moneter, sebagaimana yang ditentukan dalam undang-undang nomor 3 tahun 2003 tentang tunjangan tenaga kependidikan dan undang-undang 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Dan variabel-variabelnya antara lain : Imbalan uang, fringe benefit, penghargaan sosial, penghargaan tugas pribadi dan simbol status.

Kepuasan Kerja guru adalah ”seperangkat perasaan pegawai tentang menyenangkan atau tidaknya pekerjaan mereka dan umumnya berhubungan dengan sikap terhadap pekerjaan (Agus Dharma dalam Keith Davis, 1985:108)

Dalam bidang pendidikan. Hoy dan Miskel (2001:303) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai “ penyertaan sikap saat ini atau masa lalu yang dihasilkan ketika


(29)

perasaan senang atau tidak senang, puas atau tidak puas yang direpresentasikan dalam bentuk sikap dan perbuatan pendidik dalam menjalankan tugasnya”

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, kepuasan kerja merupakan tangapan guru terhadap imbalan jasa atas kontribusi yang mereka berikan kepada organisasi sekolah. Atau dapat diartikan sebagai kondisi fisik dan psikis guru sehingga ia memberikan pernyataan sikap setelah melakukan penilaian atas pekerjaan yang dilakukan dan membandingkan dengan apa yang mereka peroleh dari pekerjaan itu. Karena luasnya aspek kepuasan kerja, maka dalam hal ini kepuasan kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah orang mengharapkan bahwa faktor tertentu memberi kepuasan apabila tersedia dan menimbulkan ketidakpuasan apabila tidak ada ketidakpuasan dihubungkan dengan kondisi sekitar pekerjaan (seperti kondisi kerja, pengupahan, keamanan, kualitas pengawasan dan hubungan dengan orang lain), dan bukan dengan pekerjaan itu sendiri. Pengukuran atas kepuasan para guru terhadap imbalan yang mereka terima didasarkan pada indikator : kelayakan, keadilan internal, keadilan eksternal, kesesuaian bayaran dengan jabatan, kesesuaian dengan kinerja, peninjauan gaji, perhatian atasan dan karakteristik guru.

J. Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini dilakukan pengumpulan data dari sejumlah populasi, yaitu sejumlah guru di MTs. Swasta KKM Jatisari Karawang antara lain berjumlah 148 Guru. Jumlah tersebut diseleksi menjadi sampel dengan menggunakan rumus :

S = λ2.N.P (1-P) (Isaac dan Michael Sugiyono, 2003:98) d2(N-1)+ λ2.P (1-P)


(30)

Sejumlah populasi tersebut dipilih dan dijadikan sampel dengan prinsip mereka yang karakteristiknya sama antara lain : yang berpendidikan S1, Jumlah jam mengajarnya lebih dari 18 jam, mengajar lebih dari 3 tahun, yang belum disertifikasi dan mereka guru yang bukan PNS. Berdasarkan identifikasi populasi tersebut maka terpilih 107 sampel guru-guru.


(31)

(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metoda Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi pokok adalah untuk mengukur sejauhmana variabel indefenden berkontribusi terhadap variabel defenden. Dengan menggunakan pendekatan survey. Menurut Kerlinger (2000:660) yang dimaksud penelitian survey adalah penkajian populasi yang besar maupun yang kecil dengan mengkaji dan menseleksi sampel yang dipilih dari populasi itu untuk menemukan insidensi, distribusi dan interelasi relatif dari variabel sosiologi dan psikologi”. Penelitian survey pada umumnya dilakukan untuk melakukan suatu generalisasi dari pengamatan yang tidak mendalam. Singarimbun dan Effendi (1995:3) mengatakan bahwa penelitian survey adalah “penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dengan menggunakan quesioner sebagai alat mengumpulkan data.

Penelitian ini berupaya mencari hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya yaitu antara variabel Kompensasi Guru (X1), Kepuasan Kerja

(X2) dengan Kinerja Mengajar (Y). Oleh karena itu jenis penelitian ini

memerlukan tingkat explanasi dan termasuk pada jenis penelitian Asosiatif yaitu penelitian untuk mencari hubungan antar variabel (Sugiono, 2003: 11). Selain itu penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, karena data-datanya menggunakan data kuantitatif yaitu data menggunakan angka atau data kualitatif yang diangkakan (Sugiono, 200 :14).

Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menuntut ketelitian ketekunan dan sikap kritis dalam menyaring data yaitu populasi dan sampel dari sisi


(33)

homoginitas volume dan sebarannya berupa angka-angka Y karena data hasil penelitian ini berupa angka-angka yang harus diolah secara statistik, maka antar variabel yang diajukan objek penelitian harus jelas pertautannya (Korelasi), sehingga dapat ditentukan pendekatan statistik yang akan digunakan sebagai pngolah data yang pada gilirannnya merupakan hasil analisis yang dapat dipercaya (Reabilitas dan Validitas) dengan demkian mudah untuk generealisasi sehingga rekomendasi yang dihasilkan dapat dijadikan rujukan.

Suria Sumantri dalam Sugiono (2005:16,17) menjelaskan bahwa penelitian kuantitatif didasarkan pada paradigma positivisme yang didasarkan pada asumsi-asumsi positif sebagai berikut :

1. Obyek/fenomena dapat diklasifikasi menurut sipat, jenis, struktur, bentuk, warna dan sebagainya. Berdasarkan asumsi ini maka peneliti dapat memilih variabel tertentu sebagai obyek penelitian.

2. Determinisme (hubungan sebab akibat), asumsi ini menyatakan bahwa setiap gejala ada penyebabnya, seperti orang malas bekerja tentu ada penyebabnya. Berdasarkan asumsi pertama dan kedua, maka penelitian ini dapat memilih variabel yang diteliti dan menghubungkan variabel satu dengan yang lainnya.

3. Suatu gejala tidak akan mengalami suatu perubahan dalam waktu tertentu, kalau gejala yang diteliti itu berubah terus maka akan sulit untuk dipelajari.

B. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini terdiri dari 3 (tiga) variabel yaitu 2 (dua) variabel bebas dan 1 (satu) variabel terikat, variabel bebas tersebut adalah “Kompensasi


(34)

(X1) dan “kepuasan kerja” (X2) dan variabel terikat yaitu “ kinerja mengajar

guru” (Y).

Dengan desain korelasional dari penelitian ini, maka akan dapat diketahui pengaruh atau kontribusi variabel (X1) dan (X2) terhadap variabel Y yang akan

diteliti. Nawawi (1993:75) menyatakan bahwa penelitian korelasional bertujuan mengungkapkan bentuk korelasi antar variabel yang akan diteliti, intensitas pengaruh / kontribusi tersebut diukur dengan menyatakan koefesien korelasinya. Sebelum diwujudkan dalam bentuk kuantitatif, terlebih dahulu setiap variabel dioperasionalkan agar jelas kedudukannya, antara lain “

1. Kompensasi Guru

Meminjam pendapat Castetter (1996:459) bahwa kompensasi diartikan sebagai pengalokasian sumber-sumber untuk gaji, upah, keuntungan dan imbalan yang dimaksudkan untuk menarik dan mempertahankan kemampuan staf di sekolah. Oleh karena itu yang dimaksud kompensasi guru dalam penelitian ini adalah imbalan moneter dan non moneter yang diterima guru sebagai balas jasa atas kontribusi mereka terhadap sekolah menurut jangka waktu tertentu sesuai dengan ketentuan. Pengukuran kompensasi ini berdasarkan indikator imbalan uang, fringe benefits, penghargaan sosial, penghargaan tugas dan simbol status.

Penjelasan variabel kompensasi ini beserta indikatornya dapat dilihat pada tabel berikut :

Variabel Sub Variabel Indikator

(1) (2) (3)

Kompensasi Guru (X1)

- Imbalan Uang - Gaji Pokok

- Tunjangan Fungsional


(35)

(1) (2) (3)

- Fringe Benefit

- Penghargaan Sosial

- Penghargaan Tugas Pribadi

- Simbol Status

- Tunjangan Kesejahteraan - Tunjangan Keluarga - Tunjangan Beras - Tunjanga Hari Raya

- Biaya untuk mengikuti pelatihan - Bayaran karena tugas tertentu - Asuransi Kesehatan (Askes) - Asuransi Pensiun (taspen) - Isturahat Kerja

- Pinjaman Lunak

- Rumah Dinas/Tunjangan perumahan

- Karyawisata

- Bagi hasil keuntungan usaha sekolah

- Pakaian Seragam - Salam Hangat - Pujian

- Ucapan Selamat

- Undangan makan/minum makan siang

- Pertemuan sosial setelah jam kerja

- Pekerjaan yang menarik - Penyelesaian tugas - Berprestasi

- Promosi

- Variasi KTugas - Umpan Balik kinerja - Menjalankan tugas tertentu - Kesempatan menyusun jadwal

kerja sendiri

- Keikutsertaan dalam usaha organisasi/sekolah

- Memilih lokasi geografis - Otonomi dalam Tugas - Tanggungjawab lebih

- Ukuran dan lokasi ruang kerja - Jendela/penerangan ruang kerja - Penerangan/Pencahayaan - Lantai ruang kerja


(36)

(1) (2) (3)

- Tirai/Gorden Ruang Kerja - Pengecatan Ruang Kerja - Jam diruang kerja - Hiasan Dinding - Meja dan Kursi kerja - Gangguan/Gaduh

2. Kepuasan Kerja

Telah dijelaskan bahwa kepuasan kerja adalah pernyataan sikap pegawai tentang organisasi dan pekerjaan yang mereka lakukan dan apa yang mereka terima dari organisasi dan pekerjaan itu. Karena luasnya aspek kepuasan kerja, maka dalam hal ini kepuasan kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pernyataan sikap guru tentang imbalan/kompensasi yang mereka terima sebagai imbalan jasa atas kontribusi yang mereka berikan ke sekolah. Pengukuran atas kepuasan para guru terhadap imbalan yang mereka terima didasarkan pada indikator : kelayakan, kesesuaian bayaran dengan jabatan, kesesuaian dengan kinerja, peninjauan gaji, perhatian atasan dan karakteristik guru.

Penjelasan variabel kepuasan kerja ini beserta indikatornya dapat dilihat pada tabel berikut :

Variabel Sub Variabel Indikator

(1) (2) (3)

Kepuasan Kerja (X1)

- Kelayakan

- Keadilan internal

- Harga Barang - Profesi

- Dengan sesama pekerja - Terhadap atasan


(37)

(1) (2) (3) Kepuasan

Kerja (X1)

- Kesesuaian bayaran aktual - Keadilan Eksternal

- Kesesuaian dengan Jabatan

- Kesesuaian dengan kinerja

- Peninjauan gaji

- Perhatian

- Karakteristik Guru

- Harapan pekerja - Peraturan

- Karyawan pada organisasi lain yang setingkat

- Karyawan pada organisasi lain di daerah lain yang setingkat

- Tugas sebagai guru

- Tugas-tugas lain disekolah - Beban Kerja

- Prestasi - Kenaikan Gaji - Tunjangan-tunjangan - Kepentingan guru - Keluhan Guru - Pendidikan - Usia

- Jenis kelamin - Pengalaman Kerja

- Latar Belakang sosial ekonomi

3. Kinerja Mengajar

Kinerja mengajar guru diartikan sebagai penampilan kerja yang ditunjukan atau hasil yang dicapai oleh guru selama periode waktu tertentu dalam melaksanakan tugas pembelajaran berdasarkan persyaratan dan ketentuan pekerjaan seperti apa yang dimaksud dalam Peraturan Menteri No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses .

