PREVALENSI NURSING MOUTH CARIES PADA ANAK PRASEKOLAH TAHUN 2012.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Penelitian
Kesadaran masyarakat Indonesia terhadap kesehatan gigi dan mulut masih

kurang. Hal tersebut disebabkan oleh sedikitnya sosialisasi tentang kesehatan gigi dan
mulut sejak dini. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai kebersihan mulut
anaknya, akan menyebabkan karies pada anak tersebut. Karies tidak hanya dapat
terjadi pada orang dewasa, bahkan pada anak-anak serta balita dapat terjadi. Adanya
Bulan Kesehatan Gigi dan Mulut Nasional yang diselenggarakan oleh Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran pada dua tahun terakhir sudah memberikan
motivasi terhadap masyarakat yang kurang peduli akan kesehatan gigi dan mulutnya.
Karies merupakan proses terjadinya suatu kavitas pada setiap permukaan gigi
akibat berkembangnya plak gigi dalam mulut selama periode waktu tertentu (Kidd,
2005). Karies adalah suatu infeksi pada gigi yang menghasilkan suatu kerusakan dan
terputusnya jaringan terkalsifikasi secara lokal. Sangat penting untuk memahami
bahwa kavitas pada permukaan gigi merupakan tanda


adanya infeksi bakteri

(Roberson, 2002).
Proses terjadinya karies dipengaruhi oleh permukaan gigi, karbohidrat, dan
bakteri. Proses pembusukan dimulai dengan demineralisasi permukaan luar gigi,
karena pembentukan asam organik selama fermentasi bakteri diet karbohidrat. Lesi

1

2

yang baru dimulai, mula-mula tampak seperti titik putih yang buram; dengan
hilangnya jaringan gigi secara progresif, terjadilah rongga (Kidd, 2005).
Sutardjo mengungkapkan dalam koran harian Suara Merdeka (2010) bahwa
hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 menyebutkan 72,1 % penduduk Indonesia
terkena karies gigi. Bahkan dalam 12 bulan terakhir 23,4 % penduduk Indonesia
mengeluhkan masalah gigi dan mulut, namun dari jumlah itu hanya 29,6 % yang
mencari pertolongan dan mendapatkan perawatan tenaga kesehatan. National Health
and Nutrition Examination Survey III (NHANES III) mengindikasikan data
prevalensi karies pada gigi sulung anak umur 2-11 tahun sebesar 42 % (Samour,

2010).
Douglas et al melakukan penelitian terhadap prevalensi karies pada anak umur
3-4 tahun dan membandingkan prevalensi tersebut pada 311 anak pada tahun 1991
dan 517 anak di tahun 1999. Hasil menunjukan prevalensi karies sebesar 49 % pada
anak di tahun 1991 dan 38 % pada anak di tahun 1999. Prevalensi karies pada anak di
tahun 1999 banyak terjadi, terutama di gigi anterior rahang atas (McDonald, 2004).
Nursing Mouth Caries (NMC) atau Early Childhood Caries (ECC) merupakan
bentuk karies yang sangat spesifik dari anak-anak dan bayi. Biasanya terjadi pada
anak 2-4 tahun dan menyerang gigi sulung anterior rahang atas, gigi sulung molar
pertama rahang atas dan bawah serta kaninus rahang bawah. Hal tersebut dapat terjadi
karena kebiasaan tertidur sambil menghisap botol yang berisi cairan manis (susu
formula) dalam jangka waktu yang panjang (McDonald, 2004).

3

Menurut penelitian Chemiawan dkk (2004) hasil yang didapat dari 317 anak
usia 15 sampai 60 bulan di Cileunyi Bandung pada bulan Juni sampai Agustus 2004
sebanyak 180 anak (56,78%) yang mengalami NMC. Prevalensi tersebut berdasarkan
frekuensi penyikatan gigi satu kali sebanyak 31,55% (100 anak), dua kali sebanyak
23,03% (73 anak), dan tiga kali sebanyak 2,2% (7 anak). Survei National Health and

Nutrition Examination III (NHANES III) menghasilkan dari 80% penderita yang
mengalami karies, 20% diantaranya adalah anak-anak yang berada di sosioekonomi
yang rendah (Samour, 2010).
Belum ada penelitian khusus tentang NMC ataupun penyakit gigi dan mulut
lainnya terutama pada usia prasekolah pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Kota Cimahi. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pendidikan yang ditujukan
bagi anak- anak berusia pra sekolah dengan tujuan agar anak dapat mengembangkan
potensinya sejak dini, sehingga mereka dapat berkembang secara wajar sebagai anak
sesuai dengan tingkat usia dan tugas perkembangannya (Permana, 2010).
Kota Cimahi memiliki luas wilayah sebesar 40,2 km2 menurut UU No. 9
Tahun 2001. Kota Cimahi dibagi menjadi tiga kecamatan yaitu Cimahi Utara, Cimahi
Tengah, dan Cimahi Selatan. Menurut data statistika tahun 2009 Kota Cimahi,
masyarakat yang memeriksakan gigi dan mulutnya ke Rumah Sakit Mitra Kasih
sebanyak 3.852 orang, ke Rumah Sakit Cibabat sebanyak 5.510 orang (Badan Pusat
Statistik Kota Cimahi, 2010).