Penjelasan variabel kinerja mengajar ini beserta indikatornya dapat dilihat pada tabel berikut :


(38)

Variabel Sub Variabel Indikator

(1) (2) (3)

Kinerja mengajar Guru

a. Penguasaan bahan Pelajaran

b. Pengelolaan proses

pembelajaran

c. Pengelolaan kelas

d. Pengunaan media

e. Pelaksanaan BP

f. Administrasi kelas

g. Penafsiran hasil penelitian untuk pembelajaran

h. Ekstar kurikuler

i. Pengembagan profesi

- Mengkaji materi mata pelajaran yang diajarkan

- Mempelajari bahan yang relevan

- Menyusun program pembelajaran - Kesesuaian waktu

- Ketercapaian target kurikulum - Metode pembelajaran

- Evaluasi pembelajaran - Pengajaran remedial - pengayaan

- pengaturan tempat duduk - pajangan

- memotivasi siswa - penanganan keributan

- Alat peraga - Media pelajaran - Sumber

- Menyusun program BP - Melaksanakan Program BP - Kerjasama dengan pihak lain - Bimbingan khusus

- Absensi - Tata tertib - Daftar nilai siswa - Inventaris kelas - Kearsipan kelas

- Pencatatan peristiwa penting - Pelaporan

- Membaca hasil-hasil penelitian - Menafsirkan hasil penelitian

- Menyusun program ekstrakurikuler

- Melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler

- Kerjasama

- Pendidikan dan pelatihan dalam jabatan

- Pertemuan ilmiah - Kelompok kerja


(39)

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : Obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan si peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya sekedar orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain (Sugiono, 2008:117). Sudjana (1992:161) merumuskan populasi sebagai totalitas nilai yang mungkin, hasil menghitung atau pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif dari pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan obyek yang lengkap dan jelas.

Terkait dengan penelitian ini, maka populasi yang dimaksud adalah seluruh Guru MTs Swasta yang tergabung dalam Kelompok Kerja Madrasah (KKM) MTs Jatisari Kabupaten Karawang, terdiri dari 7 MTs Swasta. Dengan segala karakteristik yang dimilikinya, meliputi usia, pendidikan, jenis kelamin, pengalamana kerja, kemampuan kerja, kompensasi, kepuasan kerja, sikap, motivasi kerja dan lain-lain. Maka sebagian karakteristik yang digunakan untuk populasi penelitian ini adalah Kompensasi guru, Kepuasan Guru dan kinerja guru. Adapun Guru Madrasah Tsnawiyah pada Kelompok Kerja Madrasah (KKM) MTs. Jatisari Kabupaten Karawang tahun 2009 berjumlah 148 guru.

TABEL 1

JUMLAH GURU PADA KELOMPOK KERJA MADRASAH (KKM) MTS JATISARI KABUPATEN KARAWANG

TAHUN 2009

No Nama Madrasah Alamat Jumlah Guru 1 MTs. Al-Ahliyah Cikampek 36 2 MTs. Al-falah Kota Baru 18 3 MTs. Al-Midad Banyusari 17


(40)

4 MTs. Al-hidayatul

Islamiyah Jatisari 26

5 MTs. Al-Hasan Purwasari 23 6 MTs 12 Rabiul Awal Purwasari 13 7 MTs Nihayatul Amal Tamelang 15

Jumah 148

2. Sampel

Penetapan ukuran sampel penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik penarikan sampel yang dikembangkan Isaac dan Michael (Sugiyono, 2003:98 dan Sukardi, 2003:55) dengan formula empiris dengan rumus:

S = λ2.N.P (1-P) (Isaac dan Michael Sugiyono, 2003:98) d2(N-1)+ λ2.P (1-P)

S = Jumlah Sampel

N = Jumlah Populasi Akses

P = Proposi populasi sebagi dasar asumsi pembuatan tabel, harga ini diambil P = 0,50

d = derajat ketepatan yang direfleksikan oleh kesalahan yang dapat ditoleransi dalam fluktuasi proporsi

sampai P,d umumnya diambil 0,05 λ2

= nilai tabel Chisquare untuk satu derajat kebebasan relatif

level konfident yang diinginkan λ2 = 3,841 tingkat kepercayaan 0,95

S = 3,841.148.0,5(1 - 0,5) 0,052 (148 – 1) + 3,841.0,5 ( 1 - 0,5)

= 142.117 = 142.117 = 107.03 0.3675 + 0,96025 1.32775

S = 107,03 S = 107


(41)

Dari hasil pencarian dengan rumus di atas maka diperoleh sampel sebanyak 107 orang. Selanjutnya menggunakan teknik Probability Sampling dengan sampel random dan penarikan sampel secara acak tanpa memperhatikan strata dalam populasi. Setelah jumlah sampel diketahui, maka untuk mencari keakuratan data, maka sampel diidentifikasi berdasarkan karakteristiknya, antara lain dipilih sampel :

1. Semua yang berpendidikan sarjana (S1) 2. Guru yang mengajar lebih dari tiga tahun. 3. Guru yang bukan PNS

4. Guru yang mengajar lebih dari 18 Jam di sekolah bersangkutan 5. Belum disertifikasi.

Untuk menentukan sampel per sekolah menggunakan formula hasil perolehan sampel dibagi populasi dikalikan 100 dengan perolehan persentase setiap sekolah adalah 72 % maka jumlah populasi per sekolah dikalikan 72 %, untuk lebih jelas hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2

Jumlah Sampel Menurut Sekolah MTs. Swasta KKM Jatisari Tahun 2009

No Nama Madrasah

Jumlah Sampel Pddk semua Masa Kerja

Status Mengajar Serti-fikasi

1 MTs. Al-Ahliyah 26 S1 3 th + Non PNS 18 Jam + Belum

2 MTs. Al-falah 13 S1 3 th + Non PNS 18 Jam + Belum

3 MTs. Al-Midad 12 S1 3 th + Non PNS 18 Jam + Belum

4 MTs. Al-hidayatul

Islamiyah 19

S1 3 th + Non PNS 18 Jam + Belum

5 MTs. Al-Hasan 17 S1 3 th + Non PNS 18 Jam + Belum

6 MTs 12 Rabiul Awal 9 S1 3 th + Non PNS 18 Jam + Belum

7 MTs Nihayatul Amal 11 S1 3 th + Non PNS 18 Jam + Belum 107


(42)

D. Teknik Pengumpulan Data 1. Penyusunan Instrumen

Teknik pengumpul data dalam penelitian ini ialah teknik angket. Karena dalam penelitian ini diperlukan data tentang “Kompensasi Guru“, Kepuasan Kerja” dan “Kinerja Mengajar”. Maka angket dibuat dalam tiga bagian. Angket pertama dibuat untuk mengumpulkan data tentang Kompensasi Guru. Angket kedua dibuat untuk mengumpulkan data Kepuasan Kerja. Sedangkan angket ketiga dibuat untuk mengumpulkan data tentang kinerja mengajar guru.

Responden diharapkan menjawab pertanyaan atau pernyataan yang diajukan dalam angket sesuai dengan keadaan yang dirasakan, alat yang dikembangkan mengacu pada teori yang mendasarinya, dari teori kemudian disusun kisi-kisi yang selanjutnya dijabarkan kedalam item pernyataan atau pertanyaan, adapun kisi-kisi yang dikembangkan seperti disajikan dalam tabel .

Dengan mempertimbangkan kepraktisan dan efisiensi dalam pelaksanaan pengumpulan data di lapangan, ketiga angket tersebut digabung menjadi satu paket yang terdiri dari sejumlah butir-butir pertanyaan :

1. Angket pertama diajukan untuk mengetahui tentang kompensasi yang dialami oleh guru dibuat dalam bentuk cek list menggunakan skala likert dengan opsi “selalu”, “sering”, “kadang-kadang” “jarang” dan “tidak pernah” untuk keperluan analisis data secara kuantitatif, maka jawaban terhadap “pernyataan-pernyataan” diberi skor sebagai berikut :

a) Jawaban “selalu” diberi nilai 5 b) Jawaban “sering” diberi skor 4


(43)

d) Jawaban “jarang” diberi skor 2 e) Jawaban “tidak pernah” diberi skor 1

2. Untuk memperoleh data tentang kepuasan kerja diberikan opsi dengan kata-kata “selalu, sering, kadang-kadang, jarang dan tidak pernah”. Untuk keperluan analisis data secara kuantitatif, maka jawaban terhadap “pernyataan-pernyataan diberi skor sebagai berikut”:

a Jawaban “selalu” diberi skor 5 b Jawaban “sering” diberi skor 4

c Jawaban “kadang-kadang” diberi skor 3 d Jawaban “jarang” diberi skor 2

e Jawaban “tidak pernah” diberi skor 1

3. Untuk memperoleh data tingkat kinerja mengajar guru, diberikan opsi dengan kata-kata, yaitu “selalu”, “sering”, “kadang-kadang”, “jarang”, “tidak pernah” a Jawaban “selalu” diberi skor 5

b Jawaban “sering” diberi skor 4

c Jawaban “kadang-kadang” diberi skor 3 d Jawaban “jarang” diberi skor 2

e Jawaban “tidak pernah” diberi skor 1

2. Uji Coba Instrumen

Sebelum dilaksanakan penelitian sesungguhnya, terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen penelitian. Uji coba instrumen tersebut bertujuan untuk mengetahui kualitas instrumen yang meliputi sekurang-kurangnya “validitas” dan “realibilitas” Instrumen (Arikunto, 2003 :219) selain itu, uji coba instrumen juga penting untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan responden untuk


(44)

menjawab seluruh pertanyaan dalam instrumen dan untuk mengetahui apakah masih ada hasil yang perlu dipersiapkan untuk melaksanakan penelitian yang sebenarnya di lapanagan (Arikunto, 2003:223)

Uji coba instrumen dalam penelitian ini dilaksanakan di tiga MTs. pada Kelompok Kerja (KKM) Jatisari Kab. Karawang dilakukan terhadap 15 (lima belas) responden yang dipilih secara acak. Uji coba instrumen itu diterapkan dengan pertimbangan bahwa 15 orang guru tersebut memiliki karakteristik yang relatif sama dengan subjek penelitian yang sesungguhnya dalam permasalahan yang dihadapi guru dalam menjalankan tugas sesuai dengan waktu yang disediakan.

a. Validitas Instrument

Pengujian validasi instrumen dengan menguji validitas konstruksi (construct validity), maka dapat menggunakan pendapat ahli (Judgment experts). Setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berdasarkan teori tertentu, maka selanjutnya dikonstruksikan dengan para ahli dengan cara dimintai pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun itu. Hal itu sependapat dengan Sugiono, dalam Riduwan (2004:109), mengatakan bahwa “setelah pengujian konstruk selesai dari para ahli, maka diteruskan uji coba instrumen. Instrumen yang telah disetujui para ahli tersebut diujicobakan pada sampel dari mana populasi diambil. Setelah data didapat dan ditabulasikan, maka pengujian validasi konstruksi dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antara skor item instrumen.

Berkaitan dengan pengujian validasi instrumen, Arikunto, dalam Riduwan (2004:109) menjelaskan bahwa validasi adalah suatu ukuran yang menunjukan


(45)

tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur, alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validasi rendah. Untuk mencari validasi alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah setiap skor butir. Dengan rumus Pearson Product Moment adalah :

r

xy = n ΣXY – (ΣX)( Σ Y)

(n.Σ X2 – (ΣX) )2 (n.Σ Y2 – (ΣY)2)

Keterangan :

r

xy : Besarnya Koefisien Korelasi

n : Jumah Responden

Σ X1 : Jumlah skor dalam sebaran X

Σ Y : Jumlah skor dalam sebaran Y

Selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus : t hitung = r

n-2

1 – r

2 Dimana :

t = Nilai t hitung

r = Koefesien Korelasi hasil r hitung


(46)

Distribusi (tabel t) untuk ∞ = 0,05 dan derajat keabsahan (dk = n-2) Kaidah Keputusan :

Jika t hitung > t tabel berarti valid, dan sebaliknya

Jika t hitung < t tabel berarti tidak valid

Jika instrumen itu valid, maka dapat dilihat pada kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya ( r ) sebagai berikut :

Antara 0,800 sampai dengan 1.000, sangat tinggi Antara 0,600 sampai dengan 0,799, tinggi

Antara 0,400 sampai dengan 0,599, cukup tinggi Antara 0,200 sampai dengan 0,399, rendah

Antara 0,000 sampai dengan 0,199, sangat rendah (tidak valid) (Riduan, 2004:110)