4

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis merasa tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai prevalensi NMC pada anak prasekolah di Kota

Cimahi.

1.2

Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah

sebagai berikut: Berapakah prevalensi NMC pada anak prasekolah di Kota Cimahi
2012.

1.3

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk:

1.

Mengetahui jumlah anak prasekolah yang mengalami NMC.

2.


Mendapatkan prevalensi NMC anak prasekolah di Kota Cimahi.

1.4

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi mengenai:

1.

Dampak pemberian cairan manis (susu formula) dalam botol saat anak sedang
tidur.

2.

Pengetahuan untuk ibu agar tidak memberikan cairan manis (susu formula) saat
anak sedang tidur.

5


1.5

Kerangka Pemikiran
Nursing mouth caries merupakan karies yang terjadi pada bayi dan anak-anak

berupa kavitas atau non kavitas, kehilangan gigi, atau tambalan pada gigi sulung anak
usia 71 bulan atau lebih muda (McDonald, 2004; Pinkham et al., 2005). Tampak
klinis pada anak usia dua, tiga atau empat tahun yang mengalami NMC biasanya
terdapat suatu pola atau penjalaran karies yang spesifik pada gigi anterior rahang atas,
molar sulung pertama rahang atas dan bawah, kadang terdapat pada kaninus rahang
bawah. Gigi anterior rahang bawah jarang terinfeksi karena terlindungi oleh lidah
pada saat anak menghisap cairan manis (susu formula) di dalam botol selama tidur
(McDonald, 2004).
NMC adalah bentuk dari karies gigi yang luas, sangat infeksius dan biasanya
dihubungkan dengan pola makan. Terjadi pada permukaan halus di gigi insisivus
sulung rahang atas, permukaan oklusal molar sulung pertama rahang atas, lalu akan
terjadi kerusakan pada gigi sulung lainnya (Robert, 2003). Seorang dokter gigi dapat
mendeteksi karies secara visual dari area yang terjadi demineralisasi (white-spot) atau
pada pit atau fisur (McDonald, 2004).
Penyebab utama terjadinya NMC adalah karena terlalu lama menyimpan cairan

manis (susu formula, jus, minuman bersoda, atau minuman yang manis lainnya)
selama anak tidur. Selama tidur, cairan tersebut menggenang di dalam mulut terutama
gigi anterior atas, sekresi saliva berkurang dan anak terus menghisap cairan tersebut
dalam jangka waktu yang panjang (Samour, 2010; Pinkham et al., 2005; McDonald,
2004).

6

Saliva merupakan faktor regulasi yang penting dalam proses terjadinya karies.
Larutan saliva jenuh yang mengandung kalsium dan fosfor, membantu proses
maturasi email yang normal dan remineralisasi email yang telah terdemineralisasi
(Pinkham et al., 2005).
Pengetahuan orang tua juga menjadi faktor pendukung terjadinya NMC.
Beberapa penelitian mengatakan bahwa orang tua dengan tingkat pendidikan yang
rendah mempunyai anak dengan risiko NMC yang tinggi (Zafar, 2010).
Langkah awal untuk mencegah terjadinya NMC adalah dengan pemberian
edukasi terhadap orang tua agar tidak memberikan cairan manis (susu formula) dalam
botol selama anak tertidur (Samour, 2010), dan memberi himbauan agar selalu
memeriksakan kesehatan gigi anak antara mulai usia 6 atau 12 bulan, sebelum terjadi
NMC (McDonald, 2004).

Perawatan yang biasanya dilakukan untuk menangani NMC adalah dengan
menghilangkan kebiasaan buruk, pembuatan stainless steel crown, pencabutan,
bedah, restorasi (GIC, amalgam, dan komposit) dan aplikasi fluor, dalam kasus
tertentu kadang memerlukan pemberian anestesi umum, karena tingkat kooperatif
bayi dan anak prasekolah yang sulit. Pada bayi atau anak yang mempunyai kebiasaan
mengkonsumsi cairan manis (susu formula) memerlukan kebersihan gigi yang lebih
intensif oleh orang tuanya sejak usia 12 bulan agar terhindar dari terjadinya NMC
(Wadhawan, 2003; McDonald, 2004; Cameron and Widmer, 2008; Robert, 2003).

7

1.6

Metodologi Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah deskriptif dengan teknik survei.

1.7

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di 13 lembaga PAUD Kota Cimahi pada Bulan


Februari-Maret 2012.