Setelah dilakukan analisis butir dengan rumus dan langkah-langkah di atas maka dari item-item ketiga variabel yang divalidasi sebanyak 112, maka terdapat 53 item yang tidak valid dan 59 valid, yang tidak valid dihilangkan ( tidak dipakai karena masih ada item lain yang mewakili indikator) untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut :

TABEL 3

KETERANGAN VALIDITAS DAN REALIBILITAS INSTRUMEN DATA UJI COBA DAN PENELITIAN

Variabel Item untuk uji coba Item tidak valid

Item untuk data Penelitian

KompensasiGuru 37 21 16

Kepuasan Kerja 30 14 16

Kinerja Mengajar Guru 45 5 27


(47)

b. Reliabilitas Instrumen

Dalam pengujian instrumen, penulis mengikuti contoh perhitungan yang diungkap dalam buku Riduwan (2004:116), antara lain Variabel Kompensasi (X1),

Variabel Kepuasan Kerja (X2), dan Varibel Kinerja Mengajar Guru (Y), jumlah

responden 15 orang, dengan jumlah pertanyaan 16 item Kompensasi, 15 Item Kepuasan Kerja dan 27 untuk Kinerja Mengajar Guru. Jumlah item tersebut diambil dari instrumen yang telah dilakukan Validasi di atas.

Langkah pertama, menghitung total skor hasil angket setiap variabel, (X1)

(X1) dan (Y) (hasil perhitungan terlampir).

Langkah kedua Menghitung Korelasi r Product Moment dengan rumus :

r

b = n ΣXY – (ΣX)( Σ Y)

(n.Σ X2 – (ΣX) )2 (n.Σ Y2 – (ΣY)2)

Keterangan :

r

b : Besarnya koofesien Korelasi internal seluruh item

n : Jumah Responden

Σ X : Jumlah skor dalam sebaran X Σ Y : Jumlah skor dalam sebaran Y

Langkah ketiga, menghitung realibilitas seluruh tes dengan rumus

Spearman Brown, Dengan rumus :

r

11 = 2rb (Riduan, 2004:115))


(48)

Keterangan :

r 11

= Reabilitas Instrumen

r

b

= Korelasi pearson product moment

(Perhitungan terlampir)

Langkah ke empat, mencari r tabel diketahui signifikasi pada

masing-masing jumlah item setiap variabel. Untuk Varibel Kompensasi (X1) dan

Kepuasan Kerja (X2), masing-masing jumlah item 16, maka dk = 16 – 2 = 14,

diperoleh r tabel = 0,53, Variabel jumlah item maka setiap hasil korelasi,

dibandingkan dengan r tabel tersebut. Untuk varibel Y tentang Kinerja mengajar

jumlah itemnya 27, maka dk 27-2 = 25, diperoleh r tabel = 0,396.

Langkah lima membuat keputusan membandingkan r11 dengan rtabel, dan

kaidah keputusannya, jika r 11 > r tabel berarti realibel dan jika r 11 < r tabel berarti

tidak Realibel.

Berdasrkan perbandingan tersebut, maka ditemukan bahwa instrumen yang telah divalidasi di atas sebanyak 59 item dari ketiga variabel, ditemukan semuanya ada dalam kategori Realibel (perhitungan terlampir).

E. Prosedur Pengolahan Data Penelitian 1. Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan setelah seluruh data terkumpul atau sumber data lain terkumpul, kegiatan dalam anlisis data ini adalah : mengelompokan data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.


(49)

Dalam penelitian kuantitatif ini statistik yang digunakan adalah statistik deskriftif, yaitu statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul bagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Dan yang termasuk statistik deskripsi antara lain : penyajian data melalui tabel, grafik, diagram, pictogram., perhitungan modus, median, mean, perhitungan persentasi dan sebagainya.

Dalam statistik deskriptif dilakukan untuk mencari kuatnya hubungan antar variabel melalui analisis korelasi, melakukan prediksi dengan analisis regresi dan membuat perbandingan dengan membandingkan rata-rata data sampel atau populasi. Paling tidak dengan perhitungan statistik tersebut dapat diungkap dengan tepat kecenderungan responden dalam menjawab angket, yang nantinya dapat dikonsultasikan dengan keadaan di lapangan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi sebagai bahan perbandingan. Adapun tahapannya sebagai berikut :

a. Seleksi Data

Seleksi data merupakan aktivitas untuk memilih data yang telah terkumpul untuk diolah lebih lanjut. Dalam seleksi data diungkap bagaimana data yang disebar lengkap atau tidak, hasil isian angket sudah sesuai dengan harapan atau belum. Dari hasil seleksi data dapat disimpulkan bahwa sebagian besar angket telah memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan dan dapat diolah lebih lanjut sesuai dengan ketentuan.

Seleksi data dilakukan untuk mengecek sejauhmana data yang telah disebar dapat terjawab responden, apakah jawabanya sudah sesuai dengan


(50)

harapan, apakah angket yang disebar telah sesuai dengan ketentuan untuk bisa diolah ketahap berikutnya dan seterusnya yang bermuara pada keberadaan angket setelah diisi responden. Berikut ini adalah tabel tentang sejauhmana sebaran angket dapat kembali dan dikumpulkan, dan bisa berlanjut pada tahapan selanjutnya.

Tabel 4 Hasil Seleksi Data

Variabel Penelitian Sumber Data

Jumlah Angket

Disebar Kembali Tidak Diolah Diolah

Kompensasi (X1) Guru 107 107 - √

Kepuasan Kerja (X2) Guru 107 107 - √

Kinerja Mengajar (Y) Guru 107 107 - √

b. Tabulasi Data

Kegiatan ini merupakan pemberian skor pada setiap alternatif jawaban yang diberikan responden sesuai dengan bobot yang telah ditetapkan (Akdon, 2005: 148) Setiap pernyataan dalam tiga variabel memiliki 5 kriteria jawaban dengan memberikan skor, mulai dari 1,2,3,4 dan 5 (skala ordinal yang sudah dibakukan dengan perhitungan Z score sehingga menjadi skala Interval) dengan

ketentuan untuk pernyataan yang dihitung dengan hasil perhitungan Deskriptif. c. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif yaitu analisis yang menggambarkan suatu data yang akan dibuat baik sendiri maupun secara kelompok. Tujuan analisis deskripsi ini adalah untuk membuat gambaran secara sistematis data yang faktual dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antara fenomena yang diselidiki atau yang diteliti (Akdon 2005:27).


(51)

Dalam penyajian ini akan dibahas mengenai pengukuran tendensi sentral (pengukuran gejala pusat misalnya Mean, Mode, dan Median) dan pengukuran penyimpangan (Range, Standard Deviation Baku, dan Varianve), juga dibahas tentang grafik dan diagram. Perhitungan ini digunakan untuk menjaring data yang menunjukan pusat atau pertengahan dari gugusan data yang menyebar. Nilai teratas dari kelompok data itu diperkirakan dapat mewakili seluruh nilai data yang ada dalam kelompok tersebut.

Untuk mengetahui makna dari data yang berhasil dikumpulkan, dilakukan analisis data. Adapun langkah-langkah yang ditempuh antara lain :

1. Menyeleksi data agar dapat diolah lebih lanjut, yaitu dengan memeriksa jawaban responden sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.

2. Menentukan bobot nilai untuk setiap kemungkinan jawaban pada setiap item variabel penelitian dengan menggunakan skala penilaian yang telah ditentukan, kemudian ditentukan skornya.

3. Menghitung persentase skor rata-rata dari setiap variabel X1, X2, dan Y. Hal

ini dilakukan untuk mengetahui kecenderungan umum jawaban responden terhadap setiap variabel penelitian dengan formula :

P = ∑X

Xid (Sugiono, 2003:204)

Keterangan :

P : adalah Persentase skor rata-rata yang dicari

∑X : adalah jumlah skor hasil penelitian Xid : skor ideal setiap variabel


(52)

Setelah hasilnya diperoleh, kemudian dikonsultasikan dengan kriteria yang ditetapkan :

90 - 100 % = Sangat Baik

80 - 89 % = Baik

70 - 79 % = Cukup Baik

60 - 69 % = Rendah

50 - 59 % = Rendah Sekali 49 Kebawah = Sangat rendah sekali

4. Uji persyaratan analisis

a. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang dihubungkan berdistribusi normal, dengan menggunakan Kolmogorov

Smirnov Test, dengan bantuan SPSS 14 For Windows.

Hasil Uji Normalitas Data

No Variabel Dhitung Dtabel

(∞=0,05)

Kesimpulan

1 Kinerja Mengajar Guru (Y) 0,082 0,108 Normal 2 Kompensasi (X1) 0,011 0,108 Normal

3 Kepuasan Kerja 0,019 0,108 Normal

b. Uji linieritas, dimaksudkan untuk menentukan kelinearan antara variabel yang dihubungkan. Kriteria pengujiannya, jika F hitung ≤ F tabel maka variabel yang dihubungkan berpola linier. (Riduwan,

2006:202).

Hasil Uji Normalitas Data

No Variabel Fhitung Ftabel

(∞=0,05)

Kesimpulan

1 X1 atas Y 3,084 3,901 Linier


(53)

5. Uji Regresi Linier

Uji regresi digunakan untuk mencari hubungan fungsional (kausalitas) antara variabel. Uji ini menggunakan regresi linier sederhana dan regresi linier ganda.

a. Uji regresi linier sederhana, digunakan untuk memprediksi variabel kinerja mengajar guru berdasarkan variabel kompensasi guru, memprediksi varibel kinerja mengajar guru berdasarkan variabel kepuasan kerja dan variabel kepuasan kerja berdasarkan kompensasi guru. Persamaan yang digunakan Ỹ = a + b X. dan menguji

signifikasinya dengan rumus :

Fhitunga = JKreg (b/a)

RJKres

dan kriterian pengujian F hitung ≥ F tabel maka signifikan.

b. Uji linier ganda digunakan untuk mengetahui pola hubungan fungsional antara variabel kompensasi guru dan kepuasan kerja bersama-sama terhadap variabel kinerja mengajar guru. Dan persamaan yang digunakan :

c. Ỹ = a + b1 X1 + b2 X2

Keterangan :

= (baca Y Topi), subjek variabel terikat yang diproyeksikan

X = variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu untuk diprediksikan


(54)

a = nilai konstanta harga Y jika X = 0

b = Nilai arah sebagai penentu prediksi yang menunjukan nilai peningkatan (+) atau nilai penurunan (-) variabel Y.

Menguji signifikasinya dengan rumus : F hitung = R2 (n – m – 1)

m (1-R2)

dan kriteria pengujian F hitung ≥ F tabel, maka signifikan. 6. Menguji Hipotesis Penelitian

Pengujian hipotesis akan menggunakan analisis regresi sederhana dan regresi ganda. Pengujian menggunakan program SPSS versi 11. semua pengujian dilakukan pada tarap nyata 0,05. pengujian dilakukan sebagai berikut :

a. Analisis Regresi Sederhana

Hasil perhitungan ini dimaksudkan untuk mengetahui :

1) Besarnya kontribusi variabel kompensasi guru (X1) terhadap

kinerja mengajar (Y);

2) Besarnya kontribusi variabel kepuasan kerja guru (X1) terhadap

kinerja mengajar (Y)

3) Besarnya kontribusi varibel kompensasi guru (X1) terhadap

variebel kepuasan kerja guru (X2)

b. Analisis Regresi Ganda

Analisis regresi ganda dilakukan untuk mengetahui besarnya kontribusi variabel kompensasi guru dan kepuasan kerja secara bersama-sama terhadap kinerja mengajar guru. Untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan variabel X1 dan X2 digunakan rumus : KP =


(55)

R 2 X 100 % (Riduwan, 2003:243). Dan interpretasi terhadap kuatnya hubungan antar variabel, digunakan pedoman yang dikemukakan Sugiono (2003:214) sebagai berikut :

0,00 – 0,199 = Sangat Rendah 0,20 – 0,399 = Rendah

0,40 – 0,599 = Sedang 0,60 – 0,799 = Kuat

0,80 – 1,000 = Sangat Kuat

Dari proses pengolahan data tersebut, maka dapat dicari konklusi statistiknya dan akhirnya dapat ditemukan kesimpulan dari pertanyaan penelitian yang telah ditentukan.


(56)

(57)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Ada beberapa hal yang menjadi pokok penelitian ini, antara lain terkait dengan kegiatan mencari tahu bagaimana kompensasi, kepuasan kerja dan kinerja mengajar menjadi satu kesatuan yang saling berkorelasi. Hasil penelitian ini ditujukan kepada sekolah yang tergabung dalam Kelompok Kerja Madrasah (KKM) Madrasah Tsanawiyah (MTs) Jatisari Karawang, sehingga hasilnya dapat memberikan alternatif dalam merekontruksi kualitas madrasah.

Setelah dilakukan pengkajian, analisis serta pendalaman teori tentang kompensasi, kepuasan kerja dan kinerja mengajar guru, maka diperoleh kesimpulan bahwa :

1. Gambaran empirik kinerja guru-guru MTs. swasta yang tergabung dalam Kelompok Kerja MTs Jatisari Kab. Karawang ada dalam kategori kuat dan baik, hal ini dilihat dari skor total jawaban responden yang berada pada interval baik (kuat), dengan perolehan skor 67,44 %.

2. Gambaran empirik kompensasi guru-guru MTs. swasta yang tergabung dalam Kelompok Kerja MTs Jatisari Kab. Karawang ada pada kategori “Cukup” hal ini dilihat dari skor total jawaban responden yang berada pada interval sedang (48,98 %)

3. Gambaran empirik kepuasan kerja guru-guru MTs. swasta yang tergabung dalam Kelompok Kerja MTs Jatisari Kab. Karawang ada pada kategori

Cukup, hal ini dilihat dari skor total jawaban responden yang berada pada

interval cukup (51,81 %).


(1)

142

B. Rekomendasi

Untuk terealisasinya semua harapan pemerintah dan masyarakat, maka sekecil apapun yang mempengaruhi terhadap kinerja guru harus menjadi perhatian, dan kompensasi guru harus menjadi perhatian semua sekolah, baik sekolah swasta, maupun sekolah negeri. Oleh karena itu terkait dengan hasil penelitian tentang sejauhmana kompensasi dan kepuasan kerja mempunyai kontribusi terhadap kinerja mengajar guru di Madrasah Tsanawiyah Swasta yang tergabung dalam Kelompok Kerja Madrasah (KKM) Jatisari Kabupaten Karawang, maka ada beberapa hal yang dapat direkomendasikan dalam upaya meningkatkan kinerja mengajar guru sebagai basis meningkatnya kualitas pendidikan, antara lain :

1. Hasil penelitian menunjukan bahwa kinerja guru Tsanawiyah, walaupun sudah mencapai tingkatan baik, tetapi masih harus terus ditingkatkan seiring dengan tuntutan sekolah yang berciri khas agama Islam dan daya saing gobal yang semakin kompleks, maka direkomendasikan bahwa agar kompensasi guru dan kepuasan kerjanya terpenuhi maksimal, kinerja profesional guru harus terus ditingkatkan, terutama kaitannya dengan kinerja dalam pembelajaran. Dan sebagai berdampak dari kinerja yang profesional tadi akan muncul kompensasi dari masyarakat sekitar ataupun pemerintah sebagai bentuk timbal balik dari prestasi kinerjanya.

2. Idealnya semua guru sudah sejahtera terkait dengan perhatian pemerintah terhadap mereka, namun ternyata guru Madrasah Tsanawiyah Swasta belum maksimal tersentuh, padahal MTs. adalah sekolah yang sejajar dengan SMP, jumlahnya sangat besar, di Kabupaten Karawang saja ada 50 MTs Swasta,


(2)

143

dan itu hampir berbanding dengan jumlah SMP Negeri yang berjumlah sekitar 60 sekolah. Itu merupakan aset yang membutuhkan perhatian dari semua pihak. Keberadaan MTs Swasta sangat dekat dengan masyarakat yang umumnya mempunyai maksud peningkatan siswa dibarengi dengan pendidikan akhlak yang diajarkan di MTs. Oleh karena itu direkomendasikan kepada Pemerintah dan siapa saja yang berkepentingan untuk mulai memperhatikan keberadaan MTs – MTs swasta, antara lain meningkatkan kompensasi moneter mereka, minimal setarap dengan Pegawai Negeri Sipil. Atau mengakat mereka jadi PNS. Hal itu terkait dengan hasil angket yang paling rendah adalah bidang “Kompensasi Moneter”.

3. Hasil penelitian menunjukan bahwa kepuasan kerja guru MTs. ada pada kategori baik, tetapi skornya baru mencapai 50 %. Ini artinya masih jauh dari sempurna, oleh karena itu direkomendasikan kepada para pengelola organisasi sekolah untuk senantiasa terus meningkatkan pelayanan dan perhatiannya kepada guru, agar mendorong munculnya kepuasan kerja yang dapat berdampak pada kinerjanya.

4. Terkait indikator peninjauan gaji dalam indikator kepuasan kerja memperoleh skor terendah yaitu 44, 04 %, maka direkomendasikan kepada lembaga ataupun organisasi sekolah untuk berupaya meningkatkan kepuasan kerja guru dengan memberi mereka imbalan yang memadai agar mereka kebih puas bekerja.

5. Skor terendah pada kinerja guru adalah bidang pengelolaan kelas 56.17 % dan Pengembangan Frofesi 50,84%, maka direkomendasikan kepada guru MTs. Swasta khususnya untuk dapat meningkatkan kompetensinya bidang


(3)

144

pengelolaan kelas dan terus berupaya untuk dapat mengembangan kemampuan profesinya dengan banyak aktif pada bidang pengembangan bidang pendidikan, baik melalui pelatihan, seminar, work shop maupun mengikuti pendidikan profesi.

Demikian rekomendasi yang disampaikan sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan kinerja guru dan memberi rekomendasi kepada semua pihak yang berwenang dan berkepentingan untuk memprihatikan kompensasi dan kepuasan kerja para guru sebagai ujung tombak peningkatan mutu pendidikan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad S. Ruky, (2006), Manajemen Penggajian & Pengupahan untuk KaryawanPerusahaan, Gramedia, Jakarta.

Ahmad Ali Riyadi, (2007) Terjemaah Total Quality Mangement, Yogjakarta Irssyad,

BSNP, (2006) PP No 19 Tahun 2005, Tentang Standar Nasional Pendidikan, Jakarta, BSNP..

BSNP, (2003) UU RI No 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, 2003, Jakarta, PT SEKALA JALMAKARYA.

BSNP, (2007)Model Kurikulum KTSP MTS Dirjen Madrasah Dirpe Perdas Dep. RI

BSNP, 2006 Permen Diknas No 19 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan Pendidikan, BSNP.

BSNP, Permen RI No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Dasar dan Menengah.

BSNP, Peraturan Mentri Agama No 2 Tahun 2008 Tentang Standar Lulusan dan Standar Isi PAI dan Bahasa Arab, 2008.

BSNP, 2007, Opini Pendidikan Tentang Ujian Nasional Tahun 2007, Depdiknas 2007.

BSNP, 2006 Permen Diknas No 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses Di Sekolah dasar dan Menengah, BSNP, 2006.

Cucu Supriatna, (2005) Kontribusi Bagian Tata Usaha dan Disiplin Kerja terhadap Kinerja Pegawai Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung, Tesis Administrasi Pendidikan UPI Bandung.

Engkoswara, (1987) Dasar-Dasar Administrasi Pendidikan, Jakarta : Depdikbud, E. Mulyasa, (2008) Menjadi Guru Profesional, Rosda.

E. Mulyasa, (2008), Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Rosda. Edward Sallis, (2007) Total Qualitiy Management In Education (TQM),

Yogjakarta: Ircisud.


(5)

Emzir, (2008) Metodologi Penelitian Pendidikan, Kualitatif, Kuantitatif, Rajawali Press, Bandung

Hasmi Prawito, (1983) Terjemahan Edward E Lawler, “Sistem Imbalan

dan Pengembangan Organisasi” PT Pustaka Binaman Pressindo, Jakaarta Husen Umar, (2008) Desain Penelitian MSDM dan Perilaku Karyawan, Rajawali

Press, . Jakarta.

Jerry W. Gilley, (1985)Principles of Human Resource Development. USA: Addison Wesliy Publishing Company in University Assolietes, INC. Keith Devis, (1985) Terjemahan, Perilaku Dalam Organisasi , Agus Dharma,

Edisi ke Tujuh

Ratu Kemala,(2005), Pengaruh Kompensasi dan Motivasi Kerja

terhadap Kinerja Dosen, Tesis Administrasi Pendidikan UPI Bandung.

Saiful Sagala, (2006) Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat (MBS), Jakarta: Nimas Multima.

S. Nasution, (1996) Metoda Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung : Tarsito.

Sugiono, (2008) Motode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Alfabeta, Bandung.

Payaman Simanjuntak, (2008) Manajeman dan Evaluasi Kinerja, Fakultas Ekonnomi Ekonomi Universitas Indonesia, 2005.

Riduwan , (2008), Metoda dan Teknik Penyusunan Tesis, Al-Fabeta, Bandung Riduwan dan Akdon, (2006), Rumus dan Data dalam Aplikasi Statistika, Al-

Fabeta, Bandung

Udin, Saefudin S.(2008) Pengembangan Profesi Guru, Alfabeta, Bandung.

Wilian B Castelter, (1992) The Elemean Resources Furetion in Educational Instruction. New Jersey: Merrill an Imprint of Prentice Hall.

Wibowo. SE. (2008) Manajemen Kinerja, Jakarta: PT Raya Grafindo Persada, Jakarta.

Zamroni, (2007) Meningkatkan Mutu Sekolah, Teori, Strategi, dan Prosedur, Yogjakarta: PSAP Muhammadiah.


(6)

Dokumen yang terkait

PENGELOLAAN SUPERVISI PENDIDIKAN MADRASAH TSANAWIYAH (MTs) SWASTA DI KELOMPOK KERJA MADRASAH Pengelolaan Supervisi Pendidikan Madrasah Tsanawiyah (MTs) Swasta Di Kelompok Kerja Madrasah (KKM) Tsanawiyah Kabupaten Sragen.

0 2 17

PENGELOLAAN SUPERVISI PENDIDIKAN MADRASAH TSANAWIYAH (MTs) SWASTA Pengelolaan Supervisi Pendidikan Madrasah Tsanawiyah (MTs) Swasta Di Kelompok Kerja Madrasah (KKM) Tsanawiyah Kabupaten Sragen.

0 3 16

PENDAHULUAN Pengelolaan Supervisi Pendidikan Madrasah Tsanawiyah (MTs) Swasta Di Kelompok Kerja Madrasah (KKM) Tsanawiyah Kabupaten Sragen.

0 4 9

KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, BUDAYA ORGANISASI, DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA Kontribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah, Budaya Organisasi, Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Di MTs Negeri Se-Kabupaten Sragen.

0 2 15

KONTRIBUSI KOMPENSASI, DISIPLIN KERJA, DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA GURU SMA NEGERI KONTRIBUSI KOMPENSASI, DISIPLIN KERJA, DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA GURU SMA NEGERI SUB RAYON 2 PURWOREJO.

0 0 16

KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN, MOTIVASI, DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN UNGARAN.

0 1 6

KONTRIBUSI PEMANFAATAN FASILITAS SEKOLAH DAN MUTU LAYANAN PENDIDIKAN TERHADAP KEPUASAN SISWA PADA MADRASAH TSANAWIYAH (MTs) SWASTA DI KABUPATEN BANDUNG BARAT.

0 4 68

KONTRIBUSI KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH MADRASAH DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU MADRASAH ALIYAH DI KABUPATEN SUMEDANG.

0 0 37

PENGARUH KOMPETENSI DAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA DENGAN MEDIASI KEPUASAN KERJA PADA GURU MADRASAH ALIYAH SWASTA DI KABUPATEN PATI

0 0 17

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA GURU PADA MTs SWASTA di KABUPATEN TULANG BAWANG - Raden Intan Repository

0 0 